“KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU ANAK DENGAN AL-QUR’AN” (Studi Literasi Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Jumadi Suherman NIM: 1110034000077 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
“KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU ANAK
DENGAN AL-QUR’AN”
(Studi Literasi Buku Cerita Bergambar 25 Nabi Dan Rasul)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh
Jumadi Suherman
NIM: 1110034000077
PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
i
ABSTRAK
JUMADI SUHERMAN
KETIDAKSESUAIAN KISAH NABI IBRAHIM DALAM BUKU ANAK
DENGAN AL-QUR’AN
(STUDI LITERASI BUKU CERITA BERGAMBAR 25 NABI DAN RASUL)
Buku merupakan sumber pengetahuan, manifestasi kehidupan, persis seperti
sebatang pohon, atau air atau bintang. Buku memiliki hukum dan iramanya sendiri,
baik itu berupa pendidikan, naskah drama, novel, atau buku harian. bahkan di era
milenial seperti saat ini, buku sangatlah beragam bentuknya dari mulai buku cetak
sampai electronic book (E-Book) dan isinya pun sangat variatif dan inovatif. Salah
satu contohnya adalah buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul karya Isryad
Zulfahmi, S.Pd. buku ini menyajikan cerita atau kisah nabi dan rasul yang dalam
pendeskripsiannya menggunakan gambar-gambar. Buku ini sangat menarik dan
berbeda dengan buku anak-anak pada umumnya karena pada setiap kisah nabi yang
dipaparkan mengandung unsur pendidikan dan unsur kegamaan yang cukup kental.
Buku ini juga mengklaim bahwa sumber yang diambil berasal dari al-Qur’an.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka penulis melakukan
penelitian pada buku tersebut dan mengkhususkan penelitiannya pada kontek
kesesuaian konten yang terdapat pada buku tersebut, dengan rumusan masalah
penelitian yaitu sejauh mana kesesuain isi buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul
dengan al-Qur’an.
Penulis menemukan bahwa kisah nabi dan rasul dalam buku anak dengan
judul “Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul” jika mengikuti al-Qur’an terjemah
maka kisah Nabi Ibrahim tidak terdapat masalah, namun jika mengikuti sumber dari
al-Qur’an maka hal itu tentunya akan menjadi rumit, mengingat buku yang
dihadirkan adalah buku kisah nabi dan rasul segmentasi anak.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt tuhan pemilik
alam semesta yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak terhingga-Nya
kepada peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan baginda Nabi besar
Muhammad Saw beserta keluarganya yang suci dan sahabat-sahabatnya yang terpilih.
Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri
peneliti, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun Alhamdulillah dengan
keterbatasan dan kekurangan itu akhirnya peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.
Hal ini tidak terwujud dengan sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan
dari banyak pihak baik moril maupun materil, sehingga dengan ini ucapan terima
kasih peneliti haturkan kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada MA, selaku Rektor Univesitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membuat kampus UIN begitu
nyaman untuk di tempati, sampai lupa bahwa saya sudah terlalu lama
memperdalam ilmu di kampus ini. Semoga cita-cita UIN Jakarta untuk
menjadi World Class University dapat terealisasi.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin yang
senantiasa membawa perubahan untuk Fakultas Ushuluddin melalui
iii
berbagai terobosan dan inovasi yang diciptakan sehingga Fakultas tercinta
ini tetap dan akan selalu menjadi jantungnya UIN Jakarta.
3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, selaku ketua jurusan Ilmu al-Qur’an dan
4. Profil Penulis ...................................................................................................... 42
B. Sinopsis Buku ........................................................................................................... 42
C. Salah Satu Kisah Yang Di Sorot ............................................................................... 43
1. Pendeskripsian Kisah Nabi Ibrahim ................................................................... 43
D. Visualisasi Kisah Nabi Ibrahim ................................................................................ 49
1. Visualisasi Nabi Ibrahim dalam Buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul
BAB IV: ANALISIS KONTEN BUKU CERITA BERGAMBAR KISAH 25
NABI DAN RASUL
A. Komparasi Kisah Nabi Ibrahim ............................................................................... 57
1. Kisah Nabi Ibrahim dalam Al-Qur’an ................................................................ 57
a. Nama dan Kelahirannya ............................................................................... 57
b. Sejarah Nabi Ibrahim ................................................................................... 58
c. Masa Kelahiran Nabi Ibrahim ...................................................................... 59
d. Ibrahim Seorang Pemuda yang Beriman ...................................................... 60
e. Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala ........................................................ 61
f. Ibrahim Mencari Tuhan ................................................................................ 73
g. Nabi Ibrahim dihukum Raja Namrudz ......................................................... 64
h. Nabi Ibrahim Menyeru Ayahnya ................................................................. 66
2. Table Perbedaan Cerita Didalam buku Dengan Al-Qur’an ................................ 68
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 76
B. Saran .......................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI1
A. Konsonan
1 ا tidak dilambangkan 16 ط ṭ
2 ب b 17 ظ ẓ
3 ت t 18 ع ʻ
4 ث ṡ 19 غ g
5 ج j 20 ف f
6 ح ḥ 21 ق q
7 خ kh 22 ك k
8 د d 23 ل l
9 ذ ż 24 م m
10 ر r 25 ن n
11 ز z 26 و w
12 س s 27 ه h
13 ش sy 28 ء ’
14 ص ṣ 29 ي y
15 ض ḍ
LatinNo. Arab Latin No. Arab
B. Vokal dan Diftong
Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong
◌ = a ا – ◌ = ā ى ◌ = ai
1 Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K Nomor: 158 tahun 1987 –Nomor: 0543 b/u/1987
x
◌ = i ى – ◌ = ī و ◌ = aw
◌ = u و – ◌ = ū
C. Keterangan Tambahan
1. Kata sandsang (alif lam ma’riah) ditransliterasikan dengan al-,
misalnya (الجزیة) al-jizyah, (الاثار) al-āthār dan (الذمة) al-dhimmah. Kata
sandang ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal
kalimat.
2. Tashdīd atau shaddah dilambangkan dengan huru ganda, misalnya al-
muwaṭṭa’.
3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis
sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan lainnya.
D. Singkatan
swt. = subḥānah wa taʻālā
as. =‘alaihal-salām
ra. = raḍiyaAllāh‘anh
QS. = Quran Surat
M = Masehi
H = Hijriah
w. = Wafat
h. = Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Petunjuk al-Qur’an sangat luas dan bersifat universal, al-Qur’an memberi
petunjuk tidak hanya berlaku bagi suatu umat tertentu ataupun bagi tempat dan waktu
tertentu pula. Petunjuk al-Qur’an meliputi segala aspek kehidupan manusia yang
sangat luas seperti luasnya umat manusia.1 Oleh sebab itu al-Qur’an tidak hanya
memberikan solusi bagi persolan yang dihadapi manusia ketika turunnya al-Qur’an,
atau pun memberikan petunjuk kepada manusia untuk masa depannya, tetapi juga
memberikan informasi tentang berbagai peristiwa yang terjadi sebelum turunnya al-
Qur’an yang kemudian dikenal dengan kisah.2
Kisah-kisah di dalam al-Qur’an mengandung banyak hikmah dan makna yang
bisa kita petik pelajaran di dalamnya, Allah swt memberitahukan dan
menceritakannya kepada kita agar kita berpikir dan Ia memerintahkan kita untuk
menceritakan (kembali) kisah ini kepada umat manusia agar mereka berpikir, Allah
juga menceritakan kisah itu kepada kita untuk memberikan hiburan ketabahan,
keteguhan hati, dan kesabaran untuk tetap melakukan usaha dan perjuangan.3
Pemaparan kisah atau cerita dalam al-Qur’an seringkali menyisakan ruang-
ruang yang perlu diisi imajinasi, hal ini telah melahirkan berbagai pemahaman pada
1 Said Agil Husain al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan
Islam (et. II: Ciputat: PT. Ciputat Press. 2005), h. 5. 2 Berasal dan bahasa arab qashashun bentuk masdar dari fi’il madi qashsha yang berakar kata
dan huruf qaf dan shad yang berarti mengikuti sesuatu. Mengikuti secara berurutan. mengikuti
jejaknya. juga dapat diartikan dengan memotong. Lihat Abu Husain Ahmad bin Fariz Zakariah.
Mu’jam Maqvis al-Lugah, juz IV Cet. I: (Beirut: Dar Al Jalail. 1991), h. 11. 3 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu (Jakarta:
Gema Insani Press, 1999) ,h. 15.
2
orang-orang yang membacanya.4 Ada unsur moral dan pembelajaran yang hendak
disampaikan dalam materi kisah tersebut, hal itulah yang membuat kisah-kisah dalam
al-Qur’an tidak sama dengan kisah imajinasi lainnya.5
Kisah-kisah didalam al-Qur’an meliputi berbagai tema yang sangat berguna
bagi pendidikan dan pelatihan jiwa karena kisah al-Qur’an memiliki kemampuan
mengubah akhlak, mempercantik perilaku dan menyebarkan cahaya kebijaksanaan.
Nilai kandungan kisah al-Qur’an teramat mulia, kualitasnya sangat tinggi dan luar
biasa.6 Dalam al-Qur’an, Allah telah menceritakan kepada kita kisah-orang-orang
dahulu dan menyipati kisah ini sebagai kisah yang benar yang tidak diragukan,
sebagaimana Ia telah menyipati kisah ini sebagai kisah terbaik.7
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan
al-Qur’an ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan)
nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (QS. Yusuf: 3)
Al-Qur’an telah banyak menceritakan kisah-kisah orang dahulu, baik para
nabi dan selain mereka, diantaranya kisah tentang orang-orang shalih dan inkar. Al-
Qur’an juga (melalui kisah yang dikandungnya) memberikan pelajaran dan manfaat
4 Abdus Shabur Syahin, Penciptaan Nabi Adam Mitos atau Realitas Penerjemah. Nanif Anwari
(Yogyakarta: Elsaq Press 2004), h. ix. 5 Kholilurrahman Aziz, “Kisah Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an: Kajian nilai-nilai teologi-
Moralitas Kisah Nabi Ibrahim Perspektif Muhammad A. Khalafullah dan M. Quraish Shihab.” (Skripsi
S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010), h. 4. 6 M. Ahmad jadul Mawla. M. Abu al-Fadhl. Ibrahim, Buku Induk Kisah-kisah al-Quran
(Jakarta: Zaman, 2009), h. 9. 7 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, h. 15.
3
yang bisa diraih, seperti episode-episode si tokoh yang dikisahkan, konsep-konsep,
interaksi dialog dan moralitas.8
Kisah al-Qur’an tentang orang-orang dahulu adalah suatu kisah yang benar
dan periwayatannya mengenai peristiwa-peristiwa itu adalah jujur dan betul. Ini
karena Allah lah yang menceritakan kisah itu dan Allah benar-benar menyaksikan
peristiwa-peristiwa itu, dan Ia telah menakdirkana peristiwa-peristiwa tersebut terjadi
pengetahuan, kehendak, dan takdir-Nya. Maka dari itu, ucapan Allah tentang kisah itu
tidak mungkin mengalami kebatilan (kesalahan) dan keraguan.9
Dalam surah Ali’Imran ayat 62, setelah disebutkan beberapa ayat yang
membantah orang-orang nasrani tentang perihal kemanusiaan Isa bin Maryam a.s.
dan menyanggah anggapan mereka seputar penisbatannya kepada Allah swt (sebagai
anak-Nya), dan mengisahkan kepada mereka peristiwa ibunda Maryam r.a yang
mengandung Nabi Isa, kemudian melahirkannya, kemudian disebutkan satu ayat yang
menyipati kisah ini sebagai kisah yang benar, yang tidak ada padanya kesalahan,
kebohongan, maupun kebatilan. Allah swt berfirman:10
“Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”
8 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu. h. 21.
9 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, jilid 1. h.
23. 10
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, jilid 1. h.
23.
4
Dalam surah al-Naml, al-Qur’an mengisahkan sekilas Nabi Musa a.s dengan
Firaun, kemudian sekilas kisah Nabi Daud a.s ia mengulas sejenak kisah Nabi
Sulaiman a.s dengan seekor semut, bala tentara, burung hud-hud, dan Ratu Balqis,
serta kisah mengikutnya Ratu Bilqis kepada Nabi Sulaiman a.s dan masuknya ia ke
dalam agamanya (Islam). Kemudian al-Qur’an memberikan komentar terhadap kisah
itu dengan firman-Nya dalam surah al-Naml/27 ayat 76:
“Sesungguhnya Al Quran ini menjelaskan kepada Bani lsrail sebahagian besar
dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.”
Dalam surah al-Kahfi, pada saat al-Qur’an menyebutkan kisah Ashabul Kahfi,
ia memberikan pendahuluan untuk itu dengan memberi karakter bagi apa yang akan
diceritakannya tentang mereka itu sebagai sebuah kisah yang benar, lalu dikatakan,
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan
mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Deskripsi al-Qur’an mengenai kisahnya sebagai sebuah kisah yang benar dan
pemberitahuannya bahwa ia menceritakan kisah orang-orang dahulu secara benar,
memberikan inspirasi kepada kita berupa konsep metodologi ilmiah yang akurat dan
solid dalam memahami, mengkaji dan mencermati kisah al-Qur’an.11
Dalam surah Yusuf, Allah swt memberi karakter terhadap kisah al-Qur’an
sebagai suatu kisah terbaik. Allah berfiman dalam surah yusuf/12 ayat 2-4:
11
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu. h. 23.
5
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya.” Kami menceritakan kepadamu kisah yang
paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini kepadamu, dan Sesungguhnya
kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang
belum mengetahui. (ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai
ayahku, Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan
bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."
Surah Yusuf secara khusus menceritakan kisah Nabi Yusuf a.s surah ini
menyediakan seratus ayat sendiri dari seratus sebelas ayat keseluruhan-Nya dan ayat-
ayat terakhirnya ialah komentar terhadap kisah yusuf. Surah ini memaparkan kisah
Yusuf a.s semenjak ia bermimpi ketika masih berusia anak-anak sampai
terealisasinya mimpinya dan tafsir mimpinya menjadi kenyataan.12
Kisah Yusuf merupakan salah satu kisah terbaik dan setiap kisah al-Qur’an
adalah baik karena ia memberikan kabar gembira kabar dan optimisme (harapan) bagi
orang-orang yang tertimpa bencana, musibah, dan ujian serta bagi orang-orang yang
menderita kepedihan intimidasi dan cobaan, yaitu bahwa jalan keluar pasti akan
datang, harapan pasti akan tiba, dan ujian akan hilang. Yang penting, dia beriman dan
bertawakal kepada Allah swt dengan baik serta tetap teguh di jalan-Nya, sebagaimana
yang dicapai oleh Nabi Yusuf a.s.13
12
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang Dahulu. h. 24. 13
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang jilid 1. h. 25.
6
Dari contoh kisah-kisah al-Qur’an diatas Allah swt telah memerintahkan
kepada kita untuk meneladani orang-orang baik (shalihin) dan penganjur kebaikan
(mushlihin) dari orang-orang dahulu, yang kisah-kisah mereka telah dipaparkan-Nya
kepada kita serta telah diperlihatkan-Nya kepada kita metode mereka dalam dakwah,
perbaikan (ishlah), perlawanan terhadap musuh-musuh Allah, perjuangan jihad,
kesabaran, dan keteguhan.14
Menurut Ahmad Hanafi dalam bukunya, segi kesusasteraan pada kisah kisah
al-Qur’an menyebutkan jumlah keseluruhan ayat al-Qur’an tentang kisah-kisah para
nabi dan rasul terdahulu sebanyak 1600 ayat. Jumlah ini dengan tidak
mengikutsertakan kisah-kisah perumpamaan (tamstiliyyat). Jika dibandingkan dengan
ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang hukum yang berjumlah 330 ayat, maka
akan terlihat betapa besar perhatian al-Qur’an yang berbicara terhadap kisah-kisah
itu.15
Kisah dalam al-Qur’an bukan hanya menggambarkan peristiwa-peristiwa
lokal yang terikat pada satu waktu tertentu, melainkan juga menggambarkan
peristiwa-peristiwa yang terpisah dari kesatuan gejala kehidupan yang lebih besar.
Selain itu, kisah juga merupakan bagian dari gelombang sejarah kehidupan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, kisah dalam al-Qur’an telah sangat memasyarakat.
Berbagai macam bentuk publikasi dan dokumentasi telah banyak merekam kisah
dalam al-Qur’an. Buku dan majalah yang khusus membahas tentang kisah dalam al-
Qur’an telah banyak disusun. Banyak penceramah atau para pendakwah yang
14
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Quran: Pelajaran dari Orang-orang, jilid 1. h. 16 15
Ahmad Hanafi, Segi-segi Kesusasteraan pada Kisah-kisah al-Qur’an (Jakarta: Pustaka al-
Husna, 1984), h 22.
7
seringkali menyampaikan kisah dalam setiap isi pidato yang disampaikan kepada
jamaah. 16
Saat ini seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat,
penyampaian kisah telah mengalami kemajuan. Banyak stasiun televisi menayangkan
kisah dalam al-Qur’an atau tayangan kisah yang terinspirasi dari kisah-kisah yang ada
dalam al-Qur’an, terutama kisah para nabi dan kisah teladan lainnya. Menariknya,
tayangan ini sangat diminati masyarakat, sehingga tayangan sinetron atau sinema
elektronik yang memuat kisah berada pada jam tayang yang mahal (prime time), dan
menempati rating tertinggi karena banyak peminatnya.17
Kisah-kisah didalam al-Qur’an telah banyak diangkat dalam buku cerita anak
untuk dibaca dan dipahamai oleh kalangan usia dini. Buku tersebut banyak
menyampaikan kisah para nabi dan rasul pilihan. Pendeskripsian, setting, alur dan isi
kisah pun bermacam-macam dalam hal pemaparannya. Pihak pengarang dan menerbit
melihat peluang bisnis yang cukup menjanjikan dari penjualan buku anak, oleh
karenanya mereka berlomba untuk menampilkan buku kisah anak tentang nabi dan
rasul semenarik mungkin dalam hal desain, deskripsi, animasi dan pilihan ceritanya.
Menurut data IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) penjualan buku anak menempati
posisi ketiga penjualan terlaris di toko-toko buku.18
16
Muhammad Khotib, “Penafsiran Kisah-kisah al-Qur’an; Telaah Terhadap Pemikiran
Muhammad Ahmad Khalafullah dalam al-Faan al-Qassasiy fil al-Qur’an al-Karim.” (Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, 2009), h. 2. 17
Muhammad Khotib, “Penafsiran Kisah-kisah al-Qur’an; Telaah Terhadap Pemikiran
Muhammad Ahmad Khalafullah dalam al-Faan al-Qassasiy fil al-Qur’an al-Karim.” (Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, 2009), h. 3 18
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Industri Penerbitan Buku Indonesia dalam Data dan
Fakta, Jakarta: IKAPI, 2015.
8
Berangkat dari hal itu menulis merasa perlu untuk membahas kisah-kisah nabi
dan rasul dalam buku segmentasi anak, mengingat antusiasme masyakat yang sangat
besar tehadap minat baca untuk anak-anak mereka. Penulis menemukan banyak buku
tentang kisah nabi dan rasul segmentasi anak yang dijual bebas ditoko buku, buku
tersebut memuat cerita nabi dan rasul yang diangkat dari al-Qur’an. Salah satu buku
yang penulis dapatkan adalah buku “Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul”.
(Gambar 1.1 Nabi Adam dan Siti Hawa) (Gambar 1.2 Nabi Yusuf as)
(salah satu isi dalam buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul)
Dalam buku “Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul” penulis memilih kisah
Nabi Ibrahim as. dalam buku itu kisah Nabi Ibrahim as. divisualisasikan dengan
gambar yang amat menarik dan disertai ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan
dengan kisah itu. Dalam buku tersebut kisah Nabi Ibrahim as. berada dihalaman 34
9
sampai halaman 41, pendeskripsian dalam buku ini sangat menarik dimana terdapat 3
gambar secara keseluruhan. Di antaranya gambar Nabi Ibrahim as. yang sedang
menghancurkan berhala, gambar Nabi Ibrahim ketika dibakar oleh raja Namrud dan
gambar ekspresi Raja Namrud melihat kemukjizatan Nabi Ibrahim as. yang selamat
dari kobaran api yang sangat besar.
Pola dan alur cerita pun sangat rapih, dalam buku itu diceritakan Nabi Ibrahim
dari mulai kecil, keadaan masyarakat Babilonia pada waktu itu, Nabi Ibrahim as.
berdakwah kepada ayahnya, Nabi Ibrahim as. menghancurkan berhala sampai kepada
dibakarnya Nabi Ibrahim as. oleh Raja Namrud. Kisah Nabi Ibrahim as. dalam buku
ini berbentuk deskriptif, nararif dan dialog, dimana dalam penyampaianya ada bagian
yang menggunakan narasi dan ada juga yang menggunakan dialog. Nabi Ibrahim
divisualisasikan sebagai seorang lelaki berjanggut tebal, memakai gamis berwarna
hijau dan menggunakan jubah berwarna merah bergaris kuning serta menggunakan
sandal. Karena ini buku kisah nabi dan rasul segmentasi anak kemungkinan besar
sang illustrator ingin memvisuaisasikan karakter Nabi Ibrahim as. dengan
penggambaran yang menarik dimata anak-anak. Dalam kisah Nabi Ibrahim ini
penulis buku tersebut mencantumkan beberapa ayat al-Qur’an diantaranya surah. al-
Anbiya/21 ayat 51-52, surah Ibrahim/14 ayat 40-41, dan tak kalah penting buku itu
menginformasikan kepada pembaca tentang ayat-ayat al-Qur’an yang mengisahkan
tentang Nabi Ibrasim a.s.
Dari sedikit uraian tentang buku Cerita Bergambar 25 Nabi dan Rasul di atas
penulis menyimpulkan bahwa kisah merupakan sarana yang baik untuk menambah
pengetahuan anak, hal itu terlihat dari tampilan dan visualisasi buku yang dibuat
10
sangat baik dan menarik. Menceritakan sebuah kisah untuk anak memiliki beberapa
manfaat dan tujuan sebagai berikut:
Manfaat bercerita bagi anak, yaitu:19
1. Bagi Anak Usia Dini mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan
lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikan.
2. Dalam bercerita, guru dapat menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan,
keramahan, ketulusan, dan sikap positif lain dalam kehidupan lingkungan
keluarga, sekolah dan luar sekolah.
3. Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.
Namun menjadi sebuah pertanyaan besar ketika didalam buku Cerita
Bergambar 25 Nabi Dan Rasul kisah perjalanan Nabi Ibrahim as. ditampilkan secara
utuh dan detail. Mengingat didalam al-Qur’an sendiri kisah Nabi Ibrahim tersebar
dalam beberapa surah dan itupun Nabi Ibrahim tidak digambarkan secara detail
mengenai kehidupan dan seputar kenabiannya. Ibrahim a.s. digambarkan sebagai
seorang yang beragama tauhid, tidaklah musryik (surah al-Baqarah ayat 135, surah
Abdurrahrnan al-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masvarakat
(Jakarta: Gcrna Insani Press, 1995), h. 239. 22
M. Quraish Shihab, Membumikan a1-Qur’an (Bandung: Mizan, 1995), h. 175.
28
3. Materinya hidup, aktual, mampu menerangi jalan menuju masa depan
yang cemerlang. tidak membosankan, dan mampu menggugah emosi
pembaca.23
4. Kebenarannya dapat dibuktikan secara filosofis dan ilmiah melalui bukti
bukti sejarah.24
5. Penyajiannya tidak pernah lepas dari dialog yang dinamis dan rasional,
sehingga merangsang pembaca untuk berpikir.
Dilihat dari sudut pandang seni penggambaran atau dapat disebut dengan
keistimewaan artistik, kisah al-Qur’an memberikan beberapa keistimewaan.
Keistimewaan dalam keindahan susunan kebahasaan yang tetap tunduk pada
tujuan keagamaan. Quthb mengelompokkan keistimewaan ini dalam empat
tampilan kisah, yaitu:
1. Keanekaragaman cara penyampaian. Terdiri dari bagaimana kisah
disampaikan dengan menyebutkan sinopsis terlebih dahulu, baru kemudian
diuraikan rincian-rinciannya dan awal hingga akhir. Dalam hat ¡ni, Quthb
mengambil contoh pengkisahan tentang As-hab al-Kahfi (surah al-
Kahfi/18 ayat 9-12).
2. Menyebutkan simpulan kisah dan maksudnya kemudian diikuti kisah
dari awal hingga akhir dengan pemaparan rincian-rincian episodenya.
Contohnya adalah kisah Nabi Musa a.s. yang dimuat dalam surah al-
Qashash/28 ayat 2-6.
23
SaIãh al-Khalidy, Kisal-kisah al-Qur ‘an Pelajaran dari Orang-orang terdahulu
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 301-327. 24
Novita Siswayanti, “Dimensi Edukatif pada Kisah-kisah A1-Qur’an,” Jurnal Kajian
Al-Qur ‘an dan Kebudavaan, III, no. 1 (2010), h. 73.
29
3. Menyebutkan kisah secara langsung tanpa ada pendahuluan dan tanpa
ada sinopsis, misalnya tentang kisah Maryam yang melahirkan Nabi Isa
a.s.
4. Kisah digambarkan sebagai sebuah drama yang disusun berdasarkan
adegan yang dilakukan oleh tokoh, seperti kisah Nabi Ibrahim a.s. bersama
Nabi Ismail a.s. ketika membangun Ka’bah (surah al-Baqarah/2 ayat
127]). Dalam kisah tersebut hanya sedikit beberapa lafal yang
memberitahukan akan awal pemaparan kemudian membiarkan kisah itu
bercerita tentang kisahnya dengan perantaraan para pemainnya.25
D. Teknik Pemaparan Kisah
Pemaparan kisah dalam al-Qur’an memiliki cara yang spesifik, salah
satunya ialah aspek seni. Di samping aspek seni, perhatian aspek-aspek
keagarnaan sangat mendorninasi di dalarn kisah. Teknik pemaparan ini dapat di
pilah-pilah, seperti berawal dari kesimpulan, ringkasan cerita, adegan klimaks,
tanpa pendahuluan, adanya keterlibatan irnajinasi manusia, dan penyisipan nasihat
keagamaan.26
Berikut pemetaanya:
1. Berawal dari sebuah Kesimpulan
Di antara berbagai kisah yang dipaparkan dalam al-Qur’an, ada yang di
mulai dari kesimpulan. Kernudian di ikuti dengan perinciannya, yaitu dari
fragmen27
pertama hingga fragmen terakhir. Sebagai contoh adalah kisah Nabi
Yusuf as yang di awali dengan mimpi dan di pilihnya Nabi Yusuf as sebagai nabi
25
Sayyid Quthb, A1-Tashwîr al-Fanni fi al-Qur ‘ân, h. I 48-150 26
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, ed.
Mustaffa’ Maimun, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), h. 67 27
Dalam Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia, kata fragmen diartikan sebagai cuplikan
atau petikan (dari sebuah cerita, lakon dan sebagainya). Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,
Kamus Bahasa hidonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),h. 418.
30
(surah Yusuf/12 ayat 6-71). Kemudian dilanjutkan dengan fragmen pertama, yaitu
Nabi Yusuf as dengan saudara-saudaranya (ayat 8-20). Fragmen kedua, Nabi
Yusuf as di Mesir (ayat 21-33). Fragmen ketiga, Nabi Yusuf as di penjara (ayat
34-53). Fragmen keempat, Nabi Yusuf as mendapat kepercayaan dari raja (ayat
54-57). Fragmen kelima, Nabi Yusuf as bertemu dengan saudara-saudaranya (ayat
58-93). Fragmen keenarn, Nabí Yusuf as berternu dengan orangtuanya (ayat 94-
101).28
2. Berawal dari sebuah Ringkasan Kisah
Dalam hal ini kisah di mulai dari ringkasan, kernudian di ikuti dengan
rincian dari awal hingga akhir. Kisah yang rnenggunakan pola ini antara lain
ashab al-Kahfi dalam surah al-Kahfi yang di mulai dengan ringkasan secara garis
besar.
“(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam
gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami
dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan
Kami (ini)."Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,
kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara
kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka
tinggal (dalam gua itu).
Demikian ringkasan kisah ashab al-Kahfi. Kemudian dalam ayat
selanjutnya diceritakan rinciannya, yaitu dalam ayat 14-16 tentang latar belakang
mengapa mereka masuk goa. Pada ayat 17-18 menceritakan keadaan mereka di
dalam goa. Pada ayat 19-20 menceritakan saat mereka bangun dari tidur. Pada
28
Sayyid Qutb, aI-Taswlr al-Fann fi aI-Qur’än (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1975),, h. 67-68.
31
ayat 21 menjelaskan tentang sikap penduduk kota setelah rnengetahui mereka.
Terakhir, pada ayat 22 menceritakan perselisihan penduduk kota tentang jumlah
pemuda-pernuda tersebut.29
3. Berawal dari sebuah Adegan yang paling Penting
Pola pemaparan kisah lainnya dalarn al-Qur’an adalah kisah yang berawal
dari adegan klimaks. Kernudian dikisahkan rinciannya dari awal hingga akhir.
Kisah yang rnenggunakan pola ini antara lain kisah Nabi Musa as dengan Fir’aun
dalam surat al-Qashsash.
“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun de-
ngan benar untuk orang-orang yang beriman.. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat
sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah,
dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka
dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun
Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.. dan Kami hendak memberi
karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak
menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang
mewarisi (bumi).”
Itulah awal kisah yang menjadi adegan klimasknya, yaitu tentang
keganasan Firaun. Kernudian di kisahkan secara rinci mulai dari Nabi Musa
dilahirkan dan dibesarkan ayat 7-13. Pada ayat 14-19 menceritakan ketika jadi
dewasa. Ayat 20-22 tentang rneninggalnya (Nabi Musa as) di Mesir. Ayat 23-28
menceritakan pertemuannya dengan dua anak perempuan. Ayat 29-32
29
Sayyid Qutb, aI-Taswlr al-Fann fi aI-Qur’än h. 149.
32
menceritakan Nabi Musa as mendapatkan wahyu dari Allah swt. untuk rnenyeru
Firaun. Ayat 33-37 menceritakan pengangkatan Harun sebagai pembantunya.
Ayat 38-42 menceritakan tentang kesombongan dan keganasan Firaun. Terkahir
menceritakan tentang Nabi Musa yang mendapatkan wahyu (Taurat), terdapat
pada ayat 43.30
Dengan dipilihnya pola pertama, kedua, dan ketiga ini pembaca atau
pendengar dapat mengetahui terlebih dahulu gambaran secara umum tentang suatu
kisah. Selain itu mendorong mereka untuk segera mengetahui rinciannya.
4. Tanpa Pendahuluan
Pada umumnya kata-kata pendahuluan digunakan pada berbagal kisah
dalam al-Qur’an. Apakah itu dengan menggunakan pola pertama, kedua, ketiga,
atau dengan bentuk pertanyaan. Sebagai contoh kisah tentara bergajah pada surah
al-Fiil/105 ayat 1-5 di dahului dengan pertanyaan, “Apakak kamu tidak
memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah.”
Kemudian kisah Nabi Ibrahim as dengan malaikat dalam surah al-Dzhariyat/51
ayat 24-30 juga di mulai dengan pertanyaan, “Sudahkah sampai kepadamu
(Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat) yang dirnuliakan?” Selain itu, kisah
Nabi Musa as. dalam surah al-Naziat/79 ayat 15-26 juga di mulai dengan sebuah
pertanyaan, Sudahkah sampai kepadarnu (Muhammad) kisah Musa?.31
Meskipun demikian, terdapat juga beberapa kisah yang tidak didahului
pendahuluan. Tetapi kisah tersebut di mulai secara langsung dari inti materi.
Sebagai contohnya adalah kisahnya Nabi Musa as mencari ilmu dalam surah al-
30
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 69. 31
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 70.
33
Kahfi/18 ayat 60-82. Dalarn kisah tersebut dijelaskan secara langsung ke inti
materi kisah, tanpa didahului dengan pendahuluan.32
Sekalipun pemaparan kisah di atas tanpa di mulai pendahuluan.
Didalamnya dimuat dialog atau peristiwa yang mengandung minat pembaca atau
pendengar untuk rnengetahui kisah tersebut sampai tuntas. Pada kisah Nabi Musa
as ditampilkan adegan Nabi Khidir melubangi perahu yang di tumpanginya (ayat
71). Selanjutnya Nabi Khidir mernbunuh seorang pemuda (ayat 74) dan Nabi
Khidir membetulkan dinding rumah yang masyarakatnya sangat pelit (ayat 77).
Pembaca atau pendengar kisah akan tenis bertanya tanya mengapa Nabi Khidir
berbuat demikian. Pertanyaan itu baru terjawab pada akhir kisah tersebut.33
5. Keterlibatan Imajinasi Manusia
Kisah dalarn al-Qur’an banyak yang di susun secara garis besarnya.
Adapun kelengkapannya diserahkan kepada imajinasi manusia. Menurut
penelitian W. Montgomery Watt dalam bukunya Bell’s Introduction to the
Qur’an, al-Qur’an di susun dalam ragam bahasa lisan (oral). Untuk
rnernahaminya hendaklah dipergunakan (tambahan) daya imajinasi yang dapat
melengkapi gerakan yang dilukiskan oleh lafal-lafalnya. Ayat-ayat yang
mengandung unsur bahasa ini, jika dibaca dengan penyertaan dramatic action
yang tepat, niscaya akan dapat membantu pemaharnan. Sebenarnya, gambaran
dramatika yang berkualitas ini merupakan ciri khas gaya bahasa al-Qur’an.
mengandung unsur bahasa ini, jika dibaca dengan penyertaan dramatic action
32
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 70. 33 Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h.
70-71.
34
yang tepat, niscaya akan dapat membantu pemaharnan. Sebenarnya gambaran
dramatika yang berkualitas ini merupakan ciri khas gaya al-Qur’an.34
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar
Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada
Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui". (al-Baqarah ayat 127)
Pada kalimat wa idz yarfa’ Ibrahim al-Qowaid min al-bait wa Ismail,
dalam irnajinasi seseorang tergambar suatu pentas yang terdiri dari dua tokoh,
yaitu Ibrahim dan isma’il. Dengan latar belakang Baitullah (Ka’bah).35
Adegan di mulai dengan pernasangan batu oleh seorang tukang bernarna
Ibrahim. Dalarn pemasangan batu itu digunakan campuran yang bagus. Imajinasi
ini tergambar dan kalimat wa idh yarfa’ Ibrahim al-Qaid min al-bait ismail
berperan sebagai laden tergambarkan sedang mencari batu, mengaduk bahan
campuran yang dapat merekatkan batu, lalu rnemberikannya kepada tukang
(Ibrahim). Imajinasi ini tergambar dari peng’atafàn lafal Isma’i1 ke lafal Ibrahim
yang di antara oleh lafal al-qawaid. Kernudian mereka berdoa. Antara susunan
kalirnat berita dengan doa tidak digunakan kata penghubung ataupun lafal yad
uwthz yang dapat menghubungkan doa dengan kalimat berita sebelumnya. Hal ini
rnenggambarkan adegan yang berlangsung itu semacam siaran langsung, sehingga
penonton dapat rnenyaksikan adegan-adegan tersebut secara hidup.36
34
W. Montgomery Watt, Ben ‘s Introduction to the Qur ‘an (Edinburg: The University
Press, 1970), h. 60. 35
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 71-
72. 36
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72.
35
6. Penyisipan Nasihat Keagamaan
Pemaparan kisah dalam al-Qur’an sering sekali disisipi nasihat
keagarnaan. Nasihat ini antara lain berupa penegasan Allah swt. Dan keharusan
percaya adanya kebangkitan manusia dari kubur.37
Adapun contoh dalam pola ini adalah ketika al-Qur’an menuturkan kisah
Nabí Müsa as. dalarn surah Tãha/20 ayat 9-98. Ditengah-tengah kisah ini, yaitu
pada ayat 50-55 disisipkan tentang kekuasaan Allah swt, ilmu-Nya, kemurahan-
Nya, dan kebangkitan manusia dari kubur. Kemudian di akhiri dengan pengesaan
Allah swt, pada ayat 98.38
Contoh lainya adalah kisahnya Nabí Yusuf as. dalam surah Yusuf/12 ayat
1-111. Pada kisah ini juga disisipkan ajaran beriman kepada Allah swt ayat 37,
tidak mempersekutukann-Nya dan bersyukur atas nìkrnat yang diberikan-Nya ayat
81, pahala di akhirat dan Allah adalah Maha Penyayang ayat 64, Allah akan
mengangkat derajat orang yang dikehendaki-Nya dan di akhiri dengan penjelasan
bahwa al-Qur’an adalah petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman (ayat
111).39
Dengan demikian, tema sentral dari ayat-ayat yang memuat kisah dalam
al-Qur’an adalah kisah para Nabi dan umat terdahulu. Narnun, secara perlahan,
para pembaca atau pendengar digiring ke berbagai ajaran agama yang bersifat
universal. Hal ini bisa dijadikan bukti bahwa komitmen kisah dalam al-Qur’an
terhadap tujuan keagamaan sangat tinggi sekali.40
37
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72. 38
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72. 39
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 72-
73. 40
Syihabuddin Qalyubi, Stilistika al-Qur‘an ‘Pengantar Orientasi Studi al-Qur‘an, h. 73.
36
E . Tujuan Kisah
Kisah-kisah yang diceritakan dalam al-Qur’an tidak mungkin kosong dari
nilai-nilai atau pesan-pesan yang akan bermanfaat bagi manusia dalam
mengabdikan dirinya kepada Allah.41
Tujuan kisah dalam al-Qur’a menjadi bukti yang kuat bagi umat manusia
bahwa al-Qur’an sangat sesuai dengan kondisi mereka. Karena sejak kecil sampai
dewasa dan tua sangat suka dengan kisah. Apalagi jika kisah itu memiliki tujuan
yang ganda, yakni di samping pengajaran dan pendidikan juga berfungsi sebagai
hiburan. Bahkan di samping tujuan yang mulia itu, kisah-kisah tersebut
diungkapkan dalam bahasa yang sangat indah dan menarik. Menjadikan orang
yang mendengar dan membacanya sangat menikmatinya.42
Pengungkapan yang demikian sengaja Allah buat dengan tujuan yang amat
mulia, yakni menyeru umat ke jalan yang benar demi keselarnatan dan kebahagian
mereka di dunia dan akhirat. Apabila dikaji secara seksama, maka diperoleh
gambaran bahwa dalarn garis besarnya tujuan pengungkapan kisah dalam al-
Qur’an ada dua macam, yaitu tujuan pokok dan tujuan sekunder.43
Menurut Nashruddin Baidan, rnaksud dari tujuan pokok ialah merealisir
tujuan umum yang dibawa oleh al-Qur’an untuk menyeru dan memberi petunjuk
kepada manusia ke jalan yang benar. Agar mereka selamat di dunia dan akhirat.44
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki menyatakan bahwa kisah dalam al-Qur’an
41
Serpin, “Pesan pesan Akhlak dalam Kisah Qabil dan Habil,” Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 1. 42
Lihat Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), h. 230. 43
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 30. 44
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 231.
37
mempunyai tujuan yang tinggi. Tujuan tersebut ialah menanamkan nasihat dan
pelajaran yang dapat di ambil dari pristiwa masa lalu.45
Sedangkan yang dimaksud dengan tujuan sekunder kisah dalam al-Qur’an
adalah:
1. Untuk menetapkan bahwa Nabi MuIammad saw. benar-benar menerima wahyu
dari Allah, bukan berasal dari orang-orang ahli kitab seperti Yahudi dan Nasrani.
Hal ini dapat di lihat dari firman-Nya sural Ali ‘Imrãn/3 ayat 44, Yúsuf/12 ayat
10, dan Thaha/20 ayat 99.46
2. Untuk pelajaran bagi umat manusia. Hal ini tampak dalarn dua aspek. Pertama,
menjelaskan besamya kekuasaan Allah dan kekuatan-Nya, yang memperlihatkan
bermacam-macam azab dan siksaan yang pernah ditimpakan kepada umat-umat
terdahulu akibat kesombongan, keangkuhan, dan pembangkangan terhadap
kebenaran.47
Aspek kedua ialah menggambarkan kepada manusia bahwa misi
agama yang di bawa oleh para nabi sejak dulu sampai sekarang adalah sama. Misi
tersebut ialah mentauhidkan Allah dimanapun ia berada. Kaidah tauhid yang
disampaikannya tidaklah berbeda satu sama lain dan tidak pula berubah sedikit
pun.48
3. Membuat jiwa Rasulullah Muhammad saw tenteram dan tegar dalam
berdakwah. Dengan dikisahkan kepadanya berbagai bentuk keingkaran dan
kedurhakaan yang dilakukan oleh umat-umat di masa silam terhadap para nabi
dan ajaran-ajaran yang di bawa mereka. Maka Nabi Muhammad saw merasa lega
karena apa yang dialaminya dari bermacam-macam cobaan, ancaman, dan siksaan
45
Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an,
penerjemah Nur Faizin, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), h. 46. 46
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir ,h. 231-232. 47
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir ,h. 232. 48
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 235.
38
dalam berdakwah juga pernah dirasakan oleh para nabi sebelumnya. Bahkan
cobaan tersebut terasa lebih keras dan kejam daripada yang dialami Nabi saw.49
Dengan demikian, akan timbul imajinasi dalam dirinya bahwa kesukaran
tersebut tidak hanya dia yang merasakannya. Melainkan para nabi sebelumnya
juga merasakannya dan bahkan ada di antara mereka yang dibunuh oleh kaumnya,
seperti Nabi Zakariya, Yahya, dan lain sebagainya.50
Selain itu, mereka tetap
sabar dan ulet serta tetap semangat dalam menyeru umat ke jalan yang benar.
Oleh karena itu, Allah swt. menasihati Nabi Muhammad saw agar senantiasa
bersikap sabar dan berlapang dada dalam menghadapi berbagai halangan dan
hambatan yang ditujukan oleh umat kepadanya.51
4. Mengkritik para ahli kitab terhadap berbagai keterangan yang mereka
sembunyikan tentang kebenaran Nabi Muhammad saw dengan mengubah isi kitab
mereka. Oleh karena itu al-Qur’an menantang mereka supaya mengemukakan
kitab Taurat dan membacanya jika benar, seperti tercantum dalam surah
Ali’Imran/3 ayat 93.52
5. Menanamkan pendidikan akhlak al-Karimah dan mempraktikkannya. Karena
keterangan kisah-kisah yang baik itu dapat meresap dalam hati nurani dengan
mudah dan baik. Selain itu dapat mendidik seseorang untuk meneladani yang baik
dan menghindari yang buruk.53
49
Ahmad Mustatafa al-Marãghi, Tafsir al-Maraghi (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), juz I, h. I
32. 50
A1-Maraghi, Tafsir al-Maraghi. h 132. 51
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 236. 52
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 237. 53
Djalal, Ulumul Qur ‘an, h. 303.
39
Andi Handiyanto mempetakan tujuan kisah dalam al-Qur’an berdasarkan
fungsinya dengan 4 aspek54
:
a. Pendidikan
Dapat memberikan nasehat, persepsi, ilustrasi dan memberikan
keteladanan serta memberikan penjelasan mengenai sebuah konsep.
b. Retorik atau Persuasif
Menimbulkan rasa takut, memberikan sindiran dan kritik, menimbulkan
rasa sabar dan teguh bertahan, memantapkan keyakinan tentang sebuah
konsep, serta membangun motivasi dan optimisme.
c. Teologis
Memantapkan I’jaz al-Quran, menegaskan kenabian Muhammad saw serta