-
Acara I
KINETIKA FERMENTASI DALAMPRODUKSI MINUMAN VINEGAR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI FERMENTASI
Disusun oleh :Nama : Talentea Cezar Juniarti
NIM : 12.70.0191Kelompok A3
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2015
-
11. HASIL PENGAMATAN1.1. Tabel Pengamatan Kinetika Fermentasi
dalam Produksi Minuman VinegarHasil pengamatan kinetika fermentasi
dalam produksi minuman vinegar (cuka apel) dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kinetika Fermentasi dalam Produksi
Minuman Vinegar
Kel Perlakuan Waktu mikroba tiap petak Rata-rataRata-rata/tiap
cc OD pH Total asam1 2 3 4
A1 Sari apel + Saccharomycescereviceae
N0 17 4 4 8 8,25 3,3 x 107 0,1090 3,14 10,56N24 71 54 58 62
61,25 2,45 x 108 0,4995 3,11 13,44N48 38 39 30 32 34,75 1,39 x 108
0,6428 3,20 12,67N72 36 31 20 27 28,5 1,14 x 108 1,2812 3,24
12,48N96 21 26 19 8 18,5 7,4 x 107 0,8054 3,28 12,67
A2 Sari apel + Saccharomycescereviceae
N0 5 8 1 2 4 1,6 x 107 0,0889 3,13 10,56N24 78 80 90 96 86 3,44
x 108 0,6578 3,11 12,48N48 127 130 129 126 128 5,12 x 108 0,7935
3,20 12,29N72 170 185 168 162 171,25 6,85 x 108 1,2631 3,25
12,10N96 180 198 192 183 188,25 7,53 x 108 0,6415 3,28 12,48
A3 Sari apel + Saccharomycescereviceae
N0N24N48N72N96
2768088140
3647794152
2728590177
1808198182
273
80,7592,5162,75
8 x 1062,92 x 1083,23 x 1083,7 x 1086,51 x 108
0,10450,73670,85301,16750,5377
3,143,133,192,903,29
10,3713,0612,6712,4812,86
A4 Sari Apel +Saccharomyces cereviceae
N0 76 64 72 80 73 2,92 x 108 0,7367 3,13 13,06N24 80 77 85 81
80,75 3,23 x 108 0,8530 3,19 12,67N48 88 94 90 98 92,5 3,7 x 108
1,1675 2,90 12,48N72 140 152 177 182 162,75 6,51 x 108 0,5377 3,29
12,86N96 107 105 137 131 120 4,8 x 108 1,1055 3,29 12,48
-
2A5 Sari apel + Saccharomycescereviceae
N0 4 4 5 3 4 1,6 x 107 0,1022 3,18 11,14N24 119 83 57 53 78 3,12
x 108 0,6539 3,14 12,86N48 36 36 40 39 37,75 1,51 x 108 0,7191 3,19
12,67N72 34 47 45 41 41,75 1,67 x 108 1,3256 3,26 12,10N96 25 36 37
26 31 1,04 x 108 0,3242 3,29 12,86
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1 dapat dilhat bahwa
produksi minuman vinegar dengan menggunakan sari apel
ditambahdengan kultur Saccharomyces cereviceae didapatkan hasil
yang berbeda pada tiap kelompok. Hasil rata-rata jumlah MO tiap
petakmaupun tiap CC yang dihasilkan kelompok A1, A4, dan A5
mengalami fluktuasi sedangkan kelompok A2 dan A3 mengalami
kenaikansetiap harinya. Hasil OD yang didapatkan kelompok A1, A2,
A3, dan A5 meningkat sdari hari ke-1 sampai hari ke-3 kemudian
padahari ke-4 mengalami penurunan hingga hari ke-5, sedangkan pada
kelompok A4 nilai OD yang didapatkan mengalami peningkatanhanya
sampai hari ke-2, selanjutnya mengalami penurunan sampai hari k-5.
pH yang dihasilkan kelompok A1, A2, dan A5 mengalamipenurunan pada
hari ke-2 tetapi pada hari ke-3 samapi hari ke-5 terus meningkat,
sedangkan pada kelompok A3 dan A4 mengalamifluktuasi. Untuk total
asam, pada semua kelompok mengalami fluktuasi.
-
31.2. Grafik Pengamatan Kinetika Fermentasi dalam Produksi
Vinegar1.2.1. Grafik Hubungan OD dengan WaktuHasil pengamatan
hubungan OD dengan waktu dapat dilihat pada Grafik 1.
Grafik 1. Hubungan OD Produksi Minuman Vinegar dengan Waktu
Inkubasi
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa hubungan OD
dengan waktu padakelompok A1, A2, A3, dan A5, OD meningkat hingga
hari ke 4, kemudianmengalami penurunan. Sedangkan untuk kelompok A4
terjadi fluktuasi.
1.2.2. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan WaktuHasil pengamatan
hubungan jumlah sel dengan waktu dapat dilihat pada Grafik 2.
Grafik 2. Hubungan Jumlah Sel dengan Waktu InkubasiBerdasarkan
grafik diatas, dapat dilihat hubungan jumlah sel dengan waktu
padakelompok A2 dan A3 setiap harinya jumlah sel semakin meningkat,
sedangkanuntuk kelompok A1, A4, dan A5 jumlah sel mengalami
fluktuatif.
-
41.2.3. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan pHHasil pengamatan
hubungan jumlah sel dengan pH dapat dilihat pada Grafik 3.
Grafik 3. Hubungan Jumlah Sel dengan pH
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat hubungan jumlah sel
dengan pH, padamasing-masing kelompok mendapatkan hasil yang
fluktuatif.
1.2.4. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan ODHasil pengamatan
hubungan jumlah sel dengan OD dapat dilihat pada Grafik 4.
Grafik 4. Hubungan Jumlah Sel dengan Optical Density (OD)
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat hubungan jumlah sel
dengan OD padasemua kelompok mendapatkan hasil yang fluktuatif,
dimana semakin banyakjumlah sel, OD yang dihasilkan tidak stabil
(naik turun).
-
51.2.5. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Total AsamHasil
pengamatan antara hubungan jumlah sel dengan total asam dapat
dilihat padaGrafik 5.
Grafik 5. Hubungan Jumlah Sel dengan Total Asam
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat hubungan jumlah sel dan
total asam padamasing-masing kelompok mengalami fluktuatif, dimana
kenaikan jumlah sel tidaksebandinga dengan total asam yang
dihasilkan.
-
62. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini membahas tentang kinetika fementasi di dalam
produksiminuman vinegar. Salah satu contoh poduk vinegar adalah
produk cuka apel bahanyang digunakan dalam pembuatan cuka apel
adalah apel malang, dan inokulumyeast Saccharomyces cerevisiae.
Buah apel merupakan buah yang memilikikandungan gula yang dapat
digunakan yeast sebagai media (sumber makanan)dalam proses
fermentasi (Sevda & Rodrigues, 2011). Pembuatan cuka
apeldilakukan dengan menambahkan inokulum yeast Saccharomyces
cerevisiae kedalam media cair sari buah apel yang dilakukan secara
aseptis. Saccharomycescerevisiae merupakan yeast uniseluler yang
sering digunakan dalam berbagai prosesfermentasi seperti pembuatan
roti, asam laktat, dan alkohol (termasuk vinegar)(Thontowi et al,
2007). Azizah (2012) dalam jurnalnya yang berjudul PengaruhLama
Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas Pada
ProsesFermentasi Bioetanol dari Whey dengan Substrat Kulit Nanas,
menambahkanbahwa Saccharomyces cereviceae tidak hanya menghasilkan
alkohol, tetapi jugadapat menghasilkan gas CO2.
Yeast dapat memproduksi alkohol dengan memfermentasikan glukosa
dalam buah.,dimana glukosa/ pati akan dipecah menjadi alkohol dan
karbondioksida (CO2). Saatdilakukan fermentasi alkohol terjadi
proses sakarifikasi pati oleh enzim amilaseyang diproduksi oleh
kapang dan kemudian proses fermentasinya dilanjutkan olehkhamir.
Reaksi yang berlangsung selama proses fermentasi adalah sebagai
berikut :
C6H12O6 (karbohidrat) 2 C2H5OH (alkohol) + 2 CO2 (karbon
dioksida)(Rahman, 1992)
2.1. Cara Kerja Pembuatan Minuman Vinegar (Cuka Apel)Dalam
pembuatan minuman vinegar (cuka apel), sampel yang digunakan
adalahsari apel malang. Untuk mendapatkan sari apel ini mula-mula
sampel dicuci bersih,dipotong, dan di juicer. Setelah di juicer
didapatkan sari apel berwarna coklat, halini terjadi karena apel
mengandung senyawa fenolik sehingga menyebabkan reaksi
-
7enzimatis (Chang, 1991). Lalu sari apel yang didapatkan
disaring dengan kainsaring untuk mendapatkan sari apel bersih dari
ampasnya. Sari apel yang digunakanpada masing-masing kelompok
sebanyak 250 ml. Kemudian dimasukkan kedalamwadah botol kaca,
ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet gelang.
Laludisterilisasi menggunakan autoklaf selama 1 jam. Tujuan
dilakukannya sterilisasiyaitu untuk membunuh semua mikroorganisme
yang ada dalam sari buah apel(Fardiaz, 1992). Kemudian sari buah
apel yang sudah diterilisasi didinginkanhingga sari apel agak
dingin.
Gambar 1. Pencucian Apel Malang sebelum di juicer.
Gambar 2. Apel malang di juicer.
Gambar 3. Sari apel malang yang diperoleh dan disaring.
-
8Gambar 4. Sari apel malang yang siap di sterilisasi.
Gambar 5. Proses pendinginan sari apel
Setelah dingin, sari apel diberi 30 ml yeast (pemindahan
dilakukan dengan pipet ukursecara aseptis). Pemindahan biakan
mikroorganisme dilakukan secara aseptis untukmenghindari terjadinya
kontaminasi oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan dalambiakan
murni yang akan dibuat (Hadioetomo, 1993). Kemudian sari apel di
shaker dandiambil secara aseptis sebanyak 25 ml untuk dilakukan
pengujian. Shaker pada sampel(sari apel) bertujuan memberikan
sistem aerasi untuk pertumbuhan yeast agar dapattumbuh secara
optimal. Jika aerasi terlalu sedikit, maka akan dihasilkan alkohol
padaproses pertumbuhannya. Sedangkan jika terlalu banyak aerasinya,
maka akanmenghasilkan respirasi yang berlebih dan suhu panas pada
sari apel sehingga dapatmenurunkan pertumbuhan sel khamir (Said,
1987). Dari 25 ml sari apel yang telahdiambil, 3 ml untuk pengujian
OD (optical density), 10 ml untuk pengujian total asam,sisanya
untuk pengujian haemocytometer, dan setelah pengujian
haemocytometer barudilakukan pengujian pH.
-
9Gambar 6. Penambahan inokulum secara aseptis
Gambar 7. Pengujian OD (optical density)
Gambar 8. Pengujian Total Asam
-
10
Gambar 9. Hasil titrasi pada total asam
Gambar 10. Penetesan sari apel pada haemocytometer
Gambar 11. Salah satu contoh hasil haemocytometer pada
mikroskop
-
11
Gambar 12. Pengujian pH
Semua pengujian ini dilakukan berulang-ulang selama 5 hari
dengan proses inkubasipada suhu ruang (25-30C) sambil di shaker.
Kemudian hasil yang telah didapatdicatat. Inkubasi pada suhu ruang
bertujuan untuk mengecilkan gelembung udarasehingga transfer
oksigen meningkat dan dapat mengurangi terjadinya difusi.Kecepatan
shaker harus diperhatikan agar mikrobadapat menciptakan kondisi
stabildengan lingkungannya (Stanburry & Whittaker, 1984).
Semakin tinggi persediaanoksigen, maka akan semakin tinggi
pertumbuhan mikroba dalam kultur (Said, 1987).Winarno et al, (1980)
mengatakan bahwa untuk mecapai pertumbuhan khamir danpertumbuhan
Saccharomyces cereviceae yang optimal dibutuhkan bantuan
oksigen.
2.1.1. Pengukuran Biomassa dengan HaemocytometerPengukuran
biomassa dilakukan dengan menggunakan alat haemocytometer,dilakukan
dibawah mikroskop. Haemocytometer dilakukan untuk pengujian
tingkatkepadatan dari Saccharomyces cereviceae. Pengujian dan
pengamatan dilakukanselama 5 hari (setiap 24 jam sekali) selama 5
kali (N0, N24, N48, N72, N96).Haemocytometer merupakan alat yang
digunakan menghitung jumlah mikroba, jikalarutan yang akan dihitung
jumlah mikrobanya sangat keruh, maka perlu dilakukanpengenceran
jumlah sel mikroorganisme dapat dihitung dengan mudah
(Fardiaz,1992). Chen & Pei (2011) menambahkan Haemocytometer
memiliki 9 kotak besar
-
12
dibatasi 3 garis di setiap sisinya di mana masing-masing 9 kotak
terdapat 16 kotakyang lebih kecil. Berikut merupakan gambar kotak
haemocytometer.
Gambar 13. Kotak Haemocytometer
2.1.2. Pengukuran Total Asam Selama FermentasiPengujian total
asam dilakukan dengan metode titrasi. Sampel diambil sebanyak 10ml,
kemudian ditambahakan indicator PP sebanyak 2 tetes dan dititrasi
dneganmenggunakan NaOH 0,1 N hingga warnanya berubah. Hal ini
sesuai dengan teoriKwartiningsih & Nuning (2005) bahwa uji
kuantitatif asam asetat dilakukan denganuji titrasi menggunakan
larutan NaOH 0,1 N dan ditambahkan indicator PP. LarutanNaOH 0,1 N
merupakan larutan standar yang digunakan untuk netralisasi asam
kuatatau basa kuat dan mengetahui kadar zat terlarut (Petrucci
& Suminar, 1987).Sedangkan penggunaan indikator PP ini
dikarenakan dalam larutan netral maupunlarutan asam tidak berwarna,
akan tetapi dalam larutan basa berubah warna menjadimerah (Chang,
1991). Perhitungan total asam dapat dihitung dengan
menggunakanrumus:
Total asam (mg/ml) :
2.1.3. Pengukuran pH Minuman VinegarPengukuran pH dilakukan
dengan mengambil sisa larutan sampel yang sebelumnyadiambil 25 ml.
Larutan kemudian dimasukkan kedalam beaker glass dan
dilakukanpengukuran pH dengan menggunakan pH meter. Hasil tiap
kelompok dicatat dankemudian dibandingkan.
1 234
-
13
2.1.4. Penentuan Hubungan Absorbansi Dengan Kepadatan
SelPenentuan absorbansi dengan kepadatan sel dengan pengukuran OD
(optical density)menggunakan spektrofotometer. Nilai absorbansi
dipengaruhi oleh konsentrasi dantingkat kejernihan senyawa tersebut
(Fox, 1991). Panjang gelombang yangdigunakan pada absorbansi sampel
(cuka apel) adalah 660 nm. Panjang gelombangyang digunakan pada
praktikum ini sesuai dengan teori Sevda & Rodrigues (2011)dalam
jurnnya yang berjudul Fermentative Behavior of Saccharomyces
StrainsDuring Guava (Psidium Guajava L) Must Fermentation and
Optimization of GuavaWine Production yang menyatakan bahwa
pengukuran OD (Optical Density) yangdigunkan untuk Saccharomyces
cereviceae adalah 660 nm.
2.2. HasilHasil yang didapatkan pada masing-masing kelompok
dengan menggunakan sampelyang sama berbeda-beda. Ada yang menurun
dan ada yang naik. Selama 5 haripengamatan dihasilkan bahwa untuk
OD, pH dan total asam pada semua kelompokmenghasilkan nilai yang
fluktatif. Rata-rata pada hasil pengamatan OD mengalamipeningkatan
selama 4 hari dan terjadi penurunan setelah hari ke 5. Seharusnya
nilaiOD yang dihasilkan semakin naik seiring dengan kenaikan jumlah
sel yangmenyebabkan sampel keruh akibat dari aktivitas yeast. Sama
halnya dengan pH,yaitu semakin hari seharusnya pH yang didapatkan
semakin tinggi karena produksiasam organik yang dilakukan oleh
yeast. Hasil praktikum sesuai dengan teoriRahman (1992), yang
menyatakan bahwa proses fermentasi yang lebih lanjut dapatditandai
dengan timbulnya rasa asam pada makanan. Tetapi untuk nilai OD dan
pHyang dihasilkan tidak sesuai dengan teori karena semakin asam pH
dan OD semakintinggi nilainya.
Untuk ratarata jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada tiap petak
maupun tiapcc didapatkan hasil bahwa hanya pada kelompok A2 dan A3
yang semakin harijumlahnya akan semakin bertambah banyak dan pada
kelompok A1, A4 dan A5mengalami pertumbuhan mikroorganisme yang
fluktuasi. Shuler (1989)mrngungkapkan bahwa mikroorganisme akan
mengambil nutisi dari mediumnutrien cair yang diinokulasikan dengan
bibit kultur dengan mengubahnya menjadi
-
14
biomassa. Setelah proses inokulasi, mikroorganisme akan
menyesuaikan denganlingkungannya yang disebut dengan fase lag.
Kemudian fase log, yaitu sel sudahdapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan yang baru. Mikroorganismeberadaptasi kemudian sel akan
mengganda dengan sangat cepat sehingga jumlah seldan densitas sel
meningkat secara eksponensial. Sedangkan pada fase
deselerasi(penurunan pertumbuhan), terjadi akibat nutrisi yang ada
telah menurun dan telahterjadi penumpukan racun, waktu pertumbuhan
ini sangat singkat dan pada akhirfase ini terjadi kematian pada
pertumbuhan mikroorganisme. Hasil pengamatanhaemocytometer
menggunakan mikroskop pada N0 sampai N96 pada kelompok A3dapat
dilihat pada Gambar 14.
N0 N24 N48 N72 N96Gambar 14. Pengukuran biomassa dengan
haemocytometer pada kelompok A3
2.2.1. Hubungan antara Optical Density (OD) dengan Waktu
InkubasiHubungan antara OD dengan waktu inkubasi pada kelompok A1,
A2, A3, dan A5mengalami perunan nilai OD pada waktu inkubasi ke 4,
sedangkan kelompok A4hasilnya mengalami fluktuasi dimana pada waktu
3 dan 5 mengalami penurunan.Hasil yang berbeda-beda ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yangdiungkapkan oleh Ewing (1976)
seperti pengambilan atau persiapan larutan sampelmaupun blanko
kurang sesuai, ukuran kuvet yang tidak seragam, adanya
gelembungudara pada kuvet, kuvet yang kotor, serta penempatan kuvet
kurang tepat.
2.2.2. Hubungan antara Jumlah Sel dengan Waktu InkubasiPada
hasil pengamatan tentang hubungan jumlah sel dengan waktu
inkubasi,didapatkan hasil yang berbeda-beda pada tiap kelompok.
Menurut Cheng et al.,(2009) dalam jurnal yang berjudul Production
of Ethanol By Fed-BatchFermentation, peningkatan jumlah sel terjadi
karena adanya substrat yang banyakdapat digunakan untuk pertumbuhan
sel, dan pertumbuhan sel akan menurun ketika
-
15
substrat yan digunakan untuk pertumbuhan sudah habis. Hasil
untuk kelompok A2dan A3 sesuai dengan teori Clark (2007), yang
menyatakan bahwa peningkatanjumlah sel mikroorganisme akan
berbanding lurus dengan lamanya waktu inkubasi.Sedangkan untuk
kelompok A1, A4, dan A5 mengalami penurunan pertumbuhansel pada
hari ke-2 dan ke-3. Menurut Stanburry & Whitaker (1984),
penurunanjumlah sel terjadi akibat yeast memasuki fase akhir atau
pada fase kematian.Arroyo-Lopez et al (2009) dalam jurnal yang
berjudul Effects of Temperature, pH,and Sugar Concentration on The
Growth Parameters of Saccharomyces cereviceae,S. kudriavzevii and
Their Interspecific Hybrid menambahkan bahwa waktu tidakterlalu
mempengaruhi pertumbuhan Saccharomyces cereviceae.
2.2.3. Hubungan antara Jumlah Sel dengan pHPada hasil pengamatan
hubungan jumlah sel dengan pH didapatkan data pH padakelompok A1-A5
antara 2,90 hingga 3,29. Hal ini tidak sesuai dengan teori
Roukas(1994), yang menyatakan bahwa pH optimum pertumbuhan
Saccharomycescereviceae pada rentang 3,5 hingga 6,5. Selain itu
pada praktikum dihasilkan pHyang fluktuatif pada semua kelompok,
seharusnya apabila jumlah mikroorganismeyang tumbuh semakin banyak
maka nilai pH semakin rendah. Seperti yangdikatakan Galaction et al
(2010), semakin lama proses fermentasi jumlahmikroorganisme akan
semakin meningkat, maka pH yang dihasilkan akan semakinasam, karena
kandungan alkohol mengalami peningkatan.
2.2.4. Hubungan antara Jumlah Sel dengan Optical Density
(OD)Hubungan antara jumlah sel dengan OD seharusnya semakin tinggi
tingkatabsorbansi, maka jumlah sel mikroorganisme akan semakin
banyak. Dari hasilpengamatan didapatkan hasil yang fluktuatif. Hal
ini tidak sesuai dengan teoriPelezar & Chan (1976), yang
menyatakan bahwa nilai OD (optical density) akanberbanding lurus
dengan jumlah sel mikroba. Anagnostopoulos et al., (2010)
dalamjurnalnya yang berjudul Effect of Growth Conditions on
Biosorption of Cadmiumand Copper by Yeast Cells menambahkan bahwa
semakin tinggi sel maka tingkatkekeruhan akan semakin meningkat
yang menunjukkan bahwa nilai OD juga akansemakin meningkat.
-
16
2.2.5. Hubungan antara Jumlah Sel dengan Total AsamHubungan
antara jumlah sel dengan total asam pada semua kelompok
menghasilkannilai yang fluktuatif. Menurut pendapat Kwartiningsih,
et. al. (2005), bahwa totalasam akan lebih berhubunganpertumbuhan
Acetobacter aceti yang kanmenghasilkan asam asetat. Bakteri ini
memiliki peran sebagai penghasil asam asetatatau asam cuka pada
vinegar.
-
17
3. KESIMPULAN
Glukosa dalam buah apel berfungsi sebagai sumber karbon dalam
fermentasi. Dalam proses fermentasi, glukosa dipecah menjadi
alkohol dan karbondioksida. Apel mengandung senyawa fenolik yang
menyebabkan reaksi enzimatis Saccharomyces cereviceae dapat tumbuh
dengan baik pada pH 3,5 hingga 6,5
serta pada kisaran suhu 28-32C. Saccharomyces cereviceae tidak
hanya menghasilkan alkohol, tetapi juga dapat
menghasilkan gas CO2. Pertumbuhan Saccharomyces cereviceae yang
optimal membutuhkan bantuan
oksigen. Perlakuan inkubasi dengan shaker bertujuan untuk
mensuplai oksigen pada
media dan sebagai sumber karbon untuk membantu pertumbuhan
mikrobiasecara aerobik.
Pengukuran Optical Density (OD) menggunakan panjang gelombang
660 nm. Semakin keruh dengan meningkatnya waktu inkubasi,
menyebabkan nilai OD
semakin besar. Semakin lama waktu inkubasi maka semakin banyak
jumlah sel yang dihasilkan. Nilai OD berbanding lurus dengan jumlah
sel mikroorganisme. Semakin banyak jumlah sel yang dihasilkan maka
pH semakin asam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme yaitu nutrien
yang berada di dalam substrat, suhu, kelembaban, oksigen dan
pH.
Semarang, 27 Juni 2015 Asisten dosen:- Bernardus Daniel- Metta
Meliani- Catherine Meilani
Talentea Cezar Juniarti(12.70.0191)
-
18
4. DAFTAR PUSTAKA
Anagnostopoulos, V.A.; Symeopoulos, B.D. and Soupioni, M.J.
(2010). Effect ofGrowth Conditions on Biosorption of Cadmium and
Copper by Yeast Cells.Global NEST Journal, Vol 12 (3) pp
288-295.
Arroyo-Lopez, F.N.; Orlic, S.; Querol, A.; and Barrio, E. 2009.
Effects ofTemperature, pH, and Sugar Concentration on The Growth
Parameters ofSaccharomyces cereviceae, S. kudriavzevii and Their
Interspecific Hybrid.International Journal of Food Microbiology
131: 120-127.
Azizah, N.; Al-Baarri, N. dan Mulyani, S. (2012). Pengaruh Lama
FermentasiTerhadap Kadar Alkohol, pH, dan Produksi Gas Pada Proses
FermentasiBioetanol dari Whey dengan Substrat Kulit Nanas. Jurnal
Aplikasi TeknologiPangan 1 (2): 72-77.
Chang, R. (1991). Chemistry. MC Graw Hill. USA. Chen, Y.W. and
Pei, J.C.(2011). Automatic Cell Counting for Hemocytometers through
ImageProcessing . World Academy of Science, Engineering and
Technology.
Chen, Y.W. and Pei, J.C. (2011). Automatic Cell Counting for
Hemocytometersthrough Image Processing. World Academy of Science,
Engineering andTechnology.
Cheng, N. G., Masitah H., Andri C. K., Chew F. L., Margaret T.
(2009). Productionof ethanol by fed-batch fermentation. Pertanika
J. Sci. & Technol. 17(2): 399408.
Clark, Jim. (2007). Hukum Beer-Lambert.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/spektrum_serapan_ultraviolet-tampak__uv-vis_/hukum_beer_lambert/
Ewing, G.W. (1976). Instrumental Methods of Chemical Analysis.
Mc GrowhillBook Company. USA.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan. P.T. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Fox, P.F. (1991). Food Enzymology Vol 2. Elsevier Applied
Science. London.
Hadioetomo, R. S. (1993). Mikobiologi Dasar dalam Praktek,
Teknik dan ProsedurDasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Kwartiningsih, E dan Ln. Nuning S.M. (2005). Fermentasi Sari
Buah NanasMenjadi Vinegar. Ekuilibrium 4(1) : 8-12.
Pelezar, M.J. and Chan, E.C.S. (1976). Turbidimetric Measurement
of Plant CellCulture Growth. Massachussets : MIT.
-
19
Petrucci, R.H. dan Suminar. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan
Terapan Modern EdisiKeempat Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan.
Jakarta.Hayes (1995).
Roukas, T. (1994). Continous ethanol productions from carob pod
extract byimmobilized Saccharomyces cereviseae in a packed bed
reactor. JournalChemical Technology Biotech. 59: 387-393.
Said, E. G. (1987). Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi.
PT. MediyatamaSarana Perkasa. Jakarta.
Sevda, S. and Rodrigues, L. (2011). Fermentative Behavior of
SaccharomycesStrains During Guava (Psidium Guajava L) Must
Fermentation andOptimization of Guava Wine Production. Journal Food
Process Technology 2:4.
Shuler, L.M. (1989). Bioprocess Engineering Basic Concepts.
Prentice Hallinternational Incorporation. London.
Stanburry, P.F. & Whitaker. (1984). Principles of
Fermentation Technology.Pergamon Press. New York.
Winarno, F.G.; Fardiaz, S. dan Fardiaz, D. (1980). Pengantar
Teknologi Pangan.PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
-
20
5. LAMPIRAN5.1. Perhitungan
= 2,5 x 10-7 cc
Kelompok A1:Rata-rata MO tiap petakN0 = = 8,25
N24 = = 61,25
N48 = = 34,75
N72 = = 28,5
N96 = = 18,5
Rata-rata MO tiap ccN0 = = 3,3 x 107
N24 = = 2,45 x 108
N48 = = 1,39 x 108
N72 = = 1,14 x 108
N96 = = 7,4 x 107
Total asamN0 = = 10,56 mg/ml
N24 = = 13,44 mg/ml
N48 = = 12,67 mg/ml
N72 = = 12,48 mg/ml
N96 = = 12,67 mg/ml
Kelompok A2:Rata-rata MO tiap petakN0 = = 4
N24 = = 86
N48 = = 128
N72 = = 171,25
N96 = = 188,25
Rata-rata MO tiap ccN0 = = 1,6 x 107
N24 = = 3,44 x 108
N48 = = 5,12 x 108
N72 = = 6,85 x 108
N96 = = 7,53 x 108
Total asamN0 = = 10,56
N24 = = 12,48
N48 = = 12,29
N72 = = 12,10
N96 = = 12,48
-
21
Kelompok A3:Rata-rata MO tiap petakN0 = = 2
N24 = = 73
N48 = = 80.75
N72 = = 92.5
N96 = = 162.75
Rata-rata MO tiap ccN0 = = 8,00 x 107
N24 = = 29,2 x 107
N48 = = 32,3x 107
N72 = = 37 x 107
N96 = = 65,1 x 107
Total asamN0 = = 10,368 mg/ml
N24 = = 13,056mg/ml
N48 = = 12,67 mg/ml
N72 = = 12,48 mg/ml
N96 = = 12,86 mg/ml
Kelompok A4:Rata-rata MO tiap petakN0 = = 4
N24 = = 96,5
N48 = = 104,5
N72 = = 89,5
N96 = = 120
Rata-rata MO tiap ccN0 = = 1,6 x 107
N24 = = 3,86 x 108
N48 = = 4,18 x 108
N72 = = 3,58 x 108
N96 = = 4,8 x 108
Total asamN0 = = 10,94
N24 = = 12,29
N48 = = 12,10
N72 = = 12,48
N96 = = 12,48
Kelompok A5:Rata-rata MO tiap petakN0 = = 4
N24 = = 78
N48 = = 37,75
N72 = =41,75
N96 = = 31
-
22
Rata-rata MO tiap ccN0 = = 1,6 x 107
N24 = = 3,12 x 108
N48 = = 1,51 x 108
N72 = = 1,67 x 108
N96 = = 1,04 x 108
Total asamN0 = = 11,14
N24 = = 12,86
N48 = = 12,67
N72 = = 12,10
N96 = = 12,86
5.2. Jurnal5.3. Laporan Sementara