Peninggalan Islam di Malang1. Tokoha. Ki Ageng GribigKi Ageng
Gribig adalah cicit dari Raja Majapahit, Brawijaya. Ayahnya bernama
Pangeran Kedawung, salah seorang keturunan Lembu Niroto, pemilik
Panembahan Bromo. Ki Ageng Gribig dikenal sebagai seorang ulama
yang tersohor di Malang pada tahun 1600-an. Ia juga merupakan salah
satu murid kesayangan Sunan Kalijaga. Ki Ageng Gribig dipercaya
sebagai pendiri atau cikal bakal kota Malang. Konon, adik Sunan
Giri ini sangat suka berkelana ke tempat-tempat jauh untuk menimba
ilmu dan memperkuat iman. Pada suatu ketika, sampailah Ki Ageng
Gribig di sebuah tempat berupa hutan yang sangat lebat. Karena
merasa cocok dengan tempat tersebut, maka Ki Ageng Gribig
membabatnya dan menjadikan tempat itu sebagai pemukiman. Sejak
itulah tempat tersebut dihuni orang dan dikenal dengan nama Malang.
Nama Malang sendiri diberikan oleh Ki Ageng Gribig berdasarkan
kenyataan adanya Gunung Buring dan deretan pegunungan yang
melintang di kiri dan kanannya. Kompleks Makam Ki Ageng Gribig
terletak di Jalan Ki Ageng Gribig Gang II, Kelurahan Madyopuro,
Kecamatan Kedung Kandang. Memasuki kompleks pemakaman Ki Ageng
Gribig, kesan yang akan Anda rasakan pertama kali adalah nyaman dan
asri. Jalan setapak di dalam makam dibuat dari beton yang
kiri-kanannya ditumbuhi pohon-pohon hias yang terawat rapi.
Terdapat tiga bangunan besar dan beberapa bangunan kecil di
pekuburan itu. Bangunan terbesar terletak di bagian tengah, yakni
tempat disemayamkannya Bupati Malang pertama yaitu R.A.A.
Notodiningrat. Di sebelahnya, tepatnya di bagian teras terdapat 17
makam para kerabat dekat dan 8 kerabat jauh R.A.A. Notodiningrat.
Bangunan kedua yang agak kecil adalah makam Bupati Malang kedua
yaitu R.A.A. Notodiningrat II bersama 26 makam kerabat dekat dan 6
kerabat jauh. Di teras bangunan besar itu juga ada makam Mas Ajoe
Aminah, istri dari Raden Toemenggoeng Ario Soerjoningrat, Bupati
Probolinggo. Makam Ki Ageng Gribig
Sedangkan bangunan besar ketiga yang terletak di bagian paling
belakang adalah tempat persemayaman Ki Ageng Gribig bersama
istrinya. Di samping makam Ki Ageng Gribig terdapat sebuah bangunan
mushola Kyai Ageng Gribig. Konon menurut juru kunci, dahulu di
mushola itulah Ki Ageng Gribig berdakwah. Tak jauh dari makam juga
terdapat Masjid Ki Ageng Gribig yang memiliki desain bangunan yang
indah dan megah.
Mushola Ki Ageng Gribig & Masjid Ki Ageng Gribig
Bangunan disamping makam Ki Ageng Gribig yaitu musholaKyai Ageng
Gribig. Konon berdasarkan juru kunci di mushola tersebut Ki Ageng
Gribg berdakwah. Melihat dari bentuk arsitekturnya, mushola ini
sama seperti mushola kuno yang banyak kita jumpai di pulau Jawa.
Tempat untuk imam segaja di desain menjorok keluar dan terdapat
lubang udara atau cahaya.
b. Mbah Bregas Makam Mbah BregasDi kalangan warga desa
Lumbangsari. kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, nama Mbah
Bregas sangat familler, sebab, di kampung itu, Mbah Bregas diyakini
sebagai ulama penyebar agama Isalam dan sekaligus pendiri desa
Lumbangsari. Mbah bregas di yakini sebagai seorang ulama yang
datang dari mataram.
c. Syeh Maulana Rosidul Ibad Al Majafia atau Mbah Mangku
DjatiPenyebaran Islam di Malang Raya sekitar 3,5 abad lampau, tak
lepas dari peran R.M. Partowirjo. Ia adalah salah satu putra
mahkota Kerajaan Majapahit yang bersembunyi di Pakis. Di ujuang
jalan masuk berjarak 300 meter bersebelahan dengan SDN Pakiskembar
1 kecamatan pakis Kabupaten Malang itu, terdapat makam bersejarah.
Yakni makam Syeh Maulana Rosidul Ibad Al Majafia alias R.M.
Partowirjo dengan julukan Waliyullah bernama Mbah Mangku Jati.Di
bangunan berukuran 10 meter x 7 meter itulah makam prasasti itu
terletak. Makam itu dikenal masyarakat pakis sebagai Mbah, Kyai
bahkan Waliyullah yang pertama kali babat alas wilayah Pakis. Belum
ada data lengkap yang dapat menjelaskan biografi Mbah Mangku Djati
ini. Hanya saja cerita yang berkembang di masyarakat. Beliau adalah
pejuang Islam Islam sekaligus putra mahkota Majapahit yang
melarikan diri ke Malang untuk bersembunyi.
Makam Mbah Mangku Djati
2. Masjid Malang adalah sebuah wilayah peradaban tua yang
tergolong pertama kali muncul dalam sejarah Indonesia sejak abad ke
- 7 M. di kota ini tersimpan banyak sekali peninggalan sejarah baik
pada masa kerajaan Kanjuruhan, Mataram Hindu, Kediri, Singosari,
Majapahit hingga pada masa kolonial Belanda dan
pra-kemerdekaan.Namun lebih dari itu tahukah anda bahwa Malang
pernah menjadi saksi perjuangan kemerdekaan yang dipelopori oleh
ulama dan santri. Umat islam bersatu padu dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Pada masa
pra-kemerdekaan ada dua derakan yang terkenal yaitu Hizbullah dan
Sabilillah. Dua gerakan ini tidak memiliki perbedaan yang
signifikan, Hizbullah adalah wadah perjuangan para santri sedangkan
Sabilillah adalah wadah perjuangan para kyai, ulama dan mereka yang
sudah berusia dewasa.
a. Masjid Agung Jami MalangMasjid ini merupakan bangunan tua dan
bersejarah di kota Malang, usianya mencapai satu abad lebih. Hingga
tahun 2008, masjid ini telah mengalami beberapa kali pemugaran.
Namun dua menara yang menjadi cirri khas masjid ini masit tetap
dipertahankan. Kondisi alam kota Malang yang dingin menajdikan
masjid ini didesain khusus oleh pemerinyah Belanda sebagai Kota
Peristirahatan. Masjid Agung Jami memiliki tiga bagian. Di tengah
sebagai ruangan induk biasanya digunakan oleh jamaah lelaki,
sedangkan sebelah kanan diperuntukkan bagi jamaah perempuan, serta
disebelah kiri merupakan bangunan khusus bagi pengurus masjid dan
pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Pemerintah kota Malang telah
berhasil mempertahankan Masjid ini sebagai bangunan bersejarah dan
memiliki nilai plus sehingga tetap menghidupkan aspek
religious,keunikan arsitektur juga.
b. Masjid SabilillahDi jalan Ahmad Yani Belimbing Malang ada
sebuah bnagunan yang megah yang bernma Masjid Sabilillah. Masjid
ini memiliki memori perjuangan umat islam. Dinamakan Sabilillah
karena masjid ini pernah dijadikan benteng pertahanan dan strategi
para syuhada yang berperang melawan angkara murka penjajah. Hal ini
terbukti dengan adanya sebuah monumen sederhana.Di teras masjid ada
sebuah prasasti kecil untuk mengenang perjuangan kemerdekaan yang
dipelopori oleh alim ulama. Prasasti itu berbunyi: Masjid
Sabilillah sebagai monument perjuangan kemerdekaan RI 1945 yang
dipelopori oleh alim ulama.Prasasti itu menegaskan bahwa di Malang
menyimpan kisah heroikyang dilakukan oleh umat islam pada masa pra
dan pasca kemerdekaan. Kelompok yang melakukan perlawanan itu
dipelopori oleh para ulama. Kelompok pejuang berkumpul dalam wadah
bernama Lascar Sabilillah. Dan masjid ini merupakan saksi bisu dari
kisah heroic kaum syuhada.Ihwal riwayat pendirian masjid ini adalah
keprihatinan dari sekelompok ulama di Malang karena kisah heroic
tidak dikenang dan mulai dilupakan bangsa Indonesia. Sebagai bentuk
terima kasih atas jasa para syuhada dan upaya mengenang perjuangan
mereka, masjid ini didirikan. Selain sebagai rumah ibadah juga
sebagai monument perjuangan dimana para ulama yang tergabung dalam
barisan Sabilillah pernah berjasa dalam sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia.Sabilillah adalah lascar rakyat yang paling kuat yang
pernah hidup di bumi Indonesia. Meskipun disisihkan dalam sejarah
dan museum-museum yang ada di negeri ini, masyarakat Malang
mengabadikan dalam sebuah bangunan ibadah dan prasasti.
c. Masjid Besar Hizbullah.
Pada masa perang fisik melawan penjajah sambil menunggu
bergabungnya para pemuda yang sudah terlatih kemiliteran di
Cibarusah, lascar Hizbullah dan Sabililah yang telah mendapatkan
motivasi dari para kyai diberangkatkan ke Surabaya. Mereka siap
menyatakan tempur di Surabaya pada November 1945untuk menghadang
sekutu. Lascar Hisbullah dan Sabillillah berkumpul di Singosari
dengan bersenjatakan bambu runcing, ketapel dan senjata tajam.
Ketika terjadi pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, setiap
pejuang yang mencintai kemerdekaan Indonesia ikut mengangkat
senjata dalam mengusir tentara sekutu. Dari kota Malang tidak
sedikit para pejuang yang berani meninggalkan kotanya guna ikut
bergabung bersama para pejuang lainnya.Pada minggu keempat di bulan
November, pasukan yang tergabung dalam Hisbullah dan Sabilillah
mengalir ke medan pertempuran di Surabaya. Di antara mereka tidak
sedikit yang gugur sebagai kusuma bangsa di daerah pertempuran
mulai Wonokromo, Waru, Baduran dan lainnya.Singosari sebagai pusat
markas Sabilillah rupanya menjadi benteng kokoh bagi Belanda yang
bernafsu untuk memasuki kota Malang. Namun, dalam sebuah pagi buta
di tahun 1947, Belanda di bawah pimpinan Jenderal Spoor menggempur
dengan menembakkan meriam dan mortir hingga Singosari dan Malang
hancur berantakan.Menurut data yang diungkap Majalah al Mujtama
Malang merupakan pusat kekuatan Hisbullah dan Sabilillah yang
digalang untuk bergerak menuju Surabaya yang waktu itu akan
diduduki oleh penjajah dan dikenal dengan peristiwa 10 November.
Batalyon Hisbullah adalah tentara yang sangat ganas dan ditakuti
musuh, karena dalam gerakannya tidak menunggu komando atasan.