KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN JUAL BELI DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Pengkajian Bahasa Sekolah Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: MELIANA NUR ROHMAH NIM: S200170032 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM MAGISTER SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019
22
Embed
KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN JUAL BELI …eprints.ums.ac.id/73002/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · penyimpangan-penyimpangan prinsip kesantunan yang terdapat dalam media sosial
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN JUAL BELI DI
MEDIA SOSIAL FACEBOOK
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister
Pengkajian Bahasa Sekolah Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Oleh:
MELIANA NUR ROHMAH
NIM: S200170032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
2
i
3
ii
4
iii
1
KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN
JUAL BELI DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK
Abstrak
Tujuan dalam penelitian ini yakni mendeskripsikan wujud ketidaksantunan dan
penyimpangan-penyimpangan prinsip kesantunan yang terdapat dalam media sosial
Facebook. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber data dalam
penelitian ini berupa unggahan yang terdapat pada media sosial Facebook. Adapun
data dalam penelitian ini berupa wujud ketidaksantunan dan penyimpangan-
penyimpangan prinsip kesantunan. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah
teknik simak-catat. Metode analisis data menggunakan metode padan pragmatis. Ada
dua hasil pada penelitian ini. Satu, diperoleh 3 wujud ketidaksantunan dalam kegiatan
jual beli di media sosial Facebook. Dua, penyimpangan prinsip kesantunan yang
ditemukan dalam kegiatan jual beli di media sosial Facebook media sosial Facebook
sejumlah 6 maksim.
Kata Kunci: media sosial, ketidaksantunan, prinsip kesantunan, pragmatik
Abstract
The purpose of this research is to describe the form of impoliteness and deviance
deviance principles found on Facebook social media. This type of research uses
qualitative methods. The data source in this study is uploads on Facebook social
media. The data in this study are in the form of impoliteness and politeness principle
deviations. The data collection technique used is the note-taking technique. The data
analysis method uses a pragmatic equivalent method. There are two results in this
study. One, obtained 3 manifestations of impoliteness in buying and selling activities
on Facebook social media. Two, the deviation of politeness principles found in
buying and selling activities on social media Facebook social media up to 6 maxims.
Keywords: social media, impoliteness, the principle of politeness, pragmatics.
1. PENDAHULUAN
Penelitan dengan menggunakan pendekatan pragmatik dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk tuturan kehidupan sehari-hari, baik tuturan lisan maupun tertulis.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
ketidaksantunan berita hoaks yang ada di media sosial karena bahasa hoaks yang ada
2
di media sosial mengandung maksud tertentu sekaligus menyimpang dari prinsip
kesantunan.
Media sosial merupakan media daring yang dapat diakses dengan mudah untuk
berbagi segala bentuk berita maupun informasi. Kemudahan berbagi dan mengakses
segala bentuk berita dan informasi menjadikan sosial media sebagai media yang
kekinian karena mampu mengikuti perubahan zaman. Kemudahan tersebut
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, salah satunya yaitu jual beli. Kini,
kegiatan jual beli dapat dilakukan melalui media daring dan tidak perlu mendatangi
penjual atau pembelinya. Maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
ketidaksantunan bahasa yang ada di Facebook.
Kesantunan berbahasa sebagai wujud kesopanan merupakan salah satu kunci
pokok dalam komunikasi, agar tujuan dalam komunikasi dapat terwujud. Kesalahan
dalam memilih cara berkomunikasi atau bahkan salah dalam memilih kata akan
menimbulkan kebencian atau ketidaksenangan bagi mitra tutur. Komunikasi antara
penutur dan mitra tutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus
tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan.
Berbahasa dengan santun harus memperhatikan prinsip-prinsip kesantunan
dalam bertutur lisan maupun tulis. Tuturan yang bersifat kasar dan menyinggung
secara berlebihan terhadap orang lain perlu dihindari. Penelitian ini meneliti
ketidaksantunan kegiatan jual beli di media sosial dengan memperhatikan prinsip
kesantunan menurut Geoffrey Leech.
Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Hamzah dan Ahmad (2012) menemukan bahwa penggunaan strategi ketidaksantunan
dalam kalangan remaja secara tidak langsung menonjolkan bahwa amalan kesantunan
berbahasa tidak dipraktikkan dengan sepenuhnya oleh remaja di sekolah. Akbar dan
Ice (2017) menyimpulkan bahwa kesantunan berbahasa masyarakat Sunda dalam
dialog percakapan pada beberapa acara kunjungan keluarga di Ciwidey Kabupaten
Bandung, Cililin Kabupaten Bandung Barat dan Citeureup Kota Cimahi memenuhi
prinsip kesantunan menurut Leech. Sugiarti,dkk. (2017) menyimpulkan bahwa
3
adanya tuturan yang tidak santun berdasarkan wujud tuturan sebagai salah satu
penentu kesantunan dalam berbahasa yaitu: adanya tuturan yang tidak santun
berdasarkan wujud panjang pendeknya suatu tuturan, wujud urutan tuturan, wujud
penggunaan kata honorifik, wujud intonasi dan isyarat kinesik, dan ditemukan juga
tuturan yang tidak santun berdasarkan wujud pemakaian diksi yang tepat, serta
adanya faktor penyebab ketidaksantunan dalam berbahasa. Salman (2017)
menyimpulkan bahwa kebanyakan komentar pada Facebook mengandung
ketidaksantunan. English Facebook lebih kompleks dalam pemakaian strategi
Culpeper dibandingkan dengan Arab. Lorenzodus, dkk (2011) menyimpulkan bahwa
mengungkapkan pola yang jelas dalam perwujudan strategi ketidaksopanan, termasuk
preferensi untuk ketidaksungguhan dalam catatan yang berorientasi pada tujuan untuk
menyerang wajah positif dari para peserta secara online. Felberg (2016)
menyimpulkan bahwa tipe ketidaksantunan membentuk pola yang berbeda,
tergantung pada siapa yang tidak sopan kepada siapa. Sugiarti,dkk. (2017)
menyimpulkan adanya tuturan yang tidak santun berdasarkan wujud tuturan sebagai
salah satu penentu kesantunan dalam berbahasa yaitu: adanya tuturan yang tidak
santun berdasarkan wujud panjang pendeknya suatu tuturan, wujud urutan tuturan,
wujud penggunaan kata honorifik, wujud intonasi dan isyarat kinesik, dan ditemukan
juga tuturan yang tidak santun berdasarkan wujud pemakaian diksi yang tepat, serta
adanya faktor penyebab ketidaksantunan dalam berbahasa.
Beberapa penelitian berikut merupakan penelitian terdahulu terkait dengan
jual beli. Tasliati (2018) menyimpulkan bahwa terdapat penerapan strategi
ketidaksantunan yang diutarakan oleh Culpeper pada unggahan dalam grup daring
jual-beli di Kota Tanjungpinang. Megawati (2016) menyimpulkan bahwa para
penutur dalam kegiatan jual beli di Pasar Induk Kramat Jati cenderung menggunakan
tindak tutur asertif ketimbang tindak tutur yang lain, hal tersebut dapat dilihat melalui
frekwensi penggunaan tindak tutur tersebut yang mencapai jumlah tiga puluh tujuh
koma lima persen (37.5%). Barbosa (2016) menyimpulkan bahwa toko fisik dapat
memberikan informasi yang bermanfaat secara online untuk mengarahkan konsumen
4
ke toko agar konsumen tetap tertarik saat berada di dalam toko. Jiang dan Shiming
(2014) menyimpulkan bahwa bahwa ketika situs GB hanya memiliki basis konsumen
kecil dan ada tumpang tindih yang besar antara pasar online dan offline. Franco, dkk
(2018) menyimpulkan bahwa pertanian tidak lagi menjadi kegiatan ekonomi
terpenting di Manglaralto. Penduduknya telah memperkuat kegiatan ekonomi lainnya
seperti usaha kecil jual beli, memancing, dan pariwisata karena lokasi geografis
pantainya dan daya tarik wisata alam dan budaya dari potensi wisata hebat yang
dimilikinya. Prajawisastra, dkk (2018) menyimpulkan bahwa desain ulang Pasar
Sederhana tidak hanya berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi tetapi juga sebagai
sosial dan pusat budaya. Interaksi pasar dan sosial setelah adanya desain ulang Pasar
Sederhana tersebut dimungkinkan adanya peningkatan. Pawlasová dan Vojtěch
(2017) menyimpulkan bahwa kepuasan konsumen generasi Y dalam kegiatan jual
beli di Korea Selatan cukup meningkat.
Dengan interkasi jual beli, penjual akan mendapat imbalan berupa uang dan
pembeli akan mendapatkan barang yang diinginkan. Dapat disimpulkan, bahwa
pengertian kegiatan jual beli adalah tukar menukar barang antara dua orang atau lebih
dengan dasar suka sama suka, untuk saling memiliki. Kepemilikan masing-masing
pihak dilindungi oleh hukum.
Menurut Rahardi (2005: 35) penelitian kesantunan mengkaji penggunaan
bahasa (language use) dalam suatu masyarakat bahasa tertentu. Menurut Rahardi
(2010: 60) dalam bertindak tutur yang santun, agar pesan dapat disampaikan dengan
baik pada peserta tutur, komunikasi yang terjadi perlu mempertimbangkan prinsip-
prinsip kesantunan berbahasa.
2. METODE
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Adapun data dalam penelitian ini
berupa kata, frasa, klausa, kalimat, yang akan dianalisis wujud ketidaksantunan dan
penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa. Data-data tersebut terdapat dalam
media sosial Facebook. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode simak dan
5
menggunakan teknik lanjutan berupa teknik catat. Dalam penelitian ini penyediaan
data dilakukan dengan menyimak adanya ketidaksantunan pada bahasa hoaks.
Kemudian peneliti mencatat wujud ketidaksantunan pada interaksi jual beli di media
sosial Facebook.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut sebagian contoh hasil penelitian mengenai wujud ketidaksantunan dan
penyimpangan prinsip-prinsip kesantunan jual beli di media sosial Facebook.
3.1 Wujud Ketidaksantunan Bahasa Hoaks di Media Sosial Facebook
Berdasarkan analisis data, ditemukan delapan wujud yang dituturkan secara tidak
santun. Temuan-temuan tersebut akan dipaparkan seperti berikut.
1) Wujud Menyuruh
Tuturan menyuruh mengandung maksud agar pembaca melakukan sesuatu yang
dikehendaki penutur. Ketidaksantunan pada jenis ini mengacu pada tuturan yang
disampaikan. Wujud ketidaksantunan memperingatkan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu menyuruh untuk membeli dan menyuruh untuk menjual.
a) Menyuruh untuk Membeli
Tuturan menyuruh yang ditulis oleh penjual pada umumnya menggunakan
kalimat perintah. Hal tersebut dimaksudkan agar pembaca atau pembeli dapat
membeli apa yang ditawarkan penutur atau penjual. Berikut Kalimat dengan maksud
tersebut.
(1) Kaos D2R clothing original bandung termurah dengan kwalitas mewah ..Sudah
terjual puluhan ribu kaos .. Dan semakin banyak langganan ..Saatnya anda
yang akan membuktikannya.
HARGA:
Eceran Rp. 60.000
165.000 Dapat 3 kaos
Paket grosir
38.000/Kaos jika 1-5 lusin
37.000/kaos jika 6-10 lusin
Lebih banyak lebih murah.
(FB/April/2019,30/5)
6
Penjabaran
Kaos D2R clothing original bandung termurah dengan kualitas mewah ..Sudah
terjual puluhan ribu kaos .. Dan semakin banyak langganan ..Saatnya anda
yang akan membuktikannya.
HARGA:
Eceran Rp. 60.000
165.000 Dapat 3 kaos
Paket grosir
38.000/Kaos jika 1-5 lusin
37.000/kaos jika 6-10 lusin
Lebih banyak lebih murah.
Berdasarkan contoh (1) dapat dikatakan bahwa tuturan di atas mengandung
maksud penulis menyuruh mengandung maksud penulis menyuruh pembaca
melakukan apa yang dikehendakinya. Penulis atau penjual tersebut menyuruh
pembeli atau mitra tutur untuk mendatangi penjual tersebut agar si-pembeli
membuktikan sendiri kualitas dari kaos D2R yang ditawarkan. Hal tersebut ditandai
pada kalimat Saatnya anda yang akan membuktikannya.
b) Menyuruh untuk Menjual
Menyuruh agar menjual maksudnya yaitu penulis sebagai pembeli menyuruh
untuk penjual untuk menawarkan barang yang sesuai dengan permintaan pembeli
tersebut. Berikut tuturan yang bermaksud menyuruh agar menjual.
(1) tawakno. hp minusmu/normalmu segala kondisi daripd .go ganjel.awang segala
merek cocok lsg wa / inbox 089xxxxxxxx
(FB/April/2019,30/8)
Penjabaran
Tawarkan hp kekurangan/normal nya dalam segala kondisi daripada hanya
untuk penahan pintu. Segala merek, cocok langsung hubungi melalui
Whatsapp/inbox 089xxxxxxxx
Maksud penulis sebagai pembeli menyuruh pembaca untuk melakukan apa yang
dikehendakinya. Penulis menghendaki agar pembaca sebagai penjual menawarkan
atau menjual barang yang diinginkan pembeli. Pembeli tersebut sedang mencari
ponsel dengan segala merek dan meminta pembaca untuk menawarkan ponsel jika
hendak menjualnya. Wujud menyuruh pada tuturan tersebut ditandai penggunaan kata
7
tawakno atau tawarkan.
2) Wujud Memohon
Tuturan memohon bermaksud berharap supaya mendapatkan sesuatu sesuai
dengan yang diinginkan. Wujud memohon dapat dibagi menjadi dua yaitu memohon
kepada pembeli dan memohon kepada penjual.
a) Memohon Kepada Pembeli
Memohon kepada pembeli maksudnya yaitu penjual berusaha untuk menjual
suatu barang agar mendapatkan imbalan sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya.
Berikut tuturan yang bermaksud memohon kepada pembeli. Berikut tuturan yang
bermaksud memohon kepada pembeli.
(1) dijual selak BU meizu m6 fullset 4G Ram 2/16gb layar 5,2 fingerprint. Cari
penawaran Tertinggi. langsung cod sekarang. Wa 08564xxxxxxx