I. II. III. IV.
Judul Percobaan Hari / Tanggal Percobaan Selesai Percobaan
Tujuan Percobaan
: Kesetimbangan Fasa Dua Komponen : Rabu / 2 November 2011/
Pukul 13.00 WIB : Rabu / 2 November 2011/ Pukul 15.30 WIB :
1. Menggambarkan kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair
(fenol-air) 2. Menentukan titik ekivalen pada kesetimbangan fasa
dua komponen fasa caircair (fenol-air) 3. Menentukan fasa,
komponen, dan derajat kebebasan suatu sistem kesetimbangan fasa dua
komponen fasa cair-cair (fenol-air). V. Tinjauan Pustaka
Kesetimbangan : fasa dikelompokan menurut jumlah komponen
penyusunnya yaitu sistem satu komponen, dua komponen dan tiga
komponen. Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya
aturan fasa Gibbs Fasa diidentikkan dengan wujud atau keadaan suatu
materi, misalnya es berwujud padat, air berwujud cair atau uap air
yang berwujud gas. Konsep ini tidak benar karena sistem padatan dan
sistem cairan dapat terdiri dari beberapa fasa. Sedangkan gas
cenderung bercampur sempurna sehingga dalam sistem gas hanya
terdapat satu fasa. Komponen adalah spesies yang ada dalam sistem
seperti zat pelarut dan pelarut dalam jumlah biner. Jumlah komponen
suatu sitem dinyatakan sebagai jumlah minimum spesi kimia yang
membentuk sistem tersebut yang dapat menentukan susunan setiap
sistem fasa sistem. Derajad kebebasan (f) dari suatu sistem
setimbang merupakan variabel intensif independen yang diperlukan
untuk menyatakan keadaan sistem tersebut. Untuk menentukan derajad
kebebasan dibutuhkan aturan fasa. Aturan fasa mengatur hubungan
antara jumlah komponen, jumlah fasa dan derajad kebebasan suatu
sistem. Menurut aturan fasa f = c-p+2 Sistem 2 komponen dapat
berupa campuran dari fasa cair-gas, cair-cair, fasa padat-cair,
ataupun padat-padat. Karakteristik setiap campuran sangat khas,
misalnya ada sistem cair-cair yang membentuk campuran yang homogen
atau 1 fasa pada segala P,T, dan komposisi, tetapi ada pula yang
hanya membentuk 1 fasa pada P,T atau komposisi tertentu.
Diagram fasa untuk sistem dua komponen digambarkan sebagai
fungsi komposisi terhadap tekanan atau komposisi terhadap suhu.
Oleh sebab itu aturan fasa berubah menjadi f=cp+1 karena salah satu
variabel (P atau T) dalam keadaan konstan. Derajad kebebasan (f)
menjadi 2-p. Campuran dua macam senyawa cair-cair kadang tidak
menghasilkan suatu campuran yang homogen, karena kedua cairan itu
tidak larut (misibel) sempurna. Dua cairan dikatakan misibel
sebagian jika A larut dalam B dalam jumlah yang terbatas, dan
sebaliknya. Secara eksperimen dapat diperoleh diagram fasa suhu
terhadap komposisi cair-cair pada tekanan tetap, seperti pada
gambar berikut:
Diagram Fasa Dua Komponen Cair-Cair35 30 25 20 T 15 10 5 0 0 10
20 X 30 40
Pada tekanan konstan, daya saling campur (miscibility) dari dua
cairan (sistem biner cair) yang saling campur sebagian (partial
miscibility), sehingga menjadi campuran homogen, sangat dipengaruhi
oleh komposisi dan temperatur cairan. Jadi pada komposisi cairan
tertentu daya saling larut dipengaruhi oleh temperatur. Fenol dan
air termasuk salah satu contoh dua cairan yang membentuk campuran
saling larut sebagian dan dapat membentuk campuran saling larut
sempurna pada temperatur tertentu. Temperatur kritis atas Tc adalah
batas atas temperatur dimana terjadi pemisahan fasa. Diatas
temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur.
Temperatur ini ada gerakan termal yang lebih besar menghasilkan
kemampuan campur yang lebih besar pada kedua komponen.
Jika percobaan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi akan di
peroleh batas kelarutan yang berbeda. Semakin tinggi suhu,
kelarutan masing-masing komponen satu sama lain meningkat sehingga
daerah dua fasa menyempit. Kurva kelarutan pada akhirnya bertemu di
satu titik pada konsulat atas. Atau disebut juga suhu kelarutan
kritis, Tc. Diatas Tc cairan saling melarut sempurna sempurna dalam
berbagai komposisi. Contoh sistem mengikuti kurva seperti ini
adalah sistem airfenol dengan Tc=65,85C.
VI.
Alat dan Bahan Nama Alat Tabung reaksi besar Termometer Pengaduk
Beaker Glass Buret Kaki Tiga dan Kasa Pembakar Spiritus Gelas ukur
Ukuran 0-100 oC 500 mL 25 mL 10 mL Jumlah 2 2 2 1 1 1 1 2
Bahan : 1. Aquades 2. Fenol Teknis 3. Kertas Milimeter
VII.
Alur Kerja
Air dimasukkan dalam baker glass 500 mL hingga setengah volume
dan didihkan
10 mL Aquades Dimasukkan Tabung Reaksi A + pengaduk dan
termometer Ditambah 2 mL fenol Diaduk
10 mL Fenol Dimasukkan Tabung Reaksi A + pengaduk dan termometer
Ditambah 2 mL Aquades dari buret diaduk
Diamati Perubahan
Diamati Perubahan
Tabung A dan B dimasukkan dalam beaker glass
yang telah didihkan Didapat suhu perubahan Larutan menjadi
Tabung A: tA1 jernih Tabung B: tB1 Kedua tabung diangkat dari
beaker glass Didapat suhu perubahan Tabung A: tA2 Tabung B: tB2
Larutan menjadi keruh
:: Percobaan terus dilakukan dengan menambahkan 2 mL Fenol pada
tabung reaski A dan 2 mL aquades pada tabung reaksi B. Percobaan
dilakukan terus sampai kedua tabung reasi tetap keruh saat
dipanaskan maupun didinginkan.
VIII.
Hasil Pengamatan Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan /
Reaksi Kesimpulan Hasil percobaan telah sesuai dengan teori dimana
saat dipanaskan larutan berada dalam satu fase dan saat didinginkan
larutan berada dalam keadaan dua fase Tc teoritis tidak sesuai
dengan hasil percobaan dimana Tc percobaan 74C
Tabung reaksi A10 mL Aquades Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Tabung reaksi A + 2 mL fenol diaduk Diamati perubahan Dimasukkan
kedalam beaker glass T1A Diangkat Didinginkan T2A
Tabung A (penambahan fenol): - 2mL t1A 70C; t2A 67C - 4mL t1A
66C; t2A 64C - 6mL t1A 65C; t2A 63C - 8mL t1A 73C; t2A 68C - 10mL
t1A 70C; t2A 69C - 12mL t1A 65C; t2A 69C - 14mL t1A 71C; t2A 66C -
16mL t1A 73C; t2A 66C - 18mL t1A 72C; t2A 68C - 20mL t1A 73C; t2A
65C - 22mL t1A 70C; t2A 60C - 24mL t1A 64C; t2A 59C - 26mL t1A 62C;
t2A 60C
Saat dimasukkan 10 mL aquades + 2 mL fenol larutan tidak menyatu
karena larutan berada dalam keadaan dua fasa Saat dipanaskan
larutan menjadi jernih karena larutan berada dalam keadaan satu
fasa Saat didinginkan larutan menjadi keruh dan kembali dalam
keadaan dua fasa Tc teoritis 65,8 C
Tabung reaksi B10 mL Fenol
Tabung B (penambahan aquades):
Dimasukkan ke - 2 mL dalam tabung reaksi t1B 65C; t2B 63C Tabung
reaksi B + 2 mL aquades diaduk Diamati perubahan Dimasukkan kedalam
beaker glass T1B Diangkat Didinginkan T2B
- 4 mL t1B 72C; t2B 70C - 6 mL t1B 77C; t2B 73C - 8 mL t1B 78C;
t2B 70C - 10 mL t1B 76C; t2B 69C - 12 mL t1B 77Ct2B 71C - 14 mL t1B
74C; t2B 72C - 16 mL t1B 72C; t2B 70C - 18 mL t1B 74C; t2B 74C -
20mL t1B 72C; t2B 71C - 22 mL t1B 71Ct2B 70C - 24 mL t1B 70C; t2B
69C - 16 mL t1B 73C; t2B 71C
Saat dimasukkan 10 mL aquades + 2 mL fenol larutan tidak menyatu
karena larutan berada dalam keadaan dua fasa Saat dipanaskan
larutan menjadi jernih karena larutan berada dalam keadaan satu
fasa Saat didinginkan larutan menjadi keruh dan kembali dalam
keadaan dua fasa Tc teoritis 65,8 C
IX. Analisis Data Dari percobaan yang telah dilakukan, hasil
pengamatan dapat dinyatakan dalam sebuah grafik antara %volume
fenol dan temperatur yang didapat. Berikut ini adalah data dalam
tabel masing-masing tabung dan grafik gabungannya:Volume (mL) Fenol
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 Aquades 10 10 10 10 10 10 10 10
10 10 10 10 10 16,66% 70 28,57% 66 37,50% 65 44,44% 73 50,00% 70
54,54% 69 58,33% 71 61,54% 73 64,28% 72 66,67% 73 68,75% 70 70,59%
64 72,22% 62 Tabel 1. Tabung Reaksi A % volume fenol 83,33% 71,43%
62,50% 55,56% 50,00% 45,45% 41,67% 38,46% 35,71% 33,33% 31,25%
29,41% 27,78% Tabel 2. Tabung Reaksi B 65 72 77 78 76 77 74 72 74
72 71 70 73 % volume fenol temperatur (C) t1A 67 64 63 68 69 65 66
66 68 65 60 59 60 t2A
Volume (mL) Fenol 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Aquades
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
temperatur (C) t1A 63 70 73 70 69 71 72 70 74 71 70 69 71
t2A
Kurva Kesetimbangan Fase Dua Komponen80 75
T
70 65 60 55 T1 T2
% Volume Fenol Persen volume fenol didapatkan dari volume fenol
dibagi dengan volume campuran. Dapat dituliskan secara
matematis:
Pada saat aquades direaksikan dengan fenol, keduanya tidak larut
sempurna tetapi hanya larut sebagian (misible). Pada tabung reaksi
A maupun B saat dipanaskan sampai suhu tertentu larutan menjadi
jernih yang menandakan larutan berada pada keadaan satu fase tetapi
setelah didinginkan larutan menjadi keruh karena kembali berada
dalam keadaan dua fase. Hal yang sama terus terjadi saat
ditambahkan setiap 2 mL fenol pada tabung reaksi A dan 2 mL aquades
pada tabung reaksi B. Penambahan terus dilakukan sampai voleme
larutan pada tabung reaksi A dan B 26 mL. Tetapi kami tidak
mendapatkan larutan yang tetap keruh meskipun dipanaskan maupun
didinginkan. Dalam grafik dapat dilihat kami mendapatkan t1 dan t2
berada di titik yang sama (temperatur sama) yaitu pada suhu 74C
dengan 35,71 % volume fenol dalam campuran.
X.
Pembahasan Saat pertama air dan fenol dicampurkan, diperoleh dua
lapisan didalamnya, lapisan atas adalah air dan lapisan bawah
adalah fenol. Hal ini disebabkan karena air memiliki massa jenis
yang lebih rendah dari fenol. Namun campuran dapat tercampur sesaat
setelah diaduk dengan menjadi sedikit keruh. Dua cairan ini
dikatakan misible sebagian karena fenol larut dalam air dalam
jumlah yang terbatas dan sebaliknya. Saat dipanaskan, campuran akan
menjadi jernih berwarna coklat karena berada dalam satu fasa.
Campuran fenol-air akan larut pada satu titik suhu maksimum, namun
kedua larutan tidak dapat bereaksi atas perbedaan kepolaran
masing-masing larutan, dimana air merupakan larutan polar dan fenol
larutan nonpolar. Dan larutnya kedua campuran dikarenakan fenol dan
air masing-masing mengalami peningkatan kelarutan saat campuran
dipanaskan. Namun saat didinginkan campuran fenol dan air keruh
karena kembali dalam keadaan satu fasa. Semakin tinggi suhu,
kelarutan masing-masing komponen satu sama lain meningkat, sehingga
daerah dua fase semakin menyempit. Pada kurva kelarutan, akhirnya
bertemu di satu titik dimana Tc= 74C. Hal ini tidak sesuai dengan
Tc teoritis sebesar 65,8C. Ketidaksesuaian terjadi dapat disebabkan
karena tidak jelasnya tingkat kekeruhan dan tingkat kejernihan yang
diinginkan. Dalam percobaan tidak didapatkan larutan yang tetap
keruh walau saat dipanaskan sampai pada penambahan 26 mL fenol pada
tabung A dan penambahan 26 mL aquades pada tabung B. Hal ini karena
waktu yang tersedia untuk praktikum tidak memungkinkan untuk
mencapai keadaan tersebut pada larutan.
XI.
Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa campuran fenol dan air dapat larut sempurna dan menjadi satu
fasa ketika dipanaskan dan mencapai suhu maksimumnya di
masing-masing komposisi. Sedangkan apabila didinginkan campuran
berada dalam keadaan dua fasa. Titik ekuivalen pada kesetimbangan
fase dua komponen cair-cair (fenol-air) dalam percobaan ini sebesar
74C yang sangat jauh berbeda dengan teoritis sebesar 65,8C
XII.
Jawaban Pertanyaan 1. Gambarkan kesetimbangan fasa dua komponen
fasa cair-cair (fenol-air) dari data yang telah anda dapatkan
antara %volume pada sumbu X dan temperatur pada sumbu Y. Gabungkan
data yang didapat dari tabung reaksi A dan tabung reaks B pada satu
grafik. 2. Dari grafik yang Anda dapatkan (soal no.1), kapan
terjadi titik ekivalen?
Kurva Kesetimbangan Fase Dua Komponen80 75
T
70 65 60 55 T1 T2
% Volume Fenol Titik ekivalen terjadi saat campuran berada di
titik suhu yang sama saat menjadi satu fasa dan tepat akan keruh
(kembali menjadi dua fasa). Dilihat dari grafik, titik ekivalen
berada pada suhu 74C dengan persen volume fenol sebesar 35,71 %
volume.
Daftar Pustaka
:
Tjahjani, Ir. Siti, M. Kes. Nasrudin, Drs. Harun , M.S. Novita,
Dian, S.T., M.Pd.2011. Buku Petunjuk Pratikum Kimia Fisika II.
Surabaya: UNESA. Rohman, Ijang. 2004. Common Textbook: Kimia Fisika
I. Edisi revisi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Atkina,P.W.1994.Physical Chemistry.Oxford:Oxford University Press.
id.wikipedia.org
LAMPIRAN
Fenol dan air sebelum penambahan
Larutan saat panas, menjadi jernih dan hanya 1 fasa
Sesaat setelah larutan didinginkan
Terbentuk 2 fasa larutan kembali (larutan keruh)
Larutan masih mengalami perubahan sampai pada 12mL penambahan
fenol (tabung A) dan aquades (tabung B)