BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Segala makhluk ditetapkan Allah berpasangan. Hakikat ini ditegaskan oleh Al-Quran antara lain dengan firman-Nya dalam Surat al-Dzariyat ayat (4! " #$Segala sesuatu Kamiciptakan berpasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”# %uga dalam Surat &asin aya t ('!# $Mahasuci Allah yang telah menciptakan semua pasangan baik dari apa yangtumbuh di bumi, dan dari jenis mereka (manusia) maupun dari (makhluk-makhluk) yangtidak mereka ketahui”.)etentuan berpasangan mengenai manusia dapat dilihat dalam %enis laki-laki dan perempuan# seb aga imana fir man Allah dalam Sur at an-Na %m aya t (4* !# +Bahasannya !ialah yang menciptakan berpasangan laki-laki dan perempuan”. Al-Quran men%elaskan bah,a manusia (laki-laki! seara naluriah# disamping mempunyai keinginan terhadap anak keturunan# harta kekayaan dan lain-lain# %uga menyukai la,an %enisnya. Demikian %uga sebaliknya perempuan mempunyai keinginan yang sama. /ntuk memberikan %alan keluar yang terbaik mengenai hubungan manusia yang berlainan %enis itu# 0slam menetapkan suatu ketentuan yang harus dilalui yaitu perka,inan. ' 1engenai hukum perka,inan# Abbas 1ahmud Al-A22ad berpendapat bah,a huk um per ka, ina n yang bai k ada lah yang men %amin dan memel iha ra hakik at perka,inan untuk menghadapi segala keadaan yang ter%adi atau yang mungkin ter%adi# 4 termasuk kemungkinan ter%adinya poligami. Hukum per ka,inan di 0ndone sia dia tur dalam /ndang- undan g Nomor " 3 a hun "4 tentang 5erka,inan dan 5eraturan 5emerintah Nomor 3 ahun "* tentang 5elaksanaan /nd ang-u ndan g Nomor " 3 ahun "4. /nda ng-u ndan g ini meng anut asas mono gami # sebagaimana ditegaskan dalam 5asal '6 1; 5ada asasnya dalam suatu perka,inan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri. Seo rang isteri hanya boleh me mpunyai seorang su ami. 2; 5engadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Asas monogami dalam /ndang-undang 5erka,inan ini tidak mutlak# sebab masih member ikan kemungki nan seoran g suami untuk beris ter i lebih dari seoran g apa bila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. 11. Quraish Shihab# Wawasan Al-Quran, 1izan# 7andung# "8# h. ""-"2Q.S. Ali 0mran 6 "4 3Q.S. al-Nur 6 '-'' 4Abbas 1ahmud al-A22ad# Falsafah al-Quran# Dar al-Hilal# 9airo# 1esir# "8*# h.84 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 1/83
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Segala makhluk ditetapkan Allah berpasangan. Hakikat ini ditegaskan oleh Al-Quran
antara lain dengan firman-Nya dalam Surat al-Dzariyat ayat (4!"#$Segala sesuatu Kami
ciptakan berpasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah” # %uga dalam Surat &asin
ayat ('!# $Mahasuci Allah yang telah menciptakan semua pasangan baik dari apa yang
tumbuh di bumi, dan dari jenis mereka (manusia) maupun dari (makhluk-makhluk) yang
tidak mereka ketahui”. )etentuan berpasangan mengenai manusia dapat dilihat dalam %enis
laki-laki dan perempuan# sebagaimana firman Allah dalam Surat an-Na%m ayat (4*!#
+Bahasannya !ialah yang menciptakan berpasangan laki-laki dan perempuan”.
Al-Quran men%elaskan bah,a manusia (laki-laki! seara naluriah# disamping mempunyai
keinginan terhadap anak keturunan# harta kekayaan dan lain-lain# %uga menyukai la,an
%enisnya. Demikian %uga sebaliknya perempuan mempunyai keinginan yang sama. /ntuk
memberikan %alan keluar yang terbaik mengenai hubungan manusia yang berlainan %enis
itu# 0slam menetapkan suatu ketentuan yang harus dilalui yaitu perka,inan.'
1engenai hukum perka,inan# Abbas 1ahmud Al-A22ad berpendapat
bah,a hukum perka,inan yang baik adalah yang men%amin dan memelihara hakikat
perka,inan untuk menghadapi segala keadaan yang ter%adi atau yang mungkin ter%adi#
4
termasuk kemungkinan ter%adinya poligami.
Hukum perka,inan di 0ndonesia diatur dalam /ndang-undang Nomor " 3ahun "4
tentang 5erka,inan dan 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun "* tentang 5elaksanaan
/ndang-undang Nomor " 3ahun "4. /ndang-undang ini menganut asas monogami#
sebagaimana ditegaskan dalam 5asal '6
1; 5ada asasnya dalam suatu perka,inan seorang pria hanya boleh mempunyai
seorang isteri. Seorang isteri hanya boleh mempunyai seorang suami.
2; 5engadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari
seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Asas monogami dalam /ndang-undang 5erka,inan ini tidak mutlak# sebab masih
memberikan kemungkinan seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila
dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
1 1. Quraish Shihab# Wawasan Al-Quran, 1izan# 7andung# "8# h. ""-"2 Q.S. Ali 0mran 6 "4
3 Q.S. al-Nur 6 '-''
4 Abbas 1ahmud al-A22ad# Falsafah al-Quran# Dar al-Hilal# 9airo# 1esir# "8*# h.84
1
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 2/83
Seorang suami yang akan melakukan poligami ,a%ib menga%ukan permohonan izin
poligami ke pengadilan sebagaimana diatur dalam 5asal 4 ayat ("! /ndang-undang Nomor
Dalam doktrin# Sudikno 1ertokusumo memberikan pengertian 5eradilan Agama
sebagai peradilan khusus# yaitu peradilan dengan yurisdiksi khusus atau terbatas karena
mengadili perkara-perkara tertentu dan golongan rakyat tertentu."
5engertian tersebut adalah tepat# sebab dapat menggambarkan letak kekhususan dari
5eradilan Agama# yaitu sebagai peradilan dengan yurisdiksi terbatas. )eterbatasan itu
terletak pada dua hal# yaitu sub%ek hukum dan materi hukumnya. Sub%ek hukumnya adalah
orang-orang yang beragama 0slam# sedangkan materi hukumnya adalah perkara-perkara
perdata 0slam tertentu# yaitu perka,inan ke,arisan# ,asiat# hibah# ,akaf# dan shada2ah.
Apabila dilihat dari aspek gramatikal# istilah 5eradilan Agama dapat berarti 5eradilan
Agama bagi agama apa sa%a yang ada seara sah di 0ndonesia# yaitu 0slam# )atholik#
5rotestan# Hindu# 7udha# dan )onghuu. Hal ini dapat diartikan bah,a agama-agamaselain 0slam %uga memiliki lembaga peradilan agamanya masing-masing. 9ara pandang
demikian tidak dapat dibenarkan# sebab untuk memahami maksud suatu undang-undang
atau hukum tidak dapat semata-mata dilihat dari bunyi istilah atau bahasanya dengan
penafsiran gramatikal# tetapi harus pula dilihat dari sudut se%arah dan kenyataan sosial
yang hidup pada ,aktu hukum itu diformulasikan# yakni dengan melalui penafsiran historis
dan sosiologis.
Seara historis dan sosiologis# 5eradilan Agama yang dimaksud adalah 5eradilan
Agama 0slam sehingga hanya agama 0slam yang berhak terhadap istilah 5eradilan Agama#
sedangkan selain agama 0slam tidak dapat menuntut peluang terhadap penggunaan istilah
5eradilan Agama tersebut.
Seara yuridis# 5eradilan Agama yang diberlakukan berdasarkan 5asal 00 Aturan
5eralihan /ndang-/ndang Dasar "4* adalah 5eradilan Agama 0slam# sebab se%ak
dilembagakan seara formal pada tahun "88 berdasarkan Staatsblad "88 Nomor "*#
yang disebut 5eradilan Agama adalah 5eradilan Agama 0slam. Demikian pula peraturan
perundang-undangan yang lahir kemudian menyebut 5eradilan Agama# yaitu /ndang-
undang Darurat Nomor " 3ahun "*"# /ndang-undang Nomor " 3ahun "4# /ndang-
undang Nomor "4 tahun ":# dan /ndang-undang Nomor 3ahun "8# maka yang
dimaksudkan adalah 5eradilan Agama 0slam.8
2.1.2. Dasar Hukum
5asal ayat ("! /ndang-/ndang Dasar "4* menegaskan bah,a segala ,arga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan ,a%ib
men%un%ung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada keualinya. Hal yang penting
dalam pasal ini adalah ketentuan persamaan di depan hukum dalam konstitusi bila
mempertimbangkan %aminan konstitusional yang diberikan kepada berbagai golongan
1 Sudikno 1ertokusumo# Bunga Rampai Ilmu Hukum# dalam 1. ?atih# op.it.# h..".
28 1ahfud 1D# Peluang Konstitusional bagi Peradilan Agama# dalam 1. ?atih# ibid.# h.".
6
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 7/83
masyarakat 0ndonesia. 1engenai ter%aminnya hak-hak ,arga negara di bidang agama
adalah 5asal ayat (! /ndang-/ndang Dasar "4* yang menetapkan bah,a negara
men%amin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan keperayaannya itu.
5enafsiran sistematis 5asal ayat ("! %o 5asal ayat (! adalah hubungan le# generalis
dan le# specialis. 5ersamaan di depan hukum tanpa diskriminasi tersebut berlaku umum
sehingga bersifat le# generalis. Hak untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agamanya dan keperayaannya itu bersifat le# specialis. Semua
penduduk diberi hak memeluk dan men%alankan ibadat agamanya masing-masing. Ada
kekhususan hukum untuk pemeluk agama tertentu dan akibatnya adanya peradilan khusus
untuk pemeluk agama tertentu.
5asal 4 /ndang-/ndang Dasar "4* menyebutkan bah,a kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah 1ahkamah Agung dan lain-lain badan kekuasaan
kehakiman menurut undang-undang. /ndang-undang yang mengatur tentang kekuasaan
kehakiman adalah /ndang-undang No. "4 3ahun ": %o. /ndang-undang Nomor '*
3ahun "# dalam 5asal ": ayat ("! /ndang-undang tersebut menyebutkan 6
)ekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan6
a. 5eradilan /mum
b. 5eradilan Agama
. 5eradilan 1iliter
d. 5eradilan 3ata /saha Negara
5asal " /ndang-undang tersebut menyebutkan bah,a susunan# kekuasaan serta
aara dari badan-badan peradilan diatur dalam undang-undang tersendiri. )husus
mengenai 5eradilan Agama diatur dalam /ndang-undang Nomor 3ahun "8 yang
dimuat dalam embaran Negara Nomor 4 3ahun "8.
2.1.3. K'm(etensi
)ompetensi pengadilan dapat dibedakan men%adi dua# yaitu kompetensi absolut
(abs"lute c"mpetentie! dan kompetensi relatif (r elati$e c"mpetentie!. )ompetensi absolutadalah ke,enangan pengadilan untuk mengadili berdasarkan materi hukum (hukum
material!.
)ompetensi atau ke,enangan absolut 5engadilan Agama diatur dalam 5asal 4 %o.
b. ke,arisan# ,asiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum 0slam
. ,akaf dan shada2ah.
)e,enangan di bidang perka,inan# menurut 5asal 4 ayat (! ialah hal-hal yang
diatur dalam atau berdasarkan undang-undang mengenai perka,inan yang berlaku.
5en%elasan pasal tersebut menyebutkan 6
&ang dimaksud dengan bidang perka,inan yang diatur dalam /ndang-undang No. "
3ahun "4 tentang 5erka,inan antara lain adalah 6
1; izin beristeri lebih dari seorang#
2; izin melangsungkan perka,inan bagi orang yang belum berusia " tahun dalam hal
orang tua atau ,ali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat#
3; dispensasi ka,in#
4; penegahan perka,inan#
5; penolakan perka,inan oleh 5ega,ai 5enatat Nikah#
6; pembatalan perka,inan#
7; gugatan kelalaian atas ke,a%iban suami atau isteri#
8; pereraian karena talak#
9; gugatan pereraian#
10; penyelesaian harta bersama#
11; mengenai penguasaan anak-anak#
12; ibu dapat memikul biaya penghidupan anak bilamana bapak yang seharusnyabertanggung %a,ab tidak memenuhinya#
13; penentuan ke,a%iban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas isteri
atau penentuan suatu ke,a%iban bagi bekas isteri#
14; putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak#
15; putusan tentang penabutan kekuasaan orang tua#
16; penabutan kekuasan ,ali#
17; penun%ukan orang lain sebagai ,ali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang
,ali diabut#
18; menun%uk seorang ,ali dalam hal seorang anak yang belum ukup umur "8 tahun
yang ditinggal kedua orang tuanya padahal tidak ada penun%ukan ,ali oleh orang
tuanya#
19; pembebanan ke,a%iban kerugian terhadap ,ali yang telah menyebabkan kerugian
atas harta benda anak yang ada di ba,ah kekuasaannya#
20; penetapan asal-usul seorang anak#
21; putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perka,inanampuran#
8
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 9/83
22; pernyataan tentang sahnya perka,inan yang ter%adi sebelum /ndang-undang
Nomor " 3ahun "4 tentang 5erka,inan dan di%alankan menurut peraturan yang
lain.
)e,enangan di bidang ke,arisan# menurut 5asal 4 ayat ('! ialah penentuan siapa
yang men%adi ahli ,aris# penentuan mengenai harta peninggalan# penentuan bagian
masing-masing ahli ,aris# dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut.
)e,enangan absolut lainnya adalah ,asiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan
hukum 0slam serta ,akaf dan shada2ah.
)etentuan 5asal 4 ayat ("! tersebut seara %elas menyatakan bah,a akidah 0slam
yang melekat pada %i,a seseorang men%adi patokan untuk menyelesaikan persoalan
sengketa hukum perdata kekeluargaan dengan hukum 0slam sebagai hukum yang hidup
(positif! bagi keluarga muslim. Atas dasar asas personalitas keislaman ini kompetensiabsolut 5eradilan Agama kini berkembang# misalnya bidang pengangkatan anak. Hal ini
dibuktikan antara lain sebagaimana pendapat yang berkembang dalam Cakernis
1ahkamah Agung C0 yang enderung mengarah kepada pendapat bah,a sepan%ang
memenuhi asas personalitas keislaman maka pengangkatan anak merupakan ke,enangan
5engadilan Agama. 5engadilan Agama 7antul dan 5engadilan Agama 7engkulu telah
1enurut /ndang-undang Nomor "4 3ahun ": %o. /ndang-undang Nomor '* 3ahun
"# badan-badan peradilan hanya ber,enang menerima# memeriksa# mengadili sertamenyelesaikan setiap perkara yang bersifat sengketa
(kontensius!# sedangkan perkara permohonan (<oluntair! bukan men%adi ,e,enang badan-
badan peradilan keuali ditentukan undang-undang men%adi ,e,enang badan peradilan.'"
5ermohonan pengangkatan anak tidak ditentukan oleh undang-undang sebagai
ke,enangan 5engadilan Agama. Apabila 5engadilan Agama memberikan penetapan
<oluntair yang telah berkekuatan hukum tetap dan ternyata putusan tersebut bukan
merupakan ,e,enangnya sebagaimana ditentukan undang-undang# maka putusan
tersebut tidak mempunyai dasar hukum dan pihak yang berkepentingan dapat menga%ukan
pembatalan kepada 1ahkamah Agung.
7erkaitan dengan kompetensi absolut# 5asal *: memberikan batasan6
Dalam hal ter%adi sengketa mengenai hak milik atau keperdataan lain dalam perkara-
perkara sebagaimana yang dimaksud dalam 5asal 4# maka khusus mengenai ob%ek
yang men%adi sengketa tersebut harus diputus lebih dahulu oleh pengadilan dalam
lingkungan 5eradilan /mum.
30 1. ?auzan# Permohonan Pengangkatan Anak bagi Keluarga (uslim adalah Wewenang
Absolut Peradilan Agama# dalam 1imbar Hukum No.** 3h 00 ::"# Al-Hikmah# =akarta# h.'.
31 5asal /ndang-undang Nomor "4 3ahun ": dan 5en%elasannya.
9
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 10/83
5en%elasan 5asal *: tersebut menyebutkan bah,a penyelesaian terhadap ob%ek
yang men%adi sengketa dimaksud tidak berarti menghentikan proses peradilan di
5engadilan Agama atas ob%ek yang tidak men%adi sengketa itu.
7erdasarkan ketentuan 5asal *: /ndang-undang Nomor 3ahun "8 dan
pen%elasannya dapat disimpulkan bah,a sengketa milik merupakan ke,enangan mutlak
5engadilan Negeri# sedangkan ke,enangan 5engadilan Agama tersebut terbatas atas
ob%ek yang tidak tersangkut sengketa milik.
)e,enangan relatif adalah kekuasaan mengadili berdasarkan ,ilayah atau daerah.
)ekuasaan relatif 5engadilan Agama sesuai dengan tempat dan kedudukannnya.
5engadilan Agama berkedudukan di kota atau di ibu kota kabupaten dan daerah hukumnya
meliputi ,ilayah kota atau kabupaten. 5engadilan 3inggi Agama berkedudukan di ibu kota
propinsi dan daerah hukumnya meliputi ,ilayah propinsi.'
Dalam kenyataannya# berdasarkan pertimbangan tertentu ada 5engadilan Agama yang
berkedudukan selain di kota atau ibukota kabupaten# misalnya 5engadilan Agama 7a,ean
dan 5engadilan Agama )angean. Atas dasar pertimbangan geografis# 5engadilan Agama
tersebut berkedudukan di ibukota keamatan. )eberadaan 5engadilan Agama tersebut
sebagai kekeualian yang dibenarkan oleh 5en%elasan 5asal 4 ayat ("! /ndang-/ndang
Nomor 3ahun "8 yang menyatakan bah,a pada dasarnya tempat kedudukan
5engadilan Agama ada di kotamadia atau ibukota kabupaten yang daerah hukumnya
meliputi ,ilayah kotamadia atau kabupaten# atau tidak tertutup kemungkinan adanya
kekeualian. Adanya kekeualian tersebut telah ter%adi pengalokasian daerah hukumpengadilan yang ,ilayahnya lebih keil daripada ,ilayah kota atau kabupaten.
Adanya kekeualian tersebut banyak ditemukan# disebabkan proses pemeahan
,ilayah kota atau kabupaten ter%adi terus menerus seiring dengan pertumbuhan dan
penyebaran penduduk# %uga ter%adinya proses perubahan dari ka,asan pedesaan menu%u
ke ka,asan perkotaan. Selain itu# pembentukan pengadilan dalam lingkungan 5eradilan
Agama dilakukan terus menerus untuk memenuhi tuntutan kebutuhan karena beban
perkara semakin besar dan untuk melakukan penyesuaian dengan pengembangan
pengadilan dalam lingkungan 5eradilan /mum.
2.1.. %e#arah Pera&ilan Agama
Sebelum 0slam datang ke 0ndonesia telah dikenal peradilan di kalangan masyarakat#
yaitu 5eradilan 5erdamaian )eluarga atau 5erdamaian )ampung# %eradilan %epaduan
atau %eradilan %adu# dan %eradilan %radata.'' 5eradilan 5erdamaian )ampung sebagai
peradilan sehari-hari atau se,aktu-,aktu diperlukan oleh masyarakat# sedangkan peradilan
kedua adalah 5eradilan 5adu yang mengurus perkara-perkara mengenai kepentingan
32 5asal 4 /ndang-undang Nomor 3ahun "8 dan 5en%elasannya.
33 3resna# Peradilan di Indonesia dari Abad ke Abad # 5radnya 5aramita# =akarta# "# h."4.
10
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 11/83
rakyat yang tidak dapat didamaikan seara kekeluargaan oleh hakim 5eradilan 5erdamaian
)ampung. Hukum material peradilan ini bersumber pada hukum kebiasaan dalam praktik
sehari-sehari atau hukum tidak tertulis.'4
5eradilan 5radata mengurus perkara-perkara yang dia%ukan kepada ra%a# terutama perkara-
perkara yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban negara. 5eradilan 5radata
berkedudukan di ibukota negara dengan hakim ketua adalah ra%a dan hakim-hakim anggota
terdiri dari pe%abat tinggi kera%aan# sehingga peradilan ini merupakan peradilan negara
tertinggi. Hukum materialnya bersumber pada hukum Hindu dan aturan hukumnya
dilukiskan dalam papakem atau kitab hukum sehingga berupa hukum tertulis.'*
Agama 0slam masuk ke 0ndonesia pada abad pertama Hi%riyah atau abad ketu%uh 1asehi
yang diba,a oleh para saudagar dari Arab yang sekaligus mereka berdak,ah# ' sehingga
masyarakat mulai melaksanakan a%aran dan aturan-aturan agama 0slam yang bersumber
pada kitab-kitab fi2h. )itab-kitab tersebut memuat aturan dan tata ara ibadah serta sistem
peradilan yang disebut &adha.'
5eradilan 2adha sebagaimana dalam kitab fi2h belum dapat dilaksanakan sepenuhnya
sehingga untuk menyelesaikan perkara-perkara bagi mereka yang beragama 0slam
dilakukan tahkim, yaitu para pihak yang berperkara seara sukarela menyerahkan perkara
mereka kepada seorang ahli agama untuk diselesaikan dengan ketentuan bah,a para
pihak akan mematuhi putusan tersebut. 3ahkim ini selan%utnya melembaga sebagai
peradilan syaraE di beberapa tempat# bahkan pada beberapa kera%aan# peradilan syaraE
tersebut berdampingan seara baik dengan peraturan ra%a yang umumnya bersumber dariadat. 5eriode tahkim ini diduga sebagai a,al perkembangan 5eradilan Agama di
0ndonesia.'8
5eriode selan%utnya disebut periode 'auliyah Ahl al alli a al A&d # yang dapat dilihat
ketika pemerintah Hindia 7elanda mulai menyerahkan sebagian ,e,enang peradilan
kepada sultan-sultan atau ra%a-ra%a seperti kera%aan Samudra 5asai# Aeh# Demak dan
7anten.
5eriode setelah itu adalah periode 'auliyah dari mam, yang dimulai ketika 0slam
datang dan diterima ra%a-ra%a seperti pada kera%aan 1ataram# sehingga para hakim
pelaksana peradilan diangkat oleh sultan atau imam atau disebut ali al amr . =abatan
keagamaan hampir di semua s,apra%a 0slam merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan %abatan pemerintahan umum pada periode ini# misalnya pada tingkat desa ada
%abatan Kaum, Kayim, M"din, Amil # pada tingkat keamatan ada yang disebut %enghulu
Husni Cahim et. al.# Peradilan Agama di Indonesia# Dirbinbapera 0slam# :::# h.".
35 0bid.
36 )esimpulan Hasil Seminar 1asuknya 0slam ke 0ndonesia# dalam Husni Cahim et.al.# Peradilan Agama di Indonesia# Dirbinbapera 0slam# :::# h..
37 Faini Ahmad Nuh# dalam Husni Cahim et.al.#ibid.
38 0bid.
11
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 12/83
*aib# tingkat kabupaten ada %enghulu Seda, dan pada tingkat kera%aan disebut %enghulu
Agung yang berfungsi sebagai hakim atau 2adhi dengan dibantu beberapa penasihat yang
kemudian dikenal dengan %engadilan Surambi + karena bertempat di bagian depan mas%id
(surambi mas%id!. 5engadilan Surambi merupakan "llegiale echtsprak, yang kelihatan
sekali unsur musya,arah dan mufakatnya.4:
)epustakaan yang ada menun%ukkan bah,a sebelum 5eradilan Agama diresmikan tahun
"88# pemerintah kolonial telah mengatur keberadaan 5eradilan Agama di masyarakat
0slam 0ndonesia. 5engaturan tersebut dapat dilihat antara lain64"
1; Staatsblad Nomor 3ahun "8:# yang dalam 5asal "' menyebutkan bah,a
7upati ,a%ib memperhatikan soal-soal agama 0slam dan untuk men%aga para pendeta
dapat melakukan tugas mereka sesuai dengan adat kebiasaan orang =a,a seperti
dalam perka,inan# pembagian pusaka dan se%enis itu.
b. Staatsblad Nomor " 3ahun "8' tentang pendirian 5engadilan Agama di )ota
5alembang yang diketuai oleh 5angeran 5enghulu# sedangkan banding dapat
dimintakan kepada Sultan. Ge,enang 5engadilan Agama 5alembang meliputi
perka,inan# pereraian# pembagian harta# kepada siapa diserahkan hak apabila orang
tua bererai# apa hak masing-masing orang tua terhadap anak tesebut# pusaka dan
,asiat# per,alian# dan perkara-perkara lainnya yang menyangkut agama.
. Cesolusi tanggal " Desember "8'* yang dimuat dalam Staatsblad Nomor *8 3ahun
"8'* tentang pen%elasan 5asal "' Staatsblad Nomor 3ahun "8: sebagai berikut6
Apabila ter%adi sengketa antara orang-orang =a,a satu sama lain mengenai soal-soal
perka,inan# pembagian harta dan sengketa-sengketa yang se%enis yang harus diputus
menurut hukum 0slam# maka para pemuka agama itu memberi keputusan# tetapi
gugatan untuk mendapat pembiayaan yang timbul dari keputusan para pemuka agama
itu harus dia%ukan kepada pengadilan-pengadilan biasa.
d. egeerings eglement Staatsblad "8** Nomor yang dalam 5asal 8 ditentukan batas
ke,enangan 5engadilan Agama yaitu tidak ber,enang dalam perkara pidana.
Seara yuridis formal# 5eradilan Agama sebagai badan peradilan yang terakhir dalam
sistem kenegaraan untuk pertama kali lahir di 0ndonesia (=a,a dan 1adura! pada tanggal "
Agustus "88. )elahiran ini berdasarkan )eputusan Ca%a 7elanda (K"nninklijk Besluit !
yakni Ca%a Gillem 000 tanggal " =anuari "88 Nomor 4 yang dimuat dalam Staatsblad
"88 Nomor "*. 7adan peradilan ini bernama %riesterraden yang kemudian lazim disebut
aad Agama dan kemudian lebih dikenal dengan nama 5engadilan Agama.
atar belakang dan dasar pemikiran lahirnya Staatsblad "88 Nomor "* adalah
te"ri recepti" in c"mple#u yang dipelopori oleh .G.9. an Den 7erg . 3eori ini berpendapat
39 ibid.
40 3resna# op.it# h."8.
41 Husni Cahim et. al# op. it.# h. 8-".
12
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 13/83
bah,a hukum yang berlaku bagi orang 0ndonesia asli adalah undang-undang agama
mereka yakni hukum 0slam. Se%ak tahun "88*# teori tersebut telah didukung oleh peraturan
perundang-undangan Hindia 7elanda melalui 5asal *# 5asal 8 dan 5asal ":
egeerings eglement Staatsblad "88* Nomor .
Dengan berpegang pada teori ini .G.9. an den 7erg yang bertindak sebagai
konseptor Staatsblad "88 Nomor "* berpendapat bah,a 5engadilan Agama sudah
seharusnya ada termasuk %uga di 7ata<ia yang men%adi pusat dari pemerintah kolonial yaitu
didasarkan pada aturan kebiasaan se%ak zaman dahulu dan sebagai tatanan nasional
(pribumi! di mana perundang-undangan dari penguasa bangsa Bropa sendiri memberikan
kemungkinan untuk itu dan karenanya 5engadilan Agama yang ada sebelum ada
Staatsblad "88 Nomor "* adalah sah.4
9ornelis an olenho<en dan 9hristian Snouk Hurgronye menentang 'e"ri
ecepti" in "mple#u dan pendapatnya itu dikenal dengan 'e"ri eceptie
yang mengemukakan bah,a sebenarnya yang berlaku di 0ndonesia adalah hukum adat
asli# pengaruh hukum 0slam itu baru mempunyai kekuatan kalau sudah diterima oleh hukum
adat dan lahir sebagai hukum adat# bukan hukum 0slam.
3eori ini mengubah atau menggantikan 'e"ri eceptie in "mple#u yang
terkandung dalam 5asal 8 egeling eglements Staatsblad "8** Nomor men%adi 5asal
"'4 (! ndische Staatsregeling karena ada penggantian nama /ndang-/ndang Dasar
Hindia 7elanda dari egerings eglement men%adi ndische Staatsregeling (0S! pada tahun
"". Dengan 'e"ri eceptie# 5asal "'4 ayat (! 0S menyebutkan bah,a dalam hal ter%adi
perkara perdata antara sesama orang 0slam akan diselesaikan oleh Hakim Agama 0slam
apabila keadaan tersebut telah diterima oleh hukum adat mereka dan se%auh tidak
ditentukan oleh "rd"nantie. 5asal tersebut mengandung makna bah,a hukum 0slam yang
berlaku hanyalah kalau telah diresepsi oleh hukum adat. 5erubahan tersebut ter%adi pada
tahun " melalui Staatsblad " Nomor ".
'e"ri eceptie yang di%adikan landasan kebi%akan pemerintah 7elanda terhadap
hukum 0slam termasuk lembaga 5eradilan Agama yang terermin dalam 5asal "'4 ayat (!
ndische Staatsregeling dan Staatsblad "88 Nomor "* kemudian didukung oleh 3er Haar dan beberapa sar%ana hukum yang memperoleh pendidikan 7elanda baik di 7ata<ia
maupun di negeri 7elanda.
Staatsblad "88 Nomor "* tidak merumuskan ,e,enang 5engadilan Agama dan tidak
pula membuat garis pemisah yang tegas antara ,e,enang 5engadilan Agama dan
5engadilan Negeri. Hal ini disebabkan staatsblad tersebut beranggapan bah,a ,e,enang
5engadilan Agama sudah diatur dalam Staatsblad "8'* Nomor *8.
sebagai peradilan banding# serta mengurangi kompetensi 5eradilan Agama hanya sebatas
42 .G.9. an den 7erg# Het )eesti!ke goederen op *a+a en (adoera# dalam F.A. Noeh# Seabad
5eradilan Agama di 0ndonesia# op.it.# h.*.
13
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 14/83
menangani perkara-perkara perka,inan bagi orang-orang yang beragama 0slam dengan
Staatsblad "' Nomor "" dan ":.
/ntuk sebagian )alimantan Selatan dan )alimantan 3imur# dibentuk pula 5eradilan
Agama yang diberi nama Kerapatan 1adhi sebagai peradilan tingkat pertama dan
Kerapatan 1adhi Besar sebagai peradilan tingkat bandingnya dengan Staatsblad "'
Nomor '8 dan '.
5emerintah Hindia 7elanda melegalisasi 5eradilan Agama seara formal namun
dengan terselubung bermaksud mematikan 5eradilan Agama dengan ara mengurangi
sedikit demi sedikit ke,enangan serta membiarkan tanpa pembinaan.4'
5ada masa pendudukan =epang# 5eradilan Agama tetap dipertahankan dan tidak
mengalami perubahan keuali namanya diganti dengan S""-ri"" ""in untuk 5engadilan
Agama dan K"iki"" K""t" ""in untuk 1ahkamah 0slam 3inggi# berdasarkan Aturan
5eralihan 5asal ' 7alatentara =epang (2sanu Sei3u! tanggal 1aret "4 Nomor ".
Setelah proklamasi kemerdekaan# pada tanggal "8 Agustus "4* semua peraturan tersebut
dinyatakan berlaku asas konkordansi sebagaimana dinyatakan 5asal 00 Aturan 5eralihan
/ndang-/ndang Dasar "4*.
angkah pertama yang ditempuh oleh pemerintah setelah proklamasi kemerdekaan
ialah menyerahkan pembinaan 5eradilan Agama dari )ementrian )ehakiman kepada
)ementrian Agama melalui 5eraturan 5emerintah Nomor *;SD;"4.
5ada tahun "48# dengan /ndang-undang Nomor " 3ahun "48 5eradilan Agama
di%adikan salah satu bagian 5eradilan /mum# tetapi sebelum ketentuan tersebut berlaku#sudah ada undang-undang yang memberikan pengakuan bah,a 5eradilan Agama adalah
peradilan yang mandiri. /ndang-undang tersebut adalah /ndang-undang Darurat Nomor "
3ahun "*"# yang dalam 5asal " ayat (! menyatakan menghapus semua 5eradilan Adat
dan S,apra%a# keuali 5eradilan Agama# %ika merupakan bagian tersendiri dari 5eradilan
S,apra%a.
5ada 3ahun "*# pemerintah mengatur pembentukan 5eradilan Agama di luar
=a,a-1adura dan )alimantan Selatan dengan 5eraturan 5emerintah Nomor 4* 3ahun
"*# yang disebut dengan Mahkamah Syar4iyah. 1ahkamah SyarEiyah ini mempunyai
,e,enang mengadli meliputi perkara-perkara nikah# talak# ru%uk# fasakh# nafkah# maska,in
(mahar!# tempat kediaman# mutEah# hadlanah# ,aris# ,akaf# hibah# shada2ah# dan baitul
mal.
1ulai saat itu terdapat tiga peraturan perundang-undangan yang mengatur
5eradilan Agama di 0ndonesia# yaitu 6
5eraturan tentang 5eradilan Agama di =a,a dan 1adura yang dimuat dalam Staatsblad
"88 Nomor "* dan Staatsblad "' Nomor "" dan ":.
43 3aufi2# Kedudukan Peradilan Agama dalam istem Peradilan di Indonesia# dalam 7ulletin
Hikmah No. 3ahun 0 =uli "8# h.'.
14
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 15/83
5eraturan tentang )erapatan Qadi dan )erapatan Qadi 7esar untuk sebagian Cesidensi
)alimantan Selatan dan 3imur yang dimuat dalam Staatsblad "' Nomor '8 dan
Nomor '.
5eraturan 5emerintah Nomor 4* 3ahun "* tentang 5embentukan 5engadilan
Agama;1ahkamah SyarEiyah di luar =a,a dan 1adura yang dimuat dalam embaran
Negara "* Nomor .
5ada tahun "4# pemerintah mengeluarkan /ndang-undang Nomor " 3ahun "4
tentang )etentuan-ketentuan 5okok )ekuasaan )ehakiman yang seara tegas
menyebutkan adanya empat lingkungan peradilan di 0ndonesia# yaitu 5eradilan /mum#
5eradilan Agama# 5eradilan 1iliter dan 5eradilan 3ata /saha Negara.
/ndang-undang Nomor "4 3ahun ": %o. /ndang-undang Nomor '* 3ahun "
dalam 5asal ": ayat ("! tetap melembagakan empat lingkungan peradilan seperti yang
terdapat dalam /ndang-undang Nomor " 3ahun "4.
Dengan diundangkannya /ndang-undang Nomor 3ahun "8 pada tanggal
Desember "8# berarti mengakhiri pluralisme peraturan 5eradilan Agama tersebut# fungsi
dan struktur susunan kekuasaan 5eradilan Agama disempurnakan dan ditegakkan tanpa
ampur tangan lingkungan 5eradilan /mum. Hal ini diamanatkan dalam 7ab 00 5eraturan
5eralihan 5asal ": ayat ("! huruf d dan 7ab 00 7agian )edua 5aragraf ' tentang =uru
Sita sebagaimana diatur dalam pasal '8.
5asal ": ayat ("! huruf d /ndang-undang Nomor 3ahun "8 menyebutkan
bah,a ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam 5asal ' ayat (! /ndang-undang
Nomor " 3ahun "4 tentang 5erka,inan (embaran Negara 3ahun "4 Nomor "#
3ambahan embaran Negara Nomor ':"!# dinyatakan tidak berlaku. Hal ini berarti bah,a
5engadilan Negeri tidak mempunyai ke,enangan ampur tangan terhadap putusan
5engadilan Agama dan kedudukan 5engadilan Agama men%adi setara dengan 5engadilan
Negeri.
5asal '8 /ndang-undang Nomor 3ahun "8 menyebutkan bah,a pada setiap
5engadilan Agama ditetapkan adanya =uru Sita dan =uru Sita 5engganti. Dengan
distrukturkan seara fungsional %abatan =uru Sita pada setiap 5engadilan Agama# maka
organisasi lembaga 5eradilan Agama dalam melaksanakan fungsi peradilan men%adi
sempurna. )endala ke,enangan melaksanakan segala maam panggilan# pemberitahuan#
penyitaan serta eksekusi putusan sudah tidak ditemui sebab sudah mempunyai
ke,enangan untuk melaksanakan eksekusi sendiri. Seara utuh 5eradilan Agama sudah
mandiri dan otonom dalam melaksanakan fungsi ke,enangan yuridiksinya mulai a,al
proses sampai tahap pelaksanaan atau eksekusi putusan
2.2. P'ligami
Sebelum penulis membahas pengertian poligami# maka perlu di%elaskan lebih
dahulu tentang pengertian dan asas perka,inan yang mendasari sebelum poligami ter%adi.
15
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 16/83
2.2.1. Pengertian Perka)inan
1enurut konsep hukum perdata 7arat (Burgerlijk 5etb"ek 6 yang lebih dikenal
diter%emahkan dengan )itab /ndang-undang Hukum 5erdata!# perka,inan hanya bersifat
hubungan keperdataan# yaitu perka,inan adalah sah bila telah dilangsungkan berdasarkan
ketentuan undang-undang dan telah memenuhi syarat-syarat yang digariskan oleh undang-
undang# sebagaimana disebutkan dalam 5asal )itab /ndang-undang Hukum 5erdata
bah,a undang-undang memandang soal perka,inan hanya dalam hubungan-hubungan
perdata. 5erka,inan yang dilakukan menurut tata ara suatu agama sa%a tidak sah.
7ahkan# menurut ketentuan 5asal *': )itab /ndang-/ndang Hukum 5idana ()/H5!
petugas keagamaan dilarang untuk melakukan suatu perka,inan menurut tata ara agama
sebelum perka,inan perdata dilangsungkan. 1enurut 5asal 8" )itab /ndang-undang
Hukum 5erdata# perka,inan menurut upaara keagamaan baru dapat dilangsungkan
setelah perka,inan di muka 5ega,ai 9atatan Sipil. arangan-larangan mengenai
perka,inan menurut hukum agama tidak berlaku dalam hukum perdata. 5erka,inan adalah
persetu%uan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam bidang hukum
keluarga.
1enurut hukum 0slam# perka,inan adalah per%an%ian sui untuk
membentuk keluarga antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.' /nsur
per%an%ian menun%ukkan kesenga%aan dari suatu perka,inan dan menampakkannya kepada
masyarakat# kata sui menun%ukkan aspek keagamaan dari suatu perka,inan# sedangkanunsur lainnya berkaitan dengan tu%uan atau hikmah suatu perka,inan. 5erka,inan
merupakan suatu per%an%ian# sebagaimana dalam Al-Quran Surat al-NisaE ayat ("!
perka,inan disebut dengan $mitsa&an ghalidhan+ yang berarti per%an%ian yang sangat kuat#
karena ara melakukan ikatan perka,inan telah diatur yaitu dengan a2ad nikah# rukun dan
syarat tertentu# dan untuk memutuskan ikatan perka,inan tersebut telah diatur dengan
prosedur tertentu. 5erka,inan dianggap suatu lembaga yang sui# karena upaara
perka,inan adalah upaara yang sui# kedua pihak dihubungkan men%adi suami isteri
dengan menyebut nama Allah.'
5engertian perka,inan dalam 0slam dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan seksual
seseorang seara halal serta melangsungkan keturunannya dalam suasana saling
2 A. Cid,an Halim# Hukum Perdata dalam ,an"a *awab# @halia 0ndonesia# =akarta# "8# h.'*
dan lihat Ali Afandi# Hukum Waris Hukum Keluarga dan Hukum Pembuktian (enurut kitabndang-undang Hukum Perdata .BW/# 7ina Aksara# =akarta# "8# h..8.3': Sayuti 3alib# op.it. h.4. Dalam hal ini beliau %uga membandingkan dengan An,ar Har%ono yangmemberikan pengertian perka,inan adalah suatu per%an%ian sui antara seorang laki-laki denganseorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia# %uga Asaf A.A. ?yzee yang memberikan
pengertian perka,inan# Marriage in Muhammadan la is a c"ntract /"r the legali3ati"n "/ interc"urseand the pr"creati"n "/ children.
3'" Q.S. al-NisaE ayat ("!
16
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 17/83
menintai (maaddah! dan kasih sayang (rahmah! antara suami isteri# sebagaimana
dalam Al-Quran Surat al-Cum ayat ("!.
7erdasarkan maksud perka,inan tersebut dapat di%elaskan sebagai berikut6
1; 5erka,inan merupakan ara penghalalan terhadap hubungan antara kedua la,an
%enis# yang semula diharamkan# seperti memegang# memeluk# menium
dan hubungan seksual.
2; 5erka,inan %uga merupakan ara untuk melangsungkan kehidupan umat manusia di
muka bumi# karena tanpa adanya regenerasi maka populasi manusia di bumi ini akan
punah.
3; 5erka,inan memiliki dimensi psikologis yang sangat dalam# karena dengan perka,inan
ini kedua insan# suami dan isteri# yang semula merupakan orang lain kemudian men%adi
bersatu# saling memiliki# men%aga# membutuhkan# menintai dan menyayangi sehingga
ter,u%ud keluarga yang hamonis (sakinah!.
4; 5erka,inan %uga memiliki dimensi sosiologis# yakni dengan perka,inan ini seseorang
memiliki status baru yang dianggap sebagai anggota masyarakat seara utuh.
5; 5erka,inan mengakibatkan lahirnya anak-anak# yang seara naluri memerlukan
pemeliharaan dan pelindung kedua orang tuanya. Irang tua bertanggung %a,ab atas
perkembangan fisik dan psikis anak-anak# terutama sebelum mereka mengin%ak
de,asa# agar di kemudian hari men%adi generasi penerus untuk membangun planet
bumi.
5engertian perka,inan dalam hukum 0slam tersebut berbeda dengan pengertian
perka,inan menurut konsep hukum perdata 7arat. 5erka,inan dalam hukum perdata
7arat menganggap bah,a perka,inan antara seorang ,anita dengan seorang pria
hanyalah hubungan perdata dan terlepas dari agama# sedangkan perka,inan dalam
hukum 0slam merupakan akad yang sangat kuat untuk menaati perintah Allah dan
bagi mereka yang melaksanakannya merupakan ibadah.
Dalam /ndang-undang Nomor " 3ahun "4# pengertian perka,inan disebutkan
dalam 5asal " bah,a perka,inan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang ,anita sebagai suami isteri dengan tu%uan membentuk keluarga (rumah tangga!
yang bahagia dan kekal berdasarkan )etuhanan &ang 1aha Bsa.5engertian yang diberikan oleh /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 tersebut
selaras dengan konsep perka,inan dalam hukum 0slam. /ndang-undang 5erka,inan
tersebut berasaskan agama# sehingga agama atau hukum agama yang dipeluk oleh
seseorang yang menentukan sah atau tidaknya suatu perka,inan# sebagaimana dalam
5asal disebutkan bah,a perka,inan adalah sah# apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan keperayaannya itu.
)eharusan menatatkan perka,inan yang dianut hukum perdata 7arat %uga dianut
/ndang-undang 5erka,inan yang disebutkan dalam 5asal ayat (! bah,a tiap-tiap
perka,inan diatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. )etentuan
17
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 18/83
tersebut %uga selaras dengan hukum 0slam# karena bersifat pengembangan terhadap
pemahaman tentang hukum 0slam mengenai perka,inan yang terdapat dalam Al-Quran
dan Sunnah Casulullah untuk kemaslahatan umat 0slam 0ndonesia.
2.2.2. Asas Perka)inan
5erka,inan dalam )itab /ndang-undang Hukum 5erdata (Burgerlijk 5etb"ek !
menganut asas monogami# yaitu suatu asas yang pada dasarnya menghendaki bah,a
pada suatu saat yang sama seorang pria hanya dibolehkan mempunyai seorang ,anita
sebagai isterinya# dan sebaliknya# seorang ,anita hanya dibolehkan mempunyai seorang
pria sebagai suaminya. Asas ini ditegaskan dalam 5asal bah,a dalam ,aktu yang
sama seorang laki-laki hanya dibolehkan mempunyai seorang perempuan sebagai
isterinya# dan seorang perempuan hanya boleh mempunyai seorang laki-laki sebagai
suaminya. Asas monogami ini bersifat mutlak tanpa mengenal pengeualian apa pun.
Asas perka,inan dalam hukum 0slam adalah membolehkan poligami asalkan dapat
berlaku adil# namun apabila hal itu tidak terapai maka dian%urkan monogami. Adapun
dalam hal berpoligami# %umlah isteri yang boleh dika,in maksimal 4 orang.
Asas perka,inan dalam /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 adalah monogami#
sebagaimana ketentuan 5asal ' ayat ("! bah,a pada asasnya dalam suatu perka,inan
seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri# dan seorang ,anita hanya boleh
mempunyai seorang suami. Asas monogami ini tidak mutlak# karena undang-undang
tersebut masih memberi kemungkinan bagi seorang suami untuk beristeri lebih dari
seorang# sebagaimana disebutkan dalam 5asal ' ayat (! bah,a pengadilan dapatmemberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki
oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Seorang suami dapat menga%ukan ke pengadilan
untuk berpoligami dengan alasan-alasan dan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam
undang-undang.
2.2.3. Pengertian P'ligami
5asal-pasal yang berkaitan dengan izin poligami dalam /ndang-undang Nomor "
3ahun "4 tentang 5erka,inan maupun dalam 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun
"* tentang 5elaksanaan /ndang-undang Nomor " 3ahun "4# tidak ditemukan istilah
poligami. 5asal-pasal tersebut tidak menggunakan istilah poligami tetapi dengan rangkaian
kata-kata $seorang suami yang beristeri lebih dari seorang+. 5en%elasan /mum /ndang-
undang tersebut pada angka 4. dan 5en%elasan 5asal ' terdapat la,an kata dari poligami
yaitu monogami dalam kalimat# $/ndang-undang ini menganut asas monogami. Hanya
apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan# karena hukum dan agama dari yang
bersangkutan mengizinkan# seorang suami dapat beristeri lebih dari seorang+. )ata
poligami %uga tidak ditemukan dalam pen%elasan undang-undang tersebut.
Dalam 5utusan 1ahkamah Agung belum ditemukan istilah poligami# kata-kata yang
digunakan adalah beristeri lebih dari seorang. 5utusan 1ahkamah Agung yang berkaitan
18
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 19/83
dengan izin poligami antara lain 5utusan No.4);A@;"8 tanggal "4 April "8 tentang
izin poligami yang dia%ukan oleh Ahmad Cafi2' dan 5utusan No. ''8);50D;"" tanggal
September "4 tentang kasus suami beristeri ganda.' 0stilah poligami di 5engadilan
Agama baik dalam surat permohonan izin poligami maupun dalam putusan sudah lazim
digunakan# demikian %uga dalam putusan banding.
Dalam Hukum Adat# kata poligami %uga tidak ditemukan. )ata yang bermakna perka,inan
seorang suami dengan lebih dari seorang isteri diistilahkan dengan permaduan# bermadu#'
atau di =a,a dikenal dengan kata ayuh.'
5endapat para ahli dalam Bnsiklopedi Hukum 0slam# kamus hukum# dan kamus 7ahasa
0ndonesia dapat ditemukan pengertian dari kata poligami.
)ata poligami berasal dari bahasa &unani# p"ly atau p"lus yang berarti banyak dan
gamein atau gam"s yang berarti ka,in atau perka,inan. Seara bahasa# poligami berarti
suatu perka,inan yang lebih dari seorang# baik pria maupun ,anita. 5oligami dapat
dibedakan men%adi poliandri dan poligini. 5oliandri adalah perka,inan seorang perempuan
dengan lebih dari seorang laki-laki# sedangkan poligini adalah perka,inan seorang laki-laki
dengan lebih dari seorang perempuan.'
5oligami adalah sistem perka,inan yang salah satu pihak memiliki atau menga,ini
beberapa la,an %enisnya dalam ,aktu yang bersamaan.' Namun kata poligami lebih umum
diartikan perka,inan seorang laki-laki dengan lebih dari seorang perempuan.'
7erdasarkan uraian tersebut# istilah yang bermakna perka,inan seorang laki-laki
dengan lebih dari seorang perempuan adalah poligini# namun istilah yang lebih dikenal olehmasyarakat adalah poligami. 5engertian poligami yang dimaksud dalam penulisan ini
adalah perka,inan seorang laki-laki dengan lebih dari seorang perempuan. 5enulis
menggunakan istilah poligami karena istilah poligami sudah umum dipahami bermakna
perka,inan seorang laki-laki dengan lebih dari seorang perempuan' dan sudah lazim
digunakan dalam putusan 5engadilan Agama baik pada pengadilan tingkat pertama
maupun banding.
3' Hensyah Syahlani# Penemuan dan Peme'ahan (asalah Hukum dalam Peradilan Agama #
1ahkamah Agung C0# =akarta# "'.
3'' aria 5eradilan 1a%alah Hukum 3ahun 00 Nomor "44 September "# h.'*-4.
Canuhandoko# ,erminologi Hukum Inggris Indonesia# Sinar @rafika# =akarta# :::# h. 444.3' =.S. 7adudu dan Fain# Kamus mum Bahasa Indonesia# 5ustaka Sinar harapan# =akarta#
::"# h.": dan G.=.S. 5oer,adarminta# Kamus mum Bahasa Indonesia# 7alai 5ustaka#=akarta# "# h.'.
19
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 20/83
2.2.. Dasar Hukum P'ligami
Ayat Al-Quran yang dipandang berhubungan dengan kebolehan poligami adalah Surat al-
NisaE ayat ('!6
$7ika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
yatim (bilamana kamu mengaininya) maka kainilah anita-anita (lain) yang kamu
senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kainilah) se"rang saja atau budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya+.4
Selan%utnya Casulullah melarang seorang pria beristeri lebih dari empat orang dalam ,aktu
yang sama. )etika ayat ini turun# Casulullah memerintahkan setiap pria yang memiliki lebih
dari empat orang isteri agar segera meneraikan isteri-isterinya sehingga maksimal setiap
orang pria hanya beristeri empat orang ,anita. )etentuan ini ditegaskan melalui uapannya
yang diri,ayatkan oleh 0mam 1alik# An-Nasai dan Ad-Dara2uthni# $%ilihlah dari mereka
empat "rang (isteri) dan ceraikan selebihnya.+ 4
Seara tekstual# Al-Quran Surat al-NisaE ayat ('! dan hadits Casulullah yang diri,ayatkan
oleh 0mam 1alik# An-Nasai dan Ad-Dara2uthni tersebut merupakan dasar hukum tentang
kebolehan berpoligami sampai sebatas empat orang. Dengan demikian dalam hukum
0slam# asas monogami tidak berlaku seara absolut# melainkan masih memberikan peluang
kepada ummat 0slam untuk melakukan poligami dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu.4
Seara historis# poligami sudah dipraktikkan dalam masyarakat sebelum 0slam dengan
berpedoman pada syariat dan adat istiadat yang berlaku pada masa itu. )itab sui agama
&ahudi dan Nasrani tidak melarang praktik poligami# karena telah men%adi %alan hidup yang
diakui keberadaannya. Semua Nabi yang disebutkan dalam kitab agama &ahudi dan
Nasrani yang terdapat dalam 5er%an%ian ama mempunyai lebih dari satu isteri. Al-Quran
tidak menetapkan suatu peraturan tentang poligami. Hal ini terlihat dari makna (kandungan!
ayat tersebut yang tidak menyiratkan anasir perintah atau larangan tetapi unsur kebolehan
dengan membatasi sampai empat orang isteri.4
)ebolehan itu pun tidak mutlak# tetapi kebolehan bersyarat untuk memenuhinya karena
disertai beban tanggung %a,ab bagi laki-laki yang
berpoligami. )ebolehan poligami sangat sulit dipraktikkan karena tidak semua laki-laki
dapat memenuhi persyaratan keadilan sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran Surat al-
44: Soenar%o et.al.# Al-Quran dan ,er!emahann"a# Departemen Agama C0# "84# h.""*.
44" 0bnu Ha%ar Al- As2alani# Bulughul (aram# =ilid 00# ter%. A. Hassan# 9 Diponegoro# 7andung# h.
*:".
44 1u%amil# Kontribusi Islam terhadap Peradaban (anusia ebuah Apresiasi (onomental #Camadhani# Solo# "'# h. ":".
44' Saifullah# Poligami dalam truktur Keluarga (uslim# dalam 1imbar Hukum No. *" 3h. 00
::"# Al-Hikmah# =akarta# h.8.
20
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 21/83
NisaE ayat ("!#+ Kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isterimu,
alaupun kamu sangat ingin berbuat demikian.+
7erkaitan dengan poligami# ulama 0slam mempunyai pandangan yang bermaam-
maam. Seara garis besar# pandangan tersebut dapat digolongkan men%adi tiga
pandangan dalam se%arah pemikiran 0slam. 5ertama# berpandangan bah,a poligami tidak
dibolehkan keuali dalam kondisi tertentu. )edua# berpandangan bah,a poligami
dibolehkan# sedangkan ketiga# berpandangan bah,a boleh berpoligami bahkan %umlah
,anita yang dika,in boleh lebih dari empat.4
/lama yang berpendapat bah,a seorang suami tidak boleh menikah dengan lebih dari
seorang ,anita keuali dalam kondisi tertentu adalah para pemikir 0slam belakangan seperti
Syah Galiyullah al-Dahla,i# Sayyid Ahmad )han# 1uhammad Abduh# Sayyid Amir Ali#
Qasim Amin# ?azlur Cahman dan lain-lain. /lama yang berpandangan membolehkan
poligami umumnya ulama salaf. Bmpat mazhab Sunni# yaitu Syafii# Hanafi# 1aliki# dan
Hambali berpandangan bah,a seorang laki-laki boleh beristeri empat orang perempuan
dalam ,aktu bersamaan.4 5endapat yang membolehkan seorang suami menikah dengan
lebih dari empat orang ,anita adalah 1azhab Dhahiri.44
/lama telah banyak yang menafsirkan tentang Surat al-Nisa ayat ('! tersebut. 1enurut Al-
Qasimi# untuk berpoligami tergantung pada keluasan ara berfikir suami# kemampuan
mengendalikan rumah tangga dan kematangan dalam mengurusi segala hal dalam
masyarakat (muamalah!.4*
1enurut Al-1araghi# kebolehan dalam Surat al-NisaE ayat ('! tersebut adalah kebolehanyang dipersulit# sehingga poligami dibolehkan hanya dalam keadaan darurat. Al-1araghi
menatat pentingnya kaidah fi2hiyah $!ar ul-ma/asid mu&addamu ala jalbi mashalih+ dalam
melakukan poligami.4
1enurut Sayyid Qutub# poligami merupakan suatu perbuatan rukhshah sehingga hanya
bisa dilakukan hanya dalam keadaan darurat atau benar-benar mendesak. )ebolehan itu
pun disyaratkan bisa berbuat adil terhadap isteri-isteri.4
1enurut Al-Shabuni# sesuai dengan i%ma ulama maka ,anita yang boleh dinikahi itu
maksimal empat orang. )ebolehan itu pun dilakukan hanya dalam keadan darurat dengar
syarat bisa berbuat adil.48
444 7ello Daura# ,he 0imit of Pol"gami in Islam# dalam 1asruhan# =urnal Hukum 0slam al-Qanun
44 )hairudin Nasution# Riba dan Poligami ebuah tudi atas Pemikiran (uhammad Abduh #
5ustaka 5ela%ar# &ogyakarta# "# h.8'-84.
45 1uhammad =amaaluddin Al-Qasimi# mahasin al-,a4wil =il.# Dar 0hyaal )utub# tt.# h. "":4-
"":*.
46 Al-1araghi# ,afsir al-(araghi =il. 0#1ustafa al-7abi al-Halabi# "'# h."8".47 Sayyid Qutub# Fi 5hilal Al-Quran =il 0# Dar al-Qutub al-0lmiyah# t.t.# h. '.
48 1uhammad Ali Al-Shabuni# Rawa4t al-Ba"an ,afsir A"at alAhkam min Al-Quran# =il. 0# Dar al-
Quranul )arim# "# h.4-48.
21
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 22/83
5endapat-pendapat tersebut menun%ukkan bah,a poligami adalah solusi ketika seorang
suami atau rumah tangga menghadapi kesulitan yang tidak bisa dipeahkan hanya dengan
monogami. 0slam membolehkan poligami dengan beberapa syarat# bukan karena 0slam
tidak mampu menegahnya atau lalai# tetapi lebih bersifat sebagai %alan keluar yang
mendamaikan.4
/ndang-undang Nomor " 3ahun "4 tentang 5erka,inan mengatur poligami dalam
5asal '# 5asal 4 dan 5asal *# selan%utnya di%abarkan dalam 5asal 4: sampai dengan 5asal
44 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun "*. )etentuan tentang sanksi
pelanggarannnya diatur dalam 5asal 4* 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun "*.
Dalam se%arah proses pembuatan hukum (la making pr"cess! /ndang-undang
Nomor " 3ahun "4# Canangan /ndang-undang (C//! 5erka,inan tersebut dia%ukan
dan disusun berdasarkan filsafat aliran nasionalis yang netral dari pengaruh agama dan
bersifat sekuler sebagaimana terermin dari isinya yang sebagian besar mengambil alih
ketentuan-ketentuan HI90 (uelijks 2rd"nantie 8""r de hristenen nd"nesiers! dan 7G
(Burgerlijk 5etb"ek ! sehingga mendapat reaksi keras dari umat 0slam# karena materi
ranangan undang-undang tersebut banyak yang dianggap bertentangan dengan a%aran
0slam.*: Salah satu reaksi tersebut antara lain dari sebagian ulama =a,a 3imur yang telah
mengadakan musya,arah pada tanggal Agustus "' di Denanyar =ombang atas
prakarsa ).H.1. 7isri S%amsuri. Hasil musya,arah tersebut memutuskan untuk
menga%ukan usul yang disampaikan seara lengkap pasal demi pasal terhadap ketentuan
yang dianggap bertentangan dengan 0slam serta didasari alasan-alasan yang berdasarkandalil-dalil Al-Quran dan Hadits Nabi 1uhammad sa,. /sulan /lama =a,a 3imur ini akhirnya
men%adi pegangan 1a%elis Syuro 5artai 5ersatuan 5embangunan dan ?raksi 5ersatuan
5embangunan di De,an 5er,akilan Cakyat dalam pembahasan Canangan /ndang-
undang 5erka,inan.*"
)etentuan tentang alasan-alasan poligami dalam Canangan /ndang-undang 5erka,inan
terdapat dalam 5asal 4 ayat (! 6
5engadilan dimaksud dalam ayat ("! pasal ini hanya memberikan izin kepada
seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila 6
a. 0steri tidak dapat men%alankan ke,a%ibannya sebagai isteri
b.0steri mendapat aat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan
. 0steri tidak dapat melahirkan keturunan
7erkaitan dengan alasan-alasan poligami dalam 5asal 4 ayat (! C// 5erka,inan
tersebut telah diusulkan untuk dihapus karena alasan-alasan yang memungkinkan untuk
("!./ntuk dapat menga%ukan permohonan kepada 5engadilan# sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 ayat ("! /ndang-undang ini# harus dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut 6
a. adanya persetu%uan dari isteri;isteri-isteri
b. adanya kepastian bah,a suami mampu men%amin keperluan hidup isteri-isteri
dan anak-anak mereka
. adanya %aminan bah,a suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-
anak mereka.
(!.5ersetu%uan yang dimaksud pada ayat ("! huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi
seorang suami apabila isteri;isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetu%uannya
dan tidak dapat men%adi pihak dalam per%an%ian# atau apabila tidak ada kabar dariisterinya selama sekurang-kurangnya (dua! tahun# atau karena sebab-sebab
lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim 5engadilan.
7erkaitan dengan syarat-syarat poligami dalam sub ayat a perihal harus adanya izin
isteri;para isteri diusulkan untuk dihapuskan karena dengan adanya alasan-alasan berarti
sudah meniadakan syarat persetu%uan isteri;isteri-isteri# namun dalam /ndang-undang
5erka,inan rumusan tersebut diambil alih seara utuh sebagaimana dalam Canangan
/ndang-undang 5erka,inan.
Dalam perkembangan selan%utnya# ketentuan pembatasan# alasan-alasan# syarat-
syarat# dan keharusan adanya izin pengadilan yang diatur dalam /ndang-undang Nomor "
3ahun "4 diambil alih oleh )ompilasi Hukum 0slam yang hadir dalam tata hukum
nasional melalui instrumen hukum 0nstruksi 5residen Nomor " 3ahun "" tanggal ": =uni
"" yang kemudian disusul oleh )eputusan 1enteri Agama Nomor "*4 3ahun ""
tanggal =uli "". 5engambilalihan ketentuan ini didasarkan pada ketertiban umum dan
52 Amak# ibid.
23
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 24/83
%ika diperhatikan ketentuan Al-Quran Surat al-Nisa ayat ('! dera%at hukum poligami adalah
kebolehan yang digantungkan pada situasi dan kondisi masa permulaan 0slam.*'
7erdasarkan uraian tersebut# penulis dapat menyimpulkan bah,a kebolehan poligami
sampai batas empat orang dalam hukum 0slam telah dinyatakan dalam Al-Quran Surat al-
Nisa ayat ('! dan hadits Casulullah yang diri,ayatkan oleh 0mam 1alik# An-Nasai dan Ad-
Dara2uthni# sedangkan perundang-undangan %uga memberikan peluang bagi seorang
suami untuk berpoligami dengan alasan-alasan dan syarat-syarat yang ditentukan oleh
undang-undang.
2.2.!. Alasan*alasan &an %+arat*s+arat P'ligami
Cedaksi Al-Quran Surat al-NisaE ayat ('! membolehkan poligami dengan syarat
dapat berlaku adil. )eadilan yang dituntut termasuk dalam bidang nafkah# muamalah#
pergaulan# dan pembagian malam. 9alon suami yang tidak dapat berbuat adil# maka
dian%urkan ukup dengan seorang isteri sa%a.*4 1enurut 1. Quraish Shihab# keadilan yang
disyaratkan oleh ayat tersebut adalah keadilan dalam bidang material. ** 1enurut penulis#
keadilan yang disyaratkan tidak ukup dalam bidang material sa%a# tetapi %uga keadilan
dalam bidang immaterial# sebagaimana yang telah dikemukakan Sayyid Qutub tersebut.
Alasan-alasan dan syarat-syarat poligami telah diatur dalam 5asal 4 dan 5asal * /ndang-
undang Nomor " 3ahun "4 %o. 5asal 4" 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun "*
5asal 4 /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 telah menentukan alasan-alasan poligami
bah,a pengadilan hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebihdari seorang apabila isteri tidak dapat men%alankan ke,a%ibannya sebagai isteri# mendapat
aat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan# atau tidak dapat melahirkan
keturunan.
Adapun syarat-syaratnya ditentukan dalam 5asal * ayat ("! bah,a untuk dapat
menga%ukan permohonan izin poligami harus memenuhi syarat-syarat yaitu adanya
persetu%uan dari isteri;isteri-isteri# adanya kepastian bah,a suami mampu men%amin
keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka# dan adanya %aminan bah,a suami akan
berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka. )husus syarat adanya persetu%uan
isteri ditentukan dalam 5asal * ayat (!6
5ersetu%uan yang dimaksud pada ayat ("! huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi
seorang suami apabila isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetu%uannya dan tidak
dapat men%adi pihak dalam per%an%ian# atau apabila tidak ada kabar dari isterinya
selama sekurang-kurangnya (dua! tahun# atau karena sebab-sebab lainnya yang
perlu mendapat penilaian dari hakim pengadilan.
53 &ahya Harahap# Informasi (ateri Kompilasi Hukum Islam 8 (empositifkan Abstraksi Hukum
Islam# dalam Fainal Abidin Abu 7akar (5eny.!# 7erbagai 5andangan terhadap )ompilasi Hukum0slam# Al-Hikmah# =akarta# h."8:. ihat %uga 0brahaim Hosen# ibid.#h.48.
54 Sayyid Qutub# Fi 5hilal al-Quran# =ilid 0# Dar al-Qutub al-0lmiyah# ""# h.'.
55 1. Quraish Shihab## op. it# h. :".
24
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 25/83
)ompilasi Hukum 0slam sebagai hukum terapan di 5engadilan Agama %uga
mengatur tentang alasan-alasan dan syarat-syarat poligami dalam 5asal ** ayat (! dan
('!# 5asal *# 5asal *8# dan 5asal *. Alasan-alasan poligami yang disebutkan dalam
5asal * )ompilasi Hukum 0slam sama dengan ketentuan dalam 5asal 4 ayat (! /ndang-
undang Nomor " 3ahun "4 yaitu isteri tidak dapat men%alankan ke,a%iban sebagai
seorang isteri# mendapat aat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan# atau
tidak dapat melahirkan keturunan.
Syarat-syarat poligami disebutkan dalam 5asal ** ayat (! dan ayat ('!# serta 5asal
*8. 5asal ** ayat (! dan ('! menyebutkan syarat utama seorang suami yang berpoligami
harus mampu berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya. Apabila syarat utama
tersebut tidak mungkin dipenuhi# suami dilarang berpoligami. 5asal *8 menyebutkan bah,a
selain syarat utama harus dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam 5asal * /ndang-
undang Nomor " 3ahun "4# yaitu adanya persetu%uan isteri dan adanya kepastian bah,a
suami mampu men%amin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka.
)etentuan persetu%uan isteri diatur dalam 5asal *8 ayat (! dan ayat ('! )ompilasi
Hukum 0slam yang menyebutkan6
(! Dengan tidak mengurangi ketentuan 5asal 4" huruf b 5eraturan 5emerintah No.
3ahun "*# persetu%uan isteri atau isteri-isteri dapat diberikan seara tertulis atau
dengan lisan# tetapi sekalipun telah ada persetu%uan tertulis# persetu%uan ini
dipertegas dengan persetu%uan lisan isteri pada sidang 5engadilan Agama.('! 5ersetu%uan dimaksud pada ayat ("! huruf a tidak diperlukan bagi seorang suami
apabila isteri atau isterinya tidak mungkin dimintai persetu%uannya dan tidak dapat
men%adi pihak dalam per%an%ian atau apabila tidak ada kabar dari isteri atau isteri-
isterinya sekurang-kurangnya tahun atau karena sebab lain yang perlu
mendapat penilaian hakim. Adapun 5asal * )ompilasi Hukum 0slam
menyebutkan6
Dalam hal isteri tidak mau memberikan persetu%uan# dan permohonan izin untuk
beristeri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu alasan yang diatur dalam pasal
** ayat (! dan *# 5engadilan Agama dapat menetapkan tentang pemberian izin setelah
memeriksa dan mendengar isteri yang bersangkutan di persidangan 5engadilan Agama#
dan terhadap penetapan ini isteri atau suami dapat menga%ukan banding atau kasasi.
7erdasarkan uraian tersebut# dalam hukum 0slam hanya mengenal syarat
bagi seorang suami yang akan berpoligami yaitu mampu berlaku adil# sedangkan
perundang-undangan menentukan harus adanya alasan dan syarat-syarat bagi seorang
suami yang akan berpoligami. Alasan-alasan tersebut adalah isteri tidak dapat men%alankan
ke,a%iban sebagai seorang isteri# mendapat penyakit yang tidak dapat disembuhkan# atau
25
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 26/83
tidak dapat melahirkan keturunan# sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah
adanya persetu%uan dari isteri;isteri-isteri# adanya kepastian bah,a suami mampu
men%amin keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka# dan adanya %aminan bah,a
suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka.
2.3. Penemuan Hukum
2.3.1. Pengertian
5enemuan hukum adalah proses pembentukan hukum oleh hakim atau aparat
hukum lainnya yang ditugaskan untuk penerapan peraturan hukum umum pada peristi,a
hukum konkrit. 5enemuan merupakan proses konkretisasi atau indi<idualisasi peraturan
hukum (das s"llen! yang bersifat umum dengan mengingat peristi,a konkrit (das sein!
tertentu. Dalam penemuan hukum yang ditekankan adalah bagaimana ara menari atau
menemukan hukumnya untuk peristi,a konkrit.*
/ndang-undang itu tidak selalu %elas dan lengkap# sedangkan fakta yang dia%ukan
memerlukan penyelesaian menurut hukum. Apabila interpretasi penerapan undang-undang
tidak mampu memberi sesuatu penyelesaian# maka untuk menemukan hukumnya hakim
harus menilai fakta. Hukum itu ada# tetapi ia harus ditemukan# dalam tataran ini hakim
tidak hanya menerapkan hukum tetapi menemukan hukum. *
)e,enangan peradilan dan perangkat hukum yang telah tersedia untuk melaksanakan
ke,enangannya# dalam realita tidak berarti bah,a seara serta merta hakim dapat
menyelesaikan seluruh perkara yang dihadapkan kepadanya. Selain tugasnya menerapkanundang-undang atau hukum# hakim %uga memberikan putusan dalam perkara antara pihak-
pihak berperkara. Setiap hakim mungkin sa%a mengartikan ketentuan undang-undang yang
sama seara berbeda.
Sebenarnya tidak akan pernah di%umpai undang-undang yang sempurna. 5embuat
undang-undang adalah manusia biasa yang dalam diri mereka ada sifat epemiral # yaitu
sifat keterbatasan dalam kemampuan# potensi# prediksi dan rekayasa. Atas dasar hakikat
keterbatasan itu# semestinya se%ak a,al dapat diperkirakan bah,a setiap undang-undang
yang dihasilkan pasti mengandung kekekurangan dan kelemahan atau
ketidaksempurnaan. 7ahkan# tidak mustahil
ada hal yang mendasar terlupakan# dan pada ,aktu undang-undang tertentu berhadapan
dengan kasus-kasus in k"nkret"# hakim yang berpegang teguh pada undang-undang itu
tidak mampu memberikan penyelesaian yang konstruktif.*8
)endati pada ,aktu pembuatan undang-undang berbagai hal sudah dipikirkan dan dibahas
dari berbagai sudut pandang# baik dari sudut pandang filsafat hukum# sosiologi hukum#
se%arah hukum# ilmu hukum dan teori hukumnya maupun dari sudut pandang yang lain#
57 =ohn. F. oudoe# (enemukan Hukum (elalui ,afsir dan Fakta# 7ina Aksara# =akarta# "*.
58 Fufran Sabrie et al.# dalam 1imbar Hukum No. * 3h. 00# Al-Hikmah# =akarta# ::"# h.'.
26
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 27/83
sebagai faktor petun%uk diundangkannya suatu produk hukum# sehingga ia sudah dianggap
sempurna# namun di saat undang-undang bersangkutan diberlakukan# bermunulan seribu
satu kasus in k"nkret" yang sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya. Dengan demikian
tidak aneh bila ada kasus-kasus tertentu belum diatur dalam peraturan perundang-
undangan# yang kemudian mengharuskan peniptaan hukum baru. 3idak %arang %uga ada
kasus-kasus tertentu yang memang telah ada aturannya dalam peraturan perundang-
undangan# namun sudah tidak sesuai lagi dengan nilai kesadaran sosial# peraturannya itu
terlalu bersifat umum# terlalu abstrak# atau tidak sesuai dengan kepentingan umum.
5ada hakikatnya hakim harus bertindak sebagai pembentuk hukum dalam hal
peraturan hukum tidak menyebutkan ketentuan untuk menyelesaikan perkara in k"nkret".
Hakim harus dapat menyesuaikan ketentuan undang-undang dengan hal-hal yang konkrit
dalam masyarakat# karena ketentuan undang-undang tidak dapat menakup segala
peristi,a hukum yang timbul dalam masyarakat. 7iasanya pembuat undang-undang hanya
menetapkan peraturan umum sa%a (in abstract"! sedangkan petimbangan tentang hal-hal
yang konkrit diserahkan kepada hakim# sehingga keputusan hakim dapat memuat suatu
hukum dalam suasana erkelijkheid (kenyataan! yang menyimpang dari hukum positif
dalam rangka penyesuaian undang-undang dengan kenyataan hukum yang berlaku dalam
masyarakat (erkelijkheid !. Hakim %uga dapat menambah (aan$ullen! undang-undang
karena pada dasarnya pembuat undang-undang senantiasa tertinggal dari peristi,a-
peristi,a hukum yang baru ter%adi dalam masyarakat.*
7erdasarkan uraian tersebut# penulis dapat menyimpulkan bah,a pengertian penemuanhukum adalah proses pembentukan hukum yang dilakukan oleh hakim untuk
menyelesaikan perkara in k"nkret" atau menerapkan peraturan hukum yang bersifat
umum pada peristi,a hukum konkrit
5enemuan hukum dalam 0slam dikenal dengan istilah ra4yu atau i%tihad. )ata ra4yu
berarti melihat# sedangkan makna ra4yu dalam Al-Quran tergantung kepada ob%ek dari
perbuatan melihat. Ib%eknya dapat berupa ob%ek yang konkrit dan ob%ek yang abstrak.
Apabila ob%eknya konkrit berarti melihat dengan mata kepala atau memperhatikan#
sedangkan terhadap ob%ek yang abstrak berarti melihat dengan mata hati atau memikirkan.
)ata ra4yu dalam pembahasan ini berarti hasil pemikiran atau rasio.:
0%tihad berasal dari kata al-jahd yang berarti al-tha&ah yaitu (daya kemampuan# kekuatan!
atau dari kata al-jahd yang berarti al-masya&&ah (kesulitan# kesukaran!. 0%tihad menurut
pengertian bahasa %uga bermakna ba3l al-is4i a al-majhud yang berarti pengerahan daya
dan segenap kemampuan dalam suatu aktifitas-aktifitas yang berat dan sukar." 0%tihad
dalam pembahasan ini dapat diartikan upaya memahami makna suatu teks (Al-Quran! atau
59 9hainur Arras%id# 5asar-dasar Ilmu Hukum# Sinar @rafika# =akarta# :::# h.60 Amir Syarifuddin# Pembaharuan Pemikiran dalam Hukum Islam# Angkasa Caya# 5adang# ":#
h.4-4.
61 Nasrun Cusli# Konsep I!tihad al-"aukani # ogos Gaana 0lmu# =akarta# "# h. '.
27
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 28/83
preseden (Sunnah! di masa lampau yang mengandung suatu aturan dan mengubah suatu
aturan tersebut dengan ara memperluas maupun memodifikasi dengan ara-ara
sedemikain rupa sehingga situasi baru dapat diakup ke dalamnya dengan solusi baru#
sebagaimana dikemukakan ?azlur Cahman 6
jtihad means the e//"rt t" understand the meaning "/ a rele$an te#t "r precedent in the
past, c"ntaining a rule, and t" alter that rule by e#tending "r restricting "r "ther ise
m"di/ying it in such a manner that a ne situati"ns can be subsumed under it by a ne
s"luti"n. 9:
0mplikasi metodologis batasan tersebut adalah teks Al-Quran dan Sunnah dapat
digeneralisasi sebagai prinsip-prinsip sehingga dapat dirumuskan sebagai aturan baru.
0mplikasi metodis yang terkandung di dalamnya adalah ker%a i%tihad meliputi pemahaman
teks dan preseden dalam keutuhan konteksnya di masa lampau# pemahaman situasi baruyang sedang ter%adi sekarang# dan pengubahan aturan-aturan hukum yang terkandung
dalam teks dan preseden. Adapun implikasi fungsional dari batasan tersebut adalah
konsep metodologis dan rumusan metodis tersebut difungsikan untuk pembaruan hukum
0slam sebagai upaya men%a,ab tantangan situasi baru.
2.3.2. Dasar Hukum
5asal " /ndang-/ndang Nomor "4 3ahun ": %o. /ndang-undang Nomor '*
3ahun " menyatakan bah,a kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yangmerdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan 5anasila demi terselenggaranya Negara Hukum Cepublik 0ndonesia. )ata
$merdeka+ yang berari bebas dalam hal ini adalah kebebasan hakim untuk mengadili dan
bebas dari ampur tangan dari pihak ekstra yudisial. )ebebasan hakim memberi ,e,enang
kepada hakim untuk melakukan penemuan hukum seara leluasa.
5asal ayat ("! /ndang-undang Nomor "4 3ahun ": %o. /ndang-undang Nomor
'* 3ahun " yang pada dasarnya menentukan tugas pokok kekuasaan kehakiman# yaitu
menerima# memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang dia%ukan
kepadanya# %uga memberi peluang untuk melakukan penemuan hukum bagi hakim.
Nomor '* 3ahun " %uga menegaskan bah,a hakim sebagai penegak hukum dan
keadilan ,a%ib menggali# mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat# sehingga hakim dapat merupakan perumus dan penggali nilai-nilai hukum
yang hidup dalam masyarakat.
1enurut se%arah hukum 0slam# sebelum dak,ah 0slam tersebar maka kasus-kasus
yang timbul langsung diputuskan oleh Casulullah# namun setelah kekuasaan 0slam meluas
maka Casulullah mengizinkan sebagian sahabat untuk memutus kasus atau perkara yang
mereka hadapi karena %auhnya tempat dari kediaman Casulullah. 7ahkan# Casulullah
mengizinkan sahabat untuk memutus perkara yang mereka hadapi di tempat Casulullah.
Hadits 1uEadz bin =abal menun%ukkan bah,a Casulullah memberi izin kepada
1uEadz untuk beri%tihad dalam hal-hal yang tidak terdapat seara %elas dalam nash Al-Quran
dan Sunnah. Hal ini menun%ukkan bah,a masalah-masalah yang tidak disebutkan dalam
nash seara rini men%adi bidang i%tihad yang sangat luas. 5ada dasarnya beri%tihad dengan
raEyu (ratio! merupakan usaha memahami nash Al-Quran dan Sunnah Casul.
5etun%uk Casullah ketika mengutus 1uEadz bin =abal men%adi 2adhi di &aman
sebagai berikut6
$Hai 1uEadz# bagaimana ara engkau menerapkan hukum terhadap perkara yang
dia%ukan kepadamu>+ 0a men%a,ab6 $Aku akan menari hukumnya dalam )itabullah(Al-Quran!.+ $7agaimana apabila kamu tidak menemukannya dalam Al-Quran>+ 0a
men%a,ab6 $ Aku akan menari hukumnya dalam Sunnah Casul.+ $7agaimana
andaikata kamu tidak menemukan dalam Al-Quran dan Sunnah >+ 0a men%a,ab6 $Aku
akan beri%tihad dengan raEyu dengan segala kesungguhan.+4
2.3.3. Met'&e
/ntuk menapai kehendak pembuat undang-undang serta dapat men%alankan undang-
undang sesuai dengan kenyataan sosial maka hakim dapat menggunakan metode
penemuan hukum.
1etode penemuan hukum dapat dibagi men%adi tiga# yaitu metode interpretasi#
metode konstruksi dan metode penemuan hukum bebas. 1etode interpretasi adalah
metode penemuan hukum dalam hal peraturannya ada# tetapi tidak %elas untuk diterapkan
dalam kasus konkrit. )onstruksi hukum adalah metode penemuan hukum dalam hal tidak
ada peraturannya yang khusus untuk memeriksa dan mengadili kasus-kasus konkrit.
63 9hainur Arras%id# op. it.# h. 84.
64 0mam 1uhammad 0bn 0smail As-SanEany# ubulus alam "arah Bulughul (aram# dalam
Abdul Gahhab )hallaf# )aidah-)aidah Hukum 0slam# ter%. Noer 0skandar Al-7arsany# Ca%a @rafindo5ersada# "8*# h. :.
29
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 30/83
1etode penemuan hukum bebas adalah metode penemuan hukum yang dilakukan hakim
dengan tidak terikat erat pada undang-undang.
1etode interpretasi digunakan dalam hal peraturannya ada tetapi tidak %elas untuk
dapat diterapkan pada peristi,anya. 1etode ini merupakan salah satu metode penemuan
hukum yang memberi pen%elasan seara gamblang mengenai teks undang-undang agar
ruang lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristi,a tertentu. 5enafsiran
oleh hakim adalah pen%elasan yang harus menu%u kepada penerapan atau tidak
menerapkan suatu peraturan hukum umum terhadap peristi,a konkrit yang dapat diterima
oleh masyarakat.
Ada beberapa interpretasi yang dikenal dalam penemuan hukum# yaitu6
1; 0nterpretasi formal atau autentik# yaitu penafisran resmi yang diberikan oleh pembuat
undang-undang yang termuat dalam pen%alan resmi undang-undang tersebut.*
2; 0nterpretasi gramatikal atau ob%ektif# yaitu suatu ara penafsiran undang-undangmenurut arti perkataan (istilah! yang terdapat dalam undang-undang yang bertitik tolak
pada arti perkataan-perkataan dalam hubungannya satu sama lain dalam kalimat yang
terdapat dalam undang-undang# sehingga hakim ,a%ib menari arti kata yang lazim
dipakai dalam bahasa sehari-hari yang umum.
3; 0nterpretasi sistematis atau logis# yaitu penafsiran undang-undang yang
menghubungkannya dengan peraturan hukum atau undang-undang lain atau dengan
keseluruhan sistem hukum. 1enafsirkan undang-undang tidak boleh menyimpang atau
keluar dari sistem perundang-undangan.
4; 0nterpretasi historis# yaitu menafsirkan undang-undang dengan ara melihat se%arah
ter%adinya suatu undang-undang itu dibuat. Ada dua maam penafsiran historis# yaitu
penafsiran menurut se%arah hukum (rechtshist"rische interpretatie! dan penafsiran
menurut se%arah undang-undang (etshist"rische interpretatie!. 5enafsiran menurut
se%arah undang-undang adalah bunyi undang-undang diartikan seperti yang dilihat
pembentuk undang-undang pada ,aktu pembentukan undang-undang itu sendiri.
5enafsiran demikain disebut %uga penafsiran sub%ektif karena penafsir menempatkan
diri mereka pada pandangan sub%ektif pembentuk undang-undang. 5enafsiran menurut
se%arah hukumnya adalah penafsiran yang ingin mengetahui undang-undang dalam
konteks keseluruhan se%arah hukumnya.
5; 0nterpretasi teleologis atau sosiologis# yaitu suatu penafsiran yang menyesuaikan
peraturan hukum lama dengan keadaan atau kebutuhan masyarakat yang baru.
6; 0nterpretasi komparatif# yaitu penafsiran yang menggunakan metode perbandingan
hukum# yakni perbandingan antara sistem hukum yang satu dengan sistem hukum
lainnya.
65 1enurut Sudikno# interpretasi autentik tidak termasuk dalam a%aran interpretasi# karena
pen%elasan tersebut telah diberikan oleh undang-undang dan terdapat dalam teks undang-undang.ihat Sudikno 1ertokusumo# (engenal Hukum# iberty# &ogyakarta# "# h. "44-"4*.
30
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 31/83
7; 0nterpretasi futuristik# yaitu metode penemuan hukum yang bersifat antisipasi yaitu
pen%elasan ketentuan undang-undang dengan berpedoman pada ranangan undang-
undang yang belum mempunyai kekuatan hukum.
8; 0nterpretasi restriktif# yaitu suatu penafsiran undang-undang yang dilakukan dengan
ara membatasi atau mempersempit arti kata-kata yang terdapat dalam undang-
undang.
9; 0nterpretasi ekstensif# yaitu suatu penafsiran yang dilakukan dengan ara memperluas
arti kata-kata yang terdapat dalam undang-undang sehingga suatu peristi,a dapat
dimasukkan ke dalamnya.
)onstruksi hukum digunakan hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara yang tidak
ada peraturan khusus yang mengaturnya# sehingga hakim menghadapi kekosongan
hukum atau ketidaklengkapan undang-undang. Hakim harus mengisi dan melengkapi
kekosongan hukum tersebut sebab hakim tidak boleh menolak memeriksa dan mengadiliperkara dengan dalih tidak ada hukumnya atau tidak lengkap hukumnya.
)onstruksi hukum yang dilakukan hakim dilakukan melalui beberapa instrumen sebagai
berikut6
1; Argumentasi peranalogian atau metode analogi# yaitu menggunakan ara berfikir
speies ke genus atau dari peristi,a khusus dianalogikan dengan peraturan umumnya.
2; Argumentasi a c"ntrari"# yaitu ara men%elaskan undang-undang didasarkan pada
la,an dari pengertian antara peristi,a konkret yang dihadapi dengan pengertian dalam
undang-undang.
3; 5enghalusan hukum atau echts$er/ijning # yaitu metode penyempitan hukum yang
dilakukan apabila peraturan undang-undang ruang lingkupnya terlalu luas dan umum#
sehingga perlu dipersempit agar peristi,a tertentu dapat diterapkan. Dalam
penghalusan hukum ini dibentuk pengeualian atau penyimpangan baru dari peraturan
yang bersifat umum untuk diterapkan pada peristi,a atau hubungan hukum yang
khusus sesuai dengan kenyataan sosial sehingga peristi,a itu dapat diselesaikan
seara adil dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
4; ?iksi hukum# yaitu meniptakan sesuatu yang belum ada atau belum kenyataan# tetapi
untuk kepentingan hukum diadakan. 1isalnya 5asal )itab /ndang-undang Hukum
5erdata tentang anak yang ada dalam kandungan dianggap telah dilahirkan %ika
kepentingan anak itu menhendakinya# tetapi %ika anak itu meninggal setelah dilahirkan
dianggap tidak pernah ada.
5enemuan hukum bebas adalah metode penemuan hukum yang digunakan hakim dengan
tidak mengikuti atau berpi%ak pada undang-undang tetapi undang-undang digunakan
sebagai alat untuk menemukan pemeahan suatu peristi,a konkrit. Hakim tidak berfungsi
sebagai petugas yang men%elaskan atau menafsirkan undang-undang dan tidak terikat erat
pada undang-undang.
Dalam penemuan hukum bebas ini hakim akan mengikuti zamannya dan
memperbarui peraturan-peraturan hukum yang sudah usang# sebagaimana kata 9ardozo6
1y duty as judge may be t" "bjecti/y in la, n"t my "n aspirati"ns and c"n$icti"ns and
phil"s"phies, but the aspirati"ns and c"n$icti"ns and phil"s"phies "/ the men and
"men "/ my time. ardly shall d" this ell i/ may "n sympathies and belie/s and
passi"nate de$"ti"ns are ith a time that is past . 8
1enurut &ahya Harahap# berkaitan dengan penemuan hukum ini maka hakim
dituntut6
1; Harus mampu menafsirkan undang-undang seara aktual. 5enerapan hukum
dilenturkan sesuai kebutuhan perkembangan kondisi# ,aktu dan tempat# sehingga
sesuai dengan tuntutan kepentingan kemaslahatan.
2; Harus berani meniptakan hukum baru# dalam hal ketentuan peraturan undang-undang
tidak mengatur suatu permasalahan tentang suatu kasus konkrit. 5eniptaan hukum
baru harus disesuaikan dengan kesadaran# perkembangan dan kebutuhan masyarakat#
karena itu hakim harus dapat menyelami kesadaran kehidupan masyarakat sehingga
dapat menemukan dasar-dasar atau asas-asas hukum baru.
3; Harus berani melakukan c"ntra legem. Hakim harus berani menyingkirkan ketentuan
pasal undang-undang tertentu setelah mengu%i dan mengka%i bah,a ketentuan pasal
tersebut bertentangan dengan ketertiban# kepentingan dan kemaslahatan umum.Namun demikian# semua itu harus tetap beran%ak dari camm"n basic idea (landasan
ita-ita umum!.
4; Harus mampu berperan mengadili perkara seara kasuistik sesuai dengan keadaan
konkrit perkara yang diperiksa.
Dalam mempela%ari hukum selama ini kita dihadapkan pada pemeahan masalah hukum
sehingga dikatakan bah,a ilmu hukum merupakan ilmu peradilan
(rechtspraaketenschap!. Studi hukum dalam sudut pandang hakim mengandung minimal
tiga iri# yaitu berkaitan dengan peristi,a indi<idual# diterapkannya suatu norma atau
kaidah (peraturan hukum!# dan diselesaikannya suatu konflik.
Sekarang telah lahir ilmu hukum baru di samping ilmu peradilan# yaitu ilmu hukum
yang merupakan ilmu pembentukan undang-undang (etge$ingsetenschap!. Studi hukum
ini dilihat dari sudut pandang pembentuk undang-undang# yaitu bagaimana merumuskan
atau membentuk peraturan hukum atau mengatur kehidupan manusia atau masyarakat
untuk ,aktu mendatang dalam kurun ,aktu tertentu. Studi hukum ini berupaya agar
69&ahya Harahap# Beberapa Permasalahan Hukum A'ara pada Peradilan Agama# Al-Hikmah#
=akarta# "4# h.'-4.
32
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 33/83
peraturan hukum dapat mengatur peristi,a atau perilaku manusia yang mungkin ter%adi di
,aktu yang akan datang dan dapat berlaku dalam kurun ,aktu selama mungkin. :
/ntuk mengetahui metode penemuan hukum dalam hukum 0slam# maka kita harus
mengetahui lebih dahulu karakter hukum 0slam baik yang berupa ,ahyu Allah yang
dituangkan dalam Al-Quran# Sunnah (na2ly!# dan hasil pemikiran ahli i%tihad terhadap Al-
Quran dan Sunnah (a2ly!. Ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan hukum tidak
banyak dibandingkan dengan %umlah ayat Al-Quran itu sendiri# demikian pula bila
dibandingkan dengan masalah yang harus diberi ketetapan hukumnya yang selalu munul
dalam kehidupan di dunia ini. )arena itu Casulullah telah men%adi usatun hasanah dalam
men%alankan a%aran Al-Quran dengan hadits-haditsnya dalam men%elaskan ayat-ayat Al-
Quran tersebut."
/ntuk menafsirkan nash-nash Al-Quran dan Sunnah# memahami nash-nash# dan menari
hukum yang tidak %elas dalam Al-Quran telah digunakan i%tihad bil-raEyi dengan bermaam-
maam metode. 1etode i%tihad yang banyak dipakai antara lain6
1; 1etode penemuan hukum berdasarkan illat hukum
1etode i%tihad dengan dasar illat hukum yang diambil dari Al-Quran dan Sunnah ini dikenal
dengan istilah &iyas. 1u%tahid yang menggunakan metode ini harus meneliti semua sifat
yang ada pada masalah yang diari hukumnya dan pada masalah yang sudah ada
hukumnya# dan sifat itu yang seara logis menyebabkan ditetapkannya hukum tersebut
(takhriijul manath!.
Di antara sifat-sifat yang memenuhi syarat sebagai illat diari sifat-sifat yang samaantara masalah yang diari hukumnya dengan masalah yang sudah ada hukumnya.
Apabila ditemukan sifat yang sama yang ada pada masalah yang diari hukumnya
dengan sifat-sifat penyebab hukum pada masalah yang sudah ada hukumnya# maka
berarti ditemukan illat yang sama antara kedua masalah tersebut (tah&ii&ul manaath!.
Apabila telah diteliti bah,a kedua illat itu sama maka ditetapkan adanya illat pada
masalah yang diari hukumnya yang hukumnya disamakan dengan hukum pada
masalah yang telah ada hukumnya (manaathul hukmi !.
2; 1etode penemuan hukum atas dasar memperhatikan dlarurat
1etode ini diambil dari Al-Quran dan Sunnah# seperti tentang dibolehkan makan
makanan yang diharamkan apabila tidak ada makanan keuali yang diharamkan itu
untuk mempertahankan hidup# sehingga melahirkan kaidah $ Adl-dlaruuraat tubiihul-
mahdhuuraat + yang artinya keadaan terpaksa menghalalkan yang diharamkan.
3; 1etode penemuan hukum menggunakan stihsan
70 Sudikno 1ertokusumo# op.it.# h. "4-"*.
71 Cahmat D%atmika# *alan (en'ari Hukum Islami pa"a ke Arah Pemahaman (etodologiI!tihad # dalam Amrullah Ahmad et.al.# 5rospek Hukum 0slam dalam )erangka 5embangunanHukum Nasional di 0ndonesia# =akarta# 0)AHA# "4# h."4'.
72 0bid.# h. ":-".
33
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 34/83
0stihsan ialah berpalingnya seorang mu%tahid dari suatu hukum kepada hukum lain yang
lebih dekat dengan tu%uan hukum.
1alik membagi istihsan men%adi empat bagian# yaitu6
a. 1eninggalkan dalil karena ada nash lain yang lebih maslahat.
b. 1eninggalkan dalil karena dalil i%maE lebih maslahat.
. 1eninggalkan dalil karena maslahat itu sendiri dan tidak terdapat illat pada
peristi,a yang akan ditetapkan hukumnya.
d. 1eninggalkan dalil karena menghindari kesusahan.
Abu Hanifah membaginya men%adi dua bagian6
a. 0stihsan 2iyas# yaitu meninggalkan 2iyas yang dhahir dan memakai 2iyas
yang lemah karena meninggalkan masya&ah.
b. 0stihsan meninggalkan 2iyas %ali karena dalil lain yang bertentangan# yaitu
)arena ada Sunnah yang menentang 2iyas dhahir# ada i%maE# dan ada
dlarurat.
4. 1etode penemuan hukum menggunakan ur/
;r/ atau adat kebiasaan ada dua maam# yaitu ur/ shahihah dan ur/ /asid . /rf shahihah
adalah urf yang tidak bertentangan dengan a%aran pokok 0slam seperti tauhid dan
ibadah# sedangkan ur/ /asid adalah urf yang bertentangan dengan a%aran 0slam baik
a2idah maupun syariah.
5ara ulama Hanafiyah dan 1alikiyah memandang bah,a hukum yang ditetapkan
dengan ur/ shahih sama dengan hukum yang ditetapkan dengan dalil syarEi sehingga
timbul kaidah <Ats-tsaabitu bil ur/i tsaabitun bidaliilin syar4iyin+.
*. 1etode penemuan hukum berdasarkan kemaslahatan
7erdasarkan penelitian induktif dari ayat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi ( isti&ra4 ! bah,a
syariat itu bertu%uan untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. )emaslahatan
tersebut meliputi masalah pokok yaitu memelihara agama# %i,a# akal# keturunan# dan
harta.
5enafsiran terhadap nash apabila diterapkan akan bertentangan dengan kemaslahatan
umum maka penafsirannya dilakukan dengan penafsiran teologis# seperti umar tidak
menghukum penuri makanan yang dilakukan karena kelaparan.
/lama Hanabilah seperti Ath-3ufi# berpendapat bah,a dalam masalah muamalat#
pertimbangan maslahah lebih diutamakan daripada ketentuan nash khusus# seperti
i%tihad /mar 0bn )hattab yang men%adikan talak tiga sekaligus men%adi %atuh talak tiga
(talak ba4in kubra!.
1alik menyebut metode ini dengan al-maslahatul mursalah, Abu Hanifah menyebut al-
mashalihul aammah, Ahmad 0bn Hanbal menyebut al-istishlah# sedangkan Asy-Syafii
memasukkannya dalam bab 2iyas.
34
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 35/83
Seara sederhana maslahat (al-maslahah! diartikan sebagai sesuatu yang baik atau
sesuatu yang bermanfaat. Al-@hazali memformulasikan teori kemaslahatan dalam
kerangka $mengambil manfaat dan menolak kemudaratan untuk memelihara tu%uan-
tu%uan syara + yang meliputi lima hal yaitu memelihara agama# %i,a# akal# keturunan
dan harta.
1enurut Al-@hazali# suatu kemaslahatan harus seiring dengan tu%uan syaraE#
meskipun bertentangan dengan tu%uan-tu%uan manusia. Atas dasar ini# yang men%adi
tolok ukur dari maslahat itu adalah tu%uan dan kehendak syaraE# bukan didasarkan
pada kehendak ha,a nafsu manusia.
3u%uan syaraE dalam menetapkan hukum itu pada prinsipnya mengau pada aspek
per,u%udan kemaslahatan dalam kehidupan manusia. 1uatan maslahat itu menakup
kemaslahatan hidup di dunia maupun kemaslahatan hidup di akhirat. )emaslahatan
bukan hanya didasarkan pada pertimbangan akal dalam memberikan penilaian
terhadap sesuatu itu baik atau buruk# tetapi lebih %auh dar itu ialah sesuatu yang baik
seara rasional harus sesuai dengan tu%uan syaraE.
. 1etode penemuan hukum menggunakan sadduda-d3arii4ah
!3ari4ah artinya %alan# atau sesuatu yang menyampaikan kepada
kese%ahteraan;kebaikan atau kerusakan;ke%elekan. Apabila ada sesuatu %alan yang
menyebabkan elaka;kehanuran maka harus ditutup. 1enutup %alan yang
menyebabkan kerusakan adalah suatu %alan i%tihad dalam menentukan hukumnya.
. 1etode penemuan hukum menggunakan istishhab
1etode ini berpegangan pada prinsip bah,a sebelum ada kepastian yang baru maka
keadaan yang lama tetap berlaku.
8. 1etode penemuan hukum menggunakan perubahan ,aktu dan tempat.
5erubahan ,aktu# tempat dan situasi termasuk masalah illat dan maslahat. Hasil i%tihad
pada suatu masa di suatu tempat belum tentu dapat diberlakukan di suatu masa dan di
tempat yang lain.
Dalam hukum 0slam# metode untuk menemukan hukum yang tersirat dalam teks
atau nash Al-Quran diperlukan daya nalar untuk mengetahui hakikat dan tu%uan suatu teks
yang memungkinkannya untuk merentangkan hukum yang berlaku dalam teks tersebut
kepada ke%adian lain yang bermunulan di balik teks itu. 1etode tersebut disebut ma/hum
mua/a&ah dan ma/hum mukhala/ah= yang dapat di%elaskan sebagai berikut6
1; 1afhum mu,afa2ah# yaitu suatu yang tidak diuapkan (maskut >anhu! sesuai dengan
apa yang diuapkan.
74 Husain Hamid Hasan# 6a3dari"ah al-(ashlahah fi al-Fi2h al-Islam" # dalam Bfrinaldi# ,eori
Kemaslahatan 5alam Wa'ana Pembaruan Hukum Islam 8 uatu Ka!ian terhadap Pemikiran6a!m 5in ,hufi # 1imbar Hukum No. ** 3h 00 ::"# Alhikmah J Ditbinbapera 0slam# =akarta# h. .
7* Abu Hamid al-@hazali# al-(ustashfa fi4Ilm al-shul # dalam Bfrinaldi# ibid
5 Amir Syarifuddin# op. it.# h. 4-*:.
35
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 36/83
1afhum mu,afa2ah dapat dibagi men%adi dua# yaitu /ahal khitab dan lahnul khitab.
1afhum 1u,afa2ah disebut /ahal khitab# apabila apa yang tidak diuapkan itu
hukumnya lebih utama daripada yang diuapkan# seperti larangan memukul orang tua
tidak disebutkan dalam nash Al-Quran tetapi dalam Al-Quran Surat al-0sraE ayat ('!
ditemukan larangan menguapkan kata $uf+ kepada orang tua. )alau menguapkan
kata-kata yang tidak pantas sa%a sudah dilarang# maka akan lebih dilarang kalau sampai
memukulnya. 1afhum mu,afa2ah disebut lahnul khitab# apabila yang tidak diuapkan
sama hukumnya dengan yang diuapkan# seperti larangan membakar harta benda
anak yatim yang dapat dipahami dari larangan Allah dalam Al-Quran Surat al-NisaE ayat
(":! yang melarang memakan harta anak yatim seara zalim dengan suatu anaman.
2; 1afhum mukhalafah# yaitu suatu lafazh yang tidak diuapkan berla,anan hukumnya
dengan apa yang diuapkan# baik dalam itsbat atau na/i -nya# seperti tidak ,a%ib zakat
binatang yang tidak digembalakan dapat dipahami dari hadits Casulullah yangme,a%ibkan membayar zakat binatang yang digembalakan. 1afhum mukhalafah ini
disebut %uga dalilul khitab dan dapat dibagi men%adi6
1; Ma/hum shi/ah# yaitu menggantungkan makan atas sesuatu dengan salah satu dari
sifat-sifatnya# seperti kifarat pembunuhan yang dinyatakan dengan memerdekakan
hamba sahaya yang mukmin.
2; Ma/hum illah# yaitu menggantungkan hukum atas sesuatu dengan adanya illat#
seperti diharamkannya khamer karena memabukkan.
3; Ma/hum >adad # yaitu menggantungkan hukum atas sesuatu dengan bilangan yang
tertentu# seperti firman Allah dalam hal dilakukannya hukum had menuduh zina#
apabila tidak mendatangkan empat orang saksi yang menguatkan tuduhannya itu.
4; Ma/hum gh"yah# yaitu perkataan yang menun%ukkan adanya hukum sampai kepada
batas yang tertentu# seperti perintah membasuh tangan ketika ber,udlu hingga dua
buah sikutnya# %uga larangan Allah mengumpuli isteri pada ,aktu haidl hingga sui.
5; Ma/hum bashar # yaitu mengkhususkan hukum dengan apa yang disebutkan dalam
perkataan yang dinyatakan# tidak mengenai selain yang disebutkan dalam
perkataan tersebut dengan menggunakan adatul bashar, antara lain kata-kata
innama dan na/i sebelum istitsmaE. 1isalnya sabda Casulullah yang diri,iyatkan An-
Nasai yang mengatakan# $ Aku diperintahkan berudlu hanya di aktu akan
mengerjakan shalat .+'
7erdasarkan uraian tersebut# penulis dapat menyimpulkan bah,a ada kesamaan
antara hukum umum dan hukum 0slam dalam metode penemuan hukum terhadap
peraturan hukum atau nash yang bersifat umum# tidak %elas# dan tidak ditemukan peraturan
hukumnya atau nash-nya dalam Al-Quran. 1etode tersebut dapat berupa interpretasi#
konstruksi# dan menetapkan hukum yang tidak tersurat maupun tersirat dalam nash Al-
73 Ahmad Azhar 7asyir# shul Fi2ih# t.p.# &ogyakarta# "*# h. *'-*.
36
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 37/83
Quran. 1etode penemuan hukum yang telah diuraikan tersebut dapat digunakan hakim
dalam menyelesaikan peristi,a hukum konkrit. 1etode yang digunakan tergantung kepada
ob%ek yang harus diselesaikan atau ditemukan hukumnya dan kemampuan hakim yang
akan menggunakannya# karena itu terdapat korelasi positif antara kualitas intelektual hakim
dengan kemampuan melakukan penemuan hukum dalam menyelesaikan peristi,a hukum
konkrit.
BAB III
ME",DE PENELI"IAN
3.1. Pen&ekatan &an %i-at Penelitian
5enelitian ini menggunakan metode pendekatan (appr"ach! yuridis empirik (s"ci" legal
research!# yaitu meneliti tentang alasan-alasan yang men%adi pertimbangan hakim
5engadilan Agama dalam mengabulkan permohonan izin poligami dengan alasan di luar
ketentuan undang-undang dengan menekankan pada efektifitas 5asal 4 ayat (! /ndang-
undang Nomor " 3ahun "4 mengenai alasan-alasan untuk melakukan poligami.
Sifat penelitian ini deskriptif analisis untuk memberikan gambaran seara %elas
tentang ob%ek yang diteliti dan memberikan analisis sehingga hasilnya lebih <alid.
3.2. L'kasi
okasi penelitian ini adalah 5engadilan Agama 1alang yang mempunyai
kompetensi relatif seluas ,ilayah )ota 1alang. Alasan utama pemilihan lokasi penelitian ini
karena di 5engadilan Agama 1alang terdapat kasus izin poligami dengan alasan di luar
ketentuan undang-undang yang men%adi ob%ek penelitian dan di 5engadilan Agama 1alang
tersebut dimungkinkan diadakan penelitian.
3.3. %u#ek Penelitian
Sub%ek penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam permohonan izin
poligami di 5engadilan Agama 1alang# yaitu para hakim# 5anitera 5engganti sebagai
pendamping hakim dalam persidangan# dan pihak-pihak berperkara (yustisiabel!.
5enelitian ini menggunakan teknik purp"si$e sampling, yakni penentuan sampel
dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu. 5enentuan sampel 5engadilan Agama
1alang dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan# yaitu 5engadilan Agama
1alang sebagai 5engadilan Agama )elas 0 A sehingga dituntut adanya hakim yang
berkualitas baik dari segi senioritas maupun kemampuan dalam menangani perkara# tingkat
pendidikan masyarakat )ota 1alang relatif tinggi sehingga berpengaruh terhadap kualitas
perkara yang diterima oleh 5engadilan Agama 1alang termasuk perkara permohonan izin
poligami# dan beragamnya alasan permohonan izin poligami di luar ketentuan undang-
undang yang dia%ukan kepada 5engadilan Agama 1alang.
37
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 38/83
5enentuan sampel sub%ek penelitian dalam penelitian ini yaitu pihak-pihak yang
pernah terlibat dalam pelaksanaan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-
undang dari tahun "-::". Sub%ek penelitian ini meliputi6
1; Hakim 5engadilan Agama 1alang yang pernah memutus perkara izin poligami dengan
alasan diluar ketentuan undang-undang. Hakim 5engadilan Agama 1alang ber%umlah
orang. Hakim yang di%adikan sampel adalah mereka yang pernah memutus perkara izin
poligami di luar ketentuan undang-undang dari tahun "-::" sebanyak * orang.
2; Hakim 5engadilan 3inggi Agama =a,a 3imur yang berkedudukan di Surabaya sebanyak
" orang# yakni hakim yang pernah memutus perkara pada tingkat banding terhadap
putusan permohonan izin poligami 5engadilan Agama 1alang yang dimohonkan
banding oleh pihak isteri karena merasa tidak menerima terhadap dikabulkannya
permohonan suami untuk berpoligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang.
Hakim 5engadilan 3inggi Agama ini diharapkan dapat menilai seara ob%ektif terhadap
putusan 5engadilan Agama 1alang yang telah mengabulkan permohonan izin poligami
dengan alasan di luar ketentuan undang-undang.
3; 5anitera 5engganti yang pernah mendampingi hakim dalam persidangan tersebut.
5anitera 5engganti 5engadilan Agama 1alang ber%umlah orang# sedangkan 5anitera
5engganti yang di%adikan sampel adalah mereka yang pernah mendampingi hakim
dalam persidangan tersebut ber%umlah * orang.
4; 5ihak-pihak berperkara (yustisiabel! dalam permohonan izin poligami dengan alasan di
luar ketentuan undang-undang. 5ihak-pihak berperkara tersebut seluruhnya ber%umlah
' orang. Adapun pihak-pihak yang di%adikan sampel adalah ": orang.
5; /lama yang menguasai hukum 0slam untuk diketahui pendapat dan pandangannya
mengenai permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang
yang dikabulkan oleh hakim 5engadilan Agama. /lama tersebut berasal dari 1a%elis
9abang )ota 1alang " orang# dan 1a%elis 3ar%ih 1uhammadiyah 1alang " orang.
=umlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah6
1; Hakim 5engadilan Agama 1alang 6 * orang
2; Hakim 5engadilan 3inggi Agama =a,a 3imur di Surabaya 6 " orang
3; 5anitera 5engganti 6 * orang
4; 5ihak-pihak berperkara 6 ": orang
5; /lama 6 ' orang
=umlah 6 4 orang
3.. Bahan Penelitian
38
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 39/83
/ntuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini dilakukan
pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh di lapangan dari hasil
,a,anara mengenai alasan-alasan yang men%adi pertimbangan hakim 5engadilan Agama
dalam mengabulkan permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-
undang dengan hakim 5engadilan Agama# 5anitera 5engganti# dan pihak-pihak berperkara
(yustisiabel!. Data sekunder berupa bahan hukum# yaitu6
1; 7ahan hukum primer# meliputi bahan-bahan hukum yang mengikat# antara lain
/ndang-undang Nomor "4 3ahun ": %o. /ndang-undang Nomor '* 3ahun "#
/ndang-undang Nomor 3ahun "8 tentang 5eradilan Agama# /ndang-undang
Nomor " 3ahun "4 tentang 5erka,inan# 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun "*
tentang 5elaksanaan /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 dan putusan 5engadilan
Agama 1alang serta 5engadilan 3inggi Agama =a,a 3imur di Surabaya tentang
permohonan izin poligami.2; 7ahan hukum sekunder# antara lain buku-buku atau literatur# laporan hasil penelitian
berupa tesis serta artikel dan laporan hasil seminar# diskusi maupun simposium.
3; 7ahan hukum tersier yang berupa kamus hukum# kamus 7ahasa 0ndonesia dan
ensiklopedi umum maupun ensiklopedi hukum 0slam.
3.!. Instrumen Penelitian
3.!.1. /a)an0ara
/ntuk memperoleh data primer dilakukan ,a,anara seara mendalam (depth
inter$ie ! dan ,a,anara semi terpimpin (semi structure! terhadap responden dengan
mengau pada pedoman ,a,anara (inter$ie guide!. Ga,anara dilakukan berdasarkan
pertanyaan-pertanyan yang telah disiapkan sebagai pedoman ,a,anara tetapi peneliti
dapat mengembangkan dengan <ariasi-<ariasi pertanyaan sesuai dengan situasi ketika
,a,anara. Hasil ,a,anara yang dilakukan dapat dibantu dengan atatan lapangan
(/ield n"te!. 5enelitian %uga menggunakan kuesioner berupa pertanyaan yang bersifat
kombinasi antara terbuka dan tertutup# sehingga masih memberi kemungkinan kepada
responden untuk memberikan %a,aban yang sesuai dengan pendapat dan pandangannya.
)uesioner tersebut memuat daftar pertanyaan untuk mengungkap pemahaman responden
terhadap alasan-alasan permohonan izin polgami menurut ketentuan undang-undang# sikap
dan pandangan responden terhadap permohonan izin poligami dengan alasan di luar
ketentuan undang-undang# faktor-faktor yang men%adi pertimbangan hakim dalam
mengabulkan permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang#
dan pandangan responden terhadap ketentuan undang-undang yang mengatur mengenai
alasan-alasan permohonan izin poligami.
39
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 40/83
3.!.2. %tu&i D'kumentasi
Data Sekunder diperoleh dengan studi dokumentasi terhadap bahan-bahan hukum
primer# sekunder# dan tersier sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
3.. $alann+a Penelitian
angkah yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tiga tahap# yaitu 6
1; 3ahap persiapan
3ahap ini dimulai dengan pengumpulan bahan kepustakaan# melakukan pra sur<ai#
penyusunan usulan penelitian yang kemudian dikonsultasikan# seminar usulan penelitian
dan penyempurnaannya# penyusunan kuesioner dan pedoman ,a,anara.
2; 3ahap pelaksanaan
5ada tahap ini# untuk penelitian kepustakaan dilakukan pengumpulan dan pengka%ian
terhadap data sekunder# yang meliputi bahan hukum primer# sekunder dan tersier sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. 5enelitian lapangan dilakukan dengan
penentuan responden dan pengumpulan data melalui ,a,anara dan kuesioner yang telah
disusun# %uga dilakukan pengumpulan data sekunder melalui studi dokumentasi terhadap
putusan pengadilan.
3; 3ahap penyelesaian
5ada tahap ini dilakukan berbagai kegiatan# yaitu penulisan laporan a,al hasil penelitian
dan analisis data# dilan%utkan dengan konsultasi dan perbaikan# dan penyusunan laporan
akhir.
Sesuai instrumen penelitian yang digunakan# maka data yang diperoleh dalam
penelitian dibedakan atas6
1; Data yang diperoleh dari studi dokumentasi berupa6
1; 7erbagai peraturan# yurisprudensi# literatur# dan laporan hasil penelitian# khususnya
yang berkaitan dengan permohonan izin poligami di 5engadilan Agama 1alang.
2; Data yang diperoleh dari putusan 5engadilan Agama 1alang dan 5engadilan 3inggi
Agama =a,a 3imur di Surabaya dari tahun " sampai dengan ::".
2; Data yang diperoleh melalui ,a,anara dengan responden dan kuesioner yang
dibagikan kepada para hakim 5engadilan Agama 1alang# yaitu6
1; 5emahaman responden (khususnya hakim! terhadap alasan-alasan permohonan izin
poligami menurut ketentuan undang-undang.
2; Sikap responden (khususnya hakim! terhadap permohonan izin poligami dengan
alasan di luar ketentuan undang-undang.
3; ?aktor-faktor yang menyebabkan hakim 5engadilan Agama mengabulkan
permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang.
40
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 41/83
4; 5endapat dan pandangan /lama dalam menilai permohonan izin poligami dengan
alasan di luar ketentuan undang-undang yang dikabulkan oleh hakim 5engadilan
Agama.
. Data yang diperoleh melalui ,a,anara bersifat melengkapi terhadap data yang
diperoleh melalui kuesioner mengenai hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya.
3.. Analisis Data
Analisis data adalah proses menari dan mengatur seara sistematis transkrip
inter$ie # atatan lapangan dan bahan-bahan lain yang ditemukan di lapangan untuk
meningkatkan pemahaman dan membantu untuk mempresentasikan temuan penelitian
kepada orang lain. Seara substansial# dalam analisis data terkandung muatan
pengumpulan dan interpretasi data yang men%adi iri utama dari penelitian deskriptif
kualitatif.4
3ahapan-tahapan yang diperlukan dalam analisis data sebagai berikut6
1; Bditing
2; 9oding
3; 3abulasi
4; 0nterpretasi data
5; Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
meskipun penulis %uga memberikan data yang bersifat kuantitatif. 5eneliti menganalisis
putusan-putusan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang
dihubungkan dengan hasil ,a,anara dengan responden dihubungkan pula dengan
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini# dan mengambil data-data yang
berkualitas.
BAB I
HA%IL PENELI"IAN DAN PEMBAHA%AN
.1. Penera(an I4in P'ligami &i Penga&ilan Agama
Hukum aara pada umumnya dapat dibagi men%adi tiga tahap# yaitu tahap
pendahuluan# tahap penentuan# dan tahap pelaksanaan. 3ahap pendahuluan adalah tahap
persiapan sebelum aara pemeriksaan di persidangan# seperti menga%ukan permohonan.
3ahap penentuan adalah tahap pemeriksaan di persidangan yang dimulai dari %a,ab
men%a,ab# pembuktian peristi,a sampai pada putusan. 3ahap pelaksanaan meliputi
pelaksanaan putusan sampai selesai.*
74 7ogdan dan 7iklen# dalam Brna Gidodo dan 1ukhtar# Konstruksi ke Arah Penelitian
Sumber6 Data sekunder dari 5engadilan Agama 1alang setelah diolah
oleh penulis tahun ::
5ermohonan izin poligami dalam /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 nampak
merupakan perkara <oluntair namun undang-undang tersebut %uga mengkaitkan masalah
izin poligami dengan persetu%uan dari isteri sehingga 1ahkamah Agung memberi petun%uk
dalam hal permohonan izin poligami tidak dapat dilakukan seara <oluntair tetapi harus
dalam bentuk gugatan yang bersifat kontensius.
Dalam praktik di 5engadilan Agama 1alang# 5ermohonan izin poligami tersebut
tidak dibuat dalam bentuk <oluntair tetapi dalam bentuk gugatan kontensius karena selalu
melibatkan kepentingan pihak lain# yaitu berkaitan dengan kepentingan isteri. Dalam hal ini
suami sebagai pihak pemohon dan isteri sebagai pihak termohon.
Ada yang berpendapat bah,a permohonan izin poligami dapat dibuat dalam bentuk
<oluntair asalkan antara pihak suami isteri telah sepakat sehingga suami isteri dapat seara
bersama-sama menga%ukan permohonan izin poligami. Dalam permohonan tersebut
76 Dalam hal ini %uga dikaitkan dengan rumusan 5asal * )ompilasi Hukum 0slam yang menyatakan
bah,a bilamana 5engadilan Agama memberi izin kepada suami untuk beristeri lebih dari seorang#sedang isteri tidak mau memberikan persetu%uannya maka terhadap penetapan ini isteri atau suamidapat menga%ukan banding atau kasasi. ihat dalam 1ahkamah Agung C0# Pedoman Pelaksanaan
,ugas dan Administrasi Pengadilan Buku II # 5royek 5embinaan 3ehnis &ustisial 1ahkamah Agung C0# "# h.".
77 Gildan Suyuthi (peny.!# Beberapa Permasalahn A'ara Perdata Peradilan Agama dalam ,an"a
*awab# 1ahkamah Agung C0# ::"# h.
43
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 44/83
keduanya bertindak sebagai pihak pemohon# yaitu suami sebagai pihak pemohon 0 dan
isteri sebagai pihak pemohon 00. 5ermohonan yang dibuat dalam bentuk <oluntair dapat
dilakukan apabila isteri sudah menyetu%ui sebelum permohonan tersebut
dia%ukan ke 5engadilan Agama.
Apabila isteri tidak menyetu%ui maka dibuat dalam bentuk kontensius. 5endapat tersebut
dalam praktiknya akan munul masalah apabila isteri yang menyetu%ui suaminya
berpoligami sebelum permohonan dia%ukan kepada pengadilan# namun ternyata dalam
proses pemeriksaan isteri berubah sikap men%adi tidak menyetu%ui permohonan tersebut. 8
5ermohonan izin poligami dalam bentuk gugatan kontensius lebih tepat tanpa harus
dibedakan ada atau tidak adanya persetu%uan isteri sebelum permohonan dia%ukan ke
pengadilan.
5ermohonan izin poligami dalam bentuk gugatan kontensius dia%ukan oleh seorang suami
yang akan berpoligami kepada ketua pengadilan yang berkompeten yaitu yang me,ilayahi
tempat kediaman suami. 5ermohonan tersebut memuat tuntutan hak dan merupakan
landasan pemeriksaan perkara dan pembuktian kebenaran suatu hak. 5enyusunan surat
permohonan izin poligami harus memenuhi syarat-syarat yaitu adanya tuntutan
hak yang harus mempunyai kepentingan hukum yang ukup.8:
H0C dan Cbg. hanya mengatur tentang ara menga%ukan gugatan# sedangkan ketentuan
mengenai syarat-syarat isi gugatan dapat ditemukan dalam 5asal 8 nomor ' C<. yang
menentukan bah,a gugatan harus memuat yaitu identitas pihak-pihak# /undamentum
petendi # dan petitum.5ermohonan izin poligami yang dia%ukan harus memenuhi unsur-unsur yaitu6
a. 0dentitas pihak-pihak berperkara
0dentitas pihak-pihak dalam permohonan izin poligami yang dia%ukan ke 5engadilan
Agama 1alang terdiri dari nama# umur# agama# peker%aan# tempat tinggal# dan
kedudukannya sebagai pihak dalam perkara yang dia%ukan. )edudukan suami sebagai
pihak pemohon dan isteri sebagai pihak termohon.
b. 5osita
78 3ermohon dalam 5erkara No. *';5dt.@;::";5A 1lg. telah menyetu%ui seara lisan 5emohon
untuk menikah lagi# karena pasangan tersebut tidak mempunyai keturunan. Namun setelah3ermohon mengetahui bah,a alon isteri 5emohon yang bersikap tidak simpatik dan keluarga alonisteri 5emohon yang bersikap meleehkan 3ermohon karena tidak mempunyai anak# maka3ermohon tidak menyetu%ui 5emohon menikah lagi# sehingga niat suami yang semula menggebuuntuk melakukan poligami men%adi kaau dan tidak menghadiri persidangan sehingga perkaratersebut gugur. Demikian %uga dalam perkara No. 88;5dt.@;::";5A 1lg.# 3ermohon yang semulamenyetu%ui seara lisan dan tertulis namun kemudian menabut persetu%uan tersebut# karena barumendengar bah,a ternyata alon isteri 5emohon tersebut adalah %anda beranak dua# sehingga3ermohon kha,atir 5emohon akan melalaikan tanggung %a,abnya terhadap anak-anak 5emohondan 3ermohon yang ber%umlah tiga orang dan mereka sedang kuliah.
79 5asal 4 ayat ("! /ndang-undang Nomor " 3ahun "480 3untutan hak dan kepentingan hukum yang ukup dan layak serta mempunyai dasar hukum sa%a
yang dapat diterima sebagai dasar tuntutan hak. Sudikno 1ertokusumo# Hukum A'ara PerdataIndonesia# op.it.# h. ''-'4.
44
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 45/83
5osita adalah dalil-dalil konkrit tentang adanya hubungan hukum yang merupakan
dasar serta adanya alasan-alasan dari tuntutan (/undamentum petendi !. 5osita terdiri dari
dua bagian# yaitu68"
". 7agian yang menguraikan tentang ke%adian-ke%adian atau peristi,a-peristi,a yang ter%adi
sehingga permohonan tersebut dia%ukan ke pengadilan. 7agian ini %uga merupakan
pen%elasan duduk perkaranya sehingga bermaksud menuntut haknya kepada pengadilan
(/eitelijke gr"nden!.
. 7agian yang menguraikan tentang hukumnya dan tentang adanya hak atau hubungan
hukum yang men%adi dasar yuridis dari tuntutan (rechtelijke gr"nden!.
5ermohonan izin poligami yang dia%ukan ke 5engadilan Agama 1alang ada yang
mendalilkan alasan-alasan sesuai dengan ketentuan /ndang-undang Nomor " 3ahun "4#
namun ada pula yang menga%ukan alasan-alasan di luar ketentuan undang-undang#
sebagaimana dapat diketahui dari putusan 5engadilan Agama 1alang mengenai
permohonan izin poligami selama tahun "-::" yang dapat digambarkan dalam 3abel
berikut6
"ABEL 2
ALA%AN*ALA%AN PERM,H,NAN I5IN P,LI6AMI
DI PEN6ADILAN A6AMA MALAN6
"AHUN 1777*2881
Alasan-alasan
No. 3ahun =umlah
5erkara
Sesuai ketentuan
undang-undang
Di luar ketentuan
undang-undang
" " '
::: "*
' ::" ": 4
=umlah '4 " "85rosentase "::K 4K *'K
Sumber6 Data sekunder dari 5engadilan Agama 1alang setelah diolah oleh
penulis tahun ::
Alasan-alasan yang sesuai dengan ketentuan undang-undang dalam permohonan
tersebut# sebagaimana dalam 3abel ' sebagai berikut 6
"ABEL 3
81 Abdul 1anan# Penerapan Hukum A'ara Perdata di 0ingkungan Peradilan Agama# Al-Hikmah#
=akarta# :::# h. ".
45
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 46/83
ALA%AN*ALA%AN PERM,H,NAN I5IN P,LI6AMI
%E%UAI KE"EN"UAN UNDAN6*UNDAN6
No. Alasan-alasan =umlah
5erkara
" 0steri tidak dapat men%alankan ke,a%ibannya sebagai
isteri
'
0steri mendapat aat badan atau penyakit yang tidak
dapat disembuhkan
*
' 0steri tidak dapat melahirkan keturunan 8
=umlah"
Sumber6 Data sekunder 5engadilan Agama 1alang 3ahun " - ::" setelah
diolah oleh penulis tahun ::
Alasan-alasan di luar ketentuan undang-undang yang dia%ukan dalam permohonan
tersebut adalah suami telah men%alin hubungan dengan ,anita lain# suami telah ka,in sirri8
dengan alon isteri# suami ingin mempunyai anak lagi# kemampuan seksual suami sangat
tinggi# suami memenuhi permintaan alon isteri dan keluarganya# dan isteri sibuk beker%a#
sebagaimana dalam 3abel 4 sebagai berikut 6
"ABEL
ALA%AN*ALA%AN PERM,H,NAN I5IN P,LI6AMI
DI LUAR KE"EN"UAN UNDAN6*UNDAN6
No. Alasan-alasan =umlah 5rosentase
" Suami telah men%alin hubungan dengan ,anita
lain
*: K
Suami telah ka,in sirri dengan alon isteri ""K
' Suami ingin mempunyai anak lagi ""K
4 )emampuan seksual suami sangat tinggi ""K
* Suami memenuhi permintaan alon isteri dan
keluarganya
""K
82 )a,in sirri adalah perka,inan yang dilakukan hanya berdasarkan ketentuan agama 0slam tanpa
diatatkan di Kantor Urusan Agama.
46
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 47/83
0steri sibuk beker%a " K
=umlah"8 "::K
Sumber6 Data sekunder dari 5engadilan Agama 1alang 3ahun " - ::" setelah
diolah oleh penulis tahun ::
Alasan suami telah men%alin hubungan dengan ,anita lain merupakan alasan di
luar ketentuan undang-undang yang dominan# %umlahnya menapai perkara (*: K!.
Alasan men%alin hubungan dengan ,anita lain tersebut dapat dirini lagi# yaitu6
1; Hubungan tersebut belum pada taraf hubungan seksual
2; Hubungan sampai taraf hubungan layaknya suami isteri
3; Hubungan layaknya suami isteri sampai hamil
4; Hubungan layaknya suami isteri sampai melahirkan anak
Alasan telah men%alin hubungan dengan ,anita lain dirumuskan antara lain sebagai
berikut 6
7ah,a rumah tangga 5emohon dan 3ermohon ukup harmonis dan bahagia lahir
maupun batin namun 5emohon telah berhubungan dengan ,anita lain sudah tahun
lamanya# oleh karena itu 5emohon menyampaikan kepada 3ermohon bah,a 5emohon
bermaksud menikah lagi dan 3ermohon menyatakan tidak keberatan dan menyetu%ui5emohon menikah lagi.8'
Alasan suami telah ka,in sirri dengan alon isteri ber%umlah perkara (""K!. Alasan ini
pada dasarnya tidak berbeda dengan alasan pertama namun %alinan hubungan tersebut
dilan%utkan dengan perka,inan sirri yang menurut keyakinannya merupakan upaya
menghidari perbuatan dosa. Alasan tersebut dirumuskan antara lain sebagai berikut6
7ah,a rumah tangga 5emohon dan 3ermohon ukup harmonis dan bahagia lahir
batin# namun 5emohon telah ka,in sirri dengan ,anita lain dan sudah berhubungan
layaknya suami isteri sehingga ,anita tersebut hamil bulan# oleh karena itu
5emohon menyampaikan kepada 3ermohon bah,a 5emohon bermaksud menikah
lagi dan 3ermohon menyatakan tidak keberatan 5emohon menikah lagi.84
Alasan suami ingin mempunyai anak lagi ber%umlah perkara (""K!. Suami yang
menga%ukan poligami dengan alasan ini masing-masing telah mempunyai dua dan tiga
83 5ermohonan 0zin 5oligami No. ::;5dt.@;:::;5A 1lg# tanggal September :::
84 5ermohonan 0zin 5oligami No. *4;5dt.@;::;5A 1lg.# tanggal ' Agustus :::.
47
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 48/83
orang anak# bahkan anak-anaknya sudah memasuki usia rema%a dan de,asa. Salah satu
permohonan tersebut dia%ukan seorang suami dengan alasan yang dirumuskan sebagai
berikut6
7ah,a 5emohon dan 3ermohon setelah perka,inan tersebut telah hidup rukuan
hingga sekarang ini# dan telah dikaruniai (dua! orang anak yang masing-masing
bernama @# umur " tahun# dan D# umur "' tahun.
7ah,a 5emohon sangat mendambakan keturunan lagi dari 3ermohon# tetapi
3ermohon tidak sanggup lagi karena kondisi fisik sudah tidak memungkinkan untuk
melahirkan anak lagi dan 3ermohon menyetu%ui 5emohon untuk menikah lagi.8*
Alasan kemampuan seksual suami sangat tinggi ber%umlah perkara (""K!. Alasan ini
dia%ukan bukan karena isteri tidak mampu melaksanakan ke,a%iban atau isteri mengalami
sakit# tetapi karena tuntutan suami untuk melakukan hubungan seksual yang melebihi dari
kemampuan seorang suami pada umumnya# sehingga solusi poligami lebih baik daripada
suami ter%erumus pada perbuatan-perbuatan yang dilarang agama. Salah satu permohonan
tersebut dia%ukan oleh seorang suami yang telah mempunyai orang anak dengan alasan
yang dirumuskan sebagai berikut 6
7ah,a rumah tangga 5emohon dan 3ermohon ukup harmonis# namun 5emohon
yang masih sangat kuat untuk melakukan hubungan sami isteri seara rutin# ternyata
akhir-akhir ini 3ermohon merasa kealahan dalam melayani 5emohon untuk
melakukan hubungan seksual# oleh karena itu 5emohon menyampaikan kepada3ermohon bah,a 5emohon akan menikah lagi demi kebahagiaan bersama# 3ermohon
menyatakan tidak keberatan.8
Alasan suami memenuhi permintaan alon isteri dan keluarganya ber%umlah perkara
(""K!. Alasan ini dia,ali adanya %alinan hubungan antara suami dengan alon isteri
sehingga alon isteri dan keluarga meminta atau menuntut pertanggung%a,aban atas
hubungan yang telah mereka lakukan selama ini. Alasan tersebut dirumuskan6
7ah,a meskipun 3ermohon masih sanggup melayani 5emohon dengan baik# tetapi
5emohon telah berhubungan dengan ,anita lain dan bermaksud memenuhi permintaan
atau tuntutan alon isteri 5emohon dan keluarganya untuk menikahi alon isteri
3ermohon seara resmi dan diatatkan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.8
Alasan isteri sibuk beker%a ber%umlah " perkara (K!. Suami yang menga%ukan alasan ini
tidak menyatakan isterinya tidak mampu melayani bahkan dinyatakan dengan tegas bah,a
85 5ermohonan 0zin 5oligami No. ';5dt.@;:::;5A 1lg.# tanggal 8 Agustus :::.
86 5ermohonan 0zin 5oligami No. ;5dt.@;::";5A 1lg.# tanggal " Agustus ::".
89 ihat 5asal 8 nomor ' C< dan 5utusan 1ahkamah Agung tanggal " Desember ": Nomor 4
);Sip;":# dalam Sudikno 1ertokusumo# op.it# h. '.
90 1enyebutkan nama alon isteri dan nama ayah kandung dari alon isteri tersebut
49
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 50/83
)egiatan hakim yang utama dan paling banyak adalah pada tahap penentuan atau
pemeriksaan di persidangan. 5ada dasarnya apa yang dilakukan hakim di persidangan
adalah mengkonstatasi peristi,a konkrit (legal pr"blem identi/icati"n!# mengkualifikasi
peristi,a konkrit yang berarti menetapkan peristi,a hukumnya dari peristi,a konkrit (legal
pr"blem s"l$ing), dan mengkonstitusi atau memberi hukumnya (decisi"n making !."
1enurut ketentuan 5asal 4 ayat ("! dan (! 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun "*#
dalam melakukan pemeriksaan mengenai permohonan izin poligami maka pengadilan
harus memanggil dan mendengar isteri yang bersangkutan# dan pemeriksaan pengadilan
untuk itu dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya ': (tiga puluh! hari setelah diterimanya
surat permohonan serta lampiran-lampirannya.
Dalam praktik di 5engadilan Agama 1alang# sebelum pemeriksaan
dilakukan oleh ma%elis hakim# suami sebagai pemohon dan isteri sebagai termohon
dipanggil oleh =urusita 5engganti untuk menghadiri sidang yang telah ditetapkan oleh)etua 1a%elis Hakim dalam 5enetapan Hari Sidang (5HS!. 5emeriksaan tersebut
dilakukan oleh ma%elis hakim sekitar ": hari sampai " hari setelah surat permohonan
diterima oleh 5engadilan Agama. Hal demikian telah sesuai dengan ketentuan 5asal 4
ayat ("! dan (! 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun "*# bahkan dilihat dari epatnya
rentang ,aktu tersebut sesuai pula dengan ketentuan 5asal 4 ayat (! /ndang-undang
Nomor "4 3ahun ": yang menyebutkan bah,a peradilan dilakukan dengan sederhana#
epat# dan biaya ringan.
5asal 4" 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun "* menentukan bah,a
5engadilan Agama selan%utnya memeriksa mengenai6
a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami ka,in lagi# ialah 6
- bah,a isteri tidak dapat men%alankan ke,a%ibannya sebagai isteri
- bah,a isteri mendapat aat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan
- bah,a isteri tidak dapat melahirkan keturunan
b. Ada atau tidaknya persetu%uan dari isteri# baik persetu%uan lisan maupun tertulis# apabila
persetu%uan itu merupakan persetu%uan lisan# persetu%uan itu harus diuapkan di depan
sidang pengadilan
. Ada atau tidak adanya kemampuan suami untuk men%amin keperluan hidup isteri-isteri
dan anak-anak# dengan memperlihatkan6
- surat keterangan mengenai penghasilan suami# yang ditandatangani oleh
bendahara tempat beker%a#
- surat keterangan pa%ak penghasilan# atau
- surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan
d. Ada atau tidak adanya %aminan bah,a suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan
anak-anak mereka dengan pernyataan atau %an%i dari suami yang dibuat dalam bentukyang ditetapkan untuk itu.
91 Sudikno 1ertokusumo# op.it.#h.
50
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 51/83
Dalam penerapannya di 5engadilan Agama 1alang# kendati dalam tahap ini hakim
sudah mengetahui bah,a permohonan izin poligami yang diperiksa tidak memenuhi
alasan-alasan sebagaimana 5asal 4" huruf a 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun "*
tersebut# tetapi tetap melan%utkan untuk melakukan pemeriksaan syarat-syarat menga%ukan
permohonan izin poligami sebagaimana 5asal 4" huruf b# # dan d. 5emeriksaan tersebut
dilakukan dengan mendengar keterangan pihak-pihak# alon isteri pemohon# dan saksi-
saksi.
5asal 4' 5eraturan 5emerintah Nomor 3ahun "* menentukan bah,a apabila
pengadilan berpendapat bah,a ukup alasan bagi pemohon untuk beristeri lebih dari
seorang maka pengadilan memberikan putusannya yang berupa mengizinkan pemohon
untuk menikah lagi atau berpoligami.
Dalam penerapannya di 5engadilan Agama# kendati permohonan izin poligami
tersebut tidak memenuhi alasan-alasan yang telah ditentukan %uga dikabulkan oleh hakim#
sebagaimana 3abel * sebagai berikut6
"ABEL !
PERKARA PERM,H,NAN I5IN P,LI6AMI
Alasan-alasan )eterangan92No 3ahun =umlah
5erkara
Sesuai
ketentuan
undang-
undang
Di luar
ketentuan
undang-
undang
Dikabulka
n
Ditolakain-lain
" " ' : :
::: "* "* : :
' ::" ": 4 " " diabut gugur
=umlah " "8 ': " '
Sumber6 Data sekunder dari 5engadilan Agama 1alang tahun "-::" setelah diolah
oleh penulis tahun ::
5ermohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang yang ber%umlah
"8 perkara tersebut telah dikabulkan oleh hakim se%umlah "* perkara (8'#''K!# sedangkan
92 Dicabut berarti pemohon menata!an mencabut atau ti"a! me#an$ut!an per!arana% se"ang!an gugur
berarti pemohon ti"a! ha"ir pa"a persi"angan ang te#ah "itentu!an mes!ipun te#ah "ipanggi# secara sah "an patut. &ihat 'asa# 124 ()*. +atu per!ara "icabut "engan a#asan "i #uar !etentuan un"ang,un"ang% se"ang!an 2 per!ara gugur ter"iri "ari 1 per!ara "engan a#asan sesuai !etentuan un"ang,un"ang "an 1 per!ara "engana#asan "i #uar !etentuan un"ang,un"ang.
51
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 52/83
sisanya sebanyak ' perkara (".K! yang terdiri dari " perkara gugur# " perkara ditolak
dan " perkara diabut. Alasan-alasan permohonan izin poligami yang dikabulkan tersebut
sebagaimana dalam 3abel berikut6
"ABEL
ALA%AN*ALA%AN PERM,H,NAN I5IN P,LI6AMI
DI LUAR KE"EN"UAN UNDAN6*UNDAN6 9AN6 DIKABULKAN
No. Alasan-alasan =umlah
5erkara
" Suami telah men%alin hubungan dengan ,anita lain
Suami telah ka,in sirri dengan alon isteri
' Suami ingin mempunyai anak lagi
4 )emampuan seksual suami sangat tinggi
* Suami memenuhi permintaan alon isteri dan
keluarganya
"
0steri sibuk beker%a "
=umlah "*
Sumber6 Data sekunder dari 5engadilan Agama 1alang 3ahun " - ::" setelah
diolah oleh penulis tahun ::
Seara yuridis formal# permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan
undang-undang tersebut seharusnya dinyatakan tidak diterima atau ditolak apabila
pemohon tidak bisa membuktikan alasan-alasannya dalam persidangan. 5ermohonan izin
poligami yang tidak menyampaikan alasan-alasan atau dasar keinginannya seara yuridis
untuk berpoligami maka permohonan tersebut dapat dikualifikasi sebagai permohonanyang kabur ("bscuur libel ! sehingga permohonan harus dinyatakan tidak diterima.
Dalam penerapannya di 5engadilan Agama 1alang# data yang ada menun%ukkan
bah,a tidak adanya alasan menurut ketentuan undang-undang dalam permohon izin
poligami tidak men%adi penghalang bagi hakim untuk mengabulkan permohonan izin
poligami. Hakim tidak merasa terikat bahkan mengesampingkan ketentuan 5asal 4 ayat (!
/ndang-undang Nomor " 3ahun "4 mengenai alasan-alasan bagi seorang suami untuk
melakukan poligami. Dalam tahap ini# hakim telah banyak melakukan penemuan hukum
(rechts$inding), baik dalam tataran konstruksi hukum maupun penemuan hukum bebas#
namun apabila dilihat dari putusan-putusan hakim mengenai permohonan izin poligami
52
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 53/83
tersebut# dalam tataran interpretasi terhadap alasan-alasan yang ditentukan dalam 5asal 4
ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 belum tampak dilakukan. 7eberapa alasan
dari alasan-alasan di luar ketentuan undang-undang tersebut sebenarnya bisa
diinterpretasi# seperti alasan kemampuan seksual suami sangat tinggi dan alasan isteri
sibuk beker%a dapat diinterpretasikan seara ekstensif sehingga karena keadaan tersebut
akhirnya isteri tidak sanggup atau tidak dapat men%alankan ke,a%iban seara penuh
sebagai isteri. 5ertimbangan hakim 5engadilan Agama 1alang dalam putusannya masih
belum tampak melakukan hal-hal yang bersifat interpretatif terhadap ketentuan 5asal 4 ayat
(! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4# tetapi hanya deskripsi dan argumentasi tentang
pemohon yang telah memenuhi syarat-syarat untuk berpoligami sebagaimana ditentukan
5asal * ayat ("! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4# sehingga atas dasar itu
permohonan pemohon dikabulkan oleh hakim.
7erkaitan dengan pertimbangan hukum# 5asal ayat ("! /ndang-undang Nomor
3ahun "8 tentang 5eradilan Agama menentukan6
Segala penetapan dan putusan pengadilan# selain harus memuat alasan-alasan dan
dasar-dasarnya %uga harus memuat pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan
yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang di%adikan dasar untuk
mengadili.
5asal tersebut sama makna dan tu%uannya dengan 5asal ' ayat ("! /ndang-
undang Nomor "4 3ahun ": %o. /ndang-undang Nomor '* 3ahun "6
Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan itu# %uga harus memuat pula pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan
yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang di%adikan dasar untuk
mengadili.
)etentuan ini bersifat imperatif# karena itu hakim tidak boleh mengabaikan dan
harus mampu memperlihatkan ,a,asan kematangan penguasaan hukum dan berpikir
seara sistematik dan profesional. 5utusan yang di%atuhkan tanpa moti<asi pertimbangan
hukum yang ukup# bertentangan dengan 5asal ayat ("! /ndang-undang Nomor
3ahun "8 dan 5asal ' ayat ("! /ndang-undang Nomor "4 3ahun ": %o. /ndang-
undang Nomor '* 3ahun ". 5utusan yang tidak memenuhi syarat dan tata ara
mengadili yang ditentukan undang-undang dapat dibatalkan oleh hakim dalam tingkat
banding atau kasasi.
5utusan yang dianggap ukup moti<asi pertimbangannya adalah putusan yang
menghimpun seara seksama pemeriksaan sidang# dari deskripsi semua fakta yang
dengan hukum material yang berhubungan dengan perkara yang bersangkutan.
53
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 54/83
5endekatan yang digunakan induktif yang sistematik tahap demi tahap untuk menghimpun
suatu kesimpulan hukum tentang terbukti atau tidaknya dalil gugatan.'
5utusan izin poligami di 5engadilan Agama 1alang dari tahun "-::" terdapat "
perkara yang dimohonkan banding oleh pihak termohon. 5utusan tersebut telah
mengabulkan permohonan seorang suami untuk berpoligami dengan alasan karena telah
men%alin hubungan dengan ,anita lain dan telah ka,in sirri bahkan telah melahirkan
seorang anak# sedangkan pihak isteri atau termohon merasa keberatan suaminya
berpoligami karena tidak ada alasan menurut ketentuan undang-undang. Setelah melalui
proses pemeriksaan# hakim mengabulkan permohonan pemohon untuk berpoligami. Atas
putusan tersebut termohon merasa tidak bisa menerima dan menga%ukan permohonan
banding ke 5engadilan 3inggi Agama =a,a 3imur di Surabaya. Dalam tingkat banding#
permohonan pemohon tersebut dikualifikasi sebagai permohonan yang kabur sehingga
putusan hakim 5engadilan Agama 1alang dibatalkan.
5enulis sependapat dengan sikap hakim 5engadilan Agama 1alang yang
mengabulkan permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang
karena pertimbangan tertentu# namun seara kasuistis ketika permohonan izin poligami
tersebut tidak dikehendaki oleh pihak isteri maka hakim perlu bersikap hati-hati dalam
mempertimbangkannya. Hakim %uga perlu melakukan upaya menasihati atau melakukan
sosialisasi seara optimal terhadap pihak isteri mengenai hikmah poligami sehingga pihak
isteri bisa menyadari bah,a solusi itulah yang terbaik. 3erhadap putusan hakim 5engadilan
3inggi Agama =a,a 3imur tersebut penulis berpandangan# seandainya pertimbanganhakim 5engadilan Agama 1alang menerapkan ketentuan alasan-alasan poligami seara
yuridis formal sebagaimana yang dikehendaki oleh hakim 5engadilan 3inggi Agama =a,a
3imur dalam pertimbangan hukum putusan tingkat banding# maka "8 perkara permohonan
izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang yang dia%ukan kepada
5engadilan Agama 1alang tersebut dapat dikualifikasi sebagai permohonan yang kabur
sehingga harus dinyatakan tidak diterima. Sikap yang demikian tentu tidak akan memberi
%alan keluar yang baik bagi pihak yustisiabel dan semakin %auh dari keadilan.
Hakim harus merenungkan# mempertimbangkan# dan menge<aluasi seara
ermat kemungkinan atau alternatif putusan yang akan di%atuhkan. Hakim dalam
men%atuhkan putusan tidak hanya melihat dipenuhi atau tidak prosedur tertentu menurut
undang-undang# tetapi yang penting ialah putusan yang akan di%atuhkan itu dapat atau tidak
diterima menurut persyaratan keadilan maupun konsistensi sistem#4 terutama diterima oleh
pihak-pihak berperkara. )endati dalam praktiknya kadang sulit putusan itu memuaskan
kedua belah pihak sekaligus yang mempunyai kepentingan yang berbeda atau bahkan
bertentangan.
93 -aha (arahap% Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama% 'usta!a Kartini% a!arta% 1989%
h.349,351.
94 +u"i!no /erto!usumo% op.cit.% 88,89.
54
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 55/83
Hakim dalam men%atuhkan putusan harus mempertimbangkan tiga nilai kaidah hukum# yaitu
kepastian hukum (rechtssicherheit !# kemanfaatan (3eckmasigkeit !# dan keadilan
(gerechtigkeit !. 1enurut Cadbruh# hukum dituntut untuk memenuhi nilai-nilai dasar hukum
tersebut# namun di antara ketiganya terdapat suatu spannungs-$erhaltnis # yaitu suatu
ketegangan satu sama lain karena masing-masing nilai dasar tersebut mempunyai tuntutan
yang berbeda sehingga ketiganya mempunyai potensi untuk saling bertentangan.*
Hakim harus mengadili menurut hukum# berarti putusannya harus mengandung atau
men%amin kepastian hukum sehingga ada %aminan bah,a hukum di%alankan dan yang
berhak menurut hukum dapat memperoleh haknya. 5utusan hakim harus bermanfaat bagi
yang bersangkutan maupun masyarakat karena masyarakat menginginkan adanya
keseimbangan tatanan dalam masyarakat. 5utusan harus adil bagi pihak-pihak berperkara
termasuk di dalamnya adil dalam perlindungan kepentingan pihak-pihak berperkara. )etiga
faktor tersebut harus diusahakan hadir seara proporsional dalam putusan atau paling tidak
ketiganya ada dalam putusan. Apabila ter%adi konflik antara keadilan# kepastian hukum dan
kemanfaatan# maka keadilan yang harus didahulukan. 1enurut Bsmi Garassih#
ketidakdilan merupakan a,al kerusakan kehidupan manusia karena masyarakat enderung
menari aranya sendiri untuk memperoleh keadilan.
5ertentangan antara kepastian hukum dengan keadilan sering ter%adi. Hakim yang
menerapkan undang-undang sebagaimana bunyinya# maka dalam keadaan tertentu akan
dirasakan tidak adil (le# dura sed tamen scripta!. Apabila Hakim dihadapkan pada peristi,a
konkrit maka hakim harus memeahkannya# karena itu hakim harus bisa menari danmenemukan hukumnya untuk diterapkan pada kasusnya. Hakim dalam menerapkan
hukum bukan sebagai b"uche de la l"i dan tidak pula sebagai b"uche de la s"ciete.
Hakim harus memahami bah,a undang-undang adalah hukum# tetapi hukum tidak
hanya undang-undang# sehingga hakim dalam menerapkan ketentuan yang mengatur
poligami tidak harus menerapkan ketentuan undang-undang seara kaku# sebagaimana
dikemukakan Soer%ono Soekanto6
5erundang-undangan memang merupakan unsur dari sistem hukum# tapi sistem
hukum tidak hanya terdiri dari perundang-undangan. 5andangan yang
mengidentikkan hukum dengan undang-undang berakibat pada pandangan bah,a
kepastian hukum identik dengan kepastian undang-undang. ?a en/"rcement tidaka
hanya bagaimana menegakkan ketentuan undang-undang tetapi %uga menakup
peniptaan kedamaian. 8
95 *a"bruch% "a#am hainur *asi"% op.cit. h.17.
96 +u"i!no /erto!usumo% op.cit.% h. 90.
97 smi arassih% Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan Tujuan Hukum 'roses 'enega!an
98 +oer$ono +oe!anto "an /ustaa Ab"u##ah % Sosiologi Hukum dalam Masyarakat % *a$a:a#i% a!arta% 1980%
h. 29,30.
55
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 56/83
.2. :akt'r*-akt'r +ang Men#a&i Pertimangan Hakim &alam Mengaulkan I4in
P'ligami &engan Alasan &i Luar Ketentuan Un&ang*un&ang
5ermohonan izin poligami di 5engadilan Agama 1alang dari tahun " sampai dengan
tahun ::" ber%umlah '4 perkara# permohonan izin poligami yang memenuhi alasan-
alasan sesuai dengan ketentuan undang-undang ber%umlah " perkara (4 K!# sedangkan
permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang ber%umlah "8
perkara (*' K!. 5ermohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-
undang tersebut telah dikabulkan oleh hakim se%umlah "* perkara (8'#'' K!.
7erkaitan dengan putusan yang mengabulkan permohoan izin poligami dengan
alasan di luar ketentuan undang-undang tersebut# sikap responden hakim men%a,ab setu%u
se%umlah * orang (":: K!. Adapun faktor-faktor yang men%adi pertimbangan hakim dalam
mengabulkan permohonan izin poligami di luar ketentuan undang-undang tersebut#
diperoleh data dari responden hakim sebagaimana 3abel sebagai berikut 6
"ABEL
:AK",R*:AK",R 9AN6 MEN$ADI PER"IMBAN6AN HAKIM
DALAM MEN6ABULKAN PERM,H,NAN I5IN P,LI6AMI
DEN6AN ALA%AN DI LUAR KE"EN"UAN UNDAN6*UNDAN6
No. ?aktor-faktor =a,aban Cesponden Hakim
=umlah 5rosentase
" 5andangan hukum agama * orang ":: K
)emaslahatan * orang ":: K
' 1enghindari perzinahan * orang ":: K
4 Suami bisa men%amin keadilan * orang ":: K
* Adanya kehendak pihak-pihak 4 orang 8: K
1emenuhi syarat seara kumulatif 4 orang 8: K /ntuk melindungi ,anita ' orang : K
8 0steri tidak pernah hadir (<erstek! orang 4: K
?aktor-faktor yang men%adi pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan
izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang tersebut dapat di%elaskan
sebagai berikut6
.2.1. :akt'r Pan&angan Hukum Agama (elegi"us ?a)
Salah satu faktor yang men%adi pertimbangan hakim dalam mengabulkan
permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang karena hukum
56
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 57/83
0slam tidak melarang seorang suami untuk berpoligami apabila suami tersebut sanggup
berlaku adil. Cesponden hakim se%umlah * orang (":: K! men%a,ab faktor pandangan
hukum agama yang membolehkan poligami# sehingga hakim mengabulkan permohonan
izin poligami dari seorang suami meskipun dengan alasan di luar ketentuan undang-
undang.
5ertimbangan hakim dalam putusan izin poligami selalu mendasarkan pada firman
Allah dalam Al-Quran Surat al-Nisa ayat ('!. 1enurut hakim# seara tekstual ayat ini tidak
menentukan alasan-alasan seorang suami untuk dapat berpoligami tetapi menentukan
syarat mampu berlaku adil. Apabila ter%adi perbedaan pendapat tentang alasan-alasan
seorang suami untuk dapat berpoligami maka harus kembali kepada sumber utama dalam
hukum 0slam yaitu Al-Quran# sebagaimana ditegaskan dalam Surat al-NisaE ayat (*! yang
artinya# $ai "rang-"rang yang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
rasul dan para
pemimpin kamu# kemudian jika berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia
kepada Allah (Al-1uran) dan asul-*ya (sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.+
Cesponden hakim 5engadilan 3inggi Agama =a,a 3imur ber%umlah " orang dan responden
/lama sebagai nara sumber dalam penelitian ini yang ber%umlah ' orang# semuanya ("::
K! sependapat dengan pertimbangan hakim 5engadilan Agama 1alang tersebut. 1enurut
responden /lama# dalam Al-Quran dan hadits Casulullah tidak ditemukan alasan-alasanuntuk berpoligami sebagaimana ketentuan undang-undang# sehingga dilihat dari ketentuan
hukum 0slam dibolehkan seorang suami berpoligami.
1enurut penulis# faktor pandangan hukum agama ini sangat berpengaruh terhadap
hakim 5engadilan Agama dalam pertimbangannya untuk mengabulkan atau tidak
mengabulkan permohonan izin poligami. Hal ini ukup rele<an dengan apa yang pernah
dikemukakan Abdulkadir Audah# $Saya hakim# tetapi seorang muslim+.":: Hakim
5engadilan Agama yang %uga seorang muslim ukup memahami seluk beluk a%aran
0slam#":" sehingga sulit kiranya untuk melepaskan begitu sa%a keyakinannya dengan tidak
mengabulkan permohonan izin poligami yang %elas-%elas dibolehkan oleh agama 0slam. Hal
demikian %uga sesuai dengan kaidah fi2hiyah $Ma tsabata bisysyar4i mu&addamun >ala ma
ajaba bisysyarthi + yang artinya# $ Apa yang ditetapkan menurut syara4 lebih didahulukan
lebih diutamakan daripada menarik maslahat +. 1enurut hakim#": menolak atau tidak
mengabulkan permohonan izin poligami yang dia%ukan tanpa alasan yuridis bahayanya
lebih besar daripada mengabulkannya. )etika hakim dihadapkan pada dua pilihan yang
sulit maka hakim harus mengambil resiko yang paling keil# sebagaimana kaidah fi2hiyah
$d3a ta4aradla ma/sadatani ru4iya a4dhamuha dlararan birtikabi akha//ihima+ yang artinya#
$ Apabila dua ma/sadah bertentangan, maka perhatikan mana yang lebih besar madlaratnya
dengan memilih yang lebih ringan madlaratnya.+
5ertimbangan tersebut dirumuskan dalam putusan antara lain sebagai berikut6
1enimbang# bah,a oleh karenanya ma%elis hakim berpendapat bah,a perka,inan
pemohon dengan alon isterinya yang dilakukan di ba,ah tangan dan berlangsung
hampir lima tahun# tidak boleh dibiarkan berlangsung seara terus menerus tanpa
perlindungan dan kepastian hukum# untuk itu dengan mempertahankan ikatan
perka,inan yang sudah ada antara pemohon dengan termohon# kemudian dia%ukanizin poligami oleh pemohon atas alon isterinya adalah merupakan solusi terbaik dari
suatu bentuk rasa tanggung %a,ab untuk menghindari kesulitan atau mafsadah.183
Cesponden hakim 5engadilan 3inggi Agama =a,a 3imur di Surabaya se%umlah "
orang dan responden /lama se%umlah ' orang# semuanya (":: K! sependapat dengan
faktor kemaslahatan sebagai pertimbangan hakim 5engadilan Agama dalam mengabulkan
permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang. 1enurut
responden /lama# hakim tidak boleh terlalu ketat dalam menerapkan alasan-alasan bagi
seorang suami untuk melakukan poligami menurut ketentuan undang-undang# tetapi hakim
harus %uga melihat faktor kemaslahatan sebagaimana kaidah fi2hiyah $ 'asharru/ul imami
>alarr4iyyati manuthun bilmaslahati + yang artinya# $tindakan imam terhadap rakyatnya harus
dikaitkan dengan kemaslahatan.+
1enurut penulis# melihat kenyataan di 5engadilan Agama 1alang# permohonan izin
poligami yang dia%ukan oleh seorang suami kepada 5engadilan Agama pada umumnya
sebagai solusi terbaik dalam mengatasi masalah rumah tangga yang sedang mereka
/aret 2002% $uga "engan Usman )smai# Ki#ihu% sebagai 'anitera 'engganti per!ara tersebut.
105 a:ancara "engan +un!anah (asim% ibi".
59
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 60/83
untuk mendekati zinah. Dalam hal ini ukup rele<an pula apabila dikemukakan deskripsi
dari Coihan A. Casyid 6
1enurut informasi dari sebagian hakim di 5engadilan Agama &ogyakarta di Daerah
0stime,a &ogyakarta# tidak kurang ditemui adanya permohonan izin poligami yang
dia%ukan ke 5engadilan Agama karena suami sudah terlan%ur se%ak sekian lama
kumpul kebo dengan ,anita lain bahkan telah mendapatkan beberapa orang anak
serta ,anita lain tersebut tinggal serumah dengan isterinya (dalam satu rumah tinggal
bersama ketiga-tiganya!. Alasan untuk beristeri lebih dari seorang sebagaimana diatur
dalam 5asal 4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 %o. 5asal 4" 5eraturan
5emerintah Nomor 3ahun "*# sama sekali tidak memenuhi tetapi kumpul kebo
se%ak lama dan telah membuahkan anak-anak tersebut terbukti. 7agaimana sikap
5engadilan Agama dalam menemui kasus-kasus seperti itu# akan menggunakan
hukum dalam kapasitasnya yang kasuistis (artinya memberikan izin! atau
menggunakan hukum dalam fungsi mengatur (artinya tidak memberi izin karena tidak
terbukti beralasan! > 5erlu dipertimbangkan bah,a suami datang tersebut karena
sudah sadar akan kesalahannya# tidak mau zinah lagi# tidak mau lagi mendapatkan
anak haram# ingin setidak-tidaknya sedikit menyelamatkan anak-anak yang telah
dibuahkan dari kumpul kebo sebelumnya.":
.2.. :akt'r %uami Bisa Men#amin Kea&ilan
Salah satu faktor yang men%adi pertimbangan hakim adalah suami bisa men%amin keadilan.Cesponden hakim se%umlah * orang (":: K! men%a,ab faktor suami bisa men%amin
keadilan# sehingga hakim mengabulkan permohonan izin poligami meskipun dengan
alasan di luar ketentuan undang-undang.
Cesponden /lama sebagai nara sumber dalam penelitian ini yang ber%umlah '
orang# semuanya (":: K! sependapat bah,a dalam Al-Quran kebolehan berpoligami bagi
seorang suami disyaratkan mampu berlaku adil# apabila tidak mampu maka diukupkan
seorang isteri.
Ada putusan hakim 5engadilan Agama 1alang yang mengabulkan permohonan
izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang tanpa
adanya persetu%uan pihak isteri karena hakim yakin bah,a suaminya bisa men%amin
keadilan. 3idak adanya alasan sesuai ketentuan undang-undang dan tidak terpenuhinya
syarat persetu%uan isteri tidak mempengaruhi pendapat hakim untuk tidak mengabulkan
permohonan izin poligami apabila menurut penilaiannya suami bisa men%amin keadilan. ":
106 *aihan A *asi"% Kasus dan Hukum dalam !ungsi Mengatur % "a#am /imbar (u!um =o. 19 <h. ?)1995% A#,(i!mah "an D)<)=A'*A )s#am% a!arta% 1995.
mempertimbangkan tentang alasan-alasan yang ditentukan oleh 5asal 4 ayat (! /ndang-
undang Nomor " 3ahun "4 dalam putusan yang mengabulkan permohonan izin poligami
dengan alasan di luar ketentuan undang-undang# tetapi mempertimbangkan syarat-syarat
yang ditentukan dalam 5asal * ayat ("! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4. Cesponden
hakim 5engadilan 3inggi Agama =a,a 3imur tersebut merasa kesulitan untuk menemukan
%a,abannya mengapa sampai ter%adi hal yang demikian.
1enurut penulis# pandangan hukum agama (elegi"us ?a ! atau keyakinan hakim
dalam memandang poligami menurut agama 0slam dapat mempengaruhi pemahaman
hakim terhadap alasan-alasan dan syarat-syarat poligami yang ditentukan undang-undang.
Al-Quran tidak menentukan alasan-alasan tetapi menentukan syarat seorang suami yang
akan berpoligami mampu berlaku adil# sehingga yang dipahami oleh hakim sebagai
alasan-alasan poligami adalah syarat-syarat poligami dalam ketentuan undang-undang
tersebut. )alau diermati putusan-putusan hakim tersebut# ternyata dapat diketahui bah,a
beberapa hakim kurang bisa membedakan antara alasan-alasan dan syarat-syarat
sehingga dalam pertimbangan hukumnya alasan-alasan poligami tidak dibahas tetapi
syarat-syarat yang dipertimbangkan# padahal maksud dari hakim tersebut menguraikan
alasan-alasan. Apabila permohonan poligami tersebut sudah memenuhi syarat-syarat
menurut ketentuan undang-undang meskipun tidak memenuhi alasan-alasan# maka
permohonannya akan dikabulkan.
Dalam putusannya# hakim %uga mempertimbangkan syarat-syarat nikah menurut
hukum 0slam. Syarat-syarat nikah bagi alon suami menurut hukum 0slam yaitu diketahuiorangnya# tidak ada hubungan mahram antara isterinya dengan alon isterinya meskipun
isterinya telah ditalak tetapi masih dalam masa iddah# dan tidak sedang mempunyai
empat orang isteri selain alon isteri yang akan dika,ininya meskipun salah satu
isterinya telah ditalak tetapi masih dalam iddah ra%Ei.""* Adapun syarat-syarat alon isteri
yang akan dinikahi yaitu tidak terikat oleh suatu perka,inan# tidak dalam masa iddah
(masa menunggu selama ditalak! dari laki-laki lain# diketahui orangnya# dan tidak ada
hubungan mahram dengan alon suaminya baik hubungan nasab maupun susuan
berdasarkan ayat Al-Quran."" Syarat-syarat tersebut %uga dipertimbangkan oleh hakim#
apabila memenuhinya maka hakim akan mengabulkan permohonan seorang suami untuk
berpoligami.
.2.. :akt'r Melin&ungi Perem(uan
115 )""ah ra$i artina isteri masih "apat "iru$u!% sebab be!as isteri ang masih "a#am i""ah ra$i "ihu!umisebagai isteri. i#a #a!i,#a!i beristeri empat orang% !emu"ian sa#ah satu "ari isterina itu atau semuana "ita#a! ma!a se#ama masa i""ah suami ti"a! bo#eh meni!ah "engan isteri ang baru% sebab suami "ianggap beristeri
#ima orang. /och. An:ar% "asar-dasar Hukum Islami dalam Meneta#kan Ke#utusan di Pengadilan Agama%Diponegoro% an"ung% 1991% h. 15,16.
116 )bi"% h.16.
63
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 64/83
Cesponden hakim se%umlah ' orang (: K! men%a,ab faktor melindungi
perempuan# sehingga permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-
undang dikabulkan oleh hakim.
1enurut hakim# faktor lainnya yang men%adi pertimbangan dalam mengabulkan izin
poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang adalah perlindungan perempuan#
yang dalam hal ini ada dua pihak# yaitu isteri dan alon isteri. ""
Cesponden /lama se%umlah orang (# K! men%a,ab sependapat dengan hakim
5engadilan Agama 1alang. 1ereka berpandangan bah,a ketentuan alasan-alasan
poligami dalam undang-undang bertu%uan untuk melindungi kaum perempuan# namun %ika
ketentuan tersebut diterapkan %ustru menambah kesengsaraan kaum perempuan maka
hakim dapat mengabaikan ketentuan tersebut untuk melindungi kaum perempuan. Dengan
menyimpangi ketentuan tersebut# maka perempuan sebagai isteri dan alon isteri dapat
mendapatkan perlindungan dari suaminya. 7erkaitan dengan hal tersebut# perlu dilakukan
sosialisasi mengenai poligami terhadap masyarakat sehingga kesan masyarakat khususnya
kaum perempuan tidak sinis terhadap lembaga poligami.
Sekilas nampak bah,a mengabulkan izin poligami tersebut di satu sisi melindungi
alon isteri# namun di sisi lain %uga men%atuhkan kehormatan isteri yang mau dimadu. Ada
kata-kata yang sudah lazim kita dengar $mana ada ,anita yang mau di madu+ sehingga
rasanya teroreng muka seorang isteri yang suaminya menikah lagi dengan perempuan
lain. Dengan sosialisasi poligami sebagaimana diharapkan responden /lama tersebut#
maka masyarakat baik laki-laki maupun perempuan akan memahami bagaimana konsep0slam mengenai poligami. Dalam mengarungi kehidupan rumah tangga terkadang
pasangan suami isteri dihadapkan pada masalah akibat adanya interaksi sosial manusia
laki-laki dan perempuan yang akhirnya tumbuh rasa saling menintai. Hubungan antara
kedua manusia tersebut ada yang sampai hamil# bahkan sampai mempunyai anak. 1elihat
kenyataan yang demikian# maka solusi poligami adalah %auh lebih baik dalam melindungi
,anita daripada hubungan bebas yang pada akhirnya akan merugikan perempuan itu
sendiri.
.2.;. :akt'r Isteri "i&ak Pernah Ha&ir <erstek=
Cesponden hakim se%umlah orang (4: K! men%a,ab faktor isteri tidak pernah
hadir dalam persidangan meskipun telah dipanggil seara resmi dan patut# karena orang
responden hakim tersebut pernah memutus permohonan izin poligami dengan alasan di
luar ketentuan undang-undang karena pihak isteri tidak pernah hadir dalam persidangan.
1enurut pertimbangan hakim# termohon telah dipanggil seara resmi dan patut
tetapi ternyata tidak hadir tanpa alasan yang sah sehingga hakim setelah memeriksa pokok
perkaranya memberikan putusan mengabulkan pemohon untuk berpoligami.""8
117 a:ancara "engan +un!anah (asim% ibi"
118 'utusan =o.547>'"t.>2000>'A /#g.% 14 Agustus 2000.
64
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 65/83
Dalam praktik Hukum Aara 5erdata di 5eradilan Agama# putusan <erstek masih ada
pendapat yang berbeda di kalangan praktisi hukum. 5endapat pertama mengatakan
bah,a semua perkara kontensius %ika telah dipanggil seara resmi dan patut# ternyata
pada sidang pertama tergugat;termohon tidak hadir dan tidak mengirimkan %a,aban #
maka perkara tersebut dapat diputus seara <erstek tanpa dibuktikan terlebih dahulu.
5endapat kedua mengatakan bah,a apabila tergugat;termohon telah dipanggil seara
resmi dan patut dan ternyata tergugat;termohon tidak hadir tanpa alasan yang sah# maka
perkara tersebut boleh diputus kalau sudah diperiksa dengan teliti dan telah terbukti dalil
gugat yang dia%ukan oleh penggugat;pemohon# pembuktian dalam perkara ini mutlak
diperlukan. =ika sidang pertama tergugat;termohon tidak hadir maka ma%elis hakim dapat
memundurkan sidang satu kali lagi. 1en%atuhkan putusan <erstek tersebut bukan imperatif#
tetapi bersifat fakultatif sebagaimana yang diatur dalam 5asal " H0C dan bersifat
alternatif %ika didasarkan pada 5asal "* H0C yang dikaitkan dengan 5asal " H0C.
1enurut Abdul 1anan#"" para hakim di lingkungan 5eradilan Agama harus hati-hati
dalam men%atuhkan putusan <erstek. Sebaiknya para hakim di lingkungan 5eradilan Agama
mengambil %alan tengah menghadapi masalah pembuktian dalam pemeriksaan perkara
<erstek. Dalam pemeriksaan hukum benda (3aaken recht ! para hakim tidak ada salahnya
men%atukan putusan <erstek tanpa pembuktian sebagaimana yang tersebut dalam 5asal
"* ayat ("! H0C# tetapi dalam perkara yang menyangkut hukum orang ( pers"nal recht !
terutama hal-hal yang menyangkut perka,inan dan pereraian sebaiknya tidak seara
langsung memutus seara <erstek tanpa pembuktian# meskipun gugatanpenggugat;pemohon bersandar hukum dan beralasan. Dalam bidang perka,inan dan
pereraian sebaiknya hakim menggunakan ketentuan 5asal " H0C# %ika 3ergugat tidak
hadir dalam sidang pertama# maka ma%elis hakim sebelum men%atuhkan putusan menunda
sidang untuk memanggil lagi tergugat;termohon sekali lagi. 5utusan <erstek tersebut
di%atuhkan setelah lebih dahulu memeriksa pokok perkaranya# meneliti kebenaran dalil
permohonan pemohon# beralasan dan bersandarkan hukum atau tidak permohonan
pemohon. =ika semua ketentuan ini terpenuhi maka putusan <erstek di%atuhkan.
7erkaitan dengan putusan <erstek# &ahya Harahap mengingatkan6
erstek sering disalahartikan yaitu adanya pendapat atau anggapan bah,a setiap
putusan <erstek itu berarti mesti mengabulkan gugatan itu dengan sendirinya# tanpa
penelitian apakah gugatan itu benar-benar beralasan atau tidak. Sebenarnya putusan
<erstek itu bukanlah apriori mesti dikabulkan.
Dengan demikian putusan <erstek itu bisa berupa6
1; 1enyatakan tidak diterima (niet "nt$ankelijk $erklaard !.
119 Ab"u# /anan% $ebera#a Masalah Hukum tentang Pembuktian dan Hubungannya dengan Praktek Hukum Acara di %ingkungan Peradilan Agama% /imbar (u!um =o. 55 <h B)) 2001% A#,(i!mah CDitbinbapera )s#am% a!arta% h. 40,41
65
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 66/83
2; 1enolak gugatan;permohonan tersebut# %ika petitum tidak dilandasi rechts/eiten yang
benar.
3; 1engabulkan bila menurut pertimbangan hakim terdapat ukup alasan-alasan yang
kuat.":
1enurut penulis# sebelum hakim mengabulkan permohonan izin poligami tersebut
harus berupaya bisa menghadirkan pihak isteri dalam persidangan# baik melalui panggilan
yang dilakukan oleh =urusita 5engganti atau dengan memerintahkan pihak suami untuk
menghadirkan isteri. Hal demikian perlu dilakukan untuk menghindari rekayasa dari pihak
suami agar bisa berpoligami tanpa sepengetahuan pihak isteri.
.3. Ketentuan hukum +ang seharusn+a &itera(kan untuk mengatur i4in ('ligami
5asal 4 /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 telah menentukan bah,a pengadilan
hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang
apabila isteri tidak dapat men%alankan ke,a%ibannya sebagai isteri# mendapat aat badan
atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan# atau tidak dapat melahirkan keturunan.
Alasan-alasan sebagaimana ditentukan dalam 5asal 4 ayat (! /ndang-undang
Nomor " 3ahun "4 tersebut bersifat limitatif# artinya pengadilan hanya memberi izin
poligami apabila permohonan izin poligami memenuhi minimal salah satu dari alasan-
alasan tersebut. 5ermohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan tersebut tidak
dapat dikabulkan oleh pengadilan# meskipun permohonan izin poligami itu dikehendaki olehpihak-pihak atau apa pun yang didalilkan oleh seorang suami untuk melakukan
permohonan izin poligami selain alasan-alasan yang telah ditentukan undang-undang.
Apabila hakim menerapkan ketentuan hukum tersebut seara ketat# maka
implikasinya banyak permohonan izin poligami yang dia%ukan oleh seorang suami tidak
dikabulkan oleh hakim# sehingga ketentuan hukum tersebut sering dikesampingkan oleh
hakim dalam memutus perkara permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan
undang-undang.
/ntuk membahas ketentuan hukum yang seharusnya diterapkan dalam mengatur
izin poligami# perlu di%elaskan terlebih dahulu mengenai fungsi hukum dalam membangun
masyarakat.
5embangunan hukum hendaknya dilihat seara utuh melalui pendekatan holistik#
karena itu sudah saatnya pembangunan hukum menggunakan pendekatan
kemasyarakatan yang menyeluruh"" mengingat hukum bukan sekedar formalitas atau
berurusan dengan soal-soal normatif semata melainkan unsur budaya hukum pun perlu
120 -aha (arahap% Hukum Acara Perdata Peradilan Indonesia% @ahir% /e"an% 1977% h.93.
mendapat perhatian yang lebih di samping struktur dan substansinya sehingga hukum
memiliki keberlakuan6"
1; ?aktual (empirik!# artinya dipatuhi dan ditegakkan
2; ?ormal (normatif!# yaitu kaidahnya ook dalam sistem hukum hierarkhis
3; B<aluatif (filosofis!# yaitu diterima dan benar (bermakna! serta memiliki sifat me,a%ibkankarena isinya.
)aidah hukum harus mengandung ketiga unsur tersebut# sebab apabila kaidah hukum
hanya berlaku seara yuridis# maka kemungkinan besar kaidah tersebut merupakan kaidah
mati (d"de regel !. Apabila hanya berlaku seara sosiologis maka kaidah tersebut men%adi
aturan pemaksa (dangmaatregel !# dan apabila hanya berlaku seara filosofis maka kaidah
tersebut hanya merupakan hukum yang diita-itakan (ius c"nstituendum!."'
1enurut Bsmi Garassih# keberlakuan hukum seara holistik sangat penting# mengingat
problema yang dihadapi oleh setiap upaya pembangunan hukum di 0ndonesia masamendatang bukan semata-mata kepatuhan pada hukum tetapi bagaimana hukum benar-
benar dapat me,u%udkan keadilan bagi masyarakat. 1asalah nilai# moral# dan etis (yang
terkandung dalam asas-asas hukum! sebagai landasan bagi pembentukan suatu peraturan#
perlu mendapat perhatian yang utama se%ak perumusan hukum sampai pada prosesnya
untuk menapai tu%uan hukum yang hakiki. 5ersoalan nilai moral dan etis tidak diari di
tempat lain# melainkan diperoleh dalam masyarakat sebagai pedoman dalam menentukan
perilaku yang hendak diatur."4
5embentukan hukum dalam unifikasi dan kodifikasi hukum dalam pembangunan hukum
nasional selama ini enderung memberlakukan undang-undang sebagai satu-satunya
hukum yang berlaku bagi semua ,arga masyarakat di seluruh ,ilayah negara kendati
kenyataan memperlihatkan kema%emukan sosial dan budaya# termasuk kema%emukan
sistem normatif dalam masyarakat seperti yang digambarkan dalam sesanti Bhinneka
'unggal ka. 0mplikasinya adalah ter%adi proses pengabaian atau mar%inalisasi sistem
hukum selain perundang-undangan yang sebenarnya %uga berfungsi sebagai sarana
pengendali sosial (s"cial c"ntr"l ! kehidupan masyarakat."*
Ada dua fungsi hukum dalam masyarakat# yaitu sebagai s"cial c"ntr"l dan s"cial
engineering. Sebagai s"cial k"ntr"l # hukum bertugas untuk men%aga agar masyarakat tetap
dapat berada dalam pola-pola tingkah laku yang diterima olehnya. Dalam hal ini hukum
berperan hanya mempertahankan apa yang telah men%adi sesuatu yang tetap dan diterima
125 ) =oman =ur$aa% Hak Menguasai &egara dan Im#likasinya terhada# Pengelolaan Sumber "aya Alam dan %ingkunan Hidu#' /ateri Ku#iah (u!um +umber Daa A#am "an (a! Asasi /anusia% Uniersitas)s#am /a#ang% 2002% h.6.
67
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 68/83
dalam masyarakat atau hukum sebagai pan%aga status 2uo. Hukum sebagai s"cial
engineering bertu%uan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Hukum dapat berfungsi sebagai s"cial c"ntr"l dan atau s"cial engineering
tergantung pada perubahan masyarakat dimana perubahan-prubahan itu ter%adi. 7idang-
bidang yang bersifat netral relatif lebih mudah untuk digarap dan diarahkan oleh hukum.
Sebaliknya bidang-bidang kehidupan sosial yang erat hubungannya dengan keyakinan#
keperayaan dan lembaga-lembaga yang bersifat dasar# serta yang berhubungan dengan
tindakan-tindakan yang merupakan ekspresi dari keyakinan-keyakinan akan mengalami
perubahan yang keil sekali meskipun peraturan menoba untuk memberi bentuk dan
pengarahan kepada bidang-bidang tersebut# termasuk dalam bidang ini antara lain hukum
perka,inan."
Dalam konteks hukum perka,inan khususnya ketentuan hukum yang mengatur tentang
poligami pada 5asal 4 ayat (! dalam la making pr"cess usulan-usulan dari ulama#
akademisi dan organisasi sosial kemasyarakatan 0slam terabaikan sehingga rumusan pasal
tersebut dalam legal pr"duct -nya mengambil alih tanpa perubahan sebagaimana dalam
ranangan undang-undang#" sehingga akan berpengaruh terhadap efektifitas dalam la
en/"rcement.
1elihat kenyatan la making pr"cess yang demikian# nampak telah ter%adi di dalamnya
politik hukum pengabaian atas kema%emukan hukum yang seara nyata hidup dalam
masyarakat (the p"litical "/ legal pluralism ign"rance!. 5adahal fakta menun%ukkan6
?egal pluralism is the /act. ?egal centralism is a myth, an, ideal, a claim, an illusi"n.?egal pluralism is the name "/ a s"cial state "/ a//airs and it is a characteristic hich
can be predicted "/ a s"cial gr"up.@:
3erabaikannya usulan-usulan tersebut berarti telah mengabaikan keyakinan
mayoritas ,arga negara 0ndonesia sehingga ketentuan undang-undang itu sendiri telah
3erbentuknya undang-undang adalah buah ker%a sama antara pemerintah dan De,an
5er,akilan Cakyat# maka pada hakikatnya %uga harus berakar pada kemauan dan
126 Sebagaimana pendapat &ehezkel Dror dan Ste,art 1aaulay dalam Sat%ipto Cahard%o# Hukum
dan (as"arakat # Angkasa# 7andung#"8# h. ""-"127 /sulan /lama yang %uga sebagai pegangan ?raksi 5artai 5erastuan 5embangunan di D5C telahmengasulkan agar pasal tersebut dihapuskan karena alasan-alasan yang memungkinkan poligamitidak dapat hanya dibatasi oleh ketentuan sub-sub ayat a#b# dan . 9ara lain untuk mengatasipersoalan ini menambahkan sub ayat d yaitu menambah dengan sebab-sebab lain yang dipandangperlu dan diterima oleh pengadilan. ihat dalam Amak ?.F.# op.it# h. '8. )alangan akademisi dari0A0N Sunan )ali%ogo &ogyakarta telah menyampaikan hasl penelitiannya bah,a kemungkinan danpembatasan poligami tidak sesuai dengan hukum 0slam#op.it.#h.'. 7adan )ontak @enerasi 5ela%ar 0slam pernah menyampaikan bah,a C// 5erka,inan yang tidak men%amin kesadaran hukum dan
psikologi umat 0slam sebagai mayoritas bangsa akan berimplikasi tidak efektifnya undang-undangtersebut. op.it.#h.".
128 Ili<ia Harris# Inside and :utside ,he 0aw # dalam 0 Nyoman Nur%aya# op.it.#h..
68
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 69/83
perasaan rakyat. 3etapi kita tahu bah,a undang-undang tidak selalu merupakan
per,u%udan dari kemauan dan perasaan rakyat# melainkan sering mempunyai tu%uan
yang oleh pembentuk undang-undang dianggap sebagai %urusan ke arah tu%uan itu
terapai. Dan kalau tu%uan itu tidak terapai# maka undang-undang itu sukarlah untuk
boleh dikatakan berakar kepada kemauan dan perasaaan rakyat. 1aka dari itu dengan
sendirinya nilai dari hukum yang bersumber kepada undang-undang adalah lebih
rendah darpada hukum yang bersumber kepada adat kebiasaan. 1aka kalau betul-
betul ada pertentangan antara dua maam hukum itu# hukum adat kebiasaanlah yang
harus diturut."
)etentuan hukum yang ideal adalah manakala interpretasi tidak diperlukan atau sangat
keil peranannya. Hal itu bisa diapai apabila ketentuan perundang-undangan dituangkan
dalam bentuk yang %elas# yang menurut 1ontes2uieu memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut6"':
1; @aya penuturannya padat dan sederhana. 0stilah-istilah yang dipilih tidak bersifat nisbi
sehingga membuka sedikit kemungkinan perbedaan pendapat indi<idual.
2; 1embatasi pada hal-hal yang nyata dan aktual dengan menghindari hal-hal yang
bersifat metaforis dan hipotesis.
3; 3idak menggunakan bahasa yang sulit sehingga mudah dipahami
4; 3idak mengaaukan masalah pokok dengan pengeualian# pembatasan atau
modifikasi# keuali dalam hal-hal yang sangat diperlukan
5; 3idak mengandung argumentasi sehingga tidak membuka peluang pertentangan
pendapat.
6; Harus dipertimbangkan dengan penuh kematangan dan mempunyai kegunaan praktis.
Apabila kita menermati ketentuan hukum tentang poligami dalam 5asal 4 ayat (! /ndang-
undang Nomor " 3ahun "4 bah,a pengadilan hanya memberikan izin kepada seorang
suami yang akan berpoligami apabila isteri tidak dapat men%alankan ke,a%ibannya sebagai
isteri# mendapat aad badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau tidak dapat
melahirkan keturunan. )elemahan ketentuan hukum tersebut antara lain 6
1; )etentuan hukum tersebut dirumuskan seara limitatif dan sama sekali tidak membuka
peluang alasan-alasan lainnya# padahal bila dikomparasikan dengan ketentuan hukum
misalnya tentang syarat-syarat poligami masih membuka peluang tanpa adanya
persetu%uan isteri# sehingga ketentuan alasan-alasan ini bersifat kaku dan tidak
mempunyai kegunaan praktis.
2; )etentuan alasan-alasan tersebut telah mengabaikan adanya pluralisme hukum dalam
masyarakat yakni hukum 0slam yang %elas membolehkan seorang suami untuk
129 Gir%ono 5rad%odikoro# A3a3-a3a3 Hukum Perdata# Sumur 7andung# "8"# h.
130 Sat%ipto Cahard%o# Ilmu Hukum # 9itra Aditya 7akti# 7andung# ::# h 4-*
69
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 70/83
berpoligami tanpa harus memenuhi alasan-alasan sebagaimana yang ditentukan 5asal
4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 sehingga ketentuan tersebut tidak
efektif dalam penerapannya.
3; )etentuan alasan-alasan tersebut sama dengan menutup rapat pintu poligami yang
%elas dihalalkan dalam hukum 0slam dan seara tidak langsung telah membuka peluang
perzinaan agar tumbuh berkembang di negara kita yang mayoritas penduduknya
muslim.
Atas dasar kelemahan-kelemahan tersebut# maka menurut penulis# ketentuan
hukum mengenai alasan-alasan izin berpoligami bagi seorang suami tersebut perlu
disempurnakan. 5erlunya ketentuan hukum mengenai alasan-alasan izin bagi seorang
suami untuk melakukan poligami tersebut disempurnakan %uga didukung oleh responden
maupun /lama yang men%adi narasumber dalam penelitian ini# sebagaimana data yang
diperoleh sebagai berikut61; )elompok hakim 5engadilan Agama 1alang se%umlah * responden ("::K! menyatakan
ketentuan hukum mengenai alasan-alasan bagi seorang suami untuk melakukan
poligami perlu disempurnakan.
2; )elompok hakim 5engadilan 3inggi Agama =a,a 3imur di Surabaya se%umlah " orang
(":: K! menyatakan ketentuan hukum mengenai alasan-alasan bagi seorang suami
untuk melakukan poligami perlu disempurnakan.
3; )elompok 5anitera 5engganti 5engadilan Agama 1alang se%umlah * responden
("::K! menyatakan ketentuan hukum mengenai alasan-alasan bagi seorang suami
untuk melakukan poligami perlu disempurnakan.
4; )elompok yustisiabel dari pihak suami se%umlah * responden ("::K! menyatakan
ketentuan hukum mengenai alasan-alasan bagi seorang suami untuk melakukan
poligami perlu disempurnakan. Dari pihak isteri se%umlah 4 responden (8:K!
menyatakan ketentuan hukum mengenai alasan-alasan bagi seorang suami untuk
melakukan poligami perlu disempurnakan# sedangkan se%umlah " orang (: K!
menyatakan tidak perlu disempurnakan.
5; )elompok /lama se%umlah ' responden ("::K! menyatakan ketentuan hukum
mengenai alasan-alasan bagi seorang suami untuk melakukan poligami perlu
disempurnakan.
1engenai alasan responden yang tidak menghendaki ketentuan hukum mengenai
alasan-alasan seorang suami melakukan poligami disempurnakan se%umlah " responden
yaitu karena ketentuan hukum tersebut sudah tepat dan hakim harus menerapkan sesuai
ketentuan hukum tersebut.
1engenai bentuk penyempurnaan ketentuan hukum yang mengatur alasan-alasan
bagi seorang suami untuk melakukan poligami pada umumnya berbentuk penambahan
70
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 71/83
terhadap alasan-alasan yang ada dengan menambahkan alasan lain yang dapat
dipertimbangkan oleh pengadilan# sebagaimana dari data yang diperoleh sebagai berikut6
1; )elompok hakim 5engadilan Agama 1alang se%umlah * responden ("::K! menyatakan
ketentuan hukum mengenai alasan-alasan bagi seorang suami untuk melakukan
poligami perlu disempurnakan dengan menambah alasan lain yang bisa diterima oleh
pengadilan.
2; )elompok hakim 5engadilan 3inggi Agama =a,a 3imur di Surabaya se%umlah " orang
(":: K! menyatakan ketentuan hukum mengenai alasan-alasan bagi seorang suami
untuk melakukan poligami perlu disempurnakan dengan menambah alasan lain yang
bisa diterima oleh pengadilan.
3; )elompok 5anitera 5engganti 5engadilan Agama 1alang se%umlah * responden
("::K! menyatakan ketentuan hukum mengenai alasan-alasan bagi seorang suami
untuk melakukan poligami perlu disempurnakan dengan menambah alasan lain yangbisa diterima oleh pengadilan.
4; )elompok yustisiabel dari pihak suami se%umlah * responden ("::K! menyatakan
ketentuan hukum mengenai alasan-alasan bagi seorang suami untuk melakukan
poligami perlu disempurnakan disempurnakan dengan menambah alasan lain yang bisa
diterima oleh pengadilan. Dari pihak isteri se%umlah 4 responden (8:K! menyatakan
ketentuan hukum mengenai alasan-alasan bagi seorang suami untuk melakukan
poligami perlu disempurnakan dengan menambah alasan lain yang bisa diterima oleh
pengadilan# sedangkan se%umlah " orang (: K! menyatakan tidak perlu
disempurnakan.
5; )elompok /lama se%umlah ' responden ("::K! menyatakan ketentuan hukum
mengenai alasan-alasan bagi seorang suami untuk melakukan poligami perlu
disempurnakan dengan menambah alasan lain yang bisa diterima oleh pengadilan.
5enulis sependapat dengan responden yang menghendaki penyempurnaan
dengan menambah alasan lain yang dapat dipertimbangkan oleh pengadilan# namun
menurut penulis rumusan tersebut masih interpretable sehingga perlu dirumuskan
misalnya dengan menambah rumusan alasan $dikehendaki pihak-pihak demi
kemaslahatan rumah tangganya+. Dengan adanya alasan selain yang ditentukan seara
limitatif dalam 5asal 4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 tersebut# maka
ketentuan hukum tersebut akan lebih selaras dengan pandangan hukum 0slam mengenai
poligami dan hakim 5engadilan Agama mempunyai landasan yuridis dalam mengabulkan
permohonan izin poligami dengan alasan selain yang telah ditentukan undang-undang pada
saat ini serta yustisiabel yang menghendaki poligami demi kemaslahatan rumah tangganya
dapat terapai.
BAB
KE%IMPULAN DAN %ARAN
71
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 72/83
!.1. Kesim(ulan
7erdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya# dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut6
1; 5enerapan izin poligami di 5engadilan Agama tidak menerapkan seara ketat ketentuan
5asal 4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 mengenai alasan-alasan untuk
melakukan poligami bagi seorang suami. 5ermohonan izin poligami yang pada
umumnya dia%ukan oleh seorang suami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang
%uga dikabulkan oleh hakim 5engadilan Agama. Hakim tidak merasa terikat pada
ketentuan undang-undang tersebut# bahkan ketentuan undang-undang tersebut sering
dikesampingkan oleh hakim dalam mengadili permohonan izin poligami dengan alasan di
luar ketentuan undang-undang.
2; ?aktor-faktor yang men%adi pertimbangan hakim 5engadilan Agama dalam mengabulkan
permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang tersebutadalah6
1; ?aktor pandangan hukum agama (relegi"us la ! yaitu hukum 0slam yang
membolehkan poligami.
2; ?aktor adanya kemaslahatan apabila permohonan poligami tersebut dikabulkan.
3; ?aktor menghindari perzinaan
4; ?aktor suami bisa men%amin keadilan
5; ?aktor adanya kehendak pihak-pihak# yaitu pihak suami# isteri dan alon isteri.
6;?aktor memenuhi syarat seara kumulatif# baik syarat yang ditentukan oleh 5asal *
ayat ("! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 maupun syarat perka,inan menurut
hukum 0slam.
7; ?aktor untuk melindungi ,anita
8; ?aktor isteri tidak pernah hadir (<erstek! di persidangan
3; 1engingat banyaknya permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan
undang-undang yang dia%ukan kepada 5engadilan Agama sehingga dalam
penerapannya ketentuan 5asal 4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4tersebut sering dikesampingkan oleh hakim# maka ketentuan hukum tersebut perlu
disempurnakan dengan menambah alasan yang ada dengan alasan lain yang dapat
dipertimbangkan oleh pengadilan misalnya dengan menambah rumusan alasan
$dikehendaki pihak-pihak demi kemaslahatan rumah tangganya+. Dengan demikian
ketentuan hukum yang mengatur izin poligami di 5engadilan Agama tersebut selaras
dengan pandangan hukum 0slam mengenai poligami dan hakim 5engadilan Agama
mempunyai landasan yuridis dalam mengabulkan permohonan izin poligami dengan
alasan di luar ketentuan 5asal 4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 serta
pihak yustisiabel yang menghendaki poligami demi kemaslahatan rumah tangganya
dapat terapai meskipun dengan alasan di luar ketentuan hukum tersebut.
72
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 73/83
5.2; %ARAN
1; )etentuan hukum mengenai alasan-alasan untuk melakukan poligami bagi seorang
suami yang diatur dalam 5asal 4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4
sebaiknya disempurnakan agar selaras dengan hukum 0slam dan hakim 5engadilan
Agama mempunyai landasan yuridis dalam mengabulkan permohonan izin poligami
yang dia%ukan oleh suami dengan alasan di luar ketentuan hukum tersebut.
5enyempurnaan tersebut berupa menambahkan alasan yang ada dengan alasan
lain yang dapat dipertimbangkan oleh pengadilan misalnya dengan menambah
rumusan alasan $dikehendaki pihak-pihak demi kemaslahatan rumah tangganya+.
2; 5erlu dilakukan penelitian lebih lan%ut dengan sifat yang berbeda terhadap faktor-faktor
yang menyebabkan hakim 5engadilan Agama menyimpangi ketentuan 5asal 4 ayat (!
/ndang-undang Nomor " 3ahun "4 sehingga permohonan izin poligami dengan
alasan di luar ketentuan undang-undang tersebut %uga dikabulkan# dan sedapat
mungkin memperluas ,ilayah penelitiannya# mengingat dalam penelitian ini dirasakan
belum tuntas pembahasannya.
DA:"AR PU%"AKA
Abbas 1ahmud al-A22ad# alsa/ah al-1uran# Dar al-Hilal# 9airo# 1esir# "8*.
Abdulkadir Audah# Al-slam a Audha4inal 1ununiyah# ter%emahan ?irdaus A.N.# 7ulan
7intang# =akarta# "4.
Abdul 1anan# %enerapan ukum Acara %erdata di ?ingkungan %eradilan Agama# Ca%a,ali
5ers# =akarta "".
--------------# Beberapa Masalah ukum tentang %embuktian dan ubungannya dengan
%raktek ukum Acara di ?ingkungan %eradilan Agama# 1imbar Hukum No. ** 3h.
00 ::"# Al-Hikmah dan Ditbinbapera 0slam# =akarta.
Abdul 1anan dan 1. ?auzan# %"k"k-p"k"k ukum %erdata 5eenang %eradilan Agama#
--------------# ukum Acara %erdata nd"nesia# iberty# &ogyakarta# "88.
G.=.S. 5or,adarminta# Kamus ;mum Bahasa nd"nesia# 7alai 5ustaka# =akarta# ".Gildan Suyuthi (peny.! Beberapa %ermasalahan Acara %erdata %eradilan Agama dalam
)B3BN3/AN /NDAN@-/NDAN@ (Studi di 5engadilan Agama 1alang!.
9ara pengisian 6 ingkarilah atau isilah %a,aban-%a,aban yang telah tersedia.
1; Apakah Saudara sudah memahami alasan-alasan untuk melakukan poligami bagi
seorang suami menurut ketentuan /ndang-undang No. " 3ahun "4 >
1; Sudah memahami
2; 7elum memahami
3; (%a,aban lain! 6 MMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
. Hakim 5engadilan Agama 1alang telah mengabulkan permohonan izin poligami dengan
alasan di luar ketentuan undang-undang sebanyak "* perkara dari "8 perkara yang
masuk atau sebesar 8'#''K. 7agaimana sikap dan pandangan saudara terhadap
putusan yang demikian itu >
77
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 78/83
1; Setu%u# alasannnya ( dipilih yang sesuai dengan pendapat Saudara# %umlahnya
bebas!6
1; Hukum agama membolehkan
2; )arena kemaslahatan
3; Adanya kehendak pihak-pihak
4; Suami bisa men%amin keadilan
5; )arena memenuhi syarat-syarat
6; )arena <erstek
7; /ntuk melindungi kehormatan ,anita
8; 1enghindari perzinaan
9; (sebutkan bila masih ada! MMMMMMMMMMMMMMMMMM
2; 3idak setu%u# alasannya MMMMMMMMMMMMMMMMMMMM
'. 7agaimana sikap dan pandangan Saudara terhadap ketentuan 5asal 4 ayat (!
mengenai alasan-alasan bagi seorang suami untuk melakukan poligami dalam kaitannya
dengan permohonan izin poligami dengan alasan-alasan di luar ketentuan tersebut telah
dikabulkan oleh hakim >
1; )etentuan tersebut sudah tepat# hakim harus mengikutinya sesuai ketentuan tersebut.
2; )etentuan tersebut tidak sesuai dengan hukum agama# harus dihapus3; )etentuan tersebut perlu disempurnakan# ditambah alternaftif atau alasan lain yang
bisa diterima oleh pengadilan.
d. (pendapat lainnya disebutkan! 6 MMMMMMMMMMMMMMMMMM
RIN6KA%AN
1/S3HI?A# 5rogram 5asasar%ana /ni<ersitas 0slam 1alang# ' Agustus ::#
Pertimangan Hakim Penga&ilan Agama &alam Mengaulkan Perm'h'nan I4in
P'ligami &engan Alasan &i Luar Ketentuan Un&ang*un&ang <%tu&i &i Penga&ilan
Agama Malang= )omisi 5embimbing# 5embimbing /tama6 Dr. )asu,i.1.A.# 5embimbing
5endamping6 1oh. ?atih#S.H.#1.H.
5asal 4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 tentang 5erka,inan telah
menentukan bah,a pengadilan hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan
78
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 79/83
beristeri lebih dari seorang apabila isteri tidak dapat men%alankan ke,a%ibannya sebagai
isteri# isteri mendapat aat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan# isteri tidak
dapat melahirkan keturunan.
)etentuan undang-undang yang mengatur poligami sudah %elas bah,a seorang
suami hanya dapat diizinkan oleh 5engadilan Agama untuk berpoligami apabila telah
memenuhi alasan-alasan yang ditentukan undang-undang. Dengan pernyataan lain bah,a
permohonan izin poligami yang tidak memenuhi alasan-alasan tersebut# maka hakim tidak
dapat mengabulkan;mengizinkan permohonan izin poligami.
7erdasarkan hasil penelitian# permohonan izin poligami yang dia%ukan seorang
suami kepada 5engadilan Agama 1alang dari tahun "-::" se%umlah '4 perkara# terdiri
dari " perkara mendalilkan dengan alasan sesuai ketentuan undang-undang dan "8
perkara (*'K! mendalilkan dengan alasan di luar ketentuan undang-undang# yakni dengan
alasan suami telah men%alin hubungan dengan ,anita lain# suami telah ka,in sirri dengan
alon isteri# suami ingin mempunyai anak lagi# kemampuan seksual suami sangat tinggi#
suami memenuhi permintaan alon isteri dan keluarganya# dan isteri sibuk beker%a. Dari "8
perkara tersebut# telah dikabulkan se%umlah "* perkara (8'#''K!.
7erdasarkan data tersebut# penerapan izin poligami di 5engadilan Agama tidak
mengenai alasan-alasan untuk melakukan poligami bagi seorang suami. 5ermohonan izin
poligami yang dia%ukan oleh seorang suami dengan alasan di luar ketentuan undang-
undang %uga dikabulkan oleh hakim 5engadilan Agama. Hakim tidak merasa terikat padaketentuan undang-undang tersebut# bahkan ketentuan undang-undang tersebut sering
dikesampingkan oleh hakim dalam mengadili permohonan izin poligami dengan alasan di
luar ketentuan undang-undang.
Adapaun faktor-faktor yang men%adi pertimbangan hakim 5engadilan Agama dalam
mengabulkan permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan undang-undang
tersebut adalah faktor pandangan hukum agama (relegi"us la !# kemaslahatan#
menghindari perzinahan# suami bisa men%amin keadilan# adanya kehendak pihak-pihak#
memenuhi syarat seara kumulatif# untuk melindungi ,anita# dan isteri tidak pernah hadir di
persidangan (<erstek!.
1engingat banyaknya permohonan izin poligami dengan alasan di luar ketentuan
undang-undang yang dia%ukan kepada 5engadilan Agama sehingga dalam penerapannya
ketentuan 5asal 4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 tersebut sering
dikesampingkan oleh hakim# maka ketentuan hukum tersebut perlu disempurnakan dengan
menambah alasan yang ada dengan alasan lain yang dapat dipertimbangkan oleh
pengadilan misalnya dengan menambah rumusan alasan $dikehendaki pihak-pihak demi
kemaslahatan rumah tangganya+. Dengan demikian ketentuan hukum yang mengatur izin
poligami di 5engadilan Agama tersebut selaras dengan pandangan hukum 0slam mengenai
poligami dan hakim 5engadilan Agama mempunyai landasan yuridis dalam mengabulkan
79
7/17/2019 Kk_THESIS
http://slidepdf.com/reader/full/kkthesis 80/83
permohonan izin poligami serta pihak yustisiabel yang menghendaki poligami demi
kemaslahatan rumah tangganya dapat terapai meskipun dengan alasan di luar ketentuan
5asal 4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 tersebut.
%UMMAR9
1/S3HI?A# is a leturer of /ni<ersitas 0slam 1alangEs 5ostgraduate 5rograms# 'th
of August ::. 3itle6 Pertimangan Hakim Penga&ilan Agama &alam Mengaulkan
Perm'h'nan I4in P'ligami &engan Alasan &i Luar Ketentuan Un&ang*un&ang <%tu&i
&i Penga&ilan Agama Malang= Super<isors6 Dr. )asu,i.1.A. (1ain Super<isor!# and
1oh. ?atih#S.H.#1.H.(Assistant Super<isor!.
5asal 4 ayat (! /ndang-undang Nomor " 3ahun "4 tentang 5erka,inan telah
menentukan bah,a pengadilan hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan
beristeri lebih dari seorang apabila isteri tidak dapat men%alankan ke,a%ibannya sebagai
isteri# isteri mendapat aat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan# isteri tidak
dapat melahirkan keturunan.
)etentuan undang-undang yang mengatur poligami sudah %elas bah,a seorang
suami hanya dapat diizinkan oleh 5engadilan Agama untuk berpoligami apabila telah
memenuhi alasan-alasan yang ditentukan undang-undang. Dengan pernyataan lain bah,a
permohonan izin poligami yang tidak memenuhi alasan-alasan tersebut# maka hakim tidak
dapat mengabulkan;mengizinkan permohonan izin poligami.
7erdasarkan hasil penelitian# permohonan izin poligami yang dia%ukan seorang
suami kepada 5engadilan Agama 1alang dari tahun "-::" se%umlah '4 perkara# terdiri
dari " perkara mendalilkan dengan alasan sesuai ketentuan undang-undang dan "8
perkara (*'K! mendalilkan dengan alasan di luar ketentuan undang-undang# yakni dengan
alasan suami telah men%alin hubungan dengan ,anita lain# suami telah ka,in sirri dengan
alon isteri# suami ingin mempunyai anak lagi# kemampuan seksual suami sangat tinggi#
suami memenuhi permintaan alon isteri dan keluarganya# dan isteri sibuk beker%a. Dari "8
perkara tersebut# telah dikabulkan se%umlah "* perkara (8'#''K!.
7erdasarkan data tersebut# penerapan izin poligami di 5engadilan Agama tidak