Top Banner

of 117

KITAB WARIS.pdf

Jun 02, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    1/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    1

    FIQIHMAWARISAhmad Sarwat, Lc

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    2/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    3/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    3

    Judul Buku

    Fiqih Mawaris

    Penulis

    Ahmad Sarwat

    Penerbit

    DU CENTER

    Cetakan

    PertamaKeduaKetiga

    Keempat

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    4/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    5/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    5

    Istilah

    Agar tidak terjadi selip paham dalam membicarakan hal-hal yangterkait dengan istilah warisan yang ditranslate ke dalam bahasaIndonesia, mari kita merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI).

    Misalnya kata mewarisi dan mewariskan, orang sering kelirumembedakan keduanya. Menurut KBBI, kata 'mewarisi' adalahmemperoleh warisan. Misalnya kalimat berikut : Amir mewarisi sebidangtanah milik ayahnya, pak Ali. Artinya, Amir memperoleh tanah yangditinggalkan oleh pak Ali.

    Sedangkan kata 'mewariskan' artinya adalah memberikan hartawarisan atau meninggalkan sesuatu harta kepada orang lain. Misalnyakalimat berikut : Pak Ali mewariskan sebidang tanah kepada anaknya.Maksudnya, pak Ali memberikan harta warisan kepada anaknya.

    Kata 'pewaris' adalah orang yang mewariskan, yaitu orang yangmemberi harta warisan. Contoh dalam kalimat, pak Ali adalah pewarisdari anak-anaknya. Maksudnya, pak Ali memberi harta warisan kepadaanak-anaknya.

    Lawan kata pewaris adalah 'ahli waris', yaitu orang yang berhakmenerima warisan (harta pusaka). Contoh dalam kalimat, Amir adalahahli waris dari ayahnya. Maksudnya, Amir menerima harta warisan dariayahnya.

    mewarisiv1memperoleh warisan dr: krn anak satu-satunya, dialah yg akan ~ seluruh harta kekayaan orang

    tuanya;2kimemperoleh sesuatu yg ditinggalkanoleh orang tuanya dsb: ia tidak saja memperoleh hartakekayaan, tetapi ia juga ~ utang-utang yg ditinggalkanalmarhum;mewariskanv1memberikan harta warisan kpd;meninggalkan sesuatu kpd:gurunya ~ ilmu silatkepadanya;2menjadikan orang lain menjadi waris;

    warisannsesuatu yg diwariskan, spt harta, nama baik; hartaahli warisorang yang berhak menerima warisan (harta pusaka)

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    6/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    7/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    7

    Daftar Isi

    Urgensi dan Pensyariatan 171. Mengapa Kita Belajar Hukum Waris 17

    1.1. Ilmu Waris Akan Dicabut 181.2. Perintah Khusus Dari Nabi SAW 191.3. Sejajar Dengan Belajar Al-Quran 191.4. Menghindari Perpecahan Keluarga 201.5. Ancaman Akhirat 21

    2. Pensyariatan 22

    2.1. Dalil Quran 222.2. Dalil Sunnah 262.3. Dalil Ijma' 27

    Pengertian Waris 291. Definisi 29

    1.1. Bahasa 291.2. Pengertian syariah 30

    2. Waris, Hibah dan Wasiat 302.1. Waktu 312.2. Penerima 312.3. Nilai 322.4. Hukum 32

    3. Istilah-istilah dalam ilmu waris 333.1. Tarikah 333.2. Fardh 333.3. Ashhabul Furudh. 33

    3.4. Ashabah 343.5. Sahm 353.6. Nasab 353.7. Al-Far'u 353.8. Al-Ashl 36

    Alokasi Harta 371. Menetapkan Kepemilikan Harta 372. Pengurusan Jenazah 40

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    8/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    8

    3. Hutang 414. Washiyat 43

    Rukun, Syarat dan Sebab Warisan 451. Rukun Waris 45

    1.1. Al-Muwarits 451.2. Al-Warits 451.3. Harta Warisan 46

    2. Syarat Waris 462.1. Meninggalnya Muwarrits 462.2. Hidupnya Ahli Waris 49

    2.3. Ahli Waris Diketahui 503. Sebab-sebab Adanya Hak Waris 50

    3.1. Kerabat hakiki 503.2. Pernikahan 513.3. Al-Wala 51

    Gugurnya Warisan 531. Hal-hal Yang Menggugurkan Warisan 53

    1.1. Pembunuhan 531.2. Perbedaan Agama 541.3. Budak 56

    2. Perbedaan Mahrum dan Mahjub 57

    Penghalang Warisan (Al-Hujub) 591. Definisi 592. Macam-macam al-Hujub 603. Ahli Waris yang Tidak Terkena Hujub Hirman 61

    4. Ahli Waris yang Dapat Terkena Hujub Hirman 62

    Ashabul Furudh & Ashabah 631. Ashhabul Furudh 632. Ashabah 64

    2.1. Dalil Hak Waris Para 'Ashabah 652.3. Macam-macam 'Ashabah 673.1. 'Ashabah bin nafs 673.3.Hukum 'Ashabah bin nafs 68

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    9/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    9

    Para Ahli Waris 711. Anak Laki-laki ( ) 74

    1.1. Bagian 741.2. Menghijab 771.3. Dihijab oleh : 77

    2. Anak Perempuan ( ) 772.1. Bagian 782.2. Menghijab 792.3. Dihijab Oleh : 79

    3. Istri ( ) 80

    3.1. Bagian 803.2. Menghijab 813.3. Dihijab oleh 81

    4. Suami 814.1. Bagian 814.2. Menghijab 824.3. Dihijab oleh 82

    5. Ayah 83

    5.1. Bagian 835.2. Menghijab 855.3. Dihijab oleh 86

    6. Ibu 866.1. Bagian 866.2. Menghijab 886.3. Dihijab oleh 88

    7. Kakek ( ) 897.1. Bagian 897.2. Menghijab 917.3. Dihijab oleh 91

    8. Nenek ( ) 928.1. Bagian 928.2. Menghijab 928.3. Dihijab oleh 92

    9. Saudara seayah-ibu ( ) 929.1. Bagian 92

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    10/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    10

    9.2. Menghijab 939.3. Dihijab Oleh : 93

    10. Saudari seayah-ibu 9410.1. Bagian 94

    11. Saudara seayah ( ) 9511.1. Bagian 9511.2. Menghijab 9611.3. Dihijab Oleh : 96

    12. Saudari seayah ( ) 9710.1. Bagian 97

    13. Keponakan : anak saudara seayah-ibu 9814. Keponakan : anak saudara seayah 9815. Paman : saudara ayah seayah-ibu 9816. Paman : saudara ayah seayah 9817. Sepupu : anak laki paman seayah-ibu 9918. Sepupu : anak laki paman seayah 99

    19. Cucu Laki-laki ( ) 9919.1. Bagian 99

    19.2. Menghijab 10019.3. Dihijab oleh : 101

    20. Cucu Perempuan 10121. Nenek Dari Ibu 10122. Saudara/i Seibu 101

    Cara Membagi Warisan 1031. Langkah Pertama 103

    1.1. Hutang 1031.2. Wasiat 1031.3. Biaya Pengurusan Jenazah 104

    2. Langkah Kedua 1042.1. Memilah 1042.2. Menghilangkan ahli waris yang terhijab 105

    3. Langkah Ketiga 107

    Aul dan radd Error! Bookmark not defined.

    1. Aul Error! Bookmark not defined.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    11/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    11

    2. Radd Error! Bookmark not defined.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    12/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    13/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    13

    Pengantar

    5

    Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Agung.Shalawat serta salam tercurah kepada baginda NabiMuhammad SAW, juga kepada para shahabat, pengikut danorang-orang yang berada di jalannya hingga akhir zaman.

    Syariat Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk

    yang sangat teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hakkepemilikan harta bagi setiap manusia, baik laki-lakimaupun perempuan dengan cara yang legal. Syariat Islamjuga menetapkan hak pemindahan kepemilikan seseorangsesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dari seluruhkerabat dan nasabnya, tanpa membedakan antara laki-lakidan perempuan, besar atau kecil.

    Al-Qur'an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang berkaitan dengan hak kewarisan tanpamengabaikan hak seorang pun. Bagian yang harus diterimasemuanya dijelaskan sesuai kedudukan nasab terhadappewaris, apakah dia sebagai anak, ayah, istri, suami, kakek,ibu, paman, cucu, atau bahkan hanya sebatas saudara seayahatau seibu.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    14/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    14

    Oleh karena itu, Al-Qur'an merupakan acuan utamahukum dan penentuan pembagian waris, sedangkan

    ketetapan tentang kewarisan yang diambil dari haditsRasulullah saw. dan ijma' para ulama sangat sedikit. Dapatdikatakan bahwa dalam hukum dan syariat Islam sedikitsekali ayat Al-Qur'an yang merinci suatu hukum secaradetail dan rinci, kecuali hukum waris ini. Hal demikiandisebabkan kewarisan merupakan salah satu bentukkepemilikan yang legal dan dibenarkan AlIah SWT. Disamping bahwa harta merupakan tonggak penegak

    kehidupan baik bagi individu maupun kelompokmasyarakat.

    Buku FIQIH MAWARIS ini hanyalah sebuah catatankecil dari ilmu fiqih yang sedemikian luas. Para ulamapendahulu kita telah menuliskan ilmu ini dalam ribuan jilidkitab yang menjadi pusaka dan pustaka khazanah peradabanIslam. Sebuah kekayaan yang tidak pernah dimiliki oleh

    agama manapun yang pernah muncul di muka bumi.Sayangnya, kebanyakan umat Islam malah tidak dapat

    menikmati warisan itu, salah satunya karena kendala bahasa.Padahal tak satu pun ayat Al-Quran yang turun dari langitkecuali dalam bahasa Arab, tak secuil pun huruf keluar darilidah nabi kita SAW, kecuali dalam bahasa Arab.

    Maka upaya menuliskan kitab fiqih dalam bahasa

    Indonesia ini menjadi upaya seadanya untuk mendekatkanumat ini dengan warisan agamanya. Tentu saja buku ini jugadiupayakan agar masih dilengkapi dengan teks berbahasaArab, agar masih tersisa mana yang merupakan nash aslidari agama ini.

    Buku ini merupakan buku kedelapan dari rangkaiansilsilah pembahasan fiqih. Selain buku ini juga ada buku lain

    terkait dengan masalah fiqih seperti fiqih thaharah, shalat,

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    15/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    15

    puasa, zakat, haji, ekonomi atau muamalah, nikah, waris,hudud dan bab lainnya.

    Sedikit berbeda dengan umumnya kitab fiqih, manhajyang kami gunakan adalah manhaj muqaranah danwasathiyah. Kami tidak memberikan satu pendapat saja,tapi berupaya memberikan beberapa pendapat bila memangada khilaf di antara para ulama tentang hukum-hukumtertentu, dengan usaha untuk menampilkan juga hujjahmasing-masing. Lalu pilihan biasanya kami serahkan kepada

    para pembaca.Semoga buku ini bisa memberikan manfaat berlipat

    karena bukan sekedar dimengerti isinya, tetapi yang lebihpenting dari itu dapat diamalkan sebaik-baiknya ikhlaskarena Allah SWT.

    Al-Faqir ilallah

    Ahmad Sarwat, Lc

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    16/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    17/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    17

    Bab Pertama

    Urgensi dan Pensyariatan

    1. Mengapa Kita Belajar Hukum Waris

    Untuk apa kita mempelajari hukum waris? Bukankahsudah ada kiyai dan para ulama yang bisa menangani urusanwaris? Bukankah biasanya membagi waris menjadi tugas

    dan wewenang Kantor Urusan Agama (KUA)?

    Barangkali pertanyaan seperti itu muncul di benak kitaketika pertama kali melihat buku ini.

    Pertanyaan seperti itu mungkin ada benarnya. Sebabbiasanya urusan pembagian waris memang menjadi urusanpara kiyai dan ulama, setidaknya menjadi 'job' pak KUA.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    18/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    18

    Jadi buat apa kita yang tidak punya urusan ini pakai sokbelajar ilmu waris?

    Pada bab pertama ini kita akan mempelajari kenapa kitayang awam ini perlu dan harus belajar ilmu waris. Adabeberapa sebab dan alasan yang melatarbelakangi hal itu.Antara lain :

    1.1. Ilmu Waris Akan Dicabut

    Sebagaimana kita sadari meski bangsa Indonesia ini

    mayoritas muslim, namun kita tahu bahwa agama kitadiperangi lewat berbagai macam bentuk penggerogotan daridalam. Salah satunya adalah dijejalinya kita dengan berbagaiproduk hukum yang bukan hukum Islam, seperti hukumbarat dan hukum adat, lewat berbagai kurikulumpendidikan yang kita dapat dari sistem pendidikan nasional,atau dari adat istiadat turun temurun.

    Maka lahirlah dari bangsa ini berlapis generasi muslim

    yang rajin shalat 5 waktu, fasih membaca Al-Quran, aktifmengaji kesana-kemari, gemar menghidupkan amaliyahsunnah, tetapi sama sekali tidak paham alias merasa asingdengan hukum waris Islam.

    Keterasingan mereka atas hukum waris Islam inimerupakan kehancuran umat Islam yang sudah diprediksioleh Rasulullah SAW sejak 14 abad yang lalu.

    Rasulullah SAW secara khusus telah memberikanperintah untuk mempelajari ilmu waris, sebab ilmu waris itusetengah dari semua cabang ilmu. Lagi pula RasulullahSAW mengatakan bahwa ilmu warisan itu termasuk yangpertama kali akan diangkat dari muka bumi.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    19/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    19

    Dari A'raj radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAWbersabda,"Wahai Abu Hurairah, pelajarilah ilmu faraidh danajarkanlah. Karena dia setengah dari ilmu dan dilupakan orang.Dan dia adalah yang pertama kali akan dicabut dari umatku".(HR. Ibnu Majah, Ad-Daruquthuny dan Al-Hakim)

    1.2. Perintah Khusus Dari Nabi SAW

    Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAWbersabda,"Pelajarilah Al-Quran dan ajarkanlah kepada orang-orang. Dan pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkan kepada orang-orang. Karena Aku hanya manusia yang akan meninggal. Danilmu waris akan dicabut lalu fitnah menyebar, sampai-sampaiada dua orang yang berseteru dalam masalah warisan namuntidak menemukan orang yang bisa menjawabnya". (HR. Ad-Daruquthuny dan Al-Hakim)1

    1.3. Sejajar Dengan Belajar Al-Quran

    Selain Rasulullah SAW memerintahkan kita belajar ilmuwaris, khalifah Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhu juga

    1Al-Mustadrak ala Ash-Shahihaini lil-Hakim, jilid 18 halaman

    328

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    20/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    20

    secara khusus memerintahkan umat Islam mempelajari ilmuwaris. Bahkan beliau menyebutkan kita harus mempelajari

    ilmu waris sebagaimana kita belajar Al-Quran Al-Kariem.

    Dari Umar bin Al-Khattab radhiyallahuanhu beliau berkata,"Pelajarilah ilmu faraidh sebagaimana kalian mempelajari Al-Quran". 2

    Perintah ini mengandung pesan bahwa belajar ilmu warisini sangat penting bagi umat Islam. Karena disejajarkandengan belajar Al-Quran.

    1.4. Menghindari Perpecahan Keluarga

    Seringkali di antara penyebab perpecahan keluargaadalah masalah harta waris. Dari banyak kasus yang terjadi,umumnya berhulu dari kurang pahamnya para anggotakeluarga atas aturan dan ketentuan dalam hukum warisIslam.

    Tidak dipelajarinya lagi ilmu waris oleh generasi Islamternyata punya dampak yang sangat besar. Salah satunyaadalah munculnya perpecahan keluarga. Lantaran ketikaorang tua wafat, anak-anak yang tidak mengenal ilmu warisitu saling berebut harta disebabkan karena parameter yang

    mereka gunakan saling berbeda.

    Sebagian anak ada yang ingin menerapkan hukum warisversi adat. Yang lainnya mau versi barat. Sebagiannya maupakai hukum Islam.

    Seandainya orang tua mereka telah mengjaari danmendidik mereka sejak kecil dengan ilmu waris Islam,

    2

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    21/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    21

    niscaya perpecahan keluarga tidak akan terjadi. Sebabselayaknya anak-anak muslim yang tumbuh dengan

    pendidikan Islam, mereka pun dibesarkan dengan ilmu-ilmuagama yang mengajarkan bagaimana cara membagi warissesuai dengan ketentuan Allah SWT.

    Dari berbagai kasus perpecahan keluarga tentangmasalah waris, umumnya yang menjadi penyebab utamaadalah awamnya para anggota keluarga dari ilmu hukumwaris Islam.

    Jalan keluar untuk menghindari perpecahan keluargayang barangkali bukan terjadi hari ini adalahmempersiapkan anak-anak kita, terutama generasi muda,dengan bekal ilmu hukum waris. Sehingga sejak awal mereasudah punya pedoman buat bekal ketika dewasa nanti.

    1.5. Ancaman Akhirat

    Selain dua alasan di atas, memang Allah SWT telah

    mewajibkan umat Islam untuk membagi warisan sesuaidengan petunjuk dan ketetapan-Nya. Mereka yang secarasengaja melanggar dan tidak mengindahkan ketentuan Allahini, maka Dia akan memasukkannya ke dalam api neraka.

    Tidak hanya itu, tetapi dengan tambahan bahwakeberadaan mereka itu kekal abadi selamanya di dalamneraka. Bahkan masih ditambahkan lagi dengan jenis

    siksaan yang menghinakan.Ketentuan seperti ini telah Allah cantumkan di dalam

    Al-Quran Al-Kariem.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    22/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    22

    Dan siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya danmelanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah

    memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal didalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.(QS. An-Nisa': 13-14)

    Di ayat ini Allah SWT telah menyebutkan bahwamembagi warisan adalah bagian dari hudud, yaitu sebuahketetapan yang bila dilanggar akan melahirkan dosa besar.Bahkan di akhirat nanti akan diancam dengan siksa api

    neraka. Tidak seperti pelaku dosa lainnya, mereka yangtidak membagi warisan sebagaimana yang telah ditetapkanAllah SWT tidak akan dikeluarkan lagi dari dalamnya,karena mereka telah dipastikan akan kekal selamanya didalam neraka sambil terus menerus disiksa dengan siksaanyang menghinakan.

    Sungguh berat ancaman yang Allah SWT telah tetapkanbuat mereka yang tidak menjalankan hukum warisansebagaimana yang telah Allah tetapkan. Cukuplah ayat inimenjadi peringatan buat mereka yang masih sajamengabaikan perintah Allah sebagai ancaman. Jangansampai siksa itu tertimpa kepada kita semua. Nauzu billahimin zalik.

    2. Pensyariatan

    Ketentuan dan kewajiban membagi waris dalam syariahIslam ditetapkan berdasarkan kitabullah dan sunnahRasulullah SAW, serta ijma' para ulama.

    2.1. Dalil Quran

    Di dalam Al-Quran ada banyak ayat yang secara detailmenyebutkan tentang pembagian waris menurut hukumIslam. Khusus di surat An-Nisa' saja ada tiga ayat, yaitu ayat

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    23/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    23

    11,12 dan 176. Selain itu juga ada di dalam surat Al-Anfalayat terakhir, yaitu ayat 75.

    a. Ayat waris untuk anak

    Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka

    untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelakisama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan jikaanak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagimereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anakperempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta.(QS. An-Nisa' : 11)

    b. Ayat waris untuk orang tua

    Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya

    seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itumempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyaianak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunyamendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapasaudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buatatau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu

    dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    24/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    24

    mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Iniadalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha

    Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisa' : 11)

    c. Ayat waris buat suami dan istri

    .

    Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yangditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyaianak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamumendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudahdipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar

    utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamutinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamumempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dariharta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamubuat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. (QS. An-Nisa' : 12)

    d. Ayat waris Kalalah

    Kalalah adalah seorang wafat tanpa meninggalkan ayahdan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki atauperempuan.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    25/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    25

    Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yangtidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi

    mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorangsaudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing darikedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutudalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuatolehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberimudarat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yangdemikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan

    Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun (QS. An-Nisa': 12)

    e. Ayat waris Kalalah

    Kalalah lainnya adalah seorang meninggal dunia, dan iatidak mempunyai anak dan saudara perempuan.

    Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah).Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah(yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyaianak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagisaudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yangditinggalkannya. (QS. An-Nisa' : 176)

    Orang-orang yang mempunyai hubungan itu sebagiannya lebihberhak terhadap sesamanya (daripada yang kerabat) di dalamkitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segalasesuatu. (QS. Al-Anfal : 75)

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    26/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    26

    2.2. Dalil Sunnah

    Ada begitu banyak dalil sunnah nabi yang menunjukkanpensyariatan hukum waris buat umat Islam. Di antaranyaadalah hadits-hadits berikut ini :

    Dari Ibnu Abbas radiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAWbersabdam"Bagikanlah harta peninggalan (warisan) kepada

    yang berhak, dan apa yang tersisa menjadi hak laki-laki yangpaling utama. " (HR Bukhari)

    Dari Usamah bin zaid radhiyallahuanhu berkata bahwaRasulullah SAW bersabda,"Seorang muslim tidak mendapat

    warisan dari orang kafir dan orang kafir tidak mendapatwarisan dari seorang muslim. (HR Jamaah kecuali An-Nasai)3

    Dari Abullah bin Amr radhiyallahuanhu berkata bahwa

    Rasulullah SAW bersabda,"Dua orang yang berbeda agamatidak saling mewarisi.(HR. Ahmad Abu Daud dan IbnuMajah)

    3Nailul Authar jilid 6 halaman 55

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    27/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    27

    Dari Ubadah bin As-Shamith radhiyallahuanhu berkatabahwa Rasulullah SAW menetapkan buat dua orang nenek

    yaitu 1/6 diantara mereka.(HR. Ahmad Abu Daud danIbnu Majah)

    Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahuanhu berkata bahwa RasulullahSAW menetapkan bagi anak tunggal perempuan setengah

    bagian, dan buat anak perempuan dari anak laki seperenambagian sebagai penyempurnaan dari 2/3. Dan yang tersisa buatsaudara perempuan .(HR. Jamaah kecuali Muslim dan Nasai)4

    2.3. Dalil Ijma'

    Para shahabat, tabiin dan para ulama yang mewarisi nabitelah berijma' tentang pensyariatan hukum waris ini.

    4Nailul Authar jilid 6 halaman 58

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    28/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    29/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    29

    Bab Kedua

    Pengertian Waris

    1. Definisi

    1.1. Bahasa

    Al-miirats ( ) dalam bahasa Arab adalah bentuk

    mashdar (infinitif) dari kata ( ) waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain',atau dari suatu kaum kepada kaum lain.

    Pengertian menurut bahasa ini tidaklah terbatas hanyapada hal-hal yang berkaitan dengan harta, tetapi mencakupharta benda dan non harta benda. Ayat-ayat Al-Qur'an

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    30/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    30

    banyak menegaskan hal ini, demikian pula sabda Rasulullahsaw.. Di antaranya Allah berfirman:

    "Dan Sulaiman telah mewarisi Daud ..." (an-Naml: 16)

    "... Dan Kami adalah yang mewarisinya." (al-Qashash: 58)

    Selain itu kita dapati dalam hadits Nabi saw.:

    'Ulama adalah ahli waris para nabi'.

    1.2. Pengertian syariah

    Sedangkan makna al-miiratsmenurut istilah yang dikenalpara ulama ialah : berpindahnya hak kepemilikan dari

    orang yang meninggal kepada ahli warisnya yangmasih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta(uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak miliklegal secara syar'i.

    2. Waris, Hibah dan Wasiat

    Ada tiga istilah yang berbeda namun memiliki kesamaandalam beberapa halnya, yaitu waris, hibah dan wasiat.Ketiganya memiliki kemiripan sehingga kita seringkalikesulitan saat membedakannya.

    Tetapi akan terasa lebih mudah kalau kita buatkan tabelseperti berikut ini.

    WARIS HIBAH WASIAT

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    31/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    31

    Waktu Setelah wafat Sebelum wafat Setelah wafat

    Penerima Ahli waris ahli waris &bukan ahli waris

    bukan ahli waris

    Nilai Sesuai faraidh Bebas Maksimal 1/3

    Hukum wajib Sunnah Sunnah

    2.1. Waktu

    Dari segi wattu, harta waris tidak dibagi-bagi kepadapara ahli warisnya, juga tidak ditentukan berapa besarmasing-masing bagian, kecuali setelah pemiliknya(muwarrits) meninggal dunia. Dengan kata lain, pembagianwaris dilakukan setelah pemilik harta itu meninggal dunia.Maka yang membagi waris pastilah bukan yang memilikiharta itu.

    Sedangkan hibah dan washiyat, justru penetapannya

    dilakukan saat pemiliknya masih hidup. Bedanya, kalauhibah harta itu langsung diserahkan saat itu juga, tidakmenunggu sampai pemiliknya meninggal dulu. Sedangkanwashiyat ditentukan oleh pemilik harta pada saat masihhidup namun perpindahan kepemilikannya baru terjadi saatdia meninggal dunia.

    2.2. Penerima

    Yang berhak menerima waris hanyalah orang-orang yangterdapat di dalam daftar ahli waris dan tidak terkena hijabhirman. Tentunya juga yang statusnya tidak gugur.

    Sedangkan washiyat justru diharamkan bila diberikankepada ahli waris. Penerima washiyat harus seorang yangbukan termasuk penerima harta waris. Karena ahli warissudah menerima harta lewat jalur pembagian waris, maka

    haram baginya menerima lewat jalur washiat.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    32/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    32

    Sedangkan pemberian harta lewat hibah, boleh diterimaoleh ahli waris dan bukan ahli waris. Hibah itu boleh

    diserahkan kepada siapa saja.

    2.3. Nilai

    Dari segi nilai, harta yang dibagi waris sudah adaketentuan besarannya, yaitu sebagaimana ditetapkan didalam ilmu faraidh.

    Ada ashabul furudh yang sudah ditetapkan besarannya,

    seperti 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8 hingga 2/3. Ada juga paraahli waris dengan status menerima ashabah, yaitu menerimawarisan berupa sisa harta dari yang telah diambil oleh paraashabul furudh. Dan ada juga yang menerima lewat jalurfurudh dan ashabah sekaligus.

    Sedangkan besaran nilai harta yang boleh diwasiatkanmaksimal hanya 1/3 dari nilai total harta peninggalan.Walau pun itu merupakan pesan atau wasiat dari almarhum

    sebagai pemilik harta, namun ada ketentuan dari Allah SWTuntuk membela kepentingan ahli waris, sehingga berwasiatlebih dari 1/3 harta merupakan hal yang diharamkan.

    Bahkan apabila terlanjur diwasiatkan lebih dari 1/3,maka kelebihannya itu harus dibatalkan.

    2.4. Hukum

    Pembagian waris itu hukumnya wajib dilakuansepeninggal muwarrits, karena merupakan salah satukewajiban atas harta.

    Sedangkan memberikan washiyat hukumnya hanyasunnah. Demikian juga memberikan harta hibah hukumnyasunnah.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    33/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    33

    3. Istilah-istilah dalam ilmu waris

    Setiap cabang ilmu memiliki istilah-istilah yang khas,dimana istilah itu seringkali tidak sama dengan istilah yangumum. Berikut ini kami uraikan beberapa istilah yang akanseringkali muncul dalam mata kuliah ini.

    3.1. Tarikah

    Tarikah, ( ) kadang dibaca tirkah, adalah segalasesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa harta (uang)

    atau lainnya. Jadi, pada prinsipnya segala sesuatu yangditinggalkan oleh orang yang meninggal dinyatakan sebagaipeninggalan.

    Termasuk di dalamnya bersangkutan dengan utangpiutang, baik utang piutang itu berkaitan dengan pokokhartanya (seperti harta yang berstatus gadai), atau utangpiutang yang berkaitan dengan kewajiban pribadi yang

    mesti ditunaikan (misalnya pembayaran kredit atau maharyang belum diberikan kepada istrinya).

    3.2. Fardh

    Fardh ( ) adalah bagian harta yang didapat olehseorang ahli waris yang telah ditetapkan langsung oleh nashAl-Quran, As-Sunnah atau ijma' ulama. Fardh itu adalahbilangan pecahan berupa 1/2, 1/3. 1/4, 1/6, 1/8 dan 2/3.

    Harta yang dibagi waris itu adalah 1 lalu dipecah-pecahsesuai bilangan fardh.

    Misalnya seorang istri yang ditinggal mati suaminyasudah dipastikan mendapat 1/8 bagian dari harta suaminya,apabila suaminya punya keturunan. Atau mendapat 1/4bagian bila suaminya tidak punya keturunan.

    3.3. Ashhabul Furudh.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    34/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    34

    Ashabul furudh ( ) sesuai dengan namanya,berarti adalah orang-orangnya, yaitu orang-orang yang

    mendapat waris secara fardh. Mereka adalah ahli waris yangpunya bagian yang pasti dari warisan yang diterimanya.Contoh ashabul furudh adalah suami, istri, ibu, ayah danlainnya.

    Besar harta yang diterimanya sudah ditetapkan olehnash, tapi tergantung keadaannya. Sebagai contoh, seorangistri yang ditinggal mati suaminya sudah dipastikan besar

    harta yang akan diterimanya, yaitu 1/4 atau 1/8. Seandainyasuaminya punya anak, maka istri mendapat 1/8 dari hartasuami. Tapi kalau suami tidak punya anak, istri menapat1/4 dari harta suami.

    Begitu juga seorang suami yang ditinggal mati istrinya,sudah dipastikan besar harta yang akan diterimanya, yaitu1/2 atau 1/4, tergantung keberadaan anak dari istri.Seandainya istri punya anak, maka suami mendapat 1/4 dariharta istri. Tapi kalau istri tidak punya anak, suamimendapat 1/2 dari harta istri.

    Tapi intinya, ashabul furudh adalah para ahli waris yangsudah punya bagian pecahan tertentu dari hartamuwarristnya.

    3.4. Ashabah

    Istilah ashabaha ( ) berposisi sebagai lawan fardh,yaitu bagian harta yang diterima oleh ahli waris, yangbesarnya belum diketahui secara pasti. Karena harta ituhanyalah sisa dari apa yang telah diambil sebelumnya olehahli waris yang menjadi ashhabul-furudh.

    Besarnya bisa nol persen hingga seratus persen.Tergantung seberapa banyak harta yang diambil oleh ahli

    waris ashhabul furudh. Kalau jumlah mereka banyak, maka

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    35/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    35

    bagian untuk ashabah menjadi kecil, kalau jumlah merekasedikit, biasanya ashahabnya menjadi besar.

    Misalnya, seorang anak laki-laki tunggal adalah ahli warisashabah dari ayahnya yang meninggal dunia. Ibunya adalahahli waris dari ashabul furudh, mendapat 1/8 dari hartasuaminya. Sedangkan anak tersebut mendapat waris sebagaiashabah, atau sisa dari apa yang sudah diambil ibunya, yaitu11/8 = 7/8.

    3.5. Sahm

    Sahm ( ) adalah istilah untuk menyebut bagian hartayang diberikan kepada setiap ahli waris yang berasal dariasal masalah. Atau disebut juga jumlah kepala mereka.

    Misalnya,

    3.6. Nasab

    Nasab ( ) adalah hubungan seseorang secara darah,

    baik hubungan ke atasnya seperti ayah kandung, kakekkandung dan seterusnya. Hubugnan ke atas ini disebutabuwwah. Bisa juga hubungan seseorang ke arah bawah(keturunannya) seperti dengan anak kandungnya, atau anakdari anaknya (cucu) dan seterusnya. Hubngan ini disebutbunuwwah.

    3.7. Al-Far'u

    Istilah ( ) bila kita temukan di dalam ilmu waris,maksudnya adalah anak laki-laki atau anak perempuan darialmarhum yang akan dibagi hartanya. Termasuk juga anakdari anaknya (cucu) baik laki-laki maupun perempuan. BiladisebutAl-far'ul-waristsmaksudnya adalah anak laki-laki dananak perempuan, atau ahli waris anak-anak tersebut kebawahnya.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    36/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    36

    3.8. Al-Ashl

    Yang dimaksud dengan istilah al-ashl( ) adalah ayahkandung dan ibu kandung, juga termasuk ayah kandungatau ibu kandung dari ayah kandung (kakek). Dan kakekatau nenek yang merupakan ayah dan ibunya ayah inidisebut juga al-jaddu ash-shahih.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    37/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    37

    Bab Ketiga

    Alokasi Harta

    Bila ada seorang muslim meninggal dunia danmeninggalkan sejumlah harta, tidak semua hartapeninggalannya langsung dibagi sebagai warisan. Ada

    sejumlah pos pengeluaran yang harus ditunaikan terlebihdahulu. Tentu saja bila pos-pos pengeluaran itu memangada. Setelah itu, barulah sisanya dibagi menurut hukumwaris.

    1. Menetapkan Kepemilikan Harta

    Meski pun bagian ini nyaris tidak kita temukan di kitab-

    kitab fiqih klasik, namun pada kenyataannya, terutama dinegeri kita, justru bagian ini paling rumit dari semua urusanpembagian warisan. Pertama yang harus dilakukan adalahmemilah dan memilih mana yang merupakan hartaalmarhum dan mana yang harta milik orang lain, tetapitercampur di dalam harta almarhum.

    Mengapa demikian?

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    38/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    38

    Karena ketentuan dalam hukum waris Islam, harta yangdibagi waris itu harus harta yang 100% dimiliki oleh

    almarhum yang meninggal dunia. Padahal kenyataan yangsering terjadi harta yang ada itu masih menjadi milikbersama, baik antara suami istri atau pun dengan pihak lain.

    Ada beberapa contoh kasus yang sering terjadi dimanadi dalam harta seseorang masih tercampur hak milik oranglain, diantaranya :

    a. Usaha Bersama Suami Istri

    Sepasang suami istri sejak menikah telah membangunusaha bersama, katakanlah membuka toko. Keduanyamengeluarkan harta benda dan tenaga untuk memajukanusaha keluarga itu secara bersama-sama. Bisa dikatakanharta yang mereka miliki itu menjadi harta berdua. Ketikakeduanya masih hidup, barangkali tidak timbul persoalan,lantran kedua suami istri.

    Tapi akan muncul masalah saat istri meninggal dunia.Apalagi bila suami kawin lagi. Tentu di dalam harta berupausaha toko itu ada hak milik istri sebelumnya. Suami tentutidak bisa menguasai begitu saja peninggalan itu.

    Boleh jadi akan muncul masalah dengan anak-anak.Mereka akan mengatakan bahwa ibu mereka punya hak atasharta yang kini menjadi milik ayah dan ibu tiri mereka.

    Dalam hal ini, harus dirunut ke belakang tentang statuskepemilikan usaha keluarga itu. Berapakah besar yangmenjadi milik suami dan berapa yang menjadi bagian istri,seharusnya ditetapkan terlebih dahulu.

    Kalau istri sebagai pemilik atau pemegang saham, makaberapa besar saham istri harus ditetapkan secara jelas. Dankalau istri berstatus sebagai pegawai, gajinya harus

    ditetapkan secara jelas juga.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    39/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    39

    Maka hanya harta yang sudah benar-benar 100% milikistri saja yang dibagi waris, sedangkan yang milik suami

    tentu tidak dibagi waris, karena dia masih hidup.

    b. Suami Memberi Hadiah Kepada Istri

    Sebuah keluarga pecah gara-gara istri almarhum dananak-anaknya diteror oleh adik-adik almarhum sendiri.Pasalnya, menurut adik-adik almarhum, mereka berhakmendapat harta warisan berupa kolam pemancingan daripeninggalan harta kakak mereka, lantaran sang kakak tidak

    punya anak laki-laki. Dalam hal ini, kalau almarhum tidakpunya anak laki-laki, sisa warisan jatuh kepada ashabah yangtidak lain adalah adik-adik almarhum.

    Tapi menurut istri almarhum yang kini sudah menjanda,kolam pancing ikan yang diributkan itu pada dasarnyabukan asset harta milik suaminya yang sudah almarhum.Karena semasa hidupnya, almarhum telah menghadiahkan

    kolam pancing itu kepada dirinya sebagai hadiah ulangtahun.

    Hal itu terbukti dari surat tanah yang memang atas namaistri. Maka harta itu tidak bisa dibagi waris, karena statusnyabukan milik almarhum.

    Maka seberapa benar pernyataan dari masing-masingpihak, harus ditelusuri terlebih dahulu, baik dengan

    menghadirkan saksi-saksi atau pun dengan surat-surat buktikepemilikan. Barulah setelah semua jelas, bagi waris bisadilakukan.

    c. Pinjam atau Beli

    Ini kisah nyata. Seorang adik pinjam uang kepadakakaknya untuk naik haji. Dan sebagai jaminannya, sepetaksawah digadaikan kepada sang kakak.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    40/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    40

    Sayangnya sampai sekian puluh tahun kemudian, uangpinjaman ini tidak dikembalikan. Otomatis sawah sebagai

    jaminan pun juga masih di tangan sang kakak.

    Ketika kedua kakak beradik ini sudah meninggal, anakdan cucu mereka bermaksud membagi harta warisan.Muncul masalah tentang status sawah, karena para ahliwaris meributkan statusnya. Anak keturunan sang adikmengatakan bahwa sawah itu milik orang tua mereka,karena orang tua mereka tidak pernah menjual sawah itu

    semasa hidupnya, kecuali hanya menjadikannya sebagaijaminan hutang.

    Sedangkan anak keturunan sang kakak mengatakanbahwa sawah itu sudah menjadi hak orangtua mereka,lantaran utang belum pernah dikembalikan.

    Anak keturunan si adik akhirnya bersediamengembalikan hutang orangtua mereka, tetapi nilainya

    hanya Rp. 30.000 saja, karena dulu pinjam uangnya hanyasenilai itu saja. Karuan saja keluarga sang kakak meradang,karena apa artinya uang segitu di zaman sekarang ini.Padahal di masa lalu, uang segitu senilai dengan biaya pergihaji ke tanah suci. Mereka meminta setidaknya uang itudikembalikan seharga biaya ONH sekarang, yaitu sekitar30-an juta.

    Dan masih banyak lagi kasus-kasus di tengahmasyarakat, yang intinya menuntut penyelesaian terlebihdahulu dalam hal status kepemilikan harta almarhum.

    2. Pengurusan Jenazah

    Semua keperluan dan pembiayaan pemakaman pewarishendaknya menggunakan harta miliknya, dengan catatantidak boleh berlebihan. Keperluan-keperluan pemakaman

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    41/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    41

    tersebut menyangkut segala sesuatu yang dibutuhkan mayit,sejak wafatnya hingga pemakamannya. Di antaranya, biaya

    memandikan, pembelian kain kafan, biaya pemakaman, dansebagainya hingga mayit sampai di tempat peristirahatannyayang terakhir.

    Satu hal yang perlu untuk diketahui dalam hal ini ialahbahwa segala keperluan tersebut akan berbeda-bedatergantung perbedaan keadaan mayit, baik dari segikemampuannya maupun dari jenis kelaminnya.

    3. Hutang

    Hendaklah utang piutang yang masih ditanggungpewaris ditunaikan terlebih dahulu. Artinya, seluruh hartapeninggalan pewaris tidak dibenarkan dibagikan kepada ahliwarisnya sebelum utang piutangnya ditunaikan terlebihdahulu. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.:

    "Jiwa (ruh) orang mukmin bergantung pada utangnya hinggaditunaikan."

    Maksud hadits ini adalah utang piutang yangbersangkutan dengan sesama manusia. Adapun jika utangtersebut berkaitan dengan Allah SWT, seperti belummembayar zakat, atau belum menunaikan nadzar, ataubelum memenuhi kafarat (denda), maka di kalangan ulamaada sedikit perbedaan pandangan.

    Al-Hanafiyah

    Kalangan ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa ahliwarisnya tidaklah diwajibkan untuk menunaikannya.Sedangkan jumhur ulama berpendapat wajib bagi ahliwarisnya untuk menunaikannya sebelum harta warisan(harta peninggalan) pewaris dibagikan kepada para ahliwarisnya.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    42/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    42

    Mereka beralasan bahwa menunaikan hal-hal tersebutmerupakan ibadah, sedangkan kewajiban ibadah gugur jika

    seseorang telah meninggal dunia. Padahal, menurut mereka,pengamalan suatu ibadah harus disertai dengan niat dankeikhlasan, dan hal itu tidak mungkin dapat dilakukan olehorang yang sudah meninggal. Akan tetapi, meskipunkewajiban tersebut dinyatakan telah gugur bagi orang yangsudah meninggal, ia tetap akan dikenakan sanksi kelak padahari kiamat sebab ia tidak menunaikan kewajiban ketikamasih hidup. Hal ini tentu saja merupakan keputusan Allah

    SWT. Pendapat mazhab ini tentunya bila sebelumnya mayittidak berwasiat kepada ahli waris untuk membayarnya.Namun, bila sang mayit berwasiat, maka wajib bagi ahliwaris untuk menunaikannya.

    Jumhur Ulama

    Jumhur ulama yang menyatakan bahwa ahli waris wajibuntuk menunaikan utang pewaris terhadap Allah beralasanbahwa hal tersebut sama saja seperti utang kepada sesamamanusia. Menurut jumhur ulama, hal ini merupakan amalanyang tidak memerlukan niat karena bukan termasuk ibadahmahdhah, tetapi termasuk hak yang menyangkut hartapeninggalan pewaris. Karena itu wajib bagi ahli waris untukmenunaikannya, baik pewaris mewasiatkan ataupun tidak.

    Asy-syafi'iyah

    Menurut pandangan ulama mazhab Syafi'i hal tersebutwajib ditunaikan sebelum memenuhi hak yang berkaitandengan hak sesama hamba.

    Al-Malikiyah

    Mazhab Maliki berpendapat bahwa hak yangberhubungan dengan Allah wajib ditunaikan oleh ahli

    warisnya sama seperti mereka diwajibkan menunaikan

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    43/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    43

    utang piutang pewaris yang berkaitan dengan hak sesamahamba. Hanya saja mazhab ini lebih mengutamakan agar

    mendahulukan utang yang berkaitan dengan sesama hambadaripada utang kepada Allah.

    Al-Hanabilah

    Ulama mazhab Hambali menyamakan antara utangkepada sesama hamba dengan utang kepada Allah.Keduanya wajib ditunaikan secara bersamaan sebelumseluruh harta peninggalan pewaris dibagikan kepada setiap

    ahli waris.

    4. Washiyat

    Wajib menunaikan seluruh wasiat pewaris selama tidakmelebihi jumlah sepertiga dari seluruh hartapeninggalannya. Hal ini jika memang wasiat tersebutdiperuntukkan bagi orang yang bukan ahli waris, serta tidak

    ada protes dari salah satu atau bahkan seluruh ahli warisnya.Adapun penunaian wasiat pewaris dilakukan setelahsebagian harta tersebut diambil untuk membiayai keperluanpemakamannya, termasuk diambil untuk membayarutangnya.

    Bila ternyata wasiat pewaris melebihi sepertiga darijumlah harta yang ditinggalkannya, maka wasiatnya tidak

    wajib ditunaikan kecuali dengan kesepakatan semua ahliwarisnya. Hal ini berlandaskan sabda Rasulullah saw. ketikamenjawab pertanyaan Sa'ad bin Abi Waqash r.a. --padawaktu itu Sa'ad sakit dan berniat menyerahkan seluruh hartayang dimilikinya ke baitulmal. Rasulullah saw. bersabda: "...Sepertiga, dan sepertiga itu banyak. Sesungguhnya bilaengkau meninggalkan para ahli warismu dalam keadaankaya itu lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam

    kemiskinan hingga meminta-minta kepada orang."

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    44/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    44

    Setelah itu barulah seluruh harta peninggalan pewarisdibagikan kepada para ahli warisnya sesuai ketetapan Al-

    Qur'an, As-Sunnah, dan kesepakatan para ulama (ijma').Dalam hal ini dimulai dengan memberikan warisan kepada :

    ashhabul furudh(ahli waris yang telah ditentukan jumlahbagiannya, misalnya ibu, ayah, istri, suami, dan lainnya),kemudian kepada para 'ashabah (kerabat mayit yangberhak menerima sisa harta waris --jika ada-- setelahashhabul furudh menerima bagian).

    Pada ayat waris, wasiat memang lebih dahulu disebutkandaripada soal utang piutang. Padahal secara syar'i, persoalanutang piutang hendaklah terlebih dahulu diselesaikan, barukemudian melaksanakan wasiat. Oleh karena itu,didahulukannya penyebutan wasiat tentu mengandunghikmah, diantaranya agar ahli waris menjaga dan benar-

    benar melaksanakannya. Sebab wasiat tidak ada yangmenuntut hingga kadang-kadang seseorang engganmenunaikannya. Hal ini tentu saja berbeda dengan utangpiutang. Itulah sebabnya wasiat lebih didahulukanpenyebutannya dalam susunan ayat tersebut.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    45/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    45

    Bab Keempat

    Rukun, Syarat dan Sebab Warisan

    1. Rukun Waris

    Untuk terjadinya sebuah pewarisan harta, maka harus

    terpenuhi tiga rukun waris. Bila salah satu dari tiga rukun initidak terpenuhi, maka tidak terjadi pewarisan.

    Ketiga rukun itu adalah al-muwarrits, al-waarist dan al-mauruts. Lebih rincinya :

    1.1. Al-Muwarits

    Al-Muwarrits ( ) sering diterjemahkan sebagaipewaris, yaitu orang yang memberikan harta warisan.

    Dalam ilmu waris, al-muwarrits adalah orang yangmeninggal dunia, lalu hartanya dibagi-bagi kepada para ahliwaris.

    Harta yang dibagi waris haruslah milik seseorang, bukanmilik instansi atau negara. Sebab instansi atau negarabukanlah termasuk pewaris.

    1.2. Al-Warits

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    46/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    46

    Al-Warits ( ) sering diterjemahkan sebagai ahliwaris, yaitu mereka yang berhak untuk menerima harta

    peninggalan, karena adanya ikatan kekerabatan (nasab)atau ikatan pernikahan, atau lainnya.

    1.3. Harta Warisan

    Harta warits ( ) adalah benda atau hakkepemilikan yang ditinggalkan, baik berupa uang, tanah,dan sebagainya. Sedangkan harta yang bukan milik pewaris,tentu saja tidak boleh diwariskan.

    Misalnya, harta bersama milik suami istri. Bila suamimeninggal, maka harta itu harus dibagi dua terlebih dahuluuntuk memisahkan mana yang milik suami dan mana yangmilik istri. Barulah harta yang milik suami itu dibagi waris.Sedangkan harta yang milik istri, tidak dibagi waris karenabukan termasuk harta warisan.

    2. Syarat Waris

    Selain rukun, juga ada syarat-syarat yang harus terpenuhiuntuk sebuah pewarisan. Bilamana salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak terjadipewarisan. Syarat pewarisan ada tiga:

    2.1. Meninggalnya Muwarrits

    Ada dua macam meninggal yang dikenal oleh para ulamaahli fiqih, yaitu meninggal secara hakiki dan meninggalsecara hukum.

    a. Meninggal secara hakiki

    Meninggal secara hakiki adalah ketika ahli medismenyatakan bahwa seseorang sudah tidak lagi bernyawa,dimana unsur kehidupan telah lepas dari jasad seseorang.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    47/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    47

    b. Meninggal secara hukum

    Meninggal secara hukum adalah seseorang yang olehhakim ditetapkan telah meninggal dunia, meski jasadnyatidak ditemukan.

    Misalnya, seorang yang hilang di dalam medan perang,atau hilang saat bencana alam, lalu secara hukum formaldinyatakan kecil kemungkinannya masih hidup dankemudian ditetapkan bahwa yang bersangkutan telah telahmeninggal dunia.

    Bagi Waris Sebelum Meninggal

    Ada fenomena lucu yang terjadi di tengah masyarakat,yaitu membagi-bagi harta waris sebelum muwarritsnyameninggal dunia. Malah, justru si muwarrits itulah yangmembagi-bagi.

    Padahal dalam hukum waris Islam, tidak terjadi ahli

    waris mendapat harta warisan, manakala seorang muwarritsbelum lagi meninggal dunia.

    Seorang tidak mungkin membagi-bagi warisan dari hartayang dimilikinya sendiri kepada anak-anaknya, pada saat diamasih hidup segar bugar.

    Sebab syarat utama dari masalah warisan adalah bahwapemilik harta itu, yaitu al-muwarrist, sudah meninggal dunia

    terlebih dahulu. Jadi memang tidak mungkin seseorangmembagi-bagikan sendiri harta warisan miliknya kepadaketurunannya.

    Bila hal tersebut dilakukannya, maka sebenarnya yangterjadi adalah hibah (pemberian), bukan warisan. Dan hibahitu sendiri memang tidak ada aturan mainnya. Dan siapapunpada hakikatnya boleh menghibahkan harta miliknya

    kepada siapa saja dengan nilai berapa saja.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    48/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    48

    Tapi konsekuensinya, harta yang sudah dihibahkan itusudah pindah kepemilikan. Bila seseorang telah

    menghibahkan harta kepada anaknya, maka padahakikatnya dia sudah bukan lagi pemiliknya, sebab harta itusudah menjadi milik anaknya sepenuhnya. Bahkan bilakepemilikan itu ditetapkan dengan surat resmi, si anakberhak melalukan perubahan surat kepemilikannya.

    Misalnya seorang ayah menghibahkan sebidang tanahberikut rumah kepada anaknya, maka si anak berhak untuk

    mengubah surat kepemilikan tanah dan rumah itu begitudia menerimanya. Dan konsekuensi lainnya, berhubung sianak telah menjadi pemilik sepenuhnya tanah dan rumahitu, dia pun berhak untuk menjualnya kepada pihak lain.Meski si ayah masih hidup.

    Sedangkan bila si ayah masih ingin memiliki sebidangtanah dan rumah itu selama hidupnya, tapi berpikir untukmemberikannya dengan jumlah yang dikehendakinyakepada anaknya setelah kematiannya, maka hal itu namanyawashiyat.

    Dalam hukum Islam, seorang ahli waris seperti anaktidak boleh menerima washiat berupa harta dari ayahnya(pewaris), sebab Rasulullah SAw bersabda bahwa tidak adawashiyat bukan ahli waris. Maka bila hal itu dilakukan juga,hukumnya haram.

    Jadi yang dibenarkan hanya dua kemungkinan, yaituharta diberikan ketika ayah masih hidup dan namanyahibah. Atau diberikan setelah dia meninggal dan namanyawarisan. Dan ketika dibagi secara warisan, aturanpembagiannya telah baku sesuai dengan nash Al-Quran danAs-Sunnah. Maskudnya, si ayah yang dalam hal ini sebagaipemilik harta, tidak lagi berhak membagi-bagi sendiri harta

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    49/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    49

    warisan untuk para ahli warisnya. Semua harus diserahkankepada hukum warisan, setelah dia meninggal dunia.

    2.2. Hidupnya Ahli Waris

    Hidup yang dimaksud adalah hidup secara hakiki padawaktu pewaris meninggal dunia.

    Ini adalah syarat yang kedua, yaitu orang yang akanmenerima warisan haruslah masih hidup secara hakikiketika pewaris meninggal dunia.

    Seorang anak yang telah meninggal lebih dulu dariayahnya, tidak akan mendapatkan warisan. Meski anak itutelah punya istri dan anak. Istri dan anak itu tidakmendapatkan warisan dari mertua atau kakek mereka.Sebab suami atau ayah mereka meninggal lebih dulu darikakek.

    Jalan keluar dari masalah ini ada tiga kemungkinan.

    Pertama, dengan washiyah wajibah, yaitu si kakekberwashiyat semenjak masih hidup agar cucu danmenantunya diberikan bagian harta. Bukan dengan jalanwarisan melainkan dengan cara washiat.

    Kedua, bisa juga dengan cara kesepakatan di antara paraahli waris untuk mengumpulkan harta dan diberikan kepadasaudara ipar atau kemenakan mereka.

    Ketiga, dengan cara hibah, yaitu si kakek sejak masihhidup telah menghibahkan sebagian hartanya kepadacucunya atau menantunya, sebab dikhawatirkan nanti padasaat membagi warisan, cucu dan menantunya akan tidakmendapat apa-apa.

    Dan jika ada dua orang atau lebih dari golongan yangberhak saling mewarisi meninggal dalam satu peristiwa --

    atau dalam keadaan yang berlainan tetapi tidak diketahui

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    50/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    50

    mana yang lebih dahulu meninggal-- maka di antara merekatidak dapat saling mewarisi harta yang mereka miliki ketika

    masih hidup.

    Hal seperti ini oleh kalangan fuqaha digambarkan sepertiorang yang sama-sama meninggal dalam suatu kecelakaankendaraan, tertimpa puing, atau tenggelam. Para fuqahamenyatakan, mereka adalah golongan orang yang tidakdapat saling mewarisi.

    2.3. Ahli Waris Diketahui

    Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasukjumlah bagian masing-masing, misalnya suami, istri,kerabat, dan sebagainya, sehingga pembagi mengetahuidengan pasti jumlah bagian yang harus diberikan kepadamasing-masing ahli waris. Sebab, dalam hukum warisperbedaan jauh-dekatnya kekerabatan akan membedakanjumlah yang diterima.

    Misalnya, kita tidak cukup hanya mengatakan bahwaseseorang adalah saudara sang pewaris. Akan tetapi harusdinyatakan apakah ia sebagai saudara kandung, saudaraseayah, atau saudara seibu. Mereka masing-masingmempunyai hukum bagian, ada yang berhak menerimawarisan karena sebagai ahlul furudh, ada yang karena'ashabah, ada yang terhalang hingga tidak mendapatkanwarisan (mahjub), serta ada yang tidak terhalang.

    3. Sebab-sebab Adanya Hak Waris

    Ada tiga sebab yang menjadikan seseorang mendapatkanhak waris:

    3.1. Kerabat hakiki

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    51/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    51

    Yaitu hubungan yang ada ikatan nasab, seperti ayah, ibu,anak, saudara, paman, dan seterusnya.

    Seorang anak yang tidak pernah tinggal dengan ayahnyaseumur hidup tetap berhak atas warisan dari ayahnya bilasang ayah meninggal dunia.

    Demikian juga dengan kasus dimana seorang kakek yangtelah punya anak yang semuanya sudah berkeluarga semua,lalu menjelang ajal, si kakek menikah lagi dengan seorangwanita dan mendapatkan anak, maka anak tersebut berhak

    mendapat warisan sama besar dengan anak-anak si kakeklainnya.

    3.2. Pernikahan

    Yaitu terjadinya akad nikah secara legal (syar'i) antaraseorang laki-laki dan perempuan, sekalipun belum atautidak terjadi hubungan intim (bersanggama) antar keduanya.

    Tapi berbeda dengan urusan mahram, yang berhakmewarisi disini hanyalah suami atau istri saja, sedangkanmertua, menantu, ipar dan hubungan lain akibat adanyapernikahan, tidak menjadi penyebab adanya pewarisan,meski mertua dan menantu tinggal serumah. Maka seorangmenantu tidak mendapat warisan apa-apa bila mertuanyameninggal dunia.

    Demikian juga sebaliknya, kakak ipar yang meninggaldunia tidak memberikan wairsan kepada adik iparnya, meskimereka tinggap serumah. Adapun pernikahan yang batilatau rusak, tidak bisa menjadi sebab untuk mendapatkanhak waris. Misalnya pernikahan tanpa wali dan saksi, makapernikahan itu batil dan tidak bisa saling mewarisi antarasuami dan istri.

    3.3. Al-Wala

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    52/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    52

    Yaitu kekerabatan karena sebab hukum. Disebut jugawala al-'itqi dan wala an-ni'mah. Yang menjadi penyebab

    adalah kenikmatan pembebasan budak yang dilakukanseseorang. Maka dalam hal ini orang yangmembebaskannya mendapat kenikmatan berupakekerabatan (ikatan) yang dinamakan wala al-'itqi.

    Orang yang membebaskan budak berarti telahmengembalikan kebebasan dan jati diri seseorang sebagaimanusia. Karena itu Allah SWT menganugerahkan

    kepadanya hak mewarisi terhadap budak yang dibebaskan,bila budak itu tidak memiliki ahli waris yang hakiki, baikadanya kekerabatan (nasab) ataupun karena adanya talipernikahan.

    Namun di zaman sekarang ini, seiring dengan sudahtidak berlaku lagi sistem perbudakan di tengah peradabanmanusia, sebab yang terakhir ini nyaris tidak lagi terjadi.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    53/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    53

    Bab Kelima

    Gugurnya Warisan

    Bersama dengan kajian tentang siapa saja yang berhakmendapat warisan, ada juga hal-hal yang membuatseseorang yang seharusnya mendapat warisan, namun

    karena satu dan lain hal, haknya menjadi gugur. Sehinggaorang tersebut tidak jadi menerima warisan.

    1. Hal-hal Yang Menggugurkan Warisan

    Hal-hal yang bisa menggugur hak waris seseorang adatiga:

    1.1. Pembunuhan

    Apabila seorang ahli waris membunuh pewaris (misalnyaseorang anak membunuh ayahnya), maka gugurlah haknyauntuk mendapatkan warisan dari ayahnya. Si Anak tidak lagiberhak mendapatkan warisan akibat perbuatannya. Hal iniberdasarkan sabda Rasulullah saw.:

    "Tidaklah seorang pembunuh berhak mewarisi harta orang yangdibunuhnya. "

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    54/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    54

    Dari pemahaman hadits Nabi tersebut lahirlah ungkapanyang sangat masyhur di kalangan fuqaha yang sekaligus

    dijadikan sebagai kaidah:

    Siapa yang menyegerakan agar mendapatkan sesuatu sebelumwaktunya, maka dia tidak mendapatkan bagiannya.

    Ada perbedaan di kalangan fuqaha tentang penentuanjenis pembunuhan.

    Mazhab Hanafi menentukan bahwa pembunuhan yangdapat menggugurkan hak waris adalah semua jenispembunuhan yang wajib membayar kafarat.Mazhab Maliki berpendapat bahwa hanya pembunuhanyang disengaja atau yang direncanakan yang dapatmenggugurkan hak waris.Mazhab Syafi'i mengatakan bahwa pembunuhan

    dengan segala cara dan macamnya tetap menjadipenggugur hak waris, sekalipun hanya memberikankesaksian palsu dalam pelaksanaan hukuman rajam,atau bahkan hanya membenarkan kesaksian para saksilain dalam pelaksanaan qishash atau hukuman matipada umumnya.Mazhab Hambali berpendapat bahwa pembunuhanyang dinyatakan sebagai penggugur hak waris adalahsetiap jenis pembunuhan yang mengharuskan pelakunyadiqishash, membayar diyat, atau membayar kafarat.Selain itu tidak tergolong sebagai penggugur hak waris.

    1.2. Perbedaan Agama

    Seorang muslim tidak dapat mewarisi ataupun diwarisioleh orang non muslim, apa pun agamanya. Maka seorang

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    55/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    55

    anak tunggal dan menjadi satu-satunya ahli waris dariayahnya, akan gugur haknya dengan sendiri bila dia tidak

    beragama Islam.

    Dan siapapun yang seharusnya termasuk ahli waris,tetapi kebetulan dia tidak beragama Islam, tidak berhakmendapatkan harta warisan dari pewaris yang muslim. Halini telah ditegaskan Rasulullah saw. dalam sabdanya:

    "

    Tidaklah berhak seorang muslim mewarisi orang kafir, dantidak pula orang kafir mewarisi muslim." (Bukhari danMuslim)

    Jumhur ulama berpendapat demikian, termasuk keempatimam mujtahid, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik,Imam Asy-syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal.

    Namun sebagian ulama yang mengaku bersandar pada

    pendapat Mu'adz bin Jabal r.a. yang mengatakan bahwaseorang muslim boleh mewarisi orang kafir, tetapi tidakboleh mewariskan kepada orang kafir. Alasan merekaadalah bahwa Al-islam ya'lu walaayu'la 'alaihi (unggul, tidakada yang mengunggulinya).

    Sebagian ulama ada yang menambahkan satu hal lagisebagai penggugur hak mewarisi, yakni murtad. Orang yang

    telah keluar dari Islam dinyatakan sebagai orang murtad.Dalam hal ini ulama membuat kesepakatan bahwa murtadtermasuk dalam kategori perbedaan agama, karenanyaorang murtad tidak dapat mewarisi orang Islam.

    Sementara itu, di kalangan ulama terjadi perbedaanpandangan mengenai kerabat orang yang murtad, apakahdapat mewarisinya ataukah tidak. Maksudnya, bolehkah

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    56/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    57/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    57

    tuannya, dengan persyaratan yang disepakati kedua belahpihak).

    Alhasil, semua jenis budak merupakan penggugur hakuntuk mewarisi dan hak untuk diwarisi disebabkan merekatidak mempunyai hak milik.

    2. Perbedaan Mahrum dan Mahjub

    Ada perbedaan yang sangat halus antara pengertian al-mahrum dan al-mahjub, yang terkadang membingungkansebagian orang yang sedang mempelajari faraid. Karena itu,ada baiknya juga dijelaskan perbedaan makna antara keduaistilah tersebut.

    Seseorang yang tergolong ke dalam salah satu sebab dariketiga hal yang dapat menggugurkan hak warisnya, sepertimembunuh atau berbeda agama, di kalangan fuqaha dikenaldengan istilah mahrum. Sedangkan mahjub adalah

    hilangnya hak waris seorang ahli waris disebabkan adanyaahli waris yang lebih dekat kekerabatannya atau lebih kuatkedudukannya.

    Sebagai contoh, adanya kakek bersamaan dengan adanyaayah, atau saudara seayah dengan adanya saudara kandung.Jika terjadi hal demikian, maka kakek tidak mendapatkanbagian warisannya dikarenakan adanya ahli waris yang lebih

    dekat kekerabatannya dengan pewaris, yaitu ayah.Begitu juga halnya dengan saudara seayah, ia tidak

    memperoleh bagian disebabkan adanya saudara kandungpewaris. Maka kakek dan saudara seayah dalam hal inidisebut dengan istilah mahjub.

    Untuk lebih memperjelas gambaran tersebut, sayasertakan contoh kasus dari keduanya.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    58/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    58

    Contoh PertamaSeorang suami meninggal dunia dan meninggalkan

    seorang istri, saudara kandung, dan anak --dalam hal ini,anak kita misalkan sebagai pembunuh. Maka pembagiannyasebagai berikut: istri mendapat bagian seperempat hartayang ada, karena pewaris dianggap tidak memiliki anak.Kemudian sisanya, yaitu tiga per empat harta yang ada,menjadi hak saudara kandung sebagai 'ashabah

    Dalam hal ini anak tidak mendapatkan bagian

    disebabkan ia sebagai ahli waris yang mahrum. Kalau sajaanak itu tidak membunuh pewaris, maka bagian istriseperdelapan, sedangkan saudara kandung tidakmendapatkan bagian disebabkan sebagai ahli waris yangmahjub dengan adanya anak pewaris. Jadi, sisa harta yangada, yaitu 7/8, menjadi hak sang anak sebagai 'ashabah.

    Contoh KeduaSeseorang meninggal dunia dan meninggalkan ayah, ibu,

    serta saudara kandung. Maka saudara kandung tidakmendapatkan warisan dikarenakan ter-mahjub oleh adanyaahli waris yang lebih dekat dan kuat dibandingkan mereka,yaitu ayah pewaris.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    59/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    59

    Bab Keenam

    Penghalang Warisan (Al-Hujub)

    1. Definisi

    Al-hujub dalam bahasa Arab bermakna 'penghalang'.

    Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:

    Sekali-kali tidak sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka" (QS. Al-Muthaffifin : 15)

    Yang dimaksud oleh ayat ini adalah kaum kuffar yang

    benar-benar akan terhalang, tidak dapat melihat Tuhanmereka di hari kiamat nanti.

    Selain itu, dalam bahasa Arab juga kita kenal kata hajibyang bermakna 'tukang atau penjaga pintu', disebabkan iamenghalangi orang untuk memasuki tempat tertentu tanpaizin guna menemui para penguasa atau pemimpin.

    Jadi, bentuk isim fa'il (subjek) untuk kata hajaba adalah

    hajib dan bentuk isim maf'ul (objek) ialah mahjub. Maka

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    60/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    60

    makna al-hajib menurut istilah ialah orang yangmenghalangi orang lain untuk mendapatkan warisan, dan

    al-mahjub berarti orang yang terhalang mendapatkanwarisan.

    Adapun pengertian al-hujub menurut kalangan ulamafaraid adalah menggugurkan hak ahli waris untuk menerimawaris, baik secara keseluruhannya atau sebagian sajadisebabkan adanya orang yang lebih berhak untukmenerimanya.

    2. Macam-macam al-Hujub

    Al-hujub terbagi dua, yakni al-hujub bil washfi(sifat/julukan), dan al-hujub bi asy-syakhshi (karena oranglain).

    Al-hujub bil washfi berarti orang yang terkena hujubtersebut terhalang dari mendapatkan hak waris secara

    keseluruhan, misalnya orang yang membunuh pewarisnyaatau murtad. Hak waris mereka menjadi gugur atauterhalang.

    Sedangkan al-hujub bi asy-syakhshi yaitu gugurnyahak waris seseorang dikarenakan adanya orang lain yanglebih berhak untuk menerimanya. Al-hujub bi asy-syakhshiterbagi dua: hujub hirman dan hujub nuQShan. Hujub

    hirman yaitu penghalang yang menggugurkan seluruh hakwaris seseorang.

    Misalnya, terhalangnya hak waris seorang kakek karenaadanya ayah, terhalangnya hak waris cucu karena adanyaanak, terhalangnya hak waris saudara seayah karena adanyasaudara kandung, terhalangnya hak waris seorang nenekkarena adanya ibu, dan seterusnya.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    61/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    61

    Adapun hujub nuqshan (pengurangan hak) yaitupenghalangan terhadap hak waris seseorang untuk

    mendapatkan bagian yang terbanyak. Misalnya,penghalangan terhadap hak waris ibu yang seharusnyamendapatkan sepertiga menjadi seperenam disebabkanpewaris mempunyai keturunan (anak).

    Demikian juga seperti penghalangan bagian seorangsuami yang seharusnya mendapatkan setengah menjadiseperempat, sang istri dari seperempat menjadi

    seperdelapan karena pewaris mempunyai anak, danseterusnya.

    Satu hal yang perlu diketahui di sini, dalam dunia faraidapabila kata al-hujub disebutkan tanpa diikuti kata lainnya,maka yang dimaksud adalah hujub hirman. Ini merupakanhal mutlak dan tidak akan dipakai dalam pengertian hujubnuQShan.

    3. Ahli Waris yang Tidak Terkena Hujub Hirman

    Ada sederetan ahli waris yang tidak mungkin terkenahujub hirman. Mereka terdiri dan enam orang yang akantetap mendapatkan hak waris. Keenam orang tersebutadalah :

    1. Anak kandung laki-laki

    2.

    Anak kandung perempuan3. Ayah4. Ibu5. Suami6. Istri

    Bila orang yang mati meninggalkan salah satu atau

    bahkan keenamnya, maka mereka ini pasti mendapat

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    62/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    62

    warisan. Sebab tidak ada penghalang antara mereka denganalmarhum yang wafat.

    4. Ahli Waris yang Dapat Terkena Hujub Hirman

    Ada 16 orang yang dapat terkena hujub hirman ada enambelas, sebelas terdiri dari laki-laki dan lima dari wanita.Mereka ini mungkin mendapat warisan tapi mungkin jugaterhalang sehingga tidak mendapatkan warisan.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    63/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    63

    Bab Kedelapan

    Ashabul Furudh & Ashabah

    1. Ashhabul Furudh

    Ashabul furudh adalah para ahli waris yang nilai haknyatelah ditetapkan secara langsung dan mendapatkan hartawaris terlebih dahulu, sebelum para ashabah.

    Jumlah bagian yang telah ditentukan Al-Qur'an adaenam macam, yaitu :

    setengah (1/2) seperempat (1/4) seperdelapan (1/8) dua per tiga (2/3) sepertiga (1/3)

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    64/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    64

    seperenam (1/6).Kini mari kita kenali pembagiannya secara rinci, siapa

    saja ahli waris yang termasuk ashhabul furudh denganbagian yang berhak ia terima.

    2. Ashabah

    Kata 'ashabab dalam bahasa Arab berarti kerabatseseorang dari pihak bapak. Disebut demikian, dikarenakanmereka --yakni kerabat bapak-- menguatkan dan

    melindungi.Dalam kalimat bahasa Arab banyak digunakan kata

    'ushbah sebagai ungkapan bagi kelompok yang kuat.Demikian juga di dalam Al-Qur'an, kata ini sering kalidigunakan, di antaranya dalam firman Allah berikut:

    "Mereka berkata: 'Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedangkami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikianadalah orang-orang yang merugi.'" (QS. Yusuf: 14)

    Maka jika dalam faraid kerabat diistilahkan dengan'ashabah hal ini disebabkan mereka melindungi danmenguatkan. Inilah pengertian 'ashabah dari segi bahasa.

    Sedangkan pengertian 'ashabah menurut istilah para

    fuqaha ialah : ahli waris yang tidak disebutkanbanyaknya bagiannya dengan tegas.

    Sebagai contoh, anak laki-laki, cucu laki-laki keturunananak laki-laki, saudara kandung laki-laki dan saudara laki-laki seayah, dan paman (saudara kandung ayah).Kekerabatan mereka sangat kuat dikarenakan berasal daripihak ayah.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    65/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    65

    Pengertian 'ashabah yang sangat masyhur di kalanganulama faraid ialah orang yang menguasai harta waris karena

    ia menjadi ahli waris tunggal. Selain itu, ia juga menerimaseluruh sisa harta warisan setelah ashhabul furudhmenerima dan mengambil bagian masing-masing.

    2.1. Dalil Hak Waris Para 'Ashabah

    Dalil yang menyatakan bahwa para 'ashabah berhakmendapatkan waris kita dapati di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dalil Al-Qur'an yang dimaksud ialah :

    Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnyaseperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itumempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyaianak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya

    mendapat sepertiga" (an-Nisa': 11).

    Dalam ayat ini disebutkan bahwa bagian kedua orang tua(ibu dan bapak) masing-masing mendapatkan seperenam(1/6) apabila pewaris mempunyai keturunan. Tetapi bilapewaris tidak mempunyai anak, maka seluruh hartapeninggalannya menjadi milik kedua orang tua.

    Ayat tersebut juga telah menegaskan bahwa bila pewaris

    tidak mempunyai anak, maka ibu mendapat bagiansepertiga (1/3). Namun, ayat tersebut tidak menjelaskanberapa bagian ayah.

    Dari sini dapat kita pahami bahwa sisa setelah diambilbagian ibu, dua per tiganya (2/3) menjadi hak ayah. Dengandemikian, penerimaan ayah disebabkan ia sebagai 'ashabah.

    Dalil Al-Qur'an yang lainnya ialah :

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    66/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    66

    Jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anakdan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranyayang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya,dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh hartasaudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak. (QS. An-Nisa': 176).

    Pada ayat ini tidak disebutkan bagian saudara kandung.Namun, yang disebutkan justru saudara kandung akanmenguasai (mendapatkan bagian) seluruh harta peninggalanyang ada bila ternyata pewaris tidak mempunyai keturunan.

    Kemudian, makna kalimat "wahuwa yaritsuha" memberiisyarat bahwa seluruh harta peninggalan menjadi haknya.Inilah makna 'ashabah.

    Sedangkan dalil dari As-Sunnah adalah apa yangdisabdakan Rasulullah saw.:

    "Bagikanlah harta peninggalan (warisan) kepada yang berhak,dan apa yang tersisa menjadi hak laki-laki yang paling utama. "

    (HR Bukhari)Hadits ini menunjukkan perintah Rasulullah saw. agar

    memberikan hak waris kepada ahlinya. Maka jika masihtersisa, hendaklah diberikan kepada orang laki-laki yangpaling utama dari 'ashabah.

    Ada satu keistimewaan dalam hadits ini menyangkut katayang digunakan Rasulullah dengan menyebut "dzakar"

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    67/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    67

    setelah kata "rajul", sedangkan kata "rajul" jelasmenunjukkan makna seorang laki-laki.

    Hal ini dimaksudkan untuk menghindari salah paham,jangan sampai menafsirkan kata ini hanya untuk orangdewasa dan cukup umur. Sebab, bayi laki-laki pun berhakmendapatkan warisan sebagai 'ashabah dan menguasaiseluruh harta warisan yang ada jika dia sendirian. Inilahrahasia makna sabda Rasulullah saw. dalam hal penggunaankata "dzakar".

    2.3. Macam-macam 'Ashabah

    'Ashabah terbagi dua yaitu: 'ashabah nasabiyah (karenanasab) dan 'ashabah sababiyah (karena sebab). Jenis'ashabah yang kedua ini disebabkan memerdekakan budak.Oleh sebab itu, seorangtuan (pemilik budak)dapat menjadi ahli waris

    bekas budak yangdimerdekakannyaapabila budak tersebuttidak mempunyaiketurunan.

    Sedangkan 'ashabah nasabiyah terbagi tiga yaitu:

    'ashabah bin nafs (nasabnya tidak tercampur unsur

    wanita),

    'ashabah bil ghair (menjadi 'ashabah karena yang lain)

    'ashabah ma'al ghair (menjadi 'ashabah bersama-samadengan yang lain).

    3.1. 'Ashabah bin nafs

    CatatanDalam dunia faraid, apabila lafazh

    'ashabah disebutkan tanpa diikutikata lainnya (tanpa dibarengi bilghair atau ma'al ghair), maka yang

    dimaksud adalah 'ashabah bin nafs.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    68/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    68

    'Ashabah bin nafs, yaitu laki-laki yang nasabnya kepadapewaris tidak tercampuri kaum wanita, mempunyai empat

    arah, yaitu:

    1. Arah anak, mencakup seluruh laki-laki keturunan anaklaki-laki mulai cucu, cicit, dan seterusnya.

    2. Arah bapak, mencakup ayah, kakek, dan seterusnya, yangpasti hanya dari pihak laki-laki, misalnya ayah dari bapak,ayah dari kakak, dan seterusnya.

    3. Arah saudara laki-laki, mencakup saudara kandung laki-laki, saudara laki-laki seayah, anak laki-laki keturunansaudara kandung laki-laki, anak laki-laki keturunan saudaralaki-laki seayah, dan seterusnya. Arah ini hanya terbataspada saudara kandung laki-laki dan yang seayah, termasukketurunan mereka, namun hanya yang laki-laki. Adapun

    saudara laki-laki yang seibu tidak termasuk 'ashabahdisebabkan mereka termasuk ashhabul furudh.

    4. Arah paman, mencakup paman (saudara laki-laki ayah)kandung maupun yang seayah, termasuk keturunan mereka,dan seterusnya.

    Keempat arah 'ashabah bin nafs tersebut kekuatannya

    sesuai urutan di atas. Arah anak lebih didahulukan (lebihkuat) daripada arah ayah, dan arah ayah lebih kuat daripadaarah saudara.

    3.3.Hukum 'Ashabah bin nafs

    Telah saya jelaskan bahwa 'ashabah bi nafsihimempunyai empat arah, dan derajat kekuatan hak warisnyasesuai urutannya. Bila salah satunya secara tunggal

    (sendirian) menjadi ahli waris seorang yang meninggal

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    69/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    69

    dunia, maka ia berhak mengambil seluruh warisan yang ada.Namun bila ternyata pewaris mempunyai ahli waris dari

    ashhabul furudh, maka sebagai 'ashabah mendapat sisaharta setelah dibagikan kepada ashhabul furudh. Dan bilasetelah dibagikan kepada ashhabul furudh ternyata tidakada sisanya, maka para 'ashabah pun tidak mendapatbagian. Sebagai misal, seorang istri wafat dan meninggalkansuami, saudara kandung perempuan, saudara laki-lakiseayah.

    Sang suami mendapat bagian setengah (1/2), saudaraperempuan mendapat bagian setengah (1/2). Saudaraseayah tidak mendapat bagian disebabkan ashhabul furudhtelah menghabiskannya.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    70/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    71/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    71

    Bab Ketujuh

    Para Ahli Waris

    Salah satu kendala terbesar dalam mengerti danmenghafal siapa saja ahli waris adalah tidak adanya diagramatau struktur keluarga (family chart).

    Apalagi ditambah dengan penyebutan yang relatif antara

    satu ahli waris dengan yang lainnya. Seorang ahli waris bisasaja dia menjadi 'ayah' bagi ahli waris lainnya. Tapi dalamwaktu yang sama, dia adalah 'anak' dari seseorang. Bahkandia juga seorang 'kakek', atau 'paman', 'saudara','keponakan', 'cucu' bagi seseorang. Dan begitulahseterusnya.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    72/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    72

    Relatifitas ini akan menyulitkan kita dalam memahamiduduk masalah. Maka dengan bantuan diagram struktur

    keluarga ini, kita akan dimudahkan.

    Selain itu istilah-istilah yang kita gunakan dalam bahasaIndonesia sering tidak baku. Katakanlah sebagai contoh,akh li ab wa li um( ), sering kita terjemahkan menjadisaudara kandung. Sebagian orang memahami istilah saudarakandung adalah saudara yang sama-sama satu kandunganibu, dimana ayah mereka bisa saja berbeda. Dan itu adalah

    saudara seibu ( ).Untuk itu diagram ini selain berbahasa Indonesia, juga

    dilengkapi juga dengan istilah dalam bahasa Arab aslinya.

    Diagram ini juga dilengkapi dengan nomor ahli waris,yang sepenuhnya merupakan ijtihad penulis sendiri. Sekedaruntuk memastikan identitas seorang ahli waris, agar tidaktertukar-tukar penyebutannya dengan ahli waris yang lain.

    Kira-kira seperti id number kalau dalam sistem database.Selain itu, diagram ini juga dilengkapi dengan daftar

    orang-orang yang terhijab oleh seorang ahli waris. Sehinggadengan mudah kita bisa memastikan siapa saja dari merekayang terhijab, cukup dengan sekali melihat bagan.

    Terakhir, diagram ini juga dilengkapi dengan bagian-bagian yang mungkin akan bisa diterima oleh seorang ahli

    waris.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    73/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    73

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    74/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    74

    1. Anak Laki-laki ( )

    Kita urutkan pada nomor satu dalam daftar strukturkeluarga adalah anak laki-laki. Mengingat kedudukan anaklaki-laki sangat berpengaruh kepada nasib ahli waris yanglain. Untuk seterusnya agar memudahkan, kita tinggalmenggunakan nomor urut satu sebagai id buat anak laki-laki.

    1.1. Bagian

    Asabah (sisa harta) dan mendapat 2 kali bagian anakperempuan.

    Seorang anak laki-laki mendapat warisan dengan caraashabah, yaitu sisa harta yang sebelumnya diambil oleh ahliwaris lain. Karena mendapat sisa, maka besarannya tidakpasti, tergantung seberapa besar sisa yang ada.

    Terkadang sisanya besar, terkadang sisanya kecil. Bahkan

    bisa saja sisanya sama dengan seluruh harta, misalnyakarena almarhum tidak punya ahli waris lain selain anaklaki-laki. Tetapi seorang anak laki-laki tidak mungkin tidakkebagian harta waris.

    Akan lebih tergambar kalau kita masukkan ke dalamcontoh-contoh yang nyata.

    Contoh Pertama :

    Seseorang meninggal dunia dengan nilai total warisansebesar 10 milyar, tanpa memiliki istri atau anakperempuan. Ahli warisnya hanyalah seorang anak laki-lakitunggal satu-satunya.

    Penyelesaiannya adalah anak laki-laki satu-satunya itumewarisi seluruh harta ayahnya, sebesar 10 milyar. Karenaanak laki-laki memang mendapat semua sisa harta, yang

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    75/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    76/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    77/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    77

    Anak laki-laki 4 1/8 1 milyarAnak laki-laki 5 1/8 1 milyar

    Anak laki-laki 6 1/8 1 milyarAnak laki-laki 7 1/8 1 milyar

    1.2. Menghijab

    Ahli Waris id saudara seayah-ibu saudari seayah-ibu

    saudara seayah saudari seayah keponakan : anak saudara seayah-ibu keponakan : anak saudara seayah paman : saudara ayah seayah-ibu paman : saudara ayah seayah sepupu : anak laki paman seayah-ibu

    sepupu : anak laki paman seayah cucu : anak laki dari anak laki cucu : anak wanita dari anak laki saudara & saudari seibu

    91011121314151617

    18192022

    1.3. Dihijab oleh :

    Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya bahwa anaklaki-laki tidak dihijab oleh siapa pun. Karena posisinya yang

    langsung berhubungan dengan muwarrits.

    * * *

    2. Anak Perempuan ( )

    Anak perempuan yang dimaksud adalah anakperempuan dari muwarrits yang telah meninggal dunia. Kita

    letakkan pada nomor urut dua, karena posisinya yang

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    78/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    78

    sangat dekat dengan muwarrits, serta bersisian dengan anaklak-laki yang berada pada nomor urut satu.

    2.1. Bagian

    1/2 = menjadi satu-satunya anak almarhum2/3 = dua orang atau lebih dan almarhum tak ada anak

    laki

    ashabah = almarhum punya anak lak-laki denganketentuan bagiannya 1/2 dari bagian anak laki-laki

    Anak perempuan bisa punya tiga kemungkinan dalammenerima waris dari orang tuanya.

    Pertama, dia mendapat 1/2 atau separuh dari semua hartawarisan. Syaratnya, dia menjadi anak tunggal darimuwarritsnya. Artinya, dia tidak punya saudara satu punbaik saudara laki-laki atau pun saudara perempuan.

    Dan apabila ia (anak perempuan) hanya seorang, maka iamendapat separuh harta warisan yang ada..(QS. An-Nisa : 11)

    Kedua, dia mendapat 2/3 dari semua harta. Syaratnya, diatidak sendirian. Dia punya saudara perempuan sehinggaminimal mereka berdua. Dan mereka semua akan mendapat

    jatah total (bukan masing-masing) 2/3 bagian, selamasemuanya perempuan dan tidak ada saudara laki-laki satupun.

    Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, makabagi mereka dua per tiga dari harta yang ditinggalkan ..." (QS.An-Nisa': 11)

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    79/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    79

    Ketiga, kalau dia punya saudara laki-laki, dia bersama anaklaki-laki akan mendapat ashabah atau sisa. Harta sisa itu

    dibagi rata dengan semua saudara atau saudarinya denganketentuan dia mendapat 1/2 dari jatah yang diterimasaudara laki-lakinya.

    Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusakauntuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelakisama dengan bahagian dua orang anak perempuan. (QS. An-Nisa : 11)

    2.2. Menghijab

    cucu : anak wanita dari anak lakisaudara & saudari seibu

    2022

    Ada 2 orang yangdihijab oleh anak

    perempuan. Pertama,saudara atau saudariseibu tidak seayah.Kedua, cucu perempu-an almarhum, dengansyarat jumlah anakperempuan itu duaorang atau lebih dan

    tidak ada cucu laki-laki yang menjadikan cucu perempuansebagai ashabah bersamanya.

    2.3. Dihijab Oleh :

    Seorang anak perempuan tidak pernah dihijab oleh siapapun, karena tidak ada penghalang antara dirinya denganmuwarritsnya, yaitu ayah kandungnya sendiri.

    * * *

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    80/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    80

    3. Istri ( )

    Seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, makadia menjadi ahli waris, berhak menerima sebagian hartayang sebelumnya milik suaminya.

    Sedangkan harta yang dimiliki bersama antara suamiistri, tidak dibagi waris begitu saja, namun dipisahkanterlebih dahulu. Yang menjadi bagian istri, tentu tidakdibagi waris. Yang dibagi waris hanya yang menjadi bagiansuami.

    3.1. Bagian

    Seorang istri punya dua kemungkinan dalam menerimabagian, yaitu 1/4 atau 1/8 sebagaimana disebutkan di dalamayat 11 surat A-Nisa'.

    Pertama, bila suami yang meninggal itu tidak punyafara'

    waris5, maka hak istri adalah 1/4 bagian dari hartapeninggalan almarhum suaminya.

    "Dan mereka mendapat 1/4 dari apa yang kamu tinggalkanbila kamu tidak mempunyai anak (QS. An-Nisa': 12)

    Kedua, kalau suami punya fara' waris, artinya dia punyaketurunan yang mendapatkan warisan, maka bagian istriadalah adalah 1/8 dari harta peninggalan suami.

    5 Diantara fara' waris antara lain : anak laki-laki, anak

    perempuan, juga anak laki-laki atau anak perempuan dari anak laki-

    laki (cucu). Sedangkan anak laki atau anak perempuan dari anak

    perempuan, meski termasuk cucu juga, namun kedudukannya bukan

    termasuk fara' waris, karena cucu dari anak perempuan tidak

    termasuk dalam daftar ahli waris penerima warisan.

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    81/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    81

    "... Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperolehseperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhiwasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu ..." (QS. An-Nisa': 12)

    3.2. Menghijab

    Kedudukan seorang istri tidak menghijab siapa pun dariahli waris suami. Keberadaannya hanya sekedar mengurangiharta saja, tetapi tidak membuat seseorang menjadikehilangan haknya.

    3.3. Dihijab oleh

    Karena hubungan langsung antara istri dan suami, makatidak ada seorang pun yang bisa menjadi penghalang antaramereka. Dengan demikian, istri tidak dihijab oleh siapa pun.

    * * *

    4. Suami

    Seorang laki-laki yang ditinggal mati oleh istrinya, makadia menjadi ahli waris, berhak menerima sebagian hartayang sebelumnya milik istrinya.

    Sedangkan harta yang dimiliki bersama antara suami

    istri, tidak dibagi waris begitu saja, namun dipisahkanterlebih dahulu. Yang menjadi bagian suami, tentu tidakdibagi waris. Yang dibagi waris hanya yang menjadi bagianistri.

    4.1. Bagian

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    82/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    82

    Seorang suami punya dua kemungkinan bagian, yaitu1/2 atau 1/4 sebagaimana disebutkan di dalam ayat 11

    surat A-Nisa'.Pertama, bila istri yang meninggal itu tidak punya fara'

    waris, maka hak suami 1/2 bagian dari harta peninggalanalmarhumah istrinya.

    "... dan bagi kalian (para suami) mendapat separuh dari hartayang ditinggalkan istri-istri kalian, bila mereka (para istri)tidak mempunyai anak ..." (QS. An-Nisa': 12)

    Kedua, kalau istri punya fara' waris, artinya dia punyaketurunan yang mendapatkan warisan, maka bagian suamiadalah adalah 1/4 dari harta peninggalan istri.

    "... Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamumendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya (QS. An-Nisa': 12)

    4.2. Menghijab

    Kedudukan seorang suami tidak menghijab siapa pundari ahli waris istri. Keberadaannya hanya sekedarmengurangi harta saja, tetapi tidak membuat seseorang

    menjadi kehilangan haknya.4.3. Dihijab oleh

    Karena hubungan langsung antara istri dan suami, makatidak ada seorang pun yang bisa menjadi penghalang antaramereka. Dengan demikian, suami tidak dihijab oleh siapapun.

    * * *

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    83/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    83

    5. Ayah

    Seorang ayah yang ditinggal mati oleh anaknya, baikanak itu laki-laki atau perempuan, termasuk orang yangberhak mendapatkan warisan. Tentu saja syaratnya adalahayah masih hidup saat sang anak meninggal dunia. Kalauayah sudah meninggal dunia terlebih dahulu, tidak menjadiahli waris.

    5.1. Bagian

    Seorang ayah punya tiga macam kemungkinan dalammenerima hak warisnya.

    1/6 = almarhum punya fara' waris laki-laki1/6 + sisa = almarhum punya fara' waris wanita, tidak

    punya fara' waris laki-lakiAshabah = almarhum tidak punya fara' waris

    Pertama, dia menerima 1/6 bagian dari harta anaknyayang meninggal. Syaratnya, almarhum anaknya itu punyafara' warislaki-laki. Misalnya anak laki-laki atau cucu laki-lakidari anak laki-laki.

    Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya

    seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itumempunyai anak ..." (QS. An-Nisa': 11)

    Kedua, dia menerima 1/6 dan ditambah lagi dengansisa harta yang ada. Hal itu terjadi manakala almarhum yaitu

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    84/117

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    85/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    85

    ayah telah menghijab mereka dan mengambil hak asabah ituuntuk dirinya, dengan dasar dalil di atas.

    Ketiga, ayah mendapat seluruh harta dengan caraashabah, setelah ashabul furudh mengambil bagiannya.Syaratnya, almarhum tidak punya fara' waris, baik laki-lakiatau pun perempuan.

    Bila dia tidak punya anak, maka ayah ibunya mewarisihartanya dimana bagian ibu adalah sepertiga." (QS. An-Nisa':11)

    Di ayat ini tidak tertera kalimat yang secara langsungmenyebutkan bahwa ayah mendapat sisanya. Hanyadisebutkan bahwa ayah dan ibu itu menerima warisan darianak mereka bersama-sama. Dan yang menjadi bagian buatibu adalah 1/3. Logikanya, kalau bagian itu ibu sudahdisebutkan maka bagian ayah pasti diketahui, yaitu sisanya.

    Contohnya, seseorang wafat meninggalkan hanyaseorang istri dan seorang ayah. Maka istri adalah ahli warisdari kalangan ashabul furud, jatahnya adalah 1/4 bagian,karena almarhum tidak punya fara' waris. Sisanya yang 3/4bagian menjadi hak ayah sebagai ashabah bi nafsihi.

    5.2. Menghijab

    Ayah termasuk orang yang cukup banyak menghijabahli waris yang lain, selain anak laki-laki. Ada 12 ahli warisyang dihijab dan tidak mendapatkan harta warisan, karenakeberadaan ayah dari almarhum.

    Mereka yang terhijab oleh ayah adalah :

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    86/117

    Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc

    86

    kakek : ayahnya ayahNenek : ibunya ayah

    saudara seayah-ibusaudari seayah-ibusaudara seayahsaudari seayahkeponakan : anak saudara seayah-ibukeponakan : anak saudara seayahpaman : saudara ayah seayah-ibu

    paman : saudara ayah seayahsepupu : anak laki paman seayah-ibusepupu : anak laki paman seayah

    78

    9101112131415

    161718

    5.3. Dihijab oleh

    Seorang ayah tidak terhijab oleh siapa pun dari para ahliwaris yang lain. Karena hubungan ayah dengan anaknyayang menjadi muwarrits adalah hubungan langsung.

    * * *

    6. Ibu

    Ibu adalah orang yang juga dekat dengan anaknya yangmeninggal dunia. Bila saat meninggalnya, ibu masih ada,sudah dipastikan ibu mendapat warisan.

    6.1. Bagian

    Seorang ibu punya tiga macam kemungkinan dalammenerima hak warisnya.

    1/6 = almarhum punya fara' waris1/3 = almarhum tidak punya fara' waris1/3 dari sisa = bila almarhum punya fara' waris (hanya

    dalam kasus umariyatain)

  • 8/10/2019 KITAB WARIS.pdf

    87/117

    Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris

    87

    Pertama, ibu mendapat 1/6 dari harta almarhumanaknya yang wafat, bila anaknya itu punyafara' waris.

    Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnyaseperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itumempunyai anak ..." (QS. An-Nisa': 11)

    Kedua, seorang ibu mendapat 1/3 dari hartapeninggalan almarhum anaknya, bila anaknya tidak punya

    fara' waris.

    Bila dia tidak punya anak, maka ayah ibunya mewarisihartanya dimana bagian ibu adalah sepertiga." (QS. An-Nisa':11)

    Ketiga, ibu mendapatkan 1/3 dari sisa harta yang sudah

    diambil oleh para ashabul furudh, namun haknya yang 1/3tidak berlaku.

    Pembagian ini hanya terjadi bila seseorang wafat denganmeninggalkan hanya 3 orang ahli waris, yaitu suami/istri,ayah dan ibu. Kasus ini terjadi di zaman khalifah Umar binal-Khattab dan dikenal dengan istilah kasus Umariyatain.7

    7Istilah kasus Umariyatain adalah dua kasus yang ditetapkan olehUmar bin al-Khattab radhiyallahuanhu. Kasus pertama melibatkan 3

    orang ahli waris, yaitu suami, ayah dan ibu. Kasus kedua melibatkan 3orang juga yaitu istri, ayah dan ibu.

    Dalam hal ini ada perbedaan pendapat dalam menafsirkan firman

    Allah pada kata : .Menurut Khalifah Umar dan kebanyakan para shahabat nabi serta