Page 1
BAB I
PENDHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang sering disingkat dengan AMDAL,
lahir dengan diundangkannya undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat,
National Enivironmental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969. NEPA 1969 mulai
berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Pasal 102 (2) (C)dalam undang-undang ini
menyatakan , semua usulan legislasi dan akivitas pemerintah federal yang besar yang
diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan
disertai laporan Enivironmental Impact Assessment (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) tentang Usulan tersebut.
Metode yang telah banyak berkembang ialah AMDAL untuk proyek. Karena itu
peranan AMDAL, umumnya proyek ini yang bersifat fisik, misalnya pembangunan
bendungan, jalan raya, pelabuhan, dan pabrik. Pada kesempatan kali ini kami akan
membahas mengenai pembangunan infrastruktur jaringan air bersih.
Pembangunan infrastruktur jaringan air bersih merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak di provinsi Nanggroe Aceh Darusalam pada saat ini. Karena keterbatasan
air bersih, masih banyak ditemukan masyarakat yang menggunakan sumber air yang
ada, seperti air sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya sehari-hari (mandi,
cuci dan buang air besar). Hal ini sangat memprihatinkan karena tidak semua sungai
yang berada di provinsi Aceh Darusalam memenuhi standar kualitas air bersih.
Menindaklanjuti permasalahan tersebut, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Tirta Mountala Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam
bekerjasama dengan pihak BRR-Pembinaan WATSAN NAD merencanakan untuk
melakukan rehabilitasi dan pembangnan system air bersih Siron.
Page 2
1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi rona lingkungan awal dari rencana lokasi proyek;
2. Mengidentifikasi dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan yang dilakukan
terhadap lingkungan;
3. Sebagai pedoman untuk mencegah, mengendalikan, dan menanggulangi serta
meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan proyek;
4. Memberikan masukan dalam merumuskan kebijakan terhadap pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup;
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) dalam pembangunan sarana dan prasarana air bersih
Siron?
2. Dapatkah proyek ini dibuat lohe pemerintah, dan bagaimana jika ditinjau dari
aspek AMDAL?
Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AMDAL
Konsep Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebenarnya
bukan hal yang baru. Konsep AMDAL yang mempelajari dampak pembangunan
terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap pembangunan juga
didasarkan pada konsep ekologi yang secara umum didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya. AMDAL
merupakan bagian ilmi ekonomi pembangunan yang mempelajari hubungan
timbale balik atau interaksi antaran pembangunan dalam lingkungan.
2.1.1 Identifikasi Dampak Penting dan Pelingkupan
Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.
Aktivitas tesebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik,maupun biologi. Dampak
pembangunan menjadi masalah karena perubahan yang disebabkan oleh perubahan
yang disebabkan oleh pembangunan selalu lebih luasdaripada yang menjadi sasaran
pembangunan yang direncanakan.
2.1.2 Penyusunan Kerangka Acuan (KA) Berdasarkan Pelingkupan
Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Siron tersebut kegiatan yang
akan dilakukan adalah:
A. Pekerjaan Sipil
1. Pembangunan Intake, kapasitas 40 L/Det
2. Pembangunan water treatmant, kapasitas 2 x 20 L/Det
3. Pembangunan ground reservoar distribusi, kap. 500 M3
B. Pekerjaan Perpipaan
1. Pemasangan pipa transmisi air bersih pada jalan aspal, PE 100 PN 6.3 dia. 200 mm
dan 315 mm
Page 4
2. Pemasangan pipa transmisi air bersih pada jalan aspal GI dia. 8” dan 12”
Pemasangan
pipa transmisi di tanah normal, pipa PE 100 PN 6.3 dia 200 mm dan 315 mm
3. Pembuatan box kontrol air valve
4. Pembuatan box kontrol blow off
5. Pembuatan box kontrol valve pembagi
C. Pekerjaan Mechanical dan Electrical
1. Pemasangan pompa submersible non cloging, Q = 20 L/Det , H = 20 m, lengkap
dengan panel dan kabel
2. Pemasangan pompa distribusi vertikal multi stage Q = 20 L/Det, H = 80 M,
lengkap dengan panel dan kabel
3. Pemasangan generator set (heavy duty), kap.125 KVA lengkap dengan panel dan
kabel
4. Tangki BBM harian kap. 300 L, Tangki BBM bulanan kap. 6000 L dan Pompa
BBM kap. 15 L/menit
5. Pemasangan overhead crane kap. 1 ton lengkap dengan lifting sling, hoist kabel
panel
6. Pemasangan tangki anti water hammer, kap. 5000 Lt, berikut perpipaan dan
accesoriesda
7. Pemasangan automatic kompresor, kap. 4 m/menit berikut panel dan perpipaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor:
17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang
Permukiman dan Prasarana Wilayah Yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan pekerjaan Penyediaan
Air Bersih yang wajib dilengkapi dokumen Lingkungan, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Page 5
(UKL-UPL) apabila kegiatan yang akan dilakukan:
1) Pembangunan jaringan distribusi: Luas layanan 100 s/d < 500 H
2) Pembangunan jaringan pipa transmisi: panjang 2 s/d < 10 Km
3) Pengambilan air danau, sungai, mata air, sumber lain : debit pengambilan 50 s/d
250
liter/det
4) Pembangunan instalasi pengolahan air (IPA): debit > 50 liter/detik
Teknis penyusunan dokumen UKL-UPL ini mengacu pada Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup dan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup bagi Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi di
Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara.
Penempatan unit system air bersih yang akan dibangun:
1. Bangunan Intake, ditempatkan di bagian hulu bendungan Karet (300 meter) atau 50
meter ke hilir dari Intake lama. Sumber air masih menggunakan Krueng Aceh. Tanah
yang digunakan untuk penempatan bangunan Intake berikut dengan bak
prasedimentasi dan sumur pengumpul berada di bantaran sungai Krueng Aceh, Desa
Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Lahan tersebut dimiliki oleh
Dinas Sumber Daya Air (SDA) provinsi Nanggroe Aceh Darusalam
2. Bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) kapasitas 2 x 20 lt/det berikut bangunan
pendukungnya, reservoar kapasitas 500 m3, bangunan laboratorium, gudang bahan
kimia dan rumah genset ditempatkan berdampingan dengan IPA lama diatas tanah
milik PDAM
3. Bangunan reservoar kapasitas 1000 m3 ditempatkan di desa Neuhen didalam
perumahanyang dibangun oleh Cina Carity, jarak dari IPA Siron lebih kurang 19,5
Km. Lokasi reservoar dibangun diatas tanah milik Badan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi (BRR) NAD- Nias.
Page 6
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Nomor 308 Tahun 2005
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Kegiatan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam dan Kepulauan
Nias Provinsi Sumatera Utara, yang membuat Pernyataan untuk dokumen UKL-UPL
akan mematuhi segala persayaratan dan kewajiban yang berwenang.
D. Rencana Kegiatan
1. Deskripsi Kegiatan :
Bangunan Intake berikut bak prasedimentasi dibangun di bantaran sungai Krueng
Aceh, 300 dari bendungan Karet ke arah hulu. Untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA)
kapasitas 2x20 lt/det, ditempatkan berdekatan dengan IPA lama, elevasi IPA +14
meter. Kuantitas air sangat besar dengan kualitas berfluktuiasi terutama untuk
parameter kekeruhan. Intake yang akan dibangun memiliki kapasitas pasang 120
lt/det, rencana akan digunakan untuk mensupply air baku ke IPA lama. Konstruksi
intake berbentuk saluran terbuka dilengkapi dengan unit prasedimentasi dan sumur
pengumpul. Air baku yang disadap kemudian dikumpulan dalam sumur pengumpul
selanjutnya dipompa kedalam IPA untuk diproses. Air hasil pengolahan ditampung
kedalam reservoar kapasitas 500 m3. Dari reservoar penampungan selanjutnya di
salurkan ke reservoar 1000 m3, di desa Neuhen, jarak 19,5 Km dari IPA Siron,
elevasi +96 meter.
Pada jalur pipa transmisi air bersih, dipasang dua jembatan pipa, masing
masing untuk perlintasan sungai ujung Titi, bentang 40 meter dan perlintasan sungai
krueng Anga, bentang 80 meter. Jembatan pipa akan diletakan berdampingan dengan
jembatan jalan. Dari reservoar 1000 m3 air didistribusikan ke konsumen.
Selengkapnya rincian Rehabilitasi dan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air
Bersih, Siron disajikan pada Tabel 1 Data Teknis Kegiatan berikut ini :
Page 7
Tabel 1. Data Teknis Kegiatan
No. Jenis Pekerjaan Volume
1. IPA Siron
Pembangunan Intake dan perpipaan,
kapasitas. 40 L/Det
Pembangunan Water Treatmant (WPT),
kap. 2 x 20 L/Det
Pembangunan sludge lagoon
Pembangunan ground resv., kap. 200 M3,
rumah pompa, ruang operator, ruang dosing
dan Laboratorium
Pembangunan gudang bahan kimia
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
2.
Penampungan Hasil Olahan (clear well)
Pembangunan Reservoar vol. 500 M3
Pembangunan box kontrol valve
Pembangunan box meter reservoar
Pembangunan rumah jaga
Pembangunan saluran drainase lingkungan
Pembangunan jalan masuk dan jalan
lingkungan
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
125 M
120 M2
3. Penampungan Hasil Olahan (clear well)
Pemasangan pipa PE 100 PN 6.3 dia. 200 mm
dan 315 mm pada jalan aspal,
600 M’
Page 8
Pemasangan pipa GI dia. 8” dan 12” medium
A pada jalan aspal
Pemasangan pipa PE 100 PN 6.3 dia 200 &
dan 315 mm pada tanah normal
Pembuatan box kontrol air valve
Pembuatan box kontrol blow off
18 M’
200 M’
10 M’
2 M’
Pemasangan Pipa Distribusi Air Bersih
Pipa PE 100 PN 10 dia. 400 mm
Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 355 mm
Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 315 mm
Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 250 mm
Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 200 mm
Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 160 mm
Pipa PVC S12,5 RRJ dia. 110 mm
Box Kontrol, Air Valve
Box Kontrol, Blow off
Pekerjaan Crossong Jalan
Galian tanah berbatu
Pembongkaran asphalt/hotmix
Urugan tanah dipadatkan
Pekerjaan jalan hotmix tebal 3 cm
Page 9
Gambar 1.. Peta Saluran Pipa
Gambar 2. Skematik Sistem Air Bersih
Page 10
2.2 Perkiraan Besarnya Dampak
Garis besar komponen rencana kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air
Bersih, Kecamatan Baitusalam yang dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan dibagi menjadi 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu : tahap prakonstruksi,
konstruksi dan operasi.
2.2.1 Tahap Prakonstruksi
Pada tahap prakonstruksi kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Survey lapangan
Kegiatan survei lapangan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan adalah
kegiatan pengukuran dan pemasangan patok. Kemungkinan dampak yang timbul
adalah overlap antara lahan yang akan digunakan untuk bangunan Intake, WTP dan
reservoar dengan lahan penduduk
2) Penentuan Sumber Air Baku
Sumber air baku untuk pengembangan system air bersih Siron disadap dari Krueng
Aceh. Total debit penyadapan 120 l/det, tidak akan mengganggu keseimbangan air di
sungai Krueng Ach pada saat debit minimum di musim kemarau . Kemungkinan
dampak yang muncul apabila buangan supernatan dari kolam lumpur, hasil
pencucuian fiter dan bak pengendap dibuang kedalam sungai(meningkatkan TSS
sungai)
3)Penentuan Lokasi IPA
Lokasi IPA ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis untuk
penerapan system air bersih. Faktor utama dalah kedekatan dengan sumber air baku
dan elevasi. Lokasi IPA untuk pengambangan IPA Siron, masih berada dilingkungan
PDAM, kemungkinan terjadinya konflik sangat kecil.
2.2.2 Tahap Konstruksi
1) Perekrutan tenaga kerja
Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk konstruksi berpotensi menimbulkan
Page 11
dampak negatif berupa keresahan masyarakat, jika perekrutan tenaga kerja tidak
memprioritaskan tenaga kerja lokal (setempat).
2) Penyiapan lahan
Kegiatan penyiapan lahan meliputi pembersihan lahan dari bahan-bahan yang secara
konstruktif tidak baik. Pekerjaan perataan tanah (timbunan) pada musim kemarau
berpotensi menimbulkan hamburan debu dan pada musim hujan berpotensi
meningkatkan tingkat TSS pada perairan terdektat dengan lokasi kegiatan.
3) Pekerjaan konstruksi
a. Mobilisasi alat dan material
Mobilisasi alat-alat dan material konstruksi dari tempat asal ke lokasi base camp
berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas berupa kemacetan dankecelakaan lalu
lintas. Kebutuhan material untuk Pembangunan Sarana danPrasarana Air Bersih
sebagaian besar didatangkan dari luar Aceh dan sebagain dipenuhi dari Aceh dan
sekitarnya. Begitupun untuk penyediaan alat-alatberat untuk kegiatan konstruksi.
b. Bangunan Intake
Bangunan sadap (Intake) dibangun satu unit dengan kapasitas 120 lt/det, bangunan
intake tersebut direncanakan untuk menggantikan intake lama. Posisi bangunan
intake berada 300 meter dari Bendung Karet pada alur sungai dengan aliran laminer.
Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah meningkatnya TSS pada
badan air, Krueng Aceh Lambara pada saat kontruksi dilakukan (erosi bantaran
sungai)
c. Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Unit bangunan pengolahan air Siron dibuat dengan konstruksi baja, dengan kapasitas
terpasang 2 x 20 lt/det.
Kemungkinan dampak yang akan muncul adalah terjadinya genangan air pada saat
musim penghujan karena adanya galian tanah untuk pembangunan IPA, reservoar dan
fasilas penunjangnya.
d. Kolam Penampungan Lumpur (Sludge Lagoon)
Diletakan di luar bangunan IPA, dengan konstruksi pasangan bata. Bangunan kolam
Page 12
penampung lumpur, dibuat dua unit. Kemungkinan dampak yang muncul adalah
terjadinya genangan dilokasi kegiatan karena adanya galian tanah.
e. Reservoar
Bangunan penampungan air (reservoar) dalam syatem air bersih Siron, akan dibangun
dua unit, reservoar 500 m3 berfungsi untuk penampungan sementara air bersih hasil
olahan dari IPA dan reservoar 1000 m3 berfungsi sebagai reservoar distribusi.
Reservoar 500 m3 ditempatkan berdampingan dengan IPA, disekitarnya masih
banyak lahan terbuka, dan jalan masuk ke lokasi cukup baik cenderung tidak ada
hambatan. Sementara untuk reservoir 1000 m3 berada ditengah permukiman yang
dibangun oleh Cina Chariti pada ketinggian +96 meter. Jalan masuk ke lokasi harus
melewati rumah-rumah dengan lebar jalan 5 meter dan kemiringan 12% atau lebih.
Jarak dari pintu gerbang perumahan ke lokasi reservoar lebih kurang 1 Km.
f. Jembatan Pipa dan Krosing Jalan
Jalur pipa distribusi yang akan dipasang akan melalui sungai, dan melintasi jalan
provinsi. Jembatan pipa yang akan dibangun sebanyak 2 unit, dengan bentang
masing-masing 41 m dan 82 m. Sementara untuk pemasangan pipa padaperlintasan
jalan provinsi dibuat bangunan perlintasan pipa.Kemungkinan dampak yang muncul,
akan menggangu aliran sungai terutamasampah yang ikut terbawa aliran apabila
jembatan pipa dipasang tidak diatas debit maksimum sungai dan terganggunya arus
lalulintas apabila pe rlintasan pipa pada jalur jalan provinsi tidak dilakukan sesuai
prosedur.
2.2.3 Tahap Operasi
1) Perekrutan tenaga kerja operasi
Tenaga kerja yang akan mendukung operasional PDAM tahap operasional IPA Siron,
sebagian besar masih memanfaatkan tenaga lama. Hal ini dimungkinkan, karena
lokasi IPA berdekatan dengan IPA exisiting dan bangunan kantor. Kebutuhan tenaga
kerja tersebut membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar yang memenuhi
kriteria. Kemungkinan dampak yang muncul adalah adanya keresahan masyarakat
apabila perekrutan tenaga kerja tidak memprioritaskan tenaga kerja lokal
Page 13
2) Pengambilan Air Baku
Sumber air baku yang digunakan diambil dari air permukaan, Krueng Aceh,
menggunakan bangunan penyadap, dialirkan ke bak pengumpul selanjutnya
dipompakan ke instalasi Pengolahan Air (IPA). Fluktuasi tinggi muka air sungai
berada pada posisi 2- 4 m. Kemungkinan dampak yang muncul adalah terjadinya
konflik apabila masyarakatpengguna air Krueng Aceh di bagian hilir terganggu
(penurunan kualitas air)
3) Pengolahan Air Bersih
Proses pengolahan air bersih untuk IPA Siron, dimulai dengan proses,
koagulasi,floculasi, sedimentasi, filtrasi dan penampungan air hasil
pengolahan.Kemungkinan dampak yang muncul dari operasional IPA, adalah
meningkatnyatingkat kebisingan akibat operasioanl genset, besarnya volume lumpur
daripengurasan bak pengendap dan pencucian filter apabila dibuang langsung
kesungai dan apabila adanya kebocoran/tumpahan bahan kimia di gudang
Penyimpanan.
Page 14
BAB III
ANALISIS SCOPING DAMPAK
RONA LINGKUNGAN SEBELUM REKONSTRUKSI
3.1. Sistem Air Bersih PDAM Tirta Mountala
3.1.1. Kondisi Saat Ini
Kondisi existing penyediaan air bersih di Kabupaten Aceh Besar yang
dilakukanoleh PDAM Tirta Mountala, pada saat ini baru memprioritaskan pada
penduduk yang berada di perkotaan, seperti penduduk yang berada di kecamatan
Baitusalam, Kecamatan Darusalam, Kec Kuto Baru, Kec. Loeng Bata, Kecamatan
Darul Imara. Tidak semua kecamatan-kecamatan yang berada di kabupaten Aceh
Besar dapat terlayani oleh system penyediaan air bersih PDAM. Cakupan pelayanan
masih dibawah 50 % dari luas wilayah yang pelayanan. Untuk mensupply air bersih,
PDAM Tirta Mountala mengoperasikan IPA kapasitas 2 x 20 Lt/Det dengan sumber
air baku diambil dari Krueng Aceh Lambaro. Debit penyadapan 40 Lt/det.
Pendistribusian air ke konsumen masih dilakukan system zoning (buka katup valve)
ke wilayah-wilayah pelayanan.
3.1.2. Pengembangan Sarana Air Bersih
Untuk meningkatkan cakupan pelayanan, PDAM Tirta Mountala dan BRR
akan menambah kapasitas produksi air bersih dengan membangun unit instalasi Air
Bersih (IPA) baru di lokasi lama. Kapasitas produksi IPA, 40 lt/det dilengkapi dengan
reservoar penampung kapasitas 200 M3 dan reservoar distribusi kapasitas 500 M3,
sumber air baku masih menggunakan air permukaan dari Krueng Aceh. Direncanakan
bangunan sadap yang akan dibangun mempunyai kapasitas 120 Lt/dte diarahkan
untuk mensupply air baku ke IPA existing dan pengembangan ke depan oleh PDAM.
IPA pengembangan akan dilengkapi dengan sarana penunjang, seperti gudang
Page 15
penyimpanan bahan kimia, ruang genset, laboratorium, kolam penampung lumpur
sisa pengolahan (pembersihan bak pengendap dan pencucian filter) serta rumah jaga.
Target pelayanan dengan adanya penambahan kapasitas produksi ini selain untuk
meningkatkan cakupan pelayan jug untuk menambah waktu pendistribusian air ke
konsumen
3.1.3. Sumber Air
Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM untuk produksi air bersih
diambil dari Krueng Aceh. Debit air sungai sangat besar, dengan kualitas air yang
berfluktuasi. Kekeruhan akan sangat tinggi apabila memasuki musim penghujan.
Penggunaan air di bagian hulu dan hilir oleh masyarakat umumnya dimanfaatkan
untuk perikanana dan pertanian.
3.2. Kondisi Geologi dan Tofografi
Wilayah pantai Barat Aceh disebut juga Kawasan Pantai Barat dan Daerah
Perbukitan Sumatera. Secara umum, dataran pantai Barat diklasifikasikan dalam
empat jenis garis pantai yang berbeda, masing-masing memiliki materi induk yang
khusus, umur, kemiringan tanah, karakteristik tanah dan sistem dataran alluvial yang
berbeda, serta estuaria dan delta yang beragam. Kecamatan Baitussalam termasuk
dalam kategori kedua yang meliputi delta Krueng Aceh dan zona pantai di dataran
rendah, termasuk wilayah Peukan Bada. Sungai Krueng Aceh yang berliku di
sepanjang dataran alluvial dan membentuk danau pinggir laut di belakang perbatasan
garis pantai sempit yang dulunya digunakan sebagai pelindung. Tanah di daerah
dataran rendah terdiri dari lempung sungai dan laut hingga deposit tanah liat, dan
sebelum tsunami, tanah ini sangat produktif untuk ditanami.
Daerah pantai di dataran rendah ini dikelilingi oleh pegunungan (primer dan
sekunder) dan perbukitan yang merupakan bagian dari Bukit Barisan. Bukit-bukit
curam di beberapa tempat tertutup, walaupun terdapat beberapa ladang namun daerah
ini tidak sesuai untuk pertanian. Selain itu terdapat potensi tanah yang tercemar
Page 16
dengan asam sulfat dan memiliki salinitas tinggi di daerah yang dulunya merupakan
dataran alluvial dan cekungan oxbow.Dampak yang ditimbulkan oleh tsunami sangat
buruk di daerah pantai, menghancurkan sebagian besar bukit-bukit pantai, kolam-
kolam ikan dan tambak, serta sebagian besar dataran pantai alluvial. Drainase air laut
dan air bersih menjadi masalah karena aliran air yang terbentuk secara alami telah
terbendung.Dataran rendah Krueng Aceh memiliki potensi untuk tanaman tahunan
dan musiman, serta tanaman buah-buahan dan sayuran di sekitar kebun rumah. Selain
itu tambak atau kolam-kolam ikan juga dapat digunakan untuk budi daya udang
windu dan kepiting.
DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN TERJADI
Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih, Siron Kecamatan
Baitusalam diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
Secara rinci dampak yang akan terjadi diuraian dalam tiga tahapan kegiatan, seperti
dijelaskan pada Tabel 2 berikut:
Page 17
Tabel. 2 Dampak yang terjadi
Page 21
4.1 PERENCANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Lingkungan Hidup
Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan ditujukan untuk menekan
atau meminimalkan dampak negatif yang terjadi dan memaksimalkan dampak positip
terhadap lingkungan akibat Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih, Siron
Kecamatan Baitusalam. Upaya pengelolan dan pemantauan lingkungan dilakukan
melalui tiga tahap, tahap pra-konstruksi, konstruksi dan tahap operasi dengan
pendekatan sebagai berikut:
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pendekatan yang dilakukan berupa pendekatan teknologi, sosial-ekonomi-budaya dan
institusi, yakni :
1. Pendekatan Teknologi
Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan teknologi dimaksudkan untuk
mencari alternatif teknologi yang tepat yang dapat diaplikasikan dalam
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
2. Pendekatan ekologi
Pengelolaan dampak lingkungan secara ekologi dimaksudkan untuk mencegah dan
menanggulangi dampak melalui:
a. Pemilihan lokasi yang mempunyai dampak minimal
b. Pemantapan daerah penyanggah untuk menetralisir dampak atau kondisi
darurat
c. Rehabilitasi/penghijauan untuk mencegah dan menekan dampak
3. Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya
Pengelolaan dampak lngkungan dengan pendekatan sosial ekonomi dan budaya
yang ditempuh antara lain:
a) memprioritaskan tenaga kerja lokal (setempat) sesuai kemampuannya untuk
dilibatkan dalam pekerjaan konstruksi;
Page 22
b) Kompensasi/ ganti rugi lahan milik penduduk untuk keperluan pembangunan
pengembangan fasilitas sarana dan prasarana air bersih PDAM, pada
pembangunan reservoar dan pemasangan pipa transmisi air bersih dengan
prinsip saling menguntungkan kedua belah pihak (tidak ada pembebasan
lahan)
c) Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan mesyarakat sekitar guna
mencegah timbulnya konflik sosial
d. Menghormati adat-istiadat setempat yang berlaku di dalam lingkungan
masyarakat sekitar proyek.
4. Pendekatan institusi
Pendekatan institusi merupakan mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh
pemrakarsa dalam menanggulangi dampak penting seperti:
a) Kerjasama dengan instansi yang berkempentingan dan berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan hidup;
b) Pengawasan terhadap hasil kerja untuk pengelolaan lingkungan hidup oleh
instansi yang berwenang;
c) Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
Detail program pengelolaan lingkungan yang dilakukan dalam upaya mengevaluasi
dan mencegah timbulnya dampak diuraikan pada Tabel 6.1, Matrik Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Air
Bersih, Siron Kecamatan Baitusalam Kabupaten Aceh Besar.