Page 1
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
KEUNGGULAN BERSAING UMKM DI JAWA TENGAH BERBASIS ORGANIZATIONAL KNOWLEDGE ASSETS DAN CUSTOMER
RELATIONSHIP MANAGEMENT
Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun
Dr. Heru Sulistyo,SE,MSi/ NIDN: 0605106702
Prof. Dr. Wuryanti/NIDN: 0628084801
Dra.Siyamtinah,MSi/NIDN: 0614126602
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG NOVEMBER 2015
Page 3
iii
RINGKASAN
Pertumbuhan UMKM antara tahun 2009 hingga 2013 sebesar 2,3% per tahun, 17
persen diantaranya telah mampu melakukan ekspor produk, khususnya produk garmen.
Kondisi tersebut masih bisa ditingkatkan lebih baik lagi, mengingat adanya peluang
pengembangan UMKM dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015.
Mengingat potensi pengembangan UMKM yang tinggi khususnya di Jawa Tengah, maka
UMKM perlu melakukan inovasi dalam mencapai keunggulan bersaing. Penelitian ini
berusaha mengidentifikasi dan menemukan model keunggulan bersaing UMKM tenun
Jawa Tengah berdasarkan inovasi, organizational knowledge assets dan customer
relationship management
Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM tenun di Kabupaten Jepara
Sebanyak 100 orang dan di Kota Pekalongan sebanyak 46 orang. Pengambilan sampel
menggunakan nonprobabilitas (secara tidak acak) dengan metode purposive sampling
yang berdasarkan pertimbangan UMKM tenun yang sudah beroperasi minimal lima
tahun dan masih eksis hingga saat ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
metode survei melalui wawancara dan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan metode
deskriptif analisis dan metode PLS untuk menguji keterkaitan organizational knowledge
assets, customer relationship management, inovasi dan keunggulan bersaing. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk
meningkatkan kapabilitas inovasi diperlukan peningkatan dalam customer relationship
management dan organizational knowledge assets. Organisasi / perusahaan yang
memiliki relasi yang baik dengan para pelanggan dan sering berbagi informasi akan
mudah mendapatkan ide-ide baru dan pengetahuan dalam menciptakan kapabilitas
inovasi. Disamping itu juga, organisasi / perusahaan yang mampu membangun hubungan
jangka panjang dengan pelanggan juga akan memperoleh masukan-masukan ide maupun
evaluasi produk dari konsumen sebagai masukan dalam melakukan inovasi produk
perusahaan. Perusahaan yang bersedia melakukan meminta solusi pemecahan masalah
maupun mendiskusikan produk dengan konsumen akan memudahkan perusahaan
meningkatkan kapabilitas inovasi. Peningkatan kapabilitas inovasi melalui organizational
knowledge assets dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan, pengalaman yang
tinggi, karyawan yang kompeten sehingga dapat mendorong peningkatan kapabilitas
inovasi maupun keunggulan bersaing perusahaan. Dengan demikian kapabillitas inovasi
usaha tenun Troso di Jepara dapat ditingkatkan melalui peningkatan jumlah relasi dan
membangun hubungan jangka pelanggan dengan konsumen yang ada saat ini serta sering
melakukan interaksi dengan konsumen terkait dengan pemecahan masalah untuk mencari
solusi terbaik terkait dengan industry tenun. Usaha tenun Troso Jepara masih
memerlukan peningkatan dalam hal pengetahuan khususnya pengetahuan tentang desain
produk yang berbasis voice of customers yang berbasis Computer Aided design atau
quality function deployment agar pengetahuan desain yang ada dapat lebih cepat
diterjemahkan dalam produksi sehingga makin mendorong terciptanya kapabilitas inovasi
dan keunggulan bersaing.
Keywords: Organizational knowledge assets, human capital, organizational capital,
structural capital, customer relationship management
Page 4
iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dah hidayahNya, sehingga penyusunan laporan akhir Penelitian Unggulan
Perguruan Tinggi dengan judul “Keunggulan Bersaing UMKM Di Jawa Tengah
Berbasis Organizational Knowledge Assets Dan Customer Relationship
Management dapat terselesaikan. Penelitian ini berusaha mengkaji pentingnya
pencapaian keunggulan bersaing melalui kapabilitas inovasi, customer relationship
management dan organizational knowledge assets usaha tenun Troso Jepara yang saat ini
masih belum optimal. Hasil penelitian menunjuukkan bahwa customer relationship
management dan organizational knowledge assets dapat meningkatkan kapabilitas usaha
dan keunggulan bersaing tenun Troso di Jepara, namun kapabilitas inovasi tidak mampu
meningkatkan keunggulan bersaing.
Hasil penelitian ini masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut dan menguji
model yang dihasilkan pada tahun pertama. Tentunya temuan ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga kami mohon maaf bila dalam penyusunan ini belum dapat
memberikan hasil yang optimal. Kami berharap kritikan dan masukan demi
kesempurnaan penelitian .
Semarang, November 2015
Tim Peneliti
Page 5
v
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul………………………………………………………………………….i
Halaman Pengesahan…………………………………………………………………. ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………….iii
Ringkasan……………………………………………………………………………….v
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan………………………………………….1
1.2 Urgensi Penelitian…………………………………………………………..2
1.3 Temuan dan Inovasi yang Diharapkan………………………………………3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………….. 5
2.1 Customer Relationship Management……………………………………….5
2.2 Organizational Knowledge Assets………………………………………….6
2.3 Kapabilitas Inovasi………………………………………………………….7
2.4 Studi Pendahuluan ………………………………………………………….8
2.5 Roadmap Penelitian………………………………………………………..10
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN………………………………….13
BAB IV METODE PENELITIAN…………………………………………………......15
3.1 Diagram Alir ………………………………………………………………15
3.2 Populasi dan Sampel…………………………………………………….....16
3.3 Metode Pengumpulan Data ..........................................................................16
3.4 Pengukuran variabel .....................................................................................17
3.5 Metode Analisis...........................................................................................17
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... ………..18
Page 6
vi
5.1. Deskripsi Responden .................................................................... ……....18
5.1.1. Tingkat Pendidikan…………………...………………………....18
5.1.2. Jenis Kelamin……………………………………………………19
5.1.3. Umur Responden...........................................................................20
5.1.4. Lama Usaha...................................................................................20
5.1.5. Jumlah Karyawan..........................................................................21
5.1.6. Omzet Penjualan .............................................................. ………22
5.2. Deskripsi Jawaban Respoden…………………......................................22
5.2.1.Customer relationship management..............................................23
5.2.2. Organizational knowledge assets.................................................25
5.2.5. Kapabilitas Inovasi……………………………………………...28
5.2.7. Keunggulan Bersaing……………………………………………31
5.3. Hasil Analisis Data.................................................................................33
5.3.1. Uji Validitas……………………………………………..............33
5.3.2. Uji Reliabilitas…………………………………………………..34
5.3.3. Hasil Iner Model…………………………………………….......35
5.3.4. Pembahasan……………………………………………..............38
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA.....................................................43
BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN....................................................................44
6.1.. Kesimpulan…………………………………………………...............44
6.2. Saran......................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….46
LAMPIRAN…………………………………………………………………………50
Page 7
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Deskripsi Tingkat Pendidikan Responden…………………………………18
Tabel 5.2 Deskripsi Jenis Kelamin Responden……………………………………....19
Tabel 5.3 Deskripsi Umur Responden ……………………………………………….20
Tabel 5.4 Lama Usaha………………………………………………………………. ..20
Tabel 5.5 Jumlah Karyawan…………………………………………………………...21
Tabel 5.6 Omzet Penjualan …………………………………………………………...22
Tabel 5.7 Deskriptif Customer Relationship Management ………………………….23
Tabel 5.8 Deskripsi Organizational Knowledge Assets ..............................................26
Tabel 5.9 Deskripsi Kapabilitas Inovasi ……………………………………………..30
Tabel 5.10 Deskripsi Keunggulan Bersaing …………………………………………32
Tabel 5.11 Uji Validitas Masing-Masing Variabel ………………………………….34
Tabel 5.12 Nilai Composite Reliability Dan Ave ……………………………………35
Tabel5.13 Uji Hipotesis ................................................................................................38
Tabel 5.14 Nilai R Square ……………………………………………………………39
Page 8
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Roadmap Penelitian ……………………………………………………..10
Gambar 2 Bagan Alir Penelitian ……………………………………………………15
Gambar 3 Model Penelitian.........................................................................................36
Page 9
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen kuesioner...................................................................................50
Lampiran 2. Personalia tenaga peneliti beserta kualifikasinya.......................................57
Lampiran 3. Publikasi ...................................................................................................60
Page 10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
Peran usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia sangat strategis. Hingga
tahun 2012, jumlah usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia sebesar 56,53 juta
unit dengan kontribusi produk domestik bruto sebesar 59,08 persen serta penyerapan
tenaga kerja sebesar 97,16 persen. Pertumbuhan UMKM antara tahun 2009 hingga
2013 sebesar 2,3% per tahun, 17 persen diantaranya telah mampu melakukan ekspor
produk, khususnya produk garmen. Kondisi tersebut masih bisa ditingkatkan lebih
baik lagi, mengingat adanya peluang pengembangan UMKM dalam menghadapi
masyarakat ekonomi ASEAN 2015, diantaranya tersedianya potensi ukuran pasar
sebesar 591 juta, pertumbuhan GDP sebesar 1,3 persen dengan total GDP $ 1,5
trilyun pada tahun 2009, transfer teknologi maupun pengetahuan serta akses terhadap
pembiayaan.
Berdasarkan peta kekuatan UMKM di Indonesia, UMKM merupakan salah
satu pilar dalam perekonomian Indonesia yang memiliki daya tahan terhadap gejolak
ekonomi serta banyak memiliki bidang usaha yang dapat dikembangkan. Di sisi lain,
beberapa kelemahan yang menjadi kendala pengembangan UMKM selain modal
adalah modal intelektual (intellectual capital), kapabilitas manajemen, kapabilitas
inovasi, entrepreneurship, produksi dan operasi, pemasaran termasuk customer
relationship management dan legal. Berdasarkan studi Haikal dan Ismaeni (2008)
aspek yang kuat bagi UMKM untuk menjadi feasible dan bankable antara lain
entrepreneurship, produk dan produksi, sementara aspek pemasaran, keuangan dan
permodalan serta legal masih lemah.
Keunggulan kompetitif UMKM dalam menghadapi masyarakat ekonomi
ASEAN 2015 dapat dicapai melalui peningkatan pada aspek intellectual capital (Wu
and Sivalogathasan, 2013; Mucelli and Marinoni, 2011; Capello and Faggian, 2005),
Page 11
2
organizational knowledge assets (Verde et al.2011), knowledge sharing (Kumar &
Rose, 2011; Lin, 2007; Rahab et. al, 2011), entrepreneurship dan marketing
capability (Lee and Hsieh, 2010), customer relationship management capability (Lin,
Chen, Chiu, 2009; Battor & Battor, 2010). Baldwin (1995) menyatakan bahwa
aktivitas inovasi justru lebih intens terjadi pada perusahaan skala kecil dan menengah.
Penelitian ini berusaha mengidentifikasi pentingnya peningkatan kinerja
UMKM melalui pendekatan holistic yang mencakup faktor organizational knowledge
assets, customer relationship management, dan innovation capability UMKM di
Jawa Tengah.
Beberapa kendala yang dihadapi oleh UMKM tenun di Jawa Tengah antara
lain masalah pemasaran, masalah bahan baku, masalah produksi (peralatan kurang
memadai) , masalah tenaga kerja (inovasi dan kreativitas produk masih rendah,
kurangnya ketrampilan dan kreativitas SDM yang ada, kurangnya pelatihan dan
motivasi SDM.). Permasalahan lainnya adalah masih rendahnya kapabilitas
pengetahuan, manajemen hubungan dengan pelanggan, Berdasarkan kondisi tersebut
diatas, maka permasalahan penelitian adalah bagaimana meningkatkan keunggulan
bersaing dan kinerja UMKM di Jawa Tengah melalui pendekatan holistic
organizational knowledge assets, customer relationship management, dan innovation
capability dalam menghadapi masyarakat ASEAN 2015.
1.2 Urgensi Penelitian
Pertumbuhan PDB UMKM atas harga berlaku tahun 2012 sebesar 13,15%
dan mengisi sekitar 59,08 persen. Jumlah unit usaha di Indonesia pada tahun 2012
sebanyak 56,53 juta unit usaha, 99,99 persen merupakan UMKM dan sisanya 0,01
persen adalah usaha besar. Jumlah tenaga kerja nasional tahun 2012 sebanyak 110
juta orang, 97,16 persen bekerja pada sector UMKM. Rata-rata ekspor non migas
UMKM sebesar 17,31 persen dengan pertumbuhan rata-rata 8,41 persen per tahun.
Sejumlah studi tentang pengembangan UMKM telah dilakukan oleh peneliti.
Penelitian yang dilakukan Heru dan Siyamtinah (2009) pada industri kecil menengah
di Kota Semarang menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi serta riset dan
Page 12
3
pengembangan berpengaruh terhadap pengembangan kapabilitas inovasi. Heru,
Siyamtinah dan Rahmani (2010 dan 2011) tentang peningkatan kinerja UKM kota
Semarang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor
internal, faktor eksternal dan hambatan kemitraan terhadap kapabilitas inovasi dan
kinerja UKM kota Semarang.
Faktor human capital (pengetahuan , ketrampilan, kapabilitas), organizational
capital (proses, sistem, database) dan social capital (hubungan interaksi) sangat
penting dalam mempengaruhi kemampuan inovasi dan kinerja perusahaan (Wu &
Sivalogathasan, 2013). Faktor pemasaran sangat penting dalam meningkatkan
kapabilitas inovasi, kinerja dan keunggulan bersaing perusahaan. Salah satu
kelemahan UMKM adalah ketidakmampuan menjalin hubungan dengan pelanggan,
khususnya dalam memperoleh saran untuk memperbaiki produk dan jasa (Ramani &
Kumar, 2008). Customer relationship management (CRM) membantu perusahaan
menyaring pengetahuan tentang keinginan dan selera konsumen. Efektifitas dan
efisiensi CRM meningkatkan pengembangan kapabilitas inovasi dan menciptakan
keunggulan bersaing (Ramani and Kumar, 2008; Sahay and Ranjan,2008).
Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian ini menjadi sangat penting di lakukan
agar kinerja UMKM Kabupaten Jepara meningkat dan mampu mencapai keunggulan
bersaing dalam masyarakat ASEAN 2015.
1.3 Temuan dan Inovasi yang Diharapkan
Temuan dan inovasi yang diharapkan dalam penelitian ini adalah menemukan
model keunggulan bersaing UMKM Jawa Tengah dengan pendekatan holistic dalam
menghadapi masyarakat ASEAN 2015 agar mampu meraih keunggulan bersaing baik
di tingkat nasional maupun internasional. Penelitian ini diharapkan menghasilkan
inovasi dalam bidang sumber daya manusia, pemasaran agar mampu mendorong
peningkatan kinerja UMKM serta menghasilkan keunggulan bersaing yang
berkelanjutan. Penelitian ini juga terkait dengan IPTEK karena akan memperkaya
ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen sumber daya manusia dan manajemen
Page 13
4
pemasaran, khususnya factor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan inovasi dalam
menciptakan keunggulan bersaing perusahaan. Penelitian juga mendukung
implementasi rencana induk penelitian (RIP) lembaga penelitian Unissula Semarang
untuk ikut mengembangkan usaha kecil dan menengah khususnya di Jawa Tengah
baik dari aspek sumber daya manusia, pemasaran, keuangan produksi, inovasi dan
teknologi, ICT agar mampu menghasilkan kinerja yang optimal dan mampu memiliki
daya saing baik local, nasional maupun internasional. Dengan adanya UMKM yang
berkinerja tinggi, maka akan mendorong peningkatan ekonomi masyarakat Jawa
Tengah, meningkatkan lapangan kerja serta mengurangi tingkat kemiskinan.
Page 14
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Customer Relationship Management (CRM)
Manajemen hubungan pelanggan (customer relationship management) yang
baik antara perusahaan manufaktur dengan pelanggan industri mampu
mempertahankan pelanggan dan berguna dalam memperbaiki produk dan jasa
(Ramani & Kumar, 2008). Manajemen hubungan pelanggan (CRM) membantu
perusahaan memperbaiki pengetahuan mereka tentang selera pelanggan. Pengelolaan
CRM yang efektif dan efisien akan mendorong pengembangan kapabilitas inovasi
dalam menciptakan keunggulan kompetitif (Ramani and Kumar, 2008; Sahay and
Ranjan, 2008). Beberapa studi saat ini memfokuskan struktur organisasi dan budaya
dalam meningkatkan kinerja operasional (Lagrosen, 2005). CRM merupakan
penggunaan teknik dan strategi ekstensif untuk mendapatkan, mengumpulkan dan
menumbuhkan pelanggan dan memelihara hubungan jangka panjang (Sin et al.,
2005).
Aggarwal (1997) and Claycomb et al. (1999) mendefinisikan CRM sebagai
seperangkat aktivitas praktek perusahaan untuk memahami permintaan pelanggan dan
memperbaiki kepuasan pelanggan. Pendekatan berpusat pelanggan merupakan factor
sukses utama dalam bisnis (Joo, 2007). Sin et al., 2005 berpendapat bahwa aktivitas
CRM mencakup praktek perusahaan untuk memuaskan keinginan pelanggan,
identifikasi preferensi pelanggan, pemecahan complain pelanggan, menyediakan
pelayanan pasca penjualan dan membangun hubungan jangka panjang dengan
pelanggan. Chen and Paulraj (2004) menekankan pentingnya komunikasi dan
hubungan jangka panjang pelanggan dalam pengembangan supply chain
management. Menurut Lin et al. (2009), aktivitas CRM mencakup information
sharing, customer involvement, long term partnership, joint problem solving dan
technology based CRM. Hasil penelitian Lin et al. (2009) menyimpulkan bahwa
mayoritas berbagai aktivitas CRM berpengaruh signifikan terhadap dimensi
Page 15
6
kapabilitas inovasi. Ramani and Kumar (2008) menyarankan penggunaan CRM
dalam menciptakan, memelihara hubungan pelanggan dan menjaga partnership
jangka panjang merupakan elemn strategic yang penting dalam pengembangan
inovasi.
2.2 Organizational Knowledge Assets
Kapabilitas inovasi perusahaan tergantung pada intellectual assets dan
pengetahuan (Alegre and Lapiedra, 2005; Chang and Lee, 2008; Subramaniam and
Youndt, 2005). Beberapa peneliti membedakan antara intellectual capital dengan tipe
organizational knowledge stocks dan secara umum beberapa peneliti sepakat bahwa
dimensi intellectual capital mencakup human capital, structural capital dan
relational capital. Namun demikian, Tseng and Goo (2005) memandang ada
kesamaan antara intellectual capital dengan asset pengetahuan perusahaan
(organizational knowledge asets) . Perspektif Intellectual capital memfokuskan
tentang bagaimana memaksimumkan nilai asset intangible, dan penting untuk
menjembatani sumber daya dan nilai perusahaan (Tseng and Goo, 2005). Komponen
intellectual capital terdiri tiga komponen dasar yaitu human capital, organizational
atau structural capital dan relational capital (Hermans and Kauranen, 2005).
intellectual capital telah didefinisikan pengetahuan perusahaan yang digunakan untuk
mencapai keunggulan bersaing. Dalam perspektif organisasi, intellectual capital
mendorong kinerja organisasi, mempengaruhi kapabilitas inovasi dan berpengaruh
positif terhadap kapabilitas dan kinerja perusahaan. Wu & Sivalogathasan (2013)
mendefinisikan intellectual capital sebagai seluruh pengetahuan organisasi yang
digunakan dalam melakukan proses bisnis untuk memperoleh keunggulan bersaing.
Human capital merupakan pengetahuan, ketrampilan yang ada dan digunakan
individu untuk menciptakan nilai bagi pengembalian investasi perusahaan (berupa
hiring, training, motivating). Organizational capital merupakan pengetahuan dan
pengalaman yang dilembagakan dan disimpan dalam database berupa , paten, manual,
struktur. Social capital adalah proses interaksi antar individu dan hubungan jaringan
kerja diantara individu, biasanya memerlukan norma untuk berkolaborasi, interaksi
Page 16
7
dan berbagi ide didalam perusahaan. Penelitian yang dilakukan Wu & Sivalogathasan
(2013) menyimpulkan bahwa human capital, organizational capital dan social
capital berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi. intellectual capital
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dan kapabilitas inovasi
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan (Lin, 2007)
menyimpulkan bahwa knowledge sharing (knowledge donating dan knowledge
collecting) yang juga berupa modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap
kapabilitas inovasi perusahaan. Penelitian yang dilakukan Verde et al. (2011)
menyimpulkan bahwa organizational knowledge assets yang berupa human capital,
structural capital dan relational capital berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas
inovasi.
2.3 Kapabilitas Inovasi
Inovasi merupakan ide, praktek dan obyek yang dilihat seperti baru dari
Inividu. (Fruhling and Siau,2007; Hsu,2006). Kapabilitas inovasi merupakan
implementasi dan kreasi teknologi yang diaplikasikan pada sistem, kebijakan,
program, produk, proses dan pelayanan yang baru pada organisasi (Lin et.al, 2009).
Kapabilitas inovasi juga merupakan kemampuan untuk menyerap dan menggunakan
informasi eksternal untuk di transfer kedalam pengetahuan baru (Cohen and
Levinthal,1990). Kapabilitas inovasi juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menciptakan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Kapabilitas
inovasi merupakan seperangkat karakteristik yang komprehensif dari organisasi yang
memfasilitasi dan mendorong strategi inovasi (Wu & Sivalogathasan,2013).
Weerawardena (2003) memandang inovasi sebagai modifikasi produk, proses,
pelayanan, sistem organisasi dan sistem pemasaran untuk menciptakan nilai
pelanggan. Kapabilitas inovasi terdiri dari inovasi teknis dan inovasi administratif
(Damanpour, 1991). Inovasi teknis meliputi produk, pemasaran, pelayanan dan
teknologi yang digunakan untuk membuat produk, penjualan produk dan pelayanan
yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan. Inovasi administrasi berkenaan
dengan struktur organisasi dan proses administrasi yang secara tidak langsung
Page 17
8
berhubungan dengan aktivitas organisasi dan banyak berhubungan langsung dengan
manajemen (Damanpour and Evan,1984). Menurut Lin et.al, (2009), kapabilitas
inovasi terdiri dari inovasi produk, inovasi proses, inovasi pemasaran, inovasi
pelayanan dan inovasi administrasi. Penelitian yang dilakukan Wu & Sivalogathasan
(2013) menyimpulkan bahwa kapabilitas inovasi yang tinggi dalam organisasi akan
meningkatkan kinerja perusahaan. Kapabilitas untuk mengeksploitasi pengetahuan
dalam memperoleh sesuatu yang baru maupun memperbaikinya untuk dapat
menciptakan nilai organisasi atau meningkatkan efisiensi operasional organisasi.
Inovasi merupakan kapabilitas organisasi yang penting, karena kesuksesan produk
baru merupakan mesin pertumbuhan dan memberikan dampak pada peningkatan
penjualan, laba, dan kekuatan persaingan bagi banyak organisasi ( Pauwels, Silva-
Risso, Srinivasan, & hanssen, 2004; Sivadas & Dwyer, 2000). Beberapa temuan
penelitian sepakat bahwa terdapat hubungan langsung dan positif antara inovasi
dengan kinerja (Thornhill, 2006).
2.4 Studi Pendahuluan
Penelitian yang dilakukan Heru dan Siyamtinah (2013) tentang keunggulan
bersaing Industri tenun Troso Kabupaten Jepara berbasis relational capital ,
menyimpulkan bahwa relational capital sangat penting bagi industri tenun Troso
dalam meningkatkan kinerja dan keunggulan bersaing.
Penelitian yang dilakukan Siyamtinah dan Mutamimah (2012) menyimpulkan
bahwa sebagian besar perusahaan Batik di Jawa Tengah sudah menerapkan green
business dalam operasionalnya baik green input, green process, green output, green
marketing dan green ICT.
Penelitian yang dilakukan Heru, Siyamtinah dan Rahmani (2010 dan 2011)
tentang peningkatan kinerja UKM kota Semarang menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara faktor internal, faktor eksternal dan hambatan
kemitraan terhadap kapabilitas inovasi dan kinerja UKM kota Semarang.
Penelitian yang dilakukan Heru, Siyamtinah dan Rahmani (2009) tentang
keragaman pola membangun kapabilitas inovasi organisasional pada industri kecil
menengah di Kota Semarang dengan mengambil sampel sebanyak 101 manajer UKM
Page 18
9
di Semarang menyimpulkan bahwa kapabilitas sumber daya manusia, penggunaan
teknologi serta riset dan pengembangan berpengaruh terhadap pengembangan
kapabilitas inovasi.
Penelitian yang dilakukan Siyamtinah dan Rahmani (2008) tentang dampak
kemitraan usaha UKM di Semarang menyimpulkan bahwa ada pengaruh negative
dan signifikan antara variabel tacitness, kompleksitas, pengalaman, perbedaan budaya
organisasional, terhadap variabel kinerja operasional secara parsial.
Penelitian yang dilakukan Rahab et al. (2011) tentang pengembangan
kapabilitas inovasi UKM melalui proses knowledge sharing industry kreatif
Indonesia menyimpulkan bahwa faktor individu, dimana seseorang yang memiliki
semangat membantu orang lain kecenderungan untuk melakukan knowledge sharing
dengan orang lain sangat tinggi.
Penelitian yang dilakukan Mucelli and Marinoni (2011) tentang peran modal
relasional (relational capital) dan innovasi dengan mengambil dua kasus perusahaan
menengah di Italia yang sukses menyimpulkan bahwa perusahaan berhasil sukses
karena melakukan relational capital yang membuatnya dapat berinovasi proses
produksi yang sistematis.
Penelitian yang dilakukan Ahmadi et al (2011) menyimpulkan bahwa human
capital, structural capital, relational capital berpengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap kinerja organisasi. Human capital berpengaruh signifikan terhadap
kinerja organisasi melalui structural capital dan relational capital. Structural capital
berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi melalui relational capital.
Penelitian yang dilakukan Battor et al. (2010) tentang dampak customer
relationship management capability terhadap kapabilitas inovasi dan kinerja
menyimpulkan bahwa customer relationship management capability berpengaruh
signifikan terhadap inovasi, Inovasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
perusahaan. Penelitian yang dilakukan Lee and Hsich (2010) tentang hubungan
antara entrepreneurship, marketing capability terhadap kapabilitas inovasi dan
keunggulan bersaing menyimpulkan bahwa Kapabilitas inovasi berpengaruh
langsung terhadap keunggulan bersaing perusahaan.
Page 19
10
2.5 Roadmap Penelitian
Gambar 1
Roadmap Penelitian
Model peningkatan
kinerja UKM kota Semarang (Thn 1);
Heru, Siyamtinah,
Rahmani (2010)
Model peningkatan kinerja
UKM kota Semarang (Thn 2). Heru, Siyamtinah,
Rahmani (2011)
Heru, Siyamtinah,
Rahmani (2011)
Keunggulan bersaing
Industri tenun Troso berbasis relational
capital (Siyamtinah
dan Heru (2013)
Dampak hambatan
kemitraan usaha
terhadap kinerja UKM di Semarang,
Siyamtinah dan
Rahmani (2008)
Dampak keragaman
membangun kapabilitas
inovasi IKM di Semarang (Heru, Siyamtinah dan
Rahmani (2009)
Model Optimalisasi
Kemitraan UKM dan
BUMN melalui Program PKBL
(Heru&Ardian,2011)
Keunggulan Bersaing
UMKM tenun Jawa
Tengah berbasis organizational knowledge
assets & CRM (Heru,
Wuryanti,
Siyamtinah,(2014)
Penelitian tahun
2014
Page 20
11
Lemahnya
kapabilitas dan ketrampilan,
interaksi antar
karyawan
Rendahnya inovasi
Produk, inovasi proses, inovasi
pelayanan, inovasi
pemasaran
Rendahnya
manajemen
hubungan pelanggan
Masih Belum Optimalnya
Kinerja dan Keunggulan
Bersaing UMKM Jawa
Tengah
Draft Model Keunggulan
Bersaing UMKM tenun di Jawa
Tengah Berbasis Organizational
Knowledge Assets dan CRM
Hambatan Kemitraan
UKM (Siyamtinah, 2009)
Keragaman pola
membangun inovasi (Siyamtinah, 2010)
Model Peningkatan
Kinerja UKM
(Siyamtinah, 2011)
Model peningkatan
Green Business UKM
Batik Di Jateng
(Siyamtinah, 2012)
Customer Relationship
Management
Peningkatan Kapabilitas
Inovasi
Human
Capital
Peningkatan Kinerja UMKM
Jawa Tengah
Lee & Hsich, 2010
Battor & Battor, 2010
Cakar & Erturk, 2010
Mucelli & Marinoni,
2011
Rahab et al., 2011
Verde et al. , 2011
Publikasi Jurnal Ilmiah
Terakreditasi “Media Riset
dan Bisnis” FE Trisakti
Jakarta
LUARAN
TAHUN I
Organizational
Capital
Social
Capital
Wu & Sivalogathasan. ,
2011
Page 21
12
Draft Model Keunggulan
Bersaing UMKM di Jawa
Tengah Berbasis organizational
Knowledge Assets dan CRM
Uji Model
Focus Group Discussion
Stakeholders UMKM
Pengusaha
UMKM
Dinas Koperasi
dan UMKM
Jawa Tengah
Dinas Koperasi
dan UMKM
Kota Semarang
dan Jepara
dPekalongan
Perguruan Tinggi
Model Keunggulan Bersaing
UMKM di Jawa Tengah
Berbasis organizational
Knowledge Assets dan CRM
Buku ajar Pengembangan UMKM
berbasis organizational knowledge
assets, customer relationship
management, dan innovation
capability
TAHUN II
Page 22
13
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Khusus
1. Tujuan khusus tahun I dari penelitian ini adalah mengidentifikasi beberapa
factor yang mempengaruhi keunggulan bersaing dan kinerja UMKM Jawa
Tengah melalui organizational knowledge assets (human capital,
organizational capital, structural capital), customer relationship management
(information sharing, customer involvement, long term partnership, joint
problem solving), kemampuan inovasi (product innovation, process
innovation, marketing innovation, service innovation). Luaran penelitian
tahun I berupa draft artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal akreditasi
nasional “Media Riset Bisnis dan Manajemen “ Fakultas Ekonomi Tri Sakti
Jakarta. Secara rinci, tujuan khusus penelitian tahun I ini adalah: Menemukan
draft model Keunggulan Bersaing UMKM di Jawa Tengah Berbasis
Organizational Knowledge Assets dan customer relationship management
guna menghadapi masyarakat ASEAN 2015
3.1.2 Tujuan khusus tahun kedua adalah menguji model keunggulan bersaing
UMKM Jawa Tengah di tingkat nasional dan internasional dengan melibatkan
stakeholders UMKM di Kabupaten Jepara melalui focus group discussion.
Luaran penelitian tahun II Pengembangan UMKM berbasis organizational
knowledge assets, customer relationship management, dan innovation
capability.
Page 23
14
3.2. Manfaat Penelitian
1. Memberikan rekomendasi kebijakan dalam pengembangan industry tenun
Troso kepada para pengusaha dan pengrajin, pemerintah kabupaten Jepara dan
pemerintah Provinsi Jawa Tengah, khususnya dalam hal meningkatkan
manajemen hubungan pelanggan dan pengelolaan asset pengetahuan
organisasi dalam meningkatkan kapabilitas inovasi dan keunggulan bersaing
dalam menghadapi masyarakat ASEAN 2015
2. Memberikan wawasan dan khasanah yang lebih luas kepada para praktisi,
peneliti dan akademisi dalam mengelola usaha tenun melalui pendekatan
customer relationship manajement dan organizational knowledge assets untuk
menghasilkan kapabilitas inovasi dan keunggulaan bersaing.
3. Memberikan sebuah model peningkatan keunggulan bersaing usaha tenun
Troso Jepara berbasis customer relationship manajement dan organizational
knowledge assets
4. Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
dalam bidang manajemen operasional, manajemen pemasaran maupun
manajemen sumber daya manusia.
Page 24
15
BAB 4
METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir
Gambar 2
Bagan Alir Penelitian
Mengidentifikasi beberapa factor yang mempengaruhi
keunggulan bersaing berdasar organizational
knowledge assets (human capital, organizational
capital, social capital, knowledge sharing) dan
customer relationship management (inovasi produk,
proses inovasi, inovasi pemasaranm inovasi
pelayanan
Kuesioner dan
wawancara
TAHUN I
Publikasi di Jurnal
Akreditasi nasional
“Media Riset dan
Bisnis” FE Trisakti
Jakarta
Model peningkatan
Green Business UKM
Batik Di Jateng
(Siyamtinah, 2012)
Model Peningkatan
Kinerja UKM Di
Semarang (Heru,
Siyamtinah, Rahmani
(2010,2011)
Keragaman pola
membangun inovasi IKM
di Jateng (Siyamtinah, 2009)
Sampel: UMKM
Jepara (75) dan
Semarang (50),
Pekalongan (50)
Analisis Deskriptif
Analisis Partial Least
Square
Draft Model Keunggulan Bersaing UMKM
di Jawa Tengah Berbasis organizational
Knowledge Assets dan CRM
Uji Model dan Implementasi
Focus Group
Discussion
Stakeholders UMKM di
Semarang, Jepara,
pekalongan Model Keunggulan Bersaing UMKM tenun
di Jawa Tengah Berbasis organizational
Knowledge Assets dan CRM
Masih Belum Optimalnya Kinerja dan
Keunggulan Bersaing UMKM Jawa
Tengah
Buku ajar Pengembangan
UMKM
berbasis organizational
knowledge assets, customer
relationship management,
dan innovation capability
TAHUN 2
Page 25
16
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini seluruh usaha kecil dan menengah tenun di
Jawa Tengah yang mencakup Kabupaten Jepara (283 buah), Kabupaten Sukoharjo (4
buah), Kabupaten Klaten (31 buah), Kota Pekalongan (46 buah), Kabupaten
Pekalongan (69 buah), Kabupaten Batang ( 32 buah), Kabupaten Pemalang (190
buah), Kota Tegal (13 buah), Kabupaten Sragen (97 buah). Sampel dalam penelitian
ini adalah pemilik UMKM tenun di Kabupaten Jepara Sebanyak 100 orang
Pengambilan sampel menggunakan nonprobabilitas (secara tidak acak) dengan
metode purposive sampling yang berdasarkan pertimbangan UMKM tenun yang
sudah beroperasi minimal lima tahun dan masih eksis hingga saat ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner
dan wawancara. Kuesioner ditujukan kepada para pelaku/pemilik UMKM tenun di
Jepara dan di Pekalongan mencakup profil usaha, modal intelektual, kemampuan
sharing pengetahuan, manajemen hubungan dengan pelanggan, kapabilitas inovasi
serta dukungan Pemerintah saat ini. Kuesioner yang ditujukan pada Pemerintah
Kabupaten Jepara dan kota pekalongan (Kepala Dinas koperasi dan UKM)
Pengambilan data sekunder dilakukan di dinas koperasi dan UMKM Kabupaten
Jepara dan Kota Pekalongan.
3.4 Pengukuran variabel
a. Customer Relationship Management terdiri dari indikator, Sharing informasi,
Keterlibatan pelanggan, Partnership jangka panjang dan Pemecahan masalah bersama
Page 26
17
b. Organizational knowledge assets terdiri dari indikator Modal manusia, Modal
struktural, Modal relational.
c. Kapabilitas Inovasi terdiri dari indikator Inovasi produk, Inovasi proses,
Inovasi administrasi, Inovasi pemasaran dan Inovasi pelayanan
d. Keunggulan Bersaing terdiri dari indikator biaya rendah, Kualitas produk atau
jasa yang ditawarkan perusahaan lebih baik , Perusahaan lebih mampu R & D dan
inovasi dari pesaing utama, Perusahaan memiliki kemampuan manajerial yang lebih
baik daripada pesaing utama.
Semuanya di ukur dengan menggunakan skala Likert 1s/d 5, 1 = sangat tidak
setuju dan 5 = sangat setuju.
3.5 Metode Analisis
Analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji T dan analisis Partial Least
Square (PLS). Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi profil
UMKM, kondisi UMKM serta deskripsi masing-masing variable penelitian. Uji T
digunakan untuk mengetahui perbedaan keunggulan bersaing antar UMKM. Analisis
PLS digunakan untuk mengetahui pengaruh variable organizational knowledge assets
dan CRM terhadap keunggulan bersaing.
Page 27
18
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Responden
5.1.1.Tingkat Pendidikan
Deskripsi ini untuk mengetahui tingkat pendidikan para pelaku UKM di
Semarang. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 5.1
DESKRIPSI TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase
1. S1 9 9
2. D3 6 6
3. SMA 50 50
4. SMP 22 22
5 SD 12 12
Jumlah 100 100
Sumber data: Data primer yang diolah, 2015
Berdasarkan table tersebut diatas, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
para pelaku industri tenun Troso Jepara mayoritas berpendidikan SMA (50%), diikuti
lulusan SMP (22%), SD (12%) serta lulusan D3 dan S1 hanya 15%. Kondisi ini
terkait dengan budaya dan nilai-nilai masyarakat yang menganggap bahwa setelah
lulus SMA lebih tinggi statusnya menjadi entrepreneur dibandingkan dengan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan lulus menjadi pegawai
negeri. Hal ini berdampak pada kemampuan pengetahuan, pola pikir dan kapabilitas
intelektual dalam menjalankan bisnis tenun Troso yang masih terbatas, sehingga
menyulitkan untuk melakukan inovasi berkelanjutan.
Page 28
19
5.1.2.. Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 5.2, ditinjau dari sisi gender pelaku Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) Troso Jepara, proporsi pria lebih dominan (93%) dibandingkan
wanita (7%). Hal ini disebabkan karena mayoritas pria di Jepara banyak yang tidak
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi (D3 keatas) dan lebih menekuni
bidang usaha, khususnya industry tenun. Sistem produksi tenun Troso memang
banyak memperkerjakan tenaga pria dan banyak yang membuka sendiri setelah
bekerja pada orang lain untuk memanfaatkan peluang pasar yang ada. Nilai dan
budaya ini berlaku sejak dahulu hingga saat ini juga mempengaruhi peran pria yang
lebih dominan disbanding dengan wanita.
Tabel 5.2
DESKRIPSI JENIS KELAMIN RESPONDEN
No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1. Pria 93 93
2. Wanita 7 7
Jumlah 100 100
Sumber data: Data yang diolah tahun 2015
5.1.3. Umur Responden
Berdasarkan table 5.3 menunjukkan bahwa kelompok usia pelaku usaha tenun
Troso Jepara mayoritas berusia 40-49 (38%), selanjutnya diikuti usia 30-39 (23%)
dan usia 50-59 (22%). Usia diatas 40 menunjukkan usia produktif dan matang,
sehingga dalam menangani usaha akan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan
bisnis serta menunjukkan tingkat pengalaman yang tinggi dalam menekuni bisnis
tenun Troso.
Page 29
20
Tabel 5.3
DESKRIPSI UMUR RESPONDEN
No. Umur Jumlah Presentase
1. 20 – 29 2 2
2. 30 – 39 23 23
3. 40 – 49 38 38
4 50 - 59 22 22
5 60 - 69 15 15
Jumlah 100 100
Sumber data: Data yang diolah tahun 2015
5.1.4 Lama Usaha
Lama usaha responden berdasarkan Tabel 5.4, terlihat bahwa mayoritas
responden telah mengelola usaha Troso di Jepara 10-14 tahun.
Tabel 5.4
LAMA USAHA
No. Tahun Jumlah Presentase
1. 1 - 4 Tahun 12 12
2. 5 – 9 Tahun 20 20
3. 10 – 14 Tahun 30 30
4. 15 – 19 Tahun 10 10
5 Diatas 20 Tahun 28 28
Jumlah 100 100
Sumber data: Data yang diolah tahun 2015
Hal ini mengindikasikan bahwa responden sudah cukup lama dan berpengalaman
dalam menekuni UKM Troso serta mampu menjaga eksistensi di tengah persaingan
yang cukup tinggi.
Page 30
21
5.1.5 Jumlah Karyawan
Jumlah karyawan yang bekerja aktif dalam industri tenun troso sangat
bervariasi antar satu usaha dengan usaha lainnya, mengingat tergantung dari besar
kecil usaha serta jangkauan pemasarannya. Berdasarkan tabel 5.5, mayoritas jumlah
karyawan usaha tenun troso 10 – 19 orang (59%). Sementara yang memiliki jumlah
karyawan diatas 20 orang hanya sekitar 29%.
Tabel 5.5
JUMLAH KARYAWAN
No. Karyawan Jumlah Presentase
1. 1 – 9 12 12
2. 10 – 19 59 59
3. 20 – 29 22 22
4. 30 – 39 3 3
5 Diatas 40 4 4
Jumlah 100 100
Sumber data: Data yang diolah tahun 2015
5.1.6 Omzet Penjualan
Kinerja usaha tenun Troso tercermin dari perolehan omzet penjualannya.
Besarnya omzet penjualan akan mendorong usaha tenun Troso memperbesar
kapasitas produksinya. Berdasarkan tabel 5.6, mayoritas 77% omzet penjualan UKM
Troso berada pada kisaran 1 - 19 juta per bulan . Usaha tenun yang memiliki omzet
40 juta keatas sebesar 5%. Besarnya omzet yang diperoleh para pelaku tenun Troso
rata-rata sudah cukup bagus, mengingat pemasarannya masih terbatas si sekitar
wilayah Jepara dan Jawa Tengah. Kondisi ini juga didukung dengan perkembangan
Page 31
22
trend penggunaan batik tenun di kalangan masyarakat serta adanya kebijakan dari
berbagai pemerintah daerah, khususnya Jepara untuk menggunakan batik.
Tabel 5.6
OMZET PENJUALAN
No. Penjualan (juta) Jumlah Presentase
1. 1 – 19 77 77
2. 20 - 39 18 18
3. 40 - 59 5 5
Jumlah 100 100
Sumber data: Data yang diolah tahun 2015
5.2. Deskripsi Jawaban Responden
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai
variabel-variabel penelitian yang digunakan antara lain customer relationship
management, organizational knowledge assets, kapabilitas inovasi, dan keunggulan
bersaing. Persepsi responden mengenai variabel yang diteliti pada studi ini
menggunakan nilai indeks dengan rumus :
(%f1x1)+(%f2x2)+(%f3x3)+(%f4x4)+(%f5x5)/100. Dengan menggunakan tiga
kriteria kotak , maka nilai indeks dikelompokkan sebagai berikut:
1 - 2,33 = Rendah
2,24 - 3,57 = Sedang
3,58 - 5 = Tinggi
5.2.1 Variabel Customer Relationship Management
Indikator Customer Relationship Management terdiri dari tiga indikator yaitu
Sharing informasi, Partnership jangka panjang dan Pemecahan masalah bersama
Page 32
23
Berdasarkan hasil penelitian, tanggapan responden terhadap masing-masing indikator
pada variabel sebagai berikut:
Tabel 5.7
DESKRIPTIF CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT
Indikator
Sang
at
tidak
setuju
Tidak
setuju
Kurang
setuju
Setuj
u
Sangat
Setuju
Rata-
Rata
(%) (%) (%) (%) (%)
Sharing informasi - - - 64 36 4,36
Parnership jangka panjang - - - 64 36 4,36
Pemecahan masalah - - - 64 36 4,36
Sumber data: Data primer yang diolah, 2015
Berdasarkan hasil deskripsi indicator customer relationship management,
rata-rata indikator sharing informasi yang dilakukan para pengusaha UKM tenun
Troso jepara sebesar 4,36,masuk kategori baik, artinya bahwa para pengusaha dan
pengrajin tenun Troso Jepara sering berbagi informasi tentang produksi, pemasaran
dan desain dan motif tenun Troso. Hal ini dilakukan dengan mengadakan pertemuan
secara rutin diantara pengusaha Troso untuk saling berbagi informasi melalui tentang
kondisi penjualan tenun Troso serta upaya-upaya memperluas pemasaran tenun
Troso. Selama ini pemasaran sudah menjangkau di Kalimantan, Bali, Lombok,
Sulawesi dan produk tenun yang didesain menyesuaikan dengan kebutuhan
konsumen masing-masing daerah. Forum rembug kluster dan forum diskusi yang
didirikan tahun 2008 merupakan salah satu media untuk berbagi informasi. Di
samping itu juga terdapat kelompok usaha muda tenun Troso yang terdiri dari para
Page 33
24
pengusaha dan pengrajin yang berpendidikan minimal D3, yang diharapkan dapat
lebih cepat mengembangkan tenun Troso sesuai dengan selera dan kebutuhan
konsumen, karena dipandang memiliki manajemen pengetahuan yang baik. Hampir
semua pengusaha tenun troso Jepara masuk dalam keanggotaan asosiasi, yaitu
asosiasi tenun troso dan tekstil Jepara (ASSTIKA). Manfaat dari keanggotaan
asosiasi adalah adanya saling berbagi informasi (knowledge sharing) antar anggota
baik dalam hal produk, pemasaran maupun permodalan. Kegiatan tersebut misalnya
pelatihan pewarnaan bagi anggota asosiasi tenun troso dan tekstil, pelatihan-pelatihan
peningkatan kapasitas UKM, promosi dan penjualan melalui Pusat Oleh-oleh Khas
Jepara.
Hubungan jangka panjang yang dilakukan para pengrajin dan pengusaha
tenun Troso jepara sudah dilakukan dengan baik (rata-rata 4,36), artinya bahwa
mereka yang tergabung dalam asosiasi tenun Troso dan forum rembug kluster sering
mengunjungi para konsumennya, baik di Jepara maupun diluar Jepara. Hal ini
diwujudkan dalam bentuk kunjungan pemasaran door to door di setiap wilayah
pemasaran yang ada selama ini untuk memperkenalkan desain dan motif baru kain
tenun serta untuk mencari ide dan masukan dari para pelanggan yang ada untuk
ditindaklanjuti dalam produksi maupun dalam bentuk pameran tenun Troso.
Komunikasi dengan pelanggan juga diwujudkan melalui media elektronik (SMS)
maupun melalui WEB untuk menampilkan desain, motif dan warna tenun Troso yang
baru.
Permasalahan yang dihadapi oleh para pengrajin dan pengusaha tenun Troso
Jepara sering diselesaikan dengan berbagai stakeholders tenun Troso, diantaranya
Page 34
25
pemerintah kabupaten Jepara, pemerintah kabupaten provinsi, para penjualan (agen)
maupun para konsumen secara langsung, KAdin Jepara maupun perguruan tinggi.
Permasalahan terkait dengan pemasaran misalnya, dipecahkan bersama dengan
pemerintah kabupaten Jepara dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sehingga muncul
kebijakan, SK Gubernur dan Perda Jepara tentang penggunaan seragam tenun Troso
oleh para pegawai PNS. Persoalan tentang penyusunan dan pengelolaan administrasi,
manajemen keuangan dan desain serta kualitas produk dipecahkan bersama dengan
Dinas koperasi dan UKM Jepara yang juga merupakan pelanggan dan pemakai tenun
Troso.
5.2.2 Organizational knowledge assets terdiri dari indikator Modal manusia, Modal
struktural, Modal relational. Berdasarkan hasil deskripsi indicator kapabilitas
pemasaran, rata-rata indikator manajemen hubungan pelanggan sebesar 4,47 masuk
kategori baik. Berdasarkan table 5.8 , pengetahuan produksi, pengalaman produksi,
kompetensi, kerja sama, struktur organisasi, prosedur dan birokrasi, relasi dengan
pelanggan, pemasok sudah dilakukan baik (rata-rata diatas 3,58), hanya relasi dengan
pemerintah daerah masih perlu ditingkatkan (rata-rata masuk kategori sedang). Para
pengrajin dan pengusaha Troso memiliki pengetahuan tentang desain produk, proses
produksi, pemasaran dilakukan secara otodidak dan berdasarkan turun - temurun
ataupun peralihan dari yang tadinya sebagai pengrajin yang bekerja pada perusahaan,
keluar dan mendirikan sendiri usaha tenun Troso Jepara.
Page 35
26
Tabel 5.8
DESKRIPSI ORGANIZATIONAL KNOWLEDGE ASSETS
Indikator
Sang
at
tidak
setuju
Tidak
setuju
Kurang
setuju
Setuj
u
Sangat
Setuju
Rata-
Rata
(%) (%) (%) (%) (%)
Memiliki pengetahuan produksi - - 65 35 4,35
Memiliki pengalaman produksi - - 64 36 4,36
Kompeten
Saling berhubungan dan bekerja
sama
Struktur organisasi
Prosedur dan birokrasi mudah
Memiliki relasi dengan
pelanggan
Memiliki relasi dengan
pemasok
Memiliki relasi dengan
pemerintah daerah
1
59
59
1
58
77
65
65
6
6
64
6
4
35
35
35
35
35
36
18
4,35
4,35
3,76
3,76
4,34
3,78
3,39
Sumber data: Data primer yang diolah, 2015
Artinya bahwa pengetahuan yang diperoleh lebih banyak didapatkan dari
proses learning by doing maupun learning organization. Mayoritas para pengusaha
dan pengrajin memiliki kemampuan desain yang tinggi dan mampu merespon dan
menterjemahkan trend dan selera konsumen dalam desain secara cepat. Namun
demikian kemampuan dalam melakukan desain produk masih manual, berdasarkan
pikiran yang ada dan langsung diwujudkan dalam gambar (tacit knowledge) dan
belum memanfaatkan teknologi informasi, misalnya penggunaan computer aided
design (CAD) maupun penggunaan quality function deployment (QFD) yang berbasis
voice of customer. Demikian halnya dalam bidang produksi, masih full menggunakan
alat tenun bukan mesin (ATBM), sehingga kualitas dan efisiensi produksi belum
Page 36
27
tercapai secara optimal, meskipun mereka masih mampu melayani permintaan tenun
dalam jumlah banyak, seperti seragam PNS maupun seragam kantor. Pemahaman
akan pentingnya pengetahuan pengendalian kualitas masih jarang dilakukan, karena
belum pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan desain dan produksi.
Pengetahuan tentang strategi pemasaran juga masih perlu ditingkatkan melalui
keikutsertaan dalam berbagai pelatihan sehingga akan membantu para pengrajin dan
pengusaha dalam memilih strategi pemasaran , segmentasi, targeting, positioning,
merk, kemasan serta layanan konsumen. Selama ini pengetahuan tersebut diperoleh
dari pelatihan yang diberikan pemerintah kabupaten jepara ataupun perguruan tinggi,
belum ada inisiatif sendiri dari masing-masing pengusaha.
Secara umum pengalaman dan kompetensi para pengusaha tenun Troso Jepara
sudah baik. Mayoritas pengalaman para pengrajin dan pengusaha diatas 10 tahun dan
yang masih dianggap pengrain / pengusaha tenun pemula bila masih kurang dari 10
tahun menggeluti usaha tenun. Kemampuan desain dan produksi sudah cukup baik,
namun masih memerlukan peningkataan. Berdasarkan pengalaman yang lama
dimiliki dalam menggeluti usaha tenun, maka sering ditemukan berbagai cara dan
metode serta variasi corak, motif dan warna baru dalam pembuatan tenun. Semua
pengrajin sangat kompeten dalam menangani usaha tenun Troso.
Kerjasama antar pengrajin dalam sebuah perusahaan maupun para
pengusaha/pengrajin tenun sudah baik, hal ini terlihat dari adanya berbagai forum
rembug kluster, forum diskusi, koperasi, forum pengusaha muda, Asstika sebagai
media kerjasama antara para pengusaha / pengrajin. Salah bentuk kerja sama adalah
apabila salah seorang mendapatkan order pesanan kain tenun dalam jumlah yang
Page 37
28
besar dan tidak mampu ditangani sendiri karena keterbatasan produksi, maka
pengusaha / pengrajin lain diikutkan dalam memenuhi pesanan tersebut. Bentuk
kerja sama lainnya adalah secara bersama-sama mengadakan pameran tenun Troso di
berbagai kesempatan, festival tenun Troso serta berbagi informasi tentang persoalan
dan kendala dalam pengembangan industry tenun Troso di Jepara.
Struktur organisasi yang ada di setiap pengusaha tenun troso masih relative
sederhana, karena dibawah pemilik tenun langsung terbagi menjadi tenaga
administrasi dan tenaga produksi, sehingga manajemen pengelolaan usaha belum
terpisah dengan kebutuhan dan kepemilikan rumah tangga. Segala keputusan masih
berada di tangan pemilik usaha tenun, baik dari sisi desain, produksi, pemasaran
maupun manajemen keuangannya. Struktur yang ramping dan sederhana ini
menjadikan hubungan atasan, karyawan satu dengan yang lainnya dalam organisasi
merasa dekat, prosedur dan birokrasi dalam usaha juga lebih sederhana, mudah dan
tidak berbelit.
Para pengusaha tenun Troso sebagian besar telah memiliki relasi pelanggan
maupun para pemasok bahan baku kain tenun yang banyak, baik di sekitar Jepara
maupun di luar Jepara. Para pengusaha tenun Troso juga telah menjalin hubungan
yang baik dengan pemerintah daerah Jepara maupun pemerintah provinsi jawa
tengah, sehingga muncul berbagai kebijakan dan peraturan daerah yang mendukung
pengembangan dan pemasaran tenun Troso jepara.
5.2.3 Kapabilitas Inovasi
Kapabilitas inovasi merupakan kemampuan untuk mentransformasikan dan
menciptakan sesuatu yang baru tentang knowledge ke dalam sistem dalam organisasi
Page 38
29
dalam meningkatkan kinerja dan keunggulan bersaing organisasi (Siyamtinah dan
heru, 2014). Beberapa pengetahuan baru yang dapat diciptakan dalam organisasi
mencakup produk baru, proses operasi, manajemen dan pemasaran. Inovasi dalam
produk baru terdiri dari mulai inovasi desain produk hingga siap untuk dilakukan
produksi. Inovasi dalam proses meliputi kemampuan menggunakan teknologi baru,
metode baru dalam proses, khususnya proses produksi. Inovasi dalam manajemen
merupakan kemampuan untuk menemukan cara baru dalam mengelola organisasi
secara efektif dan efisien. Inovasi dalam pemasaran merupakan penemuan
pengetahuan baru di bidang pemasaran baik dalam hal produk, promosi, distribusi
maupun harga.
Tabel 5.9
DESKRIPSI KAPABILITAS INOVASI
Indikator
Sang
at
tidak
setuju
Tidak
setuju
Kurang
setuju
Setuj
u
Sangat
Setuju
Rata-
Rata
(%) (%) (%) (%) (%)
Inovasi produk baru - - 1 66 33 4,32
Inovasi proses - - - 66 34 4,34
Inovasi administrasi - - - 66 34 4,34
Inovasi pemasaran - - - 66 34 4,34
Inovasi pelayanan 1 1 65 33 4,30
Sumber data: Data primer yang diolah, 20155
Berdasarkan Tabel 5.9, rata-rata inovasi dalam hal produk baru, inovasi
proses, inovasi manajemen dan inovasi pemasaran para pengusaha tenun Troso sudah
baik, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata diatas 4,00 masuk kategori baik. Para
pengusaha tenun Troso setuju bahwa mereka memang selalu melakukan inovasi
Page 39
30
produk baik desain maupun kualitas produk secara berkesinambungan. Kondisi ini
ditunjukkan dengan banyaknya motif tenun Troso yang diproduksi maupun berbagai
variasi produk berbasis tenun selain baju dan seperti untuk taplak meja, sajadah, tas,
sarung, syal, kerudung, sarung bantal, tempat tissu, kain sarimbit. Inovasi pada motif
dilakukan dengan cara menggali ide sendiri berdasarkan selera pasar,
menterjemahkan ide dari pemesan, mengembangkan ide dari berbagai referensi
seperti majalah dan melalui pencarian di internet.
Inovasi proses dilakukan dengan cara memperbaiki sistem produksi yang
dimulai dari kualitas bahan baku yang diimpor dari Cina, penggabungan antara
penggunaan alat tenun mesin (ATM) dengan alat tenun bukan mesin (ATBM),
sehingga kapasitas produksi semakin besar dengan biaya yang lebih murah.
Inovasi dalam manajemen dilakukan dengan selalu melakukan perbaikan pengelolaan
manajemen usaha baik dalam bidang manajemen keuangan, manajemen pemasaran,
manajemen, sumber daya manusia dan manajemen produksi. Dalam bidang
manajemen pemasaran dilakukan dengan selalu mengikuti pameran yang diadakan
oleh event organizer, Pemerintah Provinsi jawa tengah, Pemerintah kabupaten Jepara
serta strategi pemasaran yang berorientasi ekspor ke beberapa negara tujuan. Dalam
bidang keuangan, sistem pembayaran pembelian bahan baku dengan jangka waktu
hingga 3 bulan, sistem pembayaran pemesanan produk bisa transfer melalui sms
banking dan internet banking. Disamping itu juga kebutuhan pendanaan dilakukan
dengan melibatkanpihak perbankan bagi yang sudah bankabel, sementara bagi
pengusaha tenun yang masih kecil menggunakan koperasi yang ada. Pengembangan
manajemen sumber daya manusia dilakukan dengan selalu melakukan knowledge
Page 40
31
sharing, mengirimkan pelatihan yang diadakan kadin jepara, pemerintah provinsi
jawa tengah serta pemerintah kabupaten jepara.
Inovasi dalam pemasaran dilakukan dengan memproduksi produk tenun baik
berupa kain, baju, kain sarimbit hingga keperluan rumah tangga dengan kualitas yang
baik. Di samping itu juga sistem promosi dilakukan dengan membuka showroom di
beberapa kota selain yang ada di troso jepara, penjualan on line, penjualan dan
pemesanan melalui pembukaan situs WEB. Khusus penjualan on line dan melalui
situs WEB banyak dilakukan oleh pengusaha yang sudah besar kapasitas produksi
dan omzet penjualannya. Mayoritas penjualan tenun Troso jepara ke Bali hampir
99%, sedangkan sisanya terdistirbusi di Jakarta, Bandung, Sumatera, kalimantan dan
nusa tenggara. Inovasi dalam pemasaran dilakukan juga dengan mencari ide-ide baru
tentang desain, motif dan warna dari konsumen, selanjutnya diproduksi sesuai dengan
karakteristik pasar masing-masing.
Layanan pelanggan merupakan proses pemenuhan kebutuhan, yaitu proses
untuk memenuhi permintaan konsumen secara keseluruhan. Proses tersebut termasuk
catatan permintaan baik secara manual ataupun elektronik, pembayaran, pemilihan
barang, pengiriman dan penyediaan barang, serta memberikan pelayanan kepada
pemakai barang, juga mengatur penanganan untuk barang yang dikembalikan
konsumen pada saat komplain. Para pengusaha tenun Troso selalu meningkatkan
layanan pelanggan melalui perbaikan dalam hal show room, sosialisasi produk
melalui WEB serta jaminan kualitas produk yang diberikan kepada pelanggan.
5.2.4 Keunggulan Bersaing
Keungguan bersaing bisa diciptakan bila perusahaan mampu menghasilkan
Page 41
32
biaya dan harga produk yang lebih murah dari pesaing, kualitas kain yang lebih baik
Tabel 5.10
DESKRIPSI KEUNGGULAN BERSAING
Indikator
Sang
at
tidak
setuju
Tidak
setuju
Kurang
setuju
Setuj
u
Sangat
Setuju
Rata-
Rata
(%) (%) (%) (%) (%)
Biaya rendah 58 25 7 10 2,69
Kualitas produk dan jasa 58 31 - 11 2,95
Inovasi produk lebih baik 89 11 4,11
Produk sulit ditiru 89 11 4,11
Manajemen pengelolaan lebih
baik dari pesaing
88 12 4,12
Sumber data: Data primer yang diolah, 2015
Inovasi produk yang lebih baik, produk yang sulit ditiru oleh perusahan lain, serta
manajemen pengelolaan usaha tenun yang lebih baik.
Berdasarkan Tabel 5.10, rata-rata kemampuan perusahaan tenun
menghasilkan biaya dan harga yang murah serta kualitas tenun yang baik masih
belum optimal (rata-rata dibawah 3,66). Hal ini disebabkan kemampuan produksi
yang belum mencapai skala ekonomi akibat permintaan produk tenun yang
berfluktuasi dan labil, sehingga akan menghasilkan biaya produksi yang tinggi dan
harga yang relative masih mahal dibandingkan dengan kain batik maupun lurik dari
daerah lainnya).
Inovasi produk tenun Troso Jepara cukup tinggi dan disertai dengan yang
tinggi pula. Hal ini didukung dengan pengetahuan dan kompetensi para pengrajin dan
pengusaha Troso dalam membuat desain corak, motif dan warna. Produk yang sulit
Page 42
33
ditiru oleh pesaing sudah baik , yang ditunjukan dengan nilai rata-rata sebesar 4,12.
Hal ini didukung dengan kemampuan menghasilkan desain tenun torso dari para
pengrajin tenu torso yang sangat tinggi, sehingga apabila ada motif tenun yang ditiru,
maka desain baru sudah muncul kembali.
5.3 Hasil Analisis Data
5.3.1 Uji Validitas
Uji validitas dengan Program Smart PLS dilakukan dengan menggunakan
ukuran convergent validity.Dari hasil cross loading factor nilai convergent validity
dari masing-
Tabel 5.11
Uji Validitas Masing-Masing Variabel
ORIGINAL
SAMPLE
ESTIMATE
MEAN OF
SUBSAMPLES
STANDARD
DEVIATION
T-
STATISTIC
Customer
Relationship
Management
(CRM)
CRM1 0.388 0.388 0.061 6.326
CRM2 0.436 0.449 0.067 6.457
CRM3 0.341 0.344 0.073 4.685
Organizational
Knowledge
Asset (OKA)
OKA1 0.263 0.261 0.030 8.776
OKA2 0.247 0.253 0.032 7.665
OKA3 0.266 0.267 0.021 12.544
OKA4 0.264 0.263 0.019 13.893
OKA5 0.229 0.240 0.046 4.982
Kapabilitas
Inovasi (KI)
Page 43
34
KI1 0.296 0.295 0.042 7.109
KI2 0.276 0.282 0.041 6.753
KI3 0.262 0.262 0.027 9.873
KI4 0.267 0.261 0.025 10.475
KI5 0.184 0.193 0.070 2.619
Keunggulan
Bersaing (KB)
KU1 0.114 0.100 0.076 1.492
KU2 0.301 0.312 0.057 5.276
KU3 0.372 0.368 0.071 5.209
KU4 0.221 0.210 0.043 5.169
KU5 0.229 0.225 0.045 5.082
Sumber: data yang diolah 2015
masing indikator rata-rata > 0,5 dimana untuk nilai 0,5 pada penelitian awal sudah
merupakan nilai yang tinggi dan apabila penelitian lanjutan nilai masing-masing
indikator > 0,7. (Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan,
diketahui bahwa semua indikator variabel customer relationship management,
organizational knowledge asset, kapabilitas inovasi, kinerja dan keunggulan bersaing
memiliki nilai original sample estimate lebih dari 0,7 dan nilai T statistik lebih besar
dari T tabel (1,67) yang berarti seluruh indikator valid dan dapat mengukur
variabelnya.
5.3.2 Uji Reliabilitas
Hasil composite reliability antar konstruk dengan indikator-indikatornya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Page 44
35
Tabel 5.12
NILAI COMPOSITE RELIABILITY DAN AVE
Variabel
Composite
Reliability
AVE
Customer Relationship
Management 0.891
0.732
Organizational Knowledge
Assets 0.891
0.623
Kapabilitas Inovasi 0.877 0.598
Keunggulan Bersaing 0.884 0.608
Sumber Data : Data primer yang diolah, 2014
Tabel 5.12 menunjukkan dari hasil composite reliability masing-masing
konstruk baik yaitu di atas 0,7. Dimana menurut Chin (1998) suatu indikator
dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik jika nilainya di atas 0,70 serta dapat
dipertahankan dan diterima pada nilai 0,50 hingga 0,60. Terlihat disini nilai untuk
composite reliability customer relationship management, organizational knowledge
asset, kapabilitas inovasi, dan keunggulan bersaing lebih dari 0,7. Nilai tersebut bila
mengacu pada pendapat Chin, memiliki nilai reliabilitas yang baik dan dapat
digunakan untuk proses penelitian selanjutnya. Yang dimaksud dengan reliabel disini
adalah bahwa indikator yang digunakan dalam penelitian nyata sesuai dengan kondisi
riil obyek penelitian.
5.3.3 Hasil Inner Model
Hasil olah data dengan menggunakan alat bantu software SmartPLS, di
perolah hasil output dari model struktur konstruk loading factor yang akan
menjelaskan hubungan antara konstruk customer relationship management,
Page 45
36
organizational knowledge asset, kapabilitas inovasi, dan keunggulan bersaing yang
tampak pada gambar berikut ini.
Keterangan :
CRM : Customer relationship management
OKA : Organizational knowledge assets
KI : Kapabilitas Inovasi
KU : Keunggulan bersaing
Gambar 3 Model Penelitian
Untuk menentukan suatu hipotesis diterima atau tidak dengan
membandingkan thitung dengan ttabel dengan syarat jika thitung > ttabel, maka hipotesis
diterima. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 4 berikut ini.
Berdasarkan hasil analisis PLS, terlihat bahwa H1 diterima, terdapat pengaruh yang
signifikan dan positif antara customer relationship management dengan kapabilitas
Page 46
37
inovasi, yang ditunjukkan dengan nilai original sample estite sebesar 0,079, nilai t-
statistik (2,061 ) > ttabel (1,677).
Tabel 5.13
UJI HIPOTESIS
original sample
estimate
mean of
subsamples
Standard
deviation
T-
Statistic
CRM -> KI 0.079 0.077 0.038 2.061
OKA -> KI 0.924 0.922 0.028 33.419
CRM ->
KU 0.402 0.430 0.134 2.992
OKA ->
KU 1.062 1.083 0.752 1.411
KI -> KU -0.860 -0.842 0.772 1.114
Sumber Data : Data primer yang diolah, 2015
Semakin tinggi para pelaku tenun Troso Jepara melakukan customer
relationship management akan meningkatkan kapabilitas inovasi yang tinggi.
Hipotesis 2 juga diterima, terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara
customer relationship management dengan keunggulan bersaing, yang ditunjukkan
dengan nilai original sample estite sebesar 0,402, nilai t-statistik (2,992 ) > ttabel
(1,677). Semakin tinggi customer relationship management para pelaku usaha tenun
Troso jepara maka semakin tinggi keunggulan bersaing yang dapat dicapai.
Hasil pengujian hipotesis 3 (H3) diterima, terdapat pengaruh yang signifikan
dan positif antara organizational knowledge asset dengan kapabilitas inovasi, yang
ditunjukkan dengan nilai original sample estite sebesar 0,924, nilai t-statistik (33,
419) > ttabel (1,677). Semakin tinggi kemampuan para pengusaha tenun dalam
mengelola organizational knowledge asset maka akan meningkatkan kapabilitas
Page 47
38
inovasi yang tinggi. Hipotesis 4 ditolak, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan
positif antara organizational knowledge asset dengan kapabilitas inovasi, yang
ditunjukkan dengan nilai original sample estite sebesar 1, 062, nilai t-statistik (1,411 )
< ttabel (1,677). Organizational knowledge asset tidak mampu menjelaskan
peningkatan keunggulan bersaing. Hasil pengujian hipotesis 5 (H5) ditolak, tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara kapabilitas inovasi dengan
keunggulan bersaing, yang ditunjukkan dengan nilai original sample estite sebesar -
0,860 nilai t-statistik (1,114 ) < ttabel (1,677).
Berdasarkan nilai R square tersebut diatas menunjukkan bahwa variasi
kapabilitas inovasi dapat dijelaskan oleh Organizational knowledge asset dan
customer relationship management sebesar 93,8%, sisanya 6,2% dijelaskan oleh
variasi variabel lain yang tidak masuk dalam model. Variasi keunggulan bersaing
dapat dijelaskan oleh variabel kapabilitas inovasi sebesar 32,5%%, sisanya 67,5%
dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak masuk dalam model.
Tabel 5.14
Nilai R Square
5.4 Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa customer relationship management
(CRM) berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi. Hasil penelitian sejalan
R-square
Kapabilitas Inovasi 0,938
Keunggulan Bersaing 0,325
Page 48
39
dengan penelitian yang dilakukan oleh Bator and Bator (2010), bahwa manajemen
hubungan pelanggan menjadi antesenden kapabilitas inovasi yang pada akhirnya
berdampak pada kinerja organisasi. Inovasi juga memediasi pengaruh customer
relationship management capability terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian
juga mendukung temuan Lin et al. (2009), CRM merupakan strategi yang sangat
penting untuk memperbaiki kapabilitas inovasi dan keunggulan bersaing perusahaan.
Temuan Lin et al. (2009) tentang pengaruh dimensi CRM terhadap kapabilitas
inovasi menunjukkan bahwa berbagi informasi antara perusahaan dengan konsumen
berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi produk, inovasi proses, inovasi
pemasaran dan inovasi pelayanan, namun tidak berpengaruh terhadap inovasi
administratif. Keterlibatan pelanggan tidak berpengaruh signifikan terhadap inovasi
proses maupun inovasi administrasi. Hubungan jangka panjang dengan pelangggan
berpengaruh positif terhadap inovasi produk dan inovasi proses. Ketika perusahaan
dan konsumen saling berinterkasi hubungan jangka panjang akan tercipta kesetiaan
dan komitmen satu dengan yang lain. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
pemecahan masalah bersama antara konsumen dengan perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap inovasi produk, proses, administrasi dan pelayanan dan tidak
signifikan terhadap inovasi pemasaran. CRM berbasis teknologi juga berpengaruh
signifikan terhadap inovasi produk, inovasi pemasaran, dan inovasi pelayanan.
Perusahaan yang mampu mempertahankan konsumennya saat ini, dan
membangun tingkat keuntungan serta membangun hubungan jangka panjang akan
mampu meningkatkan kapabilitas inovasi dan keunggulan perusahaan. Ide dan
masukan konsumen sangat penting bagi perusahaan untuk menciptakan produk-
Page 49
40
produk yang inovatif. Apabila perusahaan memiliki relasi banyak dan sering berbagi
informasi tentang produk perusahaan, maka akan diperoleh berbagai masukan dan ide
produk dari konsumen yang dapat ditindaklanjuti perusaahaan menjadi produk
unggulan berbasis voice of customers. Disamping menghasilkan inovasi produk baru,
ide dan masukan konsumen dapat diserap oleh perusahaan secara cepat melalui
berbagai penggunaan teknologi melalui inovasi proses, inovasi pemasaran, inovasi
manajemen serta inovasi pelayanan. Berdasarkan hasil penelitian usaha tenun Troso
di Jepara menunjukkan bahwa pelanggan tenun Troso tidak hanya berasal dari Jepara,
namun juga sudah menyebar hingga ke luar jawa. Misalnya ketika memasarkan
produk tenun ke Sulawesi (Makasar) maka banyak pengusaha tenun yang
mendapatkan ide tentang desain, warna dan corak kain yang sesuai dengan selera
masyarakat disana. Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan menciptakan model,
corak dan warna sesuai dengan segmen pasar di Sulawesi. Manajemen hubungan
pelanggan merupakan modal relational yang penting bagi perusahaan, karena akan
meningkatkan kemampuan inovasi dan peningkatkan kinerja organisasi . Hasil
penelitian mendukung temuan Penelitian yang dilakukan Mucelli and Marinoni
(2011) yang menyimpulkan bahwa perusahaan berhasil sukses karena melakukan
relational capital yang membuatnya dapat berinovasi proses produksi yang
sistematis. Hasil penelitian mendukung temuan Ahmadi et al (2011) yang
menyimpulkan bahwa relational capital berpengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap kinerja organisasi. Hasil penelitian mendukung temuan Capello
and Fagian (2005) yang menyimpulkan bahwa relational capital memiliki pengaruh
yang penting terhadap kapasitas inovasi perusahaan.
Page 50
41
Hasil penelitian juga menunjukkan organizational knowledge assets
berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi. Temuan ini mendukung
penelitian yang dilakukan Verde et. al (2011), bahwa organizational capital
berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi produk. Budaya dan komitmen
CEO terhadap inovasi juga berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi
produk. Penggunaan teknologi informasi juga berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan kapabilitas inovasi produk. Menurut Tseng and Goo (2005), ada
kesamaan antara modal intelektual dengan asset pengetahuan perusahaan. Dengan
demikian temuan Verde et. al (2011) bila dikaitkan dengan konsep Tseng and Goo
(2005), modal organizational termasuk dalam structural capital, yang merupakan
bagian dari intellectual capital.
Hasil penelitian juga mendukung temuan Castro et.al (2012), bahwa human
capital berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk. Semakin tinggi pendidikan
karyawan di tingkat universitas maka akan semakin tinggi tingkat kapabilitas produk.
Karyawan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi di universitas akan lebih mudah
menguasai dan menyerap pengetahuan yang akhirnya berampak pada inovasi produk
dan keunggulan komeptitif. Karyawan yang sering diberikan berbagai pelatihan
dalam organisasi akan memperoleh pengetahuan yang tinggi sehingga akan
meningkatkan inovasi produk. Demikian halnya dengan ketrampilan yang dimiliki
karyawan dalam organisasi, semakin tinggi tingkaat ketrampilan karyawan dalam
organisasi akan mendorong peningkatan inovasi produk. Technological knowledge
assets berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan teknologi yang diterapkan karyawan dalam organisasi maka akan
Page 51
42
mendorong peningkatan inovasi produk. Melalui teknologi, kegiatan inovasi produk
akan lebih cepat dilakukan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan teknologi dan
semakin tinggi penggunaannya akan mendorong meningkatnya inovasi produk.
Budaya inovasi juga berpengaruh signifikan terhadap produk inovasi. Semakin tinggi
dorongan menerapkan nilai-nilai budaya , ekperimen dan inovasi akan mendorong
peningkatan inovasi produk.
Kapabilitas inovasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keunggulan
bersaing perusahaan. Kapabilitas inovasi dalam bentuk inovasi produk baru, inovasi
proses, inovasi manajemen dan pemasaran belum mampu mendorong terciptanya
keunggulan bersaing. Hasil penelitian mendukung temuan Lee and Hsieh (2010),
bahwa kapabilitas inovasi berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing
perusahaan.
5.5. Model Keunggulan Bersaing UMKM di Jawa Tengah Berbasis
Organizational Knowledge Assets dan customer relationship management.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa organizational knowledge assets
(human capital, organizational capital, structural capital) sangat penting dalam
meningkatkan kapabilitas inovasi Usaha kecil dan menengah (UKM) tenun Troso di
Jepara baik inovasi produk, invasi proses, inovasi adminsitrasi maupun inovasi
pelayanan. Dengan demikian pengelolaan input yang baik oleh UKM tenun Troso
Jepara terhadap Human capital melalui peningkatan pengetahuan produksi tenun
yang baik serta desain produk yang berbasis konsumen akan dapat mendorong
terwujudnya inovasi produk produk dan inovasi proses. Selama ini para pengusaha
tenun Troso memiliki kelemahan pada aspek produksi, terutama ketidak kemampuan
Page 52
43
memenuhi pesanan tenun Troso dari berbagai instansi dalam jumlah yang besar
secara tepat waktu. Hal ini dikarenakan kapasitas produksi tiap pengusaha tenun
relative terbatas dan masih sepenuhnya menggunakan masih ATBM (alat tenun
bukan mesin). Kemampuan pengetahuan desain produk yang berbasis konsumen juga
masih rendah, akibatnya inovasi produk dan proses juga lemah. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan mendesain produk berbasis voice of customers melalui
quality function deployment (QFD). Disisi lain, human capital para pengusaha tenun
Troso Jepara terkait dengan kompetensi produksi akan produk yang berkualitas, unik
desainnya masih rendah , meskipun rata-rata mereka memiliki pengalaman
memproduksi tenun cukup lama.
Aspek modal struktural juga menjadi bagian yang penting dalam pengelolaan
UKM Troso di Jepara. Rata-rata manajemen usaha tenun di Troso Jepara masih
sangat sederhana, organisasi juga cukup sederhana, sehingga prosedur dan birokrasi
dalam pengambilan keputusan lebih cepat karena langsung di tangan pemilik /
pengusaha UKM tenun. Adapun kelemahan dalam pengelolaan manajemen tenun
Troso saat ini adalah belum adanya pemisahan antara kebutuhan modal kerja dengan
kebutuhan keuangan keluarga, belum memiliki laporan keuangan yang baik, belum
memiliki perencanaan bisnis jangka pendek, kepemimpinan yang berpusat pada
pemilik usaha, sehingga menjadikan inovasi administrasi masih rendah.
Aspek modal relasional juga memegang peranan penting dalam mendukung
kapabilitas inovasi serta keunggulan bersaing tenun Troso di Jepara. Kemampuan
menjalin hubungan dengan stakeholders di bidang tenun (pelanggan, pemerintah
daerah Jepara, Kadin, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, pemasok bahan baku)
Page 53
44
merupakan kunci sukses dalam meningkatkan kinerja penjualan. Kemampuan
menjalin hubungan dengan pelanggan tenun Troso di Jepara masih lemah, mengingat
mereka belum memiliki pengetahuan tentang manajemen pemasaran dengan baik.
Para pengusaha tenun belum memiliki data base pelanggan yang sudah ada maupun
yang berpotensi menjadi pelanggan, belum memiliki perencanaan pemasaran yang
baik, belum memiliki strategi promosi yang efektif.
Manajemen hubungan pelanggan yang terdiri dari kemampuan berbagi
informasi dengan stakeholders masih lemah, sementara ini baru diantara para
pengusaha tenun Troso melalui pembentukan paguyuban antar pengusaha tenun.
Keterlibatan konsumen dalam memberikan masukan dan ide produk juga belum
terfasilitasi dengan baik, sehingga tidak jarang keluhan dari konsumen tidak
mendapatkan respon yang cukup baik dan berakibat sullitnya membangun hubungan
jangka panjang dengan konsumen.
Berdasarkan input yang ada tersebut, maka diperlukan sebuah proses untuk
menghasilkan kapabilitas inovasi yang baik dalam menciptakan keunggulan bersaing.
Input pengetahuan dan kompetensi para pengusaha tenun Jepara perlu ditingkatkan
dengan memberikan pengetahuan manajemen, baik dari sisi pembuatan bisnis plan,
desain organisasi beserta job deskripsi, serta kepemimpinan, penyusunan laporan
keuangan yang baik, manajemen hubungan dengan pelanggan, desain produk dan jasa
berbasis quality function deployment (QFD). Adapun model Keunggulan Bersaing
UMKM di Jawa Tengah Berbasis Organizational Knowledge Assets dan customer
relationship management dapat digambarkan sebagai berikut:
Page 54
45
MODEL KEUNGGULAN BERSAING UMKM DI JAWA TENGAH
BERBASIS ORGANIZATIONAL KNOWLEDGE ASSETS DAN CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT
INPUT PROSES OUTPUT
HUMAN CAPITAL
YANG RENDAH
STRUKTURAL
CAPITAL
RELATIONAL
CAPITAL YANG
LEMAH
CUSTOMER
RELATIONSSHIP
MANAGEMENT
IMPLEMENTASI
DESAIN PRODUK
BERBASIS QFD
Mampu mendesain
produk berdasarkan
keinginan konsumen
melalui software QFD
Mampu menyusun
perencanaan bisnis yang
akurat
Menguasai riset dan
analisis pasar, STP serta
strategi pemasaran
(produk, merk, service)
Menguasai
Mampu menyusun
laporan keuangan dan
akuntansi sederhana
dengan baik
Mampu
mengoperasikan laporan
keuangan berbasis
komputer
Pelatihan pembuatan
Business Plan
Pelatihan
Manajemen usaha
dan pemasaran
Pelatihan
Manajemen
keuangan dan
software laporan
keuangan
KAPABILITAS
INOVASI
KEUNGGULAN
BERSAING
Pelatihan
Manajemen
hubungan pelanggan
Page 55
46
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah menyusun, menyempurnakan
draft model berdasarkan pengujian model empirik yang sudah dilakukan dalam
meningkatkan keunggulan bersaing usaha kecil menengah Troso Kabupaten Jepara.
Pada penyusunan laporan akhir sudah tersedia draft model peningkatan keunggulan
bersaing UKM Troso di kabupaten Jepara. Adapun pengujian draft model dilakukan
melalui focus group discussion yang melibatkan para pengusaha tenun Troso jepara,
Dinas Koperasi dan usaha kecil menengah Pemerintah kabupaten Jepara dan Provinsi
Jawa Tengah, konsumen tenun, pengusaha fashion, pemasok tenun, KADIN. Hasil
FGD akan digunakan untuk menyempurnakan model dan menghasilkan software
laporan keuangan dan QFD serta metode dan materi pelatihan. Kegiatan lainnya
adalah mengirimkan hasil penelitian ke jurnal internasional “Asia Pacific
Management Review” terindeks scopus. Kegiatan terakhir adalah menyusun laporan
akhir.
Page 56
47
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan
kapabilitas inovasi diperlukan peningkatan dalam customer relationship management
dan organizational knowledge assets. Organisasi / perusahaan yang memiliki relasi
yang baik dengan para pelanggan dan sering berbagi informasi akan mudah
mendapatkan ide-ide baru dan pengetahuan dalam menciptakan kapabilitas inovasi.
Disamping itu juga, organisasi / perusahaan yang mampu membangun hubungan
jangka panjang dengan pelanggan juga akan memperoleh masukan-masukan ide
maupun evaluasi produk dari konsumen sebagai masukan dalam melakukan inovasi
produk perusahaan. Perusahaan yang bersedia melakukan meminta solusi pemecahan
masalah maupun mendiskusikan produk dengan konsumen akan memudahkan
perusahaan meningkatkan kapabilitas inovasi. Peningkatan kapabilitas inovasi
melalui organizational knowledge assets dapat dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan, pengalaman yang tinggi, karyawan yang kompeten sehingga dapat
mendorong peningkatan kapabilitas inovasi maupun keunggulan bersaing perusahaan.
Dengan demikian kapabillitas inovasi usaha tenun Troso di Jepara dapat ditingkatkan
melalui peningkatan jumlah relasi dan membangun hubungan jangka pelanggan
dengan konsumen yang ada saat ini serta sering melakukan interaksi dengan
konsumen terkait dengan pemecahan masalah untuk mencari solusi terbaik terkait
dengan industry tenun. Adapun untuk mengatasi kelemahan human capital, structural
capital, relational capital serta customer relationship management dilakukan dengan
Page 57
48
berbagai pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan kapabilitas inovasi dan
keunggulan bersaing tenun Troso di Jepara.
6.2 Saran
1. Peningkatan kapabilitas inovasi usaha tenun Troso Jepara dalam meningkatkan
keunggulan bersaing dilakukan melalui peningkatan human capital, structural
capital, relational capital dan customer relationship management . Dengan
demikian peran pemerintah Kabupaten jepara adalah memfasilitasi berbagai
kebutuhan pelatihan yang dibutuhkan para pengusaha tenun Troso baik dari sisi
tenaga ahli, dana pelatihan dan pembuatan software sehingga akan mendorong
inovasi produk, inovasi proses, inovasi pemasaran, inovasi pelayanan. Pengusaha
bersama pemerintah kabuaten Jepara perlu mendesain metode manajemen
hubungan dengan pelanggan misalnya dengan selalu memberikan informasi
produk-produk baru melalui SMS, e mail, brosur serta ditampilakn di WEB agar
dapat diakses oleh pelanggan serta meminta masukan-masukan dari pelanggan
terkait dengan produk baik desain maupun proses.
2. Usaha tenun Troso Jepara masih memerlukan peningkatan dalam hal pengetahuan
khususnya pengetahuan tentang desain produk yang berbasis voice of customers
yang berbasis Computer Aided design atau quality function deployment agar
pengetahuan desain yang ada dapat lebih cepat diterjemahkan dalam produksi
sehingga makin mendorong terciptanya kapabilitas inovasi dan keunggulan
bersaing. Dengan demikian perlu dukungan pemerintahKabupaten jepara dalam
Page 58
49
memberikan pelatihan dan aplikasi software dalam mendesain produk berbasis
konsumen.
3. Kompetensi karyawan pengrajin tenun perlu ditingkatkan agar mampu
menghasilkan desain corak dan warna yang lebih inovatif melalui berbagai
pelatihan, baik yang difasilitasi pemerintah daerah , pemerintah provinsi maupun
asosiasi pengrajin tenun torso.
Page 59
50
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, S (1997), Flexibility Management the Ultimate Strategy, Industrial
Management, Vol. 39 No.1, pp. 5-14
Ahmadi Ali Akbar, Freydon Ahmadi, Shaghayegh Shakjeri (2011), The Survey of
Relationship Between Intelectual Capital and Organizational Performance
within the National Iranian South Oil Company, Interdiciplinary Journal of
Contemporary Research in Business, Vol. 3, No. 5, 369-380.
Battor Moustafa & Mohammed Battor (2010), The Impac of Customer Relationship
Management Capability on Innovation and Performance, Journal of Marketing
Management, Vo. 26, No. 9-10 August, 842-857.
Cakar Nigar Demircan & Alper Erturk (2010), Comparing Innovation Capability of
Small and Medium Sized Enterprises: Examining the Effect of Organizational
Culture and Empowerment, Journal of Small Business Management, 48 (3), pp.
325-359.
Capello Roberta & Alessandra Faggian (2005), Collective Learning and Relational
Capital in Local Innovation Processes, Regional Studies, Vol. 39, 1, pp. 75-87.
Castro Gregorio Martin De, Miriam Delgado Verde, Pedro Lopez Saez, Jose E.
Navas Lopez (2011), Towards An Intellectual Capital Based View of The Firm:
Origin and nature, Journal of Business Ethics, 98: 649-662.
Chang, S-Ch. And Lee, M.S (2008), The Linkage Between Knowledge Accumulation
Capability and Organizational Innovation, Journal of Knowledge Management,
Vol. 12 No 1, pp. 3-20.
Chen,I.J. and Paulraj, A. (2004), Understanding Supply Chain Management: Critical
Research and a Theoritical Framework, International Journal of Production
Research, Vol. 42 No. 1, pp.131-63
Chowdhury, Nuruddin A. H. M. (1990), Small and Medium Industries in Asian
Developing Countries, Asian Development Review, Vol. 1, pp. 29-45.
Claycomb, C., Droge, C. and Germain, R. (1999), The Effect of Just In Time With
Customer On Organizational Design and Performance, International Journal
of Logistics Management, Vol. 10 No. 1, pp. 37-58
Cohen, W.M. and Levinthal, D.A. (1990), Absorptive Capacity: A New Perspective
on Learning and Innovation, Administrative Science Quaterly, Vol 35 No. 1,
pp. 128-52
Page 60
51
Damanpour, F. (1991), Organizational Innovation: A Meta Analysis of Effects of
Determinants and Moderators, Academy of Management Journal, Vol. 34 No.3,
pp. 555-90
Fruhling, A.L. and Siau, K. (2007), Assesing Organizational Innovation Capability
and Its Effect on E-Commerce Initiatives, The Journal of Computer
Information Systems, Vol. 48 No.1, pp. 133-45
Hermans, R, and Kauranen, I (2005), Value Creation Potential of Intelectual capital
in Biotechnology: Empiciral evidence From Finland, R & D Management, Vol.
35 No.2, pp. 171-85.
Hsu, L.L. (2006), The Impact of Industrial Characteristic and Organizational Climate
on KMS and BIP Taiwan Bioscience Industry, The Journal of Computer
Information Systems, Vol 46 No. 4, pp. 8-17
Joo, J. (2007), An Empirical Study on the Relationship Between Customer Value and
Repurchase Intention in Korean Internet Shopping Malls, The Journal of
Computer Information Systems, Vol 48 No. 1, pp. 53-62
Lanrosen, S (2005), Customer Involvement in New Product Development: A
Relationship Marketing Perspective, European Journal of Innovation
Management, Vol. 8 No. 4, pp. 424-36.
Lee Jia Sheng & Chia Jung Hsich (2010), A Research In relating Entrepreneurship,
Marketing Capability, Innovative Capability and Sustained Competitive
Advantage, Journal of Business & Economic Research, September, 109-119.
Lin Hsiu Fen (2007), Knowledge Sharing and Firm Innovation Capability: an
Empirical Study, International Journal of Manpower, Vol. 28 No. ¾, pp. 315-
332
Lin Ru Jen, Chen Rong Huei, Chiu Kevin Kuan Shun, (2010), Customer relationship
Management and Innovation Capability: an Empirical Study, Industrial
Management & data Systems, Vol. 110 No.1, pp. 111-133.
Meda Anabel Fernandez, Vidal Joaquin Alegre, Gomez Ricardo Chiva, (2013),
Design Management Capability and Product Innovation in SMEs, Management
Decision, Vol.51 No.3, pp. 547-565.
Rahab, Sulistyandari, Sudjono (2011), The Development of Innovation Capability of
Small Medium Enterproses Through Knowledge Sharing Process: An
Empirical Study of Indonesian Creative Industry, International Journal of
Business and Social Science, Vol.2, November, 112-123.
Page 61
52
Ramani, G. and Kumar, V. (2008), Interaction Orientation and Firm Performance,
Journal of Marketing, Vol. 72 No.1, pp. 27-45
Romjin, Henny., Albaladejo, Manuel (2001), Determinants of Innovation Capability
in Small UK Firms: An Empirycal Analysis, QEH Working Paper Series
QEHWPS40, Number 40.
Sahay, B.S. and Ranjan, J. (2008), Real Time Business Intelligence in Supply Chain
Analytics, Information Management & Computer Security, Vol 16 No.1, pp.
28-48.
Sin, L.Y.M, Tse, A.C.B. and Yim, F.H.K (2005), CRM: Conceptualization and Scale
Development, European Journal of Marketing, Vol. 39 No. 11/12, pp. 1264-90.
Siyamtinah dan Eni Rahmani (2012), Model Pengembangan Green Business untuk
Peningkatan Kinerja Keuangan dan Kinerja Pasar, Laporan Penelitian Hibah
Bersaing Dikti, Desember 2012.
Subramaniam, M. and Youndt, M (2005), The Influence of Intelectual Capital on the
Types of Innovative Capabilities, Academy of Management Journal, Vol. 48
No. 3, pp. 450-63.
Sulistyo Heru, Siyamtinah, (2013), Keunggulan bersaing Industri tenun Troso
Kabupaten Jepara berbasis relational capital , Penelitian Hibah Bersaing Dikti
Tahun pertama, April 2013.
Sulistyo Heru, Siyamtinah, Eni Rahmani, (2011), Model Peningkatan Kapabilitas
Inovasi Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja UKM Di Kota Semarang, Laporan
Penelitian Hibah Bersaing Dikti Tahun kedua, Desember 2011.
_________________________________, (2010), Model Peningkatan Kapabilitas
Inovasi Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja UKM Di Kota Semarang, Laporan
Penelitian Hibah Bersaing Dikti Tahun pertama, Desember 2010.
__________________________(2009), Keragaman pola membangun kapabilitas
inovasi organisasional pada industri skala kecil menengah di kota Semarang,
Laporan Penelitian Hibah Bersaing Dikti, Desember 2009.
Tseng, C and Goo, Y.J (2005), Intelectual Capital and Corporate Value in an
Emerging Economy: Empirical Study of Taiwanese Manufactures, R & D
Management, Vol 35 No.2, pp. 187-201.
Weerawardena, J (2003), Exploring The Role of Market Learning Capability in
Competitive Strategy, European Journal of Marketing, Vol. 37 No. ¾, pp.
407-30
Page 62
53
Wu Xiaobo and Sivalogathasan (2013), Intelectual Capital for Innovation Capability:
A Conceptual Model for Innovation, International Journal of Trade,
Economics and Finance, Vol. 4, No. 3, pp. 139-143.
Page 63
54
LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Kuesioner
Isilah pertanyaan yang telah disusun pada lembar kuesioner ini sesuai dengan kondisi
riil di tempat Usaha Anda. Jawaban Anda tidak ada yang salah dan data yang Anda
berikan hanya untuk keperluan ilmiah sehingga kerahasiaan Anda kami jamin.
Identitas Responden
Nama responden : ....................................................................... (boleh tidak
diisi)
Umur :........................................................................
Pendidikan : .......................................................................
Jenis Kelamin : pria wanita
Nama Usaha :......................................................................
Lama Usaha : .......................................................................
Jumlah karyawan : .......................................................................
Rata-rata omzet perbulan :................................................................
Wilayah pemasaran : sekitar Jepara Jawa Tengah luar Jawa Tengah
Berikan tanda silang (X) pada masing – masing kolom berikut ini dengan
pilihan jawaban sebagai berikut:
Sangat tidak
setuju
Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat
setuju
Dalam mengelola industri tenun Troso saat ini
1 Anda memiliki relasi yang banyak dengan para
pelanggan dan sering berbagi informasi
mengenai produk tenun
2 Selama memproduksi dan menjual kain tenun,
Anda berusaha membangun hubungan jangka
panjang dengan pelanggan.
3 Selama Anda menggeluti usaha tenun saat ini,
jika ada masalah terkait produk tenun, Anda
berusaha meminta solusi pemecahan masalah
dengan pelanggan.
Page 64
55
Bagaimana bentuk menjalin hubungan dengan pelanggan yang sudah Anda lakukan
saat ini.................................................................................................................
Dalam mengelola industri tenun Troso saat ini
1 Dalam mengelola usaha tenun saat ini, rata-rata
karyawan Anda memiliki pengetahuan produksi
tenun yang baik dan mampu menciptakan
sesuatu yang berbeda dengan produk tenun
lainnya
2 Anda dan Karyawan Anda memiliki pengalaman
yang cukup tinggi dalam memproduksi kain
tenun yang berkualitas
3 Karyawan Anda sangat kompeten dan memahami
bagaimana memproduksi kain tenun yang
berkualitas
4 Di tempat usaha tenun Anda, sudah ada sistem
dan prosedur yang memungkinkan karyawan
untuk saling berhubungan dan bekerja sama
dengan baik.
5 Struktur organsiasi di tempat usaha Anda saat ini
menjadikan karyawan merasa dekat diantara
karyawan yang lain
6 Prosedur dan birokrasi di tempat usaha tenun
Anda saat ini mudah dan tidak rumit
7 Anda memiliki relasi yang banyak dengan para
pelanggan kain tenun baik di sekitar Jepara
maupun diluar Jepara
8 Anda memiliki relasi yang baik dengan para
pemasok bahan kain tenun untuk tetap
mempertahankan pasokan dan kualitas bahan
baku tenun
9 Anda memiliki relasi yang baik dengan pihak
pemerintah daerah Jepara dalam
mengembangkan usaha tenun saat ini
Page 65
56
Berikan tanda silang (X) pada masing – masing kolom berikut ini dengan
pilihan jawaban sebagai berikut:
Sangat tidak
setuju
Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat
setuju
Dalam mengelola industri tenun Troso saat ini
1 Anda selalu melakukan inovasi kain tenun baru
baik desain maupun kualitas secara
berkesinambungan
2 Anda selalu melakukan inovasi proses
pembuatan kain tenun secara berkesinambungan
3 Anda selalu melakukan perbaikan pengelolaan
manajemen dan adnministrasi usaha kain tenun
dengan mencari cara-cara baru yang efektif dan
efisien.
4 Anda selalu mencari cara-cara baru dalam
memasarkan produk kain tenun baik di jepara
maupun di luar jepara.
5 Anda selalu mencari cara-cara baru dalam
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada
pelanggan
Dalam mengelola industri tenun Troso saat ini
1 Biaya dan harga produk kain tenun perusahaan
Anda lebih murah dibandingkan dengan
perusahaan lainnya.
2 Kualitas kain tenun yang ditawarkan perusahaan
lebih baik dibanding dengan yang lain
3 Inovasi produk kain tenun perusahaan Anda lebih
baik dari perusahaan lainnya
5 Produk kain tenun milik Anda susah ditiru oleh
orang lain
6 Manajemen pengelolaan usaha tenun Anda lebih
baik dari lainnya
Page 66
57
Lampiran 2. Personalia tenaga peneliti beserta kualifikasinya
NO Nama NIDN Bidang
Ilmu
Alokasi
waktu
(jam/minggu)
Uraian Tugas
1 Dr. Heru
Sulistyo,SE,MSi
(Ketua Peneliti)
0605106702
Lektor
Kepala /
IVB
Ahli
Manajemen
Operasi
8 jam /
minggu
bertugas dan
bertanggung jawab
terhadap
keberhasilan
pelaksanaan
penelitian dan
mengkoordinasikan
seluruh aktivitas
penelitian dari
kontrak penelitian,
membagi tugas
masing-masing
anggota peneliti,
mengalokasikan
anggaran
penelitian,
mengkoordinasikan
rekruitmen
surveyor,
mengkoordinasikan
pembuatan
instrumen
penelitian,
memonitoring
proses survei
lapangan,
mengkoordinasikan
pembuatan laporan
akhir,
mempersiapkan
publikasi karya
ilmiah
2 Prof. Dr.
Wuryanti,MM
0629084901/
Guru Besar /
IVD
Ahli
Manajemen
Pemasaran
8 jam /
minggu
membantu ketua
peneliti untuk
menyiapkan dan
menyusun draft
instrumen kuesioner untuk
Page 67
58
dibahas oleh team
peneliti,
menyiapkan kisi-
kisi kuesioner
terbuka untuk
wawancara,
menggandakan
kuesioner ,
membagi jumlah
kueisoner
berdasarkan pada
masing-masing
jumlah responden
kepada surveyor
dan peneliti,
Memonitor dan
mengumpulkan
hasil kuesioner dan
sebagai
pewawancara,
menyiapkan format
input data
kuesioner dan
mengeluarkan
output data untuk
didiskusikan
dengan team
3 Siyamtinah,SE,MSi 0614126602/
Lektor / IIId
Ahli
Manajemen
8 jam /
minggu
membantu ketua
peneliti untuk
menyiapkan dan
menyusun draft
instrumen
kuesioner untuk
dibahas oleh team
peneliti,
menyiapkan kisi-
kisi kuesioner
terbuka untuk
wawancara,
menggandakan
kuesioner ,
membagi jumlah
kueisoner
berdasarkan pada
Page 68
59
masing-masing
jumlah responden
kepada surveyor
dan peneliti,
Memonitor dan
mengumpulkan
hasil kuesioner dan
sebagai
pewawancara,
menyiapkan format
input data
kuesioner dan
mengeluarkan
output data untuk
didiskusikan
dengan team
Page 69
60
Lampiran 3. Publikasi
Page 71
62
KEUNGGULAN BERSAING MELALUI CUSTOMER RELATIONSHIP
MANAGEMENT DAN ORGANIZATIONAL KNOWLEDGE ASSETS
Heru Sulistyo Universitas Islam Sultan Agung Semarang
[email protected]
Abstract
Pertumbuhan UMKM antara tahun 2009 hingga 2013 sebesar 2,3% per tahun, 17 persen diantaranya
telah mampu melakukan ekspor produk, khususnya produk garmen. Kondisi tersebut masih bisa
ditingkatkan lebih baik lagi, mengingat adanya peluang pengembangan UMKM dalam menghadapi
masyarakat ekonomi ASEAN 2015. Mengingat potensi pengembangan UMKM yang tinggi khususnya
di Jawa Tengah, maka UMKM perlu melakukan inovasi dalam mencapai keunggulan bersaing.
Penelitian ini berusaha mengidentifikasi dan menemukan model keunggulan bersaing UMKM tenun
Jawa Tengah berdasarkan inovasi, organizational knowledge assets dan customer relationship
management. Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM tenun di Kabupaten Jepara
Sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yang
berdasarkan pertimbangan UMKM tenun yang sudah beroperasi minimal lima tahun dan masih eksis
hingga saat ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui wawancara dan
kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kapabilitas inovasi
diperlukan peningkatan dalam customer relationship management dan organizational knowledge
assets. Organisasi / perusahaan yang memiliki relasi yang baik dengan para pelanggan dan sering
berbagi informasi akan mudah mendapatkan ide-ide baru dan pengetahuan dalam menciptakan
kapabilitas inovasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa customer relationship management
berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi dan keunggulan bersaing. Organizational
knowledge assets berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi namun tidak berpengaruh
terhadap keunggulan bersaing. Kapabilitas inovasi juga tidak berengaruh terhadap keunggulan
bersaing.
Keywords: Organizational knowledge assets, human capital, organizational capital, structural capital,
customer relationship management
PENDAHULUAN
Peran usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia sangat strategis. Hingga tahun
2012, jumlah usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia sebesar 56,53 juta unit dengan
kontribusi produk domestik bruto sebesar 59,08 persen serta penyerapan tenaga kerja sebesar
97,16 persen. Pertumbuhan UMKM antara tahun 2009 hingga 2013 sebesar 2,3% per tahun,
17 persen diantaranya telah mampu melakukan ekspor produk, khususnya produk garmen.
Kondisi tersebut masih bisa ditingkatkan lebih baik lagi, mengingat adanya peluang
pengembangan UMKM dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015, diantaranya
tersedianya potensi ukuran pasar sebesar 591 juta, pertumbuhan GDP sebesar 1,3 persen
dengan total GDP $ 1,5 trilyun pada tahun 2009, transfer teknologi maupun pengetahuan
serta akses terhadap pembiayaan. Berdasarkan peta kekuatan UMKM di Indonesia, UMKM
merupakan salah satu pilar dalam perekonomian Indonesia yang memiliki daya tahan
terhadap gejolak ekonomi serta banyak memiliki bidang usaha yang dapat dikembangkan. Di
sisi lain, beberapa kelemahan yang menjadi kendala pengembangan UMKM selain modal
adalah modal intelektual (intellectual capital), kapabilitas manajemen, kapabilitas inovasi,
entrepreneurship, produksi dan operasi, pemasaran termasuk customer relationship
management dan legal. Berdasarkan studi Haikal dan Ismaeni (2008) aspek yang kuat bagi
UMKM untuk menjadi feasible dan bankable antara lain entrepreneurship, produk dan
Page 72
63
produksi, sementara aspek pemasaran, keuangan dan permodalan serta legal masih lemah.
Keunggulan kompetitif UMKM dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN
2015 dapat dicapai melalui peningkatan pada aspek intellectual capital (Wu and
Sivalogathasan, 2013; Mucelli and Marinoni, 2011; Capello and Faggian, 2005),
organizational knowledge assets (Verde et al.2011), knowledge sharing (Kumar & Rose,
2011; Lin, 2007; Rahab et. al, 2011), entrepreneurship dan marketing capability (Lee and
Hsieh, 2010), customer relationship management capability (Lin, Chen, Chiu, 2009; Battor
& Battor, 2010). Baldwin (1995) menyatakan bahwa aktivitas inovasi justru lebih intens
terjadi pada perusahaan skala kecil dan menengah. Penelitian ini berusaha
mengidentifikasi pentingnya peningkatan kinerja UMKM melalui pendekatan holistic
yang mencakup faktor organizational knowledge assets, customer relationship
management, dan innovation capability UMKM di Jawa Tengah.
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Customer Relationship Management (CRM)
Manajemen hubungan pelanggan (customer relationship management) yang baik antara
perusahaan manufaktur dengan pelanggan industri mampu mempertahankan pelanggan dan
berguna dalam memperbaiki produk dan jasa (Ramani & Kumar, 2008). Manajemen
hubungan pelanggan (CRM) membantu perusahaan memperbaiki pengetahuan mereka
tentang selera pelanggan. Pengelolaan CRM yang efektif dan efisien akan mendorong
pengembangan kapabilitas inovasi dalam menciptakan keunggulan kompetitif (Ramani and
Kumar, 2008; Sahay and Ranjan, 2008). Beberapa studi saat ini memfokuskan struktur
organisasi dan budaya dalam meningkatkan kinerja operasional (Lagrosen, 2005). CRM
merupakan penggunaan teknik dan strategi ekstensif untuk mendapatkan, mengumpulkan dan
menumbuhkan pelanggan dan memelihara hubungan jangka panjang (Sin et al., 2005).
Aggarwal (1997) and Claycomb et al. (1999) mendefinisikan CRM sebagai seperangkat
aktivitas praktek perusahaan untuk memahami permintaan pelanggan dan memperbaiki
kepuasan pelanggan. Pendekatan berpusat pelanggan merupakan factor sukses utama dalam
bisnis (Joo, 2007). Sin et al., 2005 berpendapat bahwa aktivitas CRM mencakup praktek
perusahaan untuk memuaskan keinginan pelanggan, identifikasi preferensi pelanggan,
pemecahan complain pelanggan, menyediakan pelayanan pasca penjualan dan membangun
hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Chen and Paulraj (2004) menekankan
pentingnya komunikasi dan hubungan jangka panjang pelanggan dalam pengembangan
supply chain management. Menurut Lin et al. (2009), aktivitas CRM mencakup information
sharing, customer involvement, long term partnership, joint problem solving dan technology
based CRM. Hasil penelitian Lin et al. (2009) menyimpulkan bahwa mayoritas berbagai
aktivitas CRM berpengaruh signifikan terhadap dimensi kapabilitas inovasi. Ramani and
Kumar (2008) menyarankan penggunaan CRM dalam menciptakan, memelihara hubungan
pelanggan dan menjaga partnership jangka panjang merupakan elemn strategic yang penting
dalam pengembangan inovasi. Penelitian yang dilakukan Battor et al. (2010) tentang dampak
customer relationship management capability terhadap kapabilitas inovasi dan kinerja
menyimpulkan bahwa customer relationship management capability berpengaruh signifikan
terhadap inovasi, Inovasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian
yang dilakukan Lee and Hsich (2010) tentang hubungan antara entrepreneurship, marketing
capability terhadap kapabilitas inovasi dan keunggulan bersaing menyimpulkan bahwa
Kapabilitas inovasi berpengaruh langsung terhadap keunggulan bersaing perusahaan.
H1: Customer relationship management berpengaruh terhadap kapabilitas inovasi
Page 73
64
H2: Customer relationship management berpengaruh terhadap keunggulan bersaing
2.2 Organizational Knowledge Assets
Kapabilitas inovasi perusahaan tergantung pada intellectual assets dan pengetahuan (Alegre
and Lapiedra, 2005; Chang and Lee, 2008; Subramaniam and Youndt, 2005). Beberapa
peneliti membedakan antara intellectual capital dengan tipe organizational knowledge stocks
dan secara umum beberapa peneliti sepakat bahwa dimensi intellectual capital mencakup
human capital, structural capital dan relational capital. Namun demikian, Tseng and Goo
(2005) memandang ada kesamaan antara intellectual capital dengan asset pengetahuan
perusahaan (organizational knowledge asets) . Perspektif Intellectual capital memfokuskan
tentang bagaimana memaksimumkan nilai asset intangible, dan penting untuk menjembatani
sumber daya dan nilai perusahaan (Tseng and Goo, 2005). Komponen intellectual capital
terdiri tiga komponen dasar yaitu human capital, organizational atau structural capital dan
relational capital (Hermans and Kauranen, 2005). intellectual capital telah didefinisikan
pengetahuan perusahaan yang digunakan untuk mencapai keunggulan bersaing. Dalam
perspektif organisasi, intellectual capital mendorong kinerja organisasi, mempengaruhi
kapabilitas inovasi dan berpengaruh positif terhadap kapabilitas dan kinerja perusahaan. Wu
& Sivalogathasan (2013) mendefinisikan intellectual capital sebagai seluruh pengetahuan
organisasi yang digunakan dalam melakukan proses bisnis untuk memperoleh keunggulan
bersaing. Human capital merupakan pengetahuan, ketrampilan yang ada dan digunakan
individu untuk menciptakan nilai bagi pengembalian investasi perusahaan (berupa hiring,
training, motivating). Organizational capital merupakan pengetahuan dan pengalaman yang
dilembagakan dan disimpan dalam database berupa , paten, manual, struktur. Social capital
adalah proses interaksi antar individu dan hubungan jaringan kerja diantara individu,
biasanya memerlukan norma untuk berkolaborasi, interaksi dan berbagi ide didalam
perusahaan. Penelitian yang dilakukan Wu & Sivalogathasan (2013) menyimpulkan bahwa
human capital, organizational capital dan social capital berpengaruh signifikan terhadap
kapabilitas inovasi. intellectual capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
dan kapabilitas inovasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan
(Lin, 2007) menyimpulkan bahwa knowledge sharing (knowledge donating dan knowledge
collecting) yang juga berupa modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas
inovasi perusahaan. Penelitian yang dilakukan Verde et al. (2011) menyimpulkan bahwa
organizational knowledge assets yang berupa human capital, structural capital dan relational
capital berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi. Penelitian yang dilakukan
Mucelli and Marinoni (2011) tentang peran modal relasional (relational capital) dan
innovasi dengan mengambil dua kasus perusahaan menengah di Italia yang sukses
menyimpulkan bahwa perusahaan berhasil sukses karena melakukan relational capital yang
membuatnya dapat berinovasi proses produksi yang sistematis. Penelitian yang dilakukan
Ahmadi et al (2011) menyimpulkan bahwa human capital, structural capital, relational
capital berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja organisasi. Human
capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi melalui structural capital dan
relational capital. Structural capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi
melalui relational capital.
H3: Organizational knowledge assets berpengaruh terhadap kapabilitas inovasi
H4: Organizational knowledge assets berpengaruh terhadap keunggulan bersaing
Kapabilitas Inovasi
Inovasi merupakan ide, praktek dan obyek yang dilihat seperti baru dari Inividu. (Fruhling
and Siau,2007; Hsu,2006). Kapabilitas inovasi merupakan implementasi dan kreasi teknologi
Page 74
65
yang diaplikasikan pada sistem, kebijakan, program, produk, proses dan pelayanan yang baru
pada organisasi (Lin et.al, 2009). Kapabilitas inovasi juga merupakan kemampuan untuk
menyerap dan menggunakan informasi eksternal untuk di transfer kedalam pengetahuan baru
(Cohen and Levinthal,1990). Kapabilitas inovasi juga didefinisikan sebagai kemampuan
untuk menciptakan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Kapabilitas
inovasi merupakan seperangkat karakteristik yang komprehensif dari organisasi yang
memfasilitasi dan mendorong strategi inovasi (Wu & Sivalogathasan,2013). Weerawardena
(2003) memandang inovasi sebagai modifikasi produk, proses, pelayanan, sistem organisasi
dan sistem pemasaran untuk menciptakan nilai pelanggan. Kapabilitas inovasi terdiri dari
inovasi teknis dan inovasi administratif (Damanpour, 1991). Inovasi teknis meliputi produk,
pemasaran, pelayanan dan teknologi yang digunakan untuk membuat produk, penjualan
produk dan pelayanan yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan. Inovasi administrasi
berkenaan dengan struktur organisasi dan proses administrasi yang secara tidak langsung
berhubungan dengan aktivitas organisasi dan banyak berhubungan langsung dengan
manajemen (Damanpour and Evan,1984). Menurut Lin et.al, (2009), kapabilitas inovasi
terdiri dari inovasi produk, inovasi proses, inovasi pemasaran, inovasi pelayanan dan inovasi
administrasi. Penelitian yang dilakukan Wu & Sivalogathasan (2013) menyimpulkan bahwa
kapabilitas inovasi yang tinggi dalam organisasi akan meningkatkan kinerja perusahaan.
Kapabilitas untuk mengeksploitasi pengetahuan dalam memperoleh sesuatu yang baru
maupun memperbaikinya untuk dapat menciptakan nilai organisasi atau meningkatkan
efisiensi operasional organisasi. Inovasi merupakan kapabilitas organisasi yang penting,
karena kesuksesan produk baru merupakan mesin pertumbuhan dan memberikan dampak
pada peningkatan penjualan, laba, dan kekuatan persaingan bagi banyak organisasi ( Pauwels,
Silva-Risso, Srinivasan, & hanssen, 2004; Sivadas & Dwyer, 2000). Beberapa temuan
penelitian sepakat bahwa terdapat hubungan langsung dan positif antara inovasi dengan
kinerja (Thornhill, 2006).
H5: Kapabilitas Inovasi berpengaruh terhadap keunggulan bersaing
METODE PENELITIAN
Sampel dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM tenun di Kabupaten Jepara Sebanyak
100 orang Pengambilan sampel menggunakan nonprobabilitas (secara tidak acak) dengan
metode purposive sampling yang berdasarkan pertimbangan UMKM tenun yang sudah
beroperasi minimal lima tahun dan masih eksis hingga saat ini. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara. Kuesioner ditujukan
kepada para pelaku/pemilik UMKM tenun di Jepara. Pengukuran variabel Customer
Relationship Management terdiri dari indikator, Sharing informasi, Keterlibatan pelanggan,
Partnership jangka panjang dan Pemecahan masalah bersama. Organizational knowledge
assets terdiri dari indikator Modal manusia, Modal struktural, Modal relational. Kapabilitas
Inovasi terdiri dari indikator Inovasi produk, Inovasi proses, Inovasi administrasi, Inovasi
pemasaran dan Inovasi pelayanan. Keunggulan Bersaing terdiri dari indikator biaya rendah,
Kualitas produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan lebih baik , Perusahaan lebih mampu
R & D dan inovasi dari pesaing utama, Perusahaan memiliki kemampuan manajerial yang
lebih baik daripada pesaing utama. Semuanya di ukur dengan menggunakan skala Likert 1s/d
5, 1 = sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju. Analisis data menggunakan analisis
deskriptif, uji T dan analisis Partial Least Square (PLS).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Page 75
66
Hasil Partial Least Square
Uji validitas dengan Program Smart PLS dilakukan dengan menggunakan ukuran
convergent validity.Dari hasil cross loading factor nilai convergent validity dari masing-
Tabel 1
UJI VALIDITAS
ORIGINAL
SAMPLE
ESTIMATE
MEAN OF
SUBSAMPLES
STANDARD
DEVIATION
T-STATISTIC
Customer
Relationship
Management
(CRM)
CRM1 0.388 0.388 0.061 6.326
CRM2 0.436 0.449 0.067 6.457
CRM3 0.341 0.344 0.073 4.685
Organizational
Knowledge
Asset (OKA)
OKA1 0.263 0.261 0.030 8.776
OKA2 0.247 0.253 0.032 7.665
OKA3 0.266 0.267 0.021 12.544
OKA4 0.264 0.263 0.019 13.893
OKA5 0.229 0.240 0.046 4.982
Kapabilitas
Inovasi (KI)
KI1 0.296 0.295 0.042 7.109
KI2 0.276 0.282 0.041 6.753
KI3 0.262 0.262 0.027 9.873
KI4 0.267 0.261 0.025 10.475
KI5 0.184 0.193 0.070 2.619
Keunggulan
Bersaing (KB)
KU1 0.114 0.100 0.076 1.492
KU2 0.301 0.312 0.057 5.276
KU3 0.372 0.368 0.071 5.209
KU4 0.221 0.210 0.043 5.169
KU5 0.229 0.225 0.045 5.082
Sumber Data : Data primer yang diolah, 2015
masing indikator rata-rata > 0,5 dimana untuk nilai 0,5 pada penelitian awal sudah
merupakan nilai yang tinggi dan apabila penelitian lanjutan nilai masing-masing indikator >
Page 76
67
0,7. (Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan, diketahui bahwa
semua indikator variabel customer relationship management, organizational knowledge
asset, kapabilitas inovasi, kinerja dan keunggulan bersaing memiliki nilai original sample
estimate lebih dari 0,7 dan nilai T statistik lebih besar dari T tabel (1,67) yang berarti seluruh
indikator valid dan dapat mengukur variabelnya.
Uji Reliabilitas
Hasil composite reliability antar konstruk dengan indikator-indikatornya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2
NILAI COMPOSITE RELIABILITY DAN AVE
Variabel Composite Reliability AVE
Customer Relationship
Management 0.891
0.732
Organizational Knowledge
Assets 0.891
0.623
Kapabilitas Inovasi 0.877 0.598
Keunggulan Bersaing 0.884 0.608
Sumber Data : Data primer yang diolah, 2015
Tabel 2 menunjukkan dari hasil composite reliability masing-masing konstruk baik
yaitu di atas 0,7. Dimana menurut Chin (1998) suatu indikator dikatakan mempunyai
reliabilitas yang baik jika nilainya di atas 0,70 serta dapat dipertahankan dan diterima pada
nilai 0,50 hingga 0,60. Terlihat disini nilai untuk composite reliability customer relationship
management, organizational knowledge asset, kapabilitas inovasi, dan keunggulan bersaing
lebih dari 0,7. Nilai tersebut bila mengacu pada pendapat Chin, memiliki nilai reliabilitas
yang baik dan dapat digunakan untuk proses penelitian selanjutnya. Yang dimaksud dengan
reliabel disini adalah bahwa indikator yang digunakan dalam penelitian nyata sesuai dengan
kondisi riil obyek penelitian.
Hasil Inner Model
Hasil olah data dengan menggunakan alat bantu software SmartPLS, di perolah hasil
output dari model struktur konstruk loading factor yang akan menjelaskan hubungan antara
konstruk customer relationship management, organizational knowledge asset, kapabilitas
inovasi, dan keunggulan bersaing yang tampak pada gambar berikut ini.
Page 77
68
Keterangan :
CRM : Customer relationship management
OKA : Organizational knowledge assets
KI : Kapabilitas Inovasi
KU : Keunggulan bersaing
Berdasarkan hasil analisis PLS, terlihat bahwa H1 diterima, terdapat pengaruh yang
signifikan dan positif antara customer relationship management dengan kapabilitas inovasi,
yang ditunjukkan dengan nilai original sample estite sebesar 0,079, nilai t-statistik (2,061 ) >
ttabel (1,677).
Tabel 3
UJI HIPOTESIS
original sample
estimate
mean of
subsamples
Standard
deviation
T-
Statistic
CRM ->
KI 0.079 0.077 0.038 2.061
OKA ->
KI 0.924 0.922 0.028 33.419
CRM ->
KU 0.402 0.430 0.134 2.992
OKA ->
KU 1.062 1.083 0.752 1.411
KI ->
KU -0.860 -0.842 0.772 1.114
Sumber Data : Data primer yang diolah, 2015
Page 78
69
Semakin tinggi para pelaku tenun Troso Jepara melakukan customer relationship
management akan meningkatkan kapabilitas inovasi yang tinggi. Hipotesis 2 juga diterima,
terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara customer relationship management
dengan keunggulan bersaing, yang ditunjukkan dengan nilai original sample estite sebesar
0,402, nilai t-statistik (2,992 ) > ttabel (1,677). Semakin tinggi customer relationship
management para pelaku usaha tenun Troso jepara maka semakin tinggi keunggulan bersaing
yang dapat dicapai.
Hasil pengujian hipotesis 3 (H3) diterima, terdapat pengaruh yang signifikan dan
positif antara organizational knowledge asset dengan kapabilitas inovasi, yang ditunjukkan
dengan nilai original sample estite sebesar 0,924, nilai t-statistik (33, 419) > ttabel (1,677).
Semakin tinggi kemampuan para pengusaha tenun dalam mengelola organizational
knowledge asset maka akan meningkatkan kapabilitas inovasi yang tinggi. Hipotesis 4
ditolak, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara organizational
knowledge asset dengan kapabilitas inovasi, yang ditunjukkan dengan nilai original sample
estite sebesar 1, 062, nilai t-statistik (1,411 ) < ttabel (1,677). Organizational knowledge asset
tidak mampu menjelaskan peningkatan keunggulan bersaing. Hasil pengujian hipotesis 5
(H5) ditolak, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara kapabilitas inovasi
dengan keunggulan bersaing, yang ditunjukkan dengan nilai original sample estite sebesar -
0,860 nilai t-statistik (1,114 ) < ttabel (1,677).
Berdasarkan nilai R square tersebut diatas menunjukkan bahwa variasi kapabilitas
inovasi dapat dijelaskan oleh Organizational knowledge asset dan customer relationship
management sebesar 93,8%, sisanya 6,2% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak
masuk dalam model. Variasi keunggulan bersaing dapat dijelaskan oleh variabel kapabilitas
inovasi sebesar 32,5%%, sisanya 67,5% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak
masuk dalam model.
Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa customer relationship management (CRM)
berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi. Hasil penelitian sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Bator and Bator (2010), bahwa manajemen hubungan
pelanggan menjadi antesenden kapabilitas inovasi yang pada akhirnya berdampak pada
kinerja organisasi. Inovasi juga memediasi pengaruh customer relationship management
capability terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian juga mendukung temuan Lin et al.
(2009), CRM merupakan strategi yang sangat penting untuk memperbaiki kapabilitas inovasi
dan keunggulan bersaing perusahaan. Temuan Lin et al. (2009) tentang pengaruh dimensi
CSR terhadap kapabilitas inovasi menunjukkan bahwa berbagi informasi antara perusahaan
dengan konsumen berpengaruh signifikan terhadap kapabilitas inovasi produk, inovasi
proses, inovasi pemasaran dan inovasi pelayanan, namun tidak berpengaruh terhadap inovasi
administratif. Keterlibatan pelanggan tidak berpengaruh signifikan terhadap inovasi proses
maupun inovasi administrasi. Hubungan jangka panjang dengan pelangggan berpengaruh
positif terhadap inovasi produk dan inovasi proses. Ketika perusahaan dan konsumen saling
berinterkasi hubungan jangka panjang akan tercipta kesetiaan dan komitmen satu dengan
yang lain. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemecahan masalah bersama antara
konsumen dengan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk, proses,
administrasi dan pelayanan dan tidak signifikan terhadap inovasi pemasaran. CRM berbasis
teknologi juga berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk, inovasi pemasaran, dan
inovasi pelayanan.
Page 79
70
Perusahaan yang mampu mempertahankan konsumennya saat ini, dan membangun
tingkat keuntungan serta membangun hubungan jangka panjang akan mampu meningkatkan
kapabilitas inovasi dan keunggulan perusahaan. Ide dan masukan konsumen sangat penting
bagi perusahaan untuk menciptakan produk-produk yang inovatif. Apabila perusahaan
memiliki relasi banyak dan sering berbagi informasi tentang produk perusahaan, maka akan
diperoleh berbagai masukan dan ide produk dari konsumen yang dapat ditindaklanjuti
perusaahaan menjadi produk unggulan berbasis voice of customers. Disamping menghasilkan
inovasi produk baru, ide dan masukan konsumen dapat diserap oleh perusahaan secara cepat
melalui berbagai penggunaan teknologi melalui inovasi proses, inovasi pemasaran, inovasi
manajemen serta inovasi pelayanan. Berdasarkan hasil penelitian usaha tenun Troso di
Jepara menunjukkan bahwa pelanggan tenun Troso tidak hanya berasal dari Jepara, namun
juga sudah menyebar hingga ke luar jawa. Misalnya ketika memasarkan produk tenun ke
Sulawesi (Makasar) maka banyak pengusaha tenun yang mendapatkan ide tentang desain,
warna dan corak kain yang sesuai dengan selera masyarakat disana. Hal ini kemudian
ditindaklanjuti dengan menciptakan model, corak dan warna sesuai dengan segmen pasar di
Sulawesi. Manajemen hubungan pelanggan merupakan modal relational yang penting bagi
perusahaan, karena akan meningkatkan kemampuan inovasi dan peningkatkan kinerja
organisasi . Hasil penelitian mendukung temuan Penelitian yang dilakukan Mucelli and
Marinoni (2011) yang menyimpulkan bahwa perusahaan berhasil sukses karena melakukan
relational capital yang membuatnya dapat berinovasi proses produksi yang sistematis. Hasil
penelitian mendukung temuan Ahmadi et al (2011) yang menyimpulkan bahwa relational
capital berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja organisasi. Hasil
penelitian mendukung temuan Capello and Fagian (2005) yang menyimpulkan bahwa
relational capital memiliki pengaruh yang penting terhadap kapasitas inovasi perusahaan.
Hasil penelitian juga menunjukkan organizational knowledge assets berpengaruh
signifikan terhadap kapabilitas inovasi. Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan
Verde et. al (2011), bahwa organizational capital berpengaruh signifikan terhadap
kapabilitas inovasi produk. Budaya dan komitmen CEO terhadap inovasi juga berpengaruh
signifikan terhadap kapabilitas inovasi produk. Penggunaan teknologi informasi juga
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kapabilitas inovasi produk. Menurut Tseng and
Goo (2005), ada kesamaan antara modal intelektual dengan asset pengetahuan perusahaan.
Dengan demikian temuan Verde et. al (2011) bila dikaitkan dengan konsep Tseng and Goo
(2005), modal organizational termasuk dalam structural capital, yang merupakan bagian dari
intellectual capital.
Hasil penelitian juga mendukung temuan Castro et.al (2012), bahwa human capital
berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk. Semakin tinggi pendidikan karyawan di
tingkat universitas maka akan semakin tinggi tingkat kapabilitas produk. Karyawan yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi di universitas akan lebih mudah menguasai dan menyerap
pengetahuan yang akhirnya berampak pada inovasi produk dan keunggulan komeptitif.
Karyawan yang sering diberikan berbagai pelatihan dalam organisasi akan memperoleh
pengetahuan yang tinggi sehingga akan meningkatkan inovasi produk. Demikian halnya
dengan ketrampilan yang dimiliki karyawan dalam organisasi, semakin tinggi tingkaat
ketrampilan karyawan dalam organisasi akan mendorong peningkatan inovasi produk.
Technological knowledge assets berpengaruh signifikan terhadap inovasi produk. Semakin
tinggi tingkat pengetahuan teknologi yang diterapkan karyawan dalam organisasi maka akan
mendorong peningkatan inovasi produk. Melalui teknologi, kegiatan inovasi produk akan
lebih cepat dilakukan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan teknologi dan semakin tinggi
penggunaannya akan mendorong meningkatnya inovasi produk. Budaya inovasi juga
Page 80
71
berpengaruh signifikan terhadap produk inovasi. Semakin tinggi dorongan menerapkan nilai-
nilai budaya , ekperimen dan inovasi akan mendorong peningkatan inovasi produk.
Kapabilitas inovasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keunggulan bersaing
perusahaan. Kapabilitas inovasi dalam bentuk inovasi produk baru, inovasi proses, inovasi
manajemen dan pemasaran belum mampu mendorong terciptanya keunggulan bersaing. Hasil
penelitian mendukung temuan Lee and Hsieh (2010), bahwa kapabilitas inovasi berpengaruh
signifikan terhadap keunggulan bersaing perusahaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kapabilitas inovasi
diperlukan peningkatan dalam customer relationship management dan organizational
knowledge assets.Peningkatan kapabilitas inovasi melalui organizational knowledge assets
dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan, pengalaman yang tinggi, karyawan yang
kompeten sehingga dapat mendorong peningkatan kapabilitas inovasi maupun keunggulan
bersaing perusahaan. Saran
KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini masih terbatas pada industry tenun di satu wilayah saja, sehingga hasilnya
belum dapat digeneralisasikan untuk industry tenun secara keseluruhan.
PENELITIAN YANG AKAN DATANG
Perlunya pengujian secara terintegrasi anteseden dari kapabilitas inovasi dalam menciptakan
keunggulan bersaing, khususnya pada aspek operasi dan keuangan.
Page 81
72
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, S (1997), Flexibility Management the Ultimate Strategy, Industrial
Management, Vol. 39 No.1, pp. 5-14
Ahmadi Ali Akbar, Freydon Ahmadi, Shaghayegh Shakjeri (2011), The Survey of
Relationship Between Intelectual Capital and Organizational Performance
within the National Iranian South Oil Company, Interdiciplinary Journal of
Contemporary Research in Business, Vol. 3, No. 5, 369-380.
Battor Moustafa & Mohammed Battor (2010), The Impac of Customer Relationship
Management Capability on Innovation and Performance, Journal of Marketing
Management, Vo. 26, No. 9-10 August, 842-857.
Cakar Nigar Demircan & Alper Erturk (2010), Comparing Innovation Capability of
Small and Medium Sized Enterprises: Examining the Effect of Organizational
Culture and Empowerment, Journal of Small Business Management, 48 (3), pp.
325-359.
Capello Roberta & Alessandra Faggian (2005), Collective Learning and Relational
Capital in Local Innovation Processes, Regional Studies, Vol. 39, 1, pp. 75-87.
Castro Gregorio Martin De, Miriam Delgado Verde, Pedro Lopez Saez, Jose E.
Navas Lopez (2011), Towards An Intellectual Capital Based View of The Firm:
Origin and nature, Journal of Business Ethics, 98: 649-662.
Chang, S-Ch. And Lee, M.S (2008), The Linkage Between Knowledge Accumulation
Capability and Organizational Innovation, Journal of Knowledge Management,
Vol. 12 No 1, pp. 3-20.
Chen,I.J. and Paulraj, A. (2004), Understanding Supply Chain Management: Critical
Research and a Theoritical Framework, International Journal of Production
Research, Vol. 42 No. 1, pp.131-63
Chowdhury, Nuruddin A. H. M. (1990), Small and Medium Industries in Asian
Developing Countries, Asian Development Review, Vol. 1, pp. 29-45.
Claycomb, C., Droge, C. and Germain, R. (1999), The Effect of Just In Time With
Customer On Organizational Design and Performance, International Journal
of Logistics Management, Vol. 10 No. 1, pp. 37-58
Cohen, W.M. and Levinthal, D.A. (1990), Absorptive Capacity: A New Perspective
on Learning and Innovation, Administrative Science Quaterly, Vol 35 No. 1,
pp. 128-52
Page 82
73
Damanpour, F. (1991), Organizational Innovation: A Meta Analysis of Effects of
Determinants and Moderators, Academy of Management Journal, Vol. 34 No.3,
pp. 555-90
Fruhling, A.L. and Siau, K. (2007), Assesing Organizational Innovation Capability
and Its Effect on E-Commerce Initiatives, The Journal of Computer
Information Systems, Vol. 48 No.1, pp. 133-45
Hermans, R, and Kauranen, I (2005), Value Creation Potential of Intelectual capital
in Biotechnology: Empiciral evidence From Finland, R & D Management, Vol.
35 No.2, pp. 171-85.
Hsu, L.L. (2006), The Impact of Industrial Characteristic and Organizational Climate
on KMS and BIP Taiwan Bioscience Industry, The Journal of Computer
Information Systems, Vol 46 No. 4, pp. 8-17
Joo, J. (2007), An Empirical Study on the Relationship Between Customer Value and
Repurchase Intention in Korean Internet Shopping Malls, The Journal of
Computer Information Systems, Vol 48 No. 1, pp. 53-62
Lanrosen, S (2005), Customer Involvement in New Product Development: A
Relationship Marketing Perspective, European Journal of Innovation
Management, Vol. 8 No. 4, pp. 424-36.
Lee Jia Sheng & Chia Jung Hsich (2010), A Research In relating Entrepreneurship,
Marketing Capability, Innovative Capability and Sustained Competitive
Advantage, Journal of Business & Economic Research, September, 109-119.
Lin Hsiu Fen (2007), Knowledge Sharing and Firm Innovation Capability: an
Empirical Study, International Journal of Manpower, Vol. 28 No. ¾, pp. 315-
332
Lin Ru Jen, Chen Rong Huei, Chiu Kevin Kuan Shun, (2010), Customer relationship
Management and Innovation Capability: an Empirical Study, Industrial
Management & data Systems, Vol. 110 No.1, pp. 111-133.
Meda Anabel Fernandez, Vidal Joaquin Alegre, Gomez Ricardo Chiva, (2013),
Design Management Capability and Product Innovation in SMEs, Management
Decision, Vol.51 No.3, pp. 547-565.
Rahab, Sulistyandari, Sudjono (2011), The Development of Innovation Capability of
Small Medium Enterproses Through Knowledge Sharing Process: An
Empirical Study of Indonesian Creative Industry, International Journal of
Business and Social Science, Vol.2, November, 112-123.
Page 83
74
Ramani, G. and Kumar, V. (2008), Interaction Orientation and Firm Performance,
Journal of Marketing, Vol. 72 No.1, pp. 27-45
Romjin, Henny., Albaladejo, Manuel (2001), Determinants of Innovation Capability
in Small UK Firms: An Empirycal Analysis, QEH Working Paper Series
QEHWPS40, Number 40.
Sahay, B.S. and Ranjan, J. (2008), Real Time Business Intelligence in Supply Chain
Analytics, Information Management & Computer Security, Vol 16 No.1, pp.
28-48.
Sin, L.Y.M, Tse, A.C.B. and Yim, F.H.K (2005), CRM: Conceptualization and Scale
Development, European Journal of Marketing, Vol. 39 No. 11/12, pp. 1264-90.
Siyamtinah dan Eni Rahmani (2012), Model Pengembangan Green Business untuk
Peningkatan Kinerja Keuangan dan Kinerja Pasar, Laporan Penelitian Hibah
Bersaing Dikti, Desember 2012.
Subramaniam, M. and Youndt, M (2005), The Influence of Intelectual Capital on the
Types of Innovative Capabilities, Academy of Management Journal, Vol. 48
No. 3, pp. 450-63.
Sulistyo Heru, Siyamtinah, (2013), Keunggulan bersaing Industri tenun Troso
Kabupaten Jepara berbasis relational capital , Penelitian Hibah Bersaing Dikti
Tahun pertama, April 2013.
Sulistyo Heru, Siyamtinah, Eni Rahmani, (2011), Model Peningkatan Kapabilitas
Inovasi Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja UKM Di Kota Semarang, Laporan
Penelitian Hibah Bersaing Dikti Tahun kedua, Desember 2011.
_________________________________, (2010), Model Peningkatan Kapabilitas
Inovasi Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja UKM Di Kota Semarang, Laporan
Penelitian Hibah Bersaing Dikti Tahun pertama, Desember 2010.
__________________________(2009), Keragaman pola membangun kapabilitas
inovasi organisasional pada industri skala kecil menengah di kota Semarang,
Laporan Penelitian Hibah Bersaing Dikti, Desember 2009.
Tseng, C and Goo, Y.J (2005), Intelectual Capital and Corporate Value in an
Emerging Economy: Empirical Study of Taiwanese Manufactures, R & D
Management, Vol 35 No.2, pp. 187-201.
Weerawardena, J (2003), Exploring The Role of Market Learning Capability in
Competitive Strategy, European Journal of Marketing, Vol. 37 No. ¾, pp.
407-30
Page 84
75
Wu Xiaobo and Sivalogathasan (2013), Intelectual Capital for Innovation Capability:
A Conceptual Model for Innovation, International Journal of Trade,
Economics and Finance, Vol. 4, No. 3, pp. 139-143.