Top Banner
Kidun g Sunda Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Pertengahan berbentuk tembang (syair) dan kemungkinan besar berasal dari Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tak memiliki nama. Namun patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit (baca orang Jawa). Kemudian terjadi perang besar-besaran di Bubat, pelabuhan di mana orang-orang Sunda mendarat. Dalam peristiwa ini orang Sunda kalah dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri. Versi kidung Sunda Seorang pakar Belanda bernama Prof Dr. C.C. Berg, menemukan beberapa versi KS. Dua di antaranya pernah dibicarakan dan diterbitkannya: 1. Kidung Sunda 2. Kidung Sundâyana (Perjalanan (orang) Sunda) Kidung Sunda yang pertama disebut di atas, lebih panjang daripada Kidung Sundâyana dan mutu kesusastraannya lebih tinggi dan versi iniliah yang dibahas dalam artikel ini. Ringkasan Perhatian: Bagian di bawah ini mungkin akan membeberkan isi cerita atau akhir kisahnya. Di bawah ini disajikan ringkasan dari Kidung Sunda. Ringkasan dibagi per pupuh. Pupuh I Hayam Wuruk, raja Majapahit ingin mencari seorang permaisuri untuk dinikahi. Maka beliau mengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru Nusantara untuk mencarikan seorang putri yang sesuai. Mereka membawa lukisan-lukisan kembali, namun tak ada yang menarik hatinya. Maka prabu Hayam Wuruk mendengar bahwa putri Sunda cantik dan beliau mengirim seorang juru lukis ke sana. Setelah ia kembali maka diserahkan lukisannya. Saat itu kebetulan dua orang paman prabu Hayam Wuruk, raja Kahuripan dan raja Daha berada di sana hendak menyatakan rasa keprihatinan mereka bahwa keponakan mereka belum menikah. Maka Sri Baginda Hayam Wuruk tertarik dengan lukisan putri Sunda. Kemudian prabu Hayam Wuruk menyuruh Madhu, seorang mantri ke tanah Sunda untuk melamarnya. Madhu tiba di tanah Sunda setelah berlayar selama enam hari kemudian menghadap raja Sunda. Sang raja senang, putrinya dipilih raja Majapahit yang ternama tersebut. Tetapi putri Sunda sendiri tidak banyak berkomentar. Maka Madhu kembali ke Majapahit membawa surat balasan raja Sunda dan memberi tahu kedatangan mereka. Tak lama kemudian mereka bertolak disertai banyak sekali iringan. Ada dua ratus kapal kecil dan jumlah totalnya adalah 2.000 kapal, berikut kapal-kapal kecil.
21

Kidung Sunda.doc

Jan 11, 2016

Download

Documents

Putrie Khoirina
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kidung Sunda.doc

Kidung Sunda Kidung Sunda adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Pertengahan berbentuk tembang (syair) dan kemungkinan besar berasal dari Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu Hayam Wuruk dari Majapahit yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tak memiliki nama. Namun patih Gajah Mada tidak suka karena orang Sunda dianggapnya harus tunduk kepada orang Majapahit (baca orang Jawa). Kemudian terjadi perang besar-besaran di Bubat, pelabuhan di mana orang-orang Sunda mendarat. Dalam peristiwa ini orang Sunda kalah dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri. Versi kidung Sunda

Seorang pakar Belanda bernama Prof Dr. C.C. Berg, menemukan beberapa versi KS. Dua di antaranya pernah dibicarakan dan diterbitkannya:

1. Kidung Sunda2. Kidung Sundâyana (Perjalanan (orang) Sunda)

Kidung Sunda yang pertama disebut di atas, lebih panjang daripada Kidung Sundâyana dan mutu kesusastraannya lebih tinggi dan versi iniliah yang dibahas dalam artikel ini.

Ringkasan

Perhatian: Bagian di bawah ini mungkin akan membeberkan isi cerita atau akhir kisahnya.

Di bawah ini disajikan ringkasan dari Kidung Sunda. Ringkasan dibagi per pupuh.

Pupuh I

Hayam Wuruk, raja Majapahit ingin mencari seorang permaisuri untuk dinikahi. Maka beliau mengirim utusan-utusan ke seluruh penjuru Nusantara untuk mencarikan seorang putri yang sesuai. Mereka membawa lukisan-lukisan kembali, namun tak ada yang menarik hatinya. Maka prabu Hayam Wuruk mendengar bahwa putri Sunda cantik dan beliau mengirim seorang juru lukis ke sana. Setelah ia kembali maka diserahkan lukisannya. Saat itu kebetulan dua orang paman prabu Hayam Wuruk, raja Kahuripan dan raja Daha berada di sana hendak menyatakan rasa keprihatinan mereka bahwa keponakan mereka belum menikah.

Maka Sri Baginda Hayam Wuruk tertarik dengan lukisan putri Sunda. Kemudian prabu Hayam Wuruk menyuruh Madhu, seorang mantri ke tanah Sunda untuk melamarnya.

Madhu tiba di tanah Sunda setelah berlayar selama enam hari kemudian menghadap raja Sunda. Sang raja senang, putrinya dipilih raja Majapahit yang ternama tersebut. Tetapi putri Sunda sendiri tidak banyak berkomentar.

Maka Madhu kembali ke Majapahit membawa surat balasan raja Sunda dan memberi tahu kedatangan mereka. Tak lama kemudian mereka bertolak disertai banyak sekali iringan. Ada dua ratus kapal kecil dan jumlah totalnya adalah 2.000 kapal, berikut kapal-kapal kecil.

 

Page 2: Kidung Sunda.doc

Kapal jung. Ada kemungkinan rombongan orang Sunda menaiki kapal semacam ini.

Namun ketika mereka naik kapal, terlihatlah pratanda buruk. Kapal yang dinaiki Raja, Ratu dan Putri Sunda adalah sebuah “jung Tatar (Mongolia/China) seperti banyak dipakai semenjak perang Wijaya.” (bait 1. 43a.)

Sementara di Majapahit sendiri mereka sibuk mempersiapkan kedatangan para tamu. Maka sepuluh hari kemudian kepala desa Bubat datang melapor bahwa rombongan orang Sunda telah datang. Prabu Hayam Wuruk beserta kedua pamannya siap menyongsong mereka. Tetapi patih Gajah Mada tidak setuju. Beliau berkata bahwa tidaklah seyogyanya seorang maharaja Majapahit menyonsong seorang raja berstatus raja vazal seperti Raja Sunda. Siapa tahu dia seorang musuh yang menyamar.

Maka prabu Hayam Wuruk tidak jadi pergi ke Bubat menuruti saran patih Gajah Mada. Para abdi dalem keraton dan para pejabat lainnya, terperanjat mendengar hal ini, namun mereka tidak berani melawan.

Sedangkan di Bubat sendiri, mereka sudah mendengar kabar burung tentang perkembangan terkini di Majapahit. Maka raja Sunda pun mengirimkan utusannya, patih Anepakěn untuk pergi ke Majapahit. Beliau disertai tiga pejabat lainnya dan 300 serdadu. Mereka langsung datang ke rumah patih Gajah Mada. Di sana beliau menyatakan bahwa Raja Sunda akan bertolak pulang dan mengira prabu Hayam Wuruk ingkar janji. Mereka bertengkar hebat karena Gajah Mada menginginkan supaya orang-orang Sunda bersikap seperti layaknya vazal-vazal Nusantara Majapahit. Hampir saja terjadi pertempuran di kepatihan kalau tidak ditengahi oleh Smaranata, seorang pandita kerajaan. Maka berpulanglah utusan raja Sunda setelah diberi tahu bahwa keputusan terakhir raja Sunda akan disampaikan dalam tempo dua hari.

Sementara raja Sunda setelah mendengar kabar ini tidak bersedia berlaku seperti layaknya seorang vazal. Maka beliau berkata memberi tahukan keputusannya untuk gugur seperti seorang ksatria. Demi membela kehormatan, lebih baik gugur daripada hidup tetapi dihina orang Majapahit. Para bawahannya berseru mereka akan mengikutinya dan membelanya.

Kemudian raja Sunda menemui istri dan anaknya dan menyatakan niatnya dan menyuruh mereka pulang. Tetapi mereka menolak dan bersikeras ingin tetap menemani sang raja.

Pupuh II (Durma)

Maka semua sudah siap siaga. Utusan dikirim ke perkemahan orang Sunda dengan membawa surat yang berisikan syarat-syarat Majapahit. Orang Sunda pun menolaknya dengan marah dan perang tidak dapat dihindarkan.

Tentara Majapahit terdiri dari prajurit-prajurit biasa di depan, kemudian para pejabat keraton, Gajah Mada dan akhirnya prabu Hayam Wuruk dan kedua pamannya.

Pertempuran dahsyat berkecamuk, pasukan Majapahit banyak yang gugur. Tetapi akhirnya hampir semua orang Sunda dibantai habisan-habisan oleh orang Majapahit. Anepakěn dikalahkan oleh Gajah Mada sedangkan raja Sunda ditewaskan oleh besannya sendiri, raja Kahuripan dan Daha. Pitar adalah satu-satunya perwira Sunda yang masih hidup karena pura-pura mati di antara maayt-mayat serdadu Sunda. Kemudian ia lolos dan melaporkan keadaan kepada ratu dan putri Sunda. Mereka bersedih hati dan kemudian bunuh diri. Semua istri para perwira Sunda pergi ke medan perang dan melakukan bunuh diri massal di atas jenazah-jenazah suami mereka.

Pupuh III (Sinom)

Prabu Hayam Wuruk merasa cemas setelah menyaksikan peperangan ini. Beliau kemudian menuju ke pesanggaran putri Sunda. Tetapi putri Sunda sudah tewas. Maka prabu Hayam Wurukpun meratapinya ingin dipersatukan dengan wanita idamannya ini.

Setelah itu, upacara untuk menyembahyangkan dan mendoakan para arwah dilaksanakan. Tidak selang lama, maka mangkatlah pula prabu Hayam Wuruk yang merana.

Setelah beliau diperabukan dan semua upacara keagamaan selesai, maka berundinglah kedua pamannya. Mereka menyalahkan Gajah Mada atas malapetaka ini. Maka mereka ingin menangkapnya dan membunuhnya. Kemudian bergegaslah mereka datang ke kepatihan. Saat itu patih Gajah Mada sadar bahwa waktunya telah tiba. Maka beliau mengenakan segala upakara (perlengkapan) upacara dan melakukan yoga samadi. Setelah itu beliau menghilang (moksa) tak terlihat menuju ketiadaan (niskala).

Maka raja Kahuripan dan raja Daha, yang mirip “Siwa dan Buddha” berpulang ke negara mereka

Page 3: Kidung Sunda.doc

karena Majapahit mengingatkan mereka akan peristiwa memilukan yang terjadi.

Analisis

Kidung Sunda harus dianggap sebagai karya sastra, dan bukan sebuah kronik sejarah yang akurat, meski kemungkinan besar tentunya bisa berdasarkan kejadian faktual.

Secara garis besar bisa dikatakan bahwa cerita yang dikisahkan di sini, gaya bahasanya lugas dan lancar. Tidak berbelit-belit seperti karya sastra sejenis. Kisahnya memadukan unsur-unsur romantis dan dramatis yang memikat. Dengan penggunaan gaya bahasa yang hidup, para protagonis cerita ini bisa hidup. Misalkan adegan orang-orang Sunda yang memaki-maki patih Gajah Mada bisa dilukiskan secara hidup, meski kasar. Lalu Prabu Hayam Wuruk yang meratapi Putri Sunda bisa dilukiskan secara indah yang membuat para pembaca terharu.

Kemudian cerita yang dikisahkan dalam Kidung Sunda juga bisa dikatakan logis dan masuk akal. Semuanya bisa saja terjadi, kecuali mungkin moksanya patih Gajah Mada. Hal ini juga bertentangan dengan sumber-sumber lainnya, seperti kakawin Nagarakretagama, lihat pula bawah ini.

Perlu dikemukakan bahwa sang penulis cerita ini lebih berpihak pada orang Sunda dan seperti sudah dikemukakan, seringkali bertentangan dengan sumber-sumber lainnya. Seperti tentang wafat prabu Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada, penulisannya berbeda dengan kakawin Nagarakretagama.

Kemudian ada sebuah hal yang menarik, nampaknya dalam kidung Sunda, nama raja, ratu dan putri Sunda tidak disebut. Putri Sunda dalam sumber lain sering disebut bernamakan Dyah Pitaloka.

Satu hal yang menarik lagi ialah bahwa dalam teks dibedakan pengertian antara Nusantara dan tanah Sunda. Orang-orang Sunda dianggap bukan orang Nusantara, kecuali oleh patih Gajah Mada. Sedangkan yang disebut sebagai orang-orang Nusantara adalah: orang Palembang, orang Tumasik (Singapura), Madura, Bali, Koci (?), Wandan (Maluku), Tanjungpura (Banjarmasin) dan Sawakung (?) (contoh bait 1. 54 b.) . Hal ini juga sesuai dengan kakawin Nagarakretagama di mana tanah Sunda tak disebut sebagai wilayah Majapahit di mana mereka harus membayar upeti. Tapi di Nagarakretagama, Madura juga tak disebut.

Penulisan

Semua naskah kidung Sunda yang dibicarakan di artikel ini, berasal dari Bali. Tetapi tidak jelas apakah teks ini ditulis di Jawa atau di Bali.

Kemudian nama penulis tidaklah diketahui pula. Masa penulisan juga tidak diketahui dengan pasti. Di dalam teks disebut-sebut tentang senjata api, tetapi ini tidak bisa digunakan untuk menetapkan usia teks. Sebab orang Indonesia sudah mengenal senjata api minimal sejak datangnya bangsa Portugis di Nusantara, yaitu pada tahun 1511. Kemungkinan besar orang Indonesia sudah mengenalnya lebih awal, dari bangsa Tionghoa. Sebab sewaktu orang Portugis mendarat di Maluku, mereka disambut dengan tembakan kehormatan.

Beberapa cuplikan teks

Di bawah ini disajikan beberapa cuplikan teks dalam bahasa Jawa dengan alihbahasa dalam bahasa Indonesia. Teks diambil dari edisi C.C. Berg (1927) dan ejaan disesuaikan.

Gajah Mada yang dimaki-maki oleh utusan Sunda (bait 1. 66b – 1. 68 a.)

Ih angapa, Gajah Mada, agung wuwusmu i kami, ngong iki mangkw angaturana sira sang rajaputri, adulurana bakti, mangkana rakwa karěpmu, pada lan Nusantara dede Sunda iki, durung-durung ngong iki andap ring yuda.Abasa lali po kita nguni duk kita aněkani jurit, amrang pradesa ring gunung, ěnti ramening yuda, wong Sunda kagingsir, wong Jipang amburu, praptâpatih Sunda apulih, rusak wadwamu gingsir.Mantrimu kalih tinigas anama Lěs Beleteng angěmasi, bubar wadwamu malayu, anânibani jurang, amurug-murug rwi, lwir patining lutung, uwak setan pating burěngik, padâmalakw ing urip.Mangke agung kokohanmu, uwabmu lwir ntuting gasir, kaya purisya tinilar ing asu, mengkene kaharěpta, tan pracura juti, ndi sasana tinutmu gurwaning dustârusuh, dadi angapusi sang sadubudi, patitânêng niraya atmamu těmbe yen antu.

Alihbahasa:

Page 4: Kidung Sunda.doc

“Wahai Gajah Mada, apa maksudnya engkau bermulut besar terhadap kami? Kita ini sekarang ingin membawa Tuan Putri, sementara engkau menginginkan kami harus membawa bakti? Sama seperti dari Nusantara. Kita lain, kita orang Sunda, belum pernah kami kalah berperang.

Seakan-akan lupa engkau dahulu kala, ketika engkau berperang, bertempur di daerah-daerah pegunungan. Sungguh dahsyat peperangannya, diburu orang Jipang. Kemudian patih Sunda datang kembali dan bala tentaramu mundur.

Kedua mantrimu yang bernama Lěs dan Beleteng diparang dan mati. Pasukanmu bubar dan melarikan diri. Ada yang jatuh di jurang dan terkena duri-duri. Mereka mati bagaikan kera, siamang dan setan. Di mana-mana mereka merengek-rengek minta tetap hidup.

Sekarang, besar juga kata-katamu. Bau mulutmu seperti kentut jangkrik, seperti tahi anjing. Sekarang maumu itu tidak sopan dan berkhianat. Ajaran apa yang kau ikuti selain engkau ingin menjadi guru yang berdusta dan berbuat buruk. Menipu orang berbudi syahdu. Jiwamu akan jatuh ke neraka, jika mati!”

Raja Sunda yang menolak syarat-syarat Majapahit (bait 2.69 – 2.71)

[...], yan kitâwĕdîng pati, lah age marĕka, i jĕng sri naranata, aturana jiwa bakti, wangining sĕmbah, sira sang nataputri.Wahu karungu denira sri narendra, bangun runtik ing ati, ah kita potusan, warahĕn tuhanira, nora ngong marĕka malih, angatĕrana, iki sang rajaputri.Mong kari sasisih bahune wong Sunda, rĕmpak kang kanan keri, norengsun ahulap, rinĕbateng paprangan, srĕngĕn si rakryan apatih, kaya siniwak, karnasula angapi.

Alihbahasa:

[...], jika engkau takut mati, datanglah segera menghadap Sri Baginda (Hayam Wuruk) dan haturkan bukti kesetianmu, keharuman sembahmu dengan menghaturkan beliau sang Tuan Putri.

Maka ini terdengar oleh Sri Raja <Sunda> dan beliau menjadi murka: “Wahai kalian para duta! Laporkan kepada tuanmu bahwa kami tidak akan menghadap lagi menghantarkan Tuan Putri!”

“Meskipun orang-orang Sunda tinggal satu tangannya, atau hancur sebelah kanan dan kiri, tiada akan ‘silau’ beta!”. Sang Tuan Patih juga marah, seakan-akan robek telinganya mendengarkan (kata-kata pedas orang Majapahit).

Prabu Hayam Wuruk yang meratapi Putri Sunda yang telah tewas (bait 3.29 – 3. 33)

Sireñanira tinañan, unggwani sang rajaputri, tinuduhakěn aneng made sira wontěn aguling, mara sri narapati, katěmu sira akukub, perěmas natar ijo, ingungkabakěn tumuli, kagyat sang nata dadi atěmah laywan.Wěněsning muka angraras, netra duměling sadidik, kang lati angrawit katon, kengisning waja amanis, anrang rumning srigading, kadi anapa pukulun, ngke pangeran marěka, tinghal kamanda punyaningsun pukulun, mangke prapta angajawa.Sang tan sah aneng swacita, ning rama rena inisti, marmaning parěng prapta kongang mangkw atěmah kayêki, yan si prapta kang wingi, bangiwen pangeraningsun, pilih kari agěsang, kawula mangke pinanggih, lah palalun, pangdaning Widy angawasa.Palar-palarěn ing jěmah, pangeran sida kapanggih, asisihan eng paturon, tan kalangan ing duskrěti, sida kâptining rawit, mwang rena kalih katuju, lwir mangkana panapanira sang uwus alalis, sang sinambrama lěnglěng amrati cita.Sangsaya lara kagagat, pětěng rasanikang ati, kapati sira sang katong, kang tangis mangkin gumirih, lwir guruh ing katrini, matag paněděng ing santun, awor swaraning kumbang, tangising wong lanang istri, arěrěb-rěrěb pawraning gělung lukar.

Alihbahasa:

Maka ditanyalah dayang-dayang di manakah gerangan tempat Tuan Putri. Diberilah tahu berada di tengah ia, tidur. Maka datanglah Sri Baginda, dan melihatnya tertutup kain berwarna hijau keemasan di atas tanah. Setelah dibuka, terkejutlah sang Prabu karena sudah menjadi mayat.

Pucat mukanya mempesona, matanya sedikit membuka, bibirnya indah dilihat, gigi-giginya yang tak tertutup terlihat manis, seakan menyaingi keindahan sri gading. Seakan-akan ia menyapa: “Sri Paduka, datanglah ke mari. Lihatlah kekasihnda (?), berbakti, Sri Baginda, datang ke tanah Jawa.

Yang senantiasa berada di pikiran ayah dan ibu, yang sangat mendambakannya, itulah alasannya mereka ikut datang. Sekarang jadinya malah seperti ini. Jika datang kemarin dulu, wahai Rajaku, mungkin <hamba> masih hidup dan sekarang dinikahkan. Aduh

Page 5: Kidung Sunda.doc

sungguh kejamlah kuasa Tuhan!

Mari kita harap wahai Raja, supaya berhasil menikah, berdampingan di atas ranjang tanpa dihalang-halangi niat buruk. Berhasillah kemauan bapak dan ibu, keduanya.” Seakan-akan begitulah ia yang telah tewas menyapanya. Sedangkan yang disapa menjadi bingung dan merana.

Semakin lama semakin sakit rasa penderitaannya. Hatinya terasa gelap, beliau sang Raja semakin merana. Tangisnya semakin keras, bagaikan guruh di bulan Ketiga*, yang membuka kelopak bunga untuk mekar, bercampur dengan suara kumbang. Begitulah tangis para pria dan wanita, rambut-rambut yang lepas terurai bagaikan kabut.

*Bulan Ketiga kurang lebih jatuh pada bulan September, yang masih merupakan musim kemarau. Jadi suara guruh pada bulan ini merupakan suatu hal yang tidak lazim.

Referensi

C.C. Berg, 1927, ‘Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen’. BKI 83: 1 – 161.

C.C. Berg, 1928, Inleiding tot de studie van het Oud-Javaansch (Kidung Sundāyana). Soerakarta: De Bliksem.

Sri Sukesi Adiwimarta, 1999, ‘Kidung Sunda (Sastra Daerah Jawa)’, Antologi Sastra Daerah Nusantara, kaca 93-121. Jakarta: Yayasan Obor. ISBN 979-461-333-9

P.J. Zoetmulder, 1983, Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan. (hal. 528-532)

Wikipedia Indonesia

Bahasa Sunda Bahasa Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya, bahasa Sunda dituturkan di kawasan selatan provinsi Banten, sebagian besar wilayah Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin berkurang), dan melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah.

Dialek bahasa Sunda

Peta Linguistik Bahasa Sunda

Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda juga beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah:

Dialek Barat Dialek Utara Dialek Selatan Dialek Tengah Timur Dialek Timur Laut

Page 6: Kidung Sunda.doc

Dialek Tenggara

Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.

Sejarah dan penyebaran

Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah Tatar Sunda. Namun bahasa Sunda juga dipertuturkan di Jawa Tengah. Di Jawa Tengah bahasa Sunda terutama dituturkan di kabupaten Brebes dan Cilacap. Terutama banyak nama-nama tempat di Cilacap ini yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu dan sebagainya. Ironisnya nama Cilacap banyak yang menentang bahwa ini merupakan nama Sunda. Mereka berpendapat bahwa nama ini merupakan nama Jawa yang "disundakan". Sebab pada abad ke-19, nama ini seringkali ditulis sebagai "Clacap".

Selain itu menurut beberapa pakar, konon bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah.

Fonologi

Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (œ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya di tulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.

Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.

Undak-usuk

Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda - terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.

Tempat

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda

(normal)Bahasa Sunda(sopan/lemes)

di atas .. di luhur .. di luhur ..

di belakang .. di tukang .. di pengker ..

di bawah .. di handap .. di handap ..

di dalam .. di jero .. di lebet ..

di luar .. di luar .. di luar ..

di samping .. di samping .. di gigir ..

di antara ..dan ..

di antara ..jeung ..

di antawis ..sareng ..

Waktu

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda

(normal)Bahasa Sunda(sopan/lemes)

sebelum saacan sateuacan

sesudah sanggeus saparantos

ketika basa nalika

Lain Lain

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda

(normal)Bahasa Sunda(sopan/lemes)

Dari tina tina

Page 7: Kidung Sunda.doc

Carita Purnawijaya Carita Purnawijaya atau dalam bahasa Belanda Poernawidjaja’s hellevaart of de volledige  verlossing[1] adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Sunda Kuna. Cerita ini mengenai perjalanan tokoh utama atau protagonis cerita, Purnawijaya ke neraka.

Naskah teks

Cerita ini terwariskan pada dua naskah manuskrip daun palem yang ditulisi dengan aksara Sunda Kuna dan sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional; kropak 413 dan kropak 423. Kedua naskah daun palem ini diperkirakan berasal dari abad ke-17 Masehi dan sekarang berada dalam kondisi memperihatinkan.

Kropak 413 merupakan sebuah naskah kecil berukuran 14 x 2 cm dan terdiri atas 39 lempir (lembar). Naskah lontar ini kemungkinan besar dahulukala merupakan sebuah jimat. Naskah ini lebih tua dan lebih baik kondisinya.

Sedangkan kropak 423 merupakan sebuah naskah nipah berukuran 30 x 3,5 cm dan terdiri atas 35 lempir. Naskah nipah ini kondisi sudah sangat memprihatinkan. Banyak lempir yang rusak, berlubang dan berceruk. Teksnya juga banyak yang korup atau rusak. Naskah ini lebih muda daripada yang sebelumnya.

Pleyte menyatakan bahwa naskah tertua, yaitu kropak 413 ditulis oleh salah seorang siswa Kyai Raga. Tokoh ini adalah ketua kabuyutan atau pertapaan di mana naskah-naskah ini ditemukan. Kabuyutan Kyai Raga terletak di lereng gunung Sri Manganti atau sekarang disebut dengan nama Cikuray. Gunung ini terletak di sebelah timur wilayah kebudayaan Sunda.

Isi teks

Teks ini menceritakan tentang perjalanan Purnawijaya, sang protagonis, ke neraka. Purnawijaya dalam cerita ini diajari panjang lebar oleh sang Dewa Utama mengenai akibat dari perbuatan jahat. Setelah itu sang Purnawijaya diajak untuk datang ke neraka dan melihat bagaimana orang-orang berdosa disiksa. Lalu Purnawijaya bertanya kepada Yamadipati, kepala neraka untuk mengakhiri penyiksaan ini. Maka Yamadipati berkata bahwa mereka di sini karena perbuatan buruk mereka ketika mereka hidup dan mereka bisa reinkarnasi pada kehidupan selanjutnya. Selain itu Purnawijaya mendapatkan pengajaran pula.

Hubungan dengan teks lain

Carita Purnawijaya ini merupakan sebuah gubahan teks Jawa Kuna yang berjudulkan Kuñjarakarna. Cerita ini mengenai sang Kuñjarakarna, seorang yaksa (sejenis raksasa) yang bertapa karena ingin menebus dosanya. Cerita Sunda Kuna ini berbeda secara signifikan dari cerita Jawa Kuna ini. Di mana cerita Jawa Kuna ini terdiri dari dua bagian dan merupakan sebuah cerita yang bernafaskan agama Buddha, karakter Buddhis pada cerita Sunda Kuna ini sudah hilang sama sekali. Lalu cerita Sunda ini hanya terdiri dari satu bagian saja.

Dua bagian cerita Kuñjarakarna ini ialah perjalanan Kuñjarakarna ke neraka. Kuñjarakarna bertapa dan mendapatkan berkah dari Wairocana atau sang Buddha untuk bisa melihat neraka. Di sana ia melihat bagaimana orang-orang berdosa disiksa. Lalu ia melihat sebuah ketel besar di mana orang-orang berdosa ini direbus. Lalu ia melihat sebuah ketel baru yang sedang disiapkan, ternyata ketel ini diperuntukkan untuk Purnawijaya. Purnawijaya adalah sahabat karib Kuñjarakarna yang akan meninggal dalam waktu beberapa hari. Kuñjarakarna terkejut dan meminta kepada sang Buddha apakah ia bisa memperingatkan kawannya. Oleh sang Buddha ia diperbolehkan, namun Purnawijaya tidak boleh menghindari hukuman. Meskipun begitu hukumannya diperpendek, dari 100 tahun menjadi sepuluh hari. Setelah masa ini berlalu, Purnawijaya diperkenankan kembali ke bumi dan kembali ke istrinya, Kusumagandhawati. Lalu cerita berakhir dengan Kuñjarakarna dan Purnawijaya dan bersama-sama bertapa samadi di lereng gunung Semeru.

Bahwa teks Sunda Kuna ini memiliki hubungan erat dengan teks Jawa Kuna Kuñjarakarna, bukanlah sebuah kebetulan. Sebab naskah tertua Kuñjarakarna yang memuat teks Jawa ini, dan yang sekarang disimpan di perpustkaan Universitas Leiden sebagai Naskah Leiden Or 2266 diperkirakan oleh para pakar berasal dari Jawa Barat.

Perbandingan teks Sunda Kuna - Jawa Kuna

Tidak bisa dipungkiri bahwa teks Sunda ini berdasarkan teks Jawa Kuna. Pada beberapa fragmen, teks Sunda ini sangat mirip dengan teks Jawa, bahkan pada tingkat kata-kata. Di bawah ini disajikan perbandingan antara teks Sunda dan Jawa pada sebuah adegan beserta dengan terjemahannya. Ejaan teks Jawa ini sudah disesuaikan.

Page 8: Kidung Sunda.doc

Terjemahan Sunda Kuna[2] Jawa Kuna[3] Terjemahan

tan asuwé ring awan, Maka tak lama mereka berada di jalan

Maka sampai di bumi bawah tujuannya adalah sebuah daerah, yang menyala dan berbara. Hal ini sulit dipadamkan. Gerbangnya lebih dari satu depa sedangkan jalannya masing-masing setengah depa dan dilingkari oleh pemukiman. Pemukiman ini melingkari jalan. Pintunya berpanel besi dan ditutup dengan tembaga serta memiliki laci perak dan kunci emas ...

manggihkeun bumi patala, si dona désa ma (?), murub muncar pakatonan, dipareuman hanteu meunang, dorana leuwih sadeupa, jalanna sadeupa sisih, jalan kakurung ku lembur, lembur kakuning ku jalan, pantona kowari beusi, dipeundeutan ku tambaga, dilorongan ku salaka, kuncina heunteung homas, ...

dhateng ta ya ring bumipata<l>a, hana ta ya srijati dumilah sadakala lonya sêndriya, sêndriya ngaranya, sôlih ing mata tumingal, hana ta babahan kapanggiha denira sang Kuñjarakarna, inĕbnya tambaga, lereganya salaka, tuwin ku<ñ>cinya mas,

Dan sampailah di dunia bawah. Maka adalah sebuah pohon jati yang senantiasa menyala. Tebal batangnya satu indera. Maksudnya hanya satu pemandangan mata. Lalu sang Kuñjarakarna melihat panelnya dari tembaga, lacinya dari perak, dan kuncinya dari emas.

ta<m>bak lalénya w<e>si, ikang hawan sad<e>pa saroh lonya,

temboknya dari besi, jalannya selebar satu depa dan satu roh

[jalannya] diratakan dengan tahi, tahi sapi muda

dikamrata ku tahina, tahi lembu kanéjaan

inurap rinata-rata ginomaya ring tahining le<m>bu kanya,

dibersihkan, diratakan dan dibersihkan dengan tinja sapi perawan betina

dan diberi tangga baja. ditatanggaan maléla

Ditanami dengan andong merah, katomas dan panéjaan, bunga waduri dan bunga jayanti. Selain siratu bancana yang sedang berkembang indah. Selain ditebari pula dengan bunga tabur sepanjang pohon nagasari (?) yang dijadikan harum oleh bermacam-macam parfum. Sehingga menjadi terciumlah harumnya asap dupa

ditanjuran ku handong bang, katomas deung panéjaan, waduri kembang jayanti, sekar siratu bancana, eukeur meujeuh branang siang, dihauran kembang ura, dija ... kembang pupolodi, didupaan ruruhuman, dadi wangi haseup dupa, mrebuk aruhum …

tinaneman ta ya handong bang, kayu puring, kayu masedhang asinang, winoran asep dupa, mrabuk arum ambunika sinawuran kembang ura, pinujan kembang pupungon,

diberi tanaman andong merah, puring dan pohon-pohon yang sedang berbunga harum. Berbaurlah dengan asap dupa, harum semerbuk dan ditebar dengan bungan sebaran. Bunga-bunga yang sedang berkembang diberikan sebagai kehormatan

ya ta matanyan maruhun-ruhunan ikang watek papa kabèh winalingnya

itulah sebab para orang berdosa berbondong-bondong semua. Salah pikiran mereka,

permulaan jalan ke sorga.

jalan kawit i sorgaan dalan maring swarga ri hidhepnya

dikira jalan menuju ke sorga.

Catatan kaki

1. ^ Judul pada publikasi Pleyte tahun 1914. Judul ini secara harafiah berarti “Perjalanan Purnawijaya ke neraka atau moksa total”

2. ^ Teks Sunda Kuna diambil dari Noorduyn dan Teeuw (2006:9).

3. ^ Teks diambil dari Van der Molen (1983:148). Ejaan teks disesuaikan dengan ejaan teks bahasa Sunda Kuna.

Daftar pustaka

(nl) W. van der Molen, 1983, Javaanse tekstkritiek, Leiden:KITLV. VKI 102 (en) J. Noorduyn and A. Teeuw, 2006, Three Old Sundanese poems, Leiden: KITLV.

Bibliotheca Indonesia 29

(nl) (su) C.M. Pleyte, 1914, 'Poernawidjaja's hellevaart, of de volledige verlossing.Vierde bijdrage tot de kennis van het oude Soenda.' Tijdschrift Bataviaasch Genootschap 56:365-441.

Page 9: Kidung Sunda.doc

 Sumanget Jangkrik User Rating:  / 3

Basajan Pangalusna Ditulis ku Om Teddy Widara    Kemis, 19 Pebruari 2009 Dina hiji waktu jangkrik-jangkrik kumpul di sisi leuweung. Maranehna silih  curhat  mudalkeun  eusi hate. Aya nu ngadongengkeun harga BBM naek,  aya  oge  nu  keur  pusing mikiran budakna nu keur gering teu kabeuli  ubar... Cunah ceuk tukang obat dolarna luhur keneh. Padahal dolar geus turun oge da embungeun milu turun hargana teh.

Ari  jangkrik  nonoman  ngan  mikiran  harga udud nu teu turun-turun sedengken  beuki  dieu  kabutuhan  udud  beuki  ngalobaan. Teu cukup sabungkus.  Katambah  biaya  minyak  seungit  jeung mahugi lamun rek apel.

Aya  golongan jangkrik nu katampona teh anteng wae teu pusing. Malah maranehna teh kalahkah asik nyieunan stiker. Aralus stikerna kelirna rupa-rupa.  Tulisanna:  "Hoy..!  Bangsa  Jangkrik  Hudang, euy" kitu tulisanna  teh  aya  deui  tulisan  nu eusina: "Sakali Jangrik tetep Jangkrik.   Hidup  bangsa  JANGKRIK..!"  terus  nu  hiji  deui  keur mungkusan stiker nu tulisanna: "JANGKRIK Inside".

Salah  sahiji  jangkrik  nu  kolot  ngadeukeutan  nu keur mungkusan stiker bari nanya.

"Jang, alus euy stiker teh. Keur naon ieu teh?"

"Keur  ditapelkeun  dina  panto, Bah! Ieu bah sok tapelkeun, nya!" jawab jangkrik bari nyodorkeun salambar.

"Alus, euy. Naon maksudna ieu teh?"

"Taroskeun we kaditu, tuh.." tembalna bari nunjuk ka jangkrik kalung ngora  nu  pangawakanna  tegep  keur  maca  buku SBJs (Sajak, Banyol Jangkrik salawasna).

"Jang Anom nu kasep, keur naon ilaing teh?"

"Eh..  Abah..  Ieu, bah nuju maca... Rame, Bah.. tulisan dulur urang di  pangumbaraan.  Aya  sajak jeung banyol. Bade peryogi naon, Bah?" tembalna bangun daria.

"Ieu  Abah  di  bere  stiker ku si ujang itu tuh.. Abah hayang nyaho naon  maksudna?"

Si Jangkrik ngora nu memang mangrupakeun pilot project-na, ngarenghap heula.

"Ngahaja sim kuring jeung babaturan hayang ngamajukeun bangsa jangkrik. Da goreng-goreng teh urang mangrupakeun  hiji seler leuweung nu minabanda pangabisa jeung seler leuweung lianna."

"Geuningan make nyieun nu kieu sagala? Olok kejo... Nyaho urang teh keur  seuseut  hirup.  hayoh  kalahkah nyieunan nu kawas kieu. Da nu kieu mah teu bisa di dahar."

"Kieu  Abah  Jangkrik.  Maksud  sim  kuring  saparakanca  teh hayang ngahudangkeun  sumanget  hirup  dulur-dulur  urang.  Sabenerna hirup seuseut  teh  bisa  disanghareupan  mun  urang  gede hate jeung gede sumanget. Lantaran salila ieu urang teh seuseut hirup lain wae urang pedah bodo. Sajaba  ti eta kulantaran seler Jangkrik eleh sumanget jeung  seler  sejenna.  Pedah seler urang mah ngan ukur bisa disada, padahal  ukur  disada wae  oge sugan jeung sugan bisa ngaronjatkeun wiwaha  seler.  Ulah  urang  teh diwowoy terus ku seler maung ceunah ceuk manehna seler urang teh sorana alus, kalem, terus we urang teh dilalaworakeun  nu ahirna dina ilubiung kahirupan leuweung urang teh ngan  ukur  kabagean  sesa.  Ari  bukurna geus tampur ludes ku seler manuk,  peucang,  kadal, jeung  nu pang sangklengna eta beurit. Tah ayeuna dina raraga ngahudangkeun sumanget sina dina wowoyan, nya sim kuring teh nyieun nu kieu.  Sabenerna  lain  stiker  wae,  Bah.

Page 10: Kidung Sunda.doc

Diantarana  nyitak  buku SBJs.  Nu  eusina  sagala rupa sajak jeung banyol.  Malah  aya  dulur  urang  di wewengkon sejen nu geus nyieun pabukon, nu buku-bukuna meunang mere ti dulur-dulurna keneh."

"Terus biayana ti mana?"

"Biayana  nya  sim  kuring  saparakanca  ngumpulkeun  dina kencleng. Sapalih kanggo nyitak buku, sapalihna deui kanggo ngadamel stiker. Engke  dibagikeun  bari  digantian ku artos. Mun nu boga duit leuwih hadena nyokot rada loba. Bagikeun kanu kira-kira kurang mampu. Sina hudang sumangetna..!"

"Hmmm...  kitu, Jang? Abah satuju, lah mun kitu mah... Abah ge puguh aya  kerep  hayang  siga  kitu  seler jangkrik teh teu tinggaleun ku seler leuweung lianna. Komo tah ka si Beurit, nu sok puak-paok duit anggaran leuweung."

"Tah sugan mun urang bisa hudang deui sumangetna, sora urang teh teu ukur disada pasosore nu jadi papaes leuweung.  Tapi  bisa jadi ngusiran beurit-beurit nu sangkleng."

"Mudah-mudahan, Jang. Tah Abah menta deui stiker jeung bukuna. Abah ngan  mawa duit sakieu, yeuh. Kira-kira meunang sabaraha siki? Engke urang  bikeunan  ka  jangkrik-jangkrik  nu  teu  bogaeun buku." Abah Jangkrik bari nyodorkeun duit 900 rebu.

Teu  lila  nuturkeun baladna si Abah jangkrik, salah sarebu jangkrik ti Ciamis hayang nyaho kana obrolan meuni katempo asik pisan. Barang diobrolkeun  deui. Manehna oge kataji kana maksud stiker jeung buku. Tungtungna  Jangkrik  Ciamis  teh  kusiwel ngaluarkeun duit 850 rebu miluan "menta" buku.

Ti saprak  harita  ampir unggal imah jangkrik napel stiker. Jeung teu loba  nu  resep  kana  bacaan  SBJs. Sababaraha taun ti harita seler Jangkrik  jadi  hudang  sumangetna.  Jangkrik-jangkrik  ayeuna  geus motekar.  Teu saeutik jangkrik-jangkrik sarakola ka Babakan USA, aya oge nu muka usaha di Bojong RUSIA. Nu jaradi dosen. Wah pokona edun lah.

Ayeuna  sora  jangkrik  teh  geus bisa nyingsieunan beurit-beurit nu bareuki  maokan  duit  anggaran  leuweung. Teu saeutik beurit-beurit arasuk bui alatan jangkrik.  Kanyaah Indung - Bapa User Rating:  / 3

Basajan Pangalusna Ditulis ku Kebo Hideung    Juma'ah, 28 September 2007 Gubrag ka alam dunya, kocéak dengékna jéntré meupeuskeun jemplingna peuting.Disanggap ku cireumbay kabungah nu jadi kolot.Renghap-ranjugna indung nu ngalahirkeun,Kahariwangna Bapa anu teu aya watesnaKaubaran ku ngagoakna ceurik kuring.

Belenyéhna seuri kuring matak gumbira anu jadi kolot,Réngkak polahna kuring jadi bahan gogonjakan anu jadi kolot.Waktu kuring nandangan lara kolot kuring bingung anu teu aya hinggana,Teu kuat ngabendung kabingung indung kuring nyegruk ceurik.Ningali kuring kasampak gering bapa kuring ngahelas bangun nalangsa, nalangsa pinuh ku kanyaah.

Basa kuring geus jadi nonoman, teu saeutik kuring boga masalahKasaha deui mun teu ka kolot kuring, kuring ngaduBapa kuring anu ngabébérés masalah kuringIndung kuring anu ngupahan rasa kasedih kuring

Page 11: Kidung Sunda.doc

Ayeuna kuring geus gedéAyeuna kolot kuring geus rarempoAsa can pernah kuring mulang tarimaNu aya ngan ngaririweuh jeung méré kapusing anu jadi kolot

Boh indung kuring atawa bapa kuringDugi ka ayeuna kanyaahna teu pegat-pegatKajeun jauh ditungtung lemburKajeun anggang ti pakaranganKanyaah indung bapa kuring tetep pageuh teu aya watesna

Duh... Ema, Bapa hampura kuringkuring teu acan tiasa mulang tarima kanu jadi kolot

Kanyaah Indung - Bapa User Rating:  / 3

Basajan Pangalusna Ditulis ku Kebo Hideung    Juma'ah, 28 September 2007 Gubrag ka alam dunya, kocéak dengékna jéntré meupeuskeun jemplingna peuting.Disanggap ku cireumbay kabungah nu jadi kolot.Renghap-ranjugna indung nu ngalahirkeun,Kahariwangna Bapa anu teu aya watesnaKaubaran ku ngagoakna ceurik kuring.

Belenyéhna seuri kuring matak gumbira anu jadi kolot,Réngkak polahna kuring jadi bahan gogonjakan anu jadi kolot.Waktu kuring nandangan lara kolot kuring bingung anu teu aya hinggana,Teu kuat ngabendung kabingung indung kuring nyegruk ceurik.Ningali kuring kasampak gering bapa kuring ngahelas bangun nalangsa, nalangsa pinuh ku kanyaah.

Basa kuring geus jadi nonoman, teu saeutik kuring boga masalahKasaha deui mun teu ka kolot kuring, kuring ngaduBapa kuring anu ngabébérés masalah kuringIndung kuring anu ngupahan rasa kasedih kuring

Ayeuna kuring geus gedéAyeuna kolot kuring geus rarempoAsa can pernah kuring mulang tarimaNu aya ngan ngaririweuh jeung méré kapusing anu jadi kolot

Boh indung kuring atawa bapa kuringDugi ka ayeuna kanyaahna teu pegat-pegatKajeun jauh ditungtung lemburKajeun anggang ti pakaranganKanyaah indung bapa kuring tetep pageuh teu aya watesna

Duh... Ema, Bapa hampura kuringkuring teu acan tiasa mulang tarima kanu jadi kolot

Nyaleg User Rating:  / 2

Basajan Pangalusna Ditulis ku Syam Ridwan    Salasa, 17 Pebruari 2009

Page 12: Kidung Sunda.doc

Teu kasawang tianggalna bakal jadi tukang goong, da baheula mah cita-cita teh mokaha, mun teu jadi dokter nya jadi persiden. Heueuh lain nek ngarasula, ngan sok ngananaha kanasib sorangan,asa bet kieu kieu teuing. Pek we bayangkeun, kaayaan jaman kiwari,nu boga gajih matuh ge sok kadenge ngangluh, komo deui kuring, tukang goong, kadang sabulan campleng bolostrong teu manggung manggung, atuh nyamos! Balukarna dapur caneom, sungut pamajikan unggal poe nyuredak kawas keong racun.

"Enjum sing nalipak maneh siah! Piraku maneh nek nyaleg?" Mitoha pepedengkreng nyampeurkeun. Kuring ngabetem, geus kapikir samemehna,ancrub ka dunya pulitik mah lir ancrub ka kawah candradimuka,silih gitik silih segag loba saingan. Teu jauh jauh, contona mitoha, pan sakuduna mah nu jadi mitoha teh ngadukung kana karir kuring dina widang perpulitikan, ieu mah sabalikna, mun panggih kawas musuh gerot wae. Kituna mah pantes sasatna mitoha jeung kuring teh pan beda pamadegan, beda partey, kuring aktifis partey 'rudet hate' sedengkeun mitoha kokojo partey 'nalangsa'.

"Yeuh geus boga modal sabaraha bet hayang nyaleg, nek nyaingan dewek?" Kadenge sungut mitoha ngorompyang deui. Kuring tetep ngabetem, percumah uab ge, kuriak ngajak debat kusir, ngabanding bandingkeun visi jeung misi partey manehna,ceuk pangrasana asa pangalusna, asa pangheueuhna. Rumasa kuring mah ngilu nyaleg teh ngan ukur modal panakol goong diembohan ku niat nu hade,lain pedah kabrongbroy ku beja pajarkeun lamun geus sukses dunya pulitik teh lir ibarat di sawarga sokawana, diugung ugung lir pangagung, dihormat hormat lir kamenak, sur sor marere upeti, cenah aya uang gravitasi,aya uang kunjungan,aya uang jabatan, uang reses, ah meureun mun diwadahan terus dihijikeun jeung gajih sabulan meureun aya sapipitieun mah. Enyaan daek burut salelembur,lain eta motipasi kuring hayang nyaleg teh, estu murni hayang ngabelaan wong cuelik. "Teu percaya? Belah sajah Dadahku!"

Ngadenge janji janji manis kuring, Ibro si tukang rebab batur sapanayagaan,teu sirikna croh nyiduh, saeutik ge manehna teu percaya kana omongan kuring tadi. Kituna mah pantes sasatna manehna kungsi dikuciwakeun ku kuring,balukarna nepika kaayeuna sok neuteuli wae, masalahna mah teu pira pedah bedo dipangneangankeun jodo. Heueuh da si eta mah sok tara kira kira, boga rupa lir kembaran sicepot, mun direndengkeun jeung si cepot sok keder, mana si cepot mana manehna.  Hiji mangsa manehna meredih ka kuring nitah pangneangkeun bikang, keun wae cenah kawas Dian Sastro ge. Geus kaditu kadieu weleh teu manggih, antukna ditawaran Nyi Icih, sikasebelan teh mumul, pajarkeun era ngiringkeunana. Abong lalaki sok hayang nu leuwih,jeung sok pinter kodek, tapi salutlah ka sieta teh salut ku pedena, ari pokna teh ulah jadi lalaki ari teu pede mah.

Dipikir-pikir pan kuring ge nyaleg teh modal pede tea, gelar teu boga, modal teu boga,propesi ge ngan ukur jadi tukang goong, teu cara mitoha gelar ngaderet tukang hareup, potona oge reuteum dimana mana, ditihang listrik aya, dina dahan aya, dialun alun ngajeblag, saprak nyaleg paromana ngadadak marahmay,unggal nu panggih diajak seuri. malah sakeudeung deui cenah nek masang iklan ditipi,kabeh disebutan, dijadikeun baladna, patani baladna, padagang baladna,nalayan oge baladna, nu teu kasebut teh ngan hiji, tukang goong.

Najan poto kuring teu reuteum, najan teu nyieun baliho, komo masang iklan mah da eungap, tapi sakali wae kuring nihtirkeun goong wanci tengah peuting, pasti saeusi lembur harudang, pasti saeusi lembur bakal arapal, yen si enjum sikumis jekrem calon kuat partey rudet hate. Tah eta karek nihtirkeun goong dilembur, kumaha mun nihtirkeun goong diluheureun monas, pasti ibur salelembur ear sajajagat, unggal stasiun tipi ngaliput,unggal koran jadi headline, jadi iklan haratis. Enjum tea, moal sapati pati wani ancrub ka pulitik mun teu boga taktak, taktik jeung licik. Hidup Enjum! Hidup tukang goong! Hidup partey 'rudet hate'!

Logika Si Kabayan User Rating:  / 3

Basajan Pangalusna Ditulis ku Ganjar Kurnia    Salasa, 09 Desember 2008

Page 13: Kidung Sunda.doc

Dina hija waktu, si Kabayan luha - loho ka warung. Manehna nanya ka anu jaga warung, "Coca Cola sabaraha hargana?"

"Tilu rebu," jawab nu jaga.

"Cik meuli hiji!" ceuk si kabayan.Keur kitu si Kabayan ningali aya Fanta.

"Ari Fanta sabaraha?" ceuk si Kabayan.

"Sami tilu rebu!" ceuk nu jaga.

"Ari kitu mah tukeurkeun wae ieu Coca Cola teh kana Fanta!" Geus narima Fanta Si Kabayan ngaleos. Ku tukang warung dihulag,

"Bayar heula kabayan!"

"Naha make kudu mayar sagala?" ceuk si Kabayan. "Kapan Fanta mah panukeuran Coca-Cola?!".

"Tapi pan Coca Cola na can dibayar!" ceuk nu boga warung.

"Naha make kudu mayar, pan Coca Cola na ge geus dipulangkeun deui ku uing ...................."

Si Cépot jeung Tukang Goong User Rating:  / 4

Basajan Pangalusna Ditulis ku Syam Ridwan    Salasa, 09 Desember 2008 "Pot kadieu euy dewek nek curhat!"

"Lah paling silaing mah sirik lantaran dunungan kawin deui nya!"

"Lain euy Pot, kieu yeuh....dipikir ku dewek, geus mang taun taun dewek jadi tukang goong, tapi hirup teh kieu jeung kieu we teu menyat menyat!"

"Jadi hayang naek gajih kitu?, bebeja atuh langsung ka dunungan!"

"Ah kuriak dibaeudan sauumur mun dewek wakca hayang naek gajih, padahal gawe teh kaasup beurat euy, najan ukur nakolan nu ngajendol, tapi kudu konsentrasi pinuh, malaweung saeutik, sora goong teu ninggang kana wirahmana,balukarna dunungan, enya kidalang tea, molotot, nu lalajo hahauk, kitu deui maneh Pot pipilueun protes da heueuh karasa ku dewek mun keur ngigel sora goong teu nenggel kana blaktukna,cawerang deuleu...!"

"Heu heu....tobaaaattttttt.....man

gkana mun keur manggung tong nundutan wae atuh!"

"Teu nundutan kumaha atuh P

ot, manggung noron tilu poe tilu peuting, teu karasa ngalenyap nepikeun ka ngimpi sagala!"

"Beu etah keur nabeuh goong nepika bisa ngimpi sagala, ngimpi naon kitu?"

"Ngimpi narokan suluh!"

"Heu...heu...paingan sora goong jadi nyerecrek ka mana mendi, da meureun rarasaan keur

Page 14: Kidung Sunda.doc

narokan suluh nya!"

"Mun saimbang jeung gajihna moal nepika nundutan kitu meureun Pot!"

"Memangna gajihna UMR kitu?"

"Lain UMR tapi UMN, Upah Minimum Nayaga!"

"Setatusna kumaha?"

"Tah eta dadalan aya sistim outsourching tea, ti baheula ngan kontrak jeung kontrak we gawe teh!"

"Heu..heu...tobaattttt....uing mah tibalik euy, ku dalang geus diangkat karyawan tetap tapi teu digajih gajih malahan tas manggung,sok langsung dibebeskeun kana kotak!"

"Teu nanaon teu meunang gajih ge Pot, pan silaing mah teu beuki kejo, sedengkeun dewek teu manggih kejo sapoe, ngiceup ge susah deuleu!"

"Heueuh ari kitu tea mah, ke.... ke.... kunaon bet tungang tengeng kana sarung uing, neangan naon?"

"Puguh dewek teh keur manggih kareuwas euy, panakol goong leungit, mun nyaoheun leungit mana teuing dunungan hohoak bari molotot!"

"Leungit dimana?"

"Pan biasana mun tas manggung panakol goong sok dibawa ka imah!"

"Keur nanahaon dibawa kaimah?"

"Keur ngabebenjokeun budak, mun budak gegerelengan ceurik lantaran hayang jajan es krim,tinggal ngasongkeun panakol goong meunang ngagulaan!"

"Heu...heu..tobaaatt..ammmpyunnn...nepika kituna,tapi naha bet jor jor sungkub singkab kana sarung dewek da dewek mah teu rumasa nyumputkeun!"

"Ah pasti disumputkeun siah, buktina dijero sarung maneh aya nu ulang ulangan!"

"Heu..heu..tobaaaaattt...ieu mah lain panakol goong tapi panakol bedug da rada panjang!"

Steven Cungahgore User Rating:  / 9

Basajan Pangalusna Ditulis ku Syam Ridwan    Rebo, 15 Oktober 2008 Teu beda jeung Bang Toyib, geus tilu kali lebaran Steven Cungahgore teu mulang mulang kalemburna, di Bojong kenyot. Cenah, lain teu hayang nurutan jiga batur anu mulang saban lebaran atawa saban bulan, kalan kalan aya nu saban minggu sagala, ngan manehna geus wakca mun can sukses moal waka balik.

Urang Bojongkenyot mah geus paraham lamun balik ti panyabaan geus mawa mobil weuteuh atawa ngiringkeun pamajikan satilu tilu, geus dianggap jalma sukses. Biasana waktu lebaran nembongkeun kasuksesanana teh. Balukarna sapoe ka lebaran di Bojongkenyot jadi heurin ku kandaraan, sapaparat jalan diunggal buruan pinuh ku mobil weuteuh, malahan gigireun paranje ge beak kuparkir. Kitu deui jadi heurin ku nu barahenol,unggal waktu aya we nu balawiri, meureun nu eta ge daratang tikota bawa

Page 15: Kidung Sunda.doc

urang Bojongkenyot anu geus sukses.

Geus cunduk kana waktuna lebaran taun ieu Steven Cungahgore nohonan jangjina, balik kalembur kalayan ngaringkid honda jazz kelir beureum moronyoy pikabitaeun. Beja nu sumebar, cenah Steven Cungahgore kiwari geus jadi jalma sukses alatan jadi kolektor dompet antik, padahal nu saenyana dompet nu sakitu ngaleunyana lain hasil tina usaha nu sawajarna, tapi hasil tina 3C, Cupat Copet Capit, kitu deui mobil nu dibawana ngan ukur mobil rentalan. Pamikirna daripada kapahung saumur umur teu bisa balik dipangumbaraan, leuwih hade gudar gedor,najan tekor tapi sohor. Panampilanana ge beda pisan jeung Steven Cungahgore tilu taun katukang basa manehna nek indit kakota, ayeuna mah awakna ge pinuh kutato kayaning gambar keuyeup, kalajengking, hurang, sendal capit jeung gegep, diluyukeun jeung hobina, cupat capit.

Harita pas poe lebaran pisan, sabada sungkem jeung indung bapana Steven Cungahgore gura giru indit ka kuburan akina nek nadran sakalian nek komplen lantaran baheula akina kungsi mere jangjawokan pikeun mikat wanoja, ngan pas dipraktekeun ka saurang wanoja manan kapincut kalahka nyiduhan. Tilu jam lima belas menit Steven Cungahgore ngalelengkur diluhureun pajaratan akina, ngirim doa nepikeun ka luut leet kesang, nincak ka doa panutup, ngadadak pundukna aya nu noel. "Lain ieu kuburan aki maneh mah atuh, tuh nu itu!" Ceuk mang Jhoni Kober anu sapopoena purah ngagali kubur, mere nyaho. "Maenya mang, atuh lapur ngadeluk ngadoa meunang tilu jam teh kudu diulang timimiti deui, da salah sasaran!" Tembal Steven Cungahgore bari muru kuburan anu dituduhkeun ku mang Jhoni Kober, gog cingogo. "Copy pastekeun we euy doana tinu tadi meh teu cape!"Jhoni Kober mere ideu. "Aeh enyanya, ideu bagus tuh!" Tembal Steven Cungahgore serengeh.

Lir selebritis, sorena Steven Cungahgore ngayakeun open house, pangeusi lembur tumplek daratang, kaasup para wanoja anu ngadadak sing darilak hayang dipikaasih ku manehna. Wanoja nu baheula nyiduhan ge katingali aya "Dulu boleh bertingkah, tapi sekarang sudah waktunya bertekuk lutut!" Gerentes Steven Cungahgore bari neuteup anteb.

Lebaran poe kadua Steven Cungahgore ngabedahkeun balong akina. Sapopoe ngeueum dina cai tur paguley jeung leutak, pas hanjat tato gegep jeung sendal capitna luntur, anehna tato keuyeup, hurang jeung kalajengking mah teu luntur, ngan robah jadi gambar geleng dage.

Sanggeus lima poe dilembur, poe kagenepna Steven Cungahgore balik deui pangumbaraanana,pas nepi, teu langsung kapondokna tapi langsung ka terminal, maksudna nek menta dihampura sugan we cenah panggih jeung jalma jalma anu kungsi dicopet ku manehna baheula. Hayang alih propesi Steven Cungahgore teh, ngan nek investasi di pasar modal kaburu krisis global, nek jualan,cenah ceuk ahli weweton teu cocog, nek jadi kuroptor naon nu dikorupsina, nya kapaksa ngagugulung deui propesi heubeul, sakalian nyalurkeun hobina nyaeta 3C, Cupat Copet Capit. Hasilna cenah jeung modal kawin, meh unggal poe bisa 3C oge, Culak Colok Celengok! Beu!