KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAS METRO SKRIPSI Oleh : Muhammad Iqbal Hakim NIM 105100200111034 JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAS
METRO
SKRIPSI
Oleh : Muhammad Iqbal Hakim NIM 105100200111034
JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAS
METRO
Oleh: MUHAMMAD IQBAL HAKIM
NIM 105100200111034
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian
JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : Ketersediaan Air Permukaan Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di DAS
Metro Nama : Muhammad Iqbal Hakim NIM : 105100200111034 Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian
Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,
Dr. Ir. A Tunggul Sutan Haji, MT. Dr. Liliya Dewi S.,ST, MT. NIP. 19620814 198701 1 001 NIP. 19760512 200812 2 001
Tanggal Persetujuan : Tanggal Persetujuan :
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Ketersediaan Air Permukaan Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di DAS
Metro Nama : Muhammad Iqbal Hakim NIM : 105100200111034 Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian
Dosen Penguji I, Dosen Penguji II, Dr. Ir. A Tunggul Sutan Haji. MT. Dr. Liliya Dewi S., ST. MT. NIP. 19760512 200812 2 001 NIP. 19760512 200812 2 001
Dosen Penguji III,
Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS. NIP. 19530709 198002 1 002
Ketua Jurusan,
La Choviya Hawa, STP. MP, Ph.D NIP. 19780307 200012 2 001
Tanggal Lulus TA:
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Muhammad Iqbal Hakim NIM : 105100200111034 Jurusan : Keteknikan Pertanian Fakultas : Teknologi Pertanian Judul Tugas Akhir : Ketersediaan Air Permukaan Dengan
Menggunakan Sistem Informasi Geografis di DAS Metro
Menyatakan bahwa, Tugas Akhir dengan judul diatas merupakan karya asli penulis tersebut diatas. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku. Malang, Agustus 2017 Pembuat Pernyataan, Ttd Muhammad Iqbal Hakim NIM. 105100200111034
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dengan nama lengkap
Muhammad Iqbal Hakim dilahirkan di Kediri,
Lombok Barat pada tanggal 6 Juli 1992 dari
orang tua bernama Bapak H. Shafwan
Hakim dan Ibu Hj. Raehan Athar
(Almarhumah). Penulis merupakan anak ke
dua belas dari tiga belas bersaudara dan
tinggal di RT/RW 001 Desa Karang Bedil,
Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok
Barat.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-
kanak Nurul Hakim pada tahun 1998 dan Madrasah Ibtidaiyah
Nurul Hakim pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan ke Mts Nurul Hakim dengan tahun kelulusan 2007,
dan lulus dari MA Nurul Hakim tahun 2010.
Tahun 2010 penulis melanjutkan belajar di perguruan
tinggi Universitas Brawijaya mengambil Progam Studi Teknik
Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Jurusan Keteknikan
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2017 telah
berhasil menyelesaikan pendidikan Strata-1nya di Universitas
Brawijaya.
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Muhammad Iqbal Hakim
NIM : 105100200111034
Jurusan : Keteknikan Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Judul Tugas Akhir : Ketersediaan Air Permukaan Dengan
Menggunakan Sistem Informasi
Geografis di DAS Metro
Menyatakan bahwa,
Tugas Akhir dengan judul diatas merupakan karya asli penulis
tersebut diatas. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini
tidak benar, saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.
Malang, Agustus 2017
Pembuat Pernyataan,
Ttd
Muhammad Iqbal Hakim
NIM. 105100200111034
iii
M. IQBAL HAKIM. 105100200111034. Ketersediaan Air
Permukaan Dengan Menggunakan Sistem Informasi
Geografis di DAS Metro. TA. Pembimbing : Dr. Ir. A Tunggul
Sutan Haji, MT. dan Dr. Liliya Dewi Susanawati, ST, MT.
ABSTRAK
Air adalah komponen utama penyusun bumi dan sumber
kebutuhan semua makhluk hidup, mulai dari manusia, hewan
dan tumbuhan. Air mengalami siklus hidrologi yang terus
berulang sepanjang waktu tanpa henti. Tapi waktu
penyebarannya tidak merata, sehingga menyebabkan
perbedaan ketersediaan air dari tahun ke tahun. Jumlah air di
planet bumi adalah tetap.
Air permukaan adalah bagian dari curah hujan yang
mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan
lautan. Daerah Aliran Sungai Metro meliputi wilayah administrasi
Kabupaten Malang, Kota Malang dan Batu. Metro yang secara
geografis terletak diantara 1120 27’ 53,6’’ - 1120 37’ 20,8’’ BT
dan 70 56’ 14,8’’ - 80 10,57 2’’ LS. Memiliki luas 29582,995 Ha
atau 295.83 Km2. SIG merupakan sebuah system yang saling
berangkaian satu dengan yang lain. Bakorsurtanal menjabarkan
SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras
computer, perangkat lunak, data geografi, dan personel yang
didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki,
memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk
informasi yang berefrensi geografis.
Analisis ketersediaan air dilakukan dengan menghitung
ketersediaan air permukaan dan air hujan. Air permukaan
dihitung dengan menggunakan rumus rasional, rumus rasional
mempertimbangkan koefien run off tata guna lahan, luas DAS
dan intentitas curah hujan. Sedangkan ketersediaan air hujan
dihitung menggunakan rumus curah hujan efektif. Alat dan data
iv
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat
computer dengan software Arcview GIS 3.3, data curah hujan
selama 10 tahun (2006 – 2015) stasiun yang berpengaruh di
DAS Metro, data debit sungai selama 10 tahun, peta sungai,
peta topografi, tata guna lahan.
Dari hasil perhitungan ketersediaan air permukaan
dengan menggunakan metode rasional didapatkan bahwa
ketersediaan air permukaan di DAS Metro tahun 2015 yakni
21,236 juta m3. Dengan outlet panggungrejo didapatkan air
permukaan paling besar yakni 21,236 m3. Sedangkan air
permukaan paling kecil di outlet Tlekung yakni sebesar 0,043
juta m3. Untuk hasil perhitungan ketersediaan air hujan
berdasarkan curah hujan efektif di tahun 2015, didapatkan
sebesar 261,61 juta m3. Dimana Desa Kucur memiliki
ketersediaan air hujan terbesar yakni 42,85 juta m3. Sedangkan
Kelurahan Oro-oro Dowo memiliki ketersediaan air hujan terkecil
yakni sebesar 0,48 juta m3.
Kata Kunci : Daerah Aliran Sungai, Air permukaan, Curah
Hujan, Sistem Informasi Geografis
v
M. IQBAL HAKIM. 105100200111034. The Avaibility of Water
Surface Using Geographic Information In Metro Watershed.
Minor Thesis. Supervisiors : Dr. Ir. A Tunggul Sutan Haji,
MT. and Dr. Liliya Dewi Susanawati, ST, MT.
ABSTRACT
Water is the main component of the earth compiler and
the source for all organism, such as human being, animal and
plants. Water has hydrology cycle which keeps repeating non-
stop. However, the time of the deployment was not prevalent, so
that it causes the difference of availably in every year. The water
in earth is constant.
Surface water is part of the rainfall which flows on
ground level into the river, lake and sea. The Metro watershed
includes Malang district administration, Malang city and Batu. As
geographic, Metro is located between 112º 27’ 53.6’’ - 112º 37’
20.8 BT and 7º 56’ 14.8’’ - 8º 10.57 2’’ LS. Metro has an area of
29582.995 Ha or 295.83 Km2. SIG is series system.
Bakorsutanal stated that SIG as organized group of hardware
and software computer, geographic data and personnel which
were designed to get, safe, fix, manipulate, analysis and display
all reference geographic information.
Analysis of water availability was done by calculating the
availability of surface water and rainwater. Surface water was
measured by using regional formula. Rational considered run off
coefficient of the land use, the large of watershed and intensity
of rainfall. Whereas, the availability of rainfall was measured by
using effective rainfall formulate equipment and the data which
were used for this research were computer with Actview GIS 3.3
software, rainfall data in 10 years (2006-2016, station which was
influenced watershed of Metro, river discharge data in 10 years,
river map, topography map and land use.
vi
Based on the calculation of surface water availability by
using rational method, it was obtained that surface water
availability in Metro DAS in 2015 was 21,236 million m3. The
biggest surface water with in pangungrejo outlet was 21,236 m3.
Whereas the smallest surface water in Tlekung outlet was 0,043
million m3. The calculation result of forest water availability
based on effective rainfall in 2015 was obtained 261,61 million
m3. Kucur village had rainfall availability of 42,85 million m3.
Whereas Oro-oro Dowo had the smallest rainfall availability, it
was only 0,48 million m3.
Key words: Watershed, Surface water, Rainfall, Geographic
Information System.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha
Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesakan Tugas akhir (TA) ini. Tugas
Akhir ini berjudul “ Ketersediaan Air Permukaan Dengan
Menggunakan Sistem Informasi Geografis di DAS Metro ”.
Penyusunan Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
mencapai Sarjana Teknik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah memberi dukungan, bantuan dan saran
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini,
khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Alexander Tunggul Sutan Haji, MT dan Ibu
Dr. Liliya Dewi Susanawati, ST, MT selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan,
Ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS selaku dosen
penguji atas kritik, saran dan masukannya kepada
penulis.
3. Ibu La Choviya Hawa STP, MP, PhD selaku Ketua
Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya.
4. Kedua orang tua (H. Shafwan Hakim dan Hj. Raehan
Athar) yang senantiasa mendoakan dan memberikan
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
amanah yang diberikan kepada penulis.
5. Semua saudara kandung dan keluarga besar yang
senantiasa memberikan dukungan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
viii
6. Seluruh Guru yang pernah mengajar penulis dari TK, MI,
MTs, MA sampai Peguruan Tinggi yang telah
membimbing dan mengamalkan ilmunya ke penulis.
7. Seluruh sahabat Tenth Generation dan sahabat di
angkatan TEP 2010 (Edgar, Ihsanudin dan Okky) serta
rekan-rekan mahasiswa angkatan 2010 TEP FTP UB
dan seluruh pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, referensi
dan pengalaman, penyusun mengharapkan saran dan masukan
demi lebih baiknya TA ini. Akhir kata, penulis berharap Tugas
Akhir ini dapat digunakan untuk referensi dalam penyusunan TA
yang lebih baik dan dapat menyumbangkan sedikit pengetahuan
bagi ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang
keteknikan pertanian.
Malang, Agustus 2017
Penulis,
Muhammad Iqbal Hakim
ix
DAFTAR ISI
Halaman RIWAYAT HIDUP ................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ....................... ii
ABSTRAK ............................................................................. iii
ABSTRACT........................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 2
1.5 Batasan Penelitian .......................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................ 5
2.1 Siklus Hidrologi ............................................................... 5
2.2 Pengertian DAS (Daerah Aliran Sungai) ........................ 6
2.2.1 Corak dan Karakteristik DAS .................................... 7
2.2.1.1 DAS Bulu Burung ................................................ 8
2.2.1.2 DAS Radial .......................................................... 8
2.2.1.3 DAS Paralel ......................................................... 9
2.2.1.4 DAS Kompleks .................................................... 10
2.3 Ketersediaan Air ............................................................. 10
2.3.1 Ketersediaan Air Hujan ............................................. 11
2.3.2 Ktersediaan Air Permukaan ...................................... 15
2.4 Debit Andalan.................................................................. 18
x
2.5 Sistem Informasi Geografis ............................................. 19
2.6 Arcview............................................................................. 20
2.6.1 Data dan Analisis Spasial .......................................... 21
2.6.1.1 Perolehan Data Spasial ........................................ 22
2.6.1.2 Objek Spasial ........................................................ 23
2.6.1.3 Model Data Spasial ............................................... 23
2.6.1.4 Analisis Spasial ..................................................... 23
2.6.2 Overlay ....................................................................... 24
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................... 29
3.1 Waktu dan Tempat penelitian .......................................... 29
3.2 Alat dan Bahan ................................................................ 29
3.2.1 Alat ............................................................................. 29
3.2.2 Data ........................................................................... 29
3.3 Pelaksanaan Penelitian ................................................... 30
3.3.1 Pengumpulan Data ................................................... 30
3.3.2 Pengolahan Data ....................................................... 30
3.3.2.1 Ketersediaan Air Permukaan ........................... 31
3.3.2.2 Ketersediaan Air Hujan .................................... 32
3.4 Analisis Total Ketersediaan Air ....................................... 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................. 35
4.1 Deskripsi Wilayah ............................................................ 35
4.1.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ............................ 35
4.1.2 Iklim dan Curah Hujan ............................................... 37
4.1.3 Topografi dan Jaringan Sungai Metro ....................... 37
4.1.4 Jenis Tanah ............................................................... 39
4.1.5 Tata Guna Lahan ....................................................... 40
4.1.6 Kependudukan ........................................................... 41
4.2 Analisis Hidrologi ............................................................. 42
4.2.1 Data Curah Hujan....................................................... 42
4.2.2 Uji Konsistensi Data Hujan ........................................ 43
4.2.3 Curah Hujan Maksimum Rerata Daerah.................... 47
xi
4.3 Ketersediaan Air ............................................................. 48
4.3.1 Ketersediaan Air Permukaan .................................... 48
4.3.1.1 Menentukan Nilai C dan Luas DTA ..................... 48
4.3.1.2 Curah Hujan Rancangan ........................................ 49
4.3.1.3 Menentukan Intentitas Hujan (I) ............................. 52
4.3.1.4 Menentukan Debit Puncak Limpasan (Q) .............. 52
4.3.2 Ketersediaan Air Hujan ................................................ 55
4.3.3 Total Ketersediaan Air ................................................. 59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................. 61
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 61
5.2 Saran .............................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 62
LAMPIRAN ........................................................................... 64
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
2.1 Nilai Koefisien Limpasan ............................................ 16
4.1 Luas Desa/Kelurahan DAS Metro .............................. 36
4.2 Sungai DAS Metro ...................................................... 39
4.3 Jenis Tanah ................................................................ 40
4.4 Tata Guna Lahan DAS Metro ..................................... 41
4.5 Nama, Kode, dan Koordinat Geografis Stasiun Hujan
yang diuji ..................................................................... 42
4.6 Nilai Koefisien Determinasi (R2) Tiap Stasiun Hujan . 43
4.7 Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun CD Kepanjen ..... 44
4.8 Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Tlekung.............. 45
4.9 Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Dau .................... 46
4.10 Nilai (C) Berdasarkan Penggunaan Lahan dan
Jenis Tanah di Daerah Tangkapan Air (DTA) ............ 49
4.11 Perhitungan Distribusi Log Pearson III ....................... 51
4.12 Jumlah Debit Rasional per Desa/Kelurahan............... 53
4.13 Ketersediaan Debit Aliran Sungai Metro .................... 54
4.14 Curah Hujan Efektif di DAS Metro .............................. 55
4.15 Ketersediaan Air Hujan Berdasarkan CH Rerata
Efektif .......................................................................... 56
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
2.1 Siklus Hidrologi ........................................................... 6
2.2 Daerah Aliran Sungai .................................................. 7
2.3 DAS Bulu Burung ........................................................ 8
2.4 DAS Radial .................................................................. 9
2.5 DAS Paralel ................................................................. 9
2.6 Poligon Thiessen......................................................... 13
2.7 Isohyet ......................................................................... 14
2.8 Overlay ........................................................................ 25
3.1 Diagram Alir ................................................................ 34
4.1 Peta DAS Metro .......................................................... 35
4.2 Peta Topografi dan Jaringan Sungai Metro ............... 38
4.3 Hubungan Kumulatif Hujan Tahunan St. CD
Kepanjen dan St. Tlekung dan St. Dau ...................... 44
4.4 Hubungan Kumulatif Hujan Tahunan St. Tlekung
dan St. CD Kepanjen dan St. Dau .............................. 45
4.5 Hubungan Kumulatif Hujan Tahunan St. Dau
dan St. CD Kepanjen dan St. Tlekung ....................... 46
4.6 Peta Poligon Thiessen ................................................ 47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1 Peta Jenis Tanah ....................................................... 65 2 Peta Penggunaan Lahan ........................................... 66 3 Peta Overlay Nilai C Tata Guna Lahan dan Jenis
Tanah ......................................................................... 67 4 Peta Titik Potensi Air Permukaan .............................. 68 5 Data Debit 10 Harian Sungai Metro ........................... 69 6 Data Curah Hujan 10 Harian Stasiun CD Kepanjen . 70 7 Data Curah Hujan 10 Harian Stasiun Tlekung .......... 71 8 Data Curah Hujan 10 Harian Stasiun Dau ................ 72 9 Data Curah Hujan Maximum ..................................... 73
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah komponen utama penyusun bumi dan sumber
kebutuhan semua makhluk hidup, mulai dari manusia, hewan
dan tumbuhan. Air digunakan untuk kebutuhan sehari hari
seperti mandi, cuci, minum keperluan rumah tangga, irigasi
pertanian, dan untuk hewan ternak. Jadi hampir semua sektor
kehidupan membutuhkan air. Air mengalami siklus hidrologi
yang terus berulang sepanjang waktu tanpa henti. Tapi waktu
penyebarannya tidak merata, sehingga menyebabkan
perbedaan ketersediaan air dari tahun ke tahun. Jumlah air di
planet bumi adalah tetap.
Ketersediaan air untuk kebutuhan masyarakat sebagai
penompang kehidupan sangat penting dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan menunjang peningkatan
pembangunan suatu daerah. Kekurangan air dapat
menyebabkan suatu daerah tidak dapat berkembang karena
pembangunan tidak dapat ditingkatkan bila kurangnya
ketersediaan air pada daerah tersebut. Penyediaan air sangat
erat hubungannya dengan seberapa besar potensi/ketersediaan
sumber daya air yang tersedia pada suatu daerah.
Daerah Aliran Sungai Metro meliputi wilayah administrasi
Kabupaten Malang, Kota Malang dan Batu. Sub DAS Metro
yang secara geografis terletak diantara 1120 27’ 53,6’’ - 1120
37’ 20,8’’ BT dan 70 56’ 14,8’’ - 80 10,57 2’’ LS. Memiliki luas
29582,995 Ha atau 295.83 Km2. Wilayah DAS Metro terletak
pada ketinggian 280 m sampai dengan 2830 m diatas
permukaan laut. Dengan luas tangkapan air sebesar 29582,995
Ha atau 295.83 Km2, debit air yang mengalir pada wilayah Sub
DAS Metro mulai dari hulu ke hilir dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk berbagai macam kegiatan yang meliputi
2
kegiatan pertanian dan kegiatan pemenuhan kebutuhan air
domestik sehari hari. Penggunaan lahan di DAS Metro sebagian
besar diperuntukan untuk daerah pertanian, sehinga
pengelolaan DAS Metro sangat penting untuk menyediakan air
irigasi pertanian.
Sistem informasi geografi didefinisikan sebagai suatu
sistem manajemen database yang terkomputerisasi untuk
mendapatkan data, mengumpulkan data, mengolah data
kembali, mentransformasikan dan melakukan analisis sekaligus
menampilkan obyek baik secara spasial ataupun dalam bentuk
tabel. Tujuan utama dari dari sistem informasi geografi
mendesain yang difokuskan agar lebih efisien dalam pemetaan
suatu wilayah.
1.2 Rumusan Masalah
1.). Bagaimana jumlah ketersediaan air permukaan di sub DAS
Metro di tahun 2015
2). Bagaimana jumlah Ketersediaan air total di DAS Metro di
tahun 2015
1.3 Tujuan Penelitian
1). Dapat mengetahui jumlah ketersediaan air permukaan sub
DAS Metro di tahun 2015
2). Dapat mengetahui ketersediaan air total di DAS Metro di
tahun 2015
1.4 Manfaat Penelitian
1). Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yakni memperoleh
gambaran kondisi ketersediaan air permukaan sub DAS
3
Metro yang dapat dijadikan bahan untuk menghitung
kebutuhan air di masa yang akan datang
2). Untuk menciptakan tata kelola air berbasis daya dukung
lingkungan.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah :
1). Penelitian ini hanya membahas ketersediaan air permukaan
sub DAS Metro berdasarkan data curah hujan dan debit
debit air sungai Metro. Tidak membahas ketersediaan air
tanah atau dari sumber mata air lainnya.
2). Perhitungan air permukaan pada penelitian ini menggunakan
Metode Rasional biasa. Bukan Metode Rasional Modifikasi.
4
(Halaman ini sengaja Dikosongkan)
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Siklus Hidrologi
Air di bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi yakni
penguapan, presipitasi dan pengaliran keluar (outflow). Air
menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah
menjadi awan sudah melalui beberapa proses dan kemudian
jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan.
Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung menguap
ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan
masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Bagian lain yang merupakan
kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah,
kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke
sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Sebagian air yang masuk
ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungai-sungai (disebut
aliran intra = interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan
sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi
sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di
daerah-daerah yang rendah (disebut groundwater runnof =
limpasan air tanah).
Singkatnya adalah uap dari laut dihembus ke atas
daratan ( kecuali bagian yang jatuh sebagai presipitasi ke laut),
jatuh ke daratan sebagai presipitasi (sebagian jatuh langsung ke
sungai-sungai dan mengalir langsung ke laut). Sebagian dari
hujan atau salju yang jatuh di daratan menguap dan
meningkatkan kadar uap di atas daratan. Bagian yang lain
mengalir ke sungai dan akhirnya ke laut. Seperti yang telah
dikemukakan di atas bahwa sirkulasi yang kontinu antara air laut
dan air daratan berlangsung terus. Sirkulasi air inilah yang
disebut siklus hidrologi (hydrological cycle). Lihat Gambar 2.1
6
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi
2.2 Pengertian DAS (Daerah Aliran Sungai)
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah
yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan,
menampung, menyimpan, dan mengalirkan ke sungai,
seterusnya ke danau atau ke lautan (Suripin, 2002). Sedangkan
menurut Paimin (2009) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
suatu wilayah daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
7
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan
daearh perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah tempat
presipitasi itu mengkonsentrasi ke sungai. Garis batas daerah-
daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah
pengaliran. Luas daerah pengaliran diperkirakan dengan
pengukuran daerah itu pada peta topografi. Daerah pengaliran,
topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi mempunyai pengaruh
terhadap debit banjir, corak banjir, debit, pengaliran dasar dan
seterusnya (Sosrodarsono dan Takeda, 1977).
Gambar 2.2 Daerah Aliran Sungai
2.2.1 Corak dan Karakteristik DAS
Para ahli hidrologi membedakan Daerah Aliran Sungai
berdasarkan pola alirannya. Pola aliran tersebut dipengaruhi
oleh geomorfologi, topografi, dan bentuk wilayah. Menurut
Sosrodarsono dan Takeda (1977), coraknya terdiri dari corak
bulu burung, corak radial, corak paralel dan corak yang
kompleks.
8
2.2.1.1 DAS Bulu Burung
Jalur daerah di kiri kanan sungai utama diaman anak-
anak sungai mengalir ke sungai utama disebut daerah
pengaliran bulu burung. Daerah pengaliran demikian
mempunyai debit banjir yang kecil, oleh karena waktu tiba banjir
dari anak-anak sungai itu berbeda-beda. Sebaliknya banjirnya
berlangsung agak lama.
Gambar 2.3 DAS Bulu Burung
2.2.1.2 DAS Radial
Daerah pengaliran yang berbentuk kipas atau lingkaran
dan dimana anak-anak sungainya mengkonsentrasi ke suatu
titik secara radial disebut daerah pengaliran radial. Daerah
pengaliran dengan corak demikian mempunyai baniir yang
besar di dekat titik pertemuan anak-anak sungai.
9
Gambar 2.4 DAS Radial
2.2.1.3 DAS Paralel
Bentuk ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah
pengaliran yang bersatu di bagian pengaliran yang bersatu
dibagian hilir. Banjir itu terjadi di sebelah hilir titik pertemuan
sungai-sungai.
Gambar 2.5 DAS Paralel
10
2.2.1.4 DAS Kompleks
Hanya beberapa buah daerah aliran sungai yang
mempunyai bentuk-bentuk ini dan disebut daerah pengaliran
yang kompleks
2.3 Ketersediaan Air
Menurut Soemarto (1987), besarnya jumlah air yang ada
di permukaan bumi ini (di atmosfer, di atas permukaan tanah
dan di bawah permukaan tanah) adalah sebanyak 1.400 × 106
km3 atau 1.400 × 1015 m3. Dalam jumlah tersebut sebagian
besar merupakan air laut (air asin) seperti terlihat persentasi di
bawah ini:
97 % = Berupa air laut (air asin)
3 % = Berupa air tawar
Pembagian air tawar yang hanya 3 % dari jumlah air di
planet bumi ini adalah sebagai berikut:
75 % = Terdapat di kutub berupa salju, es dan
gletser penutup kutub.
24 % = Berupa air tanah (di daerah jenuh yang
terletak di bawah permukaan air tanah).
0,3 % = Terdapat di danau-danau yang tersebar di
atas bumi, misalnya dibenua Eropa,
Amerika, Afrika dan Australia.
0,065 % = Sebagai butir-butir air atau lengas tanah
(soil moisture) yang terdapat di daerah tak
jenuh (antara permukaan tanah dan
permukaan air tanah).
0,035 % = Ada di atmosfer berupa awan, kabut,
embun, hujan dan lain lain.
0,03 % = Berupa air hujan
Dari jumlah persentasi tersebut terlihatlah bahwa jumlah
air tawar yang dapat digunkan oleh manusia (air danau dan air
11
sungai) sangat terbatas, oleh karena itu kita harus dapat
memanfaatkan dengan sebaik baiknya.
Ketersediaan air adalah bagian dari fenomena alam,
yang sulit diprediksi dan diatur. Hal ini karena ketersediaan air
mengandung unsur variabilitas ruang (spatial variability) dan
variabilitas waktu (temporal variability) yang tinggi. Konsep
siklus hidrologi adalah bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu
di hampran bumi dipengaruhi oleh masukan (input) dan
keluaran (output) yang terjadi. Jumlah air di planet bumi itu tetap
dari masa ke masa (Suripin, 2002).
Pada penelitian ini data ketersediaan air permukaan
yang digunakan adalah data ketersediaan air hujan dan data
ketersediaan air sungai.
2.3.1 Ketersediaan Air Hujan
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu
rancangan pemanfaatan air adalah curah hujan rata-rata
diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada
suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut sebagai curah hujan
daerah dan dinyatakan dalam mm (Sosrodarsono, 1977).
Dengan melakukan penakaran ataupun pencatatan
hanya didapatkan curah hujan di suatu titik tertentu (point
rainfall). Bila dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar
atau pencatat curah hujan, maka untuk mendapatkan harga
curah hujan areal adalah dengan mengambil harga rata-ratanya.
Ada 3 cara macam berbeda dalam menentukan tinggi curah
hujan rata-rata di atas areal tertentu dari angka-angka curah
hujan di beberapa titik pos penakar atau pencatat (Soemarto,
1987).
12
1. Cara tinggi rata-rata
Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil
harga rata-rata hitung (arithematic mean) dari penakaran
pada penakar hujan dalam areal tersebut.
d = n
in
n
d
n
dddd
1
321 .......... (2–1)
dimana d merupakan tinggi curah hujan rat-rata areal, d1, d2,
d3….dn adalah tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,
3…n, sedangkan n adalah banyaknya pos penakar. Cara ini
akan memberikan hasil yang dapat dipercaya, asalkan pos-
pos penakarnya terbagi merata di areal tersebut, dan hasil
penakaran masing masing pos penakar tidak menyimpang
jauh dari harga rata-rata seluruh pos penakar.
2. Cara Polygon Thiessen
Cara ini di dasarkan atas rata-rata timbang (weighted
average). Masing-masing penakar mempunyai daerah
pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan garis-garis
sumber tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua
pos penakar (lihat Gambar 2.6)
13
Gambar 2.6 Poligon Thiessen
Misalnya A1 adalah luas daerah pengaruh pos penakar 1, A2
luas daerah pengaruh pos penakar 2 dan seterusnya.
Jumlah A1 + A2 + A3 +…….An = A adalah merupakan jumlah
luas seluruh areal yang dicari tinggi curah hujannya. Jika
pos penakar 1 menakar tinggi hujan d1, pos penakar 2
menakar d2 hingga pos penakar dn menakar dn, maka
d =A
dAdAdA nn .............. 2211 =
nii
A
dA
1
. (2-2)
Jika i
i PA
A merupakan presentasi luas maka d = i
n
i dp .1
Dimana A = luas areal, d = tinggi curah hujan rata-rata areal,
d1, d2, d3….dn = tinggi curah hujan di pos 1,2, 3….n,
A1,A2,A3….An luas daerah pengaruh 1,2,3…n. n
ip1
= jumlah
persentasi luas 100 %.hasil perhitungan dengan rumus
14
polygon Thiessen lebih teliti dibandingkan dengan cara tinggi
rata-rata atau aritmatik.
3. Cara Isohyet
Dalam hal ini kita harus menggambar dulu kontur dengan
tinggi hujan yang sama (isohyet), seperti pada Gambar 2.7
Gambar 2.7 Isohyet
Kemudian luas bagian diantara isohyet-isohyet yang
berdekatan diukur, dan harga rata-ratanya dihitung sebagai
harga rata-rata timbang dari nilai contour, seperti berikut ini
d = n
n
nn
AAA
Add
Add
Add
..............
2
1........
22
21
2
21
1
10
15
= A
Add
A
Add n
i
ii
n
i
n
i
ii
1
1
1 2
1
2
1
(2-3)
Dimana A= luas areal, d= tinggi curah hujan rata-rata areal,
d0,d1,d2…….dn=tinggi curah pada isohyet 0,1,2…….n. A1,
A2,A3,..…..An = luas bagian isohyet yang dibatasi oleh
isohyet-isohyet yang bersangkutan . ini adalah cara yang
paling teliti, tetapi membutuhkan jaringan pos penakar yang
lebih padat guna memungkinkan membuat garis-garis
isohyet.
2.3.2 Ketersediaan Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir secara
berkesinambungan atau dengan terputus-putus dalam alur
sungai atau saluran dari sumbernya yang tertentu. Dimana
semua ini merupakan bagian dari sistem sungai yang
menyeluruh. Yang termasuk air permukaan meliputi air sungai,
saluran, sumber, danau dan waduk. Jumlah air permukaan
diperkirakan hanya 0,35 uta km3 atau hanya sekitar 1 % dari air
tawar yang ada di bumi (Suripin, 2002).
Kapasaitas air pada masing-masing Daerah Tangkapan
Air dipengaruhi oleh beberapa parameter yakni: curah hujan,
luas daerah tangkapan air, kondisi permukaan, kondisi geologi
serta evaporasi. Dalam analisa kapasitas air permukaan,
tahapan analisa yang dilakukan antara lain:
Menentukan stasiun-stasiun hujan yang berpengaruh
terhadap Daerah Tangkapan Air.
Menentukan curah hujan minimum tahunan dengan periode
tinjauan selama 10 tahun.
16
Menentukan curah hujan setelah dikurangi factor evaporasi
Menentukan waktu konsentrasi masing-masing Daerah
Tangkapan Air . waktu konsentrasi tergantung pada panjang
sungai dan kemiringan.
Menentukan Intentitas Hujan (I)
Menghitung rata-rata koefisien pengaliran masing-masing
Daerah Tangkapan Air.
Menghitung debit atau kapasitas aliran Daerah Tangkapan
Air.
Kapasitas Air Permukaan = C.I.A (2-4)
Dimana:
C = Koefisien
I = Intentitas Hujan (mm/jam)
A = Luas DAS atau Catchment Area (ha)
Nilai C atau koefisien limpasan tergantung dari
penggunaan lahan dan jenis tanah di suatu. Nilai koefisien
limpasan dari penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Nilai Koefisien Limpasan
Penutupan Lahan Harga (C)
Hutan Lahan Kering Sekunder 0.03
Belukar 0.07
Hutan Primer 0.02
Hutan Tanaman Industri 0.05
Hutan Rawa Sekunder 0.15
Perkebunan 0.4
Pertanian Lahan Kering 0.1
Pertanian Lahan Kering Campur Semak 0.1
Pemukiman 0.6
Sawah 0.15
Tambak 0.05
17
Terbuka 0.2
Perairan 0.05
Sumber : Kodoatie dan Syarief, 2005
Sungai merupakan torehan diatas permukaan bumi yang
merupakan penampang permukaan bumi dan penyalur alamiah
aliran air dan material yang dibawanya dari bagian hulu ke
bagian hilir suatu daerah pengaliran ketempat yang lebih rendah
dan akhirnya bermuara kelaut.(Soewarno, 2000)
Karakteristik DAS mempengaruhi debit pengeluaran air
sungai air dalam suatu sistem sungai. Faktor-faktor pengontrol
karaklteristik DAS antara lain : faktor geologi, faktor hidrologi
dan tata guna lahan. Faktor geologi terdiri dari geomorfologi dan
litologi. Faktor geomorfologi terdiri dari sistem sungai (Segmen
sungai, hubungan antar cabang sungai, panjang sungai, slope
sungai). Sistem cekungan penyaluran, (ukuran cekungan,
bentuk cekungan, relief cekungan, tekstur cekungan). Faktor
litologi berupa pemunculan mata air dan batuan kedap dan lulus
air. Faktor hidrologi berupa distribusi hujan pada DAS dan
kapasitas infiltrasi dari tanah. (Chay Asdak. 2002)
Untuk mengetahui ketersediaan air permukaan
berdasarkan debit sungai diperlukan data yang cukup panjang
dan handal, sehingga informasi keragaman debit terhadap
waktu kejadian debit rendah dan tinggi dapat tercakup dan
mewakili kejadian-kejadian tersebut. Dengan data yang cukup
panjang dapat digunakan analisa statistik untuk mengetahui
gambaran umum secara kuantitatif besaran jumlah air.
Dalam menganalisis ketersediaan air pada suatu Daerah
Aliran Sungai (DAS) atau sub DAS salah satunya menggunakan
metode Mock (1973). Metode ini mempertimbangkan besarnya
air yang menjadi limpasan langsung dan air yang terinfiltrasi ke
dalam tanah menjadi simpanan air tanah (groundwater storage),
18
yang kemudian menjadi aliran dasar (base flow) sehingga dapat
diketahui total aliran dan debit efektifnya.
2.4 Debit Andalan
Debit andalan adalah debit yang tersedia sepanjang
tahun dengan besarnya resiko kegagalan tertentu (Montarcih,
2009).
Terdapat empat metode untuk menganalisa debit
andalan (Montarcih, 2009). Antara lain:
1. Metode debit rata-rata minimum dalam metode debit rata-rata
minimum antara lain dalam satu tahun hanya diambil satu
data. Metode ini sesuai untuk daerah aliran sungai dengan
fluktuasi debit maksimum dan debit minimum tidak terlalu
besar dari tahun ke tahun serta kebutuhan relatif konstan
sepanjang tahun.
2. Metode flow characteristic berhubungan dengan basis tahun
normal, tahun kering dan tahun basah. Yang dimaksud debit
berbasis tahun normal adalah jika debit rata-rata tahunannya
kurang lebih sama dengan debit rata-rata keseluruhan tahun
(Qrt=Qr). Untuk debit berbasis tahun kering adalah jika debit
rata-rata tahunanya lebih kecil dari debit rata-rata
keseluruhan tahun (Qrt<Qr). Sedangkan untuk debit berbasis
tahun basah adalah jika debit rata-rata tahunanya lebih kecil
dari debit rata-rata keseluruhan tahun. Metode ini cocok
untuk DAS dengan fluktuasi debit maksimum dan debit
minimum relatif besar dari tahun ke tahun, kebutuhan relatif
tidak konstan sepanjang tahun, dan data yang tersedia cukup
panjang. Keandalan berdasar kondisi debit dibedakan
menjadi 4 antara lain:
a. Debit air musim kering, yaitu debit yang dilampaui debit-
debit sebanyak 355 hari dalam 1 tahun, keandalan:
97,3%
19
b. Debit air rendah, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-
debit sebanyak 275 hari dalam 1 tahun, keandalan:
75,3%
c. Debit air normal, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-
debit sebanyak 185 hari dalam 1 tahun, keandalan:
50,7%
d. Debit air cukup, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-
debit sebanyak 95 hari dalam 1 tahun, keandalan: 26,0%
3. Metode tahun dasar perencanaan, analisa debit andalan
menggunakan metode ini biasanya digunakan dalam
perencanaan atau pengelolaan irigasi. Umumnya di bidang
irigasi dipakai debit dengan keandalan 80%, sehingga rumus
untuk menentukan tahun dasar perencanaan adalah sebagai
berikut:
R80= 15
n (2 – 5)
Dengan:
n = kala ulang pengamatan yang diinginkan
R80 = debit yang terjadi < R80 adalah 20%
4. Metode bulan dasar perencanaan, analisa debit andalan
menggunakan metode ini hampir sama dengan metode flow
characteristic yang dianalisa untuk bulan-bulan tertentu.
Metode ini paling sering dipakai karena keandalan debit
dihitung bulan Januari sampai dengan bulan Desember, jadi
lebih bisa menggambarkan keadaan pada musim kemarau
dan penghujan.
2.5 Sistem Informasi Geografis
SIG merupakan sebuah system yang saling berangkaian
satu dengan yang lain. Bakorsurtanal menjabarkan SIG sebagai
kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras computer,
perangkat lunak, data geografi, dan personel yang didesain
20
untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi,
menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang
berefrensi geografis. Dengan demikian, basis analisis dari SIG
adalah data spasial dalam bentuk sigital yang diperoleh melalui
data satelit atau data lain terdigitasi. Analisa SIG memerlukan
tenaga ahli sebagai interpreter, perangkat keras komputer, dan
software pendukung (Budiyanto, 2002).
Ada dua faktor utama yang terkait dengan masalah
keberhasilan implementasi SIG. Kedua hal tersebut yaitu
masalah teknologi dan masalah kondisi pengoperasian SIG itu
sendiri. Keduanya berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Keberhasilan dari implementasi teknologi SIG
sehingga sesuai seperti yang diharapkan akan memberikan
dampak yang positif dalam sistem pengelolaan informasi yang
menyangkut antara lain masalah efisiensi dan efektifitas,
komunikasi yang tepat dan terarah, serta data sebagai aset
yang berharga. Efisiensi dan Efektifitas sistem kerja sebagai
dampak dari keberhasilan implementasi teknologi SIG akan
semakin terasa. Pada era globalisasi, setiap institusi pada
sektor swasta (private sector) dapat bergerak dengan efektif dan
efisien setelah mereka menerapkan teknologi SIG untuk
membantu pekerjaan mereka di berbagai sektor, bidang atau
industri jasa yang mereka tekuni. Kunci kesuksesan bisnis pada
sektor ini di masa depan, terutama dalam menghadapi
persaingan bebas, adalah adanya sistem pengelolaan yang
efisien dan sistem pelayanan yang baik untuk para pelanggan
(Pardede dan Warnars, 2006).
2.6 ArcView
ArcView merupakan perangkat lunak pengolah data
spasial. Perangkat lunak ini memiliki berbagai keunggulan yang
dapat dimanfaatkan oleh kalangan pengolah data spasial.
21
ArcView memiliki kemampuan dalam pengolahan atau editing
arc, menerima atau konversi dari data digital lain seperti CAD,
atau dihubungkan dengan data image seperti format JPG, TIF,
atau image gerak (Budiyanto, 2002).
ArcView merupakan salah satu perangkat lunak desktop
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan pemetaan yang
dikembangkan oleh ESRI. ArcView memiliki kemampuan-
kemampuan untuk melakukan visualisasi, mengexplore,
menjawab query (baik basis data spasial maupun non-spasial),
menganalisis data secara geografis. Secara umum kemampuan
Arcview dapat dilihat melalui uraian berikut:
Pertukaran data, membaca dan menuliskan data dari dan ke
dalam format perangkat lunak SIG lainnya
Melalukan analisis statistik dan operasi-operasi matematis
Menampilkan informasi (basisdata) spasial maupun atribut
Menghubungkan informasi spasial dengan atribut-atributnya
yang terdapat (disimpan) dalam basisdata atribut
Melakukan fungsi-fungsi dasar SIG seperti analisis
sederhana spasial
Membuat peta tematik
Meng-customize aplikasi dengan menggunakan bahasa skrip
atau bahasa pemrograman sederhana
Melakukan fungsi-fungsi SIG khusus lainnya (dengan
menggunakan extension yang ditujukan untuk mendukung
penggunaan perangkat lunak SIG ArcView).
2.6.1 Data dan Analisis Spasial
Data spasial merupakan dasar operasional sistem
informasi geografis. Hal ini terutama dalam sistem informasi
geografis yang berbasiskan sistem komputer digital (Budiyanto,
2010). Data spasial memberikan amatan terhadap berbagai
fenomena yang ada pada suatu objek spasial. Secara
sederhana data spasial dinyatakan sebagai irformasia alamat.
22
Dalam bentuk yang lain, data spasial dinyatakan dalam bentuk
grid koordinat seperti dalam sajian peta ataupun dalam bentuk
piksel seperti dalam bentuk citra satelit.
2.6.1.1 Perolehan Data Spasial
Untuk memperoleh data spasial dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satu cara yang paling dikenal adalah
dengan digitasi. Proses digitasi akan mengubah objek titik,
garis, atau polygon analog dari sebuah hard copy analog
menjadi bentuk data vektor digital (Budiyanto, 2010). Berikut
adalah beberapa cara digitasi untuk memperoleh data spasial:
1 Digitasi on Screen
Digitasi on-screen adalah digitasi yang dilakukan pada layar
monitor computer dengan memanfaatkan berbagai perangkat
lunak sistem informasi geografis seperti. Data sumber yang
akan didigitasi dalam metode ini bukan dalam bentuk peta
analog atau hardcopy. Data sumber tersebut terlebih dahulu
disiam (scan) dengan scanner. Dari penyiaman ini dihasilkan
sebuah data dalam bentuk data raster. Digitasi dilakukan
dengan membuat serangkaian titik atau garis menggunakan
pointer yang dikendalikan melalui mouse pada layar
komputer di sepanjang objek digitasi.
2. Digitasi Theodolith
Perolehan data spasial lain yang bersifat pengukuran
terestrial menggunakan theodolith. Pengukuran
menggunakan theodolith ini menghasilkan serangkaian data
spasial berupa jarak, sudut, ketinggian relatif serta posisi
relatif dari sebuah objek dengan objek lainnya. Theodolith
memanfaatkan perangkat optic untuk pengambilan data.
3. Digitasi GPS (Global Position System)
Perangkat GPS yang digunakan dalam pengambilan data
sebenarnya adalah perangkat penangkap sinyal (receiver)
dari beberapa satelit GPS yang mengorbit diatas lokasi
23
survey. Panduan dari sinyal satelit GPS memberikan
informasi lokasi receiver GPS tersebut.
4. Digitasi Menggunakan Pengindreaan Jauh
Data spasial dapat diperoleh melalui foto udara digital, citra
satelit, ataupun radar.
2.6.1.2 Objek Spasial
Objek spasial terdiri dari tiga jenis, yaitu bentuk titik,
garis, dan area. Masing-masing objek spasial ini memiliki
karakteristik sendiri-sendiri. Perbedaan karakteristik ini
menentukan pemilihan untuk simbol yang digunakan dalam
penggambaran data spasial tersebut. Untuk suatu fenomena
seperti kota digunakan symbol titik. Jalan disimbolkan dengan
dengan karakteristik berbentuk garis. Untuk data spasial yang
memerlukan perhitungan luas digambarkan dengan
menggunakan bentuk poligon.
2.6.1.3 Model Data Spasial
Secara garis besar model data spasial ada dua, yaitu
data vector dan data raster. Data vector adalah data yang
minimal terdiri dari sebuah start node dan end node, dan dapat
memiliki beberapa vertex di antara start node dan end node
tersebut. Data vector berupa titik, garis, atau poligon. Data
raster adalah data yang terdiri dari piksel-piksel penyusun data
tersebut.
2.6.1.4 Analisis Spasial
Kekuatan SIG terletak pada kemampuannya untuk
menganalisis dan mengolah data dengan jumlah yang besar.
Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data dan
bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis di
dalam SIG. kemampuan analisis berdaasarkan aspek spasial
yang dapat dilakukan oleh SIG antara lain:
24
1.Klasifikasi
Klasifikasi yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data
spasial yang baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan dtata
guna lahan untuk pemukiman, pertanian, perkebunan,
ataupun hutan berdasarkan analisis data kemiringan atau
ketinggian.
2. Overlay
Overlay yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau
lebih data spasial yang berbeda. Misalnya menganalisis
daerah rawan erosi dengan meng-over-laykan data
ketinggian, jenis tanah dan kadar air.
3.Network
Network yaitu analysis yang bertitik tolak pada jaringan yang
terdiri dari garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung.
Analisis ini sering dipakai dalam berbagai bidang. Misalnya
sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa minyak atau gas, air
minum atau saluran pembuangan.
4.Buffering
Buffering yaitu analysis yang akan menghasilakan buffer atau
penyangga yang bias berbentuk lingkaran atau poligon yang
melingkupi seatu objek sebagai pusatnya, sehingga kita bias
mengetahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya.
Buffering dapat digunakan untuk menentukan jalur hijau,
menggambarkan Zona Ekonomi Ekslusif(ZEE), mengetahui
daerah yang terjangkau BTS untuk telepon seluler,
menentukan luas tumpahan minyak di laut dan menentukan
lokasi pasar, took atau outlet dengan memperhatikan lokasi
konsumen dan took atau outlet saingan
2.6.2 Overlay
Overlay peta dilakukan minimal dengan 2 jenis peta yang
berbeda secara teknis dikatakan harus ada polygon yang
terbentuk dari 2 jenis peta yang dioverlaykan. Jika dilihat data
25
atributnya, maka akan terdiri dari informasi peta pembentukya
(Prahasta, Eddy. 2006)
Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis
satu peta diatas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya
di layar komputer atau pada plot. Secara singkatnya, overlay
menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain
beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan
keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta
tersebut.
Gambar 2.8 Overlay
Ada beberapa fasilitas yang dapat digunakan pada
overlay untuk menggabungkan atau melapiskan dua peta dari
satu daerah yang sama namun beda atributnya yaitu :
26
1. Dissolve Themes
Dissolve yaitu proses untuk menghilangkan batas antara
poligon yang mempunyai data atribut yang identik atau sama
dalam poligon yang berbeda. Peta input yang telah di digitasi
masih dalam keadaan kasar, yaitu poligon-poligon yang
berdekatan dan memiliki warna yang sama masih terpisah
oleh garis polygon. Kegunaan dissolve yaitu menghilangan
garis-garis poligon tersebut dan menggabungkan poligon-
poligon yang terpisah tersebut menjadi sebuah poligon besar
dengan warna atau atribut yang sama.
2. Merge Themes
Merge themes yaitu suatu proses penggabungan 2 atau
lebih layer menjadi 1 buah layer dengan atribut yang
berbeda dan atribut-atribut tersebut saling mengisi atau
bertampalan, dan layer-layernya saling menempel satu
sama lain.
3. Clip One Themes
Clip One themes yaitu proses menggabungkan data namun
dalam wilayah yang kecil, misalnya berdasarkan wilayah
administrasi desa atau kecamatan. Suatu wilayah besar
diambil sebagian wilayah dan atributnya berdasarkan batas
administrasi yang kecil, sehingga layer yang akan dihasilkan
yaitu layer dengan luas yang kecil beserta atributnya.
4. Intersect Themes
Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema
atau layer input atau masukan dengan atribut dari tema atau
overlay untuk menghasilkan output dengan atribut yang
memiliki data atribut dari kedua theme.
5. Union Themes
Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input
dengan poligon dari tema overlay untuk menghasilkan
output yang mengandung tingkatan atau kelas atribut.
27
6. Assign Data Themes
Assign data adalah operasi yang menggabungkan data
untuk fitur theme kedua ke fitur theme pertama yang berbagi
lokasi yang sama Secara mudahnya yaitu menggabungkan
kedua tema dan atribut.
28
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai
selesai di wilayah sub DAS Kali Metro. Analisis data
dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Brawijaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi :
3.2.1 Alat
1. Seperangkat komputer lengkap dengan software yaitu
Software Arcview sebagai software SIG, dan Microsoft Office
Excel 2010 sebagai software perhitungan.
2. Peralatan tulis, kalkulator dan lain-lain.
3.2.2 Bahan
1. Peta wilayah Studi DAS Metro yang meliputi Peta
Administrasi, Peta Jenis Tanah Peta Tata Guna Lahan, Peta
Sungai, Peta Stasiun Hujan dan Peta Topografi
2. Data curah hujan harian wilayah penelitian dari tahun 2006
sampai tahun 2015 yang diperoleh dari 3 stasiun
pengamatan yakni Stasiun CD Kepanjen , Stasiun Telekung
dan Stasiun Dau.
3. Data iklim wilayah Studi pada tahun 2006 – 2015 yang
meliputi: Temperatur rata-rata (t), Penyinaran matahari (n/N),
Lembab Nisbi rata-rata (Rh), Kecepatan angin (u), yang
diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Malang.
30
4. Data debit Sungai Metro tahun 2006 – 2015 yang diperoleh
dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Bango-Gedangan
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Secara umum pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3
tahap, yaitu : pengumpaulan data, pengolahan data dan analisis
total ketersediaan air.
3.3.1 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan data sekunder, yang
terdiri dari data non spasial dan data spasial. Data non spasial
terdiri dari data iklim DAS Metro tahun 2006 - 2015 yang
diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Karangploso. Data selanjutnya adalah data curah hujan DAS
Metro tahun 2006 – 2015 dari tiga stasiun pengamatan yakni
Stasiun CD Kepanjen, Stasiun Stasiun Tlekung, dan Stasiun
Dau yang diperoleh dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai Bango-Gedangan Malang. Kemudian, data
Sungai Metro tahun 2006 – 2015 dari Balai Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bango-Gedangan Malang.
Sedangkan data yang berupa spasial yang digunakan
adalah Peta Hidrologi, Peta Administrasi se Malang Raya, Peta
Jenis Tanah, Peta Tata Guna Lahan, dan Peta Stasiun Hujan.
Peta-peta tersebut kemudian dipotong dengan luas batas DAS
yang sudah terdigitasi. Peta-peta tersebut diperoleh dari
BAKOSURTANAL.
3.3.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi 3 bagian
yakni: mengolah data untuk ketersediaan air hujan, menentukan
debit puncak limpasan dan menentukan debit andalan sungai
31
dengan keandalan 80%. Sebelum data hujan digunakan, data
hujan terlebih dahulu dilakukan uji konsistensi. Uji konsistensi
bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan
lingkungan atau perubahan cara menakar. Tahap selanjutnya
adalah melakukan analisis frekuensi data hidrologi. Analisis
dilakukan untuk mendaptkan curah hujan rancangan. Analisis
dilakukan dengan distribusi Log Pearson III.
3.3.2.1 Ketersediaan Air Permukaan
Data yang dibutuhkan untuk menghitung debit puncak
limpasan atau air permukaan adalah peta Jenis Tanah, Peta
Tata Guna Lahan, nilai koefisien run off yang didapat dari
literatur, dan data curah hujan harian maksimum untuk
menghitung nilai intentitas curah hujan. Perhitungan debit
puncak menggunakan Metode Rasional dengan persamaan
sebagai berikut:
Q = 0,00278. C.I.A (satuan A dalam km2) (3-1)
Dimana
Q = Debit Puncak (m3/dt)
C = Koefisien Pengaliran
I = Intentitas Curah Hujan (mm/jam)
A = Luas DAS (km2 arau ha)
Selain menghitung ketersediaan air permukaan dengan
Metode Rasional, dalam penelitian ini juga menghitung
ketersediaan air permukaan berdasarkan debit air sungai.
Ketersediaan air sungai ditentukan dengan menghitung debit
andalan dengan menggunakan metode statistik (rangking)
dengan probabilitas 80% :
Langkah langkah untuk menghitung debit andalan
sungai yaitu sebagai berikut:
32
1. Mengurutkan seri data debit dari urutan besar ke kecil
2. Merangking data mulai dari rangking pertama (m=1) untuk
dara yang paling besar dan seterusnya.
3. Membuatkan kolom ploting dengan rumus Weibull:
P = %1001
n
m (3-2)
Dimana :
P = peluang (%)
m = nomor urut data
n = jumlah data
3.3.2.2 Ketersediaan Air Hujan
Data yang diperlukan untuk mengolah ketersediaan air
hujan adalah data curah hujan, Peta Thiessen dan Peta Stasiun
Hujan. Curah hujan wilayah dihitung menggunakan metode
Poligon Thiessen dan rumus curah hujan efektif. Rumus Poligon
Thiessen yakni:
d =A
dnAdAdA n ............2.. 211 =
nii
A
dA
1
. (3-3)
Dimana A = luas areal, d = tinggi curah hujan rata-rata
areal, d1, d2, d3….dn = tinggi curah hujan di pos 1,2, 3….n,
A1,A2,A3….An luas daerah pengaruh 1,2,3…n. n
ip1
= jumlah
persentase luas 100 %.
Setelah hujan rerata daerah perbulan ditentukan,
selanjutnya menghitung curah hujan efektif menggunakan
rumus:
33
Re = Rtot (125 – 0,2Rtot)/125 Dimana Rtot < 250 mm
Re = 125 + 0,1 Rtot Dimana Rtot > 250 mm
Dimana : Rtot adalah curah hujan bulanan (mm/jam) (3-4)
3.4. Analisis Total Ketersediaan Air
Ketersediaan air total ditentukan berdasarkan masing
masing perhitungan ketersediaan air. Yakni ketersediaan air
permukaan dan ketersediaan air hujan.
34
Gambar 3.1 Diagram Alir
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah
4.1.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Sub DAS Metro adalah salah satu dari anak Sungai
Brantas. Yang mengaliri wilayah Kabupaten Malang dan Kota
Malang. Sub DAS Metro yang secara geografis terletak diantara
1120 27’ 53,6’’ - 1120 37’ 20,8’’ BT dan 70 56’ 14,8’’ - 80 10,57 2’’
LS dengan luas area Sub DAS Metro 29582,995 Ha atau 295.83
Km2. Berikut adalah peta DAS Metro.
Gambar 4.1 Peta DAS Metro
36
DAS Metro terbagi menjadi 12 kecamatan dan 75
kelurahan. Secara rinci luas kelurahan di DAS Metro dapat
dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Luas Desa/Kelurahan DAS Metro
Hasil Perhitungan
Luas Luas
(km²) (km²)
1 Oro Oroombo Batu 7.315 39 Pandanrejo Wagir 2.751
2 Junrejo Junrejo 1.276 40 Gondowangi Wagir 4.675
3 Tlekung Junrejo 7.891 41 Parangargo Wagir 1.969
4 Dadaprejo Junrejo 1.118 42 Sitirejo Wagir 2.146
5 Mulyoagung Dau 2.269 43 Mendalan Wangi Wagir 4.159
6 Sumbersekar Dau 5.354 44 Balesari Ngajum 8.402
7 Kucur Dau 48.51 45 Babadan Ngajum 12.31
8 Tlogomas Dau 4.624 46 Kesamben Ngajum 3.139
9 Gading Kulon Dau 3.605 47 Kranggan Ngajum 6.128
10 Landungsari Dau 4.296 48 Banjarsari Ngajum 3.445
11 Selorejo Dau 3.756 49 Ngasem Ngajum 2.508
12 Petungsewu Dau 1.975 50 Kebonagung Pakisaji 4.208
13 Karangwidoro Dau 4.271 51 Wadung Pakisaji 4.826
14 Kalisongo Dau 4.51 52 Jatisari Pakisaji 6.317
15 Merjosari Lowokwaru 3.791 53 Kendalpayak Pakisaji 1.838
16 Ketawanggede Lowokwaru 0.82 54 Permanu Pakisaji 4.865
17 Sumbersari Lowokwaru 1.165 55 Genengan Pakisaji 2.224
18 Oro-oro Dowo Klojen 0.535 56 Karang Duren Pakisaji 2.069
19 Gading Kasri Klojen 0.923 57 Pakisaji Pakisaji 2.635
20 Bareng Klojen 1.086 58 Sutojayan Pakisaji 2.95
21 Kauman Klojen 0.558 59 Karang Pandan Pakisaji 1.731
22 Kasin Klojen 0.982 60 Glanggang Pakisaji 2.13
23 Karang Besuki Sukun 2.331 61 Mojosari Kepanjen 3.304
24 Pisang Candi Sukun 3.184 62 Curugrejo Kepanjen 1.414
25 Bandulan Sukun 2.402 63 Jatirejoyoso Kepanjen 3.312
26 Mulyorejo Sukun 2.863 64 Ngdilangkung Kepanjen 2.175
27 Kel. Sukun Sukun 1.252 65 Sukoraharjo Kepanjen 2.779
28 Bakalankrajan Sukun 2.23 66 Dilem Kepanjen 2.37
29 Bandungrejosari Sukun 2.302 67 Talangagung Kepanjen 3.63
30 Gadang Sukun 1.009 68 Ardirejo Kepanjen 1.326
31 Kebonsari Sukun 1.197 69 Kel. Kepanjen Kepanjen 2.291
32 Sukodadi Wagir 8.302 70 Cepokomulyo Kepanjen 1.019
33 Mulyorejo Wagir 4.132 71 Panggungrejo Kepanjen 2.047
34 Dalisodo Wagir 7.881 72 Mangunrejo Kepanjen 3.626
35 Sumbersuko Wagir 13.11 73 Jatikerto Kromengan 2.828
36 Jedong Wagir 3.439 74 Slorok Kromengan 1.099
37 Sidorahayu Wagir 4.699 75 Ngebruk S. Pucung 0.925
38 Petungsewu Wagir 3.307 76
Kelurahan/Desa KecamatanNo KecamatanKelurahan/Desa No
37
Wilayah DAS Metro dibatasi oleh beberapa kecamatan di
wilayah Kabupaten Malang yaitu:
Sebelah utara : Batu, Pujon, Kec Junrejo dan Kec Dau
Sebelah Timur : Kec. Lowokwaru, Kec. Klojen, Kec. Sukun dan
Kec. Pakisaji
Sebelah selatan : Kec. Kepanjen, Kec. Sumber Pucung
Sebelah barat : Kab. Blitar, Kec, Ngajum, Kec Kromengan
4.1.2 Iklim dan Curah Hujan
Kondisi iklim di wilayah studi tahun 2015 tercatat rata-
rata suhu udara berkisar antara 21,80 C – 25,20 C. Rata-rata
kelembapan udara berkisar 51% – 84%. Penyinaran matahari
rata-rata berkisar 37% - 97%. Dan kecepatan angin berkisar 1,6
Km/Jam – 5,0 Km/Jam. Seperti pada umumnya daerah lain di
Indonesia, wilayah studi mengikuti perubahan putaran 2 iklim
yakni musim hujan dan musim kemarau. Dimana musim
kemarau terjadi mulai Bulan Mei sampai Bulan Oktober dan
musim hujan terjadi mulai Bulan November sampai Bulain April.
Selama 10 tahun terakhir (2006 – 2015) besar curah
hujan rerata tahunan yakni 1942,2 mm. Dengan curah hujan
rerata tahunan terbesar yakni 2910,2 mm yang terjadi pada
tahun 2013, sedangkan curah hujan rerata terkecil yakni 1392,6
mm yang terjadi pada tahun 2015.
4.1.3 Topografi dan Jaringan Sungai Metro
Karakteristik topografi di DAS Metro yakni berupa daerah
perbukitan/lereng dan dataran. Peta Topografi menunjukkan
bahwa sebagian besar kelurahan DAS Metro berada di
ketinggian 280 m sampai dengan 563.333 m. Sungai utama
Metro mengalir melewati Kecamatan Dau, Lowokwaru, Sukun,
Wagir, Pakisaji, Kepanjen, dan Sumber Pucung. Sedangkan
jaringan sungai yang berada di DAS Metro dan mengisi
ketersediaan air Sungai Metro berjumlah puluhan baik yang
38
sudah memiliki nama ataupun yang belum memiliki nama.
Jaringan sungai Metro yang sudah memiliki nama yakni 26
sungai. Dengan Kecamatan Dau dan Wagir sebagai sebagai
kecamatan yang paling banyak dialiri jaringan Sungai Metro.
Selain karena bentuk topografi yang sebagian besar berupa
perbukitan, Kecamatan Dau dan Wagir merupakan 2 kecamatan
yang paling luas di DAS Metro. Gambar 4.2 menunjukkan peta
Topografi dan jaringan Sungai
Gambar 4.2 Peta Topografi dan Jaringan Sungai Metro
Total ada 28 sungai yang sudah memiliki nama di DAS
Metro dengan panjang total keseluruhannya adalah 339,7 Km.
sedangkan total panjang sungai yang belum memiliki nama
adalah 139,8 Km. Sungai Metro yang merupakan sungai utama
memiliki panajang 50,82 Km. Secara rinci sungai yang mengalir
di DAS Metro dapat dilihat pada Tabel 4.2
39
Tabel 4.2 Sungai DAS Metro
Sumber: Hasil Perhitungan
4.1.4 Jenis Tanah
Wilayah dataran DAS Metro terlapisi oleh 7 macam jenis
tanah yang berbeda. Antara lain : asosiasi Andosol kelabu &
Regosol kelabu melapisi lahan seluas 54,90 Km2, Regosol
coklat melapisi tanah seluas 2,27 Km2, asosiasi Latosol coklat
& Regosol kelabu melapisi tanah selaus 102,56 Km2, Mediteran
coklat kemerahan melapisi tanah seluas 52,31 Km2, asosiasi
Andosol coklat dan Glesi humus melapisi tanah seluas 6,11
Km2, Aluvial Kelabu Tua melapisi tanah seluas 69,18 Km2 dan
Aluvial coklat kelabu melapisi tanah seluas 8,49Km2. Struktur
tanah di wilayah DAS mMetro pada umumnya relatif baik, tapi
yang perlu diperhatikan adalah jenis tanah Andosol dan
Regosol. Dimana Andosol diklasifikasikan peka terhadap erosi
Panjang Panjang
(Km) (Km)
1 K. Metro 50.82 15 K. Glundeng 11.14
2 K. Akhir 11.9 16 K. Gembong 4.51
3 K. Ampah 14.77 17 K. Gombong 18.6
4 K. Babar 10.23 18 K. Jemunang 16.13
5 K. Biru 11.78 19 K. Kasin 26
6 K. Braholo 10.66 20 K. sad 20.19
7 K. Claket 6.35 21 K. Sanan 10.82
8 K. Curah Gondang 7.75 22 K. Semberpang 12.56
9 K. Curah Ndoso 3.08 23 K. Slorok 3.56
10 K. Curah Puring 4.59 24 K. Sukun 15.42
11 K. Curah Clumpit 5.77 25 K. Sumber Padang 4.81
12 K. Dem 5.48 26 K. Supit Urang 5.46
13 K. Gelodog 13.78 27 K. Wadung 12.91
14 K. Gesang 15.88 28 Kali Watu 4.75
No Sungai No Sungai
40
dan Regosol diklasifikasikan sangat peka terhadap erosi. Data
tanah DAS Metro dapat dilihat pada Tabel 4.3. Sedangkan Peta
Jenis tanah DAS Metro dapat di lihat di Lampiran 1.
Tabel 4.3 Jenis Tanah
Sumber: Hasil Analisa
4.1.5 Tata Guna Lahan
Secara umum penggunaan lahan di DAS Metro bagian
hulu meliputi Hutan Lahan Kering Primer seluas seluas 31,07
Km2, Hutan Tanaman Industri seluas 22,1 Km2, dan Semak
Belukar seluas 5,64 Km2. Sedangkan penggunaan lahan di DAS
Metro bagian tengah dan hilir meliputi Tanah Terbuka seluas
1,62 Km2, Pertanian Lahan Kering seluas 0,64 Km2, tubuh air
seluas 0,01 Km2, Sawah seluas 194,91 Km2, dan penggunaan
lahan untuk pemukiman seluas 39,81 Km2. Dari data
penggunaan lahan di atas dapat disimpulkan bahwa tata guna
lahan terbesar yakni untuk areal persawahan yakni seluas
194,91 Km2. Rincian penggunan lahan DAS Metro dapat dilihat
di Tabel 4.4 . Sedangkan Peta tata guna lahan DAS Metro
dapat dilihat di Lampiran 2.
No Jenis Tanah Luas (Km2) Persentase
1 Aluvial Kelabu Tua 69.18 23.39
2 Asosiasi Andosol Kelabu dan Regosol Kelabu 54.9 18.56
3 Regosol Coklat 2.27 0.77
4 Asosiasi Latosol Coklat dan Regosol Kelabu 102.56 34.67
5 Mediteran Coklat Kemerahan 52.31 17.68
6 Aluvial Coklat Kelabu 8.49 2.87
7 Asosiasi Andosol Coklat dan Glei Humus 6.11 2.07
295.82 100
41
Tabel 4.4 Tata Guna Lahan DAS Metro
Sumber: Hasil Analisa
4.1.6 Kependudukan
Kependudukan merupakan segala hal yang berkaitan
dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran,
kehamilan, kehamilan, kematian, sosial, budaya serta
ketahanan politik dan ekonomi. Pertumbuhan penduduk
merupakan perubahan jumlah penduduk yang baik
pertambahan atau pengurangan. Laju pertumbuhan penduduk
memiliki pengaruh terhadap lingkungan. Pesatnay laju
pertumbuhan penduduk berpotensi menyebabkan banyak terjadi
alih fungsi lahan. Dari hasil analisa Peta Penggunan Lahan
diketahui bahwa persentase lahan pertanian yakni sebesar
65.89 % dari luas total DAS Metro. Ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk yang berada di wilayah DAS Metro
mengandalkan pendapatan dari pertanian dan bercocok tanam.
No Penggunaan Lahan Luas (Km2) Persentase
1 Hutan Lahan Kering Primer 31.07 10.5
2 Hutan Tanaman Industri 22.1 7.47
3 Semak Belukar 5.64 1.91
4 Tanah Terbuka 1.62 0.55
5 Pertanian Lahan Kering 0.64 0.22
6 Tubuh Air 0.01 0
7 Sawah 194.91 65.89
8 Pemukiman 39.81 13.46
295.8 100
42
4.2 Analisis Hidrologi
4.2.1 Data Curah Hujan
Terdapat 3 stasiun hujan yang berpengaruh di wilayah
DAS Metro yakni Stasiun Hujan CD Kepanjen, Stasiun Hujan
Tlekung, dan Stasiun Hujan Dau. Yang pertama yakni Stasiun
Hujan CD Kepanjen yang teletak di ketinggian 338 m diatas
permukaan laut, tepatnya di Kelurahan Kepanjen Kecamatan
Kepanjen. Kemudian yang kedua adalah Stasiun Hujan Tlekung
yang terletak di ketinggian 950 m diatas permukaan laut, tepatnya
di Kelurahan Tlekung Kecamatan Junrejo. Dan yang terakhir
adalah Stasiun Hujan Dau yang teletak di ketinggian 635 m diatas
permukaan laut, tepatanya di Desa Mulyoagung Kecamatan Dau.
Data curah hujan yang akan digunakan dalam analisis
meliputi data curah hujan harian dengan pengamatan 10 tahun.
Yakni data curah hujan harian dari tahun 2006 sampai dengan
tahuin 2015. Lokasi stasiun hujan di daerah studi dapat dilihat
pada Tabel 4.5 dan peta lokasi stasiun hujan dapat dilihat pada
Lampiran 3
Tabel 4.5 Nama, Kode, dan Koordinat Geografis Stasiun Hujan
yang Diuji
No Nama St. Hujan Kode St.
Hujan
Koordinat Geografis
Lintang
Selatan Bujur Timur
1 St. CD Kepanjen 39 08º07'49,4" 112º34'00,1"
2 St. Tlekung 8-C 07º90'97" 112º63'80"
3 St. Dau 31 07º55'20,7" 112º35'14,3"
Sumber: Balai PSAW Bango Gedangan
43
4.2.2 Uji Konsistensi Data Hujan
Sebelum data curah hujan digunakan dalam analisis,
terlebih dahulu dilakukan uji konsistensinya untuk mengetahui
apakah data yang digunakan mengalami perbuahan atau tidak.
Karena seringkali terjadi perubahan relatif terhadap nilai data
hujan yang tercatat. Dimana banyak kasus disebabkan oleh
pemindahan lokasi stasiun hujan, gangguan lingkungan,
kerusakan instrumentasi dan ketidaksesuaian prosedur
pengukuran. Oleh karena itu, untuk menghasilkan hasil analisa
hidrologi yang baik dilakukan uji konsistensi. Metode yang
digunakan untuk melakukan pengujian ini adalah metode kurva
massa ganda. Dimana data curah hujan tahunan jangka waktu
yang panjang dari suatu stasiun penakar hujan dibandingkan
dengan data curah hujan rata-rata sekelompok stasiun penakar
hujan lain dalam periode yang sama. Data curah hujan yang
digunakan dalam konsistensi adalah data curah hujan tahunan
dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2015. Uji konsistensi
dilakukan pada 3 stasiun hujan seperti terlihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Nilai Koefisien Determinasi (R²) Tiap Stasiun Hujan
No Nama Stasiun Hujan Nilai Koefisien Determinasi (R²)
1 St. CD Kepanjen 0,9889
2 St. Tlekung 0,9975
3 St. Dau 0,994
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari hasil uji konsistensi data hujan 3 stasiun diperoleh
nilai koefisien determinasi (R2) dengan nilai rata-rata sebesar
98% dari seluruh stasiun hujan. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh curah hujan pada suatu stasiun hujan terhadap
stasiun hujan lainnya adalah sebesar 98% dan hubungannya
adalah sangat kuat. Artinya data data curah hujan dari 3 stasiun
tidak mengalami penyimpangan akibat pengaruh gangguan
44
lingkungan, kerusakan instrumentasi maupun ketidaksesuaian
prosedur pengukuran. Uji konsistensi data hujan tahunan dapat
dilihat pada Tabel 4.7 sampai dengan Tabel 4.9
Tabel 4.7 Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun CD Kepanjen
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4.3 Hubungan Kumulatif Hujan Tahunan St. CD
Kepanjen dan St. Tlekung dan St. Dau
CH ST CD Kumulatif
(mm) ST CD ST TL ST DU
2006 2098 2098 1312 1528 1420 1420
2007 3330 5428 1450 1682 1566 2986
2008 2185 7613 1528 1582 1555 4541
2009 1420 9033 1268 1614 1441 5982
2010 3605 12638 2346 2596 2471 8453
2011 1420 14058 1878 1944 1911 10364
2012 1694.5 15752.5 1627 1785.6 1706.3 12070.3
2013 3282 19034.5 2481 2932 2706.5 14776.8
2014 1446 20480.5 1359 2463 1911 16687.8
2015 1385 21865.5 1487 1309 1398 18085.8
TahunCH Stasiun Lain(mm)
RerataKumulatif
Rerata
45
Tabel 4.8 Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Tlekung
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4.4 Hubungan Kumulatif Hujan Tahunan St. Tlekung
dan St. CD Kepanjen dan St. Dau
CH ST TL Kumulatif
(mm) ST TL ST DU ST CD
2006 1312 1312 1528 2098 1813 1813
2007 1450 2762 1682 3330 2506 4319
2008 1528 4290 1582 2185 1883.5 6202.5
2009 1268 5558 1614 1420 1517 7719.5
2010 2346 7904 2596 3605 3100.5 10820
2011 1878 9782 1944 1420 1682 12502
2012 1627 11409 1785.6 1694.5 1740.05 14242.05
2013 2481 13890 2932 3282 3107 17349.05
2014 1359 15249 2463 1446 1954.5 19303.55
2015 1487 16736 1309 1385 1347 20650.55
TahunCH Stasiun Lain(mm)
RerataKumulatif
Rerata
46
Tabel 4.9 Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Dau
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4.5 Hubungan Kumulatif Hujan Tahunan St. Dau dan
St. CD Kepanjen dan St.Tlekung.
CH ST DU Kumulatif
(mm) ST DU ST CD ST TL
2006 1528 1528 2098 1312 1705 1705
2007 1682 3210 3330 1450 2390 4095
2008 1582 4792 2185 1528 1856.5 5951.5
2009 1614 6406 1420 1268 1344 7295.5
2010 2596 9002 3605 2346 2975.5 10271
2011 1944 10946 1420 1878 1649 11920
2012 1785.6 12731.6 1694.5 1627 1660.75 13580.75
2013 2932 15663.6 3282 2481 2881.5 16462.25
2014 2463 18126.6 1446 1359 1402.5 17864.75
2015 1309 19435.6 1385 1487 1436 19300.75
TahunCH Stasiun Lain(mm)
RerataKumulatif
Rerata
47
4.2.3 Curah Hujan Maksimum Rerata Daerah
Penentuan curah hujan rerata daerah menggunakan
metode Poligon Thiessen. Tahap penggambaran Poligon
Thiessen dilakukan dengan software Arcview. Hasil
penggmabran poligon Thiesen menunjukkan bahwa luasan
pengaruh hujan stasiun CD Kepanjen paling besar yakni 104.93
Km2 , kemudian stasiun Dau yakni seluas 96,48 Km2. Dan luas
pengaruh terkecil yakni stasiun Tlekung dengan luas 94,43.
Peta Poligon Thiessen dapat dilihat di gambar berikut:
Gambar 4.6 Peta Poligon Thiessen
48
4.3 Ketersediaan Air
Ketersediaan air adalah sejumlah air yang tersedia yang
dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan air sehari hari baik
untuk domestik, pertanian, industri dan non domestik. Pada
penelitian ini potensi ketersediaan air yang diperhitungkan adalah
ketersediaan air hujan dan ketersediaan air permukaan.
4.3.1 Ketersediaan Air Permukaan
Perhitungan debit puncak limpasan dihitung dengan
menggunakan rumus Rasional. Dimana nilai debit puncak (Q)
didapatkan dari hasil perkalian nilai koefisien (C), intentitas
hujan (I) dan luas Daerah Tangkapan Air (A).
4.3.1.1 Menentukan Nilai C dan Luas DTA
Nilai koefisien pengaliran (C) didapatkan dari hasil
perhitungan luas tata guna lahan dan jenis tanah di Daerah
Tangkapan Air. Peta tata guna lahan dan jenis tanah dioverlay
menggunakan perangkat lunak Arcview. Sehingga didapatkan
hasil nilai Koefisien Pengaliran (C). nilai koefisien pengaliran (C)
yang besar menunjukkan bahwa jumlah limpasan di daerah
tersebut juga besar. Sebaliknya bila nilai Koefisien Pengaliran
(C) kecil maka limpasan air di daerah tersebut juga kecil dan
artinya jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah juga besar.
Sedangkan luas Daerah Tangkapan Air diperoleh dari analisa
menggunakan software Arcview dengan mempertimbangkan
topografi dan arah aliran sungai. Hasil peta overlay nilai C tata
guna lahan dan jenis tanah dapat dilihat di Lampiran 4.
Sedangkan nilai Koefisien pengaliran (C) dan luas Daerah
Tangkapan Hujan (DTA) DAS Metro dapat dilihat pada Tabel
4.10
49
Tabel 4.10 Nilai (C) Berdasarkan Penggunaan Lahan dan Jenis
Tanah di Daerah Tangkapan Air (DTA)
Sumber: Hasil Analisa
4.3.1.2 Curah Hujan Rancangan
Hujan Harian Daerah Maksimum Tahunan dipakai untuk
menentukan Curah Hujan Rancangan di suatu DAS. Analisis
Curah Hujan Rancangan pada penelitian ini menggunakan
metode Log Pearson III
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Menghitung peluang empiris dengan memasukkan
nomor urut data mulai dari data terkecil sampai dengan
data terbesar dengan persamaan
P =𝑚
𝑛 + 1𝑥 100%
=1
10 + 1𝑥 100%
= 9,09
DTA/A DTA/A
(Km2) (Km2)
1 Junrejo 13.69 0.04821 19 Mulyorejo (Sukun) 22.95 0.138126
2 Tlekung 2.76 0.021739 20 Dalisodo 7.36 0.097826
3 Dadaprejo 14.26 0.053997 21 Sumbersuko 4.1 0.036585
4 Mulyoagung 20.02 0.051502 22 Jedong 4.34 0.138249
5 Sumbersekar 4.95 0.084848 23 Sidorahayu 12.15 0.120988
6 Tlogomas 21.21 0.101839 24 Petungsewu (Wagir) 9.13 0.036145
7 Gading Kulon 2.15 0.032558 25 Pandanrejo 11.36 0.09243
8 Selorejo 4.58 0.043668 26 Gondowangi 12.18 0.123974
9 Petungsewu (Dau) 5.6 0.089286 27 Parangargo 13.14 0.13242
10 Karangwidoro 3.23 0.114551 28 Mendalan Wangi 14.12 0.223796
11 Kalisongo (Dau) 15.9 0.125157 29 Babadan 4.93 0.056795
12 Merjosari 37.56 0.158147 30 Karang Pandan 138.17 0.17768
13 Karang Besuki 48.49 0.161889 31 Permanu 14.87 0.117014
14 Bandulan 88.68 0.176252 32 Kesamben 16.15 0.120124
15 Mulyorejo (Wagir) 18.79 0.134114 33 Kranggan 4.73 0.133192
16 Bakalankrajan 24.95 0.147495 34 Jatisari 28.99 0.140048
17 Bandungrejosari 118.08 0.165904 36 Ngasem 4.17 0.115108
18 Sukodadi 8.1 0.028395 37 Panggungrejo 241.43 0.122396
CDesa/Kelurahan CNo Desa/KelurahanNo
50
1. Menghitung harga rata-rata (LogX) dengan rumus
LogX = ∑ 𝐿𝑜𝑔𝑋𝑛
𝑖
𝑛
Dengan:
(LogX) = Log Hujan rata-rata
n = Banyaknya Data
(LogX)= 17,4510⁄
= 1,745
2. Menghitung Standar Deviasi dalam Log
S =√∑ (𝐿𝑜𝑔𝑋𝑖−𝐿𝑜𝑔)2𝑛
𝑖=1
𝑛−1
=√0,1305
9
= 0,12
3. Menghitung Koefisien Kepencengan dalam Log dengan
persamaan
Cs=𝑛 ∑ (𝐿𝑜𝑔𝑋𝑖−𝐿𝑜𝑔𝑋)𝑛
𝑖=13
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑆3
Cs=. (−0,005206)
72(0,12)3
Cs= -0,41 (Negatif)
Untuk perhitungan Distribusi Log Pearson III dapat dilihat
pada Tabel 4.6
51
Tabel 4.11 Perhitungan Distribusi Log Pearson III
Sumber: Hasil Analisa
4. Menghitung nilai nilai Curah Hujan Rancangan dengan
rumus
LogX = LogX + K.(S.LogX)
Dengan
LogX = Logaritma besarnya curah hujan untuk periode
ulang T tahun.
LogX = rata-rata dari Logaritma curah hujan
K= Faktor sifat distribusi Log Pearson tipe III yang
merupakan fungsi Koefisien Kemencengan (Cs)
terhadap probabilitas (P)
S= Standar Deviasi
Logx = LogX+ K.(S.LogX)
= 1,745+(1,229.0,12)
= 1,89
No. Tahun Xi (mm) P (%) Log Xi Log Xi-Log X (Log Xi-Log X)2 (Log Xi-Log X)3
1 2015 33.25 9.09 1.52 -0.22 0.0496 -0.011050
2 2014 42.60 18.18 1.63 -0.12 0.0133 -0.001526
3 2009 47.51 27.27 1.68 -0.07 0.0046 -0.000311
4 2012 49.00 36.36 1.69 -0.05 0.0030 -0.000160
5 2007 50.42 45.45 1.70 -0.04 0.0018 -0.000074
6 2011 65.64 54.55 1.82 0.07 0.0053 0.000383
7 2006 66.15 63.64 1.82 0.08 0.0058 0.000439
8 2013 67.14 72.73 1.83 0.08 0.0068 0.000561
9 2010 68.54 81.82 1.84 0.09 0.0084 0.000764
10 2008 83.92 90.91 1.92 0.18 0.0322 0.005768
Jumlah 574.17 17.45 0.1305 -0.005206
Rerata 57.42 1.74
Stand. Dev 15.22 0.12
-0.41Koef. Kemencengan (Cs)
52
5. Mencari antilog dari LogX untuk mendapatkan curah
hujan rancangan:
Antilog dari LogX (1,89) = 78,08 mm.
4.3.1.3 Menentukan Intentitas Hujan (I)
I=𝑅24
24(
24
𝑡)
2/3
Dengan:
I = Intentitas Curah Hujan (mm/jam)
t = Waktu Konsentrasi hujan (jam), untuk Indonesia 5 – 7 jam
R24 =Curah hujan maksimum dalam 1 hari (mm/jam)
n = tetapan (untuk Indonesia diperkirakan: n – 2/3)
I=𝑅24
24(
24
𝑡)
2/3
I=78,08
24(
24
6)
2/3
= 8,197 mm jam
4.3.1.4 Menentukan Debit Puncak Limpasan (Q)
Menentukan debit puncak menggunakan rumus:
Q = 0,00278 C.I.A (satuan A dalam km2)
Q = Debit Puncak (m3/dt)
C = Koefisien Pengaliran
I = Intentitas Curah Hujan (mm/jam)
A = Luas DTA (km2 arau ha)
Hasil perhitungan dengan rumus rasional bias dilihat pada
Tabel 4.12
53
Tabel 4.12 Tabel Jumlah Debit Rasional per Desa/Kelurahan
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitungaan diatas dapat dilihat bahwa total
ketersediaan air permukaan yakni sebesar 21,236 juta m3.
Dimana outletnya terletak di Desa Panggungrejo. Sedangkan
Desa Tlekung menampung debit paling kecil yakni sebesar
0.043 juta m3. Peta potensi air permukaan per desa/kelurahan
bias diliat di Lampiran 3.
DTA/A Intentitas Hujan Q Total Q Rasional
(Km2) (mm/jam) (m3/detik) (juta m3)
1 Junrejo 13.69 8.197 0.0482103 0.015039833 0.474
2 Tlekung 2.76 8.197 0.0217391 0.001367258 0.043
3 Dadaprejo 14.26 8.197 0.0539971 0.017546467 0.553
4 Mulyoagung 20.02 8.197 0.0515021 0.023495719 0.741
5 Sumbersekar 4.95 8.197 0.0848484 0.009570808 0.302
6 Tlogomas 21.21 8.197 0.1018387 0.049221319 1.552
7 Gading Kulon 2.15 8.197 0.0325581 0.001595134 0.050
8 Selorejo 4.58 8.197 0.0436681 0.00455753 0.144
9 Petungsewu (Dau) 5.6 8.197 0.0892857 0.011393828 0.359
10 Karangwidoro 3.23 8.197 0.114551 0.008431428 0.266
11 Kalisongo (Dau) 15.9 8.197 0.1251572 0.045347432 1.430
12 Merjosari 37.56 8.197 0.1581469 0.135358645 4.269
13 Karang Besuki 48.49 8.197 0.161889 0.178883077 5.641
14 Bandulan 88.68 8.197 0.1762516 0.356170941 11.232
15 Mulyorejo (Wagir) 18.79 8.197 0.1341138 0.057424865 1.811
16 Bakalankrajan 24.95 8.197 0.1474949 0.083858538 2.645
17 Bandungrejosari 118.08 8.197 0.1659044 0.446410067 14.078
18 Sukodadi 8.1 8.197 0.028395 0.00524115 0.165
19 Mulyorejo (Sukun) 22.95 8.197 0.1381263 0.07223685 2.278
20 Dalisodo 7.36 8.197 0.097826 0.016407101 0.517
21 Sumbersuko 4.1 8.197 0.0365853 0.003418143 0.108
22 Jedong 4.34 8.197 0.1382488 0.013672591 0.431
23 Sidorahayu 12.15 8.197 0.1209876 0.033497845 1.056
24 Petungsewu (Wagir) 9.13 8.197 0.0361445 0.007519912 0.237
25 Pandanrejo 11.36 8.197 0.0924295 0.023927023 0.755
26 Gondowangi 12.18 8.197 0.1239737 0.034409359 1.085
27 Parangargo 13.14 8.197 0.13242 0.039650501 1.250
28 Mendalan Wangi 14.12 8.197 0.223796 0.072008995 2.271
29 Babadan 4.93 8.197 0.0567951 0.006380541 0.201
30 Karang Pandan 138.17 8.197 0.1776796 0.559436833 17.642
31 Permanu 14.87 8.197 0.1170141 0.039650521 1.250
32 Kesamben 16.15 8.197 0.1201238 0.044208046 1.394
33 Kranggan 4.73 8.197 0.1331923 0.014356216 0.453
34 Jatisari 28.99 8.197 0.1400482 0.092517838 2.918
36 Ngasem 4.17 8.197 0.1151079 0.010938076 0.345
37 Panggungrejo 241.43 8.197 0.1223957 0.673375213 21.236
No Desa/Kelurahan C
54
Selain menghitung debit andalan air permukaan
menggunakan metode rasional. Dilakukan perhitungan juga
untuk debit andalan 80% sungai Metro DAM Mergan. Data debit
10 harian didapat dari BPSDA wilayah sungai Bango Gedangan.
Data yang digunakan adalah nilai debit dalam 10 tahun (2006 –
2015). Dari data tersebut diolah menjadi debit rerata kemudian
dicari peluangnya. Berikut adalah ketersediaan debit aliran
Sungai Metro pada DAM Mergan pada Tabel 4.13
Tabel 4.13 Ketersediaan Debit Aliran Sungai Metro
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas, didapatkan
bahwa ketersediaan air Sungai Metro selama 10 tahun dengan
keandalan 80% adalah 121,012 juta m3.
Dari hasil perhitungan ketersediaan air permukaan,
didapatkan bahwa hasil perhitungan air permukaan
menggunakan Metode Rasional yakni sebesar 21,236 juta m3
pada tahun 2015 sedangkan ketersediaan air sungai DAM
Mergan selama 10 tahun yakni sebesar 121,012 juta m3.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
1 9.091 6.313 7.279 7.180 6.488 5.291 3.530 2.574 2.271 1.986 1.982 8.952 12.203 66.049
2 18.182 3.641 10.547 4.750 7.534 10.972 3.203 2.969 2.486 2.473 10.972 11.511 8.968 80.024
3 27.273 36.912 8.892 8.559 8.046 6.007 6.480 7.051 8.325 7.368 5.544 5.756 5.953 114.894
4 36.364 5.277 7.481 6.874 6.781 9.041 6.897 7.374 8.176 8.764 8.994 5.892 8.265 89.815
5 45.455 8.353 7.868 9.566 5.613 7.604 6.695 5.801 5.549 7.226 6.961 7.306 6.314 84.857
6 54.545 6.045 6.303 6.193 5.759 6.625 7.127 6.170 6.908 6.277 8.281 7.448 7.696 80.831
7 63.636 5.926 5.871 6.264 6.134 7.019 6.037 6.238 5.451 6.864 8.156 7.927 7.816 79.704
8 72.727 5.560 7.602 6.264 9.428 7.444 6.793 4.398 4.274 2.954 2.390 16.217 8.974 82.298
9 81.818 12.596 11.785 11.778 19.685 8.637 5.473 3.652 4.167 4.120 4.856 14.872 29.070 130.691
10 90.909 26.198 20.297 24.164 25.495 13.229 9.738 9.256 6.801 5.583 4.758 12.901 26.386 184.807
11.682 9.393 9.159 10.096 8.187 6.197 5.548 5.441 5.362 6.289 9.878 12.164 99.397
3.450 6.347 4.610 6.351 7.086 7.189 4.622 4.306 2.604 1.650 16.621 2.945 67.780
11.189 10.948 10.675 17.634 8.398 5.737 3.801 4.188 3.887 4.363 15.141 25.051 121.012Q80%
NoPeluang
(%)Debit Bulanan (Juta m3)
Rata-Rata
Total
Q70%
55
4.3.2 Ketersediaan Air Hujan
Ketersediaan air hujan didapat dari perhitungan volume
curah hujan efektif setiap bulan yang jatuh di wliayah DAS
Metro. Perhitungan volume hujan efektif ini menggunakan
Metode Thiessen. Metode Thiessen memperhitungkan daerah
sebaran hujan yang mempengaruhi daerah sekitarnya. Dalam
analisis curah hujan efektif ini digunakan 3 stasiun hujan yang
tersebar di DAS Metro yakni Stasiun Hujan CD Kepanjen,
Stasiun Hujan Tlekung dan Stasiun Hujan Dau. Ketiga stasiun
hujan yang digunakan untuk perhitungan ini sudah cukup
mewakili sebagai penentuan besarnya ketersediaan air hujan.
Curah hujan efektif dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan
Ketersediaan air hujan efektif per desa/kelurahan di wilayah
DAS Metro dapat dilihat di Tabel 4.15
Tabel 4.14 Curah Hujan Efektif di DAS Metro
Sumber: Hasil perhitungan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
1 2006 155.2 158.5 158.2 147.3 141.3 6.5 0.3 2.6 0.0 3.3 29.1 133.3
2 2007 115.7 163.3 154.2 148.0 78.0 51.3 3.8 0.7 3.9 60.4 144.8 191.4
3 2008 143.5 158.9 176.7 93.3 25.5 0.0 0.0 0.3 3.7 48.2 145.4 152.0
4 2009 150.6 163.7 91.2 94.1 58.5 29.4 13.9 0.0 2.5 11.1 131.0 150.5
5 2010 161.5 156.1 154.0 165.3 144.7 96.8 62.4 90.6 146.2 142.3 154.7 143.8
6 2011 113.1 142.1 151.3 114.7 99.5 1.6 0.0 0.0 6.5 66.0 166.4 158.6
7 2012 153.9 146.9 159.9 36.5 86.9 17.5 2.2 0.0 0.7 79.4 105.2 168.8
8 2013 166.3 153.5 150.1 155.2 161.6 145.3 95.8 0.0 0.0 82.8 156.0 178.8
9 2014 163.2 138.5 137.7 134.2 36.0 53.0 25.8 10.3 0.0 0.0 135.7 168.2
10 2015 135.8 153.3 149.5 136.6 79.3 2.3 0.0 0.0 0.0 0.0 73.4 153.0
No. TahunCurah Hujan Efektif Bulanan (mm)
56
Tabel 4.15 Ketersediaan Air Hujan Berdasarkan CH Rerata Efektif
Luas
Km2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1 Oro Oroombo 7.315 0.993626 1.121565 1.093535 0.999542 0.579992 0.01669 0 0 0 0 0.537054 1.119217 6.46122
2 Junrejo 1.276 0.173324 0.195641 0.190752 0.174356 0.101171 0.002911 0 0 0 0 0.093682 0.195232 1.12707
3 Tlekung 7.891 1.071867 1.20988 1.179642 1.078248 0.625661 0.018004 0 0 0 0 0.579343 1.207347 6.969992
4 Dadaprejo 1.118 0.151862 0.171416 0.167132 0.152767 0.088644 0.002551 0 0 0 0 0.082082 0.171057 0.987511
5 Mulyoagung 2.269 0.308207 0.347892 0.339198 0.310043 0.179904 0.005177 0 0 0 0 0.166586 0.347164 2.004171
6 Sumbersekar 5.354 0.727256 0.820897 0.800381 0.731586 0.424508 0.012216 0 0 0 0 0.393081 0.819178 4.729101
7 Kucur 48.51 6.58931 7.437747 7.251861 6.628543 3.84626 0.110681 0 0 0 0 3.561515 7.422176 42.84809
8 Tlogomas 4.624 0.628097 0.70897 0.691251 0.631836 0.366628 0.01055 0 0 0 0 0.339486 0.707486 4.084304
9 Gading Kulon 3.605 0.489682 0.552733 0.538919 0.492597 0.285833 0.008225 0 0 0 0 0.264672 0.551576 3.184238
10 Landungsari 4.296 0.583543 0.65868 0.642218 0.587018 0.340621 0.009802 0 0 0 0 0.315404 0.657301 3.794587
11 Selorejo 3.756 0.510193 0.575885 0.561492 0.51323 0.297806 0.00857 0 0 0 0 0.275759 0.574679 3.317614
12 Petungsewu 1.975 0.268272 0.302815 0.295247 0.26987 0.156594 0.004506 0 0 0 0 0.145001 0.302181 1.744485
13 Karangwidoro 4.271 0.580147 0.654847 0.638481 0.583601 0.338639 0.009745 0 0 0 0 0.313569 0.653476 3.772505
14 Kalisongo 4.51 0.612612 0.691491 0.674209 0.616259 0.357589 0.01029 0 0 0 0 0.331116 0.690044 3.98361
15 Merjosari 3.791 0.514947 0.581251 0.566724 0.518013 0.300581 0.00865 0 0 0 0 0.278328 0.580034 3.348529
16 Ketawanggede 0.82 0.111384 0.125726 0.122584 0.112047 0.065016 0.001871 0 0 0 0 0.060203 0.125462 0.724293
17 Sumbersari 1.165 0.158247 0.178622 0.174158 0.159189 0.09237 0.002658 0 0 0 0 0.085532 0.178248 1.029026
18 Oro-oro Dowo 0.535 0.072671 0.082028 0.079978 0.073104 0.042419 0.001221 0 0 0 0 0.039279 0.081857 0.472557
19 Gading Kasri 0.923 0.125375 0.141518 0.137981 0.126121 0.073183 0.002106 0 0 0 0 0.067765 0.141222 0.815271
20 Bareng 1.086 0.147516 0.16651 0.162348 0.148394 0.086107 0.002478 0 0 0 0 0.079732 0.166161 0.959246
21 Kauman 0.558 0.075795 0.085555 0.083417 0.076247 0.044243 0.001273 0 0 0 0 0.040967 0.085376 0.492872
22 Kasin 0.982 0.133389 0.150564 0.146801 0.134183 0.077861 0.002241 0 0 0 0 0.072097 0.150249 0.867385
23 Karang Besuki 2.331 0.316629 0.357398 0.348466 0.318514 0.18482 0.005318 0 0 0 0 0.171138 0.35665 2.058934
24 Pisangcandi 3.184 0.432496 0.488184 0.475983 0.435071 0.252453 0.007265 0 0 0 0 0.233763 0.487162 2.812375
25 Bandulan 2.402 0.326273 0.368284 0.35908 0.328216 0.19045 0.00548 0 0 0 0 0.17635 0.367513 2.121647
26 Mulyorejo 2.863 0.388893 0.438967 0.427996 0.391208 0.227001 0.006532 0 0 0 0 0.210196 0.438048 2.528841
27 Kel. Sukun 1.252 0.170064 0.191962 0.187164 0.171077 0.099269 0.002857 0 0 0 0 0.09192 0.19156 1.105871
28 Bakalankrajan 2.23 0.30291 0.341913 0.333367 0.304713 0.176812 0.005088 0 0 0 0 0.163722 0.341197 1.969723
Desa/KelurahanNo TotalBulan (mm)
57
29 Bandungrejosari 2.302 0.31269 0.352952 0.344131 0.314552 0.182521 0.005252 0 0 0 0 0.169009 0.352213 2.033319
30 Gadang 1.009 0.137057 0.154704 0.150838 0.137873 0.080002 0.002302 0 0 0 0 0.074079 0.15438 0.891233
31 Kebonsari 1.197 0.162593 0.183529 0.178942 0.163561 0.094908 0.002731 0 0 0 0 0.087882 0.183145 1.057291
32 Sukodadi 8.302 1.127694 1.272896 1.241083 1.134409 0.658249 0.018942 0 0 0 0 0.609518 1.270231 7.333021
33 Mulyorejo 4.132 0.561266 0.633535 0.617701 0.564608 0.327618 0.009428 0 0 0 0 0.303364 0.632208 3.649728
34 Dalisodo 7.881 1.070508 1.208346 1.178147 1.076882 0.624869 0.017981 0 0 0 0 0.578609 1.205817 6.961159
35 Sumbersuko 13.109 1.780649 2.009924 1.959692 1.791251 1.039386 0.02991 0 0 0 0 0.962439 2.005716 11.57897
36 Jedong 3.439 0.467133 0.527281 0.514103 0.469915 0.272671 0.007846 0 0 0 0 0.252485 0.526177 3.037613
37 Sidorahayu 4.699 0.638284 0.720469 0.702463 0.642085 0.372574 0.010721 0 0 0 0 0.344992 0.718961 4.15055
38 Petungsewu 3.307 0.449203 0.507042 0.49437 0.451878 0.262205 0.007545 0 0 0 0 0.242794 0.505981 2.921019
39 Pandanrejo 2.751 0.37368 0.421794 0.411253 0.375904 0.218121 0.006277 0 0 0 0 0.201973 0.420911 2.429913
40 Gondowangi 4.675 0.635024 0.71679 0.698875 0.638805 0.370671 0.010667 0 0 0 0 0.34323 0.715289 4.129351
41 Parangargo 1.969 0.267457 0.301895 0.29435 0.26905 0.156118 0.004492 0 0 0 0 0.14456 0.301263 1.739186
42 Sitirejo 2.146 0.2915 0.329033 0.32081 0.293235 0.170152 0.004896 0 0 0 0 0.157555 0.328344 1.895527
43 Mendalan Wangi 4.159 0.564934 0.637675 0.621738 0.568297 0.329759 0.009489 0 0 0 0 0.305346 0.636339 3.673577
44 Balesari 8.402 1.141278 1.288228 1.256032 1.148073 0.666178 0.01917 0 0 0 0 0.616859 1.285531 7.42135
45 Babadan 12.305 1.671438 1.886652 1.8395 1.68139 0.975639 0.028075 0 0 0 0 0.90341 1.882702 10.86881
46 Kesamben 3.139 0.426383 0.481284 0.469256 0.428922 0.248885 0.007162 0 0 0 0 0.23046 0.480276 2.772628
47 Kranggan 6.128 0.832391 0.939569 0.916087 0.837347 0.485877 0.013982 0 0 0 0 0.449906 0.937602 5.412763
48 Banjarsari 3.445 0.467948 0.528201 0.515 0.470735 0.273147 0.00786 0 0 0 0 0.252926 0.527095 3.042912
49 Ngasem 2.508 0.340672 0.384537 0.374926 0.3427 0.198854 0.005722 0 0 0 0 0.184133 0.383732 2.215276
50 Kebonagung 4.208 0.57159 0.645187 0.629063 0.574993 0.333644 0.009601 0 0 0 0 0.308944 0.643837 3.716858
51 Wadung 4.826 0.655535 0.739942 0.721449 0.659438 0.382644 0.011011 0 0 0 0 0.354316 0.738392 4.262727
52 Jatisari 6.317 0.858064 0.968548 0.944341 0.863173 0.500862 0.014413 0 0 0 0 0.463783 0.96652 5.579703
53 Kendalpayak 1.838 0.249663 0.28181 0.274766 0.251149 0.145731 0.004194 0 0 0 0 0.134943 0.28122 1.623475
54 Permanu 4.865 0.660833 0.745921 0.727279 0.664767 0.385736 0.0111 0 0 0 0 0.357179 0.74436 4.297175
55 Genengan 2.224 0.302095 0.340993 0.33247 0.303894 0.176336 0.005074 0 0 0 0 0.163282 0.340279 1.964423
56 Karang Duren 2.069 0.281041 0.317227 0.309299 0.282714 0.164047 0.004721 0 0 0 0 0.151902 0.316563 1.827514
57 Pakisaji 2.635 0.357923 0.404009 0.393912 0.360054 0.208924 0.006012 0 0 0 0 0.193457 0.403163 2.327453
58 Sutojayan 2.95 0.40071 0.452306 0.441002 0.403096 0.2339 0.006731 0 0 0 0 0.216584 0.451359 2.605687
59 Karang Pandan 1.731 0.235129 0.265404 0.258771 0.236529 0.137247 0.003949 0 0 0 0 0.127087 0.264848 1.528964
60 Glanggang 2.13 0.289327 0.32658 0.318418 0.291049 0.168883 0.00486 0 0 0 0 0.156381 0.325896 1.881394
61 Mojosari 3.304 0.448796 0.506582 0.493922 0.451468 0.261967 0.007538 0 0 0 0 0.242574 0.505522 2.918369
58
62 Curugrejo 1.414 0.192069 0.2168 0.211382 0.193213 0.112113 0.003226 0 0 0 0 0.103813 0.216346 1.248963
63 Jatirejoyoso 3.312 0.449882 0.507809 0.495118 0.452561 0.262602 0.007557 0 0 0 0 0.243161 0.506746 2.925436
64 Ngdilangkung 2.175 0.295439 0.33348 0.325145 0.297198 0.172451 0.004963 0 0 0 0 0.159684 0.332782 1.921142
65 Sukoraharjo 2.779 0.377483 0.426087 0.415438 0.37973 0.220341 0.006341 0 0 0 0 0.204029 0.425195 2.454645
66 Dilem 2.37 0.321927 0.363378 0.354296 0.323843 0.187913 0.005407 0 0 0 0 0.174001 0.362617 2.093382
67 Talangagung 3.63 0.493078 0.556566 0.542656 0.496013 0.287815 0.008282 0 0 0 0 0.266508 0.555401 3.20632
68 Ardirejo 1.326 0.180116 0.203308 0.198226 0.181188 0.105136 0.003025 0 0 0 0 0.097352 0.202882 1.171234
69 Kel. Kepanjen 2.291 0.311196 0.351265 0.342486 0.313049 0.181649 0.005227 0 0 0 0 0.168201 0.35053 2.023603
70 Cepokomulyo 1.019 0.138415 0.156237 0.152332 0.139239 0.080794 0.002325 0 0 0 0 0.074813 0.15591 0.900066
71 Panggungrejo 2.047 0.278052 0.313854 0.30601 0.279708 0.162302 0.00467 0 0 0 0 0.150287 0.313197 1.808082
72 Mangunrejo 3.626 0.492534 0.555953 0.542058 0.495467 0.287498 0.008273 0 0 0 0 0.266214 0.554789 3.202787
73 Jatikerto 2.828 0.384139 0.4336 0.422764 0.386426 0.224226 0.006452 0 0 0 0 0.207627 0.432692 2.497926
74 Slorok 1.099 0.149282 0.168503 0.164292 0.15017 0.087137 0.002507 0 0 0 0 0.080687 0.16815 0.970729
75 Ngebruk 0.925 0.125647 0.141825 0.13828 0.126395 0.073341 0.00211 0 0 0 0 0.067912 0.141528 0.817037
295.834 261.3054
59
Berdasarkan hasil perhitungan curah hujan efektif rerata
bulanan 10 tahun terakhir (2006 – 2015) didapatkan bahwa
jumlah ketersediaan air hujan efektif total di wilayah DAS Metro
tahun 2015 yakni sebesar 261,31 juta m3. Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa Desa kucur yang merupakan desa paling luas
dengan luas wilayah 48,51 Km2, memiliki ketersediaan air hujan
paling tinggi yakni sebesar 42,85 juta m3. Sedangkan Kelurahan
Oro-oro Dowo yang meiliki luas paling kecil yakni dengan luas
wilayah 0,54 Km2, memiliki ketersediaan air hujan sebesar 0,48
juta m3.
4.3.3 Total Ketersediaan Air
Total ketersediaan air di DAS Metro di tahun 2015
didapatkan dari hasil perhitungan air permukaan dengan
metode rasional dan perhitungan air hujan dengan metode
poligon thiessen. Total ketersediaan air permukaan yakni
21,236 juta m3 dan ketersediaan air hujan sebesar 261,61 juta
m3. Hasil perhitungan 2 metode diatas tidak bisa ditotal menjadi
satu sebagai ketersediaan air di DAS Metro. Karna air
permukaan sendiri adalah bagian dari air hujan
60
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Ketersediaan Air
Permukaan dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis
di DAS Metro, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ketersediaan air permukaan di DAS Metro dengan
Metode Rasional tahun 2015 yakni sebesar 21,236 juta
m3.
2. Dengan Outlet Pangungrejo didapatkan air permukaan
paling besar yakni sebesar 21,236 juta m3 sedangkan air
permukaan paling kecil didapatkan di Outlet Tlekung
yakni sebesar 0.043 juta m3.
3. Ketersediaan air hujan berdasarkan curah hujan efektif di
DAS Metro adalah sebesar 261,61 juta m3.
4. Desa Kucur memiliki ketersediaan air hujan terbesar
yakni 42,85 juta m3. Sedangkan Kelurahan Oro-oro
Dowo memiiliki ketersediaan air terkecil yakni sebesar
0,48 juta m3.
5.2 Saran
Adapun yang dapat disarankan dari penelitian ini adalah:
1. Penggunaan Rumus Rasional Modifikasi untuk
menghitung ketersediaan air permukaan, dimana Rumus
Rasional Modifikasi mempertimbangkan pengaruh
tampungan dalam memperkirakan debit limpasan dan
konsentrasi curah hujan terjadi lebih lama, sehingga
diharapkan hasil yang dihasilkan lebih valid.
2. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik apabila
ketersediaan air permukaan disertai analisa untuk
kebutuhan air.
62
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi Dan Pengelolaan Aliran
Sungai. Gajah Mada University Press: Yogyakarta
Budiyanto, Eko. 2002. Sistem Informasi Geografis
Menggunakan ArcView GIS. Andi: Yogyakarta.
Budiyanto, Eko. 2010. Sistem Informasi Geografis
Menggunakan Arcview GIS: Andi Yogyakarta
Kaiser, Godschalk, Chaplin. 1995. Urban land Use planning.
University of llinois Press: Illinois
Kondoatie, R.J dan Sjarief, Rustam, 2005. Pengelolaan
Sumber Daya Air Terpadu. Andi: Yogyakarta
Mock, F.J, 1973. Land Capability Appraisal Indonesia, edisi
pertama, Food And Agriculture Organization. Bogor.
Montarcih, Lily. Hidrologi Praktis. Penerbit CV Lubuk Agung:
Bandung
Paimin, Sukresna dan Purwanto. 2006. Sidik Cepat Degradasi
Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS). Pusat
63
Penelitian Pengembangan Hutan dan Konservasi
Alam. Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan.
Bogor.
Pardede, F. A., dan Warnars, S. 2006. Pemanfaatan Teknologi
Sistem Informasi Geografis Untuk Menunjang
Pembangunan Daerah. Universitas Budi Luhur.
Jakarta.
Prahasta, Eddy. 2004. Membangun Aplikasi Web-Bases GIS
dengan MapServer. Penerbit Informatika: Bandung.
Prastowo. 2010. Kajian Daya Dukung Lingkungan Daerah
Aliran Sungai. Paper: “ Workshop Daya Dukung
Lingkungan “. Kementrian Lingkungan Hidup RI.
Jakarta.
Soemanto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Penerbit Usaha
Nasional: Surabaya.
Sosrodarsono, S. 1977. Hidrologi untuk Pengairan. Penerbit
Pradnya Paramita: Jakarta
Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air.
Penerbit Andi: Yogyakarta.
64
LAMPIRAN
65
Lampiran 1 Peta Jenis Tanah
66
Lampiran 2 Peta Penggunaan Lahan
67
Lampiran 3 Peta Overlay Nilai C Tata Guna Lahan dan Jenis Tanah
68
Lampiran 4 Peta Titik Potensi Air Permukaan
69
Lampiran 5. Data Debit 10 harian Sungai Metro
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
I 2.123 1.406 18.883 1.660 2.870 2.140 2.127 2.028 9.542 6.224
II 2.825 1.088 18.845 2.012 3.182 2.169 2.169 2.048 2.271 11.053
III 2.123 1.584 3.615 2.239 3.304 2.462 2.342 2.152 2.295 12.067
I 2.491 1.942 3.615 3.236 3.033 3.092 2.140 2.923 3.485 6.467
II 2.825 8.894 5.745 3.188 3.182 2.878 2.679 3.082 5.675 8.700
III 3.711 2.243 1.666 2.853 3.542 1.846 2.462 3.422 5.454 10.002
I 2.109 1.411 1.666 2.412 3.760 2.286 2.308 2.308 3.374 5.164
II 3.324 1.962 3.673 2.696 4.094 2.231 2.291 2.291 4.305 9.887
III 2.609 1.948 4.247 2.591 2.861 2.420 2.417 2.417 5.514 12.015
I 2.491 2.779 3.413 2.804 2.295 2.113 2.003 1.601 5.718 11.052
II 2.873 2.779 2.954 2.452 2.597 2.371 2.261 7.964 7.564 12.615
III 2.145 3.161 2.946 2.592 1.605 2.182 2.072 1.347 9.502 5.842
I 2.109 1.256 2.792 3.111 3.094 2.385 2.275 2.984 2.787 5.932
II 1.599 1.502 3.077 3.676 3.056 2.622 2.512 2.816 3.380 5.284
III 2.218 9.531 0.859 3.340 2.367 2.413 2.313 2.538 3.506 3.602
I 1.776 1.384 1.706 3.340 2.842 2.612 2.708 2.708 1.796 4.386
II 1.253 1.207 3.070 2.205 2.395 3.073 2.542 2.542 2.329 3.442
III 1.057 1.116 2.724 2.438 2.512 2.564 2.612 2.612 2.209 3.442
I 0.934 1.019 2.760 2.672 2.372 2.265 2.255 1.860 1.494 4.386
II 1.004 0.938 2.543 2.462 2.201 2.160 2.049 1.533 1.350 3.442
III 0.945 1.368 2.595 3.125 1.924 2.486 2.683 1.533 1.246 2.539
I 0.925 0.936 3.059 3.127 2.032 2.455 2.132 1.463 1.463 2.539
II 0.822 0.926 3.196 2.745 2.108 2.455 1.998 1.464 1.626 2.539
III 0.797 0.923 3.070 3.286 2.075 2.827 1.975 1.860 1.579 2.539
I 0.730 1.013 2.880 3.381 3.032 2.458 2.872 1.015 1.517 2.216
II 0.902 0.932 3.053 3.381 2.703 2.503 2.543 1.015 1.627 2.216
III 0.667 0.917 2.595 3.381 2.629 2.304 2.529 1.389 1.626 2.030
I 0.740 1.256 2.661 3.104 2.372 2.503 3.138 0.769 1.613 1.776
II 0.740 1.502 2.304 3.159 3.202 3.242 2.988 0.938 1.865 1.776
III 0.740 9.531 1.245 3.811 2.223 3.530 3.009 0.970 1.962 1.776
I 0.639 1.963 2.276 1.833 3.428 3.346 3.147 1.445 3.612 4.980
II 0.824 3.397 2.230 2.131 2.774 3.346 3.256 4.501 4.443 5.459
III 8.898 7.962 2.156 2.855 2.254 1.928 2.772 12.824 9.158 4.494
I 0.918 1.721 2.362 2.723 2.514 3.346 3.110 2.578 10.934 8.109
II 6.284 4.632 2.489 3.159 2.459 3.346 3.160 1.991 13.335 11.406
III 6.466 3.692 1.817 3.375 2.099 1.928 2.485 5.482 8.291 10.039
Data Debit Sungai Metro
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Debit Sungai Metro (m3/dtk)Bulan Periode
Sumber: BPSDA Bango Gedangan
70
Lampiran 6. Data Curah Hujan 10 Harian Stasiun CD Kepanjen
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jan 1 167 131 12 0 98 0 117 166 97 33
2 124 9 64 20 51 0 54 64 67 104
3 66 143 146 85 220 0 21 111 71 179
Feb 1 113 172 184 82 187 170 30 213 69 151
2 115 173 61 110 179 43 22 54 14 77
3 67 106 111 159 42 38 33 32 72 60
Mar 1 195 16 156 75 109 0 248 166 12 65
2 261 72 51 5 113 0 83 89 57 91
3 70 308 437 92 174 0 65 73 9 107
Apr 1 76 30 155 124 120 0 0 97 58 110
2 166 49 29 94 67 0 0 229 24 70
3 65 150 18 21 173 0 0 31 13 51
Mei 1 171 2 33 0 164 28 58 183 9 91
2 0 137 0 0 125 12 31 235 11 18
3 212 122 0 0 55 0 41 314 0 5
Jun 1 0 102 0 0 106 0 0 126 31 0
2 0 3 0 0 57 0 10 34 28 0
3 0 27 0 0 68 0 0 117 32 0
Jul 1 1 0 0 0 84 0 0 27 0 0
2 0 11 0 0 4 0 2.5 7 0 0
3 0 0 0 16 62 0 0 15 0 0
Agu 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 2 0 0 42 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 60 0 0 0 0 0
Sep 1 0 0 6 0 36 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 232 0 2 0 0 0
3 0 0 0 0 85 0 0 0 0 0
Okt 1 0 43 0 0 83 0 26 0 0 0
2 0 25 0 3 42 15 3 17 0 0
3 0 82 52 8 222 133 151 48 0 0
Nov 1 11 226 99 1 191 223 5 40 9 10
2 22 30 212 24 19 128 14 109 129 0
3 21 0 106 140 94 90 116 118 94 0
Des 1 40 393 86 191 45 81 210 113 168 35
2 54 443 100 0 71 138 228 200 168 99
3 81 323 67 170 125 321 124 254 204 29
2098 3330 2185 1420 3605 1420 1694.5 3282 1446 1385
Bulan PeriodeTahun
Total Sumber: BPSDA Bango Gedangan
71
Lampiran 7. Data Curah Hujan 10 Harian Stasiun Tlekung
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jan 1 106 15 109 83 142 89 208 104 163 10
2 34 5 27 103 115 32 95 173 61 82
3 71 60 79 166 98 61 95 135 137 89
Feb 1 60 172 134 112 61 95 147 10 30 133
2 112 35 112 82 181 33 77 228 4 181
3 168 139 99 175 74 35 68 72 89 54
Mar 1 36 45 97 70 80 90 97 69 57 105
2 68 73 68 0 15 74 111 143 128 74
3 99 137 258 4 74 261 113 0 9 16
Apr 1 100 118 23 13 147 127 26 95 8 42
2 71 112 16 16 170 73 0 167 92 114
3 38 30 13 0 141 10 5 0 48 58
Mei 1 46 0 7 42 52 127 88 0 0 70
2 0 0 0 57 32 73 1 7 0 14
3 72 0 0 3 61 4 1 176 4 0
Jun 1 0 0 0 0 3 0 0 160 0 2
2 0 5 0 6 10 0 0 15 0 0
3 0 0 0 0 0 0 36 3 11 0
Jul 1 0 0 0 0 18 0 0 32 4 0
2 0 0 0 0 0 0 0 73 40 0
3 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0
Agu 1 0 0 0 0 1 0 0 0 7 0
2 0 0 0 0 10 0 0 0 0 0
3 0 0 1 0 52 0 0 0 0 0
Sep 1 0 4 2 0 19 0 0 0 0 0
2 0 0 0 8 67 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 34 0 0 0 0 0
Okt 1 0 19 0 0 57 27 21 0 0 0
2 0 0 0 11 49 32 13 0 0 0
3 0 3 21 0 37 0 3 105 0 0
Nov 1 0 92 35 0 141 250 0 47 36 49
2 15 22 13 50 25 88 52 106 43 73
3 0 0 102 113 111 53 71 92 30 47
Des 1 71 117 112 1 136 28 51 175 93 80
2 35 33 169 21 74 90 166 217 130 112
3 110 214 31 132 48 126 82 77 135 82
1312 1450 1528 1268 2346 1878 1627 2481 1359 1487
Bulan PeriodeTahun
Total Sumber: BPSDA Bango Gedangan
72
Lampiran 8. Data Curah Hujan 10 Harian Stasiun Dau
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jan 1 172 13 74 132 144 107 115 192 353 21
2 70 16 42 66 72 78 88 152 69 73
3 90 58 117 124 154 88 82 147 135 0
Feb 1 80 132 126 112 69 90 129.6 121 97 81
2 158 147 47 39 89 113 148 63 120 81
3 135 67 141 291 45 35 65 61 127 34
Mar 1 72 29 121 48 193 98 140 70 80 125
2 76 76 118 22 44 99 90 76 181 43
3 102 112 233 12 57 188 96 62 89 114
Apr 1 102 137 35 26 168 110 59 81 115 78
2 86 68 39 18 145 123 19 178 118 43
3 4 29 7 24 82 22 10 22 114 38
Mei 1 55 0 25 32 42 116 91 0 18 60
2 0 0 14 41 25 20 0 48 56 20
3 78 0 0 26 117 0 0 106 17 0
Jun 1 20 7 0 0 42 5 0 125 58 5
2 0 0 0 88 33 0 0 71 2 0
3 0 19 0 0 30 0 9 34 10 0
Jul 1 0 0 0 26 9 0 0 41 4 0
2 0 0 0 0 10 0 4 130 33 0
3 0 0 0 0 7 0 0 33 2 0
Agu 1 0 0 0 0 0 0 0 0 25 0
2 8 0 0 0 19 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 145 0 0 0 0 0
Sep 1 0 8 3 0 23 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 127 20 0 0 0 0
3 0 0 0 0 66 0 0 0 0 0
Okt 1 0 0 24 0 68 0 18 0 0 0
2 10 0 3 0 44 13 14 0 0 0
3 0 25 57 12 45 0 24 127 0 0
Nov 1 11 190 0 5 211 220 40 73 47 16
2 0 102 36 100 18 103 63 149 138 39
3 10 17 74 128 79 86 40 196 67 28
Des 1 39 93 68 65 85 25 117 254 195 146
2 35 124 159 0 54 97 165 175 108 132
3 115 213 19 177 35 88 159 145 85 132
1528 1682 1582 1614 2596 1944 1786 2932 2463 1309
Bulan PeriodeTahun
Total Sumber: BPSDA Bango Gedangan
73
Lampiran 9. Data Curah Hujan Maximum Hujan Hujan Maksimum
St. CD Kepanjen St. Tlekung St. Dau Harian Harian Rerata
0.35 0.32 0.33 Maksimum Daerah
30 Mei 189 0 0 66.150
10 April 0 84 75 51.630
10 April 0 84 75 51.630
22 Januari 135 8 0 49.810
2 April 0 86 60 47.320
20 Desember 28 30 94 50.420
21 Maret 120 65 64 83.920
24 Maret 34 65 28 41.940
30 Maret 101 37 110 83.490
8 Desember 93 0 0 32.550
24 Februari 1 69 76 47.510
12 Juni 0 6 84 29.640
8 November 94 0 108 68.540
9 November 6 88 3 31.250
5 Maret 0 43 110 50.060
30 Desember 84 7 3 32.630
20 November 84 72 40 65.640
13 Februari 3 20 85 35.500
30 Oktober 140 0 0 49.000
1 Mei 18 83 21 39.790
13 Februari 0 46 97 46.730
19 Mei 176 7 10 67.140
17 Februari 2 100 12 36.660
26 November 29 43 85 51.960
24 Desember 83 24 12 40.690
21 Desember 0 47 28 24.280
5 Januari 0 30 100 42.600
23 Januari 95 0 0 33.250
19 Februari 0 60 15 24.150
1 Desember 0 20 65 27.850
2013 67.140
2014 42.600
2015 33.250
2010 68.540
2011 65.640
2012 49.000
2009 47.510
Kejadian Koefisien Thiessen
Tahun Tanggal Bulan
2006 66.150
2007 50.420
2008 83.920
Sumber: Hasil Perhitungan