Laporan Praktikum Kimia Analitik II Koefisien Distribusi Iod Oleh : 1. Fitri Aprilia 093194205 2. Wilda Ulin Nuha 093194211 3. Endah Rohmawati 093194216 Universitas Negeri Surabaya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia 2011
monggo d jadikan contoh untuk pengerjaan laporannya.. :D tp d cntumkan sumbernya yaaa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Koefisien Distribusi Iod
Oleh :
1. Fitri Aprilia 093194205
2. Wilda Ulin Nuha 093194211
3. Endah Rohmawati 093194216
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Kimia
Program Studi Pendidikan Kimia
2011
A. Judul Percobaan : KOEFISIEN DISTRIBUSI IOD
B. Tujuan : 1. Mengekstrak iod ke dalam pelarut organik
2. Menghitung harga KD dari iod
C. Dasar Teori
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di antara
dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Secara umum, ekstraksi adalah
proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu
pelarut lain yang tidak dapat bercampur. Pelarut yang umum dipakai adalah air
dan pelarut organik lain seperti CCl4, eter atau pentana. Garam anorganik,
asam-asam dan basa-basa yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan
baik melalui ekstraksi ke dalam air dari pelarut yang kurang polar. Ekstraksi
lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih
kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali
(Arsyad, 2001).
Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap,
ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap
merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian
dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan
diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan
dipisahkan (Khopkar, 1990).
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut
tersebut, maka akan terjadi pembagian solut dengan perbandingan tertentu.
Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solut
akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah
dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua
pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan
tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi, yang dinyatakan
dengan rumus:
KD = ���� atau
KD = ���� ,
Dengan KD = Koefisien distrribusi, dan Co, dan Ca adalah konsentrasi solute
pada pelarut organik dan air. Sesuai dengan kesepakatan, konsentrasi solute
dalam pelarut organic dituliskan di atas dan konsentrasi solute dalam pelarut di
tuliskan di bawah. Dari rumus tersebut jika harga KD besar, solute secara
kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organic
begitu pula terjadi sebaliknya. Rumus tersebut di atas hanya berlaku bila ; (a)
solute tidak terionisasi dalam salah satu pelarut, (b) solute tidak berasosiasi
dalam salah satu pelarut, dan (c) zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah
satu pelarut atau adanya reaksi-reaksi lain.
Iod mampu larut dalam air dan juga dalam kloroform. Akan tetapi,
perbedaan kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut cukup besar. Dengan
mengekstraksi larutan iod dalam air ke dalam kloroform, menghitung
konsentrasi awal dan sisa iod dalam air dengan cara titrasi, maka dapat
diperoleh konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebut, sehingga koefisien
distribusi iod dalam sistem kloroform-air dapat ditentukan.
Untuk keperluan analisis kimia angka banding distribusi (D) akan lebih
bermakna daripada koefisien distribusi (KD). Angka banding distribusi
menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik
(fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Jika zat terlarut adalah X, maka rumus
angka banding distribusi dapat ditulis:
D = ��� ���� �� ������ � ����� ���� �����
��� ���� �� ������ � ����� ���� ���
D. Alat dan Bahan
Alat :
- Gelas kimia
- Pipet
- Gelas ukur
- Labu ukur
- Corong pisah
- Statif
- Erlenmeyer
- Buret
- Pipet gondok
Bahan :
- Larutan Iod
- Aquades
- Larutan Na2S2O3 0,01 N
- Cloroform
- Larutan H2SO4
- Larutan kanji
E. Alur Percobaan
Larutan Iod 0,1 M 10 mL
Diencerkan pada labu ukur 100 mL
Larutan Iod
- Dipipet sebanyak 10 mL - Dipindahkan dalam corong pisah - Ditambahkan 1 mL kloroform - Kocok corong pisah dengan sesekali
membuka kran - Diamkan sampai kedua lapisan
(organik dan air) terpisah dengan baik.
Iod dalam pelarut organik
Iod dalam pelarut air
- Ditambahkan dengan 1 mL kloroform.
- Kocok corong pisah dengan sesekali membuka kran
- Diamkan sampai kedua lapisan terpisah dengan baik.
- Pisahkan iod dalam fasa organik dalam wadah yang disediakan.
- Ulangi penambahan kloroform dalam fasa air, sampai total kloroform yang ditambahkan adalah 5 ml
- Pisahkan iod dalam pelarut organik dan letakkan dalam wadah yang disediakan
B. Menghitung mmol dan konsentrasi I2 dalam fasa air ( f(a) ) Diketahui : - Vol.1 Na2S2O3 : 2,1 mL - Vol.2 Na2S2O3 : 2,0 mL - Vol.3 Na2S2O3 : 2,5 mL - N Na2S2O3 : 0,01 N - Volume f air : 10 mL
Ditanya : mmol dan konsentrasi I2 ..?
Jawab :
1. meK I2 f(a) = meK Na2S2O3
meK I2 f(a) = V Na2S2O3 X N Na2S2O3
I2 f(a) = 2,1 mL X 0,01 meK/mL
I2 f(a) = 0,021 meK
mmol I2 f(a) = ½ X meK
= ½ X 0,021
= 0,0105 mmol
M I2 f(a) = ��� �� ����
�Z� �� �� ����
= Z,Z4ZX
4Z
= 1,05 x 10 -3 M
2. meK I2 f(a) = meK Na2S2O3
meK I2 f(a) = V Na2S2O3 X N Na2S2O3
I2 f(a) = 2,0 mL X 0,01 meK/mL
I2 f(a) = 0,02 meK
mmol I2 f(a) = ½ X meK
= ½ X 0,02
= 0,01 mmol
M I2 f(a) = ��� �� ����
�Z� �� �� ����
= Z,Z44Z
= 10 -3 M
3. meK I2 f(a) = meK Na2S2O3
meK I2 f(a) = V Na2S2O3 X N Na2S2O3
I2 f(a) = 2,5 mL X 0,01 meK/mL
I2 f(a) = 0,025 meK
mmol I2 f(a) = ½ X meK
= ½ X 0,025
= 0,0125 mmol
M I2 f(a) = ��� �� ����
�Z� �� �� ����
= Z,Z4�X
4Z
= 1,25 x 10 -3 M
C. Menghitung mmol I2 dan konsentrasi dalam fasa organik (f(o)) 1. mmol I2 f(o) = mmol I2 mula-mula – mmol I2 f(a) = 0,0675 – 0,0105 mmol = 0,057 mmol