Top Banner
PERBANDINGAN PENGGUNAAN LKS TULIS, GAMBAR DAN VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGETAHUAN PROSEDURAL Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo 1) , Andrian Rustaman Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemunculan keterampilam proses sains dan penguasaan pengetahuan prosedural siswa pada kegiatan praktikum yang dipandu oleh Lembar Kerja Siswa dengan bentuk yang berbeda, yaitu LKS teks, LKS gambar dan LKS video. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Hasil analisis perbandingan kemunculan keterampilan proses secara kesuluruhan (meliputi empat indikator KPS) dengan menggunakan uji Kruskal –Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas LKS teks dengan kelas LKS video. Dua dari empat indicator menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas LKS teks dengan kelas LKS video yaitu keterampilan merencanakan praktikum dan keterampilan menggunakan alat/bahan. Hasil analisis mengenai pengetahuan prosedural tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan baik hasil perhitungan uji Kruskal –Wallis maupun perbandingan indeks gain. Adanya perbedaan keterampilan proses dan tidak adanya perbedaan pengetahuan prosedural ini berkaitan dengan bentuk penyajian LKS yang berbeda. Kata kunci : LKS, teks, gambar, video, keterampilan proses sains, pengetahuan prosedural, praktikum. ABSTRACT The purpose of this study was to compare the appearance science process skills and prosedural knowledge in practical work that are by using guided student worksheet with different form they are text, pictures and video. The method was quasy experimental- nonequivalent control group design. The result of comparative analysis of the appearance of science process skills as whole (including ________________________ 1) Penulis Penanggung Jawab
22

Kiner Ja

Dec 25, 2015

Download

Documents

Agustina Itin

KinerJa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kiner Ja

PERBANDINGAN PENGGUNAAN LKS TULIS, GAMBAR DAN VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

DAN PENGETAHUAN PROSEDURAL

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian RustamanProgram Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA

UPI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemunculan keterampilam proses sains dan penguasaan pengetahuan prosedural siswa pada kegiatan praktikum yang dipandu oleh Lembar Kerja Siswa dengan bentuk yang berbeda, yaitu LKS teks, LKS gambar dan LKS video. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Hasil analisis perbandingan kemunculan keterampilan proses secara kesuluruhan (meliputi empat indikator KPS) dengan menggunakan uji Kruskal –Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas LKS teks dengan kelas LKS video. Dua dari empat indicator menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas LKS teks dengan kelas LKS video yaitu keterampilan merencanakan praktikum dan keterampilan menggunakan alat/bahan. Hasil analisis mengenai pengetahuan prosedural tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan baik hasil perhitungan uji Kruskal –Wallis maupun perbandingan indeks gain. Adanya perbedaan keterampilan proses dan tidak adanya perbedaan pengetahuan prosedural ini berkaitan dengan bentuk penyajian LKS yang berbeda.

Kata kunci : LKS, teks, gambar, video, keterampilan proses sains, pengetahuan prosedural, praktikum.

ABSTRACTThe purpose of this study was to compare the appearance science process skills and prosedural knowledge in practical work that are by using guided student worksheet with different form they are text, pictures and video. The method was quasy experimental- nonequivalent control group design. The result of comparative analysis of the appearance of science process skills as whole (including the four indicator) by using the Kruskal-Wallis test showed a significant difference between classes with classroom text worksheets and video worksheets. Two of the four indicators showed a significant difference between classroom with text worksheets and video worksheets that is skills to plan pactical work and skills using tools and material. The results of the prosedural knowledge analysis did not show a significant difference either on calculations Kruskal-Wallis test or comparison indices gain. The difference of science process skills and prosedural knowledge related to different forms of presentation student worksheets.

Key word : Worksheet, text, pictures, video, science process skills, prosedural knowledge, practical.

________________________1) Penulis Penanggung Jawab

Page 2: Kiner Ja

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian RustamanPerbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Pengetahuan

Prosedural

Praktikum merupakan salah satu pembelajaran yang penting dalam membelajarkan siswa. Praktikum tidak hanya menekankan pada pemahaman konsep tetapi juga mendorong siswa untuk belajar, membuat siswa bisa mengerjakan sesuatu dan membuat siswa belajar melaksanakan sesuatu (Widodo, 2006:148). Melalui kegiatan praktikum, siswa dilatih mengembangkan keterampilan proses yang menjadi dasar kemampuan melaksanakan penelitian sebenarnya (Adisendjaja, dan Romlah, 2009:2). Pengembangan keterampilan proses sains pada siswa melalui kegiatan praktikum memungkinkan siswa mempelajari konsep yang menjadi tujuan belajar sains dan sekaligus mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar sains, sikap ilmiah dan sikap kritis (Rustaman et al, 2005:86).

Pada kenyataannya, praktikum jarang dilaksanakan salah satunya dikarenakan lembar kerja yang berisi tuntunan yang jelas sehingga kurang dapat mengembangkan aspek kreatif Rustaman (2002:13). Selain itu, jarangnya guru melaksanakan kegiatan praktikum disebabkan oleh tidak adanya waktu khusus untuk praktikum, tidak memadai alat dan bahan praktikum serta sebagian pendidik tidak menguasai cara kerja di laboratorium (Adisendjaja dan Romlah, 2009:2).

Salah satu komponen yang dapat membantu siswa dan guru dalam melaksanakan praktikum adalah petunjuk praktikum yang sering dituangkan dalam bentuk LKS. Petunjuk praktikum bagi pendidik berfungsi untuk memberikan rambu-rambu dan tuntunan yang jelas

(Rustaman, 2012:27). LKS sebagai media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan. LKS dalam hal ini petunjuk praktikum memiliki bentuk yang beragam. Bentuk media saat ini didominasi oleh teks atau mode presentasi verbal termasuk bentuk LKS (Mayer, 2009:5). Bagi siswa yang belum pernah melaksanakan praktikum dan teknik laboratorium, LKS petunjuk praktikum sangat diperlukan untuk memperkenalkan serta melatih keterampilan mereka. Salah satu cara mengenalkan dan melatih siswa tentang keterampilan melaksanakan praktikum ialah dengan memberikan panduan demonstrasi visual laboratorium (Maldarelli et al, 2009:51).

Pengetahuan prosedural sangat dibutuhkan dalam pelaksanakan paktikum, karena pada pelaksanaan praktikum pengetahuan ini menjadi dasar bagi siswa agar dapat melaksanakan praktikum dengan baik dan mengembangkan keterampilan. Pentingnya pengetahuan prosedural dikemukakan oleh Dahar (1996:64) bahwa salah satu tujuan pendidikan tidak hanya untuk menghasilkan ahli dalam disiplin ilmu tertentu tetapi menghasilkan ahli dalam keterampilan dasar. Ahli yang memiliki keterampilan dasar tertentu mempunyai kekayaan pengetahuan prosedural yang tepat sehingga para ahli memiliki aturan khusus untuk memanipulasi informasi. Melalui LKS siswa diberikan informasi berupa pengetahuan prosedural praktikum uji urin.

Keterampilan Proses Sains

Page 3: Kiner Ja

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

Pada dasarnya keterampilan proses sains adalah keterampilan berfikir. Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif, manual, dan sosial. Ketiga aspek diatas merupakan keterampilan yang dapat membuat siswa berfikir, baik berfikir melalui kognitifnya, manualnya seperti menggunakan alat, mengukur, dan melalui sosialnya karena adanya interaksi seperti berdiskusi yang akan menuntut siswa berfikir (Rustaman et al, 2005: 78). Adisendjaja & Romlah (2009:2) mengemukakan bahwa pengembangan keterampilan proses sains diperlukan karena dapat menjadi dasar kemampuan melaksanakan penelitian sebenarnya. Begitu pula yang diungkapkan Rustaman et al (2005:86) bahwa pengembangan keterampilan proses sains pada siswa melalui kegiatan praktikum memungkinkan siswa mempelajari konsep yang menjadi tujuan belajar sains dan sekaligus mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar sains, sikap ilmiah dan sikap kritis(Rustaman et al, 2005: 86).

Klasifikasi keterampilan proses sains yang diukur dalam penelitian ini meliputi empat indikator dari sebelas indikator yang dikemukakan oleh Rustaman, yaitu keterampilan merencanakan praktikum, keterampilan menggunakan alat dan bahan, keterampilan observasi dan keterampilan melaksanakan eksperimen. Keempat keterampilan ini berkaitan dengan keterampilan teknik laboratorium yang menjadi objek penelitian Maldarelli et al mengenai penggunaan video demonstrasi praktikum. Hal inilah yang menjadi dasar pembatasan masalah penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

Pengetahuan ProseduralPengetahuan prosedural merupakan

pengetahuan bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru (Widodo, 2006:4). Pengetahuan prosedural atau pengetahuan “bagaimana” mendasari penampilan intelektual yang rutin dan terampil (Dahar, 1996:77).

Menurut Widodo (2006:4) pengetahuan prosedural biasanya berisi langkah atau tahapan yang dilaksanakan dalam mengerjakan sesuatu. Singkatnya pengetahuan prosedural dapat dikatakan “pengetahuan bagaimana” untuk melakukan aktivitas. Krathwohl (2002:214) memaparkan taksonomomi Bloom yang telah direvisi dimana dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif telah dibedakan. Dimensi pengetahuan dikelompokkan menjadi empat pengetahuan yaitu pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Salah satunya pengetahuan prosedural yang sangat penting dikembangkan. Pada kegiatan praktikum, pengetahuan prosedural dapat dikembangkan secara maksimal, salah satunya dengan adanya kegiatan praktikum yang langsung dilaksanakan dan pemberian pengetahuan deklaratif yang berupa penyampaian informasi melalui LKS petunjuk praktikum (Dahar , 1996:75).

Lembar Kerja Siwa Pentingnya lembar kerja sebagai

penuntun praktikum tidak hanya membantu pembimbing atau guru tetapi juga sangat membantu siswa terutama siswa yang baru mengenal laboratorium. Lembar kerja siswa dapat membantu siswa mencapai tujuan dari pembelajaran sehingga akan lebih baik jika LKS disusun oleh guru karena guru memahami tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa (Rustaman dan Wulan, 2007: 27). Lembar kerja dapat juga digunakan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang. Lembar kerja siswa merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran dan menyajikan atau menyerap mata pelajaran (Widjayanti, 2008:1).

Menurut German et al (Rustaman dan Wulan, 2007:28) bahwa LKS diharapkan dapat mengembangkan keterampilan proses sains pada siswa. Oleh

Page 4: Kiner Ja

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian RustamanPerbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Pengetahuan

Prosedural

karena itu komponen dalam LKS sudah seharusnya dapat merangsang siswa untuk berpikir. Aspek yang sebaiknya ada pada LKS yaitu 1) tujuan kegiatan, 2) pendahuluan (latar belakang/pentingnya kegiatan dasar/teori), 3) alat dan bahan, 4) cara kerja, 5) set up atau cara merangkai alat 6) penafsiran hasil pengamatan, 7) analisis dan penerapan konsep, serta 8) pembuatan kesimpulan (Rustaman dan Wulan, 2007: 28)

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan penulis bahwa mayoritas sekolah menggunakan LKS berbentuk teks, tetapi banyak siswa yang sulit memahami isi LKS tersebut sehingga kegiatan praktikum berjalan kurang baik. Penyajian informasi yang disampaikan tidak hanya dengan teks (gambar, suara atau video) dapat membantu siswa dalam memahami informasi termasuk pengetahuan prosedural yang terdapat dalam LKS praktikum.

LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam belajar. Bentuk media yang berbeda dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini terkait teori multimedia learning yang dikemukakan Mayer (2009:91) bahwa manusia memiliki saluran terpisah bagi pemrosesan informasi untuk materi visual dan auditori, setiap manusia mempunyai keterbatasan jumlah infomasi yang bisa di proses dalam masing-masing saluran pada suatu waktu tertentu, serta manusia secara aktif melibatkan diri dalam pemrosesan aktif untuk mengkonstruksi representasi mental yang saling terkait terhadap pengalamana mereka

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan bahwa penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai perbandingan penggunaan media khususnya LKS yang digunakan dalam praktikum dengan tujuan penelitian untuk

mengetahui adanya perbedaan antara LKS yang berbeda format penyajian terhadap keterampilan proses dan pengetahuan prosedural siswa mengenai praktikum uji urin.

METODEMetode penelitian ini adalah Quasy

Eksperimental karena pemilihan sampel tidak dilakukan secara acak melainkan berdasarkan kemudahan penulis hal ini terkait sekolah yang menjadi tempat penelitian telah digunakan juga oleh peneliti lain, untuk menghindari faktor eksternal maka kelas yang diambil tidak diambil secara acak atau disebut juga convinience sampling. Desain penelitian ini adalah Nonequivalent group desain. Data yang diperoleh berasal dari tiga kelas yang berbeda. Kelas kontrol merupakan kelas yang menggunakan LKS teks, kelas eksperimen 1 menggunakan LKS yang dilengkapi gambar (LKS gambar) dan kelas eksperimen 2 menggunakan LKS yang dilengkapi video (LKS video). Ketiga kelas melaksanakan kegiatan praktikum uji urin yang sebelumnya diberi panduan dengan LKS yang berbeda. Siswa diberi kesempatan mempelajari LKS sebelum kegiatan praktikum berlangsung.

Data keterampilan proses yang meliputi empat indikator yaitu keterampilan merencanakan praktikum, keterampilan menggunakan alat dan bahan, keterampilan observasi serta keterampilan melaksanakan eksperimen dijaring melalui penilaian kinerja yang dinilai secara berkelompok, dari satu kelas didapatkan delapan data yang berasal dari delapan kelompok. Hasil penilaian kinerja ini kemudian dihitung dan diuji secara statistik dengan uji Kruskal-Wallis, uji ini langsung digunakan melihat jumlah sampel sedikit sehingga diasumsikan data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen.

Page 5: Kiner Ja

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

Kemudian uji hipotesis dilanjutkan dengan Pos Hoc- uji Games- Howel.

Pengetahuan prosedural dijaring melalui pretest dan posttest. Data tersebut menunjukkan pengetahuan prosedural setiap siswa yang kemudian diolah menggunakan uji Kruskal-Wallis dan dilajutkan dengan uji Pos Hoc.

HASIL DAN PEMBASANAN Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses siswa yang dijaring pada pelaksanaan praktikum uji urin diolah menggunakan uji Kruskal-Wallis. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ada perbedaan keterampilan proses yang signifikan antara ketiga kelas penelitian (0,01p). Nilai rata-rata menunjukkan bahwa kelas LKS video memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kelas LKS teks dan LKS gambar. LKS video disajikan tidak hanya berupa visual saja tetapi juga auditori sehingga dapat lebih dipahami siswa daripada LKS teks dan gambar. Adanya video yang mendemonstrasikan praktikum uji urin dapat membantu siswa dalam memahami langkah kerja yang sulit dipahami siswa jika disampaikan melalui teks saja. Biasanya demonstrasi digunakan sebagai kegiatan pengganti laboratorium karena pembelajaran demonstrasi dapat sama-sama memberikan pemahaman dasar tentang teknik laboratorium kepada siswa (Sand, 1956:177).

Tabel 1. Rekapitulasi Perbandingan Keterampilan Proses Sains

Melalui Kruskal-Wallis

Perbedaan keterampilan proses ini diuji kembali dengan uji lanjutan Pos Hoc.

Hasil uji ini menunjukkan bahwa perbedaan keterampilan proses terdapat antara kelas LKS teks dan kelas LKS video.

Tabel 2. Rekapitulasi Uji Lanjutan Games-Howell

Perbedaan ini disebabkan karena LKS video menampilkan video demonstrasi praktikum uji urin sehingga siswa dapat lebih memahami prosedur yang ditampilkan daripada prosedur yang disajikan dalam bentuk teks. Demonstrasi praktikum uji urin yang ditampilkan dapat membantu siswa memahami konsep yang abstrak, menghubungkan antara teori dan nyata serta memberikan gambaran tentang keterampilan tertentu (Woolnough dan Allsopp, 1985: 63). Berdasarkan indikator yang diukur, dapat dilihat pula perbedaan keterampilan proses berdasarkan rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap kelas.

Kelas LKS video memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi pada keterampilan merencanakan percobaan, keterampilan menggunakan alat dan bahan dan keterampilan observasi. Namun, pada keterampilan melaksanakan eksperimen kelas LKS video memperoleh nilai yang paling kecil. Kecilnya nilai rata-rata pada keterampilan melaksanakan eksperimen disebabkan karena siswa mayoritas siswa pada kelas LKS video tidak melakukan

Gambar 1. Perbandingan Rata-rata Indikator Keterampilan Proses Sains

Page 6: Kiner Ja

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian RustamanPerbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Pengetahuan

Prosedural

verifikasi data saat kegiatan praktikum. Selain melihat dari rata-rata hasil persentase penilaian kinerja, adanya perbedaan keterampilan proses ini dapat dilihat lebih spesifik sesuai dengan indikator KPS yang ditentukkan.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang dilakukan pada indikator keterampilan proses (Tabel 2), dapat diketahui bahwa dua dari empat indikator yang menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu keterampilan merencanakan percobaan dan keterampilan menggunakan alat dan bahan. Sedangkan keterampilan melakukan eksperimen dan observasi tidak berbeda signifikan, hal ini disebabkan karena ketiga LKS yang disajikan mengandung informasi yang sama dan jelas, hal ini diketahui sesuai dengan hasil kuisioner tertutup siswa mengenai penggunaan LKS. Kejelasan konten dari LKS memudahkan siswa baik yang menggunakan LKS teks, gambar maupun video mampu memahami prosedur pelaksanaan praktikum dengan melakukan langkah dengan benar serta melakukan observasi terhadap hasil pengamatan.

Perbedaan pada keterampilan merencanakan praktikum terletak antara

kelas yang menggunakan LKS teks dan video. Sedangkan perbedaan keterampilan menggunakan alat dan bahan terletak antara kelas LKS teks dan video serta antara kelas LKS gambar dan video. Berkaitan dengan penyajian informasi, LKS teks menyajikan informasi yang berupa pesan verbal berupa kata-kata. LKS gambar menyajikan informasi berupa pesan verbal yang berbentuk kata -kata dan gambar. Sedangka LKS video menyajikan informasi berupa pesan verbal berbentuk kata –kata dan gambar dan non verbal (audio). Menurut Sand (1956:5) bahwa video yang didalamnya mencakup aspek audio dan visual dapat memberikan ilustrasi atau gambaran pengalaman kepada siswa mengenai sebuah objek tertentu dalam waktu yang singkat. Peroleh informasi yang berbeda akan memunculkan hasil yang berbeda. Adanya perbedaan yang signifikan antara kelas LKS teks dan gambar dengan kelas LKS video disebabkan karena siswa di kelas LKS video menyimak video dan kemudian meniru cara atau langkah kerja yang ditampilkan dalam video demonstrasi. Hal ini berkaitan dengan proses modelling yang dikemukakan oleh Bandura (1971:5) dengan teori pembelajaran sosialnya.

Pengetahuan Prosedural Hasil dari uji statistika terhadap

nilai pre test menunjukkan bahwa pengetahuan prosedural siswa baik yang menggunakan LKS teks, gambar maupun video berbeda signifikan yang artinya pengetahuan prosedural awal siswa berbeda. Pengujian statistika berdasarkan tabel dibawah ini menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, uji hipotesis yang digunakan

Tabel 3. Rekapitulasi Perbandingan Keterampilan Proses Sains

*Ket: Perbedaan signifikan dengan nilai Sig. <0,05

Page 7: Kiner Ja

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

selanjutnya adalah Kruskall-Wallis. Nilai pengujian hipotesis yaitu 0,00<0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai antara kelas LKS teks, gambar dan video.

Tabel 4 Rekapitulasi Statistik serta Pengujian Normalitas

dan Homogenitas Hasil Gain Pengetahuan Prosedural

Pengujian hipotesis selanjutnya yaitu membandingkan indeks gain menunjukkan bahwa ketiga kelas memiliki taraf yang sama yaitu pada taraf sedang. Berikut ini tabel indeks Gain.

Tabel 3. Perbandingan N-Gain Pengetahuan Prosedural Siswa

KelasLKS teks

LKS gambar

LKS video

N-Gain 0,57 0,58 0,65Interpretasi sedang sedang sedang

Taraf yang sama pada indeks gain menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan prosedural siswa pada ketiga kelas baik itu yang menggunakan LKS teks, gambar maupun video adalah sama. Selain itu, untuk lebih meyakinkan hasil perbandingan dilakukan uji statistika.

Hasil statistika yang ditunjukkan pada Tabel 4. bahwa nilai indeks gain memiliki data yang berdistribusi normal pada kelas LKs teks, dan tidak normal pada kelas LKS gambar dan video.

Analisis varians menunjukkan bahwa data memiliki varians yang sama atau homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat tersebut maka pengujian uji hipotesis menggunakan uji Kruskall-Wallis. Hasil uji Kruskall-Wallis adalah 0,09> α sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan prosedural siswa antara ketiga kelas penelitian tidak ada perbedaan.

Tabel. 4. Rekapitulasi Statistik serta Pengujian Normalitas

dan Homogenitas Hasil N-Gain Pengetahuan Prosedural

Komponen Peninjau

N-Gain

LKS teksLKS

gambarLKS video

N 34 36 35

Rata-rata 0,56 0,57 0,65

x Minimum 0,08 0,23 0,22

x Maksimum 0,85 0,85 0,92

SD 0,20 0,14 0,19

Uji Normalitas (Saphiro-Wilk Test)

Sig. 0,13 0,02 0,03

Taraf Sig. 0,05 0,05 0,05

Interpretasi Sig>α Sig<α Sig<α

KesimpulanNormal Tidak normal

Tidak Normal

Uji Homogenitas (Levene Test)

L 0,07

Taraf Sig. 0,05

Interpretasi L > α

Kesimpulan Homogen

Uji non parametrik (Kruskal Wallis)

K 0,09

Taraf Sig. 0,05

Interpretasi K > α

Kesimpulan µ1 = µ2

Pengetahuan prosedural dapat terlatih dengan adanya kegiatan umpan balik atau pengulangan (Dahar, 1996:75). Adanya kegiatan praktikum setelah menyimak LKS yang berisi prosedur uji urin dapat membantu siswa dalam mempelajari pengetahuan prosedural tentang uji urin. Kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan memberikan motivasi belajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan baik itu keterampilan observasi, menggunakan alat,dan sebagainya, serta memperoleh pengalaman langsung sehingga siswa merasakan

Page 8: Kiner Ja

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian RustamanPerbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Pengetahuan

Prosedural

langsung fenomena yang terjadi (Woolnough dan Allsop, 1985: 41). Adanya kegiatan praktikum pada kelas LKS teks, gambar, dan video yang menyebabkan tidak adanya perbedaan secara signifikan pada pengetahuan prosedural siswa.

Keterampilan Proses SainsLembar kerja atau penuntun

praktikum sangat membantu pembimbing dalam mempersiapkan praktikum (Rustaman, 2002:13). Bentuk LKS yang berbeda ternyata memberikan hasil belajar yang berbeda terhadap kelas LKS teks, LKS gambar, dan LKS video. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan keterampilan proses antara kelas penelitian terutama antara kelas LKS teks dan LKS video. Adanya perbedaan ini disebabkan karena LKS video yang memiliki kelebihan dibandingkan LKS teks dan LKS gambar yaitu adanya audio yang berupa musik sebagai backsound dan narasi serta paduan antara gambar dan teks sehingga lebih efektif digunakan daripada teks atau gambar saja (Munir, 2012:296). Adanya komponen media yang berupa gambar dan audio lebih memudahkan informasi atau pesan tersampaikan lebih baik dibandingkan teks atau kata-kata saja dan gambar saja (Mayer, 2009:207). Video sebagai petunjuk praktikum sangat cocok digunakan karena melalui video siswa dapat memperoleh informasi yang nyata saja (Munir, 2012:295). Melalui video siswa dapat meniru hal yang diperagakan model, dalam hal ini demonstrasi praktikum uji urin. Demonstrasi yang ditampilkan dalam video sangat efektif digunakan terutama dalam mengajarkan keterampilan dasar dan teknik laboratorium pada siswa (Sand, 1956:177).

Adanya demonstrasi dalam video dapat menjadi contoh bagi siswa untuk meniru prosedur praktikum baik itu langkah kerja maupun prosedur penggunaan alat dan bahan. Proses meniru model ini dikemukakan oleh Bandura (1971:5) bahwa proses modelling dapat berpengaruh terhadap pengalaman siswa. Percobaan Bandura mengenai pengaruh televisi yang menyajikan kekerasan dengan memukul bobo doll mempengaruhi perilaku anak, dimana anak akan takut melakukan kekerasan dan ada pula anak yang melakukan kekerasan tersebut. Saat melihat tayangan, anak mendapatkan informasi yang akan mempengaruhi sikap, respon emosi dan perilaku baru (Aries, 2012:2). Begitu pula dengan siswa yang menyimak tayangan video demonstrasi praktikum yang disajikan pada kelas LKS video. Pada saat melihat tayangan video, siswa menyimak, melakukan observasi atau pengamatan video sehingga siswa mampu mengingat tahapan praktikum sesuai dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Proses tahapan tersebut dapat dikatakan sebagai tahap attention dan retention yang diasumsikan tahap ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya keterampilan proses sains yang muncul saat tahap pelaksanaan kerja dalam praktikum (tahap reproduksi).

Tahap attention dan retention berkaitan dengan cara siswa menyimak, mengamati atau observasi dari media yang digunakan (Bandura. 1971:6). Media yang digunakan yaitu LKS teks, gambar dan video . Pada saat menyimak LKS yang disajikan siswa menerima informasi mengenai tujuan, alat dan bahan serta prosedur melalui pesan yang berbeda. LKS teks menyajikan informasi berupa pesan verbal atau kata-kata saja. LKS gambar menyajikan informasi berupa kata-kata dan gambar. Sedangkan LKS video menyajikan

Page 9: Kiner Ja

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

informasi berupa gambar bergerak (motion) yang merupakan gambar nyata hasil rekaman, audio yang berupa narasi dengan backsound instrumental serta teks on-screen. Pada dasarnya ketiga LKS yang digunakan memiliki komponen yang sama, hanya saja perbedaan pada penyajian konten disajikan dengan bentuk yang berbeda. Pesan instruksional yang disampaikan melalui ketiga LKS dasarnya adalah pesan verbal yang berupa prosedural kinerja praktikum. LKS teks menyimpan informasi berupa kata-kata yang hanya dapat ditangkap oleh visual siswa saja dengan cara membaca. LKS gambar yang berupa gambar dua dimensi memberikan pesan verbal yang mampu ditangkap oleh visual siswa dengan cara menginterpretasi gambar. Gambar yang disajikan berupa tahapan pelaksanaan praktikum, sedangkan LKS video menyajikan pesan yang dapat ditangkap tidak hanya oleh visual siswa tetapi juga audio. Pesan verbal yang dapat ditangkap secara visual pun berupa gambar motion atau gambar bergerak hasil rekaman nyata yang telah diambil sebelumnya. Video tersebut dilengkapi dengan narasi yang menyajikan pesan verbal yang dapat ditangkap audio siswa.

Perbedaan antara hasil uji hipotesis yang telah dipaparkan sebelumnya dapat disebabkan karena perbedaan penyajian LKS. Menurut Mayer (2009:74) bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan jumlah infomasi yang bisa diproses dalam masing-masing saluran pada suatu waktu tertentu. Perbedaan jenis LKS ini dapat menjadi Sumber ekstraneous cognitif load, dimana pesan yang sampaikan memiliki penyajian yang berbeda (Mayer, 2009:74). Berdasarkan beberapa penelitian Mayer terhadap retensi siswa bahwa murid bisa belajar lebih baik dengan menggunakan gambar dan kata daripada kata-kata saja. Hal tersebut terbukti dengan nilai rata-rata pada kelas LKS video lebih tinggi dibandingkan dengan kelas LKS teks. Dalam penelitian ini penulis memang tidak mengukur aspek retensi, adanya asumsi

dan hasil penelitian sebelumnya dapat menunjukkan bahwa media memang mempengaruhi hasil belajar siswa. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini merupakan proses reproduksi yang dinilai melalui penilaian kinerja.

Proses reproduksi yang merupakan tahapan ketiga dalam teori sosial Bandura merupakan proses representasi pesan baik berbentuk verbal atau pun simbol yang berupa aksi (Bandura, 1971: 8). Tahapan ini juga bisa disebut sebagai proses memproduksi keterampilan berdasarkan hasil observasi sebelumnya (Bandura, 1971:8). Proses reproduksi ini bergantung pada pencapaian atau hasil yang diperoleh setelah melakukan proses attention dan retention. Dalam penelitian ini proses reproduksi ialah keterampilan proses sains yang meliputi empat indikator. Proses reproduksi yang dialami siswa akan semakin berkembang dengan baik jika adanya respon yang baik terhadap penampilan siswa (feedback performance). Respon yang negatif dan positif akan memunculkan perkembangan yang berbeda. Bandura (Aries, 2012:2) mengemukakan bahwa feedback performance baik itu hukuman atau hadiah akan mempengaruhi perilaku atau penampilan yang dipelajari. Pada penelitian ini feedback performance secara tidak langsung dilakukan baik oleh guru ataupun antara teman kelompok. Perkembangan keterampilan proses yang diukur pada penelitian ini hanya diukur pada satu waktu saja. Perkembangan ini akan terus berlanjut seiring dengan latihan dan modelling yang dilakukan siswa di sekolah.

Salah satu komponen penting yang terdapat pada LKS video juga adalah adanya rekaman demonstrasi praktikum. Video demonstrasi praktikum uji urin yang terdapat pada video ini dapat membantu guru menjelaskan hal yang sulit untuk dijelaskan seperti penggunaan alat dan bahan yang tidak dijelaskan secara spesifik. Biasanya, demonstrasi digunakan sebagai kegiatan pengganti laboratorium

Page 10: Kiner Ja

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian RustamanPerbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Pengetahuan

Prosedural

karena pembelajaran demonstrasi dapat sama-sama memberikan pemahaman dasar tentang teknik laboratorium kepada siswa (Sand, 1956:177). Demonstrasi yang baik adalah kegiatan yang dapat menarik perhatian siswa dan menjelaskan sebuah fenomena dengan jelas (Sand, 1956: 180). LKS video demonstrasi yang digunakan tidak hanya menarik perhatian siswa sebelum kegiatan praktikum berlangsung tetapi juga memberikan pengetahuan siswa mengenali teknik laboratorium. Demonstrasi pada dasarnya penting dilaksanakan karena tidak hanya dilaksanakan sebagai pengganti kegiatan praktikum atau eksperimen tetapi juga untuk menolong siswa memahami materi yang abstrak. Selain itu, demonstrasi penting dilaksanakan untuk membantu siswa menghubungkan teori dan nyata, membelajarkan siswa untuk memberikan informasi serta menggambarkan konsep dan teknik tertentu (Woolnough dan Allsopp, 1985: 63). Kelebihan dari LKS video selain adanya proses demonstrasi juga adanya audio yang dapat menarik perhatian siswa dan membuat siswa lebih nyaman dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Zuckerman (Sand, 1956: 373) bahwa audio yang berupa musik dapat menarik perhatian siswa dan mengatur emosional siswa.

Pengetahuan Prosedural Berdasarkan hasil penelitian Allen

(Rohani, 1997:26) bahwa pengetahuan prosedural dapat lebih baik apabila dibelajarkan dengan media gambar hidup, program instruksi, dan demonstrasi. Penyajian LKS merupakan salah satu upaya dalam memberikan pengetahuan prosedural kepada siswa dalam bentuk pengetahuan deklaratif (Dahar, 1996:72). Berdasarkan hasil penelitian yang ada dan teori yang berkaitan, penulis berasumsi

bahwa pengetahuan prosedural pada kelas LKS video akan memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan kelas LKS teks dan gambar, tetapi hal tersebut tidak terbukti, hal ini disebabkan pelaksanaan kegiatan praktikum pada ketiga kelas penelitian. Adanya pelaksanaan praktikum memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa mengenai prosedur uji urin.

Pada dasarnya keterampilan proses sains adalah keterampilan berpikir, dimana dalam keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif, manual dan sosial (Rustaman et al, 2005: 78). Empat indikator yang diukur dalam penelitian ini meliputi keterampilan observasi, merencanakan penelitian, menggunakan alat dan melaksanakan eksperimen dimana keempat keterampilan proses tersebut diukur melalui penilaian kinerja praktikum uji urin. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas LKS teks, LKS gambar dan LKS video. Selain itu, pengetahuan prosedural tentang praktikum uji urin juga diukur melalui pre test dan post test tetapi hasilnya bertolak belakang dengan hipotesis penulis, hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan pengetahuan prosedural antara kelas yang menggunakan LKS teks, LKS gambar dan LKS video. Seperti yang dikemukakan diatas pada dasarnya keterampilan proses sains tidak hanya melibatkan satu aspek antara kognitif, manual dan sosial, tetapi ketiganya berkesinambungan sehingga siswa mampu berfikir dan menemukan sebuah konsep dari hasil pemikiran serta segala hal yang dilakukannya. Dalam penelitian ini, penulis menyajikan praktikum uji urin yang mana didalamnya siswa dapat mengeksplor diri dalam

Page 11: Kiner Ja

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

melakukan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum melibatkan kemampuan kognitif, dimana siswa harus memahami konsep-konsep dasar atau materi yang sedang dipelajari. Kemampuan manual yaitu kemampuan siswa dalam menggunakan alat/bahan, mengamati atau observasi, melaksanakan praktikum, serta kemampuan sosial yang diasah melalui diskusi serta kerja dalam kelompok.

Pada pelaksanaan praktikum siswa memerlukan pengetahuan salah satunya pengetahuan prosedural. Siswa dituntut tidak hanya tahu tentang “mengetahui saja” tetapi juga mengetahui “bagaimana caranya” melakukan sesuatu. Sebelum melaksanakan praktikum siswa diberikan petunjuk praktikum yang berupa LKS dengan bentuk yang berbeda. LKS ini membantu siswa memahami apa yang harus dilakukan saat praktikum. Bentuk LKS yang berbeda diduga dapat memberikan dampak yang berbeda pula pada pengetahuan prosedural siswa, hal ini berdasarkan beberapa asumsi tentang melatih kemampuan pengetahuan prosedural siswa yang dikemukakan oleh Dahar (1996:72) bahwa menyajikan urutan aksi dalam bentuk deklaratif akan berkembang menjadi suatu sajian prosedural dari urutan aksi dengan pengalaman dalam mencoba menghasilkan urutan aksi. Penyajian dalam hal ini diartikan dengan penyajian LKS dan pengalaman yang disuguhkan kepada siswa adalah kegiatan praktikum. Pada awalnya penulis menduga bahwa kegiatan praktikum yang sama terlepas tinggi rendahnya hasil penilaian uji kinerja dengan penyajian LKS yang berbeda dapat memberikan pengetahuan prosedural yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ini, hasil uji statistik pengetahuan prosedural menunjukkan hasil yang berbeda bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kelas LKS teks, LKS gambar, dan LKS video (0,09p) dengan nilai N-gain pada tingkat yang sama yaitu sedang. Hal tersebut dapat terjadi karena kegiatan praktikum berjalan maksimal. Pengetahuan

prosedural dapat lebih terlatih melalui kegiatan praktikum meski nilai hasil penilaian kinerja berbeda. Hasil penilaian kinerja yang meliputi penilaian empat indikator keterampilan proses menunjukkan bahwa kelas LKS video memperoleh nilai yang lebih tinggi dibandingkan kelas LKS teks dan LKS gambar (lihat 3). Pelaksanaan praktikum sangat berpengaruh walaupun nilai penilaian kinerja antara kelas LKS teks, gambar dan video berbeda. Seperti halnya yang kemukakan Woolnough and Allsop (1985: 41) kegiatan praktikum dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan serta memperoleh pengalaman langsung sehingga siswa merasakan langsung fenomena yang terjadi.

Keterampilan proses sains yang diukur dalam hal ini lebih banyak melibatkan keterampilan manual. Keterlaksanaan praktikum dengan kemampuan siswa tentang penggunaan alat, observasi dan melaksanakan praktikum diduga kuat yang menyebabkan ketiga kelas penelitian memperoleh pengetahuan prosedural yang lebih baik meskipun jenis penyajian informasi deklaratif berbeda. Adanya kegiatan praktikum menjadikan siswa mengetahui prosedural pelaksanaan praktikum uji urin, kegiatan praktikum yang dilaksanakan merupakan proses latihan dan umpan balik sehingga siswa lebih tahu prosedural praktikum. (Dahar, 1996:75). Keterampilan prosedural penting didapatkan siswa sebelum melaksanakan praktikum, hal ini terkait dengan keselamatan siswa dalam melaksanakan praktikum. Dengan mengetahui prosedur yang harus dilakukan, siswa dapat lebih terampil dan hati-hati dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Penyajian LKS adalah satu upaya menuntun siswa memperoleh pengetahuan prosedural serta rambu-rambu dan tuntunan yang jelas dalam melaksanakan praktikum (Rustaman, 2012:27).

Page 12: Kiner Ja

Putri Siti Alhajjah, Ari Widodo1), Andrian RustamanPerbanding Penggunaan LKS Tulis, Gambar, dan Video Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Pengetahuan

Prosedural

KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan pada pelaksanaan kegiatan praktikum antara kelas LKS teks, LKS gambar dan LKS video terhadap keterampilan proses sains. Perbedaan tersebut terletak antara kelas LKS teks dan LKS video. Dari empat indikator KPS ternyata hanya dua indikator yaitu keterampilan merencanakan praktikum dan keterampilan menggunakan alat dan bahan yang menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rata-rata nilai keterampilan proses menunjukkan bahwa kelas LKS video memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kelas LKS gambar dan video. Tingginya nilai rata-rata KPS pada LKS video disebabkan karena penyajian LKS yang berupa gambar bergerak (motion), teks-on screen , dan audio serta komponen demonstrasi praktikum yang membuat siswa dapat meniru model.

Pengetahuan prosedural dalam penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas LKS teks, LKS gambar dan LKS video. Perbandingan indeks gain pengetahuan prosedural antara kelas LKS teks, LKS gambar dan LKS video mendukung hasil uji statistika dengan hasil yang berada pada tingkat yang sama yaitu rendah. Tidak adanya perbedaan tersebut disebabkan karena ketiga kelas melaksanakan praktikum dengan baik.

Media baik itu teks, gambar maupun video pada dasarnya mampu membantu siswa dalam belajar. Ketiga jenis LKS yang disajikan dalam berbagai jenis dapat dikembangkan lebih baik lagi. LKS video masih jarang digunakan sehingga melalui penelitian ini diharapkan dapat bermunculan penelitian sejenis dalam pengembangan LKS video sebagai petunjuk praktikum. Kelas LKS video memiliki rata-rata yang lebih tinggi

dibandigkan kelas LKS teks dan gambar hal ini dikarenakan LKS video memiliki kelebihan yaitu mampu menampilkan video praktikum, adanya gambar bergerak dan effect serta music dan narasi yang dapat menarik siswa serta lebih membantu siswa dalam memahami prosedur.

Indikator keterampilan proses dalam penelitian ini perlu dikembangkan kembali, terutama keterampilan merencanakan percobaan yang pada dasarnya belum mampu menjaring sebagian besar aspek yang diharapkan. Selain itu. Pengambilan data prosedural yang diambil karena pengaruh media dapat dilakukan setelah melihat media dan tidak ada pelaksanaan paraktikum agar dapat lebih terlihat perbedaan antara kelas kontrol dan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y.H dan Romlah, O. (2009). “Peranan Praktikum Dalam Mengembangkan Keterampilan Proses dan Kerja Laboratorium”. Makalah pada Pertemuan MGMP Biologi, Garut.

Aries, M. (2012).Teori Belajar Sosial Bandura. [online]. Tersedia: Http://File.Upi.Edu/Direktori/Fip/Jur._Psikologi/M.Aries/4_Teori_Belajar_Sosial_Bandura. [17 Juni 2013].

Bandura, A. (1971). Social Learning Theory. New York: General Learning Press. Dahar, R.W. (1996). Teori- Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Krathwol, D.R(2002) . “A Revision of Bloom's Taxonomy: An

Page 13: Kiner Ja

Formica Education Online, Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

Overview”. Journal Of Theory Into Practice.41, (4), 212-218.

Mayer, R. (2009). Multimedia Learning Prinsip dan Aplikasi. Yogyakarta: PustakaPelajar

Mulyanto dan Leong, M. (2009). Tutorial membangun Multimedia Interaktif Media Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Munir. (2012). Multimedia Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan.Alfabeta: Bandung.

Maldaerlli, G., Hartmann, E., Cumming, P., Homer, R., Obom, K (2009). “Virtual Lab Demonstrations Improve Students’ Mastery of Basic Biology Laboratory Techniques”. Journal Of Microbiology & Biology Education. 10, 51-57.

Newby, T., Stepitch, D., Lehman, J., Russell,.J. (2006).Educational Technology For Teaching and learning. New Jersey: Pearson Meriil Prentice Hall.

Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Kusumastuti, M. N.,Rochintaniawati, D.,Achmad, Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Rustaman, A. danWulan, A. (2007). Kegiatan Laboratorium dalam Pembelajaran Biologi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rustaman, N. (2002). “Perencanaan dan Penilaian Praktikum di Perguruan Tinggi”.Makalah pada Program Applied Approach Dosen UPI, Bandung.

Rohani. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: RhinekaCipta

Sand, L. (1956). Audio Visual Procedures in Teaching. California: The Ronald Press Company.

Santoso, S (2010).Statistik Nonparametrik. Elez Media komputindo: Jakarta.

Widodo, A. dan Ramdhaningsih, V. (2006). “Analisis kegiatan praktikum biologi dengan menggunakan video”. Metalogika.9(2), 146-158.

Widodo, A. (2005). “Analisis Pembelajaan Biologi dengan Menggunakan Video”. Makalah dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA III Himpunan Sarjanadan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, Bandung.

Woolnough, B dan Allsop, T. (1985). Practical Work in Science. Cambridge: Cambridge University Press.