KESANTUNAN BERBAHASA SISWA SMP NEGERI 1 BESUKI KABUPATEN TULUNGAGUNG (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh SIGIT WAHYUDI 08.073045.2110.0111 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) TRENGGALEK JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STATUS TERAKREDITASI TAHUN 2012
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KESANTUNAN BERBAHASA
SISWA SMP NEGERI 1 BESUKI KABUPATEN TULUNGAGUNG
(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)
S K R I P S I
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
SIGIT WAHYUDI
08.073045.2110.0111
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP PGRI) TRENGGALEK
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STATUS TERAKREDITASI
TAHUN 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa menunjukkan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi
seseorang dapat diidentifikasi dari perkataan yang ia ucapkan. Penggunaan
bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur, jelas dan lugas
mencerminkan pribadi penuturnya berbudi. Sebaliknya, melalui penggunaan
bahasa yang tidak santun akan mencitrakan pribadi yang tidak berbudi.
Kesantunan memperlihatkan sikap yang mengandung nilai sopan santun
atau etiket dalam pergaulan sehari-hari. Kesantunan sangat kontekstual, artinya
berlaku dalam masyarakat, tempat, atau situasi tertentu, tetapi belum tentu
berlaku bagi masyarakat, tempat, atau situasi lain. Kesantunan selalu memiliki
dua kutub, seperti antara anak dan orang tua, antara tuan rumah dan tamu,
antara pria dan wanita, antara murid dan guru, antara mahasiswa dan dosen,dan
sebagainya (Muslich, 2006:1).
Bahasa santun merupakan alat yang paling tepat dipergunakan dalam
berkomunikasi. Anak perlu dibina dan dididik berbahasa santun, sebab anak
merupakan generasi penerus yang akan hidup sesuai dengan zamannya. Bila anak
dibiarkan berbahasa tidak santun maka tidak mustahil bahasa santun yang sudah
adapun bisa hilang dan selanjutnya lahir generasi yang arogan, kasar, dan kering
dari nilai-nilai etika.
Pengamatan sementara menunjukkan bahwa akibat dari ungkapan bahasa
yang tidak santun sering sekali menyebabkan perselisihan dikalangan pelajar.
Sebaliknya, mereka yang terbiasa berbahasa santun dan sopan pada umumnya
mampu menjadi teladan bagi siswa yang lain.
Dalam tuturan siswa SMP Negeri 1 Besuki penulis sering menemukan siswa
yang menggunakan kata-kata kasar dalam bertindak tutur, sehingga melanggar
prinsip-prinsip kesantunan leech.
Salah satu fenomena kebahasaan yang penulis dapatkan adalah tuturan yang
diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki:
Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?
Siswa 2 : Beres, sing tak sinauni metu kabeh, la naanmu piye?
Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmu kok pinter timen.
Wujud Pelanggaran prinsip kesantunan berbahasadengan menggunakan tabel
Penyimpulan
Didasarkan pada Expert opinion dan Depenability
Temuan Penelitian
Pelanggaran maksim kerendahan hati Pelanggaran maksim kesepakatan Pelanggaran maksim kesimpatian
Gambar 3.1. Alur analisis data model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:92)
Penjelasan gambar 3.1 :
Tahap pertama pengambilan sumber data dari tuturan siswa SMP Negeri 1
Besuki yang telah direkam melalui ponsel kemudian dilakukan pencatatan
lapangan untuk mencatat konteks dan data yang diperoleh.
Tahap kedua adalah mereduksi data yang telah didapat dari sumber data, data
diseleksi menurut batasan masalah kemudian data dikelompokkan menurut
pelanggaran prinsip kesantunan leech, setelah itu data diberi kode agar lebih
mudah dikenali.
Tahap Ketiga penyajian data, setelah data direduksi maka langkah selanjutnya
adalah menyajikan data kedalam bentuk tabel supaya data tersusun menurut
pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa yang menjadi batasan masalah sehingga
akan semakin mudah difahami.
Tahap Keempat setelah data disajikan penulis mengamati lagi untuk menarik
simpulan. Agar simpulan memiliki keabsahan didasarkan pada Exepert opinion
dan Dependability.
Setelah melalui tahap analisis diatas dapat ditemukan pokok masalah dalam
penelitian ini yaitu penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa yang melanggar
maksim kerendahan hati, penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa yang
melanggar maksim kesepakatan dan penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa
yang melanggar maksim kesimpatian.
3.6 Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas
dan reliabilitas. Dalam penelitian kuantitatif, kriteria utama terhadap data hasil
penelitian penelitian adalah, valid, reliabel dan obyektif. Validitas merupakan
derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang
dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data "yang
tidak berbeda" antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian (Sugioyo, 2012:117-127). Uji
keabsahan data dalam penelitian ini adalah:
a) Expert opinion, yaitu pengecekan terhadap temuan-temuan penelitian oleh
pakar yang profesional di bidang ini, yakni Dosen Pembimbing. Pada tahapan ini
dapat dilakukan perbaikan, modifikasi, atau penghalusan berdasarkan arahan atau
opini pembimbing, selanjutnya analisis yang dilakukan akan meningkatkan derajat
kepercayaan penelitian yang dilakukan.
Gambar 3.2. Expert opinion
Data Temuan
Arahan Pakar/DosenPembimbing
Revisi
Skripsi
b) Depenability
Dalam penelitian kuantitatif, depenability disebut reliabilitas. Suatu penelitian
yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses
penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak
melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti
seperti ini perlu diuji depenabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi
datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Untuk itu
pengujian depenability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah atau fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji
keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh
peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan "jejak aktivitas
lapangannya", maka depenbabilitas penelitiannya patut diragukan. Sanafiah
(Sugiyono2012: 131).
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Paparan data dan temuan penelitian merupakan tahapan untuk menjelaskan
mencatat hasil data yang diperoleh dari hasil rekaman. Inti dari semua yang akan
dibahas disini adalah berupa tuturan siswa yang melanggar prinsip kesantunan
berbahasa. Hasil dari rekaman adalah sebagai berikut.
4.1 Paparan Data
Paparan data merupakan tahapan untuk memaparkan data yang diperoleh
setelah diadakannya penelitian dan pengumpulan data di lapangan secara
langsung. Dalam mengumpulkan data penulis harus membaur dengan siswa SMP
Negeri 1 Besuki selama beberapa hari, penulis mengamati kejadian yang ada
dengan melakukan observasi, perekaman dan pembagian kuisioner kepada siswa
dan guru Bahasa Indonesia.
4.2 Pemaparan data hasil rekaman
Teknik perekaman dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh data yang sebenarnya, berupa bentuk data dalam tuturan antar siswa
dengan siswa dan siswa dengan guru/karyawan. Perekaman ini dilakukan dengan
menggunakan alat ponsel. Untuk lebih jelasnya maka penulis memaparkan hasil
rekaman tuturan siswa yang masuk kedalam kategori pelanggaran prinsip
kesantunan berbahasa dalam bentuk tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Tuturan siswa pada alat perekam
NO TANGGAL TUTURAN
1 3 Maret 2012 Siswa 1 : Wingi aku eruh Bambang numpak satria Fanyar.Siswa 2 : Gek opo kuat tuku kae, paling yo lak nyilih,kene sing numpak mobil ae ra sombong kok….
2 3 Maret 2012 Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?Siswa 2 : Beres, sing tak sinauni metu kabeh, lanaanmu piye?Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmu kok pinter timen.Siswa 2 : Halah andak garap ngono ae gak iso,kenemenen lakmu goblok.
3 3 Maret 2012 Siswa 1 : Engko tugase IPA gawanen nek ruang guruyo ?Siswa 2 : Karo kowe lo, aku ra iso gowo dewe.Siswa 1 : Aku arep nek UKS, awakku ra penak.Siswa 2 : Halah, bocah kok penyakiten.
4 5 Maret 2012 Siswa 1 : Piye lakmu melok olimpiade wingi?Siswa 2 : Pesertane pinter-pinter, aku ora oleh nomer.Siswa 1 : Kapok, goblok kemlelet melok olimpiade.Mbendino bimbingan gur bati kesel we.
5 7 Maret 2012 Siswa 1 : Bukumu ki mbok disampul, mosok lencretngono arep kok balekne.Siswa 2 : Sanguku kurang lek karo tak ngge tukusampul.Siswa 1 : Andak Sampul regane 300 ae to, jan kere…lak ra kuat tuku tak tukokne po piye?
6 9 Maret 2012 Siswa 1 : Nyapo kok metu keri?Siswa 2 : Wong pinter yo ngene iki, ra koyok kowe.Goblok metu disek, nggenah lek ngawut!
7 10 Maret 2012 Siswa 1 : Pak Mu lak ngulang jan ndak menakne,garai ngantuk.Siswa 2 : Jarene sopo? Cah gonmu pancen goblok-goblok, lak neng kelasku malah akeh guyone.
8 13 Maret 2012 Siswa 1 : Isekno tinta ne,Siswa 2 : Sik tak nek perpus balekne buku terus ngisitinta.Siswa 1 : Tintamu isinen disek nyuk, kui selak digae.
9 14 Maret 2012 Siswa 1 : Ayo nek kantine pak kiman.Siswa 2 : Cegeh, Koyok ra mbondo ae, mending nekkopsis karo golek coca cola.
10 14 Maret 2012 Siswa 1 : Hoe cah cilik, ki ra enek jujule, tak ngeipermen yo?Siswa 2 : Halah, enek-enek…. Panggah kok jujulipermen ae, sesok lak tuku dwitku tak ganti permenlo.Siswa 1 : Ojo ngewes ae, arep opo emoh?
11 15 Maret 2012 Siswa 1 : Soal matematika jan garai pusing.Siswa 2 : Bocah lak ra gelem mikir yo ngongo kui,aku garap nyantai gene yo lancar jaya.Siswa 1 : Ngono ki yo pener tenan?Siswa 2 : Ngenyek, aku pinter ora koyok kowe.
12 17 Maret 2012 Siswa 1 : Om… Jaluk dungane.Satpam : Engko yo, sik repot.Siswa 1: Jan sombong, metek dosamu, dijaluki dungoae gak gelem. Paling yo ora mandhi dongomu!
13 19 Maret 2012 Siswa 1 : Melu neng MCK njoh.Siswa 2 : Gah, cegeh mlaku aku.Siswa 1: Asem, titenono lak ngongkon aku sok.Siswa 2 : Andak rono ae ra gelem dewe. Jan koyokcah cilik ngompolo ae.
14 21 Maret 2012 Siswa : Mbak, mbalekne turahan daftar absen.Karyawan : Ora iso boso to? Kekno nek tempate.Siswa : Kesusu mbak, aku ape ulangan tak keknekene yo?
16 2 April 2012 Siswa 1 : Wes mbayar daftar ulang?Siswa 2 : Ki arep mbayar.Siswa 1 : Titip yo!Siswa 2 : Cegeh, ra iso mlaku dewe mbrangkango.Cacat po pie!Siswa 1 : Tak mbayar dewe leknu.Siswa 2 : mbok yow ngunuw ra nyusahne koncone.
17 11 April 2012 Siswa 1 : Heh, hape ku anyar!Siswa 2 : Engko eroh pak Mul lo, disita engko.Siswa 1 : Bene pameri pisan, disita paling melekhapeku. Wonge kan ra kuat tuku hape ngene ki.
18 12 April 2012 Siswa 1 : Wingi Cahyadi tibo pas mulih sekolah.Siswa 2 : Ben dirasakne numpak motor ugal-ugalanyo ngono kui.
19 19 April 2012 Siswa 1 : Nyapo gae sandal?Siswa 2 : Sepatuku durung garing kudanan wingi.Siswa 1 : Makane tuku sepatu neh kono, ancensepatu kok mek sitok, elek pisan.
4.3 Pengumpulan Data dengan Kuisioner
4.3.1. Penyajian Data tentang Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa
pada Tuturan Siswa Berdasarkan Jawaban Siswa.
Dalam penelitian ini, penulis membagikan kuisioner kepada 50 responden
dari siswa SMP Negeri 1 Besuki. Responden adalah siswa yang sering melanggar
tata tertib sekolah yang tertulis pada buku pelanggaran sekolah. Setiap responden
diwajibkan menjawab 6 pertanyaan yang telah disediakan.
Pada tabel 4.2 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari
pertanyaan pernah mengeluarkan kata cacian di sekolah. Hasil dari jawaban
responden dapat dilihat pada tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Jawaban responden berdasarkan pernah mengeluarkan kata-kata kasardisekolah
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Sering 16 32 %
2 Pernah 28 56 %
3 Tidak pernah 6 12 %
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, siswa
mengatakan sering berkata kasar disekolah sebanyak 28 siswa, siswa yang pernah
berbicara kasar sebanyak 16 siswa dan yang tidak pernah sebanyak 6 siswa.
Pada tabel 4.3 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari
pertanyaan pernah mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan kepada guru di
sekolah. Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.3 :
Tabel 4.3 Jawaban responden berdasarkan pernah mengeluarkan kata-kata yangtidak sopan kepada guru di sekolah
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Sering - -
2 Pernah 3 6 %
3 Tidak pernah 47 94 %
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, tidak
ada siswa yang menjawab sering berkata kasar kepada guru/karyawan disekolah, 3
siswa pernah berbicara kasar dan 47 siswa tidak pernah berbicara kasar kepada
guru.
Pada tabel 4.4 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari pertanyaan
pernah mengucapkan kata yang tidak santun diluar lingkungan sekolah.
Tabel 4.4 Jawaban responden berdasarkan pernah mengucapkan kata yang tidaksantun diluar lingkungan sekolah
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Sering 45 90 %
2 pernah 5 10 %
3 Tidak pernah - -
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, 45
siswa mengatakan sering berkata kasar diluar lingkungan sekolah, 5 siswa pernah
berbicara kasar dan tidak ada siswa yang tidak pernah berbicara kasar.
Pada tabel 4.5 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari
pertanyaan apakah marah jika teman kamu mengucapkan kata kasar terhadapmu.
Hasil dari jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.5 :
Tabel 4.5 Jawaban responden berdasarkan marah jika teman kamu mengucapkankata kasar
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Marah 47 94 %
2 Biasa Saja 3 6 %
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, siswa
yang akan marah jika temannya mengucapkan kata kasar terhadapnya sebanyak
47 dan 3 siswa memberi jawaban biasa saja.
Pada tabel 4.6 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari
pertanyaan pernah mendengar teman mengucapkan kata kasar atau cacian. Hasil
dari jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Jawaban responden berdasarkan pernah mendengar teman mengucapkankata kasar atau cacian
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Sering 39 78 %
2 pernah 10 20 %
3 Tidak pernah 1 2 %
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, siswa
sering mendengar temannya mengucapkan kata kasar sebanyak 39 siswa, 10 siswa
pernah mendengar dan 1 siswa mengaku tidak pernah mendengar temannya
berbicara kasar.
Pada tabel 4.7 dapat diketahui jawaban responden berdasarkan dari
pertanyaan ada pelajaran mengenai kesantuanan berbahasa di kelas. Hasil dari
jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.7 :
Tabel 4.7 Jawaban responden berdasarkan ada pelajaran mengenai kesantuananberbahasa di kelas
No. Jawaban Responden JumlahResponden
Persentase (%)
1 Ada 2 4 %
2 Tidak ada 48 96 %
Jumlah 50 100 %
Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa 50 siswa yang dijadikan responden, 2
siswa menyatakan ada pelajaran tentang kesantunan berbahasa dikelas. 48 siswa
mengatakan belum pernah ada pelajaran kesantunan.
Gambar 3.2 Pembagian Kuisioner
4.3.2. Penyajian Data tentang Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa
pada Tuturan Siswa Berdasarkan Jawaban Guru Bahasa Indonesia
Dalam penelitian ini, penulis membagikan lembar kuisioner kepada 4 orang
guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Besuki. Dimana setiap responden
diwajibkan menjawab 5 pertanyaan. Tujuan penulis membagikan lembar kuisioner
kepada guru Bahasa Indonesia mengenai kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri
1 Besuki adalah untuk mengetahui bagaimana reaksi mereka mengenai tuturan
siswa tentang kesantunan berbahasa yang siswa di lingkungan sekolah.
Tabel 4.8 respon guru Bahasa Indonesia terhadap tuturan siswa yang melanggarprinsip kesantunan.
NO PERTANYAAN RESPONDEN JAWABAN
Drs. Sirat Pernah
Murtiningsih, S.Pd. Pernah
Agus Suyuti, S.Pd. Pernah
1 Apakah Anda
pernah mendengar
tuturan kasar
siswa disekolah?
Malik Khoiriyah, S.Pd. Pernah
Drs. Sirat Tidak
Murtiningsih, S.Pd. Sering
Agus Suyuti, S.Pd. Tidak
2 Apakah sering
Anda mendengar
tuturan siswa
yang kurang
santun? Malik Khoiriyah, S.Pd. Sering
Drs. Sirat Ada
Murtiningsih, S.Pd. Ada
Agus Suyuti, S.Pd. Ada
3 Apakah ada siswa
yang
mengucapkan
tuturan tidak
santun terhadap
guru?Malik Khoiriyah, S.Pd. Ada
Drs. Sirat Semuanya terutama yanglaki-laki
Murtiningsih, S.Pd. Kelas VII dan VIII
Agus Suyuti, S.Pd. Kelas VIII
4 Kelas berapa yang
biasanya sering
mengucapkan
tuturan tidak
santun? Malik Khoiriyah, S.Pd. Kelas IX
Drs. Sirat Belum ada
Murtiningsih, S.Pd. Belum ada
Agus Suyuti, S.Pd. Belum ada
5 Apakah sudah ada
guru yang
menerapkan
pelajaran
mengenai
kesantunan
berbahasa di
sekolah ini?
Malik Khoiriyah, S.Pd. Belum ada
Dari hasil jawaban responden terhadap guru bahasa Indonesia ternyata
semuanya pernah mendengar tuturan kasar yang diucapkan siswa SMP Negeri 1
Besuki termasuk bertutur kata yang tidak santun terhadap guru. Menurut mereka
kelas VII, VIII dan IX sering menggunakan bahasa yang tidak santun dalam
bertutur kata terutama yang laki-laki. Meskipun demikian, menurut mereka belum
ada yang mencoba menerapkan pelajaran tentang kesantunan berbahasa untuk
meminimalkan tuturan yang tidak santun siswa.
4.4 Temuan Penelitian
Dalam temuan penelitian, data yang dipaparkan akan dikelompokkan sesuai
dengan maksim dan akan diberikan kode data untuk mempermudah pada
pembahasan. Pada tabel 4.1 tuturan siswa yang menggandung pelanggaran
maksim akan dianalisa.
Tabel. 4.1 Temuan data hasil rekaman
NO TANGGAL KODEDATA MAKSIM TUTURAN
1 3 Maret 2012 PMKH 1 KerendahanHati
Siswa 1 : Wingi aku eruh Bambangnumpak satria F anyar.Siswa 2 : Gek opo kuat tuku kae,paling yo lak nyilih, kene singnumpak mobil ae ra sombongkok….
2 3 Maret 2012 PMKH 2 KerendahanHati
Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?Siswa 2 : Beres, sing tak sinaunimetu kabeh, la naanmu piye?Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmukok pinter timen.Siswa 2 : Halah andak garap ngonoae gak iso, kenemenen lakmugoblok.
3 3 Maret 2012 PMS 1 Kesimpatian Siswa 1 : Engko tugase IPAgawanen nek ruang guru yo ?Siswa 2 : Karo kowe lo, aku ra isogowo dewe.Siswa 1 : Aku arep nek UKS,awakku ra penak.Siswa 2 : Halah, bocah kokpenyakiten.
4 5 Maret 2012 PMS 2 Kesimpatian Siswa 1 : Piye lakmu melokolimpiade wingi?Siswa 2 : Pesertane pinter-pinter,aku ora oleh nomer.Siswa 1 : Kapok, goblok kemleletmelok olimpiade. Mbendinobimbingan gur bati kesel we.
5 7 Maret 2012 PMKH 3 KerendahanHati
Siswa 1 : Bukumu ki mbokdisampul, mosok lencret ngonoarep kok balekne.Siswa 2 : Sanguku kurang lek karotak ngge tuku sampul.Siswa 1 : Andak Sampul regane300 ae to, jan kere… lak ra kuattuku tak tukokne po piye?
6 9 Maret 2012 PMKH 4 KerendahanHati
Siswa 1 : Nyapo kok metu keri?Siswa 2 : Wong pinter yo ngene iki,ra koyok kowe. Goblok metu disek,nggenah lek ngawut!
7 10 Maret2012
PMKS 1 Kesepakatan Siswa 1 : Pak Mu lak ngulang janndak menakne, garai ngantuk.Siswa 2 : Jarene sopo? Cah gonmupancen goblok-goblok, lak nengkelasku malah akeh guyone.
8 13 Maret2012
PMKS 2 Kesepakatan Siswa 1 : Isekno tinta ne,Siswa 2 : Sik tak nek perpusbalekne buku terus ngisi tinta.Siswa 1 : Tintamu isinen diseknyuk, kui selak digae.
9 14 Maret2012
PMKS 3 Kesepakatan Siswa 1 : Ayo nek kantine pakkiman.Siswa 2 : Cegeh, Koyok ra mbondoae, mending nek kopsis karo golekcoca cola.
10 14 Maret2012
PMKS 4 Kesepakatan Siswa 1 : Hoe cah cilik, ki ra enekjujule, tak ngei permen yo?Siswa 2 : Halah, enek-enek….Panggah kok jujuli permen ae,sesok lak tuku dwitku tak gantipermen lo.Siswa 1 : Ojo ngewes ae, arep opoemoh?
11 15 Maret2012
PMKS 5 Kesepakatan Siswa 1 : Soal matematika jan garaipusing.Siswa 2 : Bocah lak ra gelem mikiryo ngongo kui, aku garap nyantaigene yo lancar jaya.Siswa 1 : Ngono ki yo pener tenan?Siswa 2 : Ngenyek, aku pinter orakoyok kowe.
12 17 Maret2012
PMKS 6 Kesepakatan Siswa 1 : Om… Jaluk dungane.Satpam : Engko yo, sik repot.Siswa 1: Jan sombong, metekdosamu, dijaluki dungo ae gakgelem. Paling yo ora mandhidongomu!
13 19 Maret2012
PMKS 7 Kesepakatan Siswa 1 : Melu neng MCK njoh.Siswa 2 : Gah, cegeh mlaku aku.Siswa 1: Asem, titenono lakngongkon aku sok.Siswa 2 : Andak rono ae ra gelemdewe. Jan koyok cah cilikngompolo ae.
14 21 Maret2012
PMKS 8 Kesepakatan Siswa : Mbak, mbalekne turahandaftar absen.Karyawan : Ora iso boso to? Keknonek tempate.Siswa : Kesusu mbak, aku apeulangan tak kekne kene yo?
16 2 April 2012 PMKS 9 Kesepakatan Siswa 1 : Wes mbayar daftar ulang?Siswa 2 : Ki arep mbayar.Siswa 1 : Titip yo!Siswa 2 : Cegeh, ra iso mlaku dewembrangkango. Cacat po pie!Siswa 1 : Tak mbayar dewe leknu.Siswa 2 : mbok yow ngunuw ranyusahne koncone.
17 11 April2012
PMKH 6 KerendahanHati
Siswa 1 : Heh, hape ku anyar!Siswa 2 : Engko eroh pak Mul lo,disita engko.Siswa 1 : Bene pameri pisan, disitapaling melek hapeku. Wonge kan rakuat tuku hape ngene ki.
18 12 April2012
PMS 3 Kesimpatian Siswa 1 : Wingi Cahyadi tibo pasmulih sekolah.Siswa 2 : Ben dirasakne numpakmotor ugal-ugalan yo ngono kui.
Siswa 1 : Wingi aku eruh Bambangnumpak satria F anyar.Siswa 2 : Gek opo kuat tuku kae,paling yo lak nyilih, kene singnumpak mobil ae ra sombong kok….PMKH 1
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Tuturan yang diucapkan oleh kedua siswa di atas kurang enak didengar
karena mengandung sindiran. Saat siswa pertama memberitahukan bahwa ada
temannya yang mengendarai motor baru kepada siswa tapi jawaban siswa kedua
malah menyindir temannya dengan mengatakan “Gek opo kuat tuku kae” setelah
itu siswan kedua menyombongkan diri dengan mengatakan “kene sing numpak
mobil ae ra sombong kok”. Tuturan ini termasuk ke dalam Pelanggaran Prinsip
Kesantunan dengan Maksim Kerendahan Hati, karena telah meminimalkan
ketidakhormatan pada diri sendiri, dan memaksimalkan rasa hormat pada diri
sendiri.
Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yangmembicarakan hasilujian yang baru sajaselesai dikerjakan.
Siswa 1 : Piye ujianmu maeng?Siswa 2 : Beres, sing tak sinaunimetu kabeh, la naanmu piye?Siswa 1 : Ra iso blas aku. awakmukok pinter timen.Siswa 2 : Halah andak garap ngonoae gak iso, kenemenen lakmu goblok.
PMKH 2
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada prestasi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Tuturan yang diucapkan oleh salah satu siswa di atas kurang enak didengar
karena mengandung olok-olok. Saat siswa pertama bertanya kepada siswa kedua,
ia bertutur dengan santun dan baik-baik. Tetapi ternyata jawaban dari siswa kedua
tidak mengenakan karena ia menyombongkan diri, sebab dirinya sudah merasa
mampu mengerjakan soal dengan lancar. Akhirnya tuturan selanjutnya yang
dituturkan oleh siswa pertama sangatlah kasar. “kenemenen lakmu goblok!”. Dari
tuturan siswa pertama tersebut telihat sekali bahwa ia kesulitan mengerjakan soal
ujian. Lebih menyakitkan lagi, ternyata siswa kedua bukannya memberikan
semangat kepada temannya, tapi justru mengolok-olok dan menyombongkan diri.
Tuturan tersebut dikategorikan tuturan yang melanggar Maksim Kerendahan Hati.
Hari/Tanggal : Rabu, 7 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang menyuruhtemannya supayamemberi sampul padabuku yang dipinjamdari perpustakaan.
Siswa 1 : Bukumu ki mbokdisampul, mosok lencret ngono arepkok balekne.Siswa 2 : Sanguku kurang lek karotak ngge tuku sampul.Siswa 1 : Andak Sampul regane 300ae to, jan kere… lak ra kuat tuku taktukokne po piye?
PMKH 3
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Tuturan yang diucapkan oleh siswa di atas kurang enak didengar karena
mengandung olok-olok dan sindiran. Tuturan siswa pertama yang mengomentari
buku siswa kedua dijawab oleh siswa kedua dengan rendah hati tetapi siswa
pertama malah menyombongkan diri dan mengatakan bahasa yang tidak sopan
“Andak Sampul regane 300 ae to, jan kere”. Seharusnya siswa pertama kalau
mempunyai keinginan membelikan sampul siswa kedua tidak perlu
menyombongkan diri dan mengolok-olok.
Tuturan ini termasuk ke dalam Pelanggaran Prinsip Kesantunan dengan
Maksim Kerendahan Hati, karena telah meminimalkan ketidakhormatan pada diri
sendiri, dan memaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Hari/Tanggal : Jum’at, 9 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang tanyakenapa temannya keluarkelas belakangan waktuulangan harian.
Siswa 1 : Nyapo kok metu keri?Siswa 2 : Wong pinter yo ngene iki,ra koyok kowe. Goblok metu disek,nggenah lek ngawut!PMKH 4
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Ketika siswa pertama menanyakan kepada siswa kedua kenapa dia keluar
kelas belakangan waktu ulangan harian, dengan nada sombong siswa kedua
menjawab pertanyaan siswa pertama dengan kalimat “Wong pinter yo ngene iki”
dan mengucapkan kalimat yang tidak enak didengar yaitu “ra koyok kowe!
Goblok”.
Seharusnya siswa kedua tidak boleh mengucapkan hal yang demikian, karena
sangat menyakitkan hati siswa pertama apalagi dengan mengeluarkan kata
“goblok” yang sangat mengarah kepada prestasi.
Dari tuturan itu terlihat siswa kedua agak merendahkan temannya, bahwa
temannya tersebut tidak sepintar dirinya. Tuturan ini termasuk ke dalam
Pelanggaran Prinsip Kesantunan dengan Maksim Kerendahan Hati, karena telah
meminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan memaksimalkan rasa
hormat pada diri sendiri.
Hari/Tanggal : Selasa, 27 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa 1 : Heh, hape ku anyar!Siswa 2 : Engko eroh pak Mul lo,disita engko.Siswa 1 : Bene pameri pisan, disitapaling melek hapeku. Wonge kan rakuat tuku hape ngene ki.
PMKH 6
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada gengsi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesantunan dengan maksim kerendahan hati, karena telahmeminimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, danmemaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri.
Pembahasan :
Tuturan yang diucapkan oleh salah satu siswa di atas mengandung
kesombongan. Saat siswa pertama memamerkan hape barunya kepada siswa
kedua, siswa kedua memberi peringatan kalau ketahuan gurunya bisa disita
dengan nada baik-baik tapi jawaban siswa pertama malah menyombongkan diri
dengan mengatakan bahwa gurunya tidak mampu membeli hape seperti miliknya.
Tuturan tersebut dikategorikan tuturan tidak santun dan melanggar prinsip
kesantunan maksim kerendahan hati.
5.2. Pelanggaran Maksim Kesepakatan.
Bila komunikasi dalam maksim ini diharuskan untuk meminimalkan
ketidaksesuaian antara dirinya dengan yang lain. Pelaku yang menaati maksim ini
akan dicap sebagai seorang yang santun dan selalu perhatian terhadap topik yang
dibicarakan. Dalam konteks umum atau kontroversial pelaku pelanggaran
terhadap maksim ini akan mendapat cap sebagai seorang yang tidak santun dan
tidak berwawasan luas. Yang terburuk, lawan tutur akan merasa enggan
berkomunikasi dengannya.
Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yangmembicarakan caramengajar gurunya.
Siswa 1 : Pak Mu lak ngulang janndak menakne, garai ngantuk.Siswa 2 : Jarene sopo? Cah gonmupancen goblok-goblok, lak nengkelasku malah akeh guyone.
PMKS 1
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Saat siswa pertama mengeluh tentang cara mengajar seorang guru. Siswa
kedua justru menjawab dengan menghina “Cah gonmu pancen goblok-goblok”.
Tuturan tersebut kurang enak didengar. Sasaran ujarannya mengarah kepada
prestasi. Seharusnya siswa kedua, tidak boleh mengucapkan hal yang demikian,
karena sangat menyakitkan hati.
Tuturan antara siswa tesebut melanggar maksim kesepakatan, karena telah
meminimalkan kesepakatan diantara mereka, dan memaksimalkan
keidaksepakatan diantara mereka. Maksim kesepakatan menggariskan setiap
penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kesepakatan diantara mereka, dan
meminimalkan ketidaksepakatan diantara mereka. Maksim kesepakatan
diungkapkan dengan kalimat ekspresif dan asertif.
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang menyuruhtemannya untuk segeramengisi tinta.
Siswa 1 : Isekno tinta ne,Siswa 2 : Sik tak nek perpus baleknebuku terus ngisi tinta.Siswa 1 : Tintamu isinen disek nyuk,kui selak digae.
PMKS 2
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Tuturan siswa pada tuturan di atas merupakan tuturan yang kurang enak
didengar dan mengandung olok-olok. Saat siswa pertama meminta bantuan
kepada siswa kedua untuk mengisikan tinta yang akan segera dipakai untuk
menulis dipapan tulis. Siswa kedua menjawab ingin mengembalikan buku
keperpustakaan terlebih dahulu. Mendengar jawaban siswa kedua, siswa pertama
merasa kata-katanya tidak di dengarkan oleh siswa kedua. Akhirnya siswa
pertama melontarkan nada kasar dan mengolok-olok dengan menyebut siswa
pertama dengan panggilan “nyuk”. Panggilan itu sama dengan hewan munyuk
yang berarti kera. Panggilan yang diucapkan oleh siswa pertama tersebut sangat
tidak memiliki kemanusiaan, karena menyamakan antara manusia dengan hewan.
Karena itu, tuturan diatas dikategorikan sebagai tuturan yang sangat tidak santun.
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang megajaktemannya membelijajanan di kantin.
Siswa 1 : Ayo nek kantine pakkiman.Siswa 2 : Cegeh, Koyok ra mbondoae, mending nek kopsis karo golekcoca cola.
PMKS 3
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada ekonomi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Saat siswa pertama mengajak siswa kedua untuk membeli jajanan ke salah
satu kantin yang ada di sekolah. Siswa kedua justru menjawab dengan sombong
dan ucapan yang menghina “koyok ra mbondo ae”. Tuturan tersebut kurang enak
didengar karena mengandung sindiran. Sasaran ujarannya mengarah kepada
ekonomi yang seolah-olah temannya tidak memiliki uang untuk membeli jajanan
yang lebih mahal. Seharusnya siswa kedua tidak boleh mengucapkan hal yang
demikian, karena sangat menyakitkan hati siswa pertama apalagi dengan
mengeluarkan kata ‘ra mbondo’ yang sangat mengarah kepada ekonomi seseorang
yang menyatakan dia miskin.
Tuturan antara siswa pertama dan siswa kedua tesebut melanggar maksim
kesepakatan, karena telah meminimalkan kesepakatan di antara mereka, dan
memaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka. Maksim kesepakatan
menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kesepakatan
di antara mereka, dan meminimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Tuturan siswa yangmenjadi pengurusdengan siswa yangmembeli barang dikoperasi.
Siswa 1 : Hoe cah cilik, ki ra enekjujule, tak ngei permen yo?Siswa 2 : Halah, enek-enek….Panggah kok jujuli permen ae, sesoklak tuku dwitku tak ganti permen lo.Siswa 1 : Ojo ngewes ae, arep opoemoh?
PMKS 4
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Kejadian diatas terjadi di koperasi siswa saat seorang siswa sedang menjadi
petugas koperasi siswa yang melayani siswa lainnya. Saat siswa pertama
memberikan kembalian kepada siswa kedua dengan mengganti permen. Siswa
kedua tidak mau menerima permen tersebut karena sering menerima kembalian
dengan permen. Tapi jawaban siswa pertama malah sedikit tidak sopan “ojo
ngewes ae” padahal dia sedang berhadapan dengan pembeli yang seharusnya
lebih dihormati walaupun pembeli itu adik kelasnya.
Hari/Tanggal : Kamis, 15 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang mengeluhkarena tidak bisamengerjakan soal ujian.
Siswa 1 : Soal matematika jan garaipusing.Siswa 2 : Bocah lak ra gelem mikiryo ngongo kui, aku garap nyantaigene yo lancar jaya.Siswa 1 : Ngono ki yo pener tenan?Siswa 2 : Ngenyek, aku pinter orakoyok kowe.
PMKS 5
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Ketika siswa pertama mengeluarkan unek-uneknya kepada siswa kedua
tentang soal matematika yang membuatnya menjadi pusing ternyata siswa kedua
justru menjawab dengan ucapan yang menghina dan kurang enak didengar karena
mengandung sindiran. Karena mendengar ucapan siswa kedua maka membuat
siswa pertama menjadi tersindir oleh ucapan siswa pertama. Karena itu siswa
pertama menjawab dengan ucapan yang menyindir hasil pekerjaan siswa pertama
“ngono ki yo pener tenan?”. Karena mendengar ucapan yang bernada sindiran
siswa pertama, maka siswa kedua menjawab dengan nada sindiran dan sombong
“ngenyek, aku pinter ora koyok kowe”.
Hari/Tanggal : Kamis, 17 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang minta do’apada seorang satpammenjelang ujiannasional.
Siswa 1 : Om… Jaluk dungane.Satpam : Engko yo, sik repot.Siswa 1: Jan sombong, metekdosamu, dijaluki dungo ae gakgelem. Paling yo ora mandhidongomu!
PMKS 6
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Seorang siswa yang akan mengikuti ujian meminta do’a kepada satpam
disekolahnya. Ketika dia meminta do’a restu malah satpam itu menolak karena
masih sibuk. Mendengar ucapan satpam, siswa itu menjadi sangat kecewa dengan
kesal sehingga mengucapkan kalimat “Paling yo ora mandhi dongomu!.
Seharusnya siswa bersikap sopan, karena yang ia hadapi saat berbicara adalah
orang yang lebih tua yang seharusnya dihormati.
Hari/Tanggal : Senin, 19 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang memintatemannya menemani kekamar mandi.
Siswa 1 : Melu neng MCK njoh.Siswa 2 : Gah, cegeh mlaku aku.Siswa 1: Asem, titenono lakngongkon aku sok.Siswa 2 : Andak rono ae ra gelemdewe. Jan koyok cah cilik ngompoloae.
PMKS 7
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatan di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Tuturan yan diucapkan oleh kedua siswa diatas kurang sopan dan kurang
enak didengar. Saat siswa pertama meminta siswa kedua untuk mengantarkan ke
kamar kecil dengan nada menolak siswa kedua tidak mau mengantarkan. Karena
sangat kecewa dengan jawaban siswa kedua maka siswa pertama merasa marah
dan mengancam siswa kedua. Siswa kedua pun tidak terima dengan ancaman
siswa pertama maka siswa kedua mengucapkan kalimat sindiran “Jan koyok cah
cilik”. Seandainya siswa kedua menolak dengan menggunakan bahasa yang lebih
sopan maka tidak akan terjadi olok-olokan diantara mereka.
Hari/Tanggal : Rabu, 21 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang sedangmengembalikan daftarabsensi siswa padasalah satu karyawan tatausaha.
Siswa : Mbak, mbalekne turahandaftar absen.Karyawan : Ora iso boso to? Keknonek tempate.Siswa : Kesusu mbak, aku apeulangan tak kekne kene yo?
PMKS 8
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Tutuan diatas terjadi antara siswa dan salah satu karyawan di sekolah. Siswa
yang merasa karyawan masih muda maka dia seenaknya berbicara seperti dengan
temannya sendiri. Tuturan siswa diatas sangat tidak sopan karena lawan bicara dia
adalah orang yang lebih tua darinya. Seharusnya siswa tersebut mengatakan
dengan bahasa yang lebih sopan.
Tuturan siswa tesebut melanggar maksim kesepakatan, karena telah
meminimalkan kesepakatan di antara siswa dan karyawan, dan memaksimalkan
ketidaksepakatan di antara mereka. Maksim kesepakatan menggariskan setiap
penutur dan lawan tutur untuk memaksimalkan kesepakatan di antara mereka, dan
meminimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Hari/Tanggal : Senin, 2 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang menitipkanbayaran untuk daftarulang kepada siswalainnya.
Siswa 1 : Wes mbayar daftar ulang?Siswa 2 : Ki arep mbayar.Siswa 1 : Titip yo!Siswa 2 : Cegeh, ra iso mlaku dewembrangkango. Cacat po pie!Siswa 1 : Tak mbayar dewe leknu.Siswa 2 : mbok yow ngunuw ranyusahne koncone.
PMKS 9
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesepakatan, karena telahmeminimalkan kesepakatann di antara mereka,danmemaksimalkan ketidaksepakatan di antara mereka.
Pembahasan :
Dalam tuturan di atas jelas sekali melanggar maksim kesepakatan, karena
siswa pertama berusaha memaksimalkan lawan tuturnya. Namun yang terjadi
justru si lawan tutur yaitu siswa kedua justru berlaku tidak sopan.
Siswa kedua dalam tuturan di atas seharusnya tidak mengucapkan kata yang kasar
“ra iso mlaku dewe mbrangkango” dan menyebut temannya “cacat”. Tuturan
siswa kedua pasti menyakitkan siswa pertama.
5.3. Pelanggaran Maksim Kesimpatian.
Penutur yang senantiasa selalu menaati maksim ini akan dianggap sebagai
seorang yang santun dan tahu akan pentingnya sebuah hubungan antarpersonal
dan sosial. Penutur akan dianggap sebagai seorang yang pandai memahami
perasaan orang lain.
Simpati adalah suatu model kesantunan dimana setiap pelaku tutur
diwajibkan untuk ikut memahami perasaan lawan tuturnya, terutama disaat lawan
tuturnya sedang sedih karena suatu persoalan. Dengan pemahaman rasa seperti ini
diharapkan lawan tutur menjadi sedikit terhibur atau merasa nyaman saat
melakukan transaksi komunikasi sosial bersama sang pelaku tutur.
Hari/Tanggal : Sabtu, 3 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang memintatolong kepadatemannya untukmembawakan tugasIPA ke ruang guru.
Siswa 1 : Engko tugase IPA gawanennek ruang guru yo ?Siswa 2 : Karo kowe lo, aku ra isogowo dewe.Siswa 1 : Aku arep nek UKS,awakku ra penak.Siswa 2 : Halah, bocah kokpenyakiten.
PMS 1
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.
Pembahasan :
Ketika siswa pertama minta tolong kepada siswa kedua untuk membawakan
tugas dari gurunya dikarenakan dia tidak enak badan dan mau ke UKS. Tapi
jawaban dari siswa kedua malah tidak enak didengar dan tidak ada rasa simpati ke
temannya yang sedang sakit dia justru mengatakan “Halah, bocah kok
penyakiten”.
Tuturan siswa kedua tersebut melanggar maksim kesimpatian, karena peserta
pertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkan rasa antipati kepada
lawan tuturnya. Seharusnya siswa kedua tersebut memaksimalkan rasa simpati
dan meminimalkan rasa antipati saat siswa kedua mengatakan tidak enak badan.
Hari/Tanggal : Senin, 5 Maret 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang menayakankepada temannyatentang hasil olimpiadedi SMPN 1Sumbergempol.
Siswa 1 : Piye lakmu melokolimpiade wingi?Siswa 2 : Pesertane pinter-pinter, akuora oleh nomer.Siswa 1 : Kapok, goblok kemleletmelok olimpiade. Mbendinobimbingan gur bati kesel we.
PMS 2
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada prestasi.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.
Pembahasan :
Ketika siswa pertama menanyakan hasil olimpiade kepada siswa kedua.
Siswa kedua menjawab kalau dirinya tidak berhasil mendapatkan juara. Namun,
siswa pertama malah menghina dan mengolok-olok dengan sebutan “goblok”
bukannya bersimpati kepada temannya. Kata goblok merupakan salah satu kata
kasar yang sangat tidak enak didengar.
Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan dan prestasi. Tuturan
yang dituturkan oleh siswa pertama tersebut melanggar maksim kesimpatian.
Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim
kesimpatian ini mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalakn
rasa simpati, dan meminimalkan ras antipati kepada lawan tuturnya. Tuturan
siswa pertama tersebut justru sebaliknya. Yakni meminimalkan rasa simpati dan
memaksimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya.
Hari/Tanggal : Kamis, 12 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang memberikabar kepada temannyaada siswa yangkecelakaan.
Siswa 1 : Wingi Cahyadi tibo pasmulih sekolah.Siswa 2 : Ben dirasakne numpakmotor ugal-ugalan yo ngono kui.PMS 3
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.
Pembahasan :
Tuturan dua siswa diatas kurang enak didengar. Saat siswa pertama bercerita
kepada siswa kedua tentang temannya yang kecelakaan. Namun siswa kedua
justru tidak bersimpati dan mengatakan “Ben dirasakne numpak motor ugal-
ugalan yo ngono kui”.
Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan. Tuturan yang dituturkan
oleh siswa kedua tersebut melanggar maksim kesimpatian. Maksim ini
diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim kesimpatian ini
mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalakn rasa simpati, dan
meminimalkan ras antipati kepada lawan tuturnya. Tuturan siswa tersebut justru
sebaliknya. Yakni meminimalkan rasa simpati dan memaksimalkan rasa antipati
kepada lawan tuturnya.
Hari/Tanggal : Kamis, 19 April 2012Tempat : SMP Negeri 1 Besuki
Siswa yang heranmelihat temannyamemakai sandal disekolah.
1. Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan.2. Tuturan ini termasuk ke dalam pelanggaran prinsip
kesopanan dengan maksim kesimpatian, karena pesertapertuturan meminimalkan rasa simpati, dan memaksimalkanrasa antipati kepada lawan tuturnya.
Pembahasan :
Tuturan diatas tidak enak didengar seharusnya siswa pertama tidak
mengatakan “ancen sepatu kok mek sitok, elek pisan” karena tidak semua siswa
mampu memiliki sepatu lebih dari satu. Seharusnya siswa pertama bersimpati
kepada temannya yang datng ke sekolah hanya dengan memakai sandal.
Sasaran ujaran tersebut mengarah kepada perbuatan. Tuturan yang dituturkan
oleh siswa pertama tersebut melanggar maksim kesimpatian. Maksim ini
diungkapkan dengan tuturan asertif dan ekspresif. Maksim kesimpatian ini
mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk memaksimalakn rasa simpati, dan
meminimalkan rasa antipati kepada lawan tuturnya. Tuturan siswa pertama
tersebut justru sebaliknya. Yakni meminimalkan rasa simpati dan memaksimalkan
rasa antipati kepada lawan tuturnya.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Setelah melakukan observasi terhadap tuturan langsung di SMP Negeri 1
Besuki, penulis menarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1) Wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kerendahan hati yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki meliputi
kata-kata yang kurang sopan mengarah kepada kesombongan dan prestasi.
Siswa sering kali berbicara seakan dirinya yang lebih baik dari pada siswa
lainnya. Maksim Kerendahan Hati menuntut penutur untuk selalu mengurangi
pujian pada dirinya sendiri dan memaksimalkan cacian pada dirinya sendiri.
Pelaku komunikasi yang menaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang
yang rendah hati dan tidak sombong.
2) Wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kesepakatan yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki, kebanyakan
siswa menyatakan ketidaksepakatannya dengan tuturan yang kurang enak
didengar. Bila komunikasi dalam maksim kesepakatan diharuskan untuk
meminimalkan ketidaksesuaian antara dirinya dengan yang lain. Pelaku yang
menaati maksim kesepakatan akan dicap sebagai seorang yang santun dan
selalu perhatian terhadap topik yang dibicarakan. Dalam konteks umum atau
kontroversial pelaku pelanggaran terhadap maksim ini akan mendapat cap
sebagai seorang yang tidak santun dan tidak berwawasan luas. Yang terburuk,
lawan tutur akan merasa enggan berkomunikasi dengannya.
3) Wujud penyimpangan prinsip kesantunan bahasa yang melanggar maksim
kesimpatian yang diucapkan oleh siswa SMP Negeri 1 Besuki adalah ketika
siswa mengetahui temannya mendapatkan musibah bukannya bersimpati tapi
malah mengeluarkan tuturan yang bernada kurang simpati. Penutur yang
senantiasa selalu menaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang yang
santun dan tahu akan pentingnya sebuah hubungan antarpersonal dan sosial.
Penutur akan dianggap sebagai seorang yang pandai memahami perasaan
orang lain.
4) Berdasarkan data dari 50 siswa yang mengisi pada lembar kuisioner
menjawab pernah mengeluarkan kata kasar di sekolah sebanyak 56 %, 92 %
siswa tidak pernah mengucapkan kata tidak santun kepada guru disekolah, 90
% siswa sering mengucapkan kata yang kurang sopan dilingkungan luar
sekolah, 94 % akan marah jika ada temannya mengucapkan kata kasar kepada
dirinya, siswa yang sering mendengarkan temannya mengucapkan kata yang
kurang sopan sebanyak 78 % dan 96 % tidak pernah mendapatkan pelajaran
kesantunan berbahasa di kelas.
6. 2. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan simpulan yang telah penulis kemukakan
di atas, pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1) Penulis berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap realisasi
kesantunan berbahasa di lingkungan terminal, dengan kajian yang menarik,
sample yang lebih besar, dan teknik analisis yang lebih mendalam untuk
mendapatkan hasil kajian yang sempurna.
2) Seiring dengan masih jarangnya penelitian mengenai kesantunan berbahasa,
maka penelitian ini perlu mendapatkan perhatian dari para ahli bahasa.
Terutama dosen Bahasa Indonesia dari STKIP PGRI Trenggalek memberikan
bantuan demi melancarkan penelitian.
3) Berharap jika ada penelitian lanjutan, peneliti selanjutnya lebih berani
mengungkapkan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi di lapangan, tidak
terpaku pada apa yang dilihat dan didengar saja.
DAFTAR RUJUKAN
Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K.1982. Riset Kualitatif untukPendidikan. Terjemahan oleh Munandir. Jakarta: Depdikbud.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Dahlan, M.D. 1992. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalamKeluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung : Diponegoro.
Dhieni. 1989. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Harras, Kholid A. Santun Berbahasa. Bandung : Universitas PendidikanIndonesia.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia.
Lutfiah, Ida. 2007. Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Podok Pesantren SunanDrajat Banjaranyar Paciran Lamongan dalamhttp://kesantunanberbahasa.wordpress.com/bab-i-pendahuluan/. Diaksespada 1 Maret 2012.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh M.D.D. Okadari judul asli The Principles of Pragmatics. Jakarta: Penerbit UniversitasIndonesia.
Mahsun, 2005. Metode penelitian bahasa: tahapan strategi, metode dantekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muslich, Masnur. 2006. Kesantunan Berbahasa Indonesia Sebagai PembentukKepribadian Bangsadalam http//researchengingnes.com/1006masnur2.html. Diakses padatanggal 28 Maret 2012.
Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya.
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistilk Kualitatif. Bandung: Tarsito
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.Jakarta : Erlangga.
Ruhendi Saefullah, Aceng. 2003. Pragmatik Dari Morris Sampai Van Dijk DanPerkembangannya Di Indonesia. Jurnal @rtikulasi volume 3. Bandung :FPBS.
Sumarsono, dan Paina Partama. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta : PustakaPelajar dan Sabda.
Supardo, Susilo. (1988). Bahasa Indonesia dalam Kontelcs. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Tinggi: Jakarta.
Wicaksana, Muhlis Fajar. 2011. Pembinaan Bahasa Indonesia Pada MahasiswaMelalui Pengimplementasian Kesantunan Berbahasa Indonesia Yang BaikDan Benar Guna Memajukan Bahasa Persatuan Bangsa dalamhttp://muhlis-ikippgri-madiun.blogspot.com/2011/03/pembinaan-bahasa-indonesia-pada.html. diakses pada tanggal 28 Maret 2012.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.