Top Banner
Prof. Dr. Ir. Abdul Azis, M.Si. Dr. Ir. Afriani, M.P. MONOGRAF KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMBATASAN WAKTU PEMBERIAN RANSUM KOMUNITAS GEMULUN INDONESIA
112

KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

Mar 17, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

Prof. Dr. Ir. Abdul Azis, M.Si.Dr. Ir. Afriani, M.P.

MONOGRAFKINERJA PRODUKSI AYAM BROILER

DENGAN SISTEM PEMBATASAN WAKTU PEMBERIAN RANSUM

KOMUNITAS

GEMULUN INDONESIA

Page 2: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

Copyright © 2022Diterbitkan oleh Komunitas Gemulun Indonesia (anggota IKAPI)

Jalan Kapten Abdul Hasan, RT 26 Nomor 38A,Kecamatan Telanai Pura, Jambi. Telepon: 0823-7466-2791

Email: [email protected] Instagram: komunitasgemulunindonesia

Website: Gemulun.com

Penulis:Prof. Dr. Ir. Abdul Azis, M.Si.

Dr. Ir. Afriani, M.P.

Penyunting Naskah:Sean Popo Hard

Sampul dan Tata Letak:Agung Astrea Saputra, S.Pd.

ISBN:978-623-5279-08-4

Maret 2022

MONOGRAF

KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMBATASAN WAKTU

PEMBERIAN RANSUM

Hak cipta dilindungi undang-undang.Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku

ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Page 3: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

i

KATA PENGANTAR

Sistem pemeliharaan ayam broiler pada umumnya dilakukan dengan pemberian ransum secara penuh tanpa batas (ad libitum) untuk mencapai target bobot panen sesuai dengan perencanaan produksi. Keunggulan produksi ayam broiler dengan pemberian ransum ad libitum dapat memberikan laju pertumbuhan yang maksimal sesuai dengan potensi genetik ayam tersebut. Namun demikian, dibalik karekteristik ayam broiler dengan laju pertumbuhan yang cepat dengan pemberian ransum ad libitum sering dijumpai kasus gangguan metabolik (metabolic disorder) dan kelainan pada kaki (leg disorder). Di samping itu, kelebihan konsumsi ransum tidak dapat dihindarkan dikarenakan ayam dapat mengkonsumsi ransum hingga tiga kali dari kebutuhan hidup pokok. Kondisi seperti ini tentunya akan berdampak terhadap efisensi produksi.

Praktek pemberian ransum secara terbatas dianjurkan para ahli untuk menurunkan kasus gangguan metabolik dan meningkatkan efisiensi penggunaan ansum. Penerapan pembatasan ransum dengan metode kuantitatif dan kualitatif sudah banyak dilaporkan dengan tingkat kesulitan yang membutuhkan kalkulasi yang tepat. Pendekatan pembatasan ransum dengan cara pembatasan waktu pemberian ransum dalam batas waktu tertentu dipandang lebih praktis dan mudah untuk diterapkan. Pada prinsipnya, pembatasan waktu pemberian ransum merupakan praktek manajemen pemberian ransum pada waktu tertentu untuk mencapai kinerja produksi ayam broiler yang baik.

Buku monograf ini disusun sebagai kontribusi pengembangan keilmuan dibidang produksi ternak unggas sebagai upaya mendapatkan strategi baru dalam praktek manajemen pemberian ransum pada ayam broiler. Buku ini memuat serangkaian penelitian yang terdiri atas tiga kegiatan penelitian yang berhubungan dengan pembatasan waktu pemberian ransum pada ayam broiler.

Page 4: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

ii

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala anugrahNya sehingga buku ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dirjen Kemenristekdikti dan LPPM Unja yang telah mendanai beberapa penelitian kami sehingga diterbitkan menjadi buku. Ucapan terima kasih kami sampaikan juga kepada semua pihak yang turut membantu dalam kegiatan penelitian dan penerbitan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa program studi peternakan, peneliti dan kepada semua yang membutuhkannya.

Jambi, Februari 2022

Penulis

Page 5: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiiBAB I AYAM BROILER DAN PEMBERIAN RANSUM 1BAB II TEKNIK PEMBERIAN RANSUM DAN POLA PERTUMBUHAN AYAM BROILER 8

Teknik Pemberian Ransum 8Pola Pertumbuhan Ayam Broiler 14Pertumbuhan Kompensasi 19Pengendalian Pertumbuhan Kompensasi 23Faktor-faktor yang Mempengaruhi PertumbuhanKompensasi pada Ayam Boriler 25Pengaruh Pembatasan Ransum terhadap Karkasdan Lemak Abdomen 32

BAB III STRATEGI PEMBERIAN RANSUM SELAMA PERIODE STARTER DARI UMUR 7 S/D 21 HARI 42

Konsumsi Ransum 42Pertambahan Bobot Badan 48Konversi Ransum 54

BAB IV STRATEGI PEMBERIAN RANSUM SELAMA PERIODE GROWER DARI UMUR 7 S/D 21 HARI 61

Konsumsi Ransum 61Pertambahan Bobot Badan 63Konversi Ransum 67Karkas dan Lemak Abdomen 69

BAB V STRATEGI PEMBERIAN RANSUM SELAMA PERIODE PEMELIHARAAN DARI UMUR 1 S/D 35 HARI 71

Konsumsi Ransum 71Pertambahan Bobot Badan 76Konversi Ransum 80Karkas dan Lemak Abdomen 82

DAFTAR PUSTAKA 85

Page 6: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

iv

DAFTAR TABEL

1. Konsumsi ransum (g/ekor) menurut perlakuan pembatasan pemberian ransum berdasarkan umur pemeliharaan 432. Pertambahan bobot badan ayam (g/ekor) menurut perlakuan pembatasan pemberian ransum berdasarkan umur pemeliharaan 483. Bobot badan ayam (g/ekor) menurut perlakuan pembatasan pemberian ransum berdasarkan umur pemeliharaan 504. Konversi ransum (g/g) menurut perlakuan pembatasan pemberian ransum berdasarkan umur pemeliharaan 555. Bobot karkas dan lemak abdomen ayam berdasarkan perlakuan pengaturan pemberian ransum pada umur 35 hari 586. Konsumsi ransum (g/ekor) menurut perlakuan pengaturan pemberian ransum selama periode pertumbuhan dari umur 21 s/d 35 hari. 627. Pertambahan bobot badan ayam (g/ekor) selama periode pertumbuhan dari umur 21 s/d 35 hari. 658. Bobot badan ayam (g/ekor) selama periode pertumbuhan dari umur 21 s/d 35 hari. 659. Konversi ransum (g/g) selama periode pertumbuhan dari umur 21 s/d 35 hari. 6810. Bobot karkas dan lemak abdomen ayam berdasarkan perlakuan pengaturan pemberian ransum pada umur 35 hari. 7011. Konsumsi ransum (g/ekor) menurut perlakuan pembatasan pemberian ransum selama pemeliharaan 7412. Pertambahan bobot badan ayam (g/ekor) menurut perlakuan pembatasan pemberian ransum selama pemeliharaan 7513. Konversi ransum (g/g) menurut perlakuan pembatasan pemberian ransum selama pemeliharaan 8114. Bobot karkas dan lemak abdomen ayam berdasarkan perlakuan pengaturan pemberian ransum pada di akhir pemeliaraan umur 35 hari 82

Page 7: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

v

DAFTAR GAMBAR

1. Skema kurva pertumbuhan ayam broiler 172. Perkembangan bobot badan ayam menurut perlakuan pembatasan pemberian ransum selama pemeliharaan 78

Page 8: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

1

BAB I

AYAM BOILER DAN PEMBERIAN RANSUM

Ayam broiler yang dikenal dengan ayam tipe

pedaging merupakan sumber tercepat dalam

menyediakan sumber daging berkualitas tinggi seperti

protein yang dibutuhkan tubuh manusia. Kemajuan

seleksi genetik selama ini telah menghasilkan ayam

broiler modern dengan laju pertumbuhan yang tinggi,

sehingga dalam masa pemeliharaan yang singkat dalam

waktu 35 hari sudah dapat dipanen dengan capaian

bobot badan sekitar 1,8-2,0 kg (Sahraei dan

Shariatmadari, 2007).

Sistem produksi ayam broiler selama

pemeliharaan umumnya dilakukan dengan pemberian

ransum yang tersedia sepanjang waktu (ad libitum).

Teknis pemeliharaan tersebut mampu memberikan laju

pertumbuhan yang optimum sesuai dengan potensi

genetik yang dimiliki ayam tersebut. Namun demikian,

permasalahan yang berhubungan dengan cara

pemberian ransum ad libitum dapat menyebabkan

kebiasaan ayam mengkonsumsi ransum berlebih (Svihus

dan Hetland, 2001; Svihus et al., 2010). Apabila ransum

diberikan secara ad libitum, ayam dapat mengkonsumsi

ransum hingga 3 kali dari kebutuhannya (Barbato,

1994), menjadi rentan terhadap berbagai gangguan

metabolik (Olkowski et al., 2008; Kalmar et al., 2013;

Page 9: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

2

Wideman et al., 2013) dan menyimpan lemak lebih

banyak pada jaringan lemak abdomen serta dapat

menurunkan kualitas daging (Barbato 1994; Mushtaq et

al.,. 2014). Hal ini berpotensi menurunkan efisiensi

penggunaan ransum sebagai akibat terjadinya kelebihan

konsumsi di atas kebutuhan pertumbuhan ayam. Selain

itu, kondisi demikian tidak selalu menampilkan kondisi

kesehatan dan kesejahteraan yang baik selama

pemeliharaan ayam (Jang et al., 2009).

Indikasi yang terkait dengan tingginya laju

pertumbuhan ayam broiler sering diikuti dengan

masalah gangguan metabolik (metabolic disorder) seperti

kasus suddent death syndrome dan leg disorder (Zubair

dan Leeson, 1996; Rincon dan Leeson, 2002) yang besar

dampaknya terhadap efisiensi dan kualitas produksi.

Konsekuensi dari peristiwa seperti ini, praktek

manajemen yang berhubungan dengan pemberian

ransum pada ayam perlu dirobah untuk mengurangi

dampak buruk dari sistem pemberian ransum ad lbitum.

Pendekatan melalui pembatasan ransum biasanya

digunakan untuk mengatasi masalah yang menyertai

tingginya laju pertumbuhan di awal kehidupan pada

ayam pedaging (Saleh et al., 2005; Ozkan et al., 2006;

Rezaei et al, 2006). Program pembatasan ransum dapat

menghasilkan sinkronisasi laju pertumbuhan organ

tubuh yang berbeda dan mengurangi pengaruh buruk

dari laju pertumbuhan yang cepat (Balog et al., 2000;

Ozkan et al., 2006; Leeson dan Summers, 2009),

Page 10: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

3

meningkatkan efisiensi penggunaan ransum dan

pertambahan bobot badan (Mahmood et al., 2007) serta

dapat menurunkan biaya produksi yang berasal dari

ransum (Tolkamp et al., 2005; Zhan et al., 2007;

Sahraei, 2012). Berdasarkan beberapa penelitian

terdahulu, pembatasan ransum di awal kehidupan ayam

dirancang dengan memanfaatkan pertumbuhan

kompensasi dan perbaikan efisiensi penggunaan ransum

selama periode pemulihan. Selain itu, penerapan

program pembatasan ransum tersebut untuk

memperbaiki karekteristik karkas, menurunkan lemak

tubuh dan meningkatkan deposisi protein dalam daging

(Jones dan Farrell, 1992; Longo et al., 1999)

Fenomena pertumbuhan kompensasi selama

periode pemulihan masih menunjukkan hasil yang tidak

konsisten. Beberapa laporan memperlihatkan bahwa

pertumbuhan kompensasi dapat terjadi selama periode

pemulihan (Plavnik dan Hurwitz, 1985; Zubair dan

Leeson, 1994; Govaerts et al., 2000; Lee dan Leeson,

2001; Al-Taleb, 2003; Camacho et al., 2004; Zulkifli et

al., 2004; Ozkan et al., 2006; Zhan et al., 2007; Novel et

al., 2009; Mohebodini et al., 2009; Al-Aqil et al., 2009;

Azis et al., 2010, 2011) dan disertai dengan perbaikan

efisiensi penggunaan ransum (Lee dan Leeson, 2001;

Jang et al., 2009). Namun demikian, pada laporan lain

bahwa fenomena tersebut tidak dapat dibuktikan

(Lippen et al., 2000; Saleh et al., 2005; Suci et al., 2005;

Rezaei et al., 2006; Li et al., 2007; Lien et al., 2008;

Page 11: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

4

Khetani et al,. 2009; Azarnik et al., 2010). Perbedaan

hasil tersebut terjadi dikarenakan banyak faktor yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan kompensasi, antara

lain seperti metode pembatasan yang diterapkan, umur

pada saat penerapan pembatasan, intensitas

pembatasan, dan faktor genetik dan jenis kelamin

(Butzen et al., 2013, 2015).

Pembatasan ransum dengan metode kuantitatif

pada ayam broiler di lingkungan tropis menjadi alternatif

untuk memperbaiki efisiensi penggunaan ransum dan

meningkatkan resistensi ayam terhadap cekaman panas.

Namun demikian, tingkat pembatasan ransum 60% ad

libitum di awal kehidupan ayam (starter) meningkatkan

gejala stress (Al-Aqil et al., 2009) dan tingkat 50% pada

periode grower (masa pertumbuhan) berdampak

terhadap penurunan kinerja produksi ayam broiler (Abu-

Deiyeh, 2006). Hal demikian menunjukkan bahwa

intensitas pembatasan ransum tersebut masih cukup

ketat untuk diterapkan. Demikian juga halnya dengan

pembatasan ransum selama periode grower (setelah

ayam berumur 3 minggu), meskipun tindakan demikian

dapat menurunkan produksi panas metabolik, akan

tetapi, kinerja produksi ayam lebih rendah dibandingkan

dengan ayam yang tidak mendapat pembatasan ransum

(Benyi et al,. 2009). Berkenanaan dengan hal ini,

diperlukan suatu strategi pembatasan ransum dengan

intensitas ringan untuk diterapkan selama periode awal

(starter) dan periode pertumbuhan (grower) agar

Page 12: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

5

cekaman nutrisi tidak terlalu tinggi sehingga potensi

pertumbuhan ayam selama periode pemulihan mampu

menampilkan pertumbuhan yang normal atau

pertumbuhan kompensasi agar bobot tubuh normal

dapat dicapai pada saat umur panen.

Beberapa laporan menunjukkan bahwa

pembatasan ransum melalui sistem pemuasaan atau

pengosongan ketersediaan ransum (feed withdrawal)

selama 4 jam/hari (14:00 s/d 18:00) dari umur 1 hingga

21 hari (Zhan et al., 2007) dan sistem pemberian ransum

secara berselang (intermittent feeding) selama 8 jam/hari

dengan empat frekuensi pemberian ransum dari umur 7

hingga 21 hari (Mohebodini et al., 2009) masih

dikategorikan ringan. Pada peneliti lain, meskipun Benyi

et al. (2010) menyarankan bahwa program pemuasaan

selama 10 jam/hari (08:00-18:00) dari umur 8 s/d 28

hari dapat digunakan untuk pemeliharaan ayam broiler

di daerah tropis, namun demikian, bobot badan akhir

yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan

kontrol (1,3 vs 1,6 kg untuk strain Ross 308 dan 1,2 vs

1,4 kg untuk strain Hubbard). Fakta demikian

menunjukkan bahwa waktu pemuasaan yang

berlangsung terlalu panjang pada siang hari terlihat

tidak efektif diterapkan mengingat pencapaian kinerja

produksi lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang

diberi ransum ad libitum.

Manajemen pemberian ransum pada ayam

merupakan salah satu bagian dari lingkungan dan

Page 13: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

6

menjadi bagian penting yang cukup efektif untuk

memodulasi pertumbuhan dan status kesehatan ayam.

Pada kondisi praktis di lapangan, tingkah laku makan

pada ayam broiler dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain adalah cara dan frekuensi pemberian

ransum (Picard et al., 1999). Faktor frekuensi dan lama

waktu ransum disediakan selama periode pembatasan

dapat menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat

dalam kelompok untuk mendapatkan makanan (de Jong

et al., 2003). Oleh karena itu, pertimbangan dan

penetapan lama batasan waktu ransum disediakan

menjadi faktor penting selama program pembatasan

ransum.

Masalah utama yang teridentifikasi dari

penerapan pembatasan ransum berhubungan dengan

faktor intensitas pembatasan, waktu penerapan dan

lama waktu periode pemulihan. Penerapan pembatasan

ransum dengan intensitas yang ketat pada periode awal

diduga sebagai penyebab kegagalan ayam menampilkan

pertumbuhan kompensasi selama periode pemulihan.

Pendekatan pembatasan ransum melalui pembatasan

waktu pemberian ransum (feeding time restriction) dalam

rentang waktu tertentu merupakan alternatif

pembatasan ransum dengan intensitas rendah dan

mudah diterapkan dalam produksi ayam broiler. Teknik

ini menjadi pilihan untuk mendapatkan strategi baru

dalam praktek manajemen pemberian ransum pada

ayam broiler.

Page 14: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

7

Berdasarkan identifikasi masalah dan solusi yang

akan diterapkan dapat dirumuskan apakah pembatasan

ransum dengan sistem pambatasan waktu pemberian

ransum dalam batasan waktu tertentu selama periode

starter, grower atau selama pemeliharaan dari umur 1

hingga 35 hari dapat mempengaruhi kinerja produksi

ayam broiler.

Page 15: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

8

BAB II

TEKNIK PEMBERIAN RANSUM DAN

POLA PERTUMBUHAN AYAM BOILER

Teknik Pemberian Ransum

Teknik pemberian ransum pada ayam dengan

kemungkinan memberikan manfaat terhadap

peningkatan efisiensi ransum telah diteliti secara luas.

Pembatasan ransum adalah metode pemberian ransum

yang berhubungan dengan batasan jumlah ransum yang

diberikan, waktu pembatasan dan lama pembatasan

yang akan berdampak terhadap kemampuan ayam

untuk mencapai bobot badan yang sama dengan ayam

yang tidak dibatasi setelah dibebaskan dari cekaman

pembatasan raansum (Ballay et al., 1992; Yu et al.,

1992). Pembatasan ransum pada ayam dilakukan

dengan membatasi akses terhadap makanan yang

diberikan dalam jangka waktu tertentu pada umur

tertentu. Apabila setelah ayam dibebaskan dari

pembatasan ransum dengan pemberian ransum ad

libitum selama periode pemulihan dan diikuti dengan

kebutuhan ransum yang rendah dan disertai dengan laju

pertumbuhan yang normal atau di atas normal

(pertumbuhan kompensasi), maka secara substansial

efisiensi produksi akan menjadi lebih baik (Plavnik dan

Hurwitz, 1985). Secara umum pembatasan ransum

terdiri atas 2 metode, yaitu pembatasan ransum secara

Page 16: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

9

kuantitatif dan kualitatif, dimana dari kedua metode

tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap

kinerja produksi ayam broiler (Lee dan Leeson, 2001;

Butzen et al., 2015).

Permasalahan dari sifat laju pertumbuhan yang

tinggi di awal kehidupan pada ayam broiler dapat

menyebabkan gangguan yang berhubungan dengan

masalah metabolisme, seperti kasus asites dan sindrom

kematian mendadak (suddent death syndrom), gangguan

pertumbuhan tulang pada kaki (leg disorder) serta

penimbunan lemak yang tinggi dalam tubuh (Leeson et

al., 1992). Pembatasan ransum adalah upaya

mengurangi penyediaan ransum agar konsumsi dapat

dikurangi selama jangka waktu tertentu dalam upaya

untuk mengurangi laju pertambahan bobot badan ayam

Pembatasan ransum tersebut cukup bermanfaat dalam

menurunkan kasus gangguan yang berhubungan

dengan masalah metabolisme tersebut (Jones dan

Farrell, 1992ab; Yu dan Robinson, 1992; Robinson et al.,

1992; Acar et al., 1995; Gonzales et al., 1998; Demir et

al., 2004; Ozkan et al., 2006).

Metode pembatasan ransum secara kuantitatif

dan kualitatif merupakan prosedur yang dapat

diterapkan untuk memanipulasi strategi pemberian

ransum pada ayam untuk menurunkan laju

pertumbuhan dan metabolisme sampai batas tertentu.

Strategi pemberian ransum tersebut dapat ditempuh

dengan teknik pembatasan ransum secara fisik (Plavnik

Page 17: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

10

dan Hurwitz, 1989), pemuasaan secara berselang hari

(skip-a-day feeding), pengurangan waktu penerangan

(intermittent lighting) dalam kandang (Deaton et al., 1978;

Religious et al., 2001), atau pemuasaan singkat dalam

waktu tertentu (intermittent feeding, feed withdrawal)

(McDaniel et al., 1975; Holder et al., 1977; Washburn

dan Bondari, 1977; Proudfoot dan Hulan, 1982ab; Reece

et al., 1986)

Prosedur pembatasan ransum dengan metode

kualitatif melalui penurunan kepadatan nutrisi (diet

dilution) telah banyak dilaporkan peneliti dengan

menggunakan sekam padi, sekam gandum, dedak padi,

daun pisang, pasir atau arang kayu sebagai bahan

pencampur atau tambahan dalam ransum (Leeson et al.,

1992; Al-Taleb, 2003; Teimouri, et al., 2005; Suci, et al.,

2005; Rezaei et al., 2006; Rezaei dan Hajati, 2010).

Meskipun ayam dapat makan secara bebas

(ad libitum), akan tetapi laju pertumbuhan

menurun dikarenakan asupan nutrisi belum dapat

memenuhi untuk menunjang pertumbuhan yang

maksimal. Keuntungan dari metode kualitatif ini dapat

menghasilkan keseragaman pertumbuhan ayam dalam

kelompok (Sahraei, 2012).

Selain kedua metode pembatasan ransum

tersebut di atas, program pengaturan pencahayaan

secara berselang (intermittent lighting) telah dikenal

sebagai program khusus pada manajemen ternak unggas

yang cukup populer untuk menurunkan kasus leg

Page 18: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

11

disorder, sudden death syndrom dan tingkat kematian

ayam (Renden et al., 1991; Blair et al., 1993; Gordon dan

Tucker, 1997). Meskipun program pencahayaan tersebut

tidak diklasifikasikan sebagai program pembatasan

ransum, namun demikian program pencahayaan

tersebut telah banyak dimanfaatkan untuk tujuan

pembatasan ransum pada ayam. Pada prinsipnya

program tersebut adalah program pengaturan cahaya

dalam kandang secara berkala pada waktu-waktu

tertentu. Tujuan dari program tersebut sebenarnya

membatasi konsumsi dengan mengatur waktu makan

dan istirahat bagi ayam (Wilson et al., 1984; Sasongko,

1992).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa program

pengaturan cahaya dalam kandang mampu

meningkatkan efisiensi ransum dibandingkan dengan

program pencahayaan selama 24 jam/hari (Buckland,

1975; Deaton et al., 1978; Cherry et al., 1978; Cave et al.,

1985; Blair et al., 1993; Buys et al., 1998; Apeldoom et

al., 1999), di samping itu, program ini dapat mengurangi

penggunaan energi listrik (Cave et al., 1985). Pada sisi

lain, Buyse et al. (1996) melaporkan bahwa program

pencahayaan secara berselang (intermittent lighting)

dengan waktu terang 1 jam dan gelap 3 jam yang

diulang sebanyak 6 kali/hari dapat memperlihatkan

perbaikan konversi ransum dan pertumbuhan

kompensasi ayam broiler jantan pada umur 41 hari.

Page 19: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

12

Program pengaturan waktu makan yang identik

dengan program pengaturan cahaya adalah pembatasan

pemberian dan mengosongkan ransum selama waktu

tertentu (feed withdrawal atau intermittent feeding).

Metode ini sudah pelajari oleh beberapa peneliti (Gous,

1977; Buckland, 1975; McCartney dan Brown, 1977;

Holder et al. 1977; Beane et al., 1977; Washburn dan

Bondari, 1977) dan dapat memberikan kinerja produksi

yang tidak jauh berbeda dengan program pencahayaan.

Sistem pemberian ransum secara periodik (intermitten

feeding) dapat memperbaiki efisiensi penggunaan

ransum dibandingkan dengan sistem pencahayaan

(Reece et al., 1986). Lebih lanjut, Svihus, et al. (2010)

mengutarakan bahwa pembatasan ransum melalui

intermittent feeding memberikan peluang perbaikan

efisiensi penggunaan ransum dikarenakan kelebihan

konsumsi (overconsumption) pada ayam broiler dapat

dikurangi.

Modifikasi dari metode pembatasan ransum

melalui pengaturan waktu makan menjadi perhatian

para peneliti dengan mengacu pada metode Proudfoot

dan Hulan (1982ab) dan Proudfoot et al. (1983), yaitu

berdasarkan sistem pengosongan penyediaan ransum

(feed withdrawal) selama 4 jam/hari dari jam 14:00 s/d

18:00 mulai umur 1 hingga 21 hari (Zhan et al., 2007)

dan sistem pemberian ransum secara berselang

(intermittent feeding) selama 8 jam/hari dari jam 06:00

s/d 08:00, 12:00 s/d 14:00, 18:00 s/d 20:00 dan jam

Page 20: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

13

24:00 s/d 02:00 dari umur 7 hingga 14 atau 21 hari

(Mohebodini et al., 2009). Hasil yang dicapai

menunjukkan bahwa pertumbuhan kompensasi dapat

dicapai dengan menghasilkan bobot badan yang sama

dengan kontrol pada umur 42 dan 63 hari.

Selain itu, pembatasan ransum melalui

pengaturan waktu makan (intermittent feeding) dengan

ketersediaan ransum selama 6 jam/hari dengan siklus 1

jam tersedia 3 jam kosong selama siklus 24 jam dari

umur 14 s/d 42 hari (Ahmad, 2004), dan sistem

pengosongan tempat makanan (feed withdrawal) selama

8 jam/hari (09:00 s/d 17:00) dari umur 14 s/d 42 hari

(Mahmood, et al., 2005) serta pembatasan ransum

secara kontiniu melalui penyediaan ransum dari jam

08:00 s/d 16:00 (Willis dan Reid, 2008) dari umur 1 s/d

49 hari telah dievaluasi oleh beberapa peneliti. Hasil

yang diperoleh menunjukkan bahwa pembatasan

ransum melalui pengosongan penyediaan ransum

selama 8 jam/hari tidak berpengaruh terhadap

performans ayam broiler. Namun demikian, hasil

tersebut berbeda dengan laporan Ahmad, (2004) serta

Willis dan Reid, (2008) bahwa pembatasan melalui cara

tersebut menurunkan kinerja produksi ayam broiler.

Selain itu, pembatasan ransum secara kontiniu selama

kehidupan ayam melalui skip-a-day feeding selama

periode starter dan grower (Benyi et al., 2009) tidak

dapat menghasilkan bobot badan yang sama dengan

kontrol pada umur 49 hari. Perbedaan hasil tersebut

Page 21: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

14

menunjukkan bahwa umur dan masa pembatasan

menjadi pertimbangan utama dalam penerapan

pembatasan ransum pada ayam broiler.

Pola Pertumbuhan Ayam Broiler

Model matematik yang sudah dikembangkan

untuk menggambarkan pertumbuhan pasca menetas

pada ayam broiler diistilahkan sebagai akumulasi

pertambahan bobot badan. Penggunaan persamaan

matematik tersebut untuk menggambarkan kurva

pertumbuhan secara lengkap yang dapat digunakan

untuk membandingkan perbedaan pola pertumbuhan

secara menyeluruh di antara beberapa strain ayam

(Wilson, 1977). Model pertumbuhan ini dapat digunakan

untuk memprediksi perkiraan bobot badan dari

sekelompok ayam pada umur-umur tertentu dalam

batasan model tersebut. Sebagai contoh, model

matematik dari pertumbuhan unggas yang sudah

dikembangkan seperti model nonlinear oleh Gompertz,

model logaritma dan model Von Bertalanffy (Tzeng dan

Becker, 1981).

Wilson (1977) menegaskan bahwa model

nonlinear cocok digunakan untuk spesies unggas dan

dikembangkan dengan asumsi unggas yang diberi

ransum ad libitum dapat mencapai pertumbuhan

maksimum. Pada peneliti lain, Tzeng dan Becker (1981)

memperoleh hasil bahwa persamaan Gompertz

merupakan persamaan garis yang paling baik untuk

Page 22: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

15

menilai pertambahan bobot badan kumulatif berbasis

bobot badan harian pada ayam broiler jantan antara

umur 1 hingga 69 hari.

Laju pertumbuhan merupakan salah satu sifat

ekonomi yang penting pada industri perunggasan

dikarenakan adanya penurunan penggunaan ransum

yang dihasilkan dari periode pemeliharaan ayam yang

lebih pendek (Pasternak dan Shalev, 1983). Lebih lanjut,

dilaporkan bahwa ayam broiler yang memiliki kurva

pertumbuhan seperti bentuk konkaf (pertumbuhan

lambat di awal dan cepat diakhir) secara keseluruhan

membutuhkan makanan lebih rendah dibandingkan

dengan ayam broiler yang memiliki kurva pertumbuhan

seperti bentuk konvek (pertumbuhan cepat di awal dan

lambat diakhir). Beberapa peneliti lain melaporkan

bahwa ketatnya tekanan seleksi genetik terhadap bobot

badan dan laju pertumbuhan ayam broiler telah

merubah kurva pertumbuhan ayam agar pencapaian

bobot panen dapat dicapai pada umur-umur awal

(Marks, 1979; Zelenka et al., 1986; Siegel dan

Dunnington, 1987).

Seleksi genetik yang dilakukan secara kontiniu

dan perbaikan unsur-unsur nutrisi ayam broiler telah

menghasilkan peningkatan bobot badan ayam secara

signifikan hingga mencapai bobot panen. Laju

peningkatan pertambahan bobot badan ini terlihat pada

4 (empat) minggu pertama setelah menetas (Marks,

1979). Kelemahan dari tingginya laju pertumbuhan pada

Page 23: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

16

minggu-minggu awal kehidupan ayam diikuti dengan

deposisi lemak yang tinggi dan kejadian kasus penyakit

metabolik dan skeletal (Robinson et al., 1992).

Pasternak dan Shalev (1983) melaporkan bahwa

laju pertumbuhan ayam broiler mempengaruhi efisiensi

penggunaan ransum. Ayam broiler yang memiliki

pertumbuhan seperti bentuk kurva konkaf

(pertumbuhan lambat di awal dan cepat di akhir)

membutuhkan makanan lebih rendah dibandingkan

dengan bentuk kurva konvek (pertumbuhan cepat di

awal dan lambat di akhir). Ayam broiler komersial

umumnya memiliki pertumbuhan dengan bentuk kurva

konvek (Marks, 1979). Hal ini sudah diuji dengan

menggunakan pembatasan ransum pada minggu kedua

setelah menetas menghasilkan pertumbuhan bentuk

kurva konkaf dengan peningkatan efisiensi penggunaan

ransum, penurunan lemak tubuh dan tidak terjadi

penurunan bobot badan pada umur 8 minggu (Plavnik

dan Hurwitz, 1985,1986,1990). Peningkatan efisiensi

penggunaan ransum tersebut disebabkan oleh

peningkatan efisiensi metabolik yang berhubungan

dengan kondisi tubuh yang lebih kecil selama periode

awal pertumbuhan (Dickerson, 1978) dan pertumbuhan

kompensasi selama periode pemulihan (McMurtry et al.,

1988).

Page 24: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

17

Lesson dan Summer (1991) memberikan

gambaran dari perbedaan kurva pertumbuhan ayam

broiler, seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema kurva pertumbuhan ayam broiler

(Lesson dan Summer, 1991)

Garis A, B dan C merupakan bentuk dari tiga

kurva pertumbuhan ayam broiler yang mencapai bobot

badan sekitar 2 kg pada umur 42 hari. Jika

pertambahan bobot badan ayam pada tingkat yang

seragam, sebagaimana pertumbuhan yang ditunjukkan

pada garis B, tanpa atau minimal cekaman dari

lingkungan dan pertumbuhan stabil secara terus-

menerus tanpa ada ditandai dengan pertumbuhan

lambat atau cepat. Akan tetapi, hanya sedikit hewan

yang tumbuh dengan pola tersebut. Pertambahan bobot

badan ayam seperti garis A dan C sama-sama mencapai

bobot badan 2 kg pada 42 hari, akan tetapi, jalur yang

Page 25: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

18

ditempuh berbeda diantara garis A dan B. Ayam pada

garis A memiliki pertumbuhan pada yang lebih cepat

periode awal kemudian diikuti pertumbuhan yang lebih

lambat mendekati bobot panen. Ayam pada garis C

memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat periode

awal kemudian diikuti oleh pertumbuhan yang

dipercepat menuju bobot panen. Ayam pada garis C

mungkin akan menunjukkan efisiensi penggunaan

ransum yang lebih baik karena kebutuhannya lebih

rendah. Alasan berkurangnya kebutuhan tersebut pada

umur tertentu sebelum mencapai titik X (bobot panen),

ayam dengan massa tubuh yang lebih akan

membutuhkan lebih sedikit nutrisi untuk

pertumbuhannya. Secara proposianal, ayam dengan

massa tubuh yang lebih kecil memiliki kebutuhan yang

lebih tinggi, tetapi jika ayam pada garis C berbeda dari

A, dimana akan ada pengurangan jumlah nutrisi mutlak

untuk pemeliharaannya. Dilihat dari total kebutuhan

pemeliharaan yang berkurang ini dan sambil tetap

berproses mencapai bobot panen menuju titik (X),

ransum yang diberikan harus menghasilkan lebih

banyak yang diarahkan untuk pertumbuhan. Dengan

demikian, kondisi demikian akan meningkatkan efisiensi

penggunaan ransum. Perubahan pola pertumbuhan

ayam dengan memperlambat pertumbuhan pada periode

awal melalui pembatasan ransum diasumsikan dapat

memperbaiki efisiensi penggunaan ransum tanpa

mempengaruhi bobot akhir pada ayam broiler.

Page 26: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

19

Pertumbuhan Kompensasi

Seekor hewan atau ternak yang memiliki

pertumbuhan lambat akibat pembatasan makanan atau

nutrisi akan memperlihatkan peningkatan laju

pertumbuhan apabila dikembalikan pada pemberian

ransum ad libitum (realimentasi). Jika laju pertumbuhan

ini melebihi dari pertumbuhan normal pada umur yang

sama, maka ternak tersebut mengalami pertumbuhan

kompensasi atau catch-up growth (McMurtry et al.,

1988). Pendapat dari beberapa peneliti berdasarkan

review Yu dan Robinson (1992) menilai bahwa istilah

catch-up growth lebih tepat digunakan sebab kata

kompensasi mengacu pada kelebihan pertumbuhan

bagian tubuh yang mengalami kompensasi dari

kehilangan bagian dan fungsinya. Namun demikian,

penggunaan kedua istilah ini tergantung pada persepsi

peneliti dimana istilah ini dapat dapat saja

dipertukarkan di antara keduanya.

Studi tentang pertumbuhan kompensasi setelah

studi awal yang dilakukan oleh Osborne dan Bohman

sudah dicobakan pada beberapa jenis ternak, antara lain

seperti pada unggas (Wilson dan Osbourn, 1960; Deaton

et al., 1973; Moran, 1979; Plavnik dan Hurwitz, 1985;

Zubair dan Leeson, 1994; Santoso et al., 1995). Kock,

(1982) menerangkan bahwa pertumbuhan kompensasi

terjadi karena adanya penyimpangan antara

pertumbuhan fisiologis dan kronologis pada waktu

hewan dalam kondisi nutrisi buruk atau kurang makan

Page 27: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

20

dan kondisi pemulihan atau pemberian makanan secara

penuh dengan peningkatan pertumbuhan untuk

mengembalikan keseimbangan hubungan fisiologis dan

kronologis tersebut. Pertumbuhan kompensasi pada

ayam broiler dimanfaatkan untuk meningkatkan

pertambahan bobot badan, perbaikan efisiensi

penggunaan ransum dan merubah komposisi karkas,

seperti peningkatan protein dan penurunan kandungan

lemak karkas (Plavnik dan Hurwitz,

1985,1988,1989,1991). Mengingat pola pertumbuhan

ayam broiler modern sekarang ini memiliki bentuk kurva

konvek, maka perubahan menjadi bentuk kurva konkaf

dapat dicapai dengan pembatasan ransum, baik secara

kuantitatif maupun kualitatif. Pola yang demikian ini

akan menghasilkan pertumbuhan kompensasi, yaitu

dengan percepatan pertumbuhan di periode akhir.

Keberhasilan pencapaian pertumbuhan kompensasi

tersebut tergantung pada waktu, tingkat dan lamanya

periode pembatasan.

Selain itu, energi dan unsur-unsur nutrisi yang

mendukung pertumbuhan kompensasi dapat

dikarenakan oleh adanya penurunan kebutuhan hidup

selama periode pemulihan setelah pembatasan ransum

(Wilson dan Osborn, 1960; Meyer dan Clawson, 1964;

Ashworth, 1969; Graham dan Searle, 1975). Kebutuhan

hidup tersebut meliputi 4 komponen, yaitu laju

metabolik basal, specific dinamic action, energi untuk

aktivitas dan energi untuk pemeliharaan tubuh (Vohra et

Page 28: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

21

al., 1975). Graham dan Searle (1975) melaporkan bahwa

laju metabolik basal lebih rendah selama periode

pemulihan dibandingkan dengan prediksi untuk

pertumbuhan normal, namun demikian, mereka

menyimpulkan bahwa kebutuhan energi untuk

pertumbuhan kompensasi diperoleh dari peningkatan

konsumsi ransum relatif terhadap ukuran tubuh.

Ashworth (1969), Ashworth dan Millword (1986)

mencatat bahwa peningkatan nafsu makan

berhubungan dengan pertumbuhan kompensasi.

Fenomena seperti ini juga terjadi pada ayam

sebagaimana dilaporkan oleh Zubair dan Lesson (1994b)

bahwa peningkatan konsumsi ransum relatif terhadap

ukuran tubuh selama periode pemulihan pada kelompok

ayam yang sebelumnya mendapat pembatasan ransum

merupakan faktor pendukung pertumbuhan

kompensasi.

Dukungan lain yang terlihat dari manfaat

pembatasan ransum tersebut pada ayam adalah

peningkatan kecernaan protein dan lemak (Teeter dan

Smith, 1985). Zubair dan Lesson, (1994b) melaporkan

bahwa peningkatan retensi nitrogen nyata terlihat pada

kelompok ayam yang mendapat pembatasan ransum

selama periode pemulihan. Fakta demikian

menunjukkan bahwa meskipun selama periode

pembatasan terjadi penurunan pertumbuhan, akan

tetapi, selama periode pemulihan terlihat adanya

peningkatan penggunaan unsur-unsur nutrisi. Hal ini

Page 29: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

22

menandakan adanya peningkatan efisiensi penggunaan

ransum. Beberapa peneliti sepakat dengan fenomena

demikian (Lippen et al., 2002; Susbilla et al., 2003).

Pertumbuhan kompensasi dapat dicapai apabila

ayam mengalihkan penggunaan energi untuk

pertumbuhan dan/atau jika energi yang ada digunakan

dalam cara yang berbeda (Ryan, 1990). Mekanisme yang

terlibat dalam proses pertumbuhan kompensasi tersebut

erat hubungannya dengan penurunan kebutuhan hidup

pokok, peningkatan konsumsi ransum relatif terhadap

bobot badan, perubahan proporsi deposisi lemak dan

protein dalam jaringan dan/atau peningkatan efisiensi

penggunaan energi untuk pertumbuhan (Ryan, 1990;

Rowan et al., 1996). Selanjutnya, Yu dan Robinson

(1992) melaporkan bahwa energi yang menopang

percepatan pertumbuhan tersebut mungkin berasal dari

penurunan kebutuhan energi secara menyeluruh, atau

akibat penurunan laju metabolik basal yang terjadi pada

ayam yang mendapat pembatasan ransum (Zubair dan

Leeson, 1994b).

Pada metode lain, pembatasan ransum melalui

cara diet dilution dengan menggunakan sekam padi

sebagai bahan pengisi ransum sebanyak 55% yang

diberikan dari umur 4 s/d 11 hari menghasilkan

pertumbuhan yang relatif tidak berbeda dengan kontrol

selama periode pemulihan, namun demikian ada

indikasi pertumbuhan kompensasi dari umur 35 s/d 42

hari (Lesson et al., 1991). Berbeda dengan hasil yang

Page 30: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

23

dilaporkan Suci et al. (2005) dengan menggunakan daun

pisang sampai 10% dalam ransum yang diberikan

selama periode starter (0-21 hari) tidak dapat

memperlihatkan terjadinya pertumbuhan kompensasi

dan menghasilkan bobot badan yang lebih rendah dari

kontrol pada umur 35 hari (792,52 vs 889,79 g/ekor).

Namun demikian, belakangan ini Rezaei dan Hajati

(2010) melaporkan bahwa pembatasan ransum melalui

diet dilution dengan menggunakan sekam padi hingga

40% dari umur 14 s/d 20 hari dapat memperlihatkan

pertambahan bobot badan yang lebih tinggi daripada

kontrol (2286,71 vs 2176,65 g/ekor) selama periode

pemulihan umur 21 s/d 44 hari. Hasil ini menunjukkan

bahwa metode, aras pembatasan dan lama waktu

pembatasan serta umur ayam dapat mempengaruhi

keberhasilan pencapaian pertumbuhan kompensasi.

Pengendalian Pertumbuhan Kompensasi

Mekanisme pengendalian pertumbuhan

kompensasi sudah dipelajari oleh beberapa peneliti. Dua

teori yang diajukan untuk menerangkan bagaimana

pengaturan pertumbuhan kompensasi tersebut (Wilson

and Osbourn, 1960; Winick dan Nobel, 1966; Mosier,

1986; Pitts, 1986). Teori pertama menjelaskan bahwa

mekanisme pertumbuhan kompensasi meliputi petunjuk

ukuran tubuh yang sesuai dengan umur dan

pengontrolan berada pada sistem susunan syaraf pusat

(Wilson dan Osbourn, 1960; Mosier, 1986). Peningkatan

Page 31: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

24

hormon pertumbuhan (growth hormone; GH) yang

dihasilkan berhubungan dengan pengendalian

pertumbuhan kompensasi akan tetapi responnya tidak

secara langsung terhadap percepatan pertumbuhan.

Keterkaitan antara pengendalian pertumbuhan

kompensasi tersebut dan pelepasan GH diatur oleh

pencahayaan. Busye et al. (1997) menjelaskan bahwa

ayam broiler dapat memperlihatkan percepatan

pertumbuhan setelah pembatasan ransum dengan

konsentrasi GH yang lebih besar dibandingkan dengan

kontrol dan berdampak terhadap peningkatan deposisi

protein. Oleh karena itu, setelah periode pada kondisi

nutrisi jelek, tubuh mencoba mencapai ukuran yang

sesuai dengan umur dalam waktu sesingkat mungkin

(Zubair dan Lesson, 1994a). Menurut Mosier (1986),

mekanisme penginderaan penurunan ukuran tubuh dan

rangsangan percepatan pertumbuhan kompensasi masih

belum diketahui.

Teori kedua berhubungan dengan kontrol periferal

yang menunjukkan kontrol ukuran tubuh melalui

jumlah sel atau total kandungan DNA. Sebagaimana

yang dilaporkan oleh Pitts (1986) bahwa jumlah DNA

merupakan penentu ukuran masak atau dewasa suatu

jaringan. Studi pada tikus, Pitts (1986) membuktikan

bahwa depresi nutrisi menurunkan ukuran jaringan

tetapi jumlah DNA tidak menurun. Dikarenakan jumlah

DNA tidak berubah setelah kondisi kekurangan nutrisi,

mekanisme untuk mengejar atau mengembalikan

Page 32: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

25

ukuran jaringan tersebut sesuai dengan umur dapat

berlangsung selama periode pemulihan. Apabila kondisi

kekurangan nutrisi tersebut terjadi pada umur yang

terlalu muda maka jumlah DNA akan berubah sehingga

selama periode pemulihan tidak akan berhasil mencapai

ukuran jaringan yang sesuai dengan umurnya. Hal

demikian dikarenakan mekanisme yang terjadi tidak

mampu berfungsi dengan baik. Winick dan Nobel (1966),

melaporkan bahwa penurunan jumlah sel sifatnya

permanen, sedangkan penurunan ukuran sel dapat

dipulihkan setelah dibebaskan dari cekaman nutrisi

tersebut.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Kompensasi pada Ayam Broiler

a. Tingkat Pembatasan Ransum

Selama periode pembatasan ransum, ayam dapat

diberi ransum berdasarkan kebutuhan energi untuk

hidup pokok pada 2 tingkat, di atas atau di bawah dari

kebutuhan hidup pokok. Pemberian ransum pada level

di bawah hidup pokok, peluang kejadian pertumbuhan

kompensasi biasanya lebih besar selama periode

pemulihan, namun demikian ayam dapat mencapai

pertumbuhan kompensasi tersebut dalam jangka waktu

yang lebih lama dengan semakin tinggi derajat

pembatasan yang dilakukan (Wilson dan Osbourn,

1960). Akumulasi lemak tubuh erat hubungannya

dengan derajat pemuasaan selama pembatasan dan

Page 33: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

26

pemulihan (Yeh dan Leveille, 1970), dan kemungkinan

ternak tersebut dapat mengalami hambatan

pertumbuhan secara permanen sebagai dampak dari

pembatasan ransum pada tingkat di bawah kebutuhan

hidup pokok (Barnes dan Miller, 1981). Plavnik dan

Hurwitz (1985) dan Plavnik et al. (1986) melakukan

penelitian pembatasan ransum pada ayam broiler

selama 14 hari yang dimulai dari umur 7 hari (7-21

hari), yaitu dengan membatasi konsumsi energi pada

level 1,50 x (Bobot Badan)0,67 kkal ME/hari dengan

kandungan protein ransum 21%. Pada level tersebut,

ransum yang diberikan setara dengan konsumsi energi

30-40 kkal ME per hari atau sekitar 35% dari konsumsi

ad libitum. Derajat pembatasan ransum pada tingkat

tersebut sedikit di atas kebutuhan hidup pokok ayam

broiler (Plavnik dan Hurwitz, 1985; Yu et al., 1990). Hasil

penelitian yang dicapai dilaporkan bahwa laju

pertumbuhan ayam setelah dibebaskan dari pembatasan

ransum nyata lebih tinggi dari kontrol setelah 2 minggu

beradaptasi dengan pemberian ransum ad libitum.

Kendatipun laju pertumbuhan ayam selama

periode pemulihan lebih tinggi, akan tetapi kondisi

demikian belum cukup untuk mencapai berat badan

yang sama dengan kontrol pada umur panen (Plavnik et

al., 1986). Hal demikian disebabkan oleh pertumbuhan

kompensasi yang terjadi selama 2 minggu terakhir tidak

cukup untuk mencapai berat badan yang sama dengan

kontrol pada umur 56 hari (Plavnik dan Hurwitz, 1985).

Page 34: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

27

Pada beberapa kasus, pola pertumbuhan setelah

dibebaskan dari pembatasan ransum dapat

menghasilkan pertumbuhan kompensasi secara

sempurna sehingga mampu mencapai berat yang sama

pada umur panen. Lebuh lanjut, Plavnik dan Hurwitz

(1988) melaporkan bahwa pembatasan ransum yang

dilakukan pada umur 3-11 hari mampu menghasilkan

bobot badan yang sama dengan kontrol pada umur 8

minggu. Hal demikian menunjukkan bahwa

pertumbuhan kompensasi dapat terjadi dan mampu

menghasilkan bobot badan yang sama dengan kontrol

pada umur 8 minggu.

Selanjutnya, Plavnik dan Hurwitz (1991)

melakukan pembatasan ransum yang lebih ringan

dengan menekan pertumbuhan ayam 60-75% dari

pertumbuhan normal selama 7 hari (7-14 hari) dapat

memberikan keuntungan ekonomis dibandingkan

dengan program pemberian ransum ad libitum.

Sebanyak 4 perlakuan yang dirancang untuk

menghasilkan pertumbuhan ayam selama periode

pembatasan yaitu 22, 15, 6 dan 0 gram/hari. Hasil yang

dicapai menunjukkan bahwa pembatasan dengan

menekan pertumbuhan ayam sekitar 60-75% dari

normal mampu menghasilkan bobot badan yang sama

dengan kontrol pada umur 8 minggu.

Di lain pihak, beberapa penelitian penerapan

pembatasan ransum yang sama seperti yang dilaporkan

oleh Plavnik dan Hurwitz (1985) tidak berhasil

Page 35: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

28

membuktikan kemampuan ayam untuk mencapai bobot

badan yang sama dengan kontrol pada umur panen

(Pinchasov dan Jensen, 1989; Robinson at al., 1992).

Dilaporkan bahwa bobot badan yang mendapat

pembatasan konsumsi energi 40 kkal/hari nyata lebih

rendah dari ayam yang tidak mendapat pembatasan

(kontrol) pada umur 49 hari (Fontana et al. 1992).

Sehubungan dengan hal ini, beberapa peneliti

menyimpulkan bahwa pembatasan ransum secara

kuantitatif kurang menguntungkan karena berat badan

yang diinginkan pada umur panen/pasar tidak tercapai

(Washburn, 1990; Fontana et al. 1992; Newcombe et al.

1992; Acar et al. 1995). Beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap pencapaian tersebut antara lain

aras pembatasan, lama waktu pembatasan dan

konsumsi ransum selama periode pemulihan (Yu dan

Robinson, 1992). Oleh karena itu, disarankan

pembatasan ransum secara kuantitatif sebaiknya

dilakukan dalam jangka waktu tidak lebih dari 7 hari

(Lesson et al., 1991; Ballay et al., 1992; Fontana et al.,

1992; Jones dan Farrel, 1992; Newcombe et al., 1992;

Zubair dan Lesson, 1994a; Teimouri et al., 2005). Hal ini

menunjukkan bahwa aras pembatasan seperti masa

pembatasan memegang peranan penting terhadap

respon pertumbuhan selama periode pemulihan.

b. Waktu Pembatasan Ransum

Waktu penerapan program pembatasan ransum

merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi

Page 36: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

29

performans ayam pada umur panen. Benyi dan Habi

(1998) melaporkan bahwa pada ayam yang mendapat

pembatasan ransum dari umur 4 s/d 8 minggu tidak

mampu mencapai bobot badan normal pada umur 56

hari. demikian juga dengan pembatasan ransum pada

ayam broiler pada level kebutuhan energi untuk hidup

pokok dari umur 7 s/d 21 atau 21 s/d 35 hari

menghasilkan bobot badan yang lebih rendah dari

kontrol pada umur 42 dan 49 hari. Ketidakmampuan

ayam yang mendapat pembatasan ransum untuk

mengejar pertumbuhan yang terhambat tersebut

berhubungan dengan lama waktu pembatasan dan umur

ayam sewaktu pembatasan ransum. Robinson et al.

(1992) menyarankan bahwa waktu yang baik

menerapkan program pembatasan ransum adalah

selama minggu kedua, sedangkan pada peneliti lain

Plavnik dan Hurwitz (1988) menyarankan pembatasan

ransum dimulai pada umur 6 hari dengan jangka waktu

tidak lebih dari 7 hari agar dapat memberi kesempatan

ayam untuk mencapai pertumbuhan kompensasi pada

umur 49 hari.

c. Konsumsi dan Kualitas Ransum selama Periode

Pemulihan

Konsumsi ransum selama periode pemulihan

memegang peranan penting terhadap kejadian

pertumbuhan kompensasi. Yu et al. (1990) mendapatkan

bahwa konsumsi ransum pada kelompok ayam yang

mendapatkan pembatasan ransum sebelumnya selama 7

Page 37: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

30

hari lebih rendah dari kontrol selama periode pemulihan.

Sebagai akibatnya, pertambahan bobot badan pada

ayam tersebut sedikit lebih rendah dari kontrol sehingga

bobot badan yang dicapai tidak maksimal pada umur

panen. Hasil penelitian Ozkan et al. (2006) menunjukkan

bahwa konsumsi ransum tidak berbeda antara kelompok

ayam yang mendapat pembatasan ransum dengan

kontrol pada 2 minggu terakhir (umur 25 hingga 46 hari)

periode pemulihan.

Pinchasov. (1985) mendapatkan bahwa konsumsi

ransum lebih tinggi pada kelompok ayam yang mendapat

pembatasan dibandingkan dengan kelompok ayam yang

tidak mendapat pembatasan ransum selama periode

pemulihan. Lebih lanjut Zubair dan Lesson (1994b)

melaporkan bahwa konsumsi ransum yang lebih tinggi

pada kelompok ayam yang mendapat pembatasan

ransum selama periode pemulihan merupakan faktor

pendukung pertumbuhan kompensasi.

Komposisi unsur nutrisi ransum yang diberikan

selama periode pemulihan berpengaruh terhadap

kemampuan ayam mengkompensasi pertumbuhan yang

terhambat selama periode pembatasan (Yu dan

Robinson, 1992). Kebanyakan dari penelitian

pembatasan ransum yang sudah dilaporkan difokuskan

pada peningkatan efisiensi penggunaan ransum selama

periode pemulihan. Oleh karena itu, kualitas ransum

yang digunakan selama periode pemulihan sangat

berpengaruh baik terhadap efisiensi makanan maupun

Page 38: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

31

pertumbuhan selama periode tersebut. Berdasarkan

model prediksi yang dilaporkan Plavnik dan Hurwitz

(1989) menunjukkan bahwa kebutuhan asam-asam

amino esensial lebih tinggi untuk ayam selama 2 minggu

pertama pada periode pemulihan. Jones dan Farrell

(1992a) memperoleh hasil bahwa pertumbuhan ayam

yang diberi ransum dengan suplemen asam amino lisin

selama periode pemulihan lebih tinggi dibandingkan

dengan ayam yang tidak mendapat pembatasan ransum.

Hasil ini menunjukkan bahwa ransum dengan kualitas

yang baik terutama kualitas protein memiliki peranan

yang cukup signifikan untuk menunjang pertumbuhan

selama periode pemulihan setelah ayam mendapat

pembatasan ransum. Fontana et al. (1992) menegaskan

bahwa protein merupakan unsur nutrisi yang terbatas

selama periode pemulihan. Oleh karena itu, kegagalan

pertumbuhan kompensasi yang terjadi selama periode

pemulihan besar kemungkinannya disebabkan konsumsi

ransum yang rendah dan kualitas protein terutama

keseimbangan asam-asam amino dalam ransum.

Diasumsikan bahwa kemampuan ayam mengabsorbsi

beberapa asam amino mungkin meningkat selama

periode pemulihan. Plavnik dan Hurwizt (1989)

menyimpulkan bahwa kebutuhan beberapa asam-asam

amino meningkat setelah pembatasan ransum

(pemulihan) dan konsumsi ransum tidak membatasi

percepatan pertumbuhan ayam selama periode

pemulihan tersebut.

Page 39: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

32

Pada sisi lain, pemberian ransum dengan tingkat

protein tinggi selama periode pemulihan tidak

mempengaruhi bobot badan dan efisiensi ransum

diakhir periode pemulihan (Plavnik dan Hurwizt, 1989).

Keadaan demikian sejalan dengan laporan Santoso et al.

(1995) dan Leeson dan Zubair, (1997) yang menyarankan

bahwa tingginya tingkat protein ransum yang diberikan

selama periode pemulihan tidak berpengaruh terhadap

laju pertumbuhan atau efisiensi ransum dan

peningkatan kandungan lisin dalam ransum

menurunkan laju pertumbuhan pada ayam yang

sebelumnya mendapat pembatasan ransum. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat keuntungan

terhadap respon pertumbuhan ayam broiler selama

periode pemulihan melalui pemberian ransum dengan

tingkat protein atau asam-asam amino yang lebih tinggi

dari normal yang sesuai dengan umur ayam tersebut.

Pengaruh Pembatasan Ransum terhadap Karkas

dan Lemak Abdomen.

Seleksi genetik secara berkelanjutan pada ayam

broiler yang dicapai saat ini telah menghasilkan strain

ayam broiler modern dengan sifat pertumbuhan cepat

dengan efisiensi ransum yang baik. Seiring dengan

kemajuan yang dicapai tersebut, permasalahan yang

tidak dapat dihindarkan adalah tingkat perlemakan yang

cukup tinggi pada karkas. Bobot badan ayam broiler

pada umur 49 hari menunjukkan korelasi genetik yang

Page 40: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

33

positif dengan sifat-sifat produksi lemak, yaitu 0,87

untuk persentase lemak intramuskuler, 0,17 untuk

persentase kulit dan 0,13 untuk persentase lemak

abdomen (Zerehdaran et al., 2004).

Ayam broiler umumnya dijual dalam bentuk

karkas atau potongan bagian-bagian karkas. Selain

kecepatan pertumbuhan dan efisiensi ransum, faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas karkas dapat

mempengaruhi tingkat keuntungan suatu industri

perunggasan ini (Arafa et al., 1985). Havenstein et al.

(2003) menguraikan dari hasil penelitiannya bahwa

kandungan lemak ayam broiler pada umur 43 hari

berkisar antara 10-15% dari total bobot karkas.

Kelebihan perlemakan pada ayam broiler merupakan

masalah utama yang dihadapi oleh industri perunggasan

karena lemak tersebut tidak hanya menurunkan

kualitas karkas dan efisiensi ransum, tetapi juga

menyebabkan kesulitan dalam proses prosesing karkas

dan penolakan konsumen terhadap daging ayam

tersebut. Lemak abdomen merupakan lemak utama yang

terdapat pada suatu tempat dalam rongga perut ayam

dimana tempat lemak didepositkan yang secara

langsung berhubungan dengan total lemak karkas

(Becker et al., 1979). Kelebihan akumulasi lemak pada

karkas ayam broiler diakibatkan dari peningkatan

deposisi lemak abdomen (Griffiths et al., 1977; Hood,

1982). Oleh karena lemak abdomen memiliki korelasi

yang tinggi (r = 0,6 – 0,9) dengan total lemak karkas,

Page 41: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

34

maka lemak abdomen tersebut dijadikan kriteria utama

dalam merefleksikan kelebihan deposisi lemak pada

ayam broiler (Chambers, 1990).

Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

komposisi karkas ayam diantaranya adalah faktor

genetik atau strain, ransum dan jenis kelamin. Robbin

dan Ballew (1984), dan Gyles, et al. (1984) menyatakan

bahwa ayam yang diberi ransum dengan kandungan

energi melebihi kebutuhan metabolisme normal akan

meningkatkan penimbunan lemak dalam tubuh, dimana

penimbunan tersebut sebagian besar berada di bagian

abdomen (Griffiths et al., 1977). Lesson dan Summers

(1980) melaporkan bahwa kandungan lemak abdomen

pada ayam broiler berkisar antara 3 sampai 9% dari

bobot badan. Sebelumnya, Becker et al. (1979)

melaporkan bahwa terdapat korelasi positif antara

kandungan lemak abdomen dengan bobot badan,

dengan demikian, kandungan lemak abdomen tersebut

dapat digunakan sebagai peramal yang baik terhadap

total lemak karkas ayam.

Pada ayam, lemak diperlukan sekitar 2-2,5% dari

bobot tubuh untuk fungsi fisiologis dan kelebihan

deposisi lemak mudah terjadi akibat terjadinya

kelebihan konsumsi energi (Leenstra, 1986). Pada

kondisi pemberian ransum ad libitum dapat

menyebabkan kelebihan konsumsi energi. Kelebihan

konsumsi energi tersebut dapat mencapai dua atau tiga

kali dari kebutuhan energi hidup pokok (Boekholt et al.,

Page 42: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

35

1994). Penurunan konsumsi energi sebanyak 27% dari

energi metabolis akan menyebabkan penurunan energi

metabolis yang tersedia untuk produksi yaitu sekitar 40-

50%. Pada kondisi demikian, deposisi lemak menurun

hingga 69% dan protein turun 25%.

Upaya untuk menghasilkan karkas ayam rendah

lemak dan mengurangi pengaruh yang tidak dikehendaki

dari lemak terhadap kesehatan manusia menjadi

perhatian di bidang industri perunggasan melalui

penurunan deposisi lemak pada karkas ayam. Beberapa

metode untuk menurunkan lemak karkas dan lemak

abdomen pada ayam broiler sudah dicoba pada beberapa

penelitian diantaranya pembatasan ransum dengan

berbagai tingkat keberhasilan. Pembatasan ransum

secara kuantitatif, yaitu melalui pembatasan konsumsi

energi yang diberikan sebatas kebutuhan hidup pokok

yaitu sekitar 40 kkal/hari atau setara dengan 1,5 x

BW0,67 ME/hari dari umur 6 sampai 12 hari dapat

menurunkan kandungan lemak abdomen dan lemak

karkas ayam broiler pada umur 56 hari (Plavnik dan

Hurwitz, 1985, 1989; Plavnik et al., 1986).

Fakta yang sama juga dilaporkan oleh Cabel dan

Waldroup (1988) bahwa pembatasan ransum dari umur

6 sampai 12 atau 18 hari pada ayam broiler

menghasilkan kandungan lemak abdomen yang lebih

rendah dibandingkan dengan ayam yang tidak mendapat

pembatasan ransum. Selanjutnya, pembatasan

konsumsi energi yang dilakukan pada periode akhir

Page 43: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

36

dapat juga menurunkan kandungan lemak abdomen

(Arafa et al., 1983; Lesson et al., 1991). Selanjutnya,

Khantaprab et al. (1997) melaporkan bahwa pembatasan

ransum melalui penurunan konsumsi hingga 40% dari

konsumsi ad libitum pada ayam broiler hingga umur 50

hari berpengaruh terhadap pertumbuhan otot dan

deposisi lemak. Rasio bobot daging terhadap bobot

tubuh tidak dipengaruhi oleh faktor pembatasan

ransum, akan tetapi pembatasn ransum nyata

mempengaruhi deposisi lemak. Penurunan deposisi

lemak tersebut terjadi pada lemak abdomen,

intamuskuler dan lemak-lemak lain dengan total bobot

lemak 6,1 vs 11,6 g/100 g bobot karkas tanpa kulit,

sedangkan bobot daging tidak mengalami perubahan

yaitu 62,8 vs 60,8 g/100 g bobot karkas tanpa kulit

(Khantaprab et al., 1997). Fakta yang sama juga dicapai

pada pembatasan ransum secara kualitatif, yaitu melalui

diet dilution dengan menggunakan sekam gandum pada

periode akhir dapat menurunkan kandungan lemak

abdomen (Lesson et al., 1992). Demikian juga, Rezaei

dan Hajati (2010) melaporkan bahwa kandungan lemak

abdomen cenderung menurun pada ayam broiler yang

mendapat pambatasan ransum melalui diet dilution

dengan menggunakan sekam padi 40% dalam ransum

dari umur 16 hingga 20 hari (2,25 vs 2,98% bobot

karkas)

Di samping keberhasilan oleh beberapa peneliti

tersebut, sejumlah laporan menyatakan bahwa tidak

Page 44: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

37

terdapat perbedaan kandungan lemak abdomen dan

lemak karkas antara ayam yang mendapat pembatasan

ransum dengan ayam yang diberi ransum ad libitum

pada umur 42, 49 dan 56 hari (Pinchasov dan Jensen,

1989; Summers et al., 1990; Yu et al., 1990). Lebih

lanjut, Acar et al. (1995) melaporkan bahwa ayam broiler

yang mendapat pembatasan konsumsi energi sebesar

75% dari kandungan enegi metabolis ransum dari umur

7 hingga 14 hari menghasilkan kandungan lemak

abdomen yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam

yang tidak mendapat pembatasan. Pada laporan lain,

pembatasan ransum pada tingkat 80% selama 8 hari

dari umur 4 hingga 11 hari tidak mempengaruhi

kandungan lemak dan protein karkas serta proporsi

daging dada, akan tetapi persentase karkas nyata

menurun (Lippen et al., 2000). Santoso (2002)

melaporkan bahwa pembatasan ransum sebesar 25%

dari ad libitum pada ayam broiler selama 4-6 hari

cenderung menurunkan lemak daging paha, akan tetapi

lemak daging dada nyata lebih tinggi pada kelompok

ayam yang mendapat pembatasan ransum.

Pada metode lain, Dozier et al. (2002) melaporkan

bahwa pembatasan ransum melalui skip-a-day berselang

2 hari yaitu pada umur 8, 10, 12, 14, 16 dan 18 hari

tidak mempengaruhi kandungan lemak abdomen dan

bobot karkas. Demikian juga penerapannya pada umur

9, 11 dan 13 hari tidak berpengaruh terhadap

kandungan lemak abdomen dan karekteristik karkas

ayam broiler (Khajali et al., 2007).

Page 45: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

38

Pembatasan ransum melalui pengosongan tempat

makanan selama 4 jam/hari (jam 14:00 s/d 18:00) dari

umur 7 s/d 21 hari (Zhan et al., 2007) menghasilkan

kandungan lemak abdomen yang cenderung lebih tinggi

dari kontrol diakhir periode pemulihan umur 63 hari (4,0

vs 3,5%). Pada pembatasan secara kontiniu, Willis dan

Reid (2008) melaporkan bahwa pemberian ransum mulai

jam 08:00 s/d 16:00 dari umur 1 s/d 49 hari tidak

berpengaruh terhadap kandungan lemak abdomen ayam

broiler. Selanjutnya, Onbasilar, et al. (2009) memperoleh

hasil bahwa pembatasan ransum melalui pengosongan

tempat makanan (feed withdrawal) selama 4 jam/hari

dari umur 7 s/d 21 hari tidak berpengaruh terhadap

komposisi kimia daging dada dan paha ayam broiler

pada umur 42 hari.

Fakta dari hasil penelitian tersebut di atas

menunjukkan bahwa ada kecenderungan pada kelompok

ayam yang mendapat pembatasan sebelumnya memiliki

kandungan lemak yang berlebih dibandingkan dengan

kelompok ayam yang tidak mendapat pembatasan

ransum. Hasil demikian tidak sejalan dengan laporan

sebelumnya bahwa ada kecenderungan penurunan

deposisi lemak pada kelompok ayam yang mendapat

pembatasan ransum (Jones dan Farrel, 1992a; Zhong et

al., 1995; Santoso et al., 1995; Gonzales et al., 2000;

Nielsen et al., 2003). Namun demikian, Jones dan Farrell

(1992b) melaporkan bahwa penurunan kandungan

lemak tubuh pada ayam yang mendapat pembatasan

Page 46: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

39

ransum dikarenakan adanya penundaan sementara

deposisi lemak.

Aktivitas enzim yang berhubungan dengan

lipogenesis di hati yaitu asam lemak sintetase, isositrat

dehidrogenase dan enzim malic menurun selama periode

pembatasan ransum, tetapi setelah periode pemulihan

aktivitas enzim-enzim tersebut meningkat (Rosebrough

et al., 1986; McMurtry et al., 1988). Rosebrough dan

McMurtry (1993) melaporkan bahwa peningkatan

lipogenesis pada ayam broiler yang berhubungan dengan

kuantitas ransum yang diberikan setelah periode

pembatasan ransum dalam jangka waktu pendek. Kajian

terhadap aktivitas enzim yang berhubungan dengan

metabolisme lemak di dalam hati dilaporkan oleh Zhan

et al., (2007) bahwa aktivitas HSL (hormone-sensitive

lipase), MDH (malic dehydrogenase), ICD (isocitrate

dehydrogenase) dan G-6-PDH (glucose-6-phosphate

dehydrogenase) nyata meningkat pada kelompok ayam

yang mendapat pembatasan ransum diakhir periode

pembatasan. Pada akhir periode pemulihan, aktivitas

MDH, ICD dan G-6-PDH meningkat, sedangkan aktivitas

HSL nyata menurun. Pengamatan aktivitas enzim pada

lemak abdomen pada akhir periode pemulihan

memperlihatkan peningkatan aktivitas ICD, G-6-PDH

dan LPL (lipid lipoprotein) seiring dengan peningkatan

MDH, sedangkan aktivitas HSL menurun.

Proses hiperplasia sel-sel lemak (adipocyte) dalam

jaringan lemak abdomen terjadi selama pada minggu

Page 47: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

40

pertama dari umur ayam tersebut dan dapat

berlangsung hingga umur 15 minggu (Hood, 1982).

Zubair and Leeson (1994a) melaporkan bahwa

pembatasan ransum pada ayam broiler menghasilkan

persentase kandungan lemak yang sama dengan ayam

yang diberi ransum ad libitum. Hal demikian

dikarenakan hipertrofi pada sel-sel lemak lebih dominan

dari pada hiperplasia. Peningkatan jumlah lemak pada

ayam broiler hingga umur 28 hari dicapai melalui

hiperplasia dan setelah itu peningkatan deposisi lemak

erat kaitannya dengan hipertrofi (Cherry et al., 1984).

Oleh karena itu, pembatasan ransum pada ayam broiler

dari umur 7 s/d 12 hari tidak menunjukkan perbedaan

jumlah sel-sel lemak dalam jaringan lemak abdomen

pada umur 28 atau 42 hari (Zhong et al., 1995).

Berkenaan dengan hal demikian, Jones dan Farrel

(1992b) menyarankan bahwa pembatasan ransum

sebaiknya dilakukan bertepatan dengan masa

pertumbuhan sel-sel lemak terutama pada masa

peningkatan hiperplasia yang sangat mempengaruhi

kandungan lemak tubuh ayam pada periode akhir.

Perbedaan hasil yang dicapai oleh beberapa

peneliti sebagaimana tersebut di atas mungkin ada

hubungannya dengan aras pembatasan yang digunakan

sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan

metabolik selama periode pemulihan. Zhan et al., (2007)

menyimpulkan bahwa perubahan metabolic programming

yang diakibatkan oleh pembatasan ransum berdampak

Page 48: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

41

terhadap kegemukan ayam pada periode akhirnya.

Kegemukan ini juga berhubungan dengan deposisi lemak

yang tinggi dalam jaringan adipose yang pada akhirnya

menjadikan karkas ayam tersebut berlemak tinggi.

Metabolik programing didefinisikan sebagai suatu proses

fisiologis yang dekat dengan proses adaptasi terhadap

cekaman nutrisi yang secara permanen dapat merubah

proses fisiologis dan metabolisme organisme tersebut

dan akan berlangsung terus meskipun tidak ada

cekaman yang diderita oleh organisme tersebut pada

periode berikutnya (Lucas, 1998; Patel dan Srinivasan,

2002).

Kedepan, permasalahan sebagaimana dilaporkan

oleh Zhan et al., (2007) memerlukan pemahaman dan

kajian lebih lanjut tentang pembatasan ransum tersebut

untuk mencegah kegemukan dengan deposisi lemak

yang tinggi selama proses produksi serta mengeksplorasi

cara-cara lain dari metode tersebut guna meningkatkan

kualitas daging ayam broiler. Sejalan dengan hal ini,

sebelumnya Gonzales et al. (2000) menyimpulkan bahwa

metode dan lama periode pembatasan ransum

merupakan faktor dasar yang dapat merespon

perubahan kandungan lemak abdomen pada ayam

broiler. Berkenaan dengan manfaat pembatasan ransum

sebagaimana telah dilaporkan sebelumnya, Plavnik dan

Hurwitz (1985) menyatakan bahwa indikasi kandungan

lemak abdomen yang rendah yang dicapai melalui

pembatasan ransum dapat meningkatkan hasil dan

kualitas karkas pada saat umur panen.

Page 49: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

42

BAB III

STRATEGI PEMBERIAN RANSUM SELAMA

PERIODE STARTER DARI UMUR 7 S/D 21 HARI

Sasaran pembatasan ransum di awal kehidupan

ayam melalui pembatasan waktu pemberian ransum

dirancang dengan memanfaatkan fenomena

pertumbuhan kompensasi (compensatory growth) dan

perbaikan efisiensi penggunaan ransum setelah ayam

dipulihkan dengan pemberian ransum secara penuh (ad

libitum) selama periode pemulihan. Tindakan

pembatasan pemberian ransum dilakukan dari umur 7

sampai 21 hari dan waktu pemulihan dari umur 22

sampai 35 hari. Respon utama yang menjadi

pengamatan meliputi konsumsi ransum, pertambahan

bobot badan, konversi ransum, karkas dan lemak

abdomen.

Konsumsi Ransum

Selama periode pembatasan dan pemulihan,

konsumsi ransum diukur setiap hari kemudian

dijumlahkan dan diambil rataan konsumsi per ekor per

minggu. Konsumsi ransum selama periode pembatasan

dan pemulihan selama penelitian disajikan pada Tabel 1.

Page 50: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

43

Tabel 1.

Konsumsi ransum (g/ekor) menurut perlakuan pembatasan

pemberian ransum berdasarkan umur pemeliharaan Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3

7-21 893,57 ± 6,40a 876,24 ± 8,80b 854,13 ± 17,36c 801,90 ± 10,69d

22-28 811,53 ± 27,83 831,41 ± 29,06 821,74 ± 64,37 858,90 ± 15,57

29-35 1068,83 ± 37,74 1060,72 ± 36,83 1043,08 ± 41,83 1064,69 ± 43,87

22-35 1880,36 ± 59,98 1892,13 ± 60,24 1864,82 ± 94,08 1923,58 ± 37,82

7-35 2773,93 ± 62,39 2768,37 ± 67,20 2718,96 ± 102,31 2725,48 ± 41,62

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan selama 15 jam/hari (07:00 s/d 10:00;

12:00 s/d 15:00; 17:00 s/d 20:00; 22:00 s/d 01;00;

03:00 s/d 06:00) dari umur 7 s/d 21 hari ; P-2:

ransum disediakan selama 12 jam/hari (07:00 s/d

10:00; 13:00 s/d 16:00; 19:00 s/d 22:00; 01:00 s/d

04:00) dari umur 7 s/d 21 hari; P-3: ransum

disediakan selama 9 jam/hari (07:00 s/d 10:00;

15:00 s/d 18:00; 23:00 s/d 02:00 ) dari umur 7 s/d

21 hari.

Selama periode pembatasan dari umur 7 s/d 21

hari, konsumsi ransum pada semua kelompok ayam

yang mendapat pembatasan ransum (P-3, P-2 dan P-1)

lebih rendah (P<0,05) dari P-0. Diantara kelompok ayam

yang menerima pembatasan ransum, konsumsi ransum

pada kelompok P-3 lebih rendah (P<0,05) dari P-2 dan P-

1. Hasil demikian menunjukkan bahwa batasan waktu

penyediaan ransum selama 9, 12 dan 15 jam per hari

dari umur 7 sampai 21 hari mampu menurunkan

konsumsi ransum. Penurunan konsumsi ransum selama

periode pembatasan pemberian ransum pada P-3, P-2

dan P-1 masing-masing sekitar 10,26, 4,41 dan 1,94%.

Penurunan konsumsi tersebut wajar terjadi karena

20

Page 51: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

44

waktu ketersediaan ransum yang terbatas menyebabkan

aktivitas makan menjadi terbatas. Aktivitas makan pada

ayam dipengaruhi oleh ketersediaan ransum dan apabila

disediakan ad libitum, maka ransum akan dikonsumsi

lebih banyak. Indikasi dari hasil ini menunjukkan bahwa

penurunan konsumsi ransum dapat juga diterapkan

melalui pembatasan pemberian ransum, meskipun ayam

dapat mengantisipasi ketersediaan ransum selanjutnya

dengan memanfaatkan tembolok sebagai organ

penyimpanan makanan (May dan Lott, 1994; Svihus et

al., 2010;2013). Temuan ini tidak jauh berbeda dengan

laporan terdahulu bahwa ayam broiler yang mendapat

waktu ketersediaan ransum selama 8 jam/hari (08:00-

12:00 dan 16:00-20:00) dari umur 7 s/d 21 hari

mengkonsumsi ransum sebanyak 84,92% dari konsumsi

ayam yang diberi ransum ad libitum (Azis et al., 2011).

Pada laporan lain, Susbilla et al. (2003)

mendapatkan konsumsi ransum lebih rendah 20% pada

ayam broiler yang mendapat pembatasan ransum

melalui pemberian ransum secara periodik (meal feeding)

dari jam 07:00-10:00, 12:00-15:00 dan 17:00-22:00 dari

umur 5 s/d 17 hari. Demikian juga dengan pembatasan

ransum melalui meal feeding dengan batasan waktu

pemberian ransum dari jam 8:00-12:00 dan 13:00-17:00

dari umur 5 s/d 11 hari lebih rendah daripada kontrol

diakhir periode pembatasan ransum (Saffar dan Khajali,

2010). Fakta yang sama juga dlaporkan oleh Zhan et al.

(2007) bahwa konsumsi ransum pada ayam yang

Page 52: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

45

mendapat pembatasan ransum melalui pemuasaan (feed

withdrawal) selama 4 jam/hari (14:00-18:00) dari umur

1 s/d 21 hari nyata lebih rendah dari ayam yang diberi

ransum ad libitum. Demikian juga dengan Mohebodini et

al. (2009) melaporkan bahwa konsumsi ransum nyata

menurun pada ayam yang diberi ransum secara

berselang (intermittent feeding) selama 8 jam/hari dari

jam 06:00 s/d 08:00, 12:00 s/d 14:00, 18:00 s/d 20:00

dan jam 24:00 s/d 02:00 dari umur 7 hingga 14 atau 21

hari.

Selama periode pemulihan dari umur 22 s/d 35

hari, konsumsi ransum pada kelompok ayam yang

mendapat pembatasan pemberian ransum tidak berbeda

dengan R-0 (P>0,05). Hal demikian menunjukkan bahwa

pola konsumsi ransum berlangsung normal setelah

beradaptasi dengan pemberian ransum ad libitum. Hasil

ini sejalan dengan laporan Azis et al. (2011) bahwa

konsumsi ransum pada kelompok ayam yang mendapat

pemberian ransum selama 8 jam/hari (08:00-12:00 dan

16:00-20:00) dari umur 7 s/d 21 hari tidak berbeda

dengan kontrol selama periode pemulihan dari umur 21

s/d 42 hari. Demikian juga dengan laporan Zhan et al.

(2007) bahwa tidak terdapat perbedaan konsumsi

ransum selama periode pemulihan dari umur 21 s/d 63

hari diantara kelompok ayam yang mendapat

pembatasan ransum selama 4 jam per hari dari umur 1

s/d 21 hari dengan ayam yang diberi ransum ad libitum.

Selain itu, Mohebodini et al. (2009) melaporkan bahwa

Page 53: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

46

konsumsi ransum pada ayam yang mendapat

pembatasan ransum secara berselang selama 8 jam/hari

dari umur 7 hingga 14 atau 21 hari tidak berbeda

dengan ayam yang diberi ransum ad libitum selama

periode pemulihan dari umur 22 hingga 42 hari.

Demikian juga dengan laporan Saffar dan Khajali (2010)

bahwa pembatasan ransum melalui meal feeding dengan

waktu ketersediaan ransum dari jam 8:00 s/d 12:00 dan

13:00 s/d 17:00 dari umur 5 s/d 11 hari tidak

memperlihatkan perbedaan konsumsi ransum dengan

kontrol selama periode pemulihan dari umur 12 s/d 49

hari.

Ada indikasi peningkatan konsumsi ransum pada

kelompok ayam yang mendapat pembatasan pemberian

ransum selama periode pemulihan, namun demikian

tidak sampai pada taraf yang signifikan. Beberapa

penelitian memperlihatkan peningkatan konsumsi

ransum yang signifikan selama periode pemulihan.

Pinchasov et al. (1985) melaporkan bahwa konsumsi

ransum pada ayam yang mendapat pembatasan ransum

dengan metode intermittent feeding lebih tinggi dari

kelompok ayam yang tidak mendapat pembatasan

ransum selama periode pemulihan. Hal yang sama juga

dilaporkan pada pembatasan ransum secara kuantitatif.

Mahmud et al. (2006) melaporkan bahwa konsumsi

ransum pada ayam yang mendapat pembatasan ransum

70% dari ad libitum nyata lebih tinggi dari kelompok

ayam yang diberi ransum ad libitum setelah 2 minggu

Page 54: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

47

beradaptasi dengan pemberian ransum ad libitum.

Demikian juga dengan pembatasan ransum melalui diet

dilution bahwa konsumsi ransum meningkat selama

periode pemulihan dari umur 21 s/d 44 hari (Rezaei dan

Hajati, 2010). Perbedaan hasil tersebut dapat terjadi

dikarenakan metode dan lama waktu pembatasan yang

diaplikasikan berbeda. Terdapatnya variabilitas yang

cukup besar dari data yang diperlihatkan dalam

beberapa literatur menyangkut pembatasan ransum

pada ayam broiler berhubungan dengan beberapa faktor,

antara lain derajat pembatasan dan lama waktu

pembatasan ransum, umur ayam, periode pemulihan

(Lippens et al., 2000) dan tingkat energi ransum (Downs

et al., 2006).

Apabila dilihat secara keseluruhan dari umur 7

s/d 35 hari, total konsumsi ransum pada kelompok

ayam yang mendapat pembatasan pemberian ransum

tidak berbeda dengan kontrol. Hal ini mungkin adanya

kompensasi konsumsi selama periode pemulihan. Hasil

yang sama juga dilaporkan oleh Mohebodini et al. (2009)

bahwa tidak terdapat perbedaan total konsumsi ransum

diantara kelompok ayam yang mendapat pembatasan

ransum secara berselang selama 8 jam/hari dari umur 7

s/d 14 atau 21 hari dengan ayam yang diberi ransum ad

libitum. Pada laporan lain, Azis et al. (2011) bahwa total

konsumsi ransum pada ayam broiler yang mendapat

pembatasan pemberian ransum dengan waktu

ketersediaan ransum selama 8 jam/hari nyata lebih

Page 55: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

48

rendah dari kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa

pembatasan pemberian ransum dengan waktu

ketersediaan ransum selama 9 jam/hari tidak

mempengaruhi konsumsi ransum secara menyeluruh.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan dan bobot badan

secara keseluruhan sebagai respon terhadap perlakuan

disajikan pada Tabel 2 dan 3. Pengukuran pertambahan

bobot badan tersebut dilakukan secara periodik

berdasarkan umur ayam.

Tabel 2.

Pertambahan bobot badan ayam (g/ekor) menurut perlakuan

pembatasan pemberian ransum berdasarkan

umur pemeliharaan. Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3

7-21 661,26 ± 8,45a 644,42 ± 4,67b 633,32 ± 5,90c 608,72 ± 9,37d

22-28 524,45 ± 17,85 527,48 ± 19,51 522,12 ± 22,50 519,76 ± 21,13

29-35 553,50 ± 8,72 567,12 ± 35,19 539,27 ± 8,64 573,86 ± 28,36

22-35 1077,95 ± 14,41 1094,61 ± 52,39 1061,39 ± 17,15 1093,62 ± 23,74

7-35 1739,21 ± 14,02 1709,03 ± 55,44 1694,71 ± 12,23 1702,34 ± 31,77

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan selama 15 jam/hari (07:00 s/d 10:00;

12:00 s/d 15:00; 17:00 s/d 20:00; 22:00 s/d 01;00;

03:00 s/d 06:00) dari umur 7 s/d 21 hari ; P-2:

ransum disediakan selama 12 jam/hari (07:00 s/d

10:00; 13:00 s/d 16:00; 19:00 s/d 22:00; 01:00 s/d

04:00) dari umur 7 s/d 21 hari; P-3: ransum

disediakan selama 9 jam/hari (07:00 s/d 10:00;

15:00 s/d 18:00; 23:00 s/d 02:00 ) dari umur 7 s/d

21 hari.

20

Page 56: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

49

Pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir

pada semua kelompok ayam yang mendapat pembatasan

ransum (P-3, P-2, dan P-1) lebih rendah (P<0,05) dari P-0

selama periode pembatasan dari umur 7 s/d 21 hari.

Diantara kelompok ayam yang mendapat pembatasan

ransum, pertambahan bobot badan dan bobot badan

akhir pada kelompok P-3 lebih rendah dari P-2 dan P-1

(P<0,05).

Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa

pembatasan pemberian ransum dengan ketersediaan

ransum selama 9, 12 dan 15 jam per hari dari umur 7

sampai 21 hari menyebabkan penurunan pertambahan

bobot badan dan bobot badan di akhir periode

pembatasan. Penurunan pertambahan bobot badan

selama periode pembatasan pemberian ransum pada P-

3, P-2 dan P-1 masing-masing sekitar 7,95, 4,23 dan

2,55%. Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu

bahwa pertambahan bobot badan ayam broiler yang

mendapat waktu ketersediaan ransum selama 8

jam/hari (08:00-12:00 dan 16:00-20:00) dari umur 7 s/d

21 hari lebih rendah dari ayam yang diberi ransum ad

libitum (629,03 vs 696,61 g) dengan penurunan bobot

badan sekitar 6,95% (Azis et al,. 2011). Demikian juga

dengan laporan Demir et al. (2004) bahwa ayam broiler

yang mendapat pembatasan ransum melalui

pengosongan ransum (feed withdrawal) selama 16 jam

dengan ketersediaan ransum selama 8 jam/hari dari

umur 9 s/d 21 hari nyata menurunkan pertambahan

bobot badan (522 vs 573 g).

Page 57: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

50

Penurunan pertambahan bobot badan tersebut

dapat terjadi akibat terbatasnya konsumsi energi dan

nutrisi sehingga kebutuhan untuk memaksimalkan

pertumbuhan jaringan belum terpenuhi. Beberapa

faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan

pertambahan bobot badan selama periode pembatasan

ransum antara lain dikarenakan penurunan konsumsi

energi dan protein sehingga menyebabkan terbatasnya

suplai nutrisi dan energi untuk menunjang

pertumbuhan jaringan (Hornick et al., 2000; Azis et al.,

2011), penurunan hormon tiroksin (Hassanabadi dan

Moghaddam, 2006; Rajman et al., 2006; Zhan et al.,

2007), penurunan aktivitas enzim yang berhubungan

dengan pencernaan protein (Susbilla et al., 2003).

Tabel 3.

Bobot badan ayam (g/ekor) menurut perlakuan pembatasan

pemberian ransum berdasarkan umur pemeliharaan Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3

7 115,31 ± 4,77 115,81 ± 2,05 115,71 ± 4,39 115,66 ± 3,90

14 369,05 ± 6,04a 351,94 ± 5,12b 344,65 ± 3,98c 334,18 ± 5,95d

21 776,58 ± 8,17a 760,23 ± 4,24b 749,04 ± 5,33c 724,38 ± 10,14d

28 1301,02 ± 17,18a 1287,72 ± 21,91ab 1271,15 ± 17,71b 1244,14 ± 22,24c

35 1854,52 ± 13,55 1854,84 ± 55,19 1810,42 ± 13,47 1817,99 ± 32,58

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan selama 15 jam/hari (07:00 s/d 10:00;

12:00 s/d 15:00; 17:00 s/d 20:00; 22:00 s/d 01;00;

03:00 s/d 06:00) dari umur 7 s/d 21 hari ; P-2:

ransum disediakan selama 12 jam/hari (07:00 s/d

10:00; 13:00 s/d 16:00; 19:00 s/d 22:00; 01:00 s/d

04:00) dari umur 7 s/d 21 hari; P-3: ransum

disediakan selama 9 jam/hari (07:00 s/d 10:00; 20

Page 58: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

51

15:00 s/d 18:00; 23:00 s/d 02:00 ) dari umur 7 s/d

21 hari.

Selama periode pemulihan, laju pertambahan

bobot badan pada semua kelompok ayam yang

mendapat pengaturan pemberian ransum tidak berbeda

dengan kelompok ayam yang diberi ransum ad libitum

dari umur 22 s/d 35 hari. Fakta demikian menunjukkan

bahwa laju pertumbuhan selama periode pemulihan

berlangsung normal. Hal ini memberikan indikasi bahwa

meskipun terjadi hambatan pertumbuhan selama

periode pembatasan ransum, akan tetapi, ada gejala

pertumbuhan kompensasi selama periode ini. Hasil ini

sejalan dengan laporan Mohebodini et al. (2009) bahwa

pembatasan ransum selama 8 jam/hari dari umur 7 s/d

21 hari dapat menghasilkan pertumbuhan kompensasi

selama periode umur 22 s/d 42 hari. Keberhasilan

pencapaian pertumbuhan kompensasi ini diperlihatkan

dengan pencapaian bobot badan akhir yang tidak

berbeda (P>0,05) antara kelompok ayam yang mendapat

pematasan pemberian ransum dengan ayam yang diberi

ransum ad libitum pada umur 35 hari (Tabel 3). Indikasi

pertumbuhan kompensasi tersebut terjadi sebagai upaya

hewan untuk mencapai bobot badan normal (Hornick et

al., 2000; Pinheiro et al., 2004). Hasil ini menunjukkan

bahwa ayam yang mendapat pembatasan pemberian

ransum selama 9 jam per hari dari umur 7 s/d 21 hari

dapat memperlihatkan pertumbuhan kompensasi dan

mampu menghasilkan bobot badan akhir yang tidak

Page 59: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

52

berbeda dengan ayam yang diberi ransum ad libitum

pada umur 35 hari.

Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian

pembatasan ransum dengan sistem feed withdrawal

(Demir et al,. 2004; Zhan et al., 2007; Azis et al., 2011)

dan intermittent feeding (Mahmood et al., 2007;

Mohebodini et al., 2009; Saffar dan Khajali, 2010; Svihus

et al., 2010). Indikasi pertumbuhan kompensasi pada

ayam yang mendapat pembatasan ransum berhubungan

dengan intensitas pembatasan yang diterapkan dan

adaptasi selama periode pemulihan. Pada penelitian ini,

pembatasan ransum dengan waktu ketersediaan ransum

selama 9 jam/hari (P-3) masih dalam kategori ringan

sehingga peluang terjadinya pertumbuhan kompensasi

masih mungkin dapat dicapai selama periode pemulihan.

Selain itu, adanya kemampuan adaptasi yang cepat

selama periode pemulihan pada ayam yang mendapat

pembatasan ransum sebelumnya mampu menghasilkan

laju pertambahan bobot badan yang sama dengan ayam

yang diberi ransum ad libitum (Svihus et al., 2010).

Penurunan kebutuhan hidup pokok untuk

sementara waktu pada ayam yang mendapat

pembatasan ransum menyebabkan pengurangan

kebutuhan hidup pokok selama periode pemulihan

(Rincon dan Leeson, 2002; Tolkamp et al., 2005). Kondisi

demikian berhubungan dengan pemanfaatan energi yang

lebih diutamakan untuk pertumbuhan jaringan dalam

rangka peningkatan laju pertumbuhan selama periode

Page 60: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

53

pertumbuhan kompensasi. Indikasi ini diperlihatkan

dengan peningkatan retensi nitrogen pada ayam yang

mendapat pembatasan ransum selama periode

pertumbuhan kompensasi (Leeson dan Zubair, 1997;

Susbilla et al., 2003). Lebih lanjut, Lippens et al. (2002)

melaporkan bahwa kejadian pertumbuhan kompensasi

tersebut merupakan kondisi yang esensial untuk

memperbaiki retensi nitrogen.

Selain itu, aktivitas enzim pencernaan memiliki

kontribusi terhadap tingginya pertambahan bobot badan

selama periode pertumbuhan kompensasi dan

sebagaimana diketahui bahwa enzim memegang peranan

penting dalam penyediaan substrat untuk pertumbuhan

(Uni, 1999). Peningkatan aktivitas enzim dapat menjadi

bagian dari adaptasi pencernaan setelah pembatasan

ransum dan merupakan salah satu faktor yang memiliki

kontribusi terhadap pertumbuhan kompensasi (Zubair

dan Lesson, 1994). Pinheiro et al. (2004) melaporkan

bahwa adaptasi enzim-enzim pencernaan pada ayam

broiler yang mendapat pembatasan ransum dicirikan

melalui peningkatan aktivitas sukrase, amilase, lipase

dan tripsin yang memiliki kontribusi terhadap

peningkatan pertambahan bobot badan dan peningkatan

absorbsi usus selama periode pemulihan. Kemampuan

respon adaptasi saluran pencernaan tersebut terhadap

perubahan kebutuhan fisiologis telah dibuktikan pada

mamalia (Ferraris dan Diamond, 1997) dan unggas

(Dykstra dan Karasov, 1992; Biviano et al., 1993),

Page 61: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

54

terutama yang berhubungan dengan absorbsi nutrisi

dan struktur organ. Respon ini tergantung pada umur

dan lama waktu pembatasan (Casirola et al., 1997;

Ferraris et al., 2001).

Konversi Ransum

Konversi ransum merupakan suatu angka untuk

merefleksikan kemampuan fisiologis dalam

memanfaatkan semua unsur-unsur nutrisi ransum.

Selain itu, konversi ransum mempunyai arti dan nilai

ekonomis yang menentukan bagi kepentingan usaha

peternakan, karena perbandingan input ransum yang

digunakan dikonversikan menjadi output pertambahan

bobot badan akan menghasilkan angka fisik sebagai

tolok ukur perhitungan ekonomis. Data konversi ransum

tersebut disajikan pada Tabel 4.

Selama periode pembatasan dari umur 7 s/d 21

hari, konversi ransum pada P-3 lebih rendah (P<0,05)

dari P-0, P-1 dan P-2. Fakta ini menunjukkan bahwa

pembatasan ransum dengan ketersediaan pemberian

ransum selama 9 jam/hari dari umur 7 s/d 21 hari

dapat memperbaiki konversi ransum. Hasil ini sejalan

dengan penelitian terdahulu bahwa konversi ransum

pada ayam broiler yang mendapat waktu ketersediaan

ransum selama 8 jam/hari (08:00-12:00 dan 16:00-

20:00) dari umur 7 s/d 21 hari lebih rendah (1,28 vs

1,37) dari ayam yang diberi ransum ad libitum (Azis et

al., 2011).

Page 62: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

55

Tabel 4.

Konversi ransum (g/g) menurut perlakuan pembatasan

pemberian ransum berdasarkan umur pemeliharaan Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3

7 - 21 1,35 ± 0,02a 1,36 ± 0,02a 1,35 ± 0,02a 1,32 ± 0,01b

22-28 1,55 ± 0,04 1,58 ± 0,04 1,58 ± 0,12 1,65 ± 0.06

29-35 1,93 ± 0,09 1,87 ± 0,11 1,93 ± 0,09 1,89 ± 0,10

22-35 1,74 ± 0,04 1,73 ± 0,07 1,76 ± 0,09 1,76 ± 0,05

7 - 35 1,60 ± 0,03 1,59 ± 0,04 1,60 ± 0,06 1,60 ± 0,03

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan selama 15 jam/hari (07:00 s/d 10:00;

12:00 s/d 15:00; 17:00 s/d 20:00; 22:00 s/d 01;00;

03:00 s/d 06:00) dari umur 7 s/d 21 hari ; P-2:

ransum disediakan selama 12 jam/hari (07:00 s/d

10:00; 13:00 s/d 16:00; 19:00 s/d 22:00; 01:00 s/d

04:00) dari umur 7 s/d 21 hari; P-3: ransum

disediakan selama 9 jam/hari (07:00 s/d 10:00;

15:00 s/d 18:00; 23:00 s/d 02:00 ) dari umur 7 s/d

21 hari.

Konversi ransum yang diperoleh pada penelitian

ini lebih baik dari beberapa penelitian pembatasan

ransum melalui pengaturan pemberian ransum. Zhan et

al. (2007) melaporkan bahwa konversi ransum pada

kelompok ayam yang mendapat pembatasan ransum

melalui feed withdrawal tidak berbeda dengan kontrol

pada umur 21 hari (1,8 vs 1,7). Demikian juga dengan

laporan Mohebodini et al. (2009) bahwa tidak terdapat

perbedaan konversi ransum di antara ayam yang

mendapat meal feeding dari umur 7 s/d 21 hari dengan

kontrol (1,44 vs 1,49). Hasil ini menjelaskan bahwa

pembatasan pemberian ransum mampu meningkatkan

efisiensi penggunaan ransum dengan membatasi

20

Page 63: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

56

kelebihan konsumsi ransum (overcomsumption). Potensi

kelebihan konsumsi ransum dapat terjadi pada ayam

broiler yang diberi ransum ad libitum (Svihus dan

Hetland, 2001). Perbaikan konversi ransum yang dicapai

penelitian ini sejalan dengan laporan Svihus et al. (2010)

bahwa terdapat peningkatan efisiensi penggunaan

ransum pada ayam broiler yang diberi ransum melalui

intermittent feeding dibandingkan dengan pemberian

ransum ad libitum (62 vs 58%).

Selama periode pemulihan, konversi ransum pada

kelompok ayam yang mendapat pembatasan pemberian

ransum tidak berbeda dengan ayam yang diberi ransum

ad libitum. Hal ini mungkin berhubungan dengan respon

laju pertumbuhan yang tidak berbeda diantara semua

perlakuan selama periode pemulihan. Hasil ini sejalan

dari beberapa penelitian sebelumnya bahwa tidak

terdapat perbedaan konversi ransum diantara ayam

yang mendapat pembatasan ransum dengan ayam yang

diberi ransum ad libitum hingga 41 atau 49 hari (Zhan et

al., 2007; Mohebodini et al., 2009; Al-Aqil et al., 2009;

Saffar dan Khajali, 2010; Benyi et al., 2010; Azis et al.,

2011).

4.1.4. Karkas dan Lemak Abdomen

Bobot karkas dan lemak abdomen yang diukur

dinyatakan dalam % bobot hidup. Data bobot karkas

dan lemak abdomen disajikan pada Tabel 5.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pembatasan

ransum melalui pengaturan pemberian ransum tidak

Page 64: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

57

berpengaruh terhadap bobot karkas dan lemak abdomen

di akhir periode pemulihan umur 35 hari. Keadaan ini

mungkin berhubungan dengan pertumbuhan yang

berlangsung normal dan pencapaian bobot badan yang

sama dengan kontrol di akhir periode pemulihan.

Penurunan bobot daging tidak terjadi apabila ayam yang

mendapat pembatasan ransum mampu mencapai

pertumbuhan kompensasi selama periode pemulihan

(Lee dan Leeson, 2001). Peningkatan kandungan protein

daging pada ayam yang mendapat pembatasan ransum

mengindikasikan terjadinya peningkatan pertumbuhan

otot selama periode pemulihan (Zhan et al., 2007).

Beberapa penelitian pembatasan ransum

menunjukkan hasil yang sama sebagaimana dilaporkan

oleh Zhan et al. (2007) bahwa pembatasan ransum

melalui feed withdrawal selama 4 jam/hari dari umur 1

s/d 21 hari tidak mempengaruhi bobot karkas (75,4 vs

75,3%) di akhir periode pemulihan umur 63 hari. Hal

yang sama juga dilaporkan pada pembatasan ransum

melalui meal feeding bahwa tidak terdapat perbedaan

bobot karkas, daging dada dan paha di antara ayam

yang mendapat pembatasan ransum dengan kontrol

pada umur 42 hari (Mohebodini et al., 2009; Saffar dan

Khajali, 2010). Mohebodini et al. (2009) melaporkan

bahwa pembatasan ransum melalui intermittent feeding

dari umur 7 s/d 14 atau 7 s/d 21 hari tidak

mempengaruhi bobot karkas (60,33 vs 61,19%, 60,41 vs

61,19%) pada umur 42 hari. Demikian juga dengan

Page 65: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

58

pembatasan ransum secara kuantitatif sebagaimana

dilaporkan oleh Novele et al. (2008, 2009) bahwa

pembatasan ransum pada tingkat 50 dan 75% dari umur

14 s/d 21 hari tidak mempengaruhi bobot karkas,

daging dada, daging paha atas dan daging paha bawah

pada umur 42 hari. Pada peneliti lain, pembatasan

ransum secara kualitatif melalui diet dilution dari umur

16 s/d 20 hari tidak mempengaruhi bobot karkas, dada

dan paha di akhir periode pemulihan umur 42 hari

(Rezaei dan Hajati, 2010).

Tabel 5.

Bobot karkas dan lemak abdomen ayam berdasarkan

perlakuan pengaturan pemberian ransum pada umur 35 hari.

Peubah Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3

Karkas (g) 1365,60 ± 24,10 1345,70 ± 35,93 1330,50 ± 24,04 1334,50 ± 31,17

Karkas (%) 71,46 ± 1,27 71,83 ± 1,14 72,16 ± 1,10 71,96 ± 0,60

Lemak Abdomen (%) 1,50 ± 0,21 1,40 ± 0,18 1,60 ± 0,21 1,50 ± 0,21

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan selama 15 jam/hari (07:00 s/d 10:00;

12:00 s/d 15:00; 17:00 s/d 20:00; 22:00 s/d 01;00;

03:00 s/d 06:00) dari umur 7 s/d 21 hari ; P-2:

ransum disediakan selama 12 jam/hari (07:00 s/d

10:00; 13:00 s/d 16:00; 19:00 s/d 22:00; 01:00 s/d

04:00) dari umur 7 s/d 21 hari; P-3: ransum

disediakan selama 9 jam/hari (07:00 s/d 10:00;

15:00 s/d 18:00; 23:00 s/d 02:00 ) dari umur 7 s/d

21 hari.

Pada sisi lain, dugaan terjadinya kelebihan

konsumsi energi pada kelompok ayam yang mendapat

pembatasan ransum selama periode pemulihan

merupakan faktor yang menyebabkan kandungan lemak

20

Page 66: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

59

abdomen tidak berbeda dengan kelompok ayam yang

diberi ransum ad libitum. Berdasarkan fakta yang

ditemukan terlihat bahwa pembatasan pemberian

ransum masih memungkinkan terjadinya kelebihan

konsumsi energi sehingga kelebihan energi tersebut

tetap disimpan sebagai cadangan dan digunakan untuk

sintesis lemak yang kemudian diakumulasikan dalan

jaringan lemak. Hal ini mungkin dikarenakan mobilisasi

lemak untuk suplai energi dalam tubuh tidak terjadi,

mengingat lemak abdomen sangat mudah dimobilisasi

selama ransum tidak tersedia. Zhan et al., (2007)

menyimpulkan bahwa perubahan metabolic programming

yang diakibatkan oleh pembatasan ransum berdampak

terhadap kegemukan ayam pada periode akhirnya.

Kegemukan ini juga berhubungan dengan deposisi

lemak yang tinggi dalam jaringan adipose yang pada

akhirnya menjadikan karkas ayam tersebut berlemak

tinggi. Metabolic programming didefinisikan sebagai

suatu proses fisiologis yang dekat dengan proses

adaptasi terhadap cekaman nutrisi yang secara

permanen dapat merubah proses fisiologis dan

metabolisme organisme tersebut dan akan berlangsung

terus meskipun tidak ada cekaman yang diderita oleh

organisme tersebut pada periode berikutnya (Lucas,

1998; Patel dan Srinivasan, 2002).

Hasil ini sejalan dengan laporan Mohebodini et al.

(2009) bahwa tidak terdapat perbedaan bobot lemak

abdomen pada ayam broiler yang mendapat pembatasan

ransum melalui meal feeding dari umur 7 s/d 21 hari

Page 67: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

60

dengan kontrol pada umur 42 hari (1,05 vs 1,09%).

Demikian juga dengan laporan Saffar dan Khajali (2010)

bahwa bobot lemak abdomen pada ayam broiler yang

mendapat pembatasan melalui meal feeding dari umur 5

s/d 11 hari tidak berbeda dengan ayam yang diberi

ransum ad libitum pada umur 42 hari (1,58 vs 1,86%).

Selain daripada itu, beberapa laporan penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan kandungan lemak abdomen di antara ayam

yang mendapat pembatasan ransum dengan ayam yang

diberi ransum ad libitum di akhir periode pemulihan

(Petek, 2000; Lee dan Leeson, 2001; Rincon dan Leeson,

2002; Dozier et al., 2002; Saleh et al., 2005; Ozkan et al.,

2006; Rezaei et al., 2006; Khajali et al., 2007).

Page 68: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

61

BAB IV

STRATEGI PEMBERIAN RANSUM

SELAMA PERIODE GROWER DARI UMUR

21 S/D 35 HARI

Sasaran pembatasan ransum selama periode

pertumbuhan atau pembesaran ayam melalui

pembatasan pemberian ransum dirancang untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan ransum dan

mempertahankan atau meningkatkan kinerja produksi,

disamping mengurangi biaya produksi dari ransum.

Penerapan pembatasan pemberian ransum dilakukan

dari umur 21 sampai 35 hari Respon utama yang

menjadi pengamatan meliputi konsumsi ransum,

pertambahan bobot badan, konversi ransum, karkas dan

lemak abdomen.

Konsumsi Ransum

Selama periode pembatasan pada masa grower,

konsumsi ransum diukur setiap hari kemudian

dijumlahkan dan diambil rataan konsumsi per ekor per

minggu. Rataan konsumsi ransum selama periode ini

disajikan pada Tabel 6.

Page 69: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

62

Tabel 6. Konsumsi ransum (g/ekor) menurut perlakuan

pengaturan pemberian ransum selama periode pertumbuhan

dari umur 21 s/d 35 hari. Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3

21 - 28 1019,60 ± 14,13a 922,35 ± 30,11b 918,87 ± 44,49b 1006,33 ± 33,06a

29 -35 1048,09 ± 41,34a 1000,24 ± 18,67b 991,92 ± 32,45b 1062,60 ± 16,89a

21 - 35 2067.69 ± 50,37a 1922.59 ± 47,95b 1910,79 ± 75,07b 2068,94 ± 41,81a

1-35 3024,37 ± 50,37a 2879,27 ± 47,95b 2867,47 ± 75,07b 3025,62 ± 41,81a

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan selama 9 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 19:00, dan 22:00 s/d 01:00); P-2: ransum

disediakan selama 12 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 20:00, dan 22:00 s/d 03:00); P-3: ransum

disediakan selama 15 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 21:00, dan 22:00 s/d 05;00) dari umur 21

s/d 35 hari.

Konsumsi ransum pada kelompok ayam yang

mendapat pemberian ransum selama 9 jam/hari (P-1)

dan 12 jam/hari (P-2) lebih rendah (P<0,05) dari

kelompok ayam yang diberi ransum ad libitum (P-0),

sedangkan diantara P-1 dengan P-2 tidak terdapat

perbedaan konsumsi ransum. Konsumsi ransum pada

kelompok ayam yang mendapat pemberian ransum

selama 15 jam/hari (P-3) tidak berbeda dengan

kelompok ayam yang diberi ransum ad libitum (P-0).

Fakta demikian menunjukkan bahwa pengaturan

pemberian ransum dengan ketersediaan ransum selama

9 dan 12 per hari selama periode grower mampu

menurunkan konsumsi ransum. Penurunan konsumsi

ransum ini wajar terjadi selama periode pembatasan

pemberian ransum dikarenakan waktu ketersediaan

Page 70: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

63

ransum terbatas. Namun demikian, ketersediaan

ransum selama 15 jam/hari dapat mengkonsumsi

ransum dalam jumlah yang sama dengan ayam yang

diberi ransum ad libitum. Temuan ini menunjukkan

bahwa pemuasaan ayam hingga 15 jam/hari selama

periode grower tidak mempengaruhi konsumsi ransum.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan waktu ketersediaan

ransum yang lebih panjang terutama pada malam hari

sehingga memungkinkan konsumsi ransum lebih

banyak dibandingkan dengan pengaturan pemberian

ransum lainnya. Banong dan Hakim (2011) melaporkan

bahwa pemuasaan ayam selama 2 jam/hari (12:00-

14:00) dan 4 jam/hari (11:00-15:00) dari umur 14

hingga 35 hari tidak berpengaruh terhadap konsumsi

ransum ayam broiler.

Gejala demikian dapat terjadi dikarenakan suhu

lingkungan pada malam hari berada dalam kisaran suhu

nyaman bagi kehidupan ayam selama periode grower.

Ayam akan mengkonsumsi ransum lebih banyak apabila

akses terhadap makanan pada jam-jam suhu lingkungan

rendah (May dan Lott, 1992), sehingga kompensasi

terhadap kekurangan konsumsi ransum dapat terjadi

akibat pembatasan pada waktu sebelumnya (Ozkan et

al., 2003).

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan dan bobot badan

secara keseluruhan sebagai respon terhadap perlakuan

Page 71: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

64

disajikan pada Tabel 7 dan 8. Pengukuran pertambahan

bobot badan tersebut dilakukan secara periodik

berdasarkan umur ayam.

Pertambahan bobot badan pada kelompok ayam

yang mendapat pemberian ransum selama 9 jam/hari

(P-1) dan 12 jam/hari (P-2) lebih rendah (P<0,05) dari

kelompok ayam yang diberi ransum ad libitum (P-0),

sedangkan diantara P-1 dengan P-2 tidak terdapat

perbedaan pertambahan bobot badan dan bobot badan

akhir. Pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir

pada kelompok ayam yang mendapat pemberian ransum

selama 15 jam/hari (P-3) tidak berbeda dengan

kelompok ayam yang diberi ransum ad libitum (P-0).

Berdasarkan capaian hasil ini menunjukkan

bahwa pembatasan pemberian ransum dengan

penyediaan ransum selama 9 dan 12 jam/hari selama

periode grower menyebabkan penurunan laju

pertumbuhan sehingga berdampak terhadap

pencapaian bobot panen. Namun demikian, penyediaan

ransum selama 15 jam/hari dapat menghasilkan

pertambahan bobot badan yang sama dengan ayam yang

diberi ransum ad libitum. Temuan ini menunjukkan

bahwa pemuasaan (feed withdrawal) hingga 9 jam/hari

selama periode grower dapat menghasilkan pertambahan

bobot badan dan bobot badan akhir yang sama dengan

kontrol.

Page 72: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

65

Tabel 7.

Pertambahan bobot badan ayam (g/ekor) selama periode

pertumbuhan dari umur 21 s/d 35 hari. Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3

21 - 28 683,47 ± 21,41a 644,56 ± 14,49bc 618,03 ± 25,48c 663,40 ± 20,64ab

29 -35 621,44 ± 32,87a 554,52 ± 22,04b 566,56 ± 28,05b 609,05 ± 28,02a

21 - 35 1304,90 ± 52,84a 1199,08 ± 23,71b 1184,59 ± 47,66b 1272,44 ± 22,41a

1-35 2033,37 ± 55,75a 1927,75 ± 23,44b 1913,74 ± 44,55b 2000,77 ± 22,40a

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan selama 9 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 19:00, dan 22:00 s/d 01:00); P-2: ransum

disediakan selama 12 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 20:00, dan 22:00 s/d 03:00); P-3: ransum

disediakan selama 15 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 21:00, dan 22:00 s/d 05;00) dari umur 21

s/d 35 hari.

Tabel 8.

Bobot badan ayam (g/ekor) selama periode pertumbuhandari

umur 21 s/d 35 hari. Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3

21 767,25 ± 3,11 767,45 ± 1,44 767,944 ± 3,41 767,11 ± 3,23

28 1450,72 ± 24,44a 1412,01 ± 15,33bc 1385,97 ± 23,50c 1430,51 ± 18,85ab

35 2072,16 ± 55,75a 1966,54 ± 23,44ab 1952,53 ± 44,55b 2039,56 ± 22,40a

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan selama 9 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 19:00, dan 22:00 s/d 01:00); P-2: ransum

disediakan selama 12 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 20:00, dan 22:00 s/d 03:00); P-3: ransum

disediakan selama 15 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 21:00, dan 22:00 s/d 05;00) dari umur 21

s/d 35 hari.

Page 73: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

66

Kemampuan ayam untuk beradaptasi terhadap kondisi

ketersediaan ransum untuk mencapai pertumbuhan normal

sesuai dengan umur fisiologis menjadi faktor utama terhadap

pencapaian bobot badan akhir. Gous dan Cherry (2004)

melaporkan bahwa percepatan pertumbuhan pada ayam dapat

terjadi akibat pembatasan ransum apabila mendekati tahap

akhir periode pertumbuhan. Fenomena ini terlihat pada ayam

broiler yang mendapat pembatasan ransum melalui pemberian

ransum secara berselang waktu (intermittent feeding) mampu

beradaptasi dengan cepat dengan indikasi tidak terdapat

perbedaan pertambahan bobot badan dengan ayam yang

diberi ransum ad libitum (Svihus et al., 2010). Faktor yang

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan energi melalui

pemenuhan kapasitas fisik dan pengendalian mekanisme

kenyang (Barbato et al., 1984; Barbato, 1994; Bokkers dan

Koene, 2003) merupakan upaya ayam beradaptasi terhadap

pembatasan ransum untuk memenuhi kebutuhan ransum,

sehingga kebutuhan energi dapat dipenuhi untuk

memaksimalkan pertumbuhan. Kondisi ini dapat dicapai

selama waktu ransum tersedia dengan mengkonsumsi ransum

lebih banyak (Savory dan Hodgkiss, 1984; Xin et al., 1993)

dengan memanfaatkan tembolok dan gizzard sebagai organ

penyimpanan makanan apabila diadaptasikan pada

pembatasan ransum dalam periode yang panjang (Barash et

al., 1993; Buyse, et al., 1993).

Beberapa hasil penelitian pengaturan pemberian

ransum sebagaimana dilaporkan oleh Mahmood et al. (2005)

bahwa pembatasan ransum melalui feed withdrawal selama 8

jam (9:00 s/d 19:00) dari umur 14 s/d 42 hari memberikan

pertambahan bobot badan ayam yang lebih baik dibandingkan

Page 74: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

67

dengan sistem pemberian ransum ad libitum (1275 vs 1165 g).

Namun demikian, pada peneliti lain Khetani et al. (2009)

melaporkan bahwa pertambahan bobot badan ayam yang

mendapat pembatasan ransum melalui feed withdrawal

selama 12 jam (19:00 s/d 07:00) dari umur 22 s/d 35 hari

lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (73,30±4,89 vs

88,30±4,89 g/hari). Hal yang sama juga dilaporkan oleh

Ahmad (2004) bahwa pemberian ransum melalui sistem

intermittent feeding (1 jam ransum disediakan dan 3 jam

dikosongkan selama siklus 24 jam ) dari umur 14 s/d 42 hari

menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih rendah

dibandingkan dengan pemberian ransum ad libitum (1590,10

vs 1673,10 g). Perbedaan hasil yang tersebut menunjukkan

bahwa batasan waktu ketersediaan ransum kurang dari 12

jam/hari sangat berpengaruh terhadap pertambahan bobot

badan ayam selama periode pertumbuhan (grower).

Konversi Ransum

Berdasarkan data pada Tabel 9., terlihat bahwa

konversi ransum pada kelompok ayam yang mendapat

pemberian ransum selama 9 jam/hari (P-1) lebih rendah

(P<0,05) dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya (P-

0, P-2 dan P-3). Secara menyeluruh dari umur 1 hingga 35

hari, konversi ransum tidak berbeda diantara semua

perlakuan. Hasil ini menunjukkan bahwa ketersediaan

ransum selama 9 jam/hari (P-1) dapat memperlihatkan

perbaikan efisiensi penggunaan ransum pada awal minggu

pertama pembatasan pemberian ransum. Abdel-Hafeez et al.

(2016), Dissanayake dan David (2017) melaporkan bahwa

pembatasan makanan dapat diterapkan untuk memperbaiki

Page 75: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

68

konversi ransum. Namun demikian, pada minggu berikutnya

memiliki nilai efisiensi yang sama dengan kontrol. Hasil ini

sejalan dengan laporan Banong dan Hakim (2011) bahwa

pemuasaan ayam broiler selama 2 jam/hari (12:00-14:00) dan

4 jam/hari (11:00-15:00) dari umur 14 hingga 35 hari tidak

dapat memperbaiki efisiensi penggunaan ransum.

Sejalan dengan fakta di atas, Khetani et al. (2009)

melaporkan bahwa pengosongan ransum (feed withdrawal)

selama 12 jam/hari (19:00 s/d 7:00) dari umur 22 s/d 35 hari

tidak menghasilkan perbedaan konversi ransum dengan

kontrol (2,20 vs 2,08). Hasil yang sama juga dilaporkan oleh

Benyi et al. (2009) bahwa pembatasan ransum melalui skip-a-

day feeding selama periode starter dan grower (7 s/d 35 hari)

tidak dapat memperbaiki efisiensi penggunaan ransum (54 vs

53%). Lebih lanjut Khetani et al. (2009) menyimpulkan bahwa

pembatasan ransum melalui pembatasan pemberian ransum

tidak efektif dikarenakan konsumsi dan konversi ransum yang

diperoleh relatif sama dengan kontrol.

Tabel 9.

Konversi ransum (g/g) selama periode pertumbuhan dari

umur 21 s/d 35 hari.

Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3

21 - 28 1.49 ± 0,05a 1,43 ± 0,02b 1,49 ± 0,04a 1,52 ± 0,03a

29 -35 1,69 ± 0,06 1,81 ± 0,10 1,75 ± 0,06 1,75 ± 0,08

21 - 35 1,58 ± 0,05 1,60 ± 0,05 1,61 ± 0,02 1,62 ± 0,04

1-35 1,49 ± 0,03 1,50 ± 0,03 1,50 ±0,01 1,51 ± 0,02

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan selama 9 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 19:00, dan 22:00 s/d 01:00); P-2: ransum

disediakan selama 12 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 20:00, dan 22:00 s/d 03:00); P-3: ransum

Page 76: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

69

disediakan selama 15 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 21:00, dan 22:00 s/d 05;00) dari umur 21

s/d 35 hari.

Karkas dan Lemak Abdomen

Bobot karkas dan lemak abdomen yang diukur

dinyatakan dalam % bobot hidup. Data bobot karkas

dan lemak abdomen disajikan pada Tabel 10.

Berdasarkan analisis data pada Tabel 10.

menunjukkan bahwa bobot karkas dan lemak abdomen

pada kelompok ayam yang mendapatkan pembatasan

pemberian ransum tidak berbeda (P>0,05) dengan

kelompok ayam yang diberi ransum ad libitum di akhir

pemeliharaan (35 hari). Hasil ini sejalan dengan

penelitian Ahmad (2004) bahwa pembatasan ransum

dengan penyediaan ransum selama 6 jam/hari pada

ayam broiler melalui sistem intermittent feeding dari

umur 14 s/d 42 hari menghasilkan bobot karkas yang

tidak berbeda dengan kelompok ayam yang diberi

ransum ad libitum (67,11 vs 67,75%). Lebih lanjut,

Boostani et al. (2010) melaporkan bahwa penyediaan

ransum selama 8 jam/hari selama periode grower (21-35

hari) tidak mempengaruhi bobot karkas ayam broiler.

Demikian juga halnya dengan bobot lemak

abdomen yang relatif tidak berbeda diantara ayam yang

mendapat pembatasan ransum dengan ayam yang diberi

ransum ad libitum. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan

laporan Willis dan Reid (2008) bahwa pemberian ransum

mulai 8 jam/hari (08:00 s/d 16:00) dari umur 8 s/d 49

Page 77: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

70

hari tidak berpengaruh terhadap kandungan lemak

abdomen ayam broiler. Demikian juga dengan laporan

Boostani et al. (2010) bahwa bobot lemak abdomen pada

ayam yang mendapat penyediaan ransum selama 8

jam/hari selama periode grower (21-35 hari) tidak tidak

berbeda dengan ayam diberi ransum ad libitum.

Kondisi demikian mungkin saja dapat terjadi

dikarenakan proses pertumbuhan lemak tetap

berlangsung meskipun dalam kondisi penyediaan

ransum terbatas.

Tabel 10.

Bobot karkas dan lemak abdomen ayam berdasarkan

perlakuan pengaturan pemberian ransum pada umur 35 hari.

Peubah Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3

Karkas (g) 1579,80 ± 47,75a 1480,30 ± 42,56b 1476,80 ± 55,28b 1543,30 ± 15,92a

Karkas (%) 76,98 ± 0,70 75,93 ± 0,96 76,10 ± 0,82 76,29 ± 0,75

Lemak Abdomen (%) 1,91 ± 0,23 1,84 ± 0,10 1,90 ± 0,16 1,92 ± 0,11

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan selama 9 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 19:00, dan 22:00 s/d 01:00); P-2: ransum

disediakan selama 12 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 20:00, dan 22:00 s/d 03:00); P-3: ransum

disediakan selama 15 jam/hari (07:00 s/d 10:00,

16:00 s/d 21:00, dan 22:00 s/d 05;00) dari umur 21

s/d 35 hari.

Page 78: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

71

BAB V

STRATEGI PEMBERIAN RANSUM SELAMA

PERIODE PEMELIHARAAN DARI UMUR

1 S/D 35 HARI

Strategi pembatasan ransum pada penelitian ke 3

ini dilakukan selama pemeliharaan, yaitu dari umur 1

sampai 35 hari. Penerapan pengaturan pemberian

ransum dirancang selama periode starter dan grower

untuk memperbaiki efisiensi penggunaan ransum dan

mempertahankan kinerja produksi, disamping

mengurangi biaya produksi dari ransum. Respon utama

yang menjadi pengamatan meliputi konsumsi ransum,

pertambahan bobot badan, konversi ransum, bobot

karkas dan lemak abdomen.

Konsumsi Ransum

Selama periode pemeliharaan, konsumsi ransum

diukur setiap hari kemudian dijumlahkan dan diambil

rataan konsumsi per ekor per minggu. Rataan konsumsi

ransum mingguan selama pemeliharaan disajikan pada

Tabel 11.

Konsumsi ransum pada semua kelompok ayam

yang mendapat pembatasan ransum lebih rendah

(P<0,05) dari P-0 selama periode pembatasan dari umur

1 s/d 21 hari. Diantara kelompok ayam yang mendapat

Page 79: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

72

pembatasan pemberian ransum, konsumsi ransum pada

P-1 dan P-2 lebih rendah (P<0,05) dari P-3 dan P-4. Hasil

demikian menunjukkan bahwa kemampuan ayam

mengkonsumsi ransum menurun dengan waktu

ketersediaan ransum selama 8 dan 16 jam/hari.

Penurunan konsumsi ransum ini wajar terjadi selama

periode pembatasan pemberian ransum dikarenakan

waktu ketersediaan ransum terbatas. Penurunan

konsumsi ransum selama periode pembatasan

pemberian ransum pada P-1 dan P-2, P-3 dan P-4

masing-masing sekitar 30,26 dan 17,04%.

Hasil ini memberi indikasi bahwa konsumsi

ransum menurun dengan penurunan waktu

ketersediaan ransum. Penurunan konsumsi tersebut

wajar terjadi karena waktu ketersediaan ransum yang

terbatas menyebabkan aktivitas makan menjadi

terbatas. Aktivitas makan pada ayam dipengaruhi oleh

ketersediaan ransum dan apabila disediakan ad libitum

ransum akan dikonsumsi lebih banyak. Hasil ini tidak

jauh berbeda dengan laporan Azis et al. (2011) bahwa

ayam broiler yang mendapat waktu ketersediaan ransum

selama 8 jam/hari (08:00-12:00 dan 16:00-20:00) dari

umur 7 s/d 21 hari mengkonsumsi ransum sebanyak

84,92% dari konsumsi ayam yang diberi ransum ad

libitum. Demikian juga halnya dengan laporan Susbilla et

al. (2003) bahwa konsumsi ransum lebih rendah 20%

pada ayam broiler yang mendapat pembatasan ransum

melalui pemberian ransum secara periodik (meal feeding)

Page 80: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

73

dari jam 07:00-10:00, 12:00-15:00 dan 17:00-22:00 dari

umur 5 s/d 17 hari.

Selama periode umur 22 s/d 35 hari, konsumsi

ransum pada kelompok ayam yang mendapat

pembatasan pemberian ransum (P-1 dan P-3) tidak

berbeda dengan R-0 (P>0,05). Hal demikian

menunjukkan bahwa pola konsumsi ransum

berlangsung normal setelah beradaptasi dengan

pemberian ransum ad libitum. Hasil ini sejalan dengan

laporan Azis et al. (2011) bahwa konsumsi ransum pada

kelompok ayam yang mendapat pemberian ransum

selama 8 jam/hari (08:00-12:00 dan 16:00-20:00) dari

umur 7 s/d 21 hari tidak berbeda dengan kontrol selama

periode pemulihan dari umur 21 s/d 42 hari. Berbeda

dengan pada P-2 dan P-4, konsumsi ransum lebih

rendah (P<0,05) dari P-0 pada kondisi ransum tersedia

selama 16 jam/hari. Penurunan konsumsi ransum pada

P-2 dan P-4 masing-masing sekitar 4,72 dan 4,20%.

Fakta di atas menunjukkan bahwa konsumsi

ransum berlangsung normal dengan pemberian ransum

ad libitum setelah ayam dibebaskan dari pembatasan

pemberian ransum. Hasil ini sejalan dengan laporan Azis

et al. (2011) bahwa konsumsi ransum pada kelompok

ayam yang mendapat pemberian ransum selama 8

jam/hari (08:00-12:00 dan 16:00-20:00) dari umur 7 s/d

21 hari tidak berbeda dengan kontrol selama periode

pemulihan dari umur 21 s/d 42 hari. Namun demikian,

pada kelompok ayam yang tetap mendapatkan

Page 81: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

74

pembatasan pemberian ransum (P-2 dan P-4) tidak

dapat menunjukkan kemampuannya untuk

mengkompensasi konsumsi meskipun waktu

ketersediaan ransum lebih lama. Hasil ini berbeda

dengan laporan sebelumnya bahwa jumlah konsumsi

ransum pada ayam broiler yang mendapat pembatasan

pemberian ransum pada periode grower (21-35 hari)

selama 15 jam/hari tidak berbeda dengan ayam yang

diberi ransum ad libitum (Azis dan Afriani, 2017).

Tabel 11.

Konsumsi ransum (g/ekor) menurut perlakuan pembatasan

pemberian ransum selama pemeliharaan Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3 P - 4

1 – 21 1324,44 ± 32,67a 932,08 ± 39,54c 915,32 ± 37,70c 1096,24 ± 19,62b 1101,35 ± 5,99b

22 – 35 2230,24 ± 50,36ab 2238,63 ± 90,70ab 2124,89 ± 24,66b 2296,28 ± 22,96a 2136,64 ± 59,60b

1 - 35 3554,69 ± 80,22a 3170,71 ± 129,75c 3040,20 ± 54,38d 3392,52 ± 23,52b 3237,99 ± 62,12c

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: : ransum

disediakan 8 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-20:00)

dari umur 1-21 hari dan ad libitum dari umur 22-35

hari; P-2: ransum disediakan 8 jam/hari (07:00-

11:00; 16:00-20:00) dari umur 1-21 hari dan 16

jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00) dari umur 22-35

hari; P-3: ransum disediakan 16 jam/hari (07:00-

11:00; 16:00-24:00) dari umur 1-21 hari dan ad

libitum dari umur 22-35 hari; P-4: ransum disediakan

16 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00) dari umur 1-

21 hari, dan 16 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00)

dari umur 22-35 hari

Page 82: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

75

Tabel 12.

Pertambahan bobot badan ayam (g/ekor) menurut perlakuan pembatasan pemberian ransum selama pemeliharaan

Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3 P - 4

1 - 21 991,48 ± 27,06a 779,20 ± 38,41c 770,96 ± 35,78c 905,30 ± 26,90b 897,25 ± 18,69b

22 - 35 1304,09 ± 17,57 1345,20 ± 94,87 1304,77 ± 23,03 1310,30 ± 52,34 1270,80 ± 71,84

1 - 35 2295,58 ± 30,16a 2124,39 ± 129,00bc 2075,73 ± 15,43bc 2215,60 ± 31,25ab 2168,05 ± 31,25bc

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: : ransum

disediakan 8 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-20:00)

dari umur 1-21 hari dan ad libitum dari umur 22-35

hari; P-2: ransum disediakan 8 jam/hari (07:00-

11:00; 16:00-20:00) dari umur 1-21 hari dan 16

jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00) dari umur 22-35

hari; P-3: ransum disediakan 16 jam/hari (07:00-

11:00; 16:00-24:00) dari umur 1-21 hari dan ad

libitum dari umur 22-35 hari; P-4: ransum disediakan

16 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00) dari umur 1-

21 hari, dan 16 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00)

dari umur 22-35 hari.

Total konsumsi ransum dari umur 1 s/d 35 hari

pada semua kelompok ayam yang mendapat pembatasan

pemberian ransum (P-1, P-2, P-3 dan P-4) lebih rendah

(P<0,05) dari ayam yang diberi ransum ad libitum (P-0).

Di antara kelompok ayam yang mendapatkan

pembatasan pemberian ransum pada P-2 lebih rendah

(P<0,05) dibandingkan dengan P-1, P-3 dan P-4. Hasil ini

sejalan dengan laporan Boostani et al. (2010) bahwa

konsumsi ransum pada ayam yang mendapat

penyediaan ransum selama 8 jam/hari selama periode

grower (21-35 hari) nyata lebih rendah dari ayam diberi

ransum ad libitum.

Page 83: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

76

Pertambahan Bobot Badan

Selama periode umur 1 s/d 21 hari, pertambahan

bobot badan pada semua kelompok ayam yang

mendapat pembatasan pemberian ransum (P-1, P-2, P-3

dan P-4) lebih rendah (P<0,05) dari P-0 (Tabel 12). Di

antara kelompok ayam yang mendapat pembatasan

pemberian ransum, pertambahan bobot badan pada P-1

dan P-2 lebih rendah (P<0,05) dari P-3 dan P-4.

Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa

pembatasan pemberian ransum dengan ketersediaan

ransum selama 8 dan 16 jam/hari selama periode awal

(1-21 hari) menyebabkan penurunan pertambahan bobot

badan. Penurunan pertambahan bobot badan pada

kelompok ayam dengan ketersediaan ransum 8 jam/hari

(P-1 dan P-2) dan 16 jam/hari (P-3 dan P-4) masing-

masing sekitar 21,83 dan 9,10%. Hasil ini sejalan

dengan laporan terdahulu bahwa pertambahan bobot

badan ayam broiler yang mendapat waktu ketersediaan

ransum selama 8 jam/hari (08:00-12:00 dan 16:00-

20:00) dari umur 7 s/d 21 hari lebih rendah dari ayam

yang diberi ransum ad libitum (629,03 vs 696,61 g)

dengan penurunan bobot badan sekitar 6,95% (Azis et

al,. 2011).

Penurunan pertambahan bobot badan tersebut

dapat terjadi akibat terbatasnya konsumsi energi dan

nutrisi sehingga kebutuhan untuk memaksimalkan

pertumbuhan jaringan belum terpenuhi. Beberapa

faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan

Page 84: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

77

pertambahan bobot badan selama periode pembatasan

ransum antara lain dikarenakan penurunan konsumsi

energi dan protein sehingga menyebabkan terbatasnya

suplai nutrisi dan energi untuk menunjang

pertumbuhan jaringan (Hornick et al., 2000; Azis et al.,

2011), penurunan hormon tiroksin (Hassanabadi dan

Moghaddam, 2006; Rajman et al., 2006; Zhan et al.,

2007), penurunan aktivitas enzim yang berhubungan

dengan pencernaan protein (Susbilla et al., 2003).

Selama periode umur 22 s/d 35 hari, laju

pertambahan bobot badan pada semua kelompok ayam

yang mendapat pembatasan pemberian ransum (P-1, P-

2, P-3 dan P-4) tidak berbeda (P>0,05) dengan kelompok

ayam yang diberi ransum ad libitum (P-0). Fakta ini

menunjukkan bahwa laju pertumbuhan selama periode

pemulihan berlangsung normal meskipun terdapat 2

kelompok perlakuan yang mendapat pembatasan

pemberian ransum dengan ketersediaan ransum selama

16 jam/hari (P-2 dan P-4). Hal ini menunjukkan ada

indikasi pertumbuhan kompensasi pada kelompok ayam

yang mendapat pembatasan ransum. Hasil ini sejalan

dengan laporan Azis et al. (2013) bahwa pembatasan

pemberian ransum selama 15 jam/hari dari umur 7 s/d

21 hari dapat menghasilkan pertumbuhan kompensasi

selama periode umur 22 s/d 35 hari. Pencapaian

pertumbuhan kompensasi ini diperlihatkan dengan

bobot badan akhir yang tidak berbeda antara perlakuan

P-3 dengan ayam yang diberi ransum ad libitum (P-0)

Page 85: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

78

pada umur 35 hari (Gambar 2). Indikasi pertumbuhan

kompensasi tersebut terjadi sebagai upaya hewan untuk

mencapai bobot badan normal (Hornick et al., 2000;

Pinheiro et al., 2004). Hasil ini menunjukkan bahwa

apabila ayam dipulihkan dengan pemberian ransum ad

libitum setelah mendapat pembatasan ransum dapat

memperlihatkan pertumbuhan kompensasi dan mampu

menghasilkan bobot badan akhir yang tidak berbeda

dengan ayam yang diberi ransum ad libitum.

Kemampuan ayam untuk beradaptasi terhadap

kondisi ketersediaan ransum untuk mencapai

pertumbuhan normal sesuai dengan umur fisiologis

menjadi faktor utama terhadap pencapaian bobot badan

akhir. Gous dan Cherry (2004) melaporkan bahwa

percepatan pertumbuhan pada ayam dapat terjadi akibat

pembatasan ransum apabila mendekati tahap akhir

periode pertumbuhan. Fenomena ini terlihat pada ayam

Gambar 2. Perkembangan bobot badan ayam menurut perlakuan

pembatasan pemberian ransum selama pemeliharaan

Page 86: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

79

broiler yang mendapat pembatasan ransum melalui

pemberian ransum secara berselang waktu (intermittent

feeding) mampu beradaptasi dengan cepat dengan

indikasi tidak terdapat perbedaan pertambahan bobot

badan dengan ayam yang diberi ransum ad libitum

(Svihus et al., 2010). Faktor pemenuhan kebutuhan

energi melalui pemenuhan kapasitas fisik dan

pengendalian mekanisme kenyang (Barbato et al., 1984;

Barbato, 1994; Bokkers dan Koene, 2003) merupakan

upaya ayam beradaptasi terhadap pembatasan ransum

untuk memenuhi kebutuhan ransum, sehingga

kebutuhan energi dapat dipenuhi untuk

memaksimalkan pertumbuhan. Kondisi ini dapat dicapai

selama waktu ransum tersedia dengan mengkonsumsi

ransum lebih banyak (Savory dan Hodgkiss, 1984; Xin et

al., 1993) dengan memanfaatkan tembolok dan gizzard

sebagai organ penyimpanan makanan apabila

diadaptasikan pada pembatasan ransum dalam periode

yang panjang (Barash et al., 1993; Buyse, et al., 1993).

Namun demikian, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa apabila pembatasan pemberian

ransum berlangsung hingga umur 35 hari dengan

ketersediaan pemberian ransum 16 jam/hari tidak dapat

memperlihatkan pencapaian bobot akhir yang sama

dengan ayam yang diberi ransum ad libitum. Beberapa

hasil penelitian pengaturan pemberian ransum

sebagaimana dilaporkan oleh Mahmood et al. (2005)

bahwa pembatasan ransum melalui feed withdrawal

Page 87: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

80

selama 8 jam (9:00 s/d 19:00) dari umur 14 s/d 42 hari

memberikan pertambahan bobot badan ayam yang lebih

baik dibandingkan dengan sistem pemberian ransum ad

libitum (1275 vs 1165 g). Namun demikian, Khetani et al.

(2009) melaporkan bahwa pertambahan bobot badan

ayam yang mendapat pembatasan ransum melalui feed

withdrawal selama 12 jam (19:00 s/d 07:00) dari umur

22 s/d 35 hari lebih rendah dibandingkan dengan

kontrol (73,30±4,89 vs 88,30±4,89 g/hari). Hal yang

sama juga dilaporkan oleh Ahmad (2004) bahwa

pemberian ransum melalui sistem intermittent feeding (1

jam ransum disediakan dan 3 jam dikosongkan selama

siklus 24 jam ) dari umur 14 s/d 42 hari menghasilkan

pertambahan bobot badan yang lebih rendah

dibandingkan dengan pemberian ransum ad libitum

(1590,10 vs 1673,10 g). Perbedaan hasil tersebut

menunjukkan bahwa batasan waktu ketersediaan

ransum dan rentang waktu penerapannya sangat

berpengaruh terhadap pencapaian bobot badan ayam

pada umur panen.

Konversi Ransum

Berdasarkan data pada Tabel 13., konversi

ransum selama periode umur 1 s/d 21 hari pada semua

kelompok ayam yang mendapat pembatasan pemberian

ransum (P-1, P-2, P-3 dan P-4) lebih rendah (P<0,05)

dibandingkan dengan P-0. Nilai konversi ransum tidak

berbeda diantara semua kelompok ayam yang mendapat

pembatasan pemberian ransum selama periode ini.

Page 88: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

81

Selama periode umur 22 s/d 35 hari atau 1 s/d 35 hari,

nilai konversi ransum pada P-2 lebih rendah (P<0,05)

dibandingkan dengan P-0 dan P-3. Hasil ini menjelaskan

bahwa penerapan pembatasan pemberian ransum

selama pemeliharaan dapat memperbaiki efisiensi

penggunaan ransum seiring dengan membatasi

kelebihan konsumsi ransum (overcomsumption).

Perbaikan konversi ransum yang dicapai penelitian ini

sejalan dengan laporan Svihus et al. (2010) bahwa

terdapat peningkatan efisiensi penggunaan ransum pada

ayam broiler yang diberi ransum melalui intermittent

feeding dibandingkan dengan pemberian ransum ad

libitum.

Tabel 13.

Konversi ransum (g/g) menurut perlakuan pembatasan

pemberian ransum selama pemeliharaan Umur

(hari)

Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3 P - 4

1 - 21 1,34±0,03a 1,19±0,04b 1,19±0,06b 1,21±0,02b 1,22±0,02b

22 - 35 1,71±0,06ab 1,67±0,05bc 1,63±0,03c 1,75±0,06a 1,68±0,05abc

1 - 35 1,55±0,03a 1,49±0,03bc 1,46±0,03c 1,53 ±0,02ab 1,49±0,04bc

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan 8 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-20:00)

dari umur 1-21 hari dan ad libitum dari umur 22-35

hari; P-2: ransum disediakan 8 jam/hari (07:00-

11:00; 16:00-20:00) dari umur 1-21 hari dan 16

jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00) dari umur 22-35

hari; P-3: ransum disediakan 16 jam/hari (07:00-

11:00; 16:00-24:00) dari umur 1-21 hari dan ad

libitum dari umur 22-35 hari; P-4: ransum disediakan

16 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00) dari umur 1-

21 hari, dan 16 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00)

dari umur 22-35 hari

Page 89: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

82

Karkas dan Lemak Abdomen

Bobot karkas dan lemak abdomen yang diukur

dinyatakan dalam % bobot hidup. Data bobot karkas

dan lemak abdomen disajikan pada Tabel. 14.

Tabel 14.

Bobot karkas dan lemak abdomen ayam berdasarkan

perlakuan pengaturan pemberian ransum pada di akhir

pemeliaraan umur 35 hari.

Umur (hari) Perlakuan

P - 0 P - 1 P - 2 P - 3 P - 4

Karkas (%) 74,80±1,59 75,14±0,91 73,68±1,08 75,71±0,38 74,21±1,56

Lemak Abdomen (%) 1,56±0,19 1,59±0,27 1,56±0,21 1,65±0,40 1,69±0,33

Keterangan: Superkrip dengan huruf kecil yang berbeda pada

baris yang sama, berbeda pada level 5% (P<0,05) P-0:

ransum disediakan ad libitum; P-1: ransum

disediakan 8 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-20:00)

dari umur 1-21 hari dan ad libitum dari umur 22-35

hari; P-2: ransum disediakan 8 jam/hari (07:00-

11:00; 16:00-20:00) dari umur 1-21 hari dan 16

jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00) dari umur 22-35

hari; P-3: ransum disediakan 16 jam/hari (07:00-

11:00; 16:00-24:00) dari umur 1-21 hari dan ad

libitum dari umur 22-35 hari; P-4: ransum disediakan

16 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00) dari umur 1-

21 hari, dan 16 jam/hari (07:00-11:00; 16:00-24:00)

dari umur 22-35 hari

Berdasarkan analisis data pada Tabel 18.,

menunjukkan bahwa bobot karkas dan lemak abdomen

pada kelompok ayam yang mendapatkan pembatasan

pemberian ransum tidak berbeda (P>0,05) dengan

kelompok ayam yang diberi ransum ad libitum di akhir

pemeliharaan (35 hari). Hal ini mungkin berhubungan

dengan laju pertumbuhan yang berlangsung normal

selama periode grower, meskipun terjadi penurunan

Page 90: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

83

pertumbuhan selama periode starter, sehingga dapat

menghasilkan bobot karkas tidak berbeda diantara

semua perlakuan. Hasil ini sejalan dengan laporan Al-

Khair, et al. (2017) bahwa bobot karkas pada ayam

broiler yang mendapat pembatasan waktu pemberian

ransum selama 3 dan 6 jam per hari dari umur 8 sampai

28 hari tidak berbeda dengan ayam yang diberi ransum

ad libitum.

Pada sisi lain, dugaan terjadinya kelebihan

konsumsi energi pada kelompok ayam yang mendapat

pembatasan ransum selama periode pemulihan

merupakan faktor yang menyebabkan kandungan lemak

abdomen tidak berbeda dengan kelompok ayam yang

diberi ransum ad libitum. Berdasarkan fakta yang

ditemukan terlihat bahwa pembatasan pemberian

ransum masih memungkinkan terjadinya kelebihan

konsumsi energi sehingga kelebihan energi tersebut

tetap disimpan sebagai cadangan dan digunakan untuk

sintesis lemak yang kemudian diakumulasikan dalan

jaringan lemak. Hal ini mungkin dikarenakan mobilisasi

lemak untuk suplai energi dalam tubuh tidak terjadi,

mengingat lemak abdomen sangat mudah dimobilisasi

selama ransum tidak tersedia. Hasil ini sejalan dengan

laporan Mohebodini et al. (2009) bahwa tidak terdapat

perbedaan bobot lemak abdomen pada ayam broiler yang

mendapat pembatasan ransum melalui intermittent

feeding dari umur 7 s/d 21 hari dengan kontrol pada

umur 42 hari (1,05 vs 1,09%). Demikian juga dengan

Page 91: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

84

laporan Boostani et al. (2010) bahwa ayam yang

mendapat penyediaan ransum selama 8 jam/hari selama

periode grower (21-35 hari) memiliki bobot lemak

abdomen yang sama dengan ayam diberi ransum ad

libitum.

Praktek manajemen pemberian ransum pada

peternakan ayam broiler dengan teknik pembatasan

waktu pemberian ransum selama 9 jam/hari (periode

starter atau grower) atau 8 jam/hari (periode starter) dan

16 jam/hari (periode grower) dapat memperbaiki efisiensi

penggunaan ransum. Metode ini lebih praktis dan dapat

diterapkan pada peternakan ayam broiler dengan sistem

pemberian ransum secara manual atau outomatik.

Page 92: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

85

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Hafeez, H. M., E.S.E. Saleh, S.S. Tawfeek, I.M.I.

Youssef, and A.S.A. Abdel-Daim. 2016. Effects of

probiotic, prebiotic, and synbiotic with and

without feed restriction on performance,

hematological indices and carcass characteristics

of broiler chickens, Asian-Australasian J. Anim.

Sci. 30: 672-682.

Abu-Dieyeh, Z. H. M. 2006. Effect of chronic heat stress

and long-term feed restriction on broiler

performance. Int. J. Poult. Sci. 2:185-190.

Acar, N., F.G. Sizemore, G.R. Leach, R.F. Wideman Jr.,

R.L. Owen, dan G.F. Barbato. 1995. Growth of

broiler chickens in response to feed restriction

regimens to reduce ascites. Poult. Sci. 74: 833-

843.

Ahmad, F. 2004. Effect of Feeding Management on the

Performnce and Physiological Response of Broiler

during Summer. Ph.D Dissertation. Faculty of

Animal Husbandry University of Agriculture,

Faisalabad, Pakistan

Al-Aqil, A., I. Zulkifli, A.Q. Sazili, A.R. Omar, and M.A.

Rajion. 2009. The effects of the hot, humid

tropical climate and early age feed restriction on

stress and fear responses, and performance in

broiler chickens. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 22(11):

1581-1586.

Alkhair, S.M., N.A. Musharaf, I.I. Hamid, and O.I.

Alkurdi. 2017. The effect of limiting feeding time

by three and six hours per day during the starter

period on broiler performance. Int. J. Livest. Prod.

8(8): 125-130.

Page 93: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

86

Al-Taleb, S.S. 2003. Effect of an early feed restriction of

broiler on productive performance and carcass

quality. J. Animal and Veterinary Advance, 4: 293-

296

Apeldoom, E. J., J. W. Schrama, M. M. Mashaly, and H.

K. Parmentier. 1999. Effect of melatonin and

lighting schedule on energy metabolism in broiler

chickens. Poul. Sci. 78:223-229

Arafa, A.S., S.M. Bootwalla, and R.H. Harm. 1985.

Influence of dietary energy restriction on yield and

quality of broiler parts. Poult. Sci. 64: 1914-1920

Ashworth, A., 1969. Growth rate in children recovering

from protein-calorie malnutrition. Br. J. Nutr. 23:

835-845

Ashworth, A., and D.J. Millword. 1986. Catch-up growth

in children. Nutrition Review, 44: 157-163

Azarnik, A., M. Bojarpour, M. Eslami, M.R. Ghorbani,

and K. Mirzadeh. 2010. The effect of different level

of diet protein on broiler performance in ad libitum

and feed restriction method. J. Animal and

Veterinary Advance. 9: 631-634

Azis, A., F. Manin, and Afriani. 2010. Penampilan

produksi ayam broiler yang diberi Bacillus

circulans and Bacillus sp. selama periode

pemulihan setelah pembatasan ransum. Media

Peternakan, 33(1): 12-17

Azis, A., H. Abbas, Y. Heryandi and E. Kusnadi. 2011.

Pertumbuhan kompensasi and efisiensi produksi

ayam broiler yang mendapat pembatasan waktu

makan. Media Peternakan, 34(1): 50-57.

Azis, A., Zubaidah, and Berliana. 2013. The effect of

feeding time restriction during the starter period

on compensatory growth and thyroid hormone

concentrations of broiler chickens. Int. J. Poult.

Sci. 12: 740-745.

Page 94: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

87

Azis, A., and Afriani. 2017. Effect of feeding time

restriction during the growing period on growth

performance of broiler chickens. Asian J. Poult.

Sci. 11: 70-74

Ballay, M., E.A. Dunnington, W.B. Gross, and P.B.

Siegel. 1992. Restricted feeding and broiler

performance: Age at initiation and length of

restriction. Poult. Sci. 71: 440-447.

Balog, J.M., N.B. Anthony, M.A. Cooper, B.D. Kidd, G.R.

Huff, W.E. Huff, and N.C. Rath. 2000. Ascites

syndrome and related pathologies in feed

restricted broilers raised in a hypobaric chamber.

Poult. Sci. 79: 318-323.

Banong, S., and M.R. Hakim. 2011. Pengaruh umur and

lama pemuasaan terhadap performans and

karakteristik karkas ayam pedaging. JITP. 1(2):

98-106.

Barash, I., Z. Nitsan, and I. Nir. 1993. Adaptation of

light-bodied chicks to meal feeding:

Gastrointestinal tract and pancreatic enzymes. Br.

Poult. Sci. 34:35-42.

Barbato, G.F., P.B. Siegel, J.A. Cherry, and I. Nir. 1984.

Selection for body weight at eight weeks of age. 17.

Overfeeding. Poult. Sci. 63: 11-18.

Barbato, G.F. 1994. Genetic control of food intake in

chickens. J. Nutr. 124: 1341-1348;

Barnes, B.A, and B.F. Miller. 1981. Protein restriction

and growth in roaster chicks. Poult. Sci. 60: 336-

341.

Beane, W.L., J.A. Cherry, and W.D. Weaver, Jr. 1977.

Light control and restricted feeding of broilers.

Poult. Sci. 56: 1696 (Abstr.).

Becker, W.A., J.V. Spencer, L.W. Mirosh, and J.A.

Verstrate. 1979. Heritabilities and genetic

correlations of live carcass weight and abdominal

fat in female broiler. Poult. Sci. 58: 1035 (Abstr.).

Page 95: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

88

Benyi, K., O. Acheampong-Boateng, D. Norris, M.

Mathoho, and M. S. Mikasi. 2009. The response of

Ross 308 and Hybro broiler chickens to early and

late skip-a-day feed restriction. Trop. Anim. Health

Prod. 41: 1707-1713

Benyi, K., O. Acheampong-Boateng, D. Norris, and T. J.

Ligaraba. 2010. Response of Ross 308 and

Hubbard broiler chickens to feed removal for

different durations during the day. Trop. Anim.

Health. Prod. 42:1421-1426.

Biviano, A. B., C. Martınez del Rio, and D. L. Phillips.

1993. Ontogenesis of intestine morphology and

intestinal disaccharidases in chickens (Gallus

gallus) fed contrasting purified diets. J. Comp.

Physiol, B. 163: 508-518.

Blair, R., R.C. Newberry, and E. E. Gardinen. 1993.

Effects of lighting pattern and dietary triptophan

supplementation on growth and mortality in

broilers. Poult. Sci. 72:495-502.

Boekhol, H.A., Ph. Van Der Grinten, V.V. A.M. Schreurs,

M.J.N. Los, and C.P. Leffering. 1994. Effect of

dietary energy restriction on retention of protein,

fat and energy in broiler chickens. Br. Poult. Sci.

35: 603-614.

Bokkers, E.A.M., and P. Koene, 2003. Eating behaviour,

and preprandial and postprandial correlations in

male broiler and layer chickens. Br. Poult. Sci. 44:

538-544

Boostani, A., A. Ashayerizadeh, H.R. Mahmoodian Fard,

and A. Kamalzadeh. 2010. Comparison of the

effects of several feed restriction periods to control

ascites on performance, carcass characteristics

and hematological indices of broiler chickens.

Braz. J. Poult. Sci. 12(3): 171-177

Buckland, R.B. 1975. The effect of intermittent light

programmes on the production of market chickens

and turkeys. World’s Poult. Sci. J. 31: 262-270.

Page 96: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

89

Butzen, F.M., A.M.L. Ribeiro, M.M. Vieira, A.M. Kessler,

J.C. Dadalt, and M.P. Della. 2013. Early feed

restriction in broilers. I– Performance, body

fraction weights, and meat quality. J. Appl. Poult.

Res. 22: 251-259.

Butzen, F.M., M.M. Vieira, A.M. Kessler, P.C.

Aristimunha, F.R. Marx, L. Bockor, and A.M.L.

Ribeiro. 2015. Early feed restriction in broilers. II:

Body composition and nutrient gain. J. Appl.

Poult. Res. 24: 198-205.

Buys, N., J. Buyse, M. Hassanzadeh, and E. Decuypere.

1998. Intermittent lighting reduces the incidence

of ascites in broilers: an interaction with protein

content of feed on performance and the endocrine

system. Poult. Sci. 77:54-61

Buyse, J., E. R. Kuhn, and E. Decuypere, 1996. The use

of intermittent lighting in broiler raising. 1. Effect

on broiler performance and efficiency of nitrogen

retention. Poult. Sci. 75: 589-594

Buyse, J., E. Decuypere, V.M. Darras, L.M. Vleurick, E.R.

Kuhn, and J.D. Veldhuis. 2000. Food deprivation

and feeding of broiler chickens is associated with

rapid and interdependent changes in the

somatotrophic and thyrotrophic axes. Br. Poultry

Sci. 41:107-116.

Cabel, M.C., and P.W. Waldroup. 1988. Comparison of

different nutrient restriction programs for

abdominal fat reduction in broilers. Poult. Sci.

67(Suppl. 1): 6 (Abstr.).

Camacho, M.A., M.E. Suarez, J.G. Herrera, J.M. Cuca,

and C.M. Garcia-Bojalil. 2004. Effect of age of feed

restriction and microelement supplementation to

control ascites on production and carcass

characteristics of broiler. Poult. Sci. 83: 526-532.

Casirola, D. M., B. Rifkin, W. Tsai, and R.P. Ferraris.

1997. Adaptation of intestinal nutrient transport

Page 97: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

90

to chronic caloric restriction in mice. Am. J.

Physiol. 271:G192-G200.

Cave, N.A.G., A.H. Bentley, and H. MacLean. 1985. The

effect of intermittent lighting on growth, feed:gain

ratio, and abdominal fat content of broiler

chickens of various genotypes and sex. Poult. Sci.

64: 447-453.

Chambers, J. R. 1990. Genetics of growth and meat

production in chickens. In Quantitative Genetics

and Selection. R.D. Crawford. (Ed). Poultry

Breeding and Genetics. Elsevier, Amsterdam, The

Netherlands

Cherry, J. A., P. B. Siegel, and W. L. Beane. 1978,

Genetic-nutritional relationships in growth and

carcass characteristics of broiler chickens. Poult.

Sci. 57: 1482-1487.

Cherry, J.A., W.J. Swartworth, dan P.B. Siegel. 1984.

Adipose cellularity studies in commercial broiler

chicks. Poult. Sci. 63: 97-108.

Coles E. H., 1986. Liver function. In: Veterinary Clinical

Pathology. E.H. Coles, 3rd (ed). WB Saunders

de Jong, I. C., A. S. van Voorst, dan H. J. Blokhuis.

2003. Parameters for quantification of hunger in

broiler breeders. Physiol. Behav. 78:773-783..

Deaton, J. W., F. N. Reece, L. F. Kubena, B. D. Colt, and

J. D. May. 1973. The ability of the broiler to

compensate for early growth depression. Poult.

Sci. 52: 262-265.

Deaton, J.W., F.N. Reece, and J.L. McNaughton. 1978.

Effect of intermittent light on broilers reared under

moderate temperature conditions. Poult. Sci. 57:

785-788.

Demir, E., S. Sarica, A. Sekeroglu, M. A. Ozcan, and Y.

Seker. 2004. Effects of early and late feed

restriction or feed withdrawal on growth

performance, ascites and blood constituents of

Page 98: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

91

broiler chickens. Acta Scandinavica, Saction A-

Animal Science, 54(3): 152-158.

Dickerson, G.E. 1978. Animal size and efficiency : Basic

concepts. Anim. Prod. 27: 367-379.

Dissanayake, D.M.N.D., and L.S. David. 2017. Effects of

quantitative feed restriction on the performance of

broiler chickens. AGRIEAST: J. Agr. Sci. 11: 8-16.

Downs, K.M., R.J. Lien, J.B. Hess, S.F. Bilgili, and W.A.

Dozier. 2006. The effects of photoperiod length,

light intensity, and feed energy on growth

responses and meat yield of broilers. J. Appl.

Poult. Res. 15:406-416.

Dozier, III. W.A., R.J. Lien, J.B. Hess, S.F. Bilgili, R.W.

Gordon, C. P. Laster, and S. L. Vieira. 2002.

Effects of early skip-a-day feed removal on broiler

live performance and carcass yield. J. Appl. Poult.

Res. 11:297–303.

Dykstra, C.R., and W.H. Karasov. 1992. Changes in gut

structure and function of house wrens

(Troglodytes aedon) in response to increased

energy demands. Physiol. Zool. 65:422-442.

Ferraris, R. P., and J. Diamond. 1997. Regulation of

intestinal sugar transport. Physiol. Rev. 77:257-

302.

Ferraris, R.P. 2001. Dietary and developmental

regulation of intestinal sugar transport. Biochem.

J. 36: 265-276.

Fontana, E.A., W.D. Weaver, Jr., B.A. Watkins, and D.M.

Denbow. 1992. Effect of early feed restriction on

growth, feed conversion and mortality in broiler

chickens. Poult. Sci. 71: 1296-1305.

Gonzales, E., J. Buyse, M. M. Loddi, T. S. Takita, N.

Buys, and E. Decuypere. 1998. Performance,

incidence of metabolic disturbances and endocrine

variables of food-restricted male broiler chickens.

Br. Poult. Sci. 39: 671-678.

Page 99: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

92

Gonzales, A.J.M., O.M.E. Suarez, A. Pro-Martinez, and

C.C. Lopez. 2000. Feed restriction and salbutamol

to control ascites syndrome in broiler: 1.

Productive performance and carcass traits.

Agrociencia. 34: 283-292.

Gordon, S. H., and S. A. Tucker, 1997. Effect of Light

programme on broiler mortality, leg health and

performance. Br. Poult. Sci. (Suppl. ): S6

Gous, R. M., 1977, Uptake of certain amino acids in vitro

in chickens previously subjected to three methods

of dietary restriction. Br. Poult. Sci. 18: 511-517.

Gous, R. M., and P. Cherry. 2004. Effects of body weight

at, and lighting regimen and growth curve to, 20

weeks on laying performance in broiler breeders.

Br. Poultry Sci. 45: 445-452.

Govaerts, T., G. Room, J. Buyse, M. Lippens, G. degroote,

and E. Decuypere. 2000. Early and temporary

quantitative food restriction of broiler chickens. 2.

effect on allometric growth and growth hormone

secretion. Br. Poult. Sci. 41: 355-362.

Graham, N. M., and T. W. Searle, 1975, Studies in

weaner sheep during and after a period of weight

stasis. I. Energy and nitrogen utilization. Aust. J.

Agric. Res. 26:343-353.

Griffiths, L., S. Lesson, and J.D. Summers. 1977. Fat

deposition in broiler: Influence of system of dietary

energy evaluation and level of various fat sources

on productive performance, carcass composition

and fat pad size. Poult. Sci. 56: 1018-1026.

Gyles, N.R., A. Maeza, and T.L. Goodwin. 1984.

Regresion of abdominal fat in broiler on severe

feed restriction. Poult. Sci. 63: 1689-1694.

Hassanabadi, A., and H.N. Moghaddam. 2006. Effect of

early feed restriction on performance

characteristics and serum thyroxine of broiler

chickens. Int. J. Poult. Sci. 12: 1156-1159.

Page 100: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

93

Havenstein, G. B., P. R. Ferket, and M. A. Qureshi. 2003.

Carcass composition and yield of 1957 versus

2001 broilers when fed representative 1957 and

2001 Broiler Diets. Poult. Sci. 82:1509-1518.

Holder, D.P., J.E. Jones, and K.K. Hale. 1977. Effect of

energy density, bird density and control feeding on

broiler performance. Poult. Sci. 56: 1723 (Abstr.).

Hood, R. L. 1982. The cellular basis for growth of the

abdominal fat pad in broiler type chickens. Poult.

Sci. 61: 117-121.

Hornick, J. L., C.V. Eenaeme, O. Gerard, I. Dufrasne,

and L. Istasse. 2000. Mechanisms of reduced and

compensatory growth. Domest. Anim. Endocrinol.

19: 121–132.

Howlider, M.A.R., and S.P. Rose. 1987. Temperature and

the growth of broilers. World’s Poult. Sci. 43: 228-

237.

Jang, I.S., S.Y. Kang, Y.H. Ko, S. Moon, and S.H. Sohn.

2009. Effect of qualitative and quantitative feed

restriction on growth performance and immune

function in broiler chickens. Asian-Aust. J. Anim.

Sci. 22(3): 388-395.

Jones, G.P.D., and D.J. Farrel. 1992a. Early life

restriction of broiler chickens : 1. Methods of

application, amino acids suplementation and the

age at which restriction should commence. Br.

Poult. Sci. 33: 579-587.

Jones, G.P.D., and D.J. Farrel. 1992b. Early life

restriction of broiler chickens : 2. Effect of

restriction on the development fat tissue. Br.

Poult. Sci. 33: 589-601.

Kalmar, I.D., D. Vanrompay, and G.P. Janssens. 2013.

Broiler ascites syndrome: Collateral damage from

efficient feed to meat conversion. Vet. J. 197:169-

174.

Page 101: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

94

Khajali, F., A. Zamani-Moghaddam, and E. Asadi-

Khoshoei. 2007. Application of an early skip-a-day

feed restriction on physiological parameters,

carcass traits and development of ascites in male

broilers reared under regular or cold temperatures

at high altitude. Animal Sci. J. 78: 159-163.

Khantaprab, S. T. Nikki, and K. Nobukuni. 1997. Effect

of restricted feed intake on the growth of muscle

and the fat deposition in broiler chickens. Jpn.

Poult. Sci. 34: 362-372.

Khetani, T.L., T. T. Nkukwana, M. Chimonyo, and V.

Muchenje. 2009. Effect of quantitative feed

restriction on broiler performance. Trop. Anim.

Health Prod. 41:379-384

Kock, A.A. 1982. Kenitic model for growth as a function

of time and nutritional status. Growth, 46: 74-87.

Kubena, L.F., J.W. Deaton, T.C. Chen, and F.N. Reece,

1974. Factors influencing the quality of abdominal

fat in broilers. I. Rearing temperature, sex, age or

weight, and dietary choline chlorine and inositol

supplementation. Poult. Sci. 53: 211-214

Lee, K.H., and S. Leeson. 2001. Performance of broilers

fed limited quantities of feed or nutrients during

seven to fourteen days of age. Poult. Sci. 80 : 446-

454.

Leenstra, F.R. 1986. Effect of age, sex, genotype and

environment on fat deposition in broiler chickens:

A review. World’s Poult. Sci. 42: 12-25.

Lesson, S., and J.D. Summer. 1991. Commercial Poultry

Nutrition. University Books, Guelph, Ontario.

Leeson, S., J.D. Summers, and L.J. Caston. 1991. Diet

dilution and compensatory growth in broilers.

Poult. Sci. 70: 867-873.

Leeson, S., J.D. Summers, and L.J. Caston. 1992.

Response of broiler to feed restriction or diet

dilution in finisher periode. Poult. Sci. 71: 2056-

2064

Page 102: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

95

Leeson, S., and A.K. Zubair. 1997. Nutrition of the broiler

chicken around the period of compensatory

growth. Poult. Sci. 76: 992-999.

Li, Y., T. Ito, M. Nishibori, and S. Yamamoto, 1992.

Effects of environmental temperature on heat

production associated with food intake and on

abdominal temperature in laying hens. Br. Poult.

Sci. 33: 113-122.

Lien, R.J., K.S. Macklin , J.B. Hess, W.A. Dozier III, and

S.F. Bilgili. 2008. Effects of early skip-a-day feed

removal and litter material on broiler live and

processing performance and litter bacterial levels.

Int. J. Poult. Sci. 2: 110-116.

Lippen, M., G. Room, G.D.E. Groote, and E. Decuypere.

2000. Early and temporary quantitative food

restriction of broiler chickens: 1. Effects on

performance characteristics, mortality and meat

quality. Br. Poult. Sci. 41: 343-354.

Lippens, M., G. Huyghebaert, and G. de Groote. 2002.

The efficiency of nitrogen retention during

compensatory growth of food-restricted broilers.

Br. Poult. Sci. 43: 669-676.

Longo, F. A.,N.K. Sakomura, M.R.B. Benatti,O. M.

Junqueira, and I. Zanella. 1999. Efeito da

restrição alimentar qualitativa precoce sobre o

desempenho, as características do trato

gastrintestinal e a carcaça de frangos de corte. R.

Bras. Zootec. 28: 1310-1318.

Lucas, A. 1998. Programming by early nutrition: An

experimental approach. J. Nutr. 128: 401S-406S.

Mahmood, S., S. Hasan, F. Ahmad, M. Ashraf, M. Alam,

and A. Muzaffar. 2005. Influence of feed

withdrawal for different durations on the

performance of broilers in summer. International

Journal of Agriculture and Biology 7: 975-978.

Page 103: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

96

Mahmud, A., F.M. Khattak, Z. Ali, T.N. Pasha, and U.

Farooq. 2006. Early feed restriction, a tool to

improve the feed efficiency in broiler. Pakistan J.

Biol. Sci. 9(6): 1178-1180

Marks, H.L. 1979. Growth rate and feed intake of

selected and nonselected broilers. Growth, 43: 80-

90.

May, J. D., and B. D. Lott. 1994. Effects of light and

temperature on anticipatory feeding by broilers.

Poult. Sci. 73: 1398-1403.

McCartney, M.G., and H.B. Brown. 1977. The effect of

feed restriction time on growth and feed

conversion of broiler males. Poult. Sci. 56 : 713-

715.

McAndiel, G.R., C.A. Flood, and J.L. Koon. 1975. Control

feeding of broiler. Poult. Sci. 54: 1342 (Abstr).

McMurtry, J.P., R.W. Rosebrough, D.M. Brocht, G.L.

Francis, Z. Upton, and P. Phelps. 1988.

Assessment of developmental changes in chicken

and turkey insulin-like growth factor-II by

homologous radioimmunoassay. J. Endocrinology,

157: 463-473

Meltzer, A. 1983. The thermoneutral zone and resting

metabolic rate for broilers. Br. Poult. Sci. 24:471-

476

Meyer, J.H., and W.J. Clawson, 1964. Undernutrition

and subsequent realimentation in rat and sheep.

J. Anim. Sci. 23: 214-224.

Mohebodini, H., B. Dastar, M. Sham-Sharg, and S.

Zarehdaran. 2009. The comparison of early feed

restriction and meal feeding on performance,

carcass characteristics and blood constituents of

broiler chickens. J. Anim. and Vet. Adv. 8(10):

2069-2074.

Moran Jr, E.T. 1979. Carcass quality change with the

broiler chicken after diatery protein restriction

Page 104: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

97

during the growing phase and finishing period

compensatory growth. Poult. Sci. 58: 1257-1270.

Mosier, H.D. Jr., 1986. The control of catch up growth.

Acta. Endocrinology, 113: 1-7.

Mushtaq, M. M. H., T.N. Pasha, T. Mushtaq, M. Akram,

S. Mahmood, U. Farooq, and R. Parvin. 2014.

Growth, water intake, litter moisture, carcass and

physiological traits of broiler chickens fed varying

levels and sources of potassium under phase

feeding system. Livest. Sci. 159: 61-66.

Newcombe, M., A.L. Cartwright, and J.M. Harter-Denis.

1992. The effect of increasing photoperiod and

food restriction in sexed broiler type birds. 1.

Growth and abdominal fat cellularity. Br. Poult.

Sci. 33: 415-425.

Nielsen, B. L., M. Litherland, and F. Noddegaard. 2003.

Effect of qualitative and quantitative feed

restriction on the activity of broiler chickens. Appl.

Anim. Behav. Sci. 83:309-323.

Novele, D.J., J.W. Ng’Ambi, D. Norris, and C.A.

Mbajiorgu. 2008. Effect of sex, level and period of

feed restriction during the starter stage on

productivity and carcass characteristics of ross

308 broiler chickens in South Africa. Int. Poult.

Sci. 7: 530-537.

Novele, D.J., J.W. Ng’ambi, D. Norris, and C.A.

Mbajiorgu. 2009. Effect of different feed restriction

regimes during the starter stage on productivity

and carcass characteristics of male and female

Ross 308 broiler chickens. Int. J. Poult. Sci. 8: 35-

39.

Olkowski, A.A., C. Wojnarowicz, S. Nain, B. Ling, J.M.

Alcom, and B. Laarveld. 2008. A study on

pathogenesis of sudden death in broiler chickens.

Res. Vet Sci. 85(1):131-140.

Page 105: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

98

Onbasılar, E.E., S. Yalcın, E. Torlak, and P. Ozdemir.

2009. Effects of early feed restriction on live

performance, carcass characteristics, meat and

liver composition, some blood parameters,

heterophil-lymphocyte ratio, antibody production

and tonic immobility duration. Trop. Anim. Health

Prod. 41: 1513-1519

Ozkan, S., I. Plavnik, and S. Yahav. 2006. Effects of early

feed restriction on performance and ascites

development in broiler chickens subsequently

raised at low ambient temperature. J. Appl. Poult.

Res. 15: 9-19.

Pasternak, H., and B.A. Shalev, 1983. Genetic-economic

evaluation of traits in a broiler enterprise:

Reduction of food intake due to increase growth

rate. Br. Poult. Sci. 24: 531-536.

Patel, M. S., and M. Srinivasan. 2002. Metabolic

programming : Causes and consequences. J. Biol.

Chem. 277: 1629–1632.

Picard, M., M. Plouzeau, dan J.M. Faure. 1999. A

behavioural approach to feeding broilers. Ann.

Zootech. 48: 233-245.

Pinchasov, Y., and L.S. Jensen. 1989. Comparison of

physical and chemical means of feed restriction in

broiler chicks. Poult. Sci. 68: 61-69.

Pinchasov, Y., I. Nir, dan Z. Nitsan, 1985. Metabolic and

anatomical adaptations of heavy-bodied chicks to

intermittent feeding. 1. Food intake, growth rate,

or an weight, and body composition. Poult. Sci.

64: 2098-2809.

Pinheiro, D.F., V.C. Cruz, J.R. Sartori, and M.L.V.

Paulino. 2004. Effect of early feed restriction and

enzyme supplementation on digestive enzyme

activities in broilers. Poult. Sci. 83: 1544-1550.

Pitts, G.C., 1986. Cellular aspects of growth and catch

up growth in the rat: reevaluation. Growth, 50:

419-436.

Page 106: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

99

Plavnik, I., and S. Hurwitz. 1985. The performance of

broiler chicks following a severe feed restriction at

an early age. Poult. Sci. 64 : 348-355.

Plavnik, I., J.P. McMurtry, and R.W. Rosebrough. 1986.

Effects of early feed restriction in broiler. I. Growth

performance and carcass composition. Growth.

50: 68-76.

Plavnik, I., and S. Hurwitz. 1988. Early feed restriction in

chick : Effect of age, duration and sex. Poult. Sci.

67 : 384-390.

Plavnik, I., and S. Hurwitz. 1989. Effect of dietary protein

and feed pelleting on the response of chicks to

early feed restriction. Poult. Sci. 68: 1118-1125.

Plavnik and Hurwitz, 1990; Performance of broiler

chickens and turkey poults subjected to feed

restriction or to feeding of low-protein or low-

sodium diets at an early age. Poult. Sci. 69: 945-

952.

Plavnik, I., and S. Hurwitz. 1991. Response of broiler

chickens and turkey poults to food restriction of

varied severity during early life. Br. Poult. Sci. 32:

343-352.

Proodfoot, F.G., and H.W. Hulan. 1982a. Effects of

reduced feeding time using all-mash or crumble

pellet dietary regimens on chickens broiler

performance, including the incidence of acute

death syndrome. Poult. Sci. 61 : 750-754.

Proudfoot, F.G., and H.W. Hulan. 1982b. The effect of toe

clipping and reduce feeding time on general

performance of broiler chickens. Can. J. Anim.

Sci. 62: 971-974.

Proudfoot, F.G., H.W. Hulan, and K.B. McRae. 1983. The

feed denial in starter diets on the performance of

broiler chickens. Poult. Sci. 62: 1915-1917.

Rajman, M., M. Jurani, D. Lamosova, M. Macajova, M.

Sedlackova, L. Kostal, D. Jezova, and P. Vyboh.

Page 107: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

100

2006. The effect of feed restriction on plasma

biochemistry in growing meat type chicken (Gallus

gallus). Com. Biochem. Physiol. 145(3): 363-371.

Reece, F.N., B.D. Loot, J.W. Deaton and S.L. Branton.

1986. Meal feeding and broiler performance. Poult.

Sci. 65: 2226-2231.

Religious, K.B., S. Tesseraud, O.A. Piccady. 2001. Food

neonatale and early development of table fowl.

2001, INRA. Production. Animal. 14: 219-230

Renden, J. A., S. F. Bilgili, R. J. Lien, and S. A. Kincaid.

1991. Live performance and yields of broilers

provided various Iighting schedules. Poult. Sci.

70:2055-2062.

Rezaei, M., A. Teimouri, J. Pourreza, H. Sayyahzadeh,

and P. W. Waldroup. 2006. Effect of diet dilution

in the starter period on performance and carcass

characteristics of broiler chicks. J. Cent. Eur.

Agric.7: 63-70.

Rezaei, M., and H. Hajati. 2010. Effect of diet dilution at

early age on performance, carcass characteristics

and blood parameters of broiler chicks Ital. J.

Anim. Sci. 9:e19: 93-100.

Rincon, U.M., and S. Leeson. 2002. Quantitative and

qualitative feed restriction on growth

characteristics of male broiler chickens. Poult. Sci.

81, 769-788.

Robbin, K.R., and J.E. Ballew. 1984. Relation of sex and

body growth rates with daily rates of fat protein

and ash acretion in fowl. Growth. 48: 44-58.

Robinson, F.E., H L Clessen, J.A Hanson, and D.K.

Onderka. 1992. Growth performance, feed

efficiency and the incidence of skeletal and

metabolic disease in full-fed and feed restricted

broiler and roaster chickens. J. Appl. Poult. Res.

1: 33-41.

Page 108: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

101

Rosebrough, R. W., N. C. Steele, P. McMurtry, and 1.

Plavnik. 1986. Effect of early feed restriction in

broilers. II. Lipid metabolism, Growth, 50: 217-

227.

Rowan, K. J., A. Srikandakumar, R. K. Englebright, and

M. J. Josey. 1996. Compensatory growth in rats

feed intake and growth patterns. Proc. Aust. Soc.

Anim. Prod. 21: 215-218.

Reyns, G.E., K.A. Janssens, J. Buyse, E.R. Kuhn, and

V.M. Darras. 2002. Changes in thyroid hormone

levels in chicken liver during fasting and refeeding.

Comp. Biochem.Phys. B 132:239-245.

Saffar, A,. and F. Khajali. 2010. Application of meal

feeding and skip-a-day feeding with or without

probiotics for broiler chickens grown at high-

altitude to prevent ascites mortality. American J.

Animal & Vet. Sci. 5 (1): 13-19.

Sahraei, M., and F. Shariatmadari. 2007. Effect of

different levels of diet dilution during finisher

period on broiler chickens performance and

carcass characteristics. Int. J. Poult. Sci. 4: 280-

282.

Sahraei, M. 2012. Feed restriction in broiler chickens

production. Biotechnolgy and Animal Husbandry

28(2): 333-352.

Saleh, E.A., S. E. Watkins, A. L. Waldroup, and P. W.

Waldroup. 2005. Effects of early quantitative feed

restriction on live performance and carcass

composition of male broilers grown for further

processing. J. Appl. Poult. Res. 14: 87-93.

Santoso, U., K. Tanaka, and S. Ohtani. 1995. Early skip-

a-day feeding of female broiler chicks fed high-

protein realimentation diets: Performance and

body composition. Poult. Sci. 74:494-501.

SAS, 2001. SAS/STAT User’s Guide for Personal

Computers, Release 6.12. Cary, NC, SAS Institute

Inc.

Page 109: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

102

Sasongko, H. 1992. Pengaturan waktu pemberian pakan

and pengaturan penerangan pada malam hari

untuk meningkatkan efisiensi produksi ayam

broiler. Prosiding Lokakarya Penelitian Komoditas

and Studi Khusus. 25-27 Agustus 1992. Cisarua-

Bogor. hal : 485-490.

Savory, C.J., and J.P. Hodgkiss. 1984. Influence of

vagotomy in domestic fowls on feeding activity,

food passage, digestibility and satiety effects of two

peptides. Physiology and Behavior, 33: 937-944.

Siegel, P.B., and E.A. Dunnington, 1987. Selection for

growth in chickens. In CRC-Critical Review in

Poultry Biology, 1: 1-24. CRS Press, Inc

Suci, D.M., I. Rosalina, and R. Mutia. 2005. Evaluasi

penggunaan tepung daun pisang pada periode

starter untuk mendapatkan pertumbuhan

kompensasi ayam broiler. Media Peternakan,

28(1): 21-28.

Summer, J.D., D. Sprett, and J.L. Atkinson. 1990.

Restricted feeding and compensatory growth for

broilers. Poult. Sci. 69: 1855-1861.

Susbilla, J.P., I. Tarvid, C.B. Gow, and T.L. Frankel.

2003. Quantitative feed restriction or meal-feeding

of broiler chicks alter functional development of

enzymes for protein digestion. Br. Poult. Sci. 44:

698-709.

Svihus, B., and H. Hetland. 2001. Ileal starch

digestibility in growing broiler chickens fed on a

wheat-based diet is improved by mash feeding,

dilution with cellulose or whole wheat inclusion.

Br. Poult. Sci. 42:633–637.

Svihus, B., A. Sacranie, V. Denstadli, and M. Choct.

2010. Nutrient utilization and functionality of the

anterior digestive tract caused by intermittent

feeding and inclusion of whole wheat in diets for

broiler chickens. Poult. Sci. 89: 2617-2625

Page 110: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

103

Svihus, B., V.B. Lund, B. Borjgen, M.R. Bedford, and M.

Bakken. 2013. Effect of intermittent feeding,

structural components and phytase on

performance and behaviour of broiler chickens.

Br. Poult. Sci. 54: 222-230.

Teeter, R.G., and M.O. Smith. 1985. Feed intake effect

upon gain, carcass yield and ration digestibility in

broiler force fed five feed intake. Poult. Sci. 64:

2155-2160.

Teimouri, A., M. Rezaei, J. Pourreza, H. Sayyahzadeh,

and P.W. Waldroup. 2005. Effect of diet dilution in

starter period on performance and carcass

characteristics of broiler chicks. Int. J. Poult. Sci.

12: 1006-1011.

Tolkamp, B. J., V. Sandilands, and I. Kyriazakis. 2005.

Effect of qualitative feed restriction during rearing

on the performance of broiler breeders during

rearing and lay. Poult. Sci. 84:1286-1293.

Tzeng, R.V., and W.A. Becker, 1981. Growth patterns of

body and abdominal fat weights in male broiler

chickens. Poult. Sci. 60: 1101-1106.

Uni, Z. 1999. Functional development of the small

intestine in domestic birds: cellular and molecular

aspects. Poultry and Avian Biology Reviews, 10:

167-179.

Vohra, P., W.O. Wilson, and T.D. Siopes, 1975. Meeting

the energy needs of poultry. Proc. Nutr. Soc.

34:13-18.

Washburn, K.W., and K. Bondari. 1977. Efeects of timing

and duration of restricted feeding on

compensatory growth in broilers. Poult. Sci. 57:

1013-1021.

Washburn, K.W. 1990. Effect of restricted feeding on

fatness, efficiency, and the relationship between

fatness and efficiency in broilers. Poult. Sci. 69:

502-508.

Page 111: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

104

Wideman, R.F., D.D. Rhoads, G.F. Erf, and N.B.

Anthony. 2013. Pulmonary arterial hypertension

(ascites syndrome) in broilers: a review. Poult. Sci.

92:64–83.

Willis, W.L., and L. Reid, 2008. Investigating the effect of

dietary probiotic feeding regimens on broiler

chicken production and compylobacter jejuni

presence. Poult. Sci. 87: 606-611.

Wilson, P.N., and D.F. Osbourn. 1960. Compensatory

growth after undernutrition in mammals and

birds. Biol. Rev. 35: 325-363.

Wilson, J. L., W. D. Weaver, Jr., W. L. Beane, and J. A.

Cherry, 1984. Effects of light and feeding space on

Ieg abnorrnalities in broilers. Poult. Sci. 63: 565-

567.

Wilson, B.J., 1977. Growth curva: Their analysis and

use. In: Growth and Poultry Meat. K.N. Boorman

and B.J. Wilson, (Eds)., British Poultry Sci. Ltd.,

Edinburg

Winick, M., and A. Nobel. 1966. Cellular response in the

rats during malnutrition at various ages. J. Nutr.

89: 300-306

Xin, H., I.L. Berry, T.L. Barton, and G.T. Tabler. 1993.

Feeding and drinking patterns of broiler subjected

to different feeding and lighting program. J. Appl.

Poult. Res. 2: 365-372.

Yeh Y.Y., and G.A Leveille, 1970. Hepatic fatty acid

synthesis and plasma free fatty acid levels in

chicks subjected to short periods of food

restriction and refeeding. J. Nutr. 100: 1389-1398.

Yu, M.W., F.E. Robinson, M.T. Clandinin, and L.

Bodmar. 1990. Growth and body composition of

broiler chicks in response to different regimens

feed restriction. Poult. Sci. 69: 2074-2081.

Yu, M.E., and F.E. Robinson. 1992. The application of

short-term feed restriction to broiler chicken

Page 112: KINERJA PRODUKSI AYAM BROILER DENGAN SISTEM ...

105

production : A review. J. Appl. Poult. Res. 1: 147-

153.

Zelenka, D.J., E.A. Dunnington, and P.B. Siegel. 1986.

Growth to sexual maturity of dwarf and nondwarf

White Rock chickens divergently selected for

juvenile body weight. Theor. Appl. Genet. 73: 61-

65

Zerehdaran, S, A. L. J. Vereijken, J. A. M. van Arendonk,

and E. H. van der Waaij. 2004. Estimation of

genetic parameters for fat deposition and carcass

traits in broilers. Poult. Sci. 83: 521-525

Zhan, X.A., M. Wang, H. Ren, R.Q. Zhao, J.X. Li, and Z.L.

Tan. 2007. Effect of early feed restriction on

metabolic programing and compensatory growth

in broiler chickens. Poult. Sci. 86: 654-660.

Zhong, C., H.S. Nakaue, C.Y. Hu, and L.W. Mirosh. 1995.

Effect of full feed and early feed restriction on

broiler performance, abdominal fat level,

cellularity and fat metabolism in broiler chickens.

Poult. Sci. 74: 1634-1643.

Zubair, A.K., and S. Leeson. 1994a. Effect of varying

period of early nutrient restriction on growth

compensation and carcass characteristics of male

broilers. Poult. Sci. 73: 129-136.

Zubair, A.K., and S. Leeson. 1994b. Effect of early feed

restriction and realimentation on heat production

and change in size of digestive organs of male

broilers. Poult. Sci. 73 : 529-538

Zubair, A.K., and S. Leeson. 1997. Nutrition of the broiler

chicken around the period of compensatory

growth. Poult. Sci. 76: 992-999.

Zulkifli, I., E. A. Dunnington, W. B. Gross, and P. B.

Siegel. 1994. Food restriction early or later in life

and its effect on adaptability, disease resistance,

and immunocomptence of heat-stressed dwarf and

nondwarf chickens. Br. Poultry Sci. 35:203-213.