24
KelPerlakuanWaktu MO tiap PetakRata-rata/ MO tiap
petakRata-rata/ MO tiap ccOD (nm)pHTotal Asam (mg/ml)
1234
C1Sari Apel + S. cereviceaeN0548522104x1070,14643,387,68
N48487077496124,4 x1070,54853,269,98
N72508375486425,6 x1070,74513,2311,52
N96799372888333,2 x1070,95523,1912,09
N12015315516012014758,8 x1071,54143,0912,48
C2Sari Apel + S. cereviceaeN021182817218,4
x1070,15473,5411,52
N48304335243815,2 x1070,58013,3711,52
N72547068566224,8 x1070,52543,3111,90
N96596362686325,2 x1070,62003,2711,90
N1209810488949638,4 x1071,43913,1111,52
C3Sari Apel + S. cereviceaeN022252318228,8
x1070,18493,5211,90
N48506056625722,8 x1070,50223,3912,48
N72706855676526 x1070,64033,2812,67
N96248164166140179,571,8 x1070,72863,1913,44
N12065671118481,7531,7 x1071,59113,3313,06
C4Sari Apel + S. cereviceaeN01921232020,758,3
x1070,15163,5513,82
N48544547344518 x1070,64813,3112,67
N72708079737730,8 x1070,51753,2511,52
N9610596121133113,7545,5 x1070,64633,2211,71
N120987211010796,7538,7 x1071,02293,1910,94
1. HASIL PENGAMATANHasil pengamatan terhadap kinetika fermentasi
dalam produksi minuman vinegar dapat dilihat dari table berikt
ini.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kinetika
1
KelPerlakuanWaktu MO tiap PetakRata-rata/ MO tiap
petakRata-rata/ MO tiap ccOD (nm)pHTotal Asam (mg/ml)
1234
C5Sari Apel + S. cereviceaeN0711105114,4 x1070,18873,487,68
N48482034323614,4 x1070,37773,208,23
N723844362836,514,6 x1070,73033,1812,56
N965045385246,2518,5 x1070,76023,2711,90
N120258232182178212,585 x1071,01513,4011,52
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari pengamatan mulai N0
(hari pertama) hingga N120 (hari kelima) hasil yang diperoleh pada
tiap kelompok berbeda-beda meskipun menggunakan bahan baku dan
yeast yang sama. Dapat dilihat pula terdapat kenaikan dan penurunan
pada beberapa poin pengamatan. Seperti pada rata-rata
Mikroorganisme, Optical Density (OD), pH maupun total asam pada
tiap kelompok. Penaikan dan penurunan ini akan dibahas lebih lanjut
pada bagian pembahasan.
5
Grafik 1. Hubungan OD dengan Waktu Fermentasi
Pada Grafik 1 diatas dapat diketahui mengenai informasi hubungan
antara Optical density (OD) dengan waktu yang terjadi. Dimana
secara umum dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya waktu maka
optical density yang didapatkan juga meningkat. Serta dapat dilihat
pula bahwa OD tertinggi diperoleh kelompok C3 dengan garis berwarna
hijau pada hari kelima.
Grafik 2. Hubungan Jumlah Sel dengan Waktu Fermentasi
Dari grafik diatas dapat diketahui mengenai hubungan antara
jumlah se; dan waktu pertumbuhan mikroorganisme. Dimana pertumbuhan
yang terjadi semakin meningkat seiring dengan pertambahan waktu
yang terjadi. Dapat dilihat pula bahwa pada kelompok C3 dan C4
terjadi penurunan jumlah sel pada hari ke 4 menuju ke 5.Grafik 3.
Hubungan Jumlah Sel dengan pH
Dari grafik diatas dapat dilihat mengenai hubungan antara jumlah
sel dan pH dari sampel. Dapat diketahuo bahwa pH yang diperoleh
berbeda-beda setiap kelompok serta berfluktuasi. Terdapat kenaikan
dan penurunan pH yang terjadi dalam larutan sampel.
Grafik 4. Hubungan Jumlah Sel dengan OD
Dari grafik diatas dapat dilihat hasil pengamatan mengenai
hubungan jumlah sel dan OD (Optical Density). Grafik tersebut
menunjukan adanya peningkatan dan penurunan jumlah sel yang terjadi
dalam sampel. Dimana setiap kelompok memiliki hasil yang
berbeda-beda kekeruhannya.Grafik 5. Hubungan Jumlah Sel dengan
Total asam
Dari grafik diatas dapat dilihat mengenai hubungan antara jumlah
Sel dan total asam dari larutan cuka apel. Diketahui bahwa hasil
yang diperoleh bervariasi antar kelompok dan juga berfluktuasi.
Sehingga kurang dapt disimpulkan mengenai hubungan antara
keduanya.
2. PEMBAHASAN
Pada percobaan fermentasi kali ini kami mengamati mengenai
kinetika fermentasi dalam minuman vinegar. Dimana minuman vinegar
yang digunakan adalah sari buah apel yang dalam pembuatannya di jus
terlebih dahulu. Dimana dalam pembuatan sari buah apel ini
mula-mula buah dicuci terlebih dahulu dan dipotong kecil-kecil
untuk mempermudah proses, seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Proses pemotongan Apel
Pemotongan buah ini beserta kulit dari buah apel itu sendiri,
dan untuk mencegah terjadinya oencoklatan pada buah maka setelah
dipotong-poting buah direndam di dalam air untuk di juice. Kemudian
buah dimasukkan ke dalam juicer untuk diproses lebih lanjut
sehingga diperoleh sari buah. Seperti yang terlihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 2. Proses pengejusan sari apel dengan juicer.
6
Penggunaan juicer dikarenakan juicer memiliki kemampuan
memisahkan sari apel dari ampas lebih baik daripada blender. Sari
buah yang diperoleh kemudian di saring menggunakan kain saring,
untuk menyaring ampas-ampas dari sari apel itu sendiri, sehingga
diperoleh sari apel yang jernih tanpa ampas.
Gambar 3. Sari buah yang diperoleh kemudian disaring dengan kain
saring.
Sari apel yang sudah diperoleh kemudian di bagi menjadi 250ml
untuk setiap kelompok dengan menggunakan gelas ukur. Dan setelah
diperoleh 250ml, sari apel tersebut dimasukkan kedalam botol kaca
dan ditutup dengan plastik serta diikat dengan karet untuk
menghindari kontaminasi yang dapat terjadi.
Gambar 4. Pengukuran sari apel 250ml untuk setiap kelompok dan
botol ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet.
Sedangkan untuk pengamatan kinetika ini maka botol harus
disterilisasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pengamatan
selanjutnya. Sterilisasi menurut Hadioetomo (1993) yaitu suatu
proses untuk mematikan atau membunuh semua organisme yang terdapat
pada suatu benda atau di dalam suatu benda. Dalam prosesnya
dibutuhkan media dalam keadaan steril, oleh sebab itu proses media
agar tetap steril dilakukan sterilisasi. Sterilisasi pada percobaan
ini dilakukan dengan menggunakan autoclave, yaitu bejana logam
berdinding tebal yang bagian bawahnya dapat diisi dengan air dan
bagian atas bejana ditutup dengan penutup yang dirapatkan dengan
sekrup penutup atau clamp. Sehingga, tekanan dapat ditimbulkan oleh
campuran uap dan udara. Cara mengoperasikan autoklaf yaitu pertama
pintu autoklaf ditutup rapat. Lalu kran pada pipa uap dibuka dan
temperatur akan terus-menerus naik sampai mencapai suhu 1210C.
Penghitungan waktu 15 atau 20 menit dimulai saat termometer pada
autoklaf menunjukkan suhu 1210C. Setelah kira-kira waktu cukup,
maka kran uap ditutup sehingga suhu mulai turun sedikit demi
sedikit, demikian pula pada manometer. Autoklaf tidak boleh dibuka
dengan tujuan agar isi botol yang ada dalam autoklaf tidak meluap
ke mana-mana. Sebaliknya, untuk membuka autoklaf maka kita menunggu
sampai manometer menunjukkan angka 0. Pendinginan dilakukan sedikit
demi sedikit (Winarno, 1994).
Gambar 5. Botol kaca diletakkan dalam keranjang dan dimasukkan
ke dalam autoclave.
Proses sterilisasi ini menurut pendapat Fardiaz (1992)
dimaksudkan untuk mematikan semua jasad renik ataupun
mikroorganisme yang terdapat di suatu benda. Sehingga ketika medium
tersebut digunakan, maka tidak akan ditemui jasad renik maupun
mikroorganisme lain yang dapat berkembangbiak. Setelah proses
sterilisasai berakhir, sari apel kemudian ditambah dengan 30 ml
biakan yeast dengan menggunakan pipet volume. Proses penambahan ini
dilakukan secara aseptis di ruang lav, yang menurut Hadioetomo
(1993), bertujuan untuk menghidari kontaminasi silang yang dapat
terjadi antara praktikan dengan bahan maupun lingkungan dengan
bahan. Yeast berdasarkan pendapat Bennion & Hughes (1970),
merupakan bahan dasar yang berperan dalam mengubah karbohidrat
menjadi karbondioksida dan etanol melalui proses fermentasi.
Sedangkan apel yang digunakan dalam praktikum ini memiliki
kandungan gizi yang tinggi seperti kalsium, fosfor, besi, serat,
dan berbagai vitamin seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, dan
vitamin C. Selain itu buah apel juga mengandung antioksidan yang
berperan besar dalam proses perbaikan metabolisme tubuh kita. Sari
buah apel ini juga diketahui mempunyai sifat antiseptik, sehingga
bisa membantu menekan jumlah bakteri jahat dalam saluran pencernaan
kita, memperlancar aliran darah, mengatasi keracunan, serta menekan
risiko obesitas (Candra, 2010). Dalam penelitiannya, Lingham et al.
(2012) menyatakan bahwa penggunaan vinegar dapat menekan jumlah
bakteri perusak yang berpotensi menimbulkan penyakit bagi tubuh
kita. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan isolate bakteri
yang terdapat pada ikan lele. Dan diperoleh hasil bahwa vinegar ini
dapat menghambat bakteri sehingga terjadi peningkatan kualitas
produk perikanan.
Pada praktikum kali ini, vinegar apel dibuat dengan inokulum
yeast yaitu Saccharomyces cereviceae, yang menurut Atlas (1984),
khamir dengan genus Saccharomyces baik digunakan untuk memproduksi
berbagai macam tipe minuman beralkohol. Beliau juga mengatakan
bahwa produksi minuman beralkohol melalui proses fermentasi
alkohol, dapat terjadi melalui suatu konversi gula menjadi alkohol
yang dilakukan oleh enzim mikroba. Sedangkan flavor dan perbedaan
karakteristik lainnya antar berbagai jenis minuman beralkohol
disebabkan karena perbedaan substrat dan proses produksi yang
dilakukan. Bardasarkan pendapat Nogueira et al (2007), vinegar apel
merupakan minuman alkohol kadar rendah dari sari apel yang
diperoleh dari pengepresan buah apel yang kemudian mengalami proses
fermentasi alkohol dan konversi malolatik.
Berdasarkan pendapat dari Gaman & Sherrington (1994), khamir
memiliki sekumpulan enzim yang disebut sebagai zymase. Zymase ini
memiliki peranan pada fermentasi senyawa gula, seperti contohnya
glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan karbondioksida. Dan
apabila terdapat pemberian oksigen, maka sel khamir akan melakukan
respirasi secara aerobik yang dapat menyebabkan enzim khamir
memecah senyawa gula lebih sempurna, dan akan dihasilkan
karbondioksida dan air (Gaman & Sherrington, 1994).
Sari apel yang telah diinokulasi dengan yeast kemudian
diinkubasi dengan diberi perlakuan shaker selama 5 hari. Dimana
menurut Said Said (1987), langkah pengocokan dengan shaker
inkubator digunakan sebagai media aerasi dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan agitasi untuk menjamin tercapainya
keseragaman suspensi dari sel mikroba pada media nutrien yang
homogen. Ditambahkan pula oleh Van Hoek et al (2004), bahwa proses
aerasi ini merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan
Saccharomyces cereviseae. Karena pada umumnya Saccharomyces
cereviseae ini pertumbuhannya berlangsung secara aerob.
Setelah proses pengocokan berlangsung selama 24 jam maka
dilakukan analisa dengan langkah awal mengambil sari apel sebanyak
30 ml dari sampel yang telah dishaker kemudian dimasukkan ke dalam
beaker glass. Dari 30 ml sampel tersebut kemudian di ambil 10 ml
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer untuk dilakukan uji titrasi
asam. Sedangkan sisa 20 ml digunakan untuk mengukur Optical Density
dengan menggunakan spektrofotometer dan untuk mengukur kepadatan
sel dengan haemacytometer, serta untuk mengukur pH sampel.
Gambar 6. Pengambilan 10 ml sampel untuk dititrasi
Haemacytometer yang digunakan untuk mengukur biomassa menurut
Lobban et al (1988), merupakan alat yang digunakan untuk menghitung
jumlah sel dalam darah. Haemacytometer digunakan untuk mengukur sel
dengan densitas yang lebih besar dari 104 sel/ml. Biasanya ukuran
haemacytometer adalah 1 x 1 mm2 yang kemudian terbagi menjadi
sembilan bentuk persegi. Cara penggunaan haemacytometer adalah
dengan mengambil sampel yang akan diamati menggunakan pipet pasteur
yang kemudian sampel diletakkan diatas cekungan pada haemacytometer
tersebut. Permukaan cekungan kemudian ditutup dengan penutup kaca
tipis dan diamati dengan mikroskop. Ketepatan dalam perhitungan
menggunakan haemacytometer tergantung dari ketepatan dalam
mencampur sampel, jumlah ruang yang dihitung, dan jumlah sel (200
500 setiap 0,1 mm3).
Gambar 7. Hasil pengamatan dengan haemacytometer.
Pengukuran menggunakan haemocytometer ini menurut Chen (2011),
merupakan alat yang simple dan mudah digunakan. Hal ini dikarena
haemocytometer memiliki kelebaran dan kedalaman dari garis
mikroskopis yang telah diketaui secara pasti. Sehingga perhitungan
dapat didasarkan pada 4 kotak yang berdekatan, kemudian jumlah sel
yang terhitung dirata-rata
Pengukuran biomassa ini dilakukan selama 5 hari dengan 4 kali
pengamatan yaitu N0, N48, N72, N96, N120. Kemudian hasil pengamatan
akan dibandingkan dengan waktu, pH, OD dan total asam. Jumlah sel
Saccharomyces cereviceae pada vinegar apel ini dihitung dengan
menggunakan metode enumerasi mikroskopik Petroff-Hauser. Dimana
hitungan mikroskopik dilakukan dengan pertolongan kotak-kotak skala
pada haemocytometer (Fardiaz, 1992). Menurut Hadioetomo (1993),
Haemocytometer merupakan suatu ruang hitung yang terdiri atas
petakpetak berukuran kecil untuk mempermudah menghitung jumlah sel
di bawah mikroskop.
Setelah dilakukan analisa, diperoleh hasil yang dapat dilihat
dari grafik 2 bahwa pada kelompok C1, C2 dan C5 terjadi peningkatan
jumlah sel seiring dengan berjalannya waktu. Sedangkan pada C3 dan
C4 terjadi penurunan jumlah sel pada hari terakhir. Adanya
peningkatan dan penurunan jumlah sel seperti pada kelompok C3 dan
C4 ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Stanburry &
Whitaker (1984) yaitu bahwa kultur yang diinokulasi akan melalui
beberapa fase yaitu fase lag, fase log, fase stasioner dan fase
kematian. Fase fase ini dapat dilihat pada kurva kelompok C3 dan C4
(grafik 2) dimana fase lag terjadi pada waktu N0-N48, fase log pada
waktu N48-N72, fase stationer pada N72-N96 dan fase kematian pada
waktu N96-N120. Peningkatan jumlah mikroorganisme pada fase lag dan
log ini dapat terjadi karena Saccharomyces cereviceae menggunakan
glukosa pada sari apel sebagai energi untuk melakukan pertumbuhan.
Sedangkan penurunan jumlah sel mikroorganisme pada hari ke 4 hingga
ke 5 terjadi karena Saccharomyces cereviceae mengalami kematian.
Sedangkan pada kelompok lain fase stasioner ke kematian masih belum
dapat teramati, karena masih terus terjadi peningkatan jumlah
mikroorganisme. Hasil yang berbeda-beda dari tiap kelompok ini
menurut Hayes (1995) dikarenakan adanya faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme tersebut, seperti contohnya
nutrien, suhu, kelembaban, oksigen, dan pH yang dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
Kemudian pada pengamatan selanjutnya yaitu pengukuran OD yang
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 660nm, diperoleh hasil bahwa sulit untuk disimpulkan
mengenai hubungan antara jumlah sel dan tingkat kekeruhan (OD). Hal
ini karena tidak pola yang pasti mengenai hubungan antara jumlah
sel mikroorganisme dan tingkat kekeruhan (OD). Hal ini dapat
terjadi karena adanya debu yang mengganggu kerja sistem optik,
sehingga ada sinar yang tersesat (stray light) yang dapat menumbuk
sel (Khopkar, 2002).
Sedangkan untuk hubungan antara waktu dan OD dapat disimpulkan
bahwa semakin lama waktu maka nilai OD semakin meningkat. Namun
menurut Clark (2007) seharusnya absorbansi atau optical density
berbanding lurus dengan konsentrasi sel. Dengan demikian
konsentrasi sel dalam suspensi dapat dinyatakan sebagai nilai OD
(optical density). Seperti yang dapat dilihat pada kelompok C1 dan
C2 pada grafik hubungan jumlah sel dan OD. Pada kedua kelompok ini
menunjukkan hal yang sama dengan pernyataan Clark (2007) tersebut.
Selain itu Sudarmadji & Suhardi (2000), juga berpendapat
mengenai kesalahan dalam pengukuran spektrometri. Menurut mereka
kesalahan timbul dari banyak sebab, antara lain: Kuvet yang telah
kotor atau tergores, sidik jari yang dapat menyerap radiasi ultra
violet, ukuran kuvet yang tidak seragam, penempatan kuvet yang
tidak tepat, adanya gelembung udara / gas dalam lintasan radiasi,
panjang gelombang yang dihasilkan sudah tidak cocok dengan yang
tertera pada instrument.
Pada pengamatan selanjutnya yaitu mengenai hubungan pH dan total
asam dengan jumlah sel. Dari pengamatan ini diperoleh hasil yang
fluktuatif. Artinya terjadi kenaikan dan penurunan pH dan total
asam. Berdasarkan pendapat Reed & Rehm (1996) yeast mampu
menguraikan berbagai macam substrat. Secara umum, yeast tumbuh
efisien pada pH 3,5 6 dan temperatur 25-300C. Keasaman media yang
digunakan dapat dikarenakan media sari apel yang digunakan bersifat
asam sehingga pH media menjadi rendah. Pada praktikum pengukuran pH
dilakukan dengan cara memasukkan sampel pada gelas beker, kemudian
menempatkan pH meter pada cairan sampel tanpa menyentuh dasar gelas
beker. Dan untuk pengamatan pH ini jumlah sel atau total biomassa
berbanding terbalik dengan asam. Ditambahkan pula oleh Galaction et
al (2010), jika proses fermentasi berlangsung lama, maka nilai pH
akan meningkat karena ada kandungan alkohol yang semakin
tinggi.
Sedangkan untuk mengukuran jumlah asam dilakukan dengan
memberikan indicator pp sebanyak 3 tetes ke dalam 10 ml larutan
sampel yang sidah dimasukkan ke dalam erlemeyer. Sehingga dengan
adanya indicator pp ini akan terlihat perubahan warna yang terjadi
ketika di titrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N. Larutan NaOH ini
bekerja dengan menetralisasi larutan sari apel. Proses titrasi akan
dihentikan ketika sampel sudah berubah warna, dimana hal ini sesuai
dengan pendapat Solomon (1983), yaitu bahwa indikator PP mempunyai
pH yang antara 8,0-9,0, dan akan berubah warna dari yang tidak
berwarna menjadi berwarna merah muda. Namun pada praktikum kali ini
karena sampel berwarna kecoklatan, maka perubahan yang terjadi
tidak terlalu terlihat. Setelah diketahui jumlah NaOH yang
dibutuhkan maka total asam dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut : Total Asam = = .... mg/ml(AOAC, 1995)
Gambar8. Hasil titrasi dengan NaOH 0,1N
Berdasarkan pendapat Galaction et al. (2010), total asam
merupakan salah satu penanda atau indicator yang digunakan untuk
menentukan banyaknya jumlah sel pada sampel. Sehingga apabila
jumlah sel banyak maka akan ditandai dengan nilai total asam yang
tinggi pula. Total asam juga merupakan salah satu indikator untuk
menentukan banyak atau sedikitnya jumlah sel pada sampel. Apabila
total asam tinggi maka menunjukkan jumlah sel yang ada pada sampel
semakin meningkat, maka kepadatannya juga akan semakin tinggi.
Saccharomyces cereviceae yang bertumbuh dalam sampel menghasilkan
asam dan juga alkohol, dimana jumlahnya lebih banyak dari pada
sebelumnya (Galaction et al., 2010). Sehingga karena adanya
pertumbuhan mikroorganisme yang terjadi dalam sampel maka nilai
total asam meningkat. Sedangkan penurunan nilai total asam
disebabkan karena mikroorganisme sudah mulai kehabisan substrat
yang mereka gunakan untuk tumbuh, sehingga sebagian mikroorganisme
mati. Dalam penelitiannya Saha, et al. (2013), mengatakan bahwa
vinegar alcohol memiliki konsentrasi alkohot lertinggi 7.77% dengan
level gula 10% dan yeast yaitu 8%. Dimana pembuatannya dilakukan
selama 2 hari atau 48 jam pada suhu 280C dengan menggunakan
Saccharomyces cerevisiae.
14
3.
4. KESIMPULAN
Sterilisasi dan proses aseptis merupakan hal yang penting dalam
proses fermentasi. Yeast mengubah karbohidrat menjadi
karbondioksida dan etanol melalui proses fermentasi. Perlakuan
shaker inkubator digunakan sebagai media aerasi dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen. Saccharomyces cereviseae tumbuh secara
aerob. Peningkatan jumlah mikroorganisme pada fase lag dan log
terjadi karena Saccharomyces cereviceae menggunakan glukosa pada
sari apel sebagai energi untuk melakukan pertumbuhan. Penurunan
jumlah sel mikroorganisme pada hari ke 4 hingga ke 5 karena
Saccharomyces cereviceae mengalami kematian. Nilai OD semakin
meningkat seiring dengan perkembangan waktu. Jika proses fermentasi
berlangsung lama, maka nilai pH akan meningkat karena ada kandungan
alkohol yang semakin tinggi. Total asam merupakan salah satu
indikator untuk menentukan banyak sedikitnya jumlah sel pada
sampel. Total asam tinggi menunjukkan jumlah sel semakin meningkat,
maka kepadatannya juga semakin tinggi. Penurunan nilai total asam
disebabkan karena mikroorganisme sudah mulai kehabisan substrat
yang mereka gunakan untuk tumbuh , sehingga sebagian mikroorganisme
mati.
Semarang, 15 Juni 2014PraktikanAsisten Dosen,Bernardus Daniel
H.Metta MelianiMonica Setyawan Chaterine Meilani(12.70.0013)5.
DAFTAR PUSTAKAAOAC. (1995). Official Methods of Analysis 16th
edition Association of Analytical International. Maryland.USAAtlas,
R. M. (1984). Microbiology Fundamental and Applications. Mac
Millard Publishing Company. New York.
Bennion, M. & O. Hughes. (1970). Introductory Foods, 6th
Edition. Collier Macmillan Publisher. London.
Candra, Asep. (2010).Cuka Apel Stabilkan Tekanan Darah.
Jakarta.
Chen, Yu-Wei and Pei-Ju Chiang. (2011). Automatic Cell Counting
for Hemocytometers through Image Processing. World Academy of
Science, Engineering and Technology 58.
Clark, Jim. (2007). Hukum Beer-Lambert. Jakarta
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Galaction, Anca-Irina., Anca-Marcela Lupasteanu and Dan
Cascaval. (2010). Kinetic Studies on Alcoholic Fermentation Under
Substrate Inhibition Conditions Using a Bioreactor with Stirred Bed
of Immobilized Yeast Cells. The open Systems Biology
Journal,3,9-20.
Gaman, P. M. dan K. B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Hadioetomo, R. S. (1993). Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT
Gramedia Pustaka.
Hayes, P. R ( 1995 ). Food Microbiology and Hygiene. Chapman and
Hall. Great Britain.
Khopkar, S. M. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas
Indonesia Pers. Jakarta.
Lingham, T. ; Samuel Besong, Gulnihal Ozbay and Jung-Lim Lee.
2012. Antimicrobial Activity of Vinegar on Bacterial Species
Isolated from Retail and Local Channel Catfish (Ictalurus
punctatus). J Food Process Technol 2012, S11
15
Lobban et al. (1988). Cell Counting using a Haemacytometer.
http://www.marine.csiro.au/microalgae/methods/haemacytometer%20counting.htm
Nogueira et al. ( 2007). Effect of Biomass Reduction on the
Fermentation of Vinegar. Brazilian Archives of Biology and
TechnologyVol.50, n. 6 : pp.1083-1092.
Reed, G. & H. J. Rehm. (1996). Biotechnology Volume 9. VCH
Verlagsge Sellschaft. New York.
Saha, P. ; Soumitra Banerjee. 2013. Optimization of Process
Parameters for Vinegar Production Using Banana Fermentation. IJRET:
International Journal of Research in Engineering and Technology
eISSN: 2319-1163 | pISSN: 2321-7308. Volume: 02 Issue: 09.
Said, E. G. (1987). Bioindustri: Penerapan Teknologi Fermentasi.
PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Solomon, S. (1983). Introduction to General, Organic &
Biological Chemistry. McGraw-Hill, Inc. New York.
Stanburry, P.F. & Whitaker. (1984). Principles of
Fermentation Technology. Pergamon Press. New York.
Sudarmadji S. & B.H. Suhardi. (2000). Analisa Bahan Makanan
dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Van Hoek, et al. (2004). Effect of Spesific Growth Rate on
Fermentative Capacity of Bakers Yeast.
Winarno, F.G.(1994).Sterilisasi Komersial Produk Pangan. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
17
5.
6. LAMPIRAN
6.1. Foto Hasil Titrasi6.1.1. Titrasi N0
6.1.2. Titrasi N48
6.1.3. Titrasi N72
6.1.4. 18
6.1.5. Titrasi N96
6.2. Perhitungan6.2.1. Kelompok C16.2.1.1. Jumlah sel/ccJumlah
sel/cc = rata-rata jumlah mo tiap petakN0Jumlahsel/cc= = 4 x
107
N48Jumlahsel/cc= = 24,4 x 107
N72Jumlahsel/cc= = 25,6 x 107
N96Jumlahsel/cc= = 33,2x 107
N120Jumlahsel/cc= = 58,8 x 107
6.2.1.2. Total AsamTotal Asam =
N0Total asam= = 7,68mg/mlN48Total asam= = 9,98mg/ml
N72Total asam= = 11,52mg/mlN96Total asam= = 12,09mg/ml
N120Total asam= = 12,48mg/ml
6.2.2. Kelompok C26.2.2.1. Jumlah sel/ccN0Jumlah sel/cc = x 21=
8,4x107sel/cc
N48Jumlah sel/cc = x 38= 15,2x 107sel/cc
N72Jumlah sel/cc = x 62= 24,8 x 107sel/cc
N96Jumlah sel/cc = x 63= 25,2 x 107sel/cc
N120Jumlah sel/cc = x 96= 38,4x 107sel/cc
6.2.2.2. Total AsamN0Total Asam = = 11,52 mg/ml
N48Total Asam = = 11,52 mg/ml
N72Total Asam = = 11,90 mg/ml
N96Total Asam = =11,90 mg/ml
N120Total Asam = = 11,52 mg/ml
6.2.3. Kelompok C36.2.3.1. Jumlah sel/ccN0 Jumlah sel/cc = x 22
= 8,8 x 107
N48 Jumlah sel/cc = x 57= 22,8 x 107
N72Jumlah sel/cc = x 65= 26 x 107
N96 Jumlah sel/cc = x 179,5 = 71,8 x 107
N120Jumlah sel/cc = x 81,75= 32,7 x 107
6.2.3.2. Total AsamN0 Total Asam = = 11,90 mg/ml
N48 Total Asam = = 12,48 mg/ml
N72Total Asam = = 12,67 mg/ml
N96 Total Asam = = 13,44 mg/ml
6.2.4. Kelompok C46.2.4.1. Jumlah sel/ccN0Jumlah sel/ cc= 20,75
= 8,3 107
N48Jumlah sel/ cc= 45 = 18 107
N72Jumlah sel/ cc= 77 = 30,8 107
N96Jumlah sel/ cc= 113,75= 45,5 107
N120Jumlah sel/ cc= 96,75 = 38,7 107
6.2.4.2. Total AsamN0Total asam = = 13,82
N48Total asam = = 12,67
N72Total asam = = 11,52
N90Total asam = = 11,71
N120Total asam = = 10,94
5.1.5. Kelompok C55.1.5.1. Jumlah sel/ccN0Jumlah sel/cc = 11 =
4,4 x 107
N48Jumlah sel/cc = 36 = 14,4 x 107
N72Jumlah sel/cc = 36,5 = 14,6 x 107
N96Jumlah sel/cc = 46,25 = 18,6 x 107
N120Jumlah sel/cc = 212,5 = 85 x 107
5.1.5.2. Total AsamN0Total Asam = = 7,68 mg/ml
N48Total Asam = = 8,23 mg/ml
N72Total Asam = = 12,56 mg/ml
N96Total Asam = = 11,90 mg/ml
N120Total Asam = = 11,52 mg/ml
6.3. Jurnal (Abstrak)6.4. Laporan Sementara