Top Banner
TUGAS AKHIR (609502A) KLASIFIKASI PENYAKIT PADA ORCHIDACEAE MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK (CNN) MOCHAMMAD IRFANO ARIFIN NRP.0915040028 DOSEN PEMBIMBING FARIZI RACHMAN, S.Si.,M.Si. RYAN YUDHA ADHITYA, S.ST.,M.T. PROGRAM STUDI D4 TEKNIK OTOMASI JURUSAN TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019
79

KLASIFIKASI PENYAKIT PADA ORCHIDACEAE MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE ...repository.ppns.ac.id/2411/1/0915040028 - Mochammad... · 2019. 12. 2. · vii KATA PENGANTAR Alhamdulillahahi

Oct 20, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • i

    TUGAS AKHIR (609502A)

    KLASIFIKASI PENYAKIT PADA ORCHIDACEAE MENGGUNAKAN

    PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE CONVOLUTIONAL

    NEURAL NETWORK (CNN)

    MOCHAMMAD IRFANO ARIFIN

    NRP.0915040028

    DOSEN PEMBIMBING

    FARIZI RACHMAN, S.Si.,M.Si.

    RYAN YUDHA ADHITYA, S.ST.,M.T.

    PROGRAM STUDI D4 TEKNIK OTOMASI

    JURUSAN TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    SURABAYA

    2019

  • i

    TUGAS AKHIR (609502A)

    JUDUL HALAMAN

    KLASIFIKASI PENYAKIT PADA ORCHIDACEAE MENGGUNAKAN

    PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE CONVOLUTIONAL

    NEURAL NETWORK (CNN)

    MOCHAMMAD IRFANO ARIFIN

    NRP.0915040028

    DOSEN PEMBIMBING

    FARIZI RACHMAN, S.Si.,M.Si.

    RYAN YUDHA ADHITYA, S.ST.,MT.

    PROGRAM STUDI D4 TEKNIK OTOMASI

    JURUSAN TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    SURABAYA

    2019

  • ii

  • ii

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • iii

    LEMB AR PENGESAHAN

    TUGAS AKHIR

    KLASIFIKASI PENYAKIT PADA ORCHIDACEAE MENGGUNAKAN

    PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE CONVOLUTIONAL

    NEURAL NETWORK (CNN)

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

    Program Studi D4 Teknik Otomasi

    Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal

    Disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian:

    Periode Wisuda:

    Program Studi D4 Teknik Otomasi

    Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal

    POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

    Mengetahui/menyetujui Mengetahui/menyetujui

    Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,

    M. Basuki Rahmat, S.T., M.T. M. Khoirul Hasin S.Kom., M.Kom.

    NIP. 197305222000031001 NIP. 198812252015041003

    Mengetahui/menyetujui,

    Dosen Penguji Tanda Tangan

    1. .............................................................................. (.........................................)

    2. .............................................................................. (.........................................)

    3. .............................................................................. (.........................................)

    4. .............................................................................. (.........................................)

    Dosen Pembimbing Tanda Tangan

    1. Farizi Rachman, S. Si., M. Si. (.........................................)

    2. Ryan Yudha Adhitya, S.ST., MT. (.........................................)

  • iv

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • v

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

    No. : F.WD I. 021

    Date : 3 Nopember 2015

    Rev. : 01

    Page : 1 dari 1

    Yang bertandatangan dibawah ini:

    Nama : Moch Irfano Arifin

    NRP. : 0915040028

    Jurusan/Prodi : Teknik Kelistrikan Kapal/Teknik Otomasi

    Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

    Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :

    Klasifikasi Penyakit Pada Orchidaceae Menggunakan Pengolahan Citra

    Dengan Metode Convolutional Neural Network (CNN)

    Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.

    Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,

    maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

    Surabaya, 15 Agustus 2019

    Yang membuat pernyataan,

    (Moch Irfano Arifin)

    NRP. 0915040028

  • vi

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahahi rabbil aalamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang

    telah memberikan rahmat, karunia, dan nikmat-Nya sehingga tugas akhir yang

    berjudul “Klasifikasi Penyakit Pada Orchidaceae Menggunakan Pengolahan Citra

    dengan Metode Convolution Neural Network (CNN)” dapat diselesaikan.

    Penyusunan tugas akhir ini disusun sebagai persyaratan kelulusan program

    Diploma-4 (D-4) pada Program Studi Teknik Otomasi, Politeknik Perkapalan

    Negeri Surabaya. Selama proses pengerjaan penulis telah banyak menerima

    dukungan, masukan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

    kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Kepada Ibunda dan Ayahanda penulis R Lilis Atun Wati dan Harjanto,

    yang tiada putus memberikan kasih sayang, doa, semangat tiada henti

    kepada penulis, dan selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan

    penelitian ini.

    2. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., FRINA selaku Direktur Politeknik

    Perkapalan Negeri Surabaya.

    3. Bapak Moh. Basuki Rahmat, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik

    Kelistrikan Kapal PPNS yang telah mengarahkan dan membantu penulis

    untuk segera menyelesaikan jenjang pendidikan D4 di Teknik Otomasi

    PPNS.

    4. Bapak Dr. Eng. Imam Sutrisno, S.T., M.T. selaku Koordinator Program

    Studi Teknik Otomasi PPNS.

    5. Bapak Farizi Rachman, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah

    sabar dalam menuntun penulis serta memberikan solusi dan masukan dari

    setiap permasalahan yang dihadapi penulis dalam penelitian ini.

    6. Bapak Ryan Yudha Adhitya, S.ST., MT, selaku dosen pembimbing II yang

    telah sabar dalam menuntun penulis dan memberikan solusi dan ilmunya

    dari setiap permasalahan yang dihadapi penulis dalam penelitian ini.

    7. Seluruh Staff, Dosen, dan Karyawan Politeknik Perkapalan Negeri

    Surabaya.

  • viii

    8. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal PPNS yang telah

    memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis melaksanakan studi.

    9. Seluruh keluarga Himpunan Mahasiswa Teknik Otomasi khususnya

    teman-teman Teknik Otomasi angkatan 2015 atas segala bentuk dukungan

    serta kenangan perjuangan bersama selama menjadi mahasiswa.

    10. Elionora Brigitta Yuliro Sebagai sahabat yang selalu mendukung dan

    membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini.

    Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran

    yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Terima kasih.

    Penulis,

    Mochammad Irfano Arifin

  • ix

    KLASIFIKASI PENYAKIT PADA ORCHIDACEAE MENGGUNAKAN

    PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE CONVOLUTIONAL NEURAL

    NETWORK (CNN)

    Mochammad Irfano Arifin

    ABSTRAK

    Tanaman Anggrek merupakan tanaman hias yang bernilai jual cukup

    tinggi. Pertumbuhan tanaman harus diperhatikan kesehatannya agar bunganya

    dapat tumbuh secara indah namun pertumbuhannya akan terhambat bila terdapat

    penyakit dengan penanganan yang tidak tepat. Namun pada kenyataannya

    kesadaran dan kurangnya pengetahuan petani anggrek tentang jenis penyakit

    anggrek sehingga penyakit tersebut akan merambat ke seluruh bagian tanaman.

    Akibat yang paling buruk adalah tanaman dapat mati dan menyebar ke tanaman

    lainnya, tentu saja akan membuat petani anggrek mengalami kerugian dari sisi

    materi dan waktu maka dari itu penulis membuat suatu alat yaitu “Klasifikasi

    Penyakit Pada Orchidaceae Menggunakan pengolahan citra dengan Metode

    Convolutional Neural Network (CNN)”. Input dari sistem ini yaitu berupa hasil

    klasifikasi. Sistem Klasifikasi ini menggunakan pengolahan citra. Pengolahan

    citra dimodifikasi dengan metode Convolutional Neural Network (CNN), dimana

    algoritma ini akan mengolah dan menganalisis gambar daun pada tanaman. Daun

    yang dideteksi pada penelitian ini adalah daun dengan kategori penyakit hama

    spider mites (spider mites pest), titik hitam (Black Spot) , Cercospora dan sehat.

    Empat kemungkinan klasifikasi. Sedangkan output dari penelitian ini yaitu berupa

    hasil klasifikasi kondisi daun tersebut. Hasil dari pengujian sistem dengan sampel

    tidak termasuk dataset dengan pengambilan 10 gambar setiap kategori, didapatkan

    total 40 gambar memiliki tingkat keberhasil sebesar 85%, berdasarkan tingkat

    keberhasilan tersebut dapat dikatakan bahwa sistem berjalan sesuai dengan

    fungsinya dengan cukup baik.

    Kata kunci : Convolutional Neural Network, Pengolahan Citra, tanaman anggrek,

    PC.

  • x

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • xi

    CLASSIFICATION OF DISEASE IN ORCHIDACEAE USING IMAGE

    PROCESSING WITH THE CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK

    (CNN) METHOD

    Mochammad Irfano Arifin

    ABSTRACT

    Orchid plants are ornamental plants that have a high enough sale value.

    The growth of plants must be considered for their health so that the flowers can

    grow beautifully, but their growth will be hampered if there are diseases with

    improper handling. But in reality the awareness and lack of knowledge of orchid

    farmers about the types of orchid diseases so that the disease will spread to all

    parts of the plant. The worst result is that plants can die and spread to other

    plants, of course, will make orchid farmers experience losses in terms of material

    and time, so the authors make a tool that is "Classification of Disease in

    Orchidaceae Using image processing with Convolutional Neural Network (CNN)

    Method) ". Input from this system is in the form of classification results. This

    classification system uses image processing. Image processing is modified by the

    Convolutional Neural Network (CNN) method, where this algorithm will process

    and analyze leaf images on plants. The leaves detected in this study were those

    with spider mites pest, black spot, cercospora and healthy pests. Four possible

    classifications. While the output of this study is in the form of the results of the

    classification of the leaf conditions. The results of testing the system with a sample

    that does not include a dataset with taking 10 pictures per category, obtained a

    total of 40 images has a success rate of 85%, based on the success rate it can be

    said that the system runs according to its function quite well.

    Keywords : Convolutional Neural Network, Image Processing, Orchid plants.

  • xii

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • xiii

    DAFTAR ISI

    JUDUL HALAMAN .............................................................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................... v

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

    ABSTRAK ............................................................................................................ ix

    ABSTRACT ........................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

    BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

    1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2

    1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

    1.5 Batasan Masalah .......................................................................................... 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

    2.1 Tanaman Anggrek (Orchidaceae) ............................................................... 5

    2.2 Dasar Teori ................................................................................................ 10

    2.2.1 Model Warna RGB............................................................................. 10

    2.2.2 Neural Network .................................................................................. 10

    2.2.3 Convolutional Neural Network .......................................................... 14

    2.2.4 Python................................................................................................. 17

    2.2.5 OpenCV .............................................................................................. 18

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 19

    3.1 Identifikasi Masalah dan Studi Literatur ................................................... 20

    3.2 Analisa Kebutuhan Sistem ........................................................................ 20

    3.3 Desain dan Perancangan Sistem ................................................................ 21

    3.3.1 Perancangan Sistem............................................................................ 21

    3.3.2 Diagram Blok Sistem ......................................................................... 22

    3.3.3 Rancangan Spesifikasi Sistem ............................................................ 23

    file:///C:/Users/User/Downloads/fixx.docx%23_Toc19449501

  • xiv

    3.4 Arsitektur CNN .......................................................................................... 23

    3.5 Contoh Perhitungan CNN .......................................................................... 24

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 31

    4.1. Pengujian Hardware ................................................................................... 31

    4.1.1 Pengujian Kamera................................................................................ 31

    4.2 Software ..................................................................................................... 31

    4.2.1. Tampilan Interface ............................................................................... 31

    4.2.2 Pembentukan dan Pengambilan Dataset ............................................. 32

    4.2.3 Konvolusi Karnel ................................................................................ 33

    4.2.4 Maxpooling ......................................................................................... 35

    4.2.5 Training .............................................................................................. 37

    4.2.6 `Pengujian Data Real Time ................................................................. 42

    4.3 . Analisa ..................................................................................................... 49

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 51

    5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 51

    5.2 Saran .......................................................................................................... 51

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Dataset Kategori Sehat .......................................................................... 32

    Tabel 4.2 Dataset Kategori penyakit ..................................................................... 32

    Tabel 4.3 Hasil Konvolusi 1 Gambar .................................................................... 33

    Tabel 4. 4 Hasil Konvolusi Gambar 2 ................................................................... 34

    Tabel 4. 5 Hasil maxpooling 1 .............................................................................. 35

    Tabel 4. 6 Gambar Hasil Proses Maxpooling 2 .................................................... 36

    Tabel 4.7 Pembagian dataset dan spesifikasinya .................................................. 37

    Tabel 4.8 Vektor Output ....................................................................................... 38

    Tabel 4.9 Data akhir hasil training RMSprop Optimizer ...................................... 39

    Tabel 4.10 Data akhir hasil training Adam Optimizer .......................................... 41

    Tabel 4.11 Data akhir hasil training Adadelta Optimizer ..................................... 42

    Tabel 4.12 Hasil Klasifikasi pada penyakit spider mites Tidak Masuk Dataset ... 43

    Tabel 4.13 Hasil Klasifikasi black spot Tidak Masuk Dataset ............................. 44

    Tabel 4.14 Hasil Klasifikasi Cescospora .............................................................. 45

    Tabel 4.15 Hasil Klasifikasi sehat Tidak Masuk Dataset ..................................... 47

    Tabel 4.16 Hasil Presentase Keberhasilan Tidak Masuk Dataset ......................... 48

    Tabel 4.17 Hasil Presentase Keberhasilan Tidak Masuk Dataset ......................... 50

  • xvi

    “Halaman Sengaja Dikosongkan”

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2. 1 Data produksi anggrek 2008-2017 (Statistik, 2017) .......................... 6

    Gambar 2. 2 Spider mites (Paul J. Johnson, 2008) ................................................. 7

    Gambar 2. 3 Spider mites pest (Paul J. Johnson, 2008) .......................................... 8

    Gambar 2. 4 Black Spot (Dummer, 2017) .............................................................. 8

    Gambar 2. 5 Cercospora pada anggrek ................................................................... 9

    Gambar 2. 6 Model Warna RGB........................................................................... 10

    Gambar 2. 7 Neuron Secara Biologi pada Neural Network (Hakim, 2017) ......... 11

    gambar 2. 8 Struktur Multi Layer Perceptron (Nazar, 2018) ................................ 13

    Gambar 2. 9 Arsitektur Convolutional Neural Network ....................................... 15

    Gambar 2. 10 Operasi Konvolusi (I Wayan Suartika E. P, 2016) ........................ 16

    Gambar 2. 11 Operasi Max Pooling (I Wayan Suartika E. P, 2016) .................... 17

    Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 19

    Gambar 3. 2 Gambaran Umum CNN .................................................................... 21

    Gambar 3. 3 Flowchart Alur Sistem ..................................................................... 22

    Gambar 3. 4 Rancangan Desain Kerja Hardware ................................................. 22

    Gambar 3. 5 Gambar berukuran 10 x 10 sebelum dilakukan konvolusi ............... 25

    Gambar 3. 6 Gambar berukuran 10 x 10 dalam bentuk array ............................... 25

    Gambar 3. 7 Gaussian karnel 3 x 3. ...................................................................... 25

    Gambar 3. 8 Posisi proses konvolusi, (A) posisi 1, (B) posisi 2, (C) Posisi 3. ..... 26

    Gambar 3. 9 Hasil konvolusi menghasilkan feature maps berukuran 8 x 8 .......... 27

    Gambar 3. 10 Hasil Max pooling 4 x 4 ................................................................. 28

    Gambar 3. 11 Proses Flattening ............................................................................ 28

    Gambar 4. 1 Hasil Pengujian Koneksi Kamera .................................................... 31

    Gambar 4. 2 Tampilan Interface ........................................................................... 32

    Gambar 4. 3 Grafik training akurasi SGD Optimizer ........................................... 39

    Gambar 4. 4 Grafik training loss SGD Optimizer................................................. 39

    Gambar 4. 5 Grafik training akurasi Adam Optimizer ......................................... 40

    Gambar 4. 6 Grafik training loss Adam Optimizer ............................................... 40

    Gambar 4. 7 Grafik training akurasi Adadelta Optimizer ..................................... 41

    Gambar 4. 8 Grafik training loss Adadelta Optimizer .......................................... 42

  • xviii

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyakit tanaman merupakan suatu ancaman tersendiri pada bidang

    pertanian maupun perkebunan di seluruh bagian dunia (Guan et al 2009).

    Penyakit yang tidak ditangani secara tepat akan mengakibatkan pengurangan

    hasil panen tanaman tersebut. Identifikasi awal penyakit sangat diperlukan, hal

    ini agar penyakit tanaman tidak segera menyebar ke tanaman yang lain. Deteksi

    penyakit tanaman biasa dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada tiap

    tanaman. Pengalaman dari pengamat untuk mendeteksi penyakit tanaman dan

    ketelitian sangat diperlukan mengingat metode manual seperti ini akan

    memakan waktu dan biaya yang banyak jika dilakukan pada perkebunan yang

    luas dan juga akan memberi informasi secara langsung jika tanaman mengidap

    penyakit agar pengobatannya tidak terlambat dan tidak menyebar luas.

    Deteksi penyakit tanaman secara otomatis merupakan topik yang menjadi

    fokus utama para pemilik perkebunan ataupun yang tertarik dengan bidang

    agrikultur. Metode deteksi otomatis ini berdasarkan pengamatan menggunakan

    proses gambar yang ditunjang dengan perkembangan teknologi visual dan

    produk digital. Pendeteksian penyakit tanaman ini berdasar pada daun yang

    terkena penyakit. Bagaimanapun juga, deteksi otomatis ini masih banyak

    kekurangan dikarenakan sangat kompleksnya tanda dari penyakit tanaman itu

    sendiri. Seperti pada journal (Kurniawan, 2016) tentang penelitian

    “IDENTIFIKASI JENIS PENYAKIT DAUN TEMBAKAU MENGGUNAKAN

    METODE GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX (GLCM) DAN

    SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)”.

    Pada tugas akhir ini bertujuan untuk mendeteksi tentang kondisi penyakit

    yang menyerang tanaman anggrek dimana terdapat beberapa macam penyakit

    dari tanaman anggrek seperti daun yang menguning, bercak hitam dan bercak

    hijau muda dimana penyakit tersebut disebabkan oleh jamur, virus dan faktor

  • 2

    lingkungan. Dimana pengolahan citra akan digunakan disini pada kondisi daun

    yang mempunyai penyakit dan akan memberikan kesimpulan terhadap penyakit

    yang dimiliki tanaman anggrek.

    Pada penggunaan metode dalam pengolahan citra menggunakan CNN

    (convolution neural network) pemilihan metode ini karena pada penelitian yang

    dilakukan oleh (Aris Nasuha, 2018) bahwa klasifikasi antara MLP dengan CNN,

    dengan variasi parameter, akurasi validasi CNN selalu lebih tinggi disbanding

    MLP , pada metode lain nya seperti SVM (support vector machine) seperti yang

    dikatakan oleh (Sharma, 2018) bahwa CNN lebih baik dalam pengenalan gambar

    visual. Pada pengolahan citra akan diambil sampel dimana sampel tersebut

    digunakan sebagai data training untuk klasifikasi kesehatan dari tanaman

    anggrek. Daun tanaman anggrek yang akan di ambil sampelnya adalah daun

    tanaman anggrek yang sehat dan daun tanaman anggrek yang tidak sehat atau

    terkena penyakit tertentu dengan kesimpulan penyakit apa yang dialami oleh

    tanaman anggrek sehingga penangan proses perawatan cepat dilakukan. Pada

    Tugas Akhir kali ini fokus terhadap gejala penyakit yang dialami pada daun

    tanaman anggrek

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diperoleh

    rumusan masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana perancangan sistem identifikasi klasifikasi penyakit pada

    tanaman anggrek dengan pengolahan citra?

    2. Bagaimana implementasi Sistem Identifikasi Klasifikasi Penyakit pada

    Orchidaceae Menggunakan Pengolahan Citra dengan Metode

    Convolutional Neural Network (CNN)?

    3. Bagaimana mendapatkan arsitektur CNN yang optimal?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka penelitian ini mempunyai

    tujuan sebagai berikut:

  • 3

    1. Mampu merancang sistem identifikasi klasifikasi penyakit pada tanaman

    anggrek dengan pengolahan citra.

    2. Mampu mengimplementasikan metode CNN (Convolutional Neural

    Network) pada sistem Klasifikasi Penyakit pada Orchidaceae

    Menggunakan Pengolahan Citra dengan Metode Convolution Neural

    Network (CNN).

    3. Mampu mendapatkan arsitektur CNN yang optimal.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat pada penelitian ini adalah.

    1. Terciptanya sebuah sistem identifikasi penyakit pada tanaman anggrek

    menggunakan sensor kamera.

    2. Mengurangi resiko terjadinya penyebaran penyakit dan penanganannya

    pada tanaman anggrek.

    3. Memberikan informasi penyebab terjadinya penyakit tersebut dan juga

    cara mengatasi penyakit tersebut sesuai dengan penyakit yang dialami

    4. Membantu pekerjaan petani anggrek untuk proses monitoring tanaman

    anggrek terutama pada skala luas

    1.5 Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain.

    1. Pada tugas akhir ini fokus dari klasifikasi penyakit dilihat dari gejala

    yang terdapat pada daun tanaman

    2. Penyakit yang dapat di identifikasi pada saat ini adalah hama spider

    mites (spider mites pest), baktreri titik hitam (Black Spot) dan

    Cercospora

    3. Dalam pemprosesan pada pengolahan citra menggunakan pc.

    4. Agar hasil yang didapat maksimal Kondisi pada tempat pengambilan

    citra telah diatur oleh penulis dengan menggunakan backgorund putih

  • 4

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • 5

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanaman Anggrek (Orchidaceae)

    Anggrek memiliki nama latin Orchidaceae, yaitu merupakan satu suku

    tumbuhan berbunga yang memiki anggota atau jenis terbanyak. Meskipun

    beberapa besar anggotanya ditemukan di wilayah tropika. Umumnya anggota

    suku ini hidup sebagai epifit, terlebih yang datang dari wilayah tropika.

    Anggrek di wilayah beriklim sedang umumnya hidup di tanah serta

    membentuk umbi sebagai langkah beradaptasi pada musim dingin. Seperti

    halnya bunga-bunga lainya, Anggrek juga memiliki ciri khas tersendiri hingga

    menjadikanya beda serta mudah dikenali. Bagian suku ini cenderung

    mempunyai organ-organ yang sukulen atau berdaging yaitu tidak tipis dengan

    kandungan air yang tinggi. Karena ia bisa hidup pada situasi ketersediaan air

    yang rendah. Air didapatkan dari hujan, tetesan, embun, atau uap air di udara.

    Daun anggrek biasanya oval memanjang dengan tulang daun memanjang pula,

    khas daun monokotil. Daun dapat pula menebal dan berfungsi sebagai

    penyimpan air.

    Seperti kata (Suryanto, 2011) Pengendalian penyakit pada tanaman hias

    lebih susah dari pada pengendalian serangan hama. Pencegahan sangat

    dianjurkan. Pengaturan drainase yang baik, sirkulasi udara berjalan baik,

    penyiraman cukup atau tidak berlebih. Sehingga akan terbentuk lingkungan

    yang sesuai. Pada umumnya penyakit tanaman hias muncul dari faktor

    kelembaban yang berlebih. Musim hujan, yang menyebabkan kelembaban

    tinggi akan banyak kasus penyakit bermunculan, bila dibandingkan pada

    musim kemarau. Faktor utama menjaga serangan penyakit adalah bagaimana

    dapat mengendalikan kelembaban lingkungan. Melakukan penyemprotan

    dengan fungisida secara rutin saat musim hujan. Menjaga kebersihan di dalam

    kebun maupun disekitarnya, hindarkan terjadinya genangan-genangan air

    setelah hujan.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Monokotil

  • 6

    Popularitas Anggrek sangat tinggi dilihat dari proses produksi tanaman

    Anggrek yang stabil dan terus meningkat, oleh karena itu dalam membuat alat

    ini dapat diharapkan dapat meningkatkan produksi anggrek dan lebih banyak

    petani anggrek yang tidak khawatir akan penyebaran penyakit akibat

    terlambatnya proses penanganan anggrek yang sakit. Dari data yang didapat

    dari Badan Pusat Statistika dapat dilihat total produksi anggrek dari tahun

    2008-2017. (Statistik, 2017).

    Gambar 2. 1 Data produksi anggrek 2008-2017 (Statistik, 2017)

    Jenis penyakit pada anggrek sangat beragam dan juga terjadi pada semua

    bagian tanaman anggrek pada Tugas Akhir ini proses klasifikasi penyakit

    yang akan dilihat adalah yang terjadi pada daun anggrek dan tertuju pada 3

    penyakit yaitu penyakit hama spider mites (spider mites pest), baktreri titik

    hitam ( Bacterial Black Spot) dan Cercospora. Pada 3 penyakit tersebut

    kemudian dijadikan tujuan utama dari proses klasifikasi dalam Tugas Akhir

    ini. Berikut adalah data tentang ketiga penyakit yang didapat dari proses

    dalam lingkungan yang sesuai dan ideal untuk tumbuhnya penyakit tersebut.

    1. Spider mites pest

    Spider mites pest adalah Spesies tungau yang merupakan hama

    pada anggrek yang dibudidayakan umumnya jatuh ke dalam dua kategori

    utama, tungau laba-laba, dan tungau datar. Yang terakhir ini juga disebut

    tungau laba-laba palsu, tetapi nama tungau datar lebih disukai karena

    deskriptif yang akurat dan menghindari kebingungan dengan tungau laba-

    15309964

    16205949

    14050445

    15490256

    20727891

    20277672

    19739627

    21514789

    19978078

    20045577

    0

    5000000

    10000000

    15000000

    20000000

    25000000

    2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

    pertumbuhan produksi orchidaceae

  • 7

    laba. Ada spesies tungau hama lain, tetapi mereka umumnya kurang

    penting.

    Tungau laba-laba yang paling umum dikenal sebagai hama

    anggrek yang persisten adalah tungau laba-laba dua-bintik yang umum

    (Tetranychus urticae),. Tungau laba-laba berwarna hijau kekuning-

    kuningan dan biasanya dengan dua area gelap besar di kedua sisi tubuh

    dengan panjang sekitar pertengahan. Mereka adalah spesies aktif yang

    mudah terlihat berkeliaran di tanaman. Tungau laba-laba menerima nama

    mereka karena anyaman sutra yang mereka hasilkan, bukan karena mereka

    mungkin tampak seperti laba-laba kecil. Dua bintik ini juga dikenal

    dengan nama-nama umum lainnya, termasuk "tungau laba-laba merah"

    karena bentuk musim dingin berwarna oranye-merah. Namun, ada

    kemungkinan bahwa dalam beberapa kasus bentuk merah dari dua bercak

    tersebut sebenarnya adalah tungau laba-laba carmine. Kedua spesies

    bersifat global, memakan banyak jenis tanaman (polifag), dan mudah

    ditransportasikan ke berbagai jenis tanaman. (Paul J. Johnson, 2008)

    Gambar 2. 2 Spider mites (Paul J. Johnson, 2008)

    Pada Gambar 2.2 adalah hama yang menyerang pada tanaman

    anggrek. Pada tanaman yang diserang oleh tanaman anggrek akan terjadi

    perubahan fisik pada daun anggrek yaitu pada permukaan daun anggrek

    terutama pada bagian bawah akan terasa kasar dan berwarna putih hingga

    kecokelatan seperti pada gambar 2.3

  • 8

    Gambar 2. 3 Spider mites pest (Paul J. Johnson, 2008)

    2. Black spot

    Black spot pada anggrek merespon dengan cepat terhadap

    sesuatu yang salah di lingkungan mereka. Bintik hitam adalah salah satu

    tanda masalah. Langkah pertama dalam mengobati bintik-bintik hitam

    pada daun anggrek Anda adalah mendiagnosis masalahnya. Bercak daun

    juga bisa menandakan penyakit bakteri atau jamur. Bintik daun bakteri

    cukup umum di antara anggrek, dan dapat menjadi agresif dan berbahaya.

    Demikian pula, gangguan jamur dan menyebabkan bercak daun, terutama

    jika tanaman dibiarkan terkena kelembaban pada malam yang

    dingin.Kecuali jika tanaman itu berharga, pendekatan terbaik adalah

    membuangnya, karena penyakit ini sangat menular dan akan menyebar

    dari satu tanaman ke tanaman lainnya dari percikan (Dummer, 2017). Pada

    gambar 2.4 dapat dilihat bahwa tanaman tersebut mempunyai penyakit

    black spot yang disebabkan oleh jamur (fungal)

    Gambar 2. 4 Black Spot (Dummer, 2017)

  • 9

    3. Cercospora

    Penyakit bercak daun serkpora dari Dendrobium spp. telah

    dilaporkan di Florida, Thailand, dan sebagian besar wilayah tropis di

    dunia di mana dendrobium ditanam. Ini paling sering terjadi di Florida

    selatan dan telah signifikan dalam produksi dendrobium. Spesies patogen

    daun cercospora lainnya kadang-kadang ditemukan pada genera anggrek

    lain, termasuk Angraceum, Cattleya, Odontoglossum, Brasavola,

    Broughtonia, Epidendrum, dan Schomburgkia. Lesi daun pada

    Dendrobium pertama kali dicatat pada permukaan bawah daun sebagai

    bintik-bintik cekung kuning pucat, dengan diameter 1 sampai 3 mm.

    Seiring waktu, bintik-bintik terus membesar dalam pola melingkar atau

    tidak teratur dan akhirnya dapat menutupi seluruh bagian bawah daun.

    Kemudian bintik-bintik menjadi sedikit cekung dan ungu-hitam dengan

    margin yang tersisa berwarna kuning. Setelah munculnya bintik-bintik

    pada permukaan daun yang lebih rendah, area hijau kuning pucat yang

    sesuai dapat dilihat pada permukaan daun bagian atas. Akhirnya bintik-

    bintik berubah menjadi keunguan-hitam atau hitam. Daun yang terinfeksi

    berat menghilang. Masa basah daun yang terlalu lama harus dihindari.

    Chlorothalonil dan thiophanate-methyl diberi label untuk mengontrol

    bercak daun serkpora pada anggrek di Amerika Serikat. Hasil dari uji

    fungisida cercospora yang dilakukan pada tahun 2005 menunjukkan

    bahwa BASF 516 04 F (pycadostrobin + boscalid) 38% WG pada 340,2 g

    per 379 L air dan pyraclostrobin 20% WG pada 226,8 g per 379 L air

    secara signifikan efektif. (ROBERT T. MCMILLAN, 2008)

    Gambar 2. 5 Cercospora pada anggrek

  • 10

    2.2 Dasar Teori

    2.2.1 Model Warna RGB

    Model warna RGB adalah model warna yang paling umum digunakan

    pada pengolahan citra. RGB adalah adalah suatu model warna yang terdiri

    dari 3 buah warna yaitu: Red, Green, dan Blue yang kemudian

    ditambahkan berbagai komposisi untuk menghasilkkan warna baru. Pada

    Gambar 2.6 menunjukkan model warna RGB.

    Gambar 2. 6 Model Warna RGB

    Citra RGB disusun dari tiga buah kanal warna primer yaitu Merah

    (Red), Hijau (Green) dan Biru (Blue). Setiap kanal penyusun warna RGB

    berisikan intensitas warnanya dalam skala 8bit atau range nilai antara 0

    hingga 255. Pada tiap piksel elemen sebuah citra, berisikan perpaduan

    ketiga warna tersebut. Seperti pada gambar 2.6 warna putih, perpaduan

    ketiganya adalah pada nilai maksimal (255,255,255) sedangkan untuk

    warna hitam, perpaduan warna ketiganya berada pada nilai minimal

    (0,0,0). Dari ketiga perpaduan warna ini didapatkan 16 juta warna variasi

    (Khumaidi, et al., 2017 dalam Nazar, 2018).

    2.2.2 Neural Network

    Neural network merupakan bagian dari sistem kecerdasan buatan yang

    digunakan untuk memproses informasi yang didesain dengan menirukan

    cara kerja otak manusia dalam menyelesaikan masalah dengan melakukan

    proses belajar melalui perubahan bobot sinapsisnya (Norvig, 1995). Neural

    Network sendiri merupakan replika dari sistem syaraf yang terdapat pada

    sistem otak manusia. Dalam proses kerjanya, otak manusia disusun dari

    berbagai miliaran neuron dimana masing-masing neuron tersebut

  • 11

    terhubung pada puluhan ribu neuron yang lain. Suatu neuron tersusun atas

    3 komponen utama, yaitu:

    1. Dendrit merupakan saluran sinyal input yang kekuatan dari koneksinya

    kepada inti sel dipengaruhi oleh sebuah bobot (Weight).

    2. Badan Sel adalah tempat proses komputasi sinyal input berbobot untuk

    menghasilkan sinyal output yang kemudian akan dikirimkan kepada

    neuron.

    3. Axon adalah bagian yang mengirimkan sinyal output kepada neuron

    lain yang terhubung pada neuron.

    Gambar 2. 7 Neuron Secara Biologi pada Neural Network (Hakim, 2017)

    Dapat dilihat pada Gambar 2.7 Hubungan neuron secara biologi

    dan neuron pada neural network. Pada model neural network, dendrit

    direpresentasikan sebagai input dimana merupakan informasi yang

    diperlukan oleh neural network dalam menyelesaikan masalah yang

    diberikan. Sedangkan badan sel merupakan tempat melakukan proses

    perhitungan komputasi. Selanjutnya hasil dari proses perhitungan yang

    dilakukan pada badan sel akan dikeluarkan pada output yang merupakan

    representasi dari axon.

    Pada umumnya jaringan syaraf tiruan memiliki tiga lapisan, yaitu

    Input layer, hidden layer, dan Output layer. Berikut penjelasan mengenai

    layer pada NN.

    1. Input layer

    Input layer berisi neuron-neuron yang masing-masing menyimpan

    sebuah nilai masukan yang tidak berubah pada fase latih dan hanya

    dapat berubah jika diberikan nilai masukan baru. Neuron pada lapisan

    ini tergantung pada banyaknya Input dari suatu pola.

  • 12

    2. Hidden layer

    Lapisan ini tidak pernah muncul sehingga dinamakan hidden layer.

    Akan tetapi semua proses pada fase pelatihan dan fase pengenalan

    dijalankan di lapisan ini. Jumlah lapisan ini tergantung dari arsitektur

    yang akan dirancang, tetapi pada umumnya terdiri dari satu lapisan

    hidden layer.

    3. Output layer

    Output layer berfungsi untuk menampilkan hasil perhitungan

    sistem oleh fungsi aktivasi pada lapisan hidden layer berdasarkan Input

    yang diterima. Neural network ditentukan oleh tiga hal, yaitu pola

    hubungan antar neuron yang disebut jaringan. Metode untuk

    menentukan bobot penghubung yang disebut metode Training /

    learning / algoritma, dan fungsi aktivasi atau fungsi transfer. Salah satu

    arsitektur NN yang sangat populer adalah multi layer feedforward

    networks. Secara umum, jaringan seperti ini terdiri dari sejumlah unit

    neuron sebagai lapisan Input, satu atau lebih lapisan simpul-simpul

    neuron komputasi hidden (lapisan tersembunyi), dan sebuah lapisan

    simpul-simpul neuron komputasi Output. Sinyal Input dipropagasikan

    kearah depan (arah lapisan Output), lapisan demi lapisan. Jenis jaringan

    ini adalah hasil generalisasi dari arsitektur perceptron satu lapisan, jadi

    biasa disebut sebagai multi layer perceptron (MLP).

    Propagasi balik (ke arah lapisan Input) terjadi setelah jaringan

    menghasilkan Output yang mengandung Error. Pada fase ini seluruh

    bobot synaptic (yang tidak memiliki aktivasi nol) dalam jaringan akan

    disesuaikan untuk mengkoreksi/memperkecil Error yang terjadi (Error

    correction rule). Untuk pelatihan jaringan, pasangan fase propagasi ke

    depan dan balik dilakukan secara berulang untuk satu set data latihan,

    kemudian diulangi untuk sejumlah epoch (satu sesi lewatan untuk

    seluruh data latihan dalam sebuah proses pelatihan jaringan) sampai

    Error yang terjadi mencapai batas kecil toleransi tertentu atau nol.

    MLP terdiri dari beberapa unit pemroses (neuron) seperti pada

    Gambar 2.8, yang terhubung dan mempunyai beberapa masukan serta

  • 13

    memiliki satu atau beberapa Output. Perceptron digunakan untuk

    menghitung jumlah nilai perkalian penimbang dan masukan dari

    parameter yang kemudian dibandingkan dengan nilai threshold, jika

    keluaran lebih besar dari threshold maka keluaran adalah satu,

    sebaliknya adalah nol (Mauridhi Hery, 2006).

    Inp

    uts

    Input layer

    Hidden layer

    Output layer

    Ou

    tpu

    ts

    Gambar 2. 8 Struktur Multi Layer Perceptron (Nazar, 2018)

    Pernyataan ini merupakan hasil proses pelatihan yang dalam bentuk

    bahasanya adalah pernyataan iya atau tidak. Secara matematis dapat

    ditulis dengan persamaan seperti pada Persamaan 2.1:

    Jumlah perkalian penimbang dan paramater masukan adalah:

    Dengan:

    = Input

    = sinyal masukan

    = penimbang

    Dari Persamaan 2.1 Bila I > T maka keluaran O = 1, dengan T

    adalah threshold. Pelatihan pada perceptron dilakukan dengan merubah

    nilai penimbangnya sehingga sesuai dengan kebutuhan, dilakukan

    dengan membandingkan keluaran dari JST dengan targetnya, proses

    tersebut dapat dituliskan pada Persamaan 2.2

    ( )

    Dengan:

    = target

    = bilangan konstan

    = Output

  • 14

    Proses diatas dijalankan pada setiap neuron yang ada pada setiap

    layer sampai penimbang tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Nilai

    awal penimbang adalah bilangan kecil yang diambil secara acak (Nazar,

    2018).

    Pada tugas akhir ini NN digunakan pelatihan dan Testing untuk

    klasifikasi penyakit. Yang dimana setelah proses konvolusi dan

    subsampling selesai, proses akhir akan dikombinasikan dengan NN

    untuk mendapatkan nilai hidden layer.

    2.2.3 Convolutional Neural Network

    Convolutionalal Neural Network (CNN) adalah pengembangan dari

    Multilayer Perceptron (MLP) yang didesain untuk mengolah data dua

    dimensi. Convolutional Neural Network termasuk dalam jenis Deep

    Neural Network karena kedalaman jaringan yang tinggi dan banyak

    diaplikasikan pada data citra. Pada kasus klasifikasi citra, MLP kurang

    sesuai untuk digunakan karena tidak menyimpan informasi spasial dari

    data citra dan menganggap setiap piksel adalah fitur yang independen

    sehingga menghasilkan hasil yang kurang baik (I Wayan Suartika E. P,

    2016).

    Secara teknis, CNN adalah sebuah arsitektur yang dapat dilatih dan

    terdiri dari beberapa tahap. Masukan (input) dan keluaran (output) dari

    setiap tahap adalah terdiri dari beberapa array yang biasa disebut feature

    map. Convolutional neural network sendiri adalah perpaduan antara

    konvolusi citra untuk proses ekstraksi feature, dan neural network untuk

    klasifikasi. Berikut adalah jaringan arsitektur Convolutional Neural

    Network :

  • 15

    Gambar 2. 9 Arsitektur Convolutional Neural Network

    Berdasarkan aristektur LeNet5 (Stanford, 2016), terdapat 4 macam

    layer utama pada sebuah CNN yaitu Convolutional layer, relu layer,

    subsampling layer, dan fully connected layer. Berikut ini adalah penjelasan

    mengenai masing-masing layer.

    1. Convolutional Layer

    Convolutional Layer melakukan operasi konvolusi pada output dari

    layer sebelumnya. Layer tersebut adalah proses utama yang mendasari

    sebuah CNN. Konvolusi adalah suatu istilah matematis yang berati

    mengaplikasikan sebuah fungsi pada output fungsi lain secara berulang.

    Dalam pengolahan citra, konvolusi berati mengaplikasikan sebuah

    kernel (kotak kuning) pada citra disemua offset yang memungkinkan

    seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 Kotak hijau secara

    keseluruhan adalah citra yang akan dikonvolusi. Kernel bergerak dari

    sudut kiri atas ke kanan bawah. Persamaan 2.3 berikut adalah

    persamaan Konvolusi.

    (2.3)

    Tujuan dilakukannya konvolusi pada data citra adalah untuk

    mengekstraksi fitur dari citra input. Konvolusi akan menghasilkan

    transformasi linear dari data input sesuai informasi spasial pada data.

    Bobot pada layer tersebut menspesifikasikan kernel konvolusi yang

    digunakan, sehingga kernel konvolusi dapat dilatih berdasarkan input

    pada CNN.

  • 16

    Gambar 2. 10 Operasi Konvolusi (I Wayan Suartika E. P, 2016)

    2. ReLu Layer

    ReLu atau rectified linear unit layer, pada layer ini dapat

    diibaratkan seperti thresholding atau sama halnya seperti fungsi aktivasi

    pada jaringan syaraf tiruan. Dengan tujuan untuk menjaga hasil citra

    proses konvolusi berada pada domain definit positif. Angka yang

    dihasilkan harus bernilai positif dikarenakan fungsi aktivasi pada

    jaringan syaraf tiruan propagasi balik pada penelitian ini menggunakan

    fungsi relu. Sehingga setiap angka hasil prospppes konvolusi yang

    bernilai negatif akan terlebih dahulu melalui proses ReLu yang

    menjadikan nilai negatif bernilai sama dengan nol.

    (2.4)

    3. Subsampling Layer

    Subsampling adalah proses mereduksi ukuran sebuah data citra.

    Dalam pengolahan citra, subsampling juga bertujuan untuk

    meningkatkan invariansi posisi dari fitur. Dalam sebagian besar CNN,

    metode subsampling yang digunakan adalah max pooling. Max pooling

    membagi output dari Convolutional layer menjadi beberapa grid kecil

    lalu mengambil nilai maksimal dari setiap grid untuk menyusun matriks

    citra yang telah direduksi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11

    Grid yang berwarna merah, hijau, kuning dan biru merupakan

    kelompok grid yang akan dipilih nilai maksimumnya. Sehingga hasil

    dari proses tersebut dapat dilihat pada kumpulan grid disebelah

    kanannya. Proses tersebut memastikan fitur yang didapatkan akan sama

    meskipun objek citra mengalami translasi (pergeseran).

  • 17

    Gambar 2. 11 Operasi Max Pooling (I Wayan Suartika E. P, 2016)

    Menurut Springenberg (J. T. Springenberg, 2015), penggunaan

    pooling layer pada CNN hanya bertujuan untuk mereduksi ukuran citra

    sehingga dapat dengan mudah digantikan dengan sebuah Convolutional

    layer dengan stride yang sama dengan pooling layer yang

    bersangkutan.

    4. Fully Connected Layer

    Layer tersebut adalah layer yang biasanya digunakan dalam

    penerapan MLP dan bertujuan untuk melakukan transformasi pada

    dimensi data agar data dapat diklasifikasikan secara linear. Setiap

    neuron pada Convolutional layer perlu ditransformasi menjadi data satu

    dimensi terlebih dahulu sebelum dapat dimasukkan ke dalam sebuah

    fully connected layer. Karena hal tersebut menyebabkan data

    kehilangan informasi spasialnya dan tidak reversibel, fully connected

    layer hanya dapat diimplementasikan di akhir jaringan. Convolutional

    layer dengan ukuran kernel 1 x 1 melakukan fungsi yang sama dengan

    sebuah fully connected layer namun dengan tetap mempertahankan

    karakter spasial dari data (I Wayan Suartika E. P, 2016).

    2.2.4 Python

    Python adalah bahasa pemrograman model skrip (scripting language)

    yang berorientasi obyek. Python dapat digunakan untuk berbagai

    keperluan pengembangan perangkat lunak dan dapat berjalan di berbagai

    platform sistem operasi. Python merupakan bahasa pemrograman yang

    freeware atau perangkat bebas dalam arti sebenarnya, tidak ada batasan

    dalam penyalinannya atau mendistribusikannya. Lengkap dengan source

  • 18

    codenya, debugger dan profiler, antarmuka yang terkandung di dalamnya

    untuk pelayanan antarmuka, fungsi sistem, GUI (antarmuka pengguna

    grafis), dan basis datanya (Triasanti, 2001).

    Beberapa fitur yang dimiliki Python adalah:

    1. Memiliki kepustakaan yang luas dan dalam distribusi Python telah

    disediakan modul-modul.

    2. Memiliki tata bahasa yang jernih dan mudah dipelajari.

    3. Memiliki aturan layout kode sumber yang memudahkan pengecekan,

    pembacaan kembali dan penulisan ulang kode sumber.

    4. Berorientasi objek.

    5. Dapat dibangun dengan Bahasa Python maupun C/C++.

    2.2.5 OpenCV

    OpenCV (Open Source Computer Vision) adalah library dari fungsi

    pemrograman untuk realtime visi komputer. OpenCV menggunakan lisensi

    BSD dan bersifat gratis baik untuk penggunaan akademis maupun

    komersial. OpenCV dapat digunakan dalam bahasa pemrograman C, C++,

    Python, Java, dan sebagainya. OpenCV dapat digunakan pada sistem

    operasi Windows, Linux, Android, iOS dan Mac OS. OpenCV memiliki

    lebih dari 2500 algoritma yang telah dioptimalkan (Lazaro, Buliali, &

    Amaliah, 2017).

  • 19

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    Diagram Alir pada Tugas Akhir ini ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut

    ini.

    Mulai

    Identifikasi

    Masalh dan

    Studi Literatur

    Analisa Kebutuhan

    Sistem

    Uji Coba

    Berhasil?

    Selesai

    Perancangan Sistem

    Perancangan Desain

    Mekanik

    Perancangan Hardware

    Ya

    Tidak

    Perancangan Software

    Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian

  • 20

    3.1 Identifikasi Masalah dan Studi Literatur

    Tahap identifikasi awal merupakan langkah awal dalam pelaksanaan

    penelitian sehingga dapat dilakukan identifikasi permasalahan serta tujuan

    yang akan dicapai. Adapun isi dari tahap ini adalah sebagai berikut:

    1. Identifikasi masalah

    Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yaitu perlunya

    identifikasi klasifikasi pada penyakit yang tertuju pada daun tanaman

    anggrek

    2. Penetapan tujuan dan rumusan manfaat penelitian

    Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan berdasarkan rumusan

    masalah yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Rumusan masalah pada

    penelitian ini yaitu membuat klasifikasi penyakit pada orchidaceae

    menggunakan pengolahan citra dengan metode Convolutional neural

    network (CNN).

    3. Studi pustaka

    Studi literatur akan dilakukan untuk pemahaman konsep, teori, dan

    teknologi yang akan digunakan dalam pembuatan aplikasi. Pada bagian ini

    akan dibahas tentang literatur Convolutional neural network, pembuatan

    aplikasi Python.

    3.2 Analisa Kebutuhan Sistem

    Analisa kebutuhan sistem merupakan langkah untuk mengetahui

    kebutuhan-kebutuhan sistem yang akan dibangun dengan memperhitungkan

    dan memperinci kebutuhan yang diperlukan pada sistem yang akan dibuat.

    Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap data-data dan teknologi yang

    diperlukan. Pada teknologi yang dibutuhkan dapat meliputi:

    1. Kamera smartphone

    2. PC (Personal Computer)

    Dengan tersedianya kebutuhan sistem, maka akan mempermudah

    dalam proses perancangan sistem yang akan dibuat.

  • 21

    3.3 Desain dan Perancangan Sistem

    Setelah mengetahui kebutuhan sistem, dasar-dasar ilmu serta

    teknologi yang akan digunakan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

    perancangan dan desain dari sistem yang akan dikembangkan, meliputi:

    3.3.1 Perancangan Sistem

    Pada Gambar 3.2 akan menjelaskan tentang gambaran umum CNN

    yang akan dibuat.

    Objek Ambil Citra RGB Konvolusi

    Maxpooling

    Training

    dengan Neural

    Network

    Output

    ProcessingPre-processing

    Gambar 3. 2 Gambaran Umum CNN

    Pada gambaran umum ini, ada 3 tahap, yaitu Pre-Processing,

    Processing, dan Classifying. Pada tahap Pre-Processing Input citra berupa

    gambar RGB. Kemudian masuk ketahap utama, yaitu tahap processing.

    Pada tahap processing, Input citra akan masuk tahap awal, yaitu proses

    konvolusi. Proses konvolusi akan membuat array baru atau Input baru.

    Setelah itu masuk proses maxpooling, proses ini berfungsi untuk

    mempercepat proses komputasi pada program dan juga menghilangkan

    noise pada Input citra yang telah diambil. Setelah itu, masuk ke proses inti

    yaitu proses Training dengan Neural Network (NN). Pada proses ini akan

    menghasilkan bobot yang akan digunakan untuk klasifikasi Output.

    Pada Gambar 3.3, tahap awal pada sistem adalah pengambilan pada

    gambar daun lalu tahap selanjutnya adalah proses algortima CNN

    memproses data sehingga dapat mengklasifikasikan yaitu penyakit hama

    spider mites (spider mites pest), titik hitam (Black Spot), Cercospora dan

    sehat.

  • 22

    MULAI

    BOBOT DAN

    KERNEL CNN

    KAMERA

    AKTIF

    CAPTURE

    TANAMAN

    ALGORITMA CNN

    MEMPROSES DATA

    DETEKSI DAUN

    TANAMAN

    APAKAH

    TANAMAN

    SUDAH

    TERKLARIFIKA

    SI?

    KLASIFIKASI

    PENYAKIT

    SELESAI

    YA

    TIDAK

    Gambar 3. 3 Flowchart Alur Sistem

    3.3.2 Diagram Blok Sistem

    CAMERA PCKLASIFIKASI(INTERFACE)

    Gambar 3. 4 Rancangan Desain Kerja Hardware

    Rancangan hardware pada Gambar 3.4, dijelaskan bahwa sistem ini

    mempunyai 1 input yaitu kamera pada smartphone. Disini juga terdapat 4

  • 23

    ountput pada proses klasifikasi yaitu penyakit hama spider mites (spider

    mites pest), titik hitam (Black Spot), Cercospora dan sehat.

    3.3.3 Rancangan Spesifikasi Sistem

    1. Laptop dengan spesifikasi sebagai berikut

    - Windows 10 64bit

    - Ram 8 Gigabyte DDR4

    - GPU Radeon 520 AMD

    - Intel Core i5 7200U

    2. Smartphone berbasis Android dengan spesifikasi sebagai berikut

    - Android operating system

    - Base Android 9 version (Pie)

    - Ram 3 Gigabyte DDR4

    - 13 Megapixel Camera

    - Level API 28

    3.4 Arsitektur CNN

    Tugas Akhir ini difokuskan untuk mendapatkan sistem otomatis untuk

    klasifikasi penyakit pada tanaman anggrek. Selain itu, tujuan utama dari

    penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil klasifikasi dari proses CNN.

    Pada proses umum CNN, proses ini memiliki 3 tahap, yaitu pre-processing,

    processing, dan classifying.

    Arsitektur metode Convolutional Neural Netwok dengan proses pre-

    processing terdiri dari 2 proses, yaitu pembentukan dataset. Kemudian proses

    ke 2 adalah processing yang terdiri dari konvolusi citra, max pooling, training

    NN, dan softmax. Untuk proses yang terakhir adalah classifying yang

    mempunyai 1 proses yaitu penentuan output.

    Sebelum pembuatan program CNN, penulis terlebih dahulu membuat

    arisitektur CNN. Arsitektur ini digunakan untuk dasar pembuatan program

    CNN. berikut adalah gambaran arsitektur CNN. Pada arsitektur ini, terdapat

    input image yang memiliki resolusi sebesar 150 x 110 x 3 dalam bentuk RGB.

    Setelah itu input image ini akan masuk ke proses konvolusi. Proses ini akan

  • 24

    melibatkan kernel atau filter yang berukuran 3 x 3 x 32 yang artinya filter ini

    mempunyai ukuran pixel 3 x 3 sebanyak 32 filter. Setelah diproses melalui

    program Python, proses ini akan menghasilkan input image baru yang

    dinamakan feature maps. Feature maps ini mempunyai resolusi yang lebih

    kecil dibandingkan image sebelumnya tetapi mempunyai kedalaman atau

    depth yang bertambah. Resolusi yang dihasilkan sebesar 148 x 108 x 32.

    Hasil proses konvolusi tadi akan masuk ke tahap selanjutnya, yaitu

    tahap maxpooling. Proses maxpooling adalah suatu proses yang dimana citra

    akan diambil nilai terbesarnya dengan ketentuan pixel tertentu. Pada tahap ini

    pixel yang digunakan sebesar 2 x 2. Jadi, setiap 2 x 2 pixel pada feature maps

    akan diambil nilai terbesarnya. Hasilnya, resolusi pada citra sebelumnya akan

    berubah menjadi 74 x 54 x 32. Jika proses maxpooling telah selesai, citra ini

    akan memasuki konvolusi lagi karena pada program penelitian ini, proses

    konvolusi dengan filter dilakukan sebanyak 2 kali. Hal ini dilakukan untuk

    mendapatkan hasil prediksi yang maksimal.

    Citra yang dihasilkan setelah melewati proses konvolusi sebanyak 2

    kali mempunyai resolusi sebesar 36 x 26 x 64. Setelah itu, barulah masuk

    pada tahap berikutnya yaitu tahap flatten. Tahap ini merupakan proses dimana

    input image yanng telah didapatkan akan diubah menjadi 1 dimensi untuk di

    training dengan neural network (NN). Hasil dari proses flatten adalah sebesar

    59.904 x 1. Nilai ini yang akan menjadi vektor input pada proses neural

    network.

    3.5 Contoh Perhitungan CNN

    Untuk dapat lebih memahami cara kerja dari proses konvolusi, peneliti

    akan menggunakan sampel deret angka pada input dikarenakan keterbatasan

    penulisan dengan ukuran 144 x 176 maka peneliti menggunakan sampel deret

    angka pada input dengan ukuran 10 x 10 dan menggunakan gaussian karnel

    dengan ukuran 3x3.

  • 25

    Gambar 3. 5 Gambar berukuran 10 x 10 sebelum dilakukan konvolusi

    Pada Gambar 3.5 adalah gambar yang berukuran 10 x 10. Seperti yang

    dapat kita lihat terdapat gambar berupa symbol plus (+). Peneliti akan

    mengubah gambar diatas menjadi sebuah array yang berukuran 10 x 10.

    Gambar 3. 6 Gambar berukuran 10 x 10 dalam bentuk array

    Adapun gaussian karnel yang berukuran 3 x 3 yang akan digunakan

    untuk konvolusi dapat dilihat pada Gambar 3.7.

    0.1096 0.1118 0.1096

    0.1118 0.1141 0.1118

    0.1096 0.1118 0.1096

    Gambar 3. 7 Gaussian karnel 3 x 3.

    255 255 255 255 255 255 255 255 255 255

    255 255 255 255 255 255 255 255 255 255

    255 255 255 255 0 0 255 255 255 255

    255 255 255 255 0 0 255 255 255 255

    255 255 0 0 0 0 0 0 255 255

    255 255 0 0 0 0 0 0 255 255

    255 255 255 255 0 0 255 255 255 255

    255 255 255 255 0 0 255 255 255 255

    255 255 255 255 255 255 255 255 255 255

    255 255 255 255 255 255 255 255 255 255

  • 26

    Dengan menggunakan filter 3x3 dengan strided atau langkah yang

    digunakan dalam perhitungan konvolusi tersebut adalah 1 maka proses

    perhitungan konvolusi tersebut dapat divisualisasikan seperti pada Gambar

    3.13.

    (A)

    (B)

    (C)

    Gambar 3. 8 Posisi proses konvolusi, (A) posisi 1, (B) posisi 2, (C) Posisi 3.

  • 27

    Proses konvolusi berlangsung sampai sudut kanan paling bawah.

    Adapun perhitungan manual dapat dilihat pada keterangan dibawah ini :

    -

    -

    -

    -

    -

    Pada proses perhitungan manual akan menghasilkan sebuah array baru

    yang berukuran 8 x 8. Untuk nilai keseluruhan dapa dilihat pada Gambar 3.9.

    255 255 227 198 198 227 255 255

    255 255 198 141 141 198 255 255

    227 198 114 56 56 114 198 255

    198 141 56 28 28 56 141 198

    198 141 56 28 28 56 141 198

    227 198 114 56 56 114 198 255

    255 255 198 141 141 198 255 255

    255 255 227 198 198 227 255 255

    Gambar 3. 9 Hasil konvolusi menghasilkan feature maps berukuran 8 x 8

    Setelah hasil konvolusi didapatkan, maka masuk ke proses selanjutnya

    yaitu proses maxpooling. Proses maxpooling hampir sama dengan proses

    konvolusi. Proses maxpooling akan mengambil nilai tertinggi dari suatu input

    citra. Dalam penerapan pada sistem ini, proses maxpooling akan

  • 28

    menggunakan pixel 2x2. Setiap 2x2 pixel pada Input citra akan diambil nilai

    pixel tertingginya. Pengambilan nilai tertinggi pada pixel akan terus bergeser

    hingga seluru pixel pada suatu citra telah habis. Untuk lebih jelasnya, ilustrasi

    akan ditampilkan pada Gambar 3.10.

    Gambar 3. 10 Hasil Max pooling 4 x 4

    Setelah proses maxpooling ini selesai, maka masuk ke proses

    selannjutnya. Yaitu proses flattening. Proses ini merupakan proses terpenting

    karena proses ini akan menghasilkan nilai yang akan digunakan untuk proses

    Training dengan neural network. Proses ini berguna untuk mempermudah

    komputasi dengan cara merubah array yang berdimensi n x m menjadi 1

    deret bilangan sebagai Vektor Input. Mengacu pada contoh sebelumnya, hasil

    maxpooling 4 x 4 akan berubah menjadi 16 x 1. Untuk memperjelas hasil

    flattening penulis akan menampilkan hasilnya pada Gambar 3.11.

    Gambar 3. 11 Proses Flattening

    Berdasarkan pada Gambar 3.11, proses flattening pada contoh ini

    menghasilkan array berukuran 16 x 1 berupa Vektor Input. Vektor Input ini

  • 29

    akan di Training dengan hidden neuron untuk mendapatkan bobot yang akan

    digunakan untuk klasifikasi Output yang diinginkan. Sehingga setelah proses

    flattening ini akan diketahui output yaitu klasifikasi penyakit pada tanaman

    orchidaceae

  • 30

    “Halaman Sengaja Dikosongkan”

  • 31

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pengujian Hardware

    Pengujian Hardware pada penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

    4.1.1 Pengujian Kamera

    Untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya, dibutuhkan adanya

    pengujian sensor yang akan dipasang pada sistem ini. Berikut ini adalah

    hasil pengujian sensor pada plan Tugas Akhir ini. Pada sub bab ini, berisi

    tentang pengujian kamera. Pada sistem ini, kamera yang digunakan adalah

    kamera kamera smartphone dengan resolusi 13 megapixel. Tahap awal

    adalah tes koneksi kamera terhadap PC. PC akan diberikan program yang

    akan membaca dan menampilkan video secara real-time. Jika berhasil,

    pengujian terhadap koneksi kamera telah selesai. Pada Gambar 4.1

    merupakan hasil pengujian koneksi antara kamera dengan PC.

    Gambar 4. 1 Hasil Pengujian Koneksi Kamera

    4.2 Software

    4.2.1. Tampilan Interface

    Berdasarkan Gambar 4.2 merupakan desain interface python untuk Tugas

    Akhir ini. Gambar 4.2 bahwa user interface mempunyai 2 tombol yaitu, buka

    kamera dan exit, fungsi pada tombol buka kamera adalah untuk menghubungkan

    kamera pada smartphone ke PC, sehingga PC akan menampilkan apa yang

    kamera tangkap kemudian tombol exit berfungsi sebagai akses untuk. Keluar

    apilkasi.

  • 32

    Gambar 4. 2 Tampilan Interface

    4.2.2 Pembentukan dan Pengambilan Dataset

    Pada referensi dari berbagai penelitian tentang aplikasi jaringan saraf

    tiruan, tahap awal sebelum proses Training adalah pengambilan atau

    pembentukan dataset. Semua dataset dan citra yang diambil mempunyai

    resolusi yang sama, yaitu 150 x 110 piksel. Untuk penentuan proporsi data

    untuk keperluan Training diambil secara acak. Tabel 4.1 dan Tabel 4.2

    adalah hasil dari pengambilan dataset.

    Tabel 4.1 Dataset Kategori Sehat

    Dataset Kategori

    Sehat

    Tabel 4.2 Dataset Kategori penyakit

    Dataset Kategori

    Cercospora

    Black spot

  • 33

    Spider Mites

    4.2.3 Konvolusi Karnel

    Konvolusi adalah salah satu proses filtering image yang sering

    dilakukan pada proses pengolahan citra. Pada penelitian ini, konvolusi

    citra yang dipakai adalah menggunakan konvolusi karnel berukuran 3x3

    dan 3x3 dengan citra RGB berukuran 110 x 150. Pada tahap konvolusi

    citra, penulis melakukan konvolusi menggunakan karnel sebanyak dua kali

    untuk memperjelas citra sehingga akan di dapatkan citra yang lebih detail.

    Proses konvolusi pertama menggunakan citra RGB dengan ukuran 110 x

    150 dengan 3 x 3 x 32 karnel yang menghasilkan array baru berukuran 108

    x 148. Konvolusi kedua citra RGB dengan ukuran 54 x 74 dengan 3 x 3 x

    64 karnel yang menghasilkan array baru berukuran 52 x 72. Dari proses

    konvolusi pertama dihasilkan feature map dari citra gray dengan ukuran

    108 x 148 dan dari proses konvolusi kedua dihasilkan feature map dari

    citra RGB dengan ukuran 54 x 72. Pada Tabel 4.3 dan 4.4 dapat dilihat

    hasil dari citra RGB yang sudah melalui proses konvolusi.

    Tabel 4.3 Hasil Konvolusi 1 Gambar

    No. Katagori Gambar asli Feature Maps

    1 Spider Mites

    KO

    NV

    OL

    US

    I 1

    110 x 150

    108 x 148

    2 black spot

    110 x 150

    108 x 148

  • 34

    3 Sehat

    110 x 150

    108 x 148

    4 Cercospora

    110 x 150

    108 x 148

    Tabel 4. 4 Hasil Konvolusi Gambar 2

    No. Katagori Gambar asli Feature Maps

    1 black spot

    KO

    NV

    OL

    US

    I 2

    54 x 74

    52 x 72

    2 Sehat

    54 x 74

    52 x 72

    3 Cercospora

    54 x 74

    52 x 72

  • 35

    4 black spot

    54 x 74

    52 x 72

    4.2.4 Maxpooling

    Max pooling citra adalah bagian dari proses reduksi. Pada penelitian

    ini dilakukan dua kali proses maxpooling. Dimana Maxpooling pertama

    menggunakan citra gray hasil konvolusi pertama berukuran 108 x 148

    yang kemudian masuk pada tahap penyederhanaan setengah dari ukuran

    pixel. Penyederhanaanya dengan cara mengambil nilai terbesar pada

    matrix n x m secara berulang sebanyak 2x2 pixel. Sehingga akan di

    dapatkan setengah dari ukuran citra sebelumnya. Kemudian Maxpooling

    kedua menggunakan citra gray hasil konvolusi kedua dengan ukuran 52 x

    72 yang akan melalui proses penyederhanaan seperti pada proses

    maxpooling pertama. Hasil dari proses maxpooling kedua yaitu citra gray

    dengan ukuran 26 x 36. Pada Tabel 4.5 dapat dilihat hasil proses

    maxpooling.

    Tabel 4. 5 Hasil maxpooling 1

    No. Katagori Feature Maps Maxpooling

    1 black spot

    MA

    XP

    OO

    LIN

    G 1

    108 x 148

    54 x 74

    2 Sehat

    108 x 148

    54 x 74

  • 36

    3 Cercospora

    108 x 148

    54 x 74

    4 Spider mites

    108 x 148

    54 x 74

    Tabel 4. 6 Gambar Hasil Proses Maxpooling 2

    No. Katagori Feature Maps Maxpooling

    1 black spot

    MA

    XP

    OO

    LIN

    G 2

    52 x 72

    26 x 36

    2 Sehat

    52 x 72

    26 x 36

    3 Cercospora

    52 x 72

    26 x 36

  • 37

    4 Spider mites

    52 x 72

    26 x 36

    4.2.5 Training

    Proses training dilakukan setelah proses konvolusi selesai. Proses

    dilakukan menggunakan aplikasi spyder dengan dibantu dengan library

    keras.io. keras adalah library untuk jaringan syaraf tingkat lanjut dengan

    skala komputasi yang besar atau deep learning. Import semua library yang

    diperlukan seperti dense yang merupakan variable deklarasi untuk

    menentukan jumlah hidden neuron pada hidden layer, activation untuk

    menentukan aktivasi yang digunakan. Flattening merupakan merubah

    output dari proses konvolusi yang berupa matriks menjadi sebuah vector.

    Fasilitas Convolution 2D sebagai proses konvolusi citra dengan berbagai

    karnel didalamnya serta Maxpool 2D untuk proses subsampling dimana

    matriks max pooling dapat diatur sesuai kebutuhan. Jenis pembagian

    dataset dan spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 4.7.

    Tabel 4.7 Pembagian dataset dan spesifikasinya

    X Data Training Data Validasi

    Jumlah Data 2000 2000

    Resolusi 110x150 110x150

    Ruang warna RGB RGB

    Terdapat beberapa parameter yang harus ditentukan seperti jumlah

    iterasi, jumlah iterasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 70.

    Menggunakan single hidden layer neural network dengan jumlah hidden

    neuron pada hidden layer sebanyak 256 hidden neuron. Serta fungsi

    aktivasi yang digunakan yaitu relu. Jumlah vektor input dari proses

    subsampling terakhir yaitu 26 x 36 x 64 setelah melalui proses flatten akan

    berubah menjadi 59.904 Vektor output pada penelitian ini berupa bilangan

  • 38

    biner dengan 4 vektor output. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

    Tabel 4.8.

    Tabel 4.8 Vektor Output

    Klasifikasi Vektor

    Spider mites [ 1 0 0 0 ]

    Black Spot [ 0 1 0 0 ]

    Cercospora [ 0 0 1 0 ]

    Sehat [ 0 0 0 1 ]

    Demi memudahkan proses analisis data. Klasifikasi berupa bilangan

    biner dipakai untuk proses labeling pada vektor output baik untuk label

    testing dan label training.

    Pada penelitian ini penulis mencoba beberapa optimizer diantaranya

    optimizer Adam, optimizer Adadelta, dan optimizer SGD dengan

    menggunakan 256 hidden neuron. Pengujian ini sangat penting sebagai

    dasar keputusan untuk menggunakan optimizer adam. Proses training

    memiliki hasil accuracy dan loss yang berbeda-beda meskipun nilai

    accuracy dan loss yang dihasilkan tiap-tiap optimizer tidak berbeda

    signifikan. Akan tetapi hasil training tiap optimizer jelas memiliki

    perbedaan yang lumayan mencolok saat dilakukan testing.

    1. Training dengan SGD Optimizer

    Percobaan training pertama menggunakan RMSprop Optimizer

    dengan konfigurasi sebagai berikut :

    - Jumlah Epoch = 70

    - Fungsi Aktivasi = relu

    - Learning = 156 menit

    - Hidden Neuron = 256

    Dengan menggunakan konfigurasi seperti diatas, didapatkan

    akurasi data validasi sebesar 23,33%. Adapun lebih jelasnya dapat

    dilihat grafik akurasi pada Gambar 4.3

  • 39

    Gambar 4. 3 Grafik training akurasi SGD Optimizer

    Gambar 4.3 menunjukkan perbedaan akurasi antara hasil training

    dan validasi. Pada epoch 47 menunjukkan data akurasi untuk data train

    mengalami tingkat error yang cukup besar dan cenderung stabil pada

    error yang besar

    Gambar 4. 4 Grafik training loss SGD Optimizer

    Pada Gambar 4.4 nilai kesalahan untuk data training dimulai pada

    kisaran 12,36 untuk data train dan 12,3582 untuk data validasi dan

    mulai awal epoch hingga epoch ke 70 data train dan data validasi

    menghasilkan nilai yang tidak stabil. Data akhir hasil training secara

    detail menggunakan SGD Optimizer dapat dilihat pada Tabel 4.9.

    Tabel 4.9 Data akhir hasil training RMSprop Optimizer

    Acc. Train Loss Train Acc. Validasi Loss Validasi

    Hasil Training 0.2330 12.3626 0.2333 12.3582

    Kelebihan dari SGD Optimizer ini adalah waktu untuk proses

    training lebih cepat namun hasil training pada epoch terakhir cenderung

    buruk.

  • 40

    2. Training dengan Adam Optimizer

    Percobaan training ketiga menggunakan adam optimizer dengan

    konfigurasi sebagai berikut :

    - Jumlah Epoch = 70

    - Fungsi Aktivasi = relu

    - Learning = 210 menit

    - Hidden Neuron = 256

    Dengan menggunakan konfigurasi seperti diatas, didapatkan

    akurasi data validasi sebesar 99,75. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat

    grafik akurasi pada Gambar 4.5

    Gambar 4. 5 Grafik training akurasi Adam Optimizer

    Gambar 4.5 menunjukkan perbedaan akurasi antara hasil training

    dan validasi. Sedangkan nilai akurasi train sebesar 0.9770 dan mulai

    epoch ke 21 cenderung stabil dan terus meningkat

    Gambar 4. 6 Grafik training loss Adam Optimizer

    Berdasarkan Pada Gambar 4.6 nilai kesalahan untuk data training

    dimulai pada kisaran 0,998 pada epoch ke 55 sedangkan data validasi

    cenderung naik sangat stabil ketika memasuki epoch ke 21. Data akhir

    hasil training secara detail menggunakan Adam Optimizer dapat dilihat

    pada Tabel 4.10.

  • 41

    Tabel 4.10 Data akhir hasil training Adam Optimizer

    Acc. Train Loss Train Acc. Validasi Loss Validasi

    Hasil Training 0.9910 0.0386 0,9975 0,0059

    Kelebihan dari Optimizer Adam ini adalah nilai akurasi training

    dan validasi yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan

    optimizer SGD.

    3. Training dengan Adadelta Optimizer

    Percobaan training kedua menggunakan Adadelta Optimizer

    dengan konfigurasi sebagai berikut :

    - Jumlah Epoch = 70

    - Fungsi Aktivasi = relu

    - Learning = 268 menit

    - Hidden Neuron = 256

    Dengan menggunakan konfigurasi seperti diatas, didapatkan

    akurasi data validasi sebesar 0,9962 dan data train sebesar 0.9810.

    Adapun lebih jelasnya dapat dilihat grafik akurasi pada Gambar 4.7.

    Gambar 4. 7 Grafik training akurasi Adadelta Optimizer

    Berdasarkan Gambar 4.7 menunjukkan perbedaan akurasi antara

    hasil training dan validasi tidak terlalu signifikan. Pada epoch 37

    menunjukkan data akurasi untuk data train cenderung stabil hingga

  • 42

    pada epoch ke 70. Sedangkan untuk data validasi mulai epoch ke 14

    hingga epoch ke 35, nilai akurasi yang dihasilkan cenderung stabil.

    Gambar 4. 8 Grafik training loss Adadelta Optimizer

    Berdasarkan Pada Gambar 4.8 pada grafik diatas dapat dilihat

    bahwa mulai stabil pada epoch ke 20, namun di epoch ke 60 hingga ke

    65 menjadi tidak stabil. Data akhir hasil training secara detail

    menggunakan Adadelta Optimizer dapat dilihat pada Tabel 4.11.

    Tabel 4.11 Data akhir hasil training Adadelta Optimizer

    Acc. Train Loss Train Acc. Validasi Loss Validasi

    Hasil Training 0.9830 0.1531 0,9975 0.0221

    Kelebihan dari Adadelta Optimizer ini adalah nilai akurasi training

    yang dihasilkan lebih tinggi daripada SGD tetapi tidak lebih besar dari

    Adam Optimizer namun membutuhkan waktu training yang lama yaitu

    268 menit. Berdasarkan akurasi yang dihasilkan, maka penulis

    menggunakan Adam Optimizer sebagai optimizer saat proses training

    data.

    4.2.6 `Pengujian Data Real Time

    Pengujian secara real time ini dilakukan dengan ambil gambar dari

    kamera smatphone. Pada tahap ini, merupakan tahap terakhir dan tahap

    pengujian secara keseluruhan. Pada pengujian data real time, library yang

    dibutuhkan juga harus sama seperti yang digunakan dalam proses

    Training. Jika tidak sama, maka akan terjadi Error yang membuat data

    atau sistem tidak berjalan.

  • 43

    Pada pengujian ini, nilai atau bobot yang telah didapatkan pada proses

    Training akan diterapkan pada plan yang telah dibuat. Pengujian dilakukan

    dengan gambar yang tidak masuk pada dataset.

    Berikut merupakan hasil dari pengujian data real time dengan

    Gambar tidak masuk dataset yang terintegrasi dengan sistem akan

    ditampilkan pada Tabel 4.12

    Tabel 4.12 Hasil Klasifikasi pada penyakit spider mites Tidak Masuk Dataset

    No. Target Output Keterangan Gambar

    Capture

    1. Spider

    Mites Benar

    2. Spider

    Mites

    data/test_image/ebc619f9-2155-40ad-

    b372-ece9ab0bc5a5.jpg

    Bacterial Brown rot

    Benar

    3. Spider

    Mites

    data/test_image/b46a1e5e-22e9-4b81-

    99a8-bd8f14d8d66a.jpg

    Bacterial Brown rot

    Benar

    4. Spider

    Mites Salah

    5. Spider

    Mites

    data/test_image/3d6e44c3-e35d-4c22-

    87f0-f61d67c12bcb.jpg

    Bacterial Brown rot Benar

    6. Spider

    Mites

    data/test_image/4a2f17db-8431-4f07-

    890b-f609c346ec7d.jpg

    Bacterial Brown rot

    Benar

  • 44

    7. Spider

    Mites

    data/test_image/320018bc-16b4-4931-

    a141-e63b2b34ac1d.jpg

    Bacterial Brown rot

    Benar

    8. Spider

    Mites

    data/test_image/3f10c735-6ecc-4925-

    9561-c93a24472e51.jpg

    Bacterial Brown rot

    Benar

    9. Spider

    Mites

    data/test_image/IMG20190805130411.jpg

    Bacterial Black Spot Salah

    10. Spider

    Mites

    data/test_image/6ff65e0f-8406-4e60-

    87f4-63788bf89faf.jpg

    Bacterial Brown rot

    Benar

    Tabel 4.13 Hasil Klasifikasi black spot Tidak Masuk Dataset

    No

    .

    Target Output Keteranga

    n

    Gambar

    Capture

    1. Black spot

    Benar

    2 Black spot

    Benar

    3 Black spot

    data/test_image/IMG20190807110933

    .jpg

    Bacterial Brown rot Salah

    4 Black spot

    data/test_image/IMG20190807110852

    _02.jpg

    Bacterial Black Spot Benar

  • 45

    5 Black spot

    data/test_image/IMG20190807110855

    _02.jpg

    Bacterial Black Spot

    Benar

    6. Black spot

    data/test_image/IMG20190807110853

    _03.jpg

    Bacterial Black Spot Benar

    7. Black spot

    data/test_image/

    IMG20190807110933_06.jpg

    Bacterial Brown rot

    Salah

    8. Black spot

    data/test_image/I

    MG20190807110904_03.jpg

    Bacterial Black Spot Benar

    9. Black spot

    data/test_image/

    IMG20190807110846_01.jpg

    Bacterial Black Spot Benar

    10. Black spot

    data/test_image/

    IMG20190807110844_02.jpg

    Bacterial Black Spot

    Benar

    Uji coba selanjutnya yaitu mencoba untuk klasifikasi pada kondisi daun

    sehatyang tidak termasuk dataset pada proses training. Data akan ditampilkan

    pada Tabel 4.14.

    Tabel 4.14 Hasil Klasifikasi Cescospora

    No. Target Output Keterangan Gambar

    Capture

    1. Cercospora

    Benar

  • 46

    2. Cercospora Benar

    3/ Cercospora

    data/test_image/5b4b5f9b-

    2257-46f7-ae4d-

    4fbb8debc858.jpg

    Bacterial Yellow Spot

    Benar

    4. Cercospora

    data/test_image/IMG2019080

    7112526.jpg

    Bacterial Brown rot

    Salah

    5. Cercospora

    Benar

    6. Cercospora

    data/test_image/IMG2019080

    7112502_04.jpg

    Bacterial Black Spot Salah

    7. Cercospora

    data/test_image/9eadae3a-

    42e4-a264-14868d327f7e.jpg

    Bacterial Yellow Spot Benar

    8. Cercospora

    data/test_image/IMG2019080

    7112438_01.jpg

    Bacterial Yellow Spot

    Benar

    9. Cercospora

    data/test_image/f4905223-f02-

    4c39-bc361b6aed3cb.jpg

    Bacterial Yellow Spot Benar

    10. Cercospora

    data/test_image/8628b1da7ed-

    4be9-8778-5eb74e526b1b.jpg

    Bacterial Yellow Spot

    Benar

  • 47

    Uji coba selanjutnya yaitu mencoba untuk mengidentifikasi

    kondisi daun sehat. Data akan ditampilkan pada Tabel 4.15.

    Tabel 4.15 Hasil Klasifikasi sehat Tidak Masuk Dataset

    No. Target Output Keterangan Gambar

    Capture

    1. Sehat

    Benar

    2. Sehat

    data/test_image/2e09aca5-1ae3-

    42e7-b718-a4034701b257.jpg

    sehat

    Benar

    3. Sehat

    data/test_image/03ff6f00-8619-

    4a23-9bc6-518464d397a4.jpg

    sehat

    Benar

    4 Sehat

    data/test_image/0667bd43-9d58-

    410e-8341d8459c01.jpg

    sehat Benar

    5 Sehat

    data/test_image/0999ea9c-67ed-

    496c-8f36079ca2e48.jpg

    sehat Benar

    6 Sehat

    data/test_image/166ac287-aa4866-

    b798-aefe6b1fdbbf.jpg

    Bacterial Black Spot Salah

    7 sehat

    data/test_image/bf84c9ac-4387-

    40e9-a5ca-ed4270553d64.jpg

    sehat Benar

  • 48

    8 sehat

    data/test_image/c98805f7-aec9-

    4008-a301-27e071c697f3.jpg

    sehat Benar

    9 sehat

    data/test_image/96674457-bb8a-

    4888-8d17-808f676702b8.jpg

    sehat Benar

    10 sehat

    data/test_image/5c1a5cba-e86f-

    4933-b3c5-f847aad09098.jpg

    sehat Benar

    Dari percobaan yang telah dilakukan maka akan didapatkan

    hasil presentase keberhasilan yang akan ditampilkan pada Tabel 4.16

    berikut.

    Tabel 4.16 Hasil Presentase Keberhasilan Tidak Masuk Dataset

    No. Kategori Percobaan Total Hasil Klasifikasi

    Benar Salah

    1. Sehat 10 9 0

    2. Spyder mites 10 8 2

    3. Cercospora 10 8 2

    4. Black spot 10 8 2

    Total 40 34 6

    Tingkat Keberhasilan 85,00 %

    Hasil pengujian dengan sampel tidak masuk dataset sebanyak 40

    kali dengan tiap kategori klasifikasi 10 kali pengujian didapatkan

    presentase keberhasilan sebesar 85,00%. Sama halnya dengan

    pengujian dengan menggunakan Gambar yang masuk dataset sebagian

    besar error disebabkan karena sistem sulit membedakan karena efek

    intensitas cahaya dan cara pengambilan gambar karena input dari hasil

    gambar adalah berupa RGB.

  • 49

    4.3 . Analisa

    Pada sub bab ini akan menjelaskan dari proses tahapan awal yaitu

    pembuatan data set hingga proses klasifikasi. Pada tugas akhir ini menggunakan

    arsitektur convolution neural network (CNN) dengan 2 kali proses konvolusi, 2

    kali proses pooling layer (maxpooling) dan menggunakan 2 kali proses relu hingg

    masuk ke tahap flattening dan kemudian akan menghasilkan sebuah klasifikasi

    dengan 4 output klasfikasi yaitu penyakit hama spider mites (spider mites pest),

    baktreri titik hitam (Black Spot), Cercospora dan sehat. Pada proses pengujian

    data realtime dengan langkah langkah yaitu, tentukan objek yang akan diambil

    kemudian hasil gambar tersebut akan secara otomatis masuk kedalam proses

    convolution neural network (CNN) lalu setelah melalui proses tersebut akan

    tampil pada jendela interface tentang klasifikasi penyakit yang dimiliki oleh

    tanaman tersebut beserta suara yang akan terdengar ketika proses klasifikasi

    selesai sesusai dengan hasil klasifikasi. Pada tugas akhir ini kesulitan yang terjadi

    yaitu membuat atau mengkondisikan tanaman tersebut memliki penyakit yaitu

    dengan cara membuat lingkungan sekitar tanaman anggrek yang ideal dengan

    proses pertumbuhan penyakit yang diteliti. Pada kesulitan yang kedua adalah

    membuat arsitektur yang ideal untuk proses klasifikasi penyakit pada daun

    tanaman anggrek. Proses training dataset yang melalui proses training sebanyak

    2000 gambar dengan masing – masing 500 gambar setiap kategori dengan

    menggunakan arsitektur 2 kali proses konvolusi, 2 kali proses pooling layer

    (maxpooling) dan menggunakan 2 kali proses relu dengan menggunakan

    optimizer adam, penulis telah melakukan pengujian terhadap 3 optimizer dalam

    proses training yaitu adam, adadelta dan SGD dari pengujian tersebut didapatkan

    nilai loss terendah dan nilai accuracy tertinggi yaitu dengan menggunakan

    optimizer adam nilai accuracy dan loss dapat dilihat pada tabel 4.17

  • 50

    Tabel 4.17 Hasil Presentase Keberhasilan Tidak Masuk Dataset

    Optimizer Hasil Training

    Acc. Train Loss Train Acc. Validasi Loss Validasi

    SGD 0.2330 12.3626 0.2333 12.3582

    Adam 0.9910 0.0386 0,9975 0,0059

    Adadelta 0.9830 0.1531 0,9975 0.0221

    Berdasarkan table 4.17 dapat disimpulkan bahwa optimizer adam adalah yang

    terbaik dalam tugas akhir ini.

    Pada pengujian sistem, sistem dapat berjalan dengan lancer dengan hasil

    klasifikasi data yang tidak termasuk dalam dataset dengan akurasi 85% dengan

    pengujian sebanyak 10 kali setiap kategori dengan total pengujian sebanyak 40

    kali.

  • 51

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Pada tahapan ini merupakan tahapan akhir pada tugas akhir ini,

    tahapan ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang telah di lakukan dan

    saran untuk peneliti selanjutnya dalam topik tugas akhir ini

    5.1 Kesimpulan

    Dari pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini dapat

    disimpulkan bahwa:

    1. Perancangan sistem identifikasi klasifikasi penyakit pada tanaman

    anggrek dengan pengolahan citra dapat berjalan sesuai sistem yang

    seharusnya.

    2. Implementasi Sistem Identifikasi Klasifikasi Penyakit pada Orchidaceae

    Menggunakan Pengolahan Citra dengan Metode Convolutional Neural

    Network (CNN) dapat berjalan optimal.

    3. Optimizer berpengaruh dalam proses training berdasarkan pengujian

    yang dilakukan dan dapat dilihat pada table 5.1.

    Tabel 5. 1 Tabel hasil pengujian optimizer

    Optimizer Hasil Training

    Acc. Train Loss Train Acc. Validasi Loss Validasi

    SGD 0.2330 12.3626 0.2333 12.3582

    Adam 0.9910 0.0386 0,9975 0,0059

    Adadelta 0.9830 0.1531 0,9975 0.0221

    5.2 Saran

    Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran untuk

    menunjang penelitian ini. Berikut adalah saran untuk penelitian ini.

    1. Arsitektur CNN perlu dimodifikasi lagi untuk mendapatkan data yang

    lebih optimal.

    2. Membandingkan Optimizer yang lain untuk proses training data sehingga

    didapatkan nilai akurasi yang lebih baik.

  • 52

    3. Perlu dilakukannya riset tentang letak pengambilan dataset agar dataset

    yang digunakan untuk Training dapat mengklasifikasi dengan baik dan

    benar.

    4. Penggunaan terhadap metode RCNN yaitu tahap lanjutan dari CNN

    5. Terdapat cahaya yang sesuai agar tidak menggangu proses klasifikasi

  • 53

  • 54

    DAFTAR PUSTAKA

    Aris Nasuha, T. A. S. h. p., 2018. Pengenalan visime bahasa indonesia

    menggunakan convolution neural network. semantic scholar, 7(5), p. 264.

    Bottom, S., 2017. Orchid Pests and Diseases Diagnosis, Treatmen and

    prevention. [Online]

    Available at: http://www.aos.org/orchids/orchid-pests-diseases.aspx

    [Accessed 20 February 2019].

    Hakim, F., 2017. Jaringan Syaraf Tiruan /Artificial Neural Network. [Online]

    Available at: https://rstudio-pubs-static.s3.amazonaws.com

    [Accessed 04 01 2019].

    Harid, R., 2016. http://ronald-hd.blogspot.com. [Online]

    Available at: http://ronald-hd.blogspot.com/2016/03/pengertian-dan-perbedaan-

    rgb-dan-cmyk.html

    [Accessed 14 February 2019].

    I Wayan Suartika E. P, A. Y. W. d. R. S., 2016. Klasifikasi Citra Menggunakan

    Convolutional Neural Network (Cnn) pada Caltech 101. JURNAL TEKNIK ITS,

    5(1), pp. 66-69.

    Indriyati, 2014. http://indriyantisl.blogspot.com. [Online]

    Available at: http://indriyantisl.blogspot.com/2014/06/artikel-tanaman-

    anggrek.html

    [Accessed 14 February 2019].

    J. T. Springenberg, A. D. T. B. a. M. R., 2015. Striving For Simplicity: The All

    Convolutional Net. ICLR 2015.

    Khumaidi, A., Yuniarno, E. M. & Purnomo, M. H., 2017. Welding Defect

    Classification Based on Convolution Neural Network (CNN) and Gaussian

    Kernel. International Seminar on Intelligent Technology and Its Application, pp.

    261-265.

    Kurniawan, N. Z., 2016. IDENTIFIKASI JENIS PENYAKIT DAUN

    TEMBAKAU. Journal of Control and Network Systems .

    Mauridhi Hery, A. K., 2006. Supervised Neural Networks dan Aplikasinya.

    Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Nazar, A., 2018. Prototype Sistem Sorting Packaging Rokok Dengan Metode

    Convolution Neural Network (CNN). Skripsi, pp. 9-13.

    Rahman, N., 2017. www.Quora.com. [Online]

    Available at: https://www.quora.com/What-is-the-benefit-of-using-average-

    pooling-rather-than-max-pooling

    [Accessed 19 July 2019].

  • 55

    Sena, S., 2017. A Medium Coporation. [Online]

    Available at: https://medium.com/@samuelsena/pengenalan-deep-learni