SKENARIO 5Kepala Puskesmas melakukan evaluasi laporan data
insidens penyakit terbanyak di wilayah kerjanya selama 3 bulan
pertama di tahun 2014. Didapatkan Data 5 penyakit terbanyak di
Puskesmas X tahun 2013 sebagai berikut :
Dari data yang ada Kepala puskesmas melihat adanya peningkatan
insidens salah satu penyakit selama 3 bulan berturut-turut sehingga
perlu dilakukan uaya penanggulangan terhadap kejadian tersebut.BAB
IPENDAHULUANA. Latar BelakangMenurut Depkes, 2000, Kejadian Luar
Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan
daerah tertentu Suatu penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :1. Timbulnya suatu
penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak
dikenal.2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus
selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam,
hari, minggu, bulan, tahun).3. Peningkatan kejadian
penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya (hari, minggu, bulan, tahun).4. Jumlah penderita baru
dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun
menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.6. Case Fatality
Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR dari
periode sebelumnya.7. Propotional rate (PR) penderita baru dari
suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih
dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun
sebelumnya.\8. Beberapa penyakit khusus : kolera, DHF/DSSSetiap
peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah
endemis).Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada
periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit yang bersangkutan.9. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau
lebih penderita :a. Keracunan makananb. Keracunan pestisidaTetanus
Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk ke tubuh melalui luka.Penyakit ini menginfeksi bayi baru
lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat
dengan alat yang tidak steril.Kasus TN banyak ditemukan di negara
berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang rendah.Pada tahun 2011, dilaporkan terdapat 114
kasus TN dengan jumlah meninggal 69 kasus. Dengan demikian, Case
Fatality Rate (CFR) Tetanus Neonatorum pada tahun 2011 sebesar
60,5%. Pada tahun 2011, kasus TN tersebut terjadi di 15 provinsi
dengan 13 provinsi melaporkan adanya kasus meninggal.Gambaran kasus
menurut faktor risiko status imunisasi menunjukkkan bahwa sebagian
kasus terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi yaitu 67 kasus
(59%).Menurut faktor risiko penolong persalinan, 77 kasus (68%)
ditolong oleh penolong persalinan tradisional, misalnya dukun.
Distribusi kasus menurut cara perawatan tali pusat, sebagian kasus
dilakukan perawatan tali pusat tradisional yaitu 57 kasus
(50%).Dari 5 data penyakit insidens penyakit terbanyak di Puskesmas
X tahun 2013 yaitu DBD,thypoid fever, diare, tetanus nenatorum,
ISPA yang termasuk dalam kriteria KLB adalah penyakit Tetanus
Neonatorum. Penyakit neonatorum dipilih karena Tetanus Neonatorum
mengalami peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau
lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (hari, minggu, bulan,
tahun).B. Rumusan MasalahBagaimana cara dalam penanggulangan
Teatanus Neonatorum?C. TujuanUmum
1. Untuk mengetahui cara dalam penanggulangan Tetanus
Neonatorum.
Khusus 1. Untuk mengetahui cara pencegahan dari Tetanus
Neonatoruma. Pencemaran linkunganb. Alat pemotong tali pusatc. Cara
perawatan tali pusatd. Kebersihan tempate. Kekebalan ibu hamil2.
Untuk mengetahui pengobatan dari tetanusBAB IIANALISIS KASUSA.
Analisis Secara Epidemiologia. Angka KematianMenurut WHO pada tahun
2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat
persalinan.Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau
kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.Rasio kematian ibu di
negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450/100.000
kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9
negara maju dan 51 negara persemakmuran.Menurut WHO Angka Kematian
Ibu (AKI) ditahun 2011, 81 % diakibatkan karena komplikasi selama
kehamilan, persalinan, dan nifas.Bahkan sebagian besar dari
kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia.
Sedangkan di Indonesia menurut Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia ( SDKI) 2012 hasilnya sangat mencengangkan,Angka Kematian
Ibu (AKI) melonjak draktis dari 228/100.000 kelahiran hidup tahun
2007 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup , sedang Angka Kematian
Bayi (AKB) hanya turun sedikit, dari 34/1000 kelahiran hidup (th
2007) menjadi 32 /1000 kelahiran hidup.Dalam literatur demografi,
AKI merupakan indikator yang menunjukkan banyaknya kematian
perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan
karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN,
2011).
Penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia
dicantumkan Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit
potensial wabah yaitu: Kholera, Pertusis,Pes,Rabies,Demam
Kuning,Malaria,Demam Bolak-balik,Influenza,Tifus Bercak
wabah,Hepatitis,DBD,Tifus perut,Campak,Meningitis, Polio,
Ensefalitis,Difteri,Antraks.Penyakit Diare merupakan penyakit
endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang
sering disertai dengan kematian. Laporan Riskesdas tahun 2007
menunjukkan bahwa penyakit Diare merupakan penyebab kematian nomor
77 satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada
golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat
(13,2%). Selain sebagai penyebab kematian, angka kesakitan penyakit
Diare juga masih cukup tinggi walaupun pada tahun 2010 mengalami
sedikit penurunan yaitu dari 423 per 1.000 penduduk pada tahun 2006
turun menjadi 411 per 1.000 penduduk pada tahun 2010.Kejadian Luar
Biasa (KLB) Diare masih sering terjadi terutama di daerah yang
pengendalian faktor risikonya masih rendah. Dari tahun ke tahun
kejadian KLB Diare sangat bervariasi, tetapi pada Tahun 2011 KLB
Diare berhasil turun dengan signifikan. Pada tahun 2010 terjadi KLB
Diare di 26 lokasi yang tersebar di 11 provinsi dan pada tahun 2011
terjadi KLB di 19 lokasi yang tersebar di 15 provinsi. Berikut ini
disajikan gambaran distribusi provinsi dengan KLB Diare pada tahun
2011.
Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2012Pada gambar di atas
terlihat adanya peningkatan CFR yang cukup signifikan pada tahun
2007-2008, dari 1,79% menjadi 2,94%. Angka ini terus menurun
menjadi78 0,4% pada tahun 2011. Penurunan ini dapat disebabkan oleh
adanya perbaikan penatalaksanaan kasus Diare. Pada tahun 2010 dan
2011 terdapat 7 provinsi yang setiap tahun mengalami KLB Diare
yaitu Jawa Barat, Riau, Sulawesi Tengah, Aceh, Banten, Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Target CFR saat KLB Diare diharapkan < 1%.Pada
tahun 2010 CFR tertinggi terjadi di Kab. Paniai Provinsi Papua
yaitu 21,62% dan pada tahun 2011 CFR tertinggi terjadi di Provinsi
Gorontalo yaitu 7.69%. Hal ini terjadi pada umumnya karena
penderita terlambat memperoleh pertolongan, yang antara lain akibat
letak geografis yang sulit dan biasanya jauh dari sarana pelayanan
kesehatan. Dari 15 provinsi yang terkena KLB diare tahun 2011,
jumlah tertinggi penderita terjadi di Kepulauan Riau yang menyerang
1.426 orang. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat, Banten, dan Sulawesi
Barat KLB diare menyerang lebih dari 200 jiwa.Demam berdarah adalah
penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk
ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.Aedes aegypti adalah
vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini.Nyamuk
dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah
terinfeksi virus tersebut.Sesudah masa inkubasi virus di dalam
nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat
mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang
digigitnya.Pada tahun 2011, jumlah penderita DBD yang dilaporkan
sebanyak 65.725 kasus dengan jumlah kematian 597 orang (IR= 27,67
per 100.000 penduduk dan CFR=0,91%). Angka insidens (IR) tertinggi
terdapat di Provinsi Bali, yaitu 86,33 kasus per 100.000 penduduk
dan terendah di Provinsi Papua Barat dan Papua yang melaporkan
tidak adanya kasus DBD. Sedangkan angka kematian (CFR) tertinggi
adalah Provinsi Sulawesi Barat sebesar 2,44 %, dan angka kematian
terendah DKI Jakarta (CFR=0,05%). Selama tahun 2011 terdapat 13
kabupaten/kota dari 7 provinsi yang melaporkan terjadinya KLB DBD
yaitu Kab. Labuhan Batu (Sumatera Utara), Kab. Limapuluhkota
(Sumatera Barat), Kab. Karimun (Kepulauan Riau), Kab. Rokan Hilir
(Riau), Kab. Kuantan Sengigi (Riau) dan Kab. Bengkalis (Riau), Kota
Jambi (Jambi), Kab.Batanghari (Jambi), Kab. Muaro Jambi (Jambi),
Kab. Tanjung Jabung Timur (Jambi), Kab. Lampung Utara (Lampung),
Kab. Maluku Tenggara (Maluku).
Pada tahun 2011 terdapat 5 provinsi yang memiliki Angka Kematian
(CFR) akibat DBD tinggi (> 2%) yaitu Provinsi Riau, Jambi,
Gorontalo, Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Timur. Hal ini
menunjukkan bahwa masih perlu upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan, manajemen tata laksana penderita di sarana-sarana
pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
kesehatan di rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat dan
lain-lain) termasuk peningkatan sarana- sarana penunjang diagnostik
dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan
kesehatana. Epidemiologi Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum
menyerang seluruh dunia dengan angka kesakitan dan kematian yang
masih tinggi terutama di negara berkembang. Di indonesia, angka
insiden tetanus di daerah perkotaan sekitar 6-7/1000 kelahiran
hidup, sedangkan di pedesaan angkanya lebih tinggi sekitar 2-3
kalinya yaitu 11-23/1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian
kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya. Alasan yang paling mungkin
adalah karena adanya perbedaan kemudahan menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan, tingkat pengetahuan, dan kesadaran masyarakat
untuk cepat merujuk anak ke puskesmas, serta kesulitan geografis
antara perkotaan dan pedesaan.Menurut SKRT 1995, angka kematian
bayi (AKB) di indonesia masih cukup tinggi yaitu 58/1000 kelahiran
hidup. Tetanus menyumbang 50% kematian bayi baru lahir dan sekitar
20% kematian bayi, serta menempati urutan ke-5 penyakit penyebab
kematian bayi di Indonesia. Sedangkan pada tahun 2010, menurut SKDI
2010 AKB indonesia telah menurun menjadi 32/1000 kelahiran hidup,
namun tetanus neonatorum masih merupakan penyebab utama kematian
bayi. Karena kontribusinya yang besar pada AKB, maka penyakit ini
masih merupakan masalah besar bagi dunia kesehatan.8Pada tahun 2008
WHO Memperkirakan 59.000 bayi baru lahir meninggal akibat tetanus
neonatorum, terdapat penurunan 92% dari situasi pada akhir 1980 an
dan awal 1990 an. WHO dan UNICEF mengajak seluruh negara anggotanya
untuk mengeliminasi tetanus neonatorum sejak tahun 2000 namun pada
tahun 2008 masih terdapat 46 negara yang masih belum eliminasi
tetanus neonatorum di seluruh kabupaten, salah satunya adalah
indonesia. Eliminasi tetanus tercapai bila kasus tetanus neonatorum
di tiap kabupaten atau kota adalah