INNOVATIVE MATERIALS ENGINEERING COMPETION (IMEC) 2014 JUDUL: BLOTO NG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF YANG EKONOMIS Disusun oleh : Kevanda Kania Estalita (7018) Angkatan 2011 Gege Ayu Listya (6994) Angkatan 2011 Laily Mumtahana (7025) Angkatan 2011 i
62
Embed
Kevanda Kania Estalita_sman 1 Purwoharjo_blotong Sebagai Bahan_
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
INNOVATIVE MATERIALS
ENGINEERING COMPETION (IMEC) 2014
JUDUL:
BLOTO NG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF YANG
EKONOMIS
Disusun oleh :
Kevanda Kania Estalita (7018) Angkatan 2011
Gege Ayu Listya (6994) Angkatan 2011
Laily Mumtahana (7025) Angkatan 2011
SMA NEGERI 1 PURWOHARJO
Jalan Slamet Cokro Telp. (0333) 396475 Purwoharjo, Kabupaten. Banyuwangi
JAWA TIMUR
i
2014
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya karya ilmiah yang berjudul “ Blotong Sebagai Bahan
Bakar Alternatif yang Ekonomis” ini dapat diselesaikan.
Pada dasarnya Karya Tulis ilmiah ini memiliki harapan, dapat bermanfaat
bagi pemerintah dan masyarakat dalam upaya pemanfaatan limbah secara optimal
dan alternatif bahan bakar.
Berbagai hambatan telah penulis hadapi dalam penyusunan karya ilmiah
ini, namun berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, hambatan
tersebut dapat penulis atasi. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Nurhadi Sutjipto, S.Pd selaku Kepala SMAN 1 Purwoharjo
2. Ibu Norma Hidayah, S.pd selaku guru pembimbing kami
3. Pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan berbagai
keterbatasan sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan
Purwoharjo, Februari 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Lembar Pengesahan .................................................................................... ii
Surat Pernyataan Keaslian Karya ................................................................ iii
Kata Pengantar ............................................................................................ iv
Daftar Isi .................................................................................................... . v
Daftar Tabel ................................................................................................ vii
Daftar Gambar ............................................................................................. viii
Abstrak ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................... 3
Gambar 4.1. Grafik Lama pembakaran dan jumlah briket yang dibutuhkan
untuk mendidihkan 1 liter air ........................................................................... 15
ix
BLOTONG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF YANGEKONOMIS
Oleh : Kevanda Kania E, Gege Ayu Listya, dan Laily MumtahanaSMA NEGERI 1 PURWOHARJO – BANYUWANGI
Abstrak : Masyarakat ekonomi lemah membutuhkan bahan bakar yang murah dan berkualitas karena mereka berada dalam kondisi rendahnya daya beli bahan bakar untuk memasak. Pengadaan bahan bakar yang murah dan berkualitas dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan limbah pabrik. Limbah pabrik yang dapat digunakan yaitu limbah pabrik gula yang berupa blotong dengan campuran serbuk kayu dan sekam. Blotong merupakan hasil endapan (limbah pemurnian nira) sebelum dimasak dan dikristalkan menjadi gula pasir. Serbuk kayu merupakan limbah industri penggergajian kayu. Sekam merupakan bahan buangan/sisa dari proses penggilingan padi. Limbah blotong, sekam dan serbuk kayu yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif ini masih ada selama pabrik gula, kayu dan beras masih berdiri. Saat ini kayu bakar menjadi tumpuan bahan bakar baik untuk rumah tangga maupun home industri walaupun harganya mahal. Oleh karena itu, blotong dengan tambahan serbuk kayu dan sekam dapat dijadikan bahan bakar alternatif. Bahan bakar tersebut layak diproduksi karena blotong, sekam, dan serbuk kayu mudah didapatkan serta harganya yang terjangkau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan membuat 3 perlakuan yaitu P1A1 (100% blotong), P1A2 (60% blotong; 20% sekam; 20% serbuk kayu) dan P1A3(40% blotong; 30% sekam; 30% serbuk kayu) dengan menguji warna nyala api. Cara pembuatan bahan bakar ini, yaitu mencampur blotong bersama dengan sekam dan serbuk kayu dengan tambahan kanji secukupnya sebagai perekat, kemudian dicetak ke dalam cetakan bambu, lalu dikeringkan selama 1-2 hari. Sehingga didapatkan hasil perlakuan P1A1 memiliki bara api berwarna merah, P1A2 memiliki bara api berwarna merah kebiruan, dan P1A3 memiliki bara api berwarna merah kebiruan. Sehingga produk blotong dengan perlakuan P1A3 dapat dipasarkan kepada masyarakat dan produk blotong P1A3 dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif dengan harga terjangkau dan mengurangi limbah pabrik dengan cara memanfaatkan blotong dengan campuran sekam dan serbuk kayu menjadi bahan bakar masak.
Kata kunci : Blotong, Sekam, Serbuk Kayu, Bahan Bakar
x
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Krisis keuangan global berimbas pada perekonomian di Indonesia, yang
menyebabkan masyarakat mengalami kesulitan ekonomi. Krisis keuangan
global tahun 2008 membawa pengaruh kehidupan ekonomi baik bagi
masyarakat kelas atas, menengah maupun kelas bawah (ekonomi lemah).
Salah satu dampak kesulitan ekonomi dirasakan oleh masyarakat ekonomi
lemah dalam pembelian bahan bakar untuk kebutuhan sehari-hari. Masyarakat
ekonomi lemah masih memerlukan subsidi BBM. Konversi penggunaan
minyak tanah sebagai bahan bakar ke penggunaan gas LPG (Liquid Petrollium
Gas) sudah dilakukan oleh Pemerintah sejak 2007 (Anonim, 2007).
Saat ini ketersedian LPG terbatas dan masih dirasakan mahal bagi
masyarakat. Masih banyak masyarakat Desa yang menggunakan kayu bakar
sebagai bahan bakar rumah tangga maupun home industry, dan saat ini kayu
bakar juga mahal dan langka, sehingga masyarakat kurang mampu semakin
terpuruk dan hal ini salah satu penyebab semakin parhnya kondisi keluarga
miskin di Indonesia. Sementara beberapa keluarga kurang mampu di sekitar
pabrik Gula telah lama memanfaatkan Blotong limbah Pabrik Gula sebagai
bahan bakar rumah tangga.
Jawa Timur merupakan salah satu pemasok gula terbesar. Tebu merupakan
salah satu bahan baku pembuatan gula (gula kristal putih). Pada musim giling
tahun 2008 terdapat 61 pabrik gula di Indonesia yang aktif giling yaitu 49 di
Jawa, 8 di Sumatera, dan 4 di Sulawesi (Putranda, 2009). Pabrik gula selalu
menghasilkan dua macam limbah padat setiap kali berproduksi, yaitu: ampas
tebu (bagas) dan blotong (filter cake). Ampas tebu merupakan limbah padat
yang berasal dari perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini
banyak mengandung serat dan gabus. Ampas tebu selain dimanfaatkan sendiri
oleh pabrik sebagai bahan bakar pemasakan nira, juga dimanfaatkan oleh
pabrik kertas sebagai pulp campuran pembuat kertas. Seringkali, masyarakat
sekitar pabrik memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar. Ampas tebu ini
2
memiliki aroma yang segar dan mudah dikeringkan sehingga tidak
menimbulkan bau busuk. Limbah padat yang kedua berupa blotong yang
merupakan hasil endapan (limbah pemurnian nira) sebelum dimasak dan
dikristalkan menjadi gula pasir. Bentuknya seperti tanah berpasir berwarna
hitam, memiliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak segera kering akan
menimbulkan bau busuk yang menyengat (Hamawi, 2005).
Limbah blotong dapat dijadikan bahan bakar alternatif dengan
mencampuran sekam dan serbuk kayu. Sekam padi merupakan lapisan keras
yang meliputi kariopsis, terdiri dari belahan lemma dan palea yang saling
bertautan, umumnya ditemukan di areal penggilingan padi. Proses
penggilingan padi, biasanya menghasilkan sekam 20 – 30%, dedak 8 – 12%,
dan beras giling 50 – 63,5% dari bobot awal gabah. Sekam padi sering
diartikan sebagai bahan buangan atau limbah penggilingan padi. Limbah
sekam padi cenderung meningkat karena proses penghancurannya sangat
lambat, sehingga dapat mengganggu lingkungan (Sipahutar, 2011).
Serbuk kayu adalah kayu halus yang terpisah kemudian direduksi menjadi
partikel seperti tepung sereal dalam ukuran, penampilan, dan teksturnya atau
dengan defenisi lain serbuk kayu biasanya merujuk pada sebuah partikel yang
cukup kecil untuk melewati sebuah saringan dengan ukuran 850 mikron
(menurut standar amerika sekitar 20 mesh) (Anonim, 2011). Limbah blotong,
sekam dan serbuk kayu yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif ini masih
ada selama pabrik gula, kayu dan beras masih berdiri.
Blotong merupakan limbah yang bermasalah bagi pabrik gula dan
masyarakat karena blotong yang basah menimbulkan bau busuk. Sekam padi
dan serbuk kayu juga merupakan limbah juga merugikan dan mengganggu
kesehatan manusia. Oleh karena itu apabila blotong dengan campuran sekam
dan serbuk kayu dapat dimanfaatkan akan mengurangi pencemaran
lingkungan.
Blotong, sekam dan serbuk kayu merupakan limbah organik yang masih
menyimpan energi dan sangat mudah dan murah untuk didapatkan di
lingkungan kita. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini
dilakukan untuk menguji nilai ekonomis komposisi campuran ketiga limbah
3
tersebut yang dicetak dalam bentuk Briket sebagai bahan bakar alternatif.
Selanjutnya Briket dengan komposisi blotong, sekam dan serbuk kayu dalam
penelitian ini disebut sebagai “BLOSEKA”. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan dengan judul “Blotong Sebagai Bahan Bakar Alternatif yang
Ekonomis”
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara memanfaatkan blotong, sekam, dan serbuk kayu
menjadi bahan bakar alternatif yang ekonomis ?
2. Bagaimana komposisi yang paling tepat pada campuran blotong, sekam
dan serbuk kayu sebagai bahan bakar alternatif yang ekonomis?
I.3 Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan cara memanfaatkan blotong, sekam dan serbuk kayu
sebagai bahan bakar alternatif yang ekonomis.
2. Menemukan komposisi yang paling efektif pada campuran blotong, sekam
dan serbuk kayu sebagai bahan bakar alternatif yang ekonomis.
I.4 Manfaat Penulisan
1. Sebagai sumber belajar terhadap pemanfaatan limbah yang ada di
lingkungan sekitar, terutama limbah pabrik gula, limbah penggilingan padi
dan limbah penggergajian kayu.
2. Sebagai wacana penerapan produk bahan bakar murah yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
3. Sebagai bahan bakar alternatif yang ekonomis berbahan baku blotong
dalam bentuk briket BLOSEKA (blotong-sekam-serbuk kayu).
4. Hasil penelitian berupa briket BLOSEKA dapat mengurangi pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh limbah pabrik.
4
I.5 Ruang Lingkup
1. Bahan baku yang digunakan antara lain blotong, sekam padi, dan serbuk
kayu mahoni.
2. Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan warna nyala api, lamanya
menyala sampai menjadi abu seluruhnya, dan lamanya sebuah BLOSEKA
dapat mendidihkan satu liter air.
3. Efisiensi penggunaan bahan baku dikaji berdasarkan pada nilai ekonomis
yang dibutuhkan untuk pembuatan briket dan estimasi penjualan ke
masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Limbah Organik
Limbah organik merupakan limbah yang terdiri atas bahan‐bahan yang
besifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah
ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami. Limbah
pertanian berupa sisa tumpahan atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya
dari pestisida dan herbisida, pemupukan yang berlebihan. Limbah ini
mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan mengendap
kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan
mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya. Limbah rumah tangga
seperti kertas, plastik, air cucian, minyak goreng bekas dan lain‐lain. Limbah
tersebut ada yang mempunyai daya racun yang tinggi misalnya : sisa obat,
baterai bekas, dan air aki (Mubarok, 2011).
Beberapa limbah organik antara lain :
II.1.1 Pengertian Blotong
Indonesia adalah negara agraris dengan iklim tropis. Indonesia
terkenal sebagai daerah asal tanaman tebu, sehingga tidak heran jika
banyak tanaman tebu di daerah kita. Tebu adalah bahan baku dalam
pembuatan gula (gula kristal putih, white sugar plantation) di pabrik
gula. Pada musim giling 2008 terdapat 61 pabrik gula di Indonesia
yang aktif beroperasi; yaitu 49 di Jawa, 8 di Sumatera dan 4 di
Sulawesi. Pada umumnya pabrik gula tersebut menggunakan proses
sulfitasi, sisanya proses defekasi remelt karbonatasi dan karbonatasi.
Produksi tebu sekitar 34,5 juta ton dan gula yang dihasilkan sekitar
2,8 juta ton, dan telah mampu memenuhi konsumsi gula rumah tangga
dalam negeri (sekitar 2,7 juta ton per tahun).
Dalam operasionalnya setiap musim giling (setahun), pabrik
gula selalu mengeluarkan limbah yang berbentuk cairan, padatan dan
gas. Limbah cair meliputi cairan bekas analisa di laboratorium dan
luberan bahan olah yang tidak disengaja. Limbah padat meliputi
6
ampas tebu, abu dan debu hasil pembakaran ampas di ketel, padatan
bekas analisa laboratorium, blotong dan tetes. Limbah gas meliputi
gas cerobong ketel dan gas SO2 dari cerobong reaktor pemurnian cara
sulfitasi.
Ampas tebu merupakan limbah padat produk stasiun gilingan
pabrik gula, diproduksi dalam jumlah 32 % tebu, atau sekitar 10,5 juta
ton per tahun atau per musim giling se Indonesia. Ampas tebu juga
dapat dikatakan sebagai produk pendamping, karena ampas tebu
sebagian besar dipakai langsung oleh pabrik gula sebagai bahan bakar
ketel untuk memproduksi energi keperluan proses, yaitu sekitar 10,2
juta ton per tahun (97,4 % produksi ampas). Sisanya (sekitar 0,3 juta
ton per tahun) terhampar di lahan pabrik sehingga dapat menyebabkan
polusi udara, pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar pabrik
gula Ampas tebu mengandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga
bila ditumpuk akan mengalami fermentasi yang menghasilkan panas.
Jika suhu tumpukan mencapai 94 ˚C akan terjadi kebakaran spontan.
Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian
nira, diproduksi sekitar 3,8% tebu atau sekitar 1,3 juta ton. Limbah ini
sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk, sebagian
yang lain dibuang di lahan tebuka, dapat menyebabkan polusi udara,
pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar lahan tersebut.
Sedangkan belerang dioksida (SO2) merupakan limbah gas yang
keluar dari cerobong reaktor sulfitir pada proses pemurnian nira tebu
yang kurang sempurna; menyebabkan polusi udara di atas pabrik dan
pemakaian belerang menjadi lebih tinggi dari normal (Zulu, 2011).
II.1.2 Pengertian Sekam
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis,
terdiri dari belahan lemma dan palea yang saling bertautan, umumnya
ditemukan di areal penggilingan padi. Dari proses penggilingan padi,
biasanya diperoleh sekam 20 –30%, dedak 8 – 12%, dan beras giling
50 – 63,5% dari bobot awal gabah. Sekam padi sering diartikan
7
sebagai bahan buangan atau limbah penggilingan padi, keberadaannya
cendrung meningkat yang mengalami proses penghancuran secara
alami dan lambat, sehingga dapat mengganggu lingkungan juga
kesehatan manusia. Sekam memiliki kerapatan jenis bulk density 125
kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg sekam padi sebesar 3300 kkal dan
ditinjau dari komposisi kimiawi, sekam mengandung karbon (zat
arang) 1,33%, hydrogen 1,54%, oksigen 33,645, dan Silika (SiO2)
16,98%, artinya sekam dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri kimia dan sebagai sumber energi panas untuk keperluan
manusia. Pada umumnya sekam dimanfaatkan sebagai media tanam
tanaman hias atau sebagai bahan bakar batu bata dan industri tahu.
Pemanfaatan yang demikian tidak optimal (Anonim, 2008).
II.1.3 Pengertian Serbuk Kayu
Serbuk kayu adalah kayu halus yang terpisah kemudian
direduksi menjadi partikel seperti tepung sereal dalam ukuran,
penampilan, dan teksturnya atau dengan defenisi lain serbuk kayu
biasanya merujuk pada sebuah partikel yang cukup kecil untuk
melewati sebuah saringan dengan ukuran 850 mikron (menurut
standar amerika sekitar 20 mesh) (Anonim, 2011).
Selama ini limbah kayu masih banyak menimbulkan masalah
dalam penanganannya yaitu dibiarkan membusuk, ditumpuk, dan
dibakar yang kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan
sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu jalan yang
dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang
bernilai tambah dengan teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga
hasilnya mudah disosialisakan kepada masyarakat (Anonim, 2012).
II.2 Pemanfaatan Limbah Organik Sebagai Bahan Bakar
Selain dimanfaatkan sebagai kompos, sampah organik dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif, seperti biogas dan briket.
Sampah organik memiliki dampak yang besar terhadap global warming.
8
Dengan dijadikan bahan bakar padat seperti briket, maka gas metan yang
memiliki dampak negatif terhadap global warming, maka pada saat terjadi
pembakaran gas metan (CH4) tersebut akan berubah menjadi gas CO2 dan
energi panas yang dapat dimanfaatkan sebagai pemanas untuk memasak
ataupun kebutuhan skala industri.
Persamaan pembakaran:
CxHy + O2 → CO2 + H2O + panas
Sehingga jika terjadi pembakaran CH4, maka:
CH4 + O2 → CO2 + H2O + panas
Hasil reaksi kimia yang terjadi tersebut di atas, mampu
meminimalisasi terjadinya kontribusi terhadap global warming, karena gas
metan tersebut telah menjadi gas karbon dioksida dan uap air serta
menghasilkan energi panas yang dapat dimanfaatkan untuk kebtuhan sehari-
hari maupun kebutuhan industri (Rafsanjani, 2012).
II.3 Kebutuhan Masyarakat Ekonomi Lemah Terhadap Bahan Bakar
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menyebutkan
kelompok pengeluaran kurang dari Rp 100.000,00 (Kelompok I) yang
mengonsumsi munyak tanah sekitar 89% dari jumlah rumah tangga
keseluruhan, yang mengonsumsi bensin sekitar 6%, dan yang mengonsumsi
solar sekitar 0%. Kelompok pengeluaran antara Rp 100.000,00 dan Rp
250.000,00 (Kelompok II) yang mengkonsumsi minyak tanah sekitar 90%
dari jumlah rumah tangga keseluruhan, yang mengkonsumsi bensin sekitar
5% dari seluruh rumah tangga, yang mengkonsumsi solar sekitar 5% dari
seluruh rumah tangga. Kelompok Pengeluaran antara Rp 250.000,00 dan Rp
500.000,00 (Kelompok III) yang mengkonsumsi minyak tanah sebesar 80%
dari rumah tangga keseluruhan,yang mengkonsumsi bensin sebesar 15%
dari keseluruhan rumah tangga, yang mengkonsumsi solar sekitar 5% dari
seluruh rumah tangga. Kelompok Pengeluaran antara Rp 500.000,00 dan Rp
1.000.000,00 (Kelompok IV) yang mengkonsumsi minyak tanah sebesar
9
50% dari seluruh rumah tangga, yang mengkonsumsi bensin sebesar 40%
dari seluruh rumah tangga dan yang mengkonsumsi solar sekitar 10%.
Kelompok Pengeluaran Rp 2.000.000,00 lebih (Kelompok VI) yang
mengkonsumsi minyak tanah sebesar 19% , mengkonsumsi bensin sebesar
70% dari seluruh rumah tangga dan solar 11% dari seluruh rumah tangga
(Tabel 2.1).
Tabel 2.1. Persentase Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Pengguna Jenis
Energi dan Kelompok Pengeluaran
KelompokPengeluaran (Rp)
per kapita/ bulan
Jumlah Rumah Tangga
Minyak
TanahBensin Solar
I < 100.000 89 6 -
II 100.000-250.000 90 5 5
III 250.000-500.000 80 15 5
IV 500.000-1.000.000 50 40 10
V 1.000.000-2.000.000 25 52 23
IV >2.000.000 19 17 11
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Modul Konsumsi Tahun
2002 (Sawitri, 2005).
BAB III
10
METODE PENULISAN
III.1 Teknik Pengumpulan Data
III.1.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah Briket
BLOSEKA yang merupakan campuran Blotong, serbuk kayu, dan
sekam pada komposisi tertentu terbukti memiliki nilai ekonomis bagi
masyarakat. Oleh karena itu dilakukan penelitian eksperimental,
dengan rancangan Control Group Design yang terdiri atas tiga
kelompok dengan komposisi: blotong, serbuk kayu, dan sekam yang
berbeda, rancangan seperti bagan sebagai berikut:
Keterangan:
Kelompok P1A1 : Kelompok kontrol dengan komposisinya 100% blotong
saja
Kelompok P1A2 : Kelompok perlakuan 1 dengan komposisi 60% blotong;
20% sekam; 20% serbuk kayu
Kelompok P1A3 : Kelompok Perlakuan 2 yang terdiri dari campuran 40%
blotong; 30% sekam; 30% serbuk kayu
To, T1, T2 : Waktu pembakaran sampai berubah menjadi abu semua
pada kelompok kontrol, kelompok Perlakuan 1, perlakuan 2
Wo, W1, W2 : Hasil pengamatan bara api yang dihasilkan oleh kelompok
kontrol perlakuan 1, dan perlakuan 2
III.1.2 Waktu dan Tempat Penelitian
P1A1 T0, Wo
P1A2 T1, W1
P1A3 T2, W2
11
Penelitian dilakukan pada tanggal Januari-Pebruari 2014 di
SMA Negeri 1 Purwoharjo Banyuwangi Jawa Timur.
III.1.3 Alat dan Bahan
1. Bahan penelitian
Bahan penelitian meliputi; blotong, sekam, serbuk kayu,
dan tepung tapioka.
2. Alat Penelitian
Alat penelitian meliputi : neraca sebagai pengukur massa,
bambu/pipa paralon sebagai pencetak (diameter 5 cm), dan
mistar.
III.1.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa produk briket
yang terbuat dari bahan blotong, sekam, dan serbuk kayu yang
selanjutya disebut sebagai briket BLOSEKA, memiliki nilai
ekonomis lebih tinggi, melalui prosedur sebagai berikut:
1. Menyiapkan blotong, sekam, dan serbuk kayu sebanyak:
- Kelompok P1A1: terdiri dari 1 kg blotong basah, 100
gram tapioka
- Kelompok P1A2: terdiri dari 600 gram blotong basah, 200