Top Banner
BAB I PENDHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang sering disingkat dengan AMDAL, lahir dengan diundangkannya undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, National Enivironmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. NEPA 1969 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C)dalam undang-undang ini menyatakan , semua usulan legislasi dan akivitas pemerintah federal yang besar yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan Enivironmental Impact Assessment (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) tentang Usulan tersebut. Metode yang telah banyak berkembang ialah AMDAL untuk proyek. Karena itu peranan AMDAL, umumnya proyek ini yang bersifat fisik, misalnya pembangunan bendungan, jalan raya, pelabuhan, dan pabrik. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai pembangunan infrastruktur jaringan air bersih. Pembangunan infrastruktur jaringan air bersih merupakan kebutuhan yang sangat mendesak di provinsi Nanggroe Aceh Darusalam pada saat ini. Karena
33

klmpk 5b

Jul 31, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: klmpk 5b

BAB I

PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang sering disingkat dengan AMDAL,

lahir dengan diundangkannya undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat,

National Enivironmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. NEPA 1969 mulai

berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C)dalam undang-undang ini

menyatakan , semua usulan legislasi dan akivitas pemerintah federal yang besar yang

diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan

disertai laporan Enivironmental Impact Assessment (Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan) tentang Usulan tersebut.

Metode yang telah banyak berkembang ialah AMDAL untuk proyek. Karena itu

peranan AMDAL, umumnya proyek ini yang bersifat fisik, misalnya pembangunan

bendungan, jalan raya, pelabuhan, dan pabrik. Pada kesempatan kali ini kami akan

membahas mengenai pembangunan infrastruktur jaringan air bersih.

Pembangunan infrastruktur jaringan air bersih merupakan kebutuhan yang sangat

mendesak di provinsi Nanggroe Aceh Darusalam pada saat ini. Karena keterbatasan

air bersih, masih banyak ditemukan masyarakat yang menggunakan sumber air yang

ada, seperti air sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya sehari-hari (mandi,

cuci dan buang air besar). Hal ini sangat memprihatinkan karena tidak semua sungai

yang berada di provinsi Aceh Darusalam memenuhi standar kualitas air bersih.

Menindaklanjuti permasalahan tersebut, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Tirta Mountala Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam

bekerjasama dengan pihak BRR-Pembinaan WATSAN NAD merencanakan untuk

melakukan rehabilitasi dan pembangnan system air bersih Siron.

Page 2: klmpk 5b

1.2 Tujuan

1. Mengidentifikasi rona lingkungan awal dari rencana lokasi proyek;

2. Mengidentifikasi dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan yang dilakukan

terhadap lingkungan;

3. Sebagai pedoman untuk mencegah, mengendalikan, dan menanggulangi serta

meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan proyek;

4. Memberikan masukan dalam merumuskan kebijakan terhadap pelaksanaan

pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup;

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan (UPL) dalam pembangunan sarana dan prasarana air bersih

Siron?

2. Dapatkah proyek ini dibuat lohe pemerintah, dan bagaimana jika ditinjau dari

aspek AMDAL?

Page 3: klmpk 5b

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AMDAL

Konsep Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebenarnya

bukan hal yang baru. Konsep AMDAL yang mempelajari dampak pembangunan

terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap pembangunan juga

didasarkan pada konsep ekologi yang secara umum didefinisikan sebagai ilmu

yang mempelajari interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya. AMDAL

merupakan bagian ilmi ekonomi pembangunan yang mempelajari hubungan

timbale balik atau interaksi antaran pembangunan dalam lingkungan.

2.1.1 Identifikasi Dampak Penting dan Pelingkupan

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.

Aktivitas tesebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik,maupun biologi. Dampak

pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan oleh perubahan

yang disebabkan oleh pembangunan selalu lebih luasdaripada yang menjadi sasaran

pembangunan yang direncanakan.

2.1.2 Penyusunan Kerangka Acuan (KA) Berdasarkan Pelingkupan

Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Siron tersebut kegiatan yang

akan dilakukan adalah:

A. Pekerjaan Sipil

1. Pembangunan Intake, kapasitas 40 L/Det

2. Pembangunan water treatmant, kapasitas 2 x 20 L/Det

3. Pembangunan ground reservoar distribusi, kap. 500 M3

B. Pekerjaan Perpipaan

1. Pemasangan pipa transmisi air bersih pada jalan aspal, PE 100 PN 6.3 dia. 200 mm

dan 315 mm

Page 4: klmpk 5b

2. Pemasangan pipa transmisi air bersih pada jalan aspal GI dia. 8” dan 12”

Pemasangan

pipa transmisi di tanah normal, pipa PE 100 PN 6.3 dia 200 mm dan 315 mm

3. Pembuatan box kontrol air valve

4. Pembuatan box kontrol blow off

5. Pembuatan box kontrol valve pembagi

C. Pekerjaan Mechanical dan Electrical

1. Pemasangan pompa submersible non cloging, Q = 20 L/Det , H = 20 m, lengkap

dengan panel dan kabel

2. Pemasangan pompa distribusi vertikal multi stage Q = 20 L/Det, H = 80 M,

lengkap dengan panel dan kabel

3. Pemasangan generator set (heavy duty), kap.125 KVA lengkap dengan panel dan

kabel

4. Tangki BBM harian kap. 300 L, Tangki BBM bulanan kap. 6000 L dan Pompa

BBM kap. 15 L/menit

5. Pemasangan overhead crane kap. 1 ton lengkap dengan lifting sling, hoist kabel

panel

6. Pemasangan tangki anti water hammer, kap. 5000 Lt, berikut perpipaan dan

accesoriesda

7. Pemasangan automatic kompresor, kap. 4 m/menit berikut panel dan perpipaan

Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor:

17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang

Permukiman dan Prasarana Wilayah Yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya

Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan pekerjaan Penyediaan

Air Bersih yang wajib dilengkapi dokumen Lingkungan, Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

Page 5: klmpk 5b

(UKL-UPL) apabila kegiatan yang akan dilakukan:

1) Pembangunan jaringan distribusi: Luas layanan 100 s/d < 500 H

2) Pembangunan jaringan pipa transmisi: panjang 2 s/d < 10 Km

3) Pengambilan air danau, sungai, mata air, sumber lain : debit pengambilan 50 s/d

250

liter/det

4) Pembangunan instalasi pengolahan air (IPA): debit > 50 liter/detik

Teknis penyusunan dokumen UKL-UPL ini mengacu pada Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup bagi Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi di

Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.

Penempatan unit system air bersih yang akan dibangun:

1. Bangunan Intake, ditempatkan di bagian hulu bendungan Karet (300 meter) atau 50

meter ke hilir dari Intake lama. Sumber air masih menggunakan Krueng Aceh. Tanah

yang digunakan untuk penempatan bangunan Intake berikut dengan bak

prasedimentasi dan sumur pengumpul berada di bantaran sungai Krueng Aceh, Desa

Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Lahan tersebut dimiliki oleh

Dinas Sumber Daya Air (SDA) provinsi Nanggroe Aceh Darusalam

2. Bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) kapasitas 2 x 20 lt/det berikut bangunan

pendukungnya, reservoar kapasitas 500 m3, bangunan laboratorium, gudang bahan

kimia dan rumah genset ditempatkan berdampingan dengan IPA lama diatas tanah

milik PDAM

3. Bangunan reservoar kapasitas 1000 m3 ditempatkan di desa Neuhen didalam

perumahanyang dibangun oleh Cina Carity, jarak dari IPA Siron lebih kurang 19,5

Km. Lokasi reservoar dibangun diatas tanah milik Badan Rehabilitasi dan

Rekonstruksi (BRR) NAD- Nias.

Page 6: klmpk 5b

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Nomor 308 Tahun 2005

tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Kegiatan

Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam dan Kepulauan

Nias Provinsi Sumatera Utara, yang membuat Pernyataan untuk dokumen UKL-UPL

akan mematuhi segala persayaratan dan kewajiban yang berwenang.

D. Rencana Kegiatan

1. Deskripsi Kegiatan :

Bangunan Intake berikut bak prasedimentasi dibangun di bantaran sungai Krueng

Aceh, 300 dari bendungan Karet ke arah hulu. Untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA)

kapasitas 2x20 lt/det, ditempatkan berdekatan dengan IPA lama, elevasi IPA +14

meter. Kuantitas air sangat besar dengan kualitas berfluktuiasi terutama untuk

parameter kekeruhan. Intake yang akan dibangun memiliki kapasitas pasang 120

lt/det, rencana akan digunakan untuk mensupply air baku ke IPA lama. Konstruksi

intake berbentuk saluran terbuka dilengkapi dengan unit prasedimentasi dan sumur

pengumpul. Air baku yang disadap kemudian dikumpulan dalam sumur pengumpul

selanjutnya dipompa kedalam IPA untuk diproses. Air hasil pengolahan ditampung

kedalam reservoar kapasitas 500 m3. Dari reservoar penampungan selanjutnya di

salurkan ke reservoar 1000 m3, di desa Neuhen, jarak 19,5 Km dari IPA Siron,

elevasi +96 meter.

Pada jalur pipa transmisi air bersih, dipasang dua jembatan pipa, masing

masing untuk perlintasan sungai ujung Titi, bentang 40 meter dan perlintasan sungai

krueng Anga, bentang 80 meter. Jembatan pipa akan diletakan berdampingan dengan

jembatan jalan. Dari reservoar 1000 m3 air didistribusikan ke konsumen.

Selengkapnya rincian Rehabilitasi dan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air

Bersih, Siron disajikan pada Tabel 1 Data Teknis Kegiatan berikut ini :

Page 7: klmpk 5b

Tabel 1. Data Teknis Kegiatan

No. Jenis Pekerjaan Volume

1. IPA Siron

Pembangunan Intake dan perpipaan,

kapasitas. 40 L/Det

Pembangunan Water Treatmant (WPT),

kap. 2 x 20 L/Det

Pembangunan sludge lagoon

Pembangunan ground resv., kap. 200 M3,

rumah pompa, ruang operator, ruang dosing

dan Laboratorium

Pembangunan gudang bahan kimia

1 Unit

1 Unit

1 Unit

1 Unit

1 Unit

2.

Penampungan Hasil Olahan (clear well)

Pembangunan Reservoar vol. 500 M3

Pembangunan box kontrol valve

Pembangunan box meter reservoar

Pembangunan rumah jaga

Pembangunan saluran drainase lingkungan

Pembangunan jalan masuk dan jalan

lingkungan

1 Unit

1 Unit

1 Unit

1 Unit

125 M

120 M2

3. Penampungan Hasil Olahan (clear well)

Pemasangan pipa PE 100 PN 6.3 dia. 200 mm

dan 315 mm pada jalan aspal,

600 M’

Page 8: klmpk 5b

Pemasangan pipa GI dia. 8” dan 12” medium

A pada jalan aspal

Pemasangan pipa PE 100 PN 6.3 dia 200 &

dan 315 mm pada tanah normal

Pembuatan box kontrol air valve

Pembuatan box kontrol blow off

18 M’

200 M’

10 M’

2 M’

Pemasangan Pipa Distribusi Air Bersih

Pipa PE 100 PN 10 dia. 400 mm

Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 355 mm

Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 315 mm

Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 250 mm

Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 200 mm

Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 160 mm

Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 110 mm

Box Kontrol, Air Valve

Box Kontrol, Blow off

Pekerjaan Crossong Jalan

Galian tanah berbatu

Pembongkaran asphalt/hotmix

Urugan tanah dipadatkan

Pekerjaan jalan hotmix tebal 3 cm

Page 9: klmpk 5b

Gambar 1.. Peta Saluran Pipa

Gambar 2. Skematik Sistem Air Bersih

Page 10: klmpk 5b

2.2 Perkiraan Besarnya Dampak

Garis besar komponen rencana kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air

Bersih, Kecamatan Baitusalam yang dapat menimbulkan dampak terhadap

lingkungan dibagi menjadi 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu : tahap prakonstruksi,

konstruksi dan operasi.

2.2.1 Tahap Prakonstruksi

Pada tahap prakonstruksi kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Survey lapangan

Kegiatan survei lapangan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan adalah

kegiatan pengukuran dan pemasangan patok. Kemungkinan dampak yang timbul

adalah overlap antara lahan yang akan digunakan untuk bangunan Intake, WTP dan

reservoar dengan lahan penduduk

2) Penentuan Sumber Air Baku

Sumber air baku untuk pengembangan system air bersih Siron disadap dari Krueng

Aceh. Total debit penyadapan 120 l/det, tidak akan mengganggu keseimbangan air di

sungai Krueng Ach pada saat debit minimum di musim kemarau . Kemungkinan

dampak yang muncul apabila buangan supernatan dari kolam lumpur, hasil

pencucuian fiter dan bak pengendap dibuang kedalam sungai(meningkatkan TSS

sungai)

3)Penentuan Lokasi IPA

Lokasi IPA ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis untuk

penerapan system air bersih. Faktor utama dalah kedekatan dengan sumber air baku

dan elevasi. Lokasi IPA untuk pengambangan IPA Siron, masih berada dilingkungan

PDAM, kemungkinan terjadinya konflik sangat kecil.

2.2.2 Tahap Konstruksi

1) Perekrutan tenaga kerja

Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk konstruksi berpotensi menimbulkan

Page 11: klmpk 5b

dampak negatif berupa keresahan masyarakat, jika perekrutan tenaga kerja tidak

memprioritaskan tenaga kerja lokal (setempat).

2) Penyiapan lahan

Kegiatan penyiapan lahan meliputi pembersihan lahan dari bahan-bahan yang secara

konstruktif tidak baik. Pekerjaan perataan tanah (timbunan) pada musim kemarau

berpotensi menimbulkan hamburan debu dan pada musim hujan berpotensi

meningkatkan tingkat TSS pada perairan terdektat dengan lokasi kegiatan.

3) Pekerjaan konstruksi

a. Mobilisasi alat dan material

Mobilisasi alat-alat dan material konstruksi dari tempat asal ke lokasi base camp

berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas berupa kemacetan dankecelakaan lalu

lintas. Kebutuhan material untuk Pembangunan Sarana danPrasarana Air Bersih

sebagaian besar didatangkan dari luar Aceh dan sebagain dipenuhi dari Aceh dan

sekitarnya. Begitupun untuk penyediaan alat-alatberat untuk kegiatan konstruksi.

b. Bangunan Intake

Bangunan sadap (Intake) dibangun satu unit dengan kapasitas 120 lt/det, bangunan

intake tersebut direncanakan untuk menggantikan intake lama. Posisi bangunan

intake berada 300 meter dari Bendung Karet pada alur sungai dengan aliran laminer.

Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah meningkatnya TSS pada

badan air, Krueng Aceh Lambara pada saat kontruksi dilakukan (erosi bantaran

sungai)

c. Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Unit bangunan pengolahan air Siron dibuat dengan konstruksi baja, dengan kapasitas

terpasang 2 x 20 lt/det.

Kemungkinan dampak yang akan muncul adalah terjadinya genangan air pada saat

musim penghujan karena adanya galian tanah untuk pembangunan IPA, reservoar dan

fasilas penunjangnya.

d. Kolam Penampungan Lumpur (Sludge Lagoon)

Diletakan di luar bangunan IPA, dengan konstruksi pasangan bata. Bangunan kolam

Page 12: klmpk 5b

penampung lumpur, dibuat dua unit. Kemungkinan dampak yang muncul adalah

terjadinya genangan dilokasi kegiatan karena adanya galian tanah.

e. Reservoar

Bangunan penampungan air (reservoar) dalam syatem air bersih Siron, akan dibangun

dua unit, reservoar 500 m3 berfungsi untuk penampungan sementara air bersih hasil

olahan dari IPA dan reservoar 1000 m3 berfungsi sebagai reservoar distribusi.

Reservoar 500 m3 ditempatkan berdampingan dengan IPA, disekitarnya masih

banyak lahan terbuka, dan jalan masuk ke lokasi cukup baik cenderung tidak ada

hambatan. Sementara untuk reservoir 1000 m3 berada ditengah permukiman yang

dibangun oleh Cina Chariti pada ketinggian +96 meter. Jalan masuk ke lokasi harus

melewati rumah-rumah dengan lebar jalan 5 meter dan kemiringan 12% atau lebih.

Jarak dari pintu gerbang perumahan ke lokasi reservoar lebih kurang 1 Km.

f. Jembatan Pipa dan Krosing Jalan

Jalur pipa distribusi yang akan dipasang akan melalui sungai, dan melintasi jalan

provinsi. Jembatan pipa yang akan dibangun sebanyak 2 unit, dengan bentang

masing-masing 41 m dan 82 m. Sementara untuk pemasangan pipa padaperlintasan

jalan provinsi dibuat bangunan perlintasan pipa.Kemungkinan dampak yang muncul,

akan menggangu aliran sungai terutamasampah yang ikut terbawa aliran apabila

jembatan pipa dipasang tidak diatas debit maksimum sungai dan terganggunya arus

lalulintas apabila pe rlintasan pipa pada jalur jalan provinsi tidak dilakukan sesuai

prosedur.

2.2.3 Tahap Operasi

1) Perekrutan tenaga kerja operasi

Tenaga kerja yang akan mendukung operasional PDAM tahap operasional IPA Siron,

sebagian besar masih memanfaatkan tenaga lama. Hal ini dimungkinkan, karena

lokasi IPA berdekatan dengan IPA exisiting dan bangunan kantor. Kebutuhan tenaga

kerja tersebut membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar yang memenuhi

kriteria. Kemungkinan dampak yang muncul adalah adanya keresahan masyarakat

apabila perekrutan tenaga kerja tidak memprioritaskan tenaga kerja lokal

Page 13: klmpk 5b

2) Pengambilan Air Baku

Sumber air baku yang digunakan diambil dari air permukaan, Krueng Aceh,

menggunakan bangunan penyadap, dialirkan ke bak pengumpul selanjutnya

dipompakan ke instalasi Pengolahan Air (IPA). Fluktuasi tinggi muka air sungai

berada pada posisi 2- 4 m. Kemungkinan dampak yang muncul adalah terjadinya

konflik apabila masyarakatpengguna air Krueng Aceh di bagian hilir terganggu

(penurunan kualitas air)

3) Pengolahan Air Bersih

Proses pengolahan air bersih untuk IPA Siron, dimulai dengan proses,

koagulasi,floculasi, sedimentasi, filtrasi dan penampungan air hasil

pengolahan.Kemungkinan dampak yang muncul dari operasional IPA, adalah

meningkatnyatingkat kebisingan akibat operasioanl genset, besarnya volume lumpur

daripengurasan bak pengendap dan pencucian filter apabila dibuang langsung

kesungai dan apabila adanya kebocoran/tumpahan bahan kimia di gudang

Penyimpanan.

Page 14: klmpk 5b

BAB III

ANALISIS SCOPING DAMPAK

RONA LINGKUNGAN SEBELUM REKONSTRUKSI

3.1. Sistem Air Bersih PDAM Tirta Mountala

3.1.1. Kondisi Saat Ini

Kondisi existing penyediaan air bersih di Kabupaten Aceh Besar yang

dilakukanoleh PDAM Tirta Mountala, pada saat ini baru memprioritaskan pada

penduduk yang berada di perkotaan, seperti penduduk yang berada di kecamatan

Baitusalam, Kecamatan Darusalam, Kec Kuto Baru, Kec. Loeng Bata, Kecamatan

Darul Imara. Tidak semua kecamatan-kecamatan yang berada di kabupaten Aceh

Besar dapat terlayani oleh system penyediaan air bersih PDAM. Cakupan pelayanan

masih dibawah 50 % dari luas wilayah yang pelayanan. Untuk mensupply air bersih,

PDAM Tirta Mountala mengoperasikan IPA kapasitas 2 x 20 Lt/Det dengan sumber

air baku diambil dari Krueng Aceh Lambaro. Debit penyadapan 40 Lt/det.

Pendistribusian air ke konsumen masih dilakukan system zoning (buka katup valve)

ke wilayah-wilayah pelayanan.

3.1.2. Pengembangan Sarana Air Bersih

Untuk meningkatkan cakupan pelayanan, PDAM Tirta Mountala dan BRR

akan menambah kapasitas produksi air bersih dengan membangun unit instalasi Air

Bersih (IPA) baru di lokasi lama. Kapasitas produksi IPA, 40 lt/det dilengkapi dengan

reservoar penampung kapasitas 200 M3 dan reservoar distribusi kapasitas 500 M3,

sumber air baku masih menggunakan air permukaan dari Krueng Aceh. Direncanakan

bangunan sadap yang akan dibangun mempunyai kapasitas 120 Lt/dte diarahkan

untuk mensupply air baku ke IPA existing dan pengembangan ke depan oleh PDAM.

IPA pengembangan akan dilengkapi dengan sarana penunjang, seperti gudang

Page 15: klmpk 5b

penyimpanan bahan kimia, ruang genset, laboratorium, kolam penampung lumpur

sisa pengolahan (pembersihan bak pengendap dan pencucian filter) serta rumah jaga.

Target pelayanan dengan adanya penambahan kapasitas produksi ini selain untuk

meningkatkan cakupan pelayan jug untuk menambah waktu pendistribusian air ke

konsumen

3.1.3. Sumber Air

Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM untuk produksi air bersih

diambil dari Krueng Aceh. Debit air sungai sangat besar, dengan kualitas air yang

berfluktuasi. Kekeruhan akan sangat tinggi apabila memasuki musim penghujan.

Penggunaan air di bagian hulu dan hilir oleh masyarakat umumnya dimanfaatkan

untuk perikanana dan pertanian.

3.2. Kondisi Geologi dan Tofografi

Wilayah pantai Barat Aceh disebut juga Kawasan Pantai Barat dan Daerah

Perbukitan Sumatera. Secara umum, dataran pantai Barat diklasifikasikan dalam

empat jenis garis pantai yang berbeda, masing-masing memiliki materi induk yang

khusus, umur, kemiringan tanah, karakteristik tanah dan sistem dataran alluvial yang

berbeda, serta estuaria dan delta yang beragam. Kecamatan Baitussalam termasuk

dalam kategori kedua yang meliputi delta Krueng Aceh dan zona pantai di dataran

rendah, termasuk wilayah Peukan Bada. Sungai Krueng Aceh yang berliku di

sepanjang dataran alluvial dan membentuk danau pinggir laut di belakang perbatasan

garis pantai sempit yang dulunya digunakan sebagai pelindung. Tanah di daerah

dataran rendah terdiri dari lempung sungai dan laut hingga deposit tanah liat, dan

sebelum tsunami, tanah ini sangat produktif untuk ditanami.

Daerah pantai di dataran rendah ini dikelilingi oleh pegunungan (primer dan

sekunder) dan perbukitan yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Bukit-bukit

curam di beberapa tempat tertutup, walaupun terdapat beberapa ladang namun daerah

ini tidak sesuai untuk pertanian. Selain itu terdapat potensi tanah yang tercemar

Page 16: klmpk 5b

dengan asam sulfat dan memiliki salinitas tinggi di daerah yang dulunya merupakan

dataran alluvial dan cekungan oxbow.Dampak yang ditimbulkan oleh tsunami sangat

buruk di daerah pantai, menghancurkan sebagian besar bukit-bukit pantai, kolam-

kolam ikan dan tambak, serta sebagian besar dataran pantai alluvial. Drainase air laut

dan air bersih menjadi masalah karena aliran air yang terbentuk secara alami telah

terbendung.Dataran rendah Krueng Aceh memiliki potensi untuk tanaman tahunan

dan musiman, serta tanaman buah-buahan dan sayuran di sekitar kebun rumah. Selain

itu tambak atau kolam-kolam ikan juga dapat digunakan untuk budi daya udang

windu dan kepiting.

DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN TERJADI

Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih, Siron Kecamatan

Baitusalam diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.

Secara rinci dampak yang akan terjadi diuraian dalam tiga tahapan kegiatan, seperti

dijelaskan pada Tabel 2 berikut:

Page 17: klmpk 5b

Tabel. 2 Dampak yang terjadi

Page 18: klmpk 5b
Page 19: klmpk 5b
Page 20: klmpk 5b
Page 21: klmpk 5b

4.1 PERENCANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Lingkungan Hidup

Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan ditujukan untuk menekan

atau meminimalkan dampak negatif yang terjadi dan memaksimalkan dampak positip

terhadap lingkungan akibat Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih, Siron

Kecamatan Baitusalam. Upaya pengelolan dan pemantauan lingkungan dilakukan

melalui tiga tahap, tahap pra-konstruksi, konstruksi dan tahap operasi dengan

pendekatan sebagai berikut:

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pendekatan yang dilakukan berupa pendekatan teknologi, sosial-ekonomi-budaya dan

institusi, yakni :

1. Pendekatan Teknologi

Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan teknologi dimaksudkan untuk

mencari alternatif teknologi yang tepat yang dapat diaplikasikan dalam

meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

2. Pendekatan ekologi

Pengelolaan dampak lingkungan secara ekologi dimaksudkan untuk mencegah dan

menanggulangi dampak melalui:

a. Pemilihan lokasi yang mempunyai dampak minimal

b. Pemantapan daerah penyanggah untuk menetralisir dampak atau kondisi

darurat

c. Rehabilitasi/penghijauan untuk mencegah dan menekan dampak

3. Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya

Pengelolaan dampak lngkungan dengan pendekatan sosial ekonomi dan budaya

yang ditempuh antara lain:

a) memprioritaskan tenaga kerja lokal (setempat) sesuai kemampuannya untuk

dilibatkan dalam pekerjaan konstruksi;

Page 22: klmpk 5b

b) Kompensasi/ ganti rugi lahan milik penduduk untuk keperluan pembangunan

pengembangan fasilitas sarana dan prasarana air bersih PDAM, pada

pembangunan reservoar dan pemasangan pipa transmisi air bersih dengan

prinsip saling menguntungkan kedua belah pihak (tidak ada pembebasan

lahan)

c) Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan mesyarakat sekitar guna

mencegah timbulnya konflik sosial

d. Menghormati adat-istiadat setempat yang berlaku di dalam lingkungan

masyarakat sekitar proyek.

4. Pendekatan institusi

Pendekatan institusi merupakan mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh

pemrakarsa dalam menanggulangi dampak penting seperti:

a) Kerjasama dengan instansi yang berkempentingan dan berkaitan dengan

pengelolaan lingkungan hidup;

b) Pengawasan terhadap hasil kerja untuk pengelolaan lingkungan hidup oleh

instansi yang berwenang;

c) Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepada pihak-

pihak yang berkepentingan.

Detail program pengelolaan lingkungan yang dilakukan dalam upaya mengevaluasi

dan mencegah timbulnya dampak diuraikan pada Tabel 6.1, Matrik Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air

Bersih, Siron Kecamatan Baitusalam Kabupaten Aceh Besar.

Page 23: klmpk 5b