KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK Files under Bengkel Hati | Posted by admin Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya. Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yangmenjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka itu. Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja. Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak- anaknya. [1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yangsebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain. Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit. [2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani. Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buasyang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran. [3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong. Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan oranglain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah ( harga diri) dan kebenaran. [4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yangsedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAKFiles under Bengkel Hati | Posted by admin
Meskipun banyak orang tua yangmengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi
masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan
anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.
Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari aturan agama dan
tatanan sosial, banyak orang tua mulai kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya. Tragisnya,
banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya orang tuanyalah yangmenjadi penyebab utama munculnya sikap durhaka
itu.
Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ; yang tanpa kita sadari memberi andil
munculnya sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.
Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
[1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak
Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan
gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada
bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yangsebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri,
takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.
Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita
khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap
tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya,
menampar wajahnya, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras
tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.
[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap
Pemberani.
Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan
tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap
berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong,
karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang
buasyang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.
[3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.
Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya
mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan oranglain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak
fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.
[4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya
bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya.
Misalnya si anak minta tas baru yangsedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru.
Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya, maka mereka
akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan
menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.
[5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.
Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa
atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya karena
kasihan atau agar anak segera berhenti menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan
tidak punya jati diri.
[6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran
Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-
cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali
melakukannya.
[7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi
kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya :
dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi,
ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada
pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik
[8]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar Rumah Hingga
Menemukan Yang Dicarinya.
Fenomena demikian ini banyak terjadi. Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas –
waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari
perhatian dari laki-laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang mendapatkan perhatian dari laki-laki itu,
karena sering memujinya, merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan kehormatannya demi cinta semu.
[9]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.
Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Banyak orang tua merasa telah memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang bergizi,
pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas. Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya agar
beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa, bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja.
Anak-anak juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia
akan mencarinya dari orang lain.
[10]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya
Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya. Menyangka, bila anak-anaknya baik-
baik saja dan merasa tidak perlu ada yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya, tidak
mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya. Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba,
mendapati anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba, barulah orang tua tersentak
kaget. Berusaha menutup-nutupinya serta segera memaafkannya. Akhirnya yangtersisa hanyalan penyesalan tak
berguna.
Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin kita juga tidak menyadari bila telah
melakukannya. Untuk itu, marilah berusaha untuk terus menerus mencari ilmu, terutama berkaitan dengan pendidikan
anak, agar kita terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak, yang bisa menjadi fatal akibatnya bagi masa
depan mereka. Kita selalu berdo’a, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi generasi shalih dan shalihah serta
berakhlak mulia. Wallahu a’lam bishshawab.
Home Fatherhood Kesalahan-kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak
Kesalahan-kesalahan Orangtua dalam Mendidik AnakPenilaian Pengguna: / 0
Jelek Bagus
Bottom of FormDitulis oleh Administrator Selasa, 15 Juni 2010 10:18Bila Anda berpikir apakah Anda adalah orang tua yang teladan ?. Maka jawaban Anda, pasti tentu saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih "Harimau yang memakan anaknya sendiri", atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan anak kita sendiri. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya. Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik anak Anda :
1. Kurang PengawasanMenurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies - Universitas Indiana, "Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua". Nah sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.
2. Gagal MendengarkanMenurut psikolog Charles Fay, Ph.D. "Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian - cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan", contohnya Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.
3. Jarang Bertemu MukaKesibukan orang tua membuat intensitas bertemu dengan anak sangat kurang. Anak lebih dipercayakan kepada pembantu, pengasuh anak, atau benda mati seperti televisi, vcd, dan play station. Makanya jangan heran kalau perilaku anak tidak seperti orang tuanya, tetapi meniru apa dan siapa yang lebih sering mengisi hari-harinya.
4. Terlalu Berlebihan dan Over ProtektifMenurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda. Anak juga perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas tumbuh.
5. Bertengkar Dihadapan AnakMenurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah "bertengkar" dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.
6. Tidak KonsistenAnak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.
7. Mengabaikan Kata HatiMenurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, "lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya banyak belajar
bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu".
8. Terlalu Banyak Nonton TVMenurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya iklan negatif yang tidak mendidik.
9. Segalanya Diukur Dengan MateriMenurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, "anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi". Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.
10. Bersikap Berat SebelahBeberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.
11. Tidak SehatiSeringkali ayah tidak kompak dengan ibu dalam mendidik anak. Atau mungkin orang tua sudah kompak, tetapi oma-opa/kakek-neneknya tidak demikian. Bila hal ini terjadi, maka akan membuat anak tidak respek pada didikan orang tuanya. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya lebih menghargai opa-omanya dan tidak menghargai orang tuanya. Oleh sebab itu, diskusikan hal ini ke semua anggota keluarga, terlebih yang tinggal satu rumah, agar dalam mendidik anak, selalu satu suara, satu standard, satu hati.
Dapet dari milis nih.. Terlalu bagus untuk hanya disimpan, lebih baik dishare di sini
Otak akan bertumbuh jika terus-menerus digunakan. Mengajarkan sesuatu kepada anak sejak usia dini, akan
memberikan banyak kesempatan bagi otaknya untuk berkembang.
Doronglah dan rangsanglah perkembangan sensor majemuk dan intelektual untuk menjamin lebih banyak
terjadinya interkoneksi sel otak pada anak. Kita dapat melakukan hal ini dengan menciptakan sebuah lingkungan
yang menggairahkan bagi keluarga. Yaitu dengan menciptakan suasana rumah yang kaya akan aneka warna
dan tekstur, di mana musik merupakan ciri khas yang selalu ada. Orang-orang di rumah berbicara satu sama
lain, di mana permainan untuk segala usia tak pernah berhenti, dan terdapat gelak tawa setiap hari.
Pastikan bahwa perkembangan mental anak kita adalah “padat otak”, dengan mendorong perkembangan
belahan otak kiri dan otak kanannya. Sedapat mungkin buatlah dia tertarik pada banyak subyek dan topik sejak
usia dini. Jangan biarkan dia menjadi ‘berat sebelah’. Doronglah dia agar mampu menangani berbagai kegiatan
fisik dan mental dan tekankan pentingnya memiliki banyak bakat dalam berbagai bidang. Hal ini sangat penting
dalam masa sekarang di mana dunia kerja sangat membutuhkan orang-orang yang kreatif dan serba bisa.
Suasana belajar sambil bermain membantu belajar menjadi menyenangkan. Dalam keadaan “happy”, informasi
yang diberikan akan mudah diserap oleh otak anak. Anak menjadi cerdas dan orang tuapun bangga. Pada
umumnya semua orang tua sayang banget kepada anak-anaknya (kecuali ada beberapa yang tidak sayang
karena suatu alasan tertentu!). Anak-anak penuh rasa ingin tahu. Apa saja yang dilihatnya pasti akan
ditanyakannya. Kalau bisa benda itu diutak-atik, maka dia akan mengotak-atiknya sampai puas, bahkan sampai
benda itu rusak berat.
Orang tua yang mungkin tidak mengerti, bisa menjadi marah karena benda kesayangannya rusak. Dan anak
yang merasa telah puas dengan hasil karyanya menjadi kaget dan takut sekali karena dimarahi bapaknya.
Dalam usia ini, otak anak yang penuh imaginasi dan rasa ingin tahu akan banyak membuat kesalahan dan
banyak bertanya. Jawablah setiap pertanyaan anak dengan jujur, sesuai fakta, dan happy. Wajarlah jika mereka
membuat kesalahan. Kita saja sebagai orang dewasa yang telah “makan bangku sekolahan” selama bertahun-
tahun, masih saja melakukan kesalahan. Jadi jika anak salah, ya gak apa-apa lagi…..
Seperti kata Ibu Irene, seorang praktisi Glenn Doman, mendidik anak perlu 4S, yaitu SABAR, SABAR, SABAR,
dan SABAR.
Ada juga cara lain yang bisa dilakukan yaitu jangan marahi anak pada waktu dia melakukan
kesalahan. Membacakan cerita kepada anak yang ada hubungannya dengan kesalahannya itu adalah jalan yang
lebih baik. Bacakan cerita pada saat hati anak dan orang tua lagi happy.
Nah, jika di kesempatan lain dia melakukan kesalahan yang sama lagi, bisa mengingatkan dia akan cerita itu,
dengan suara yang ramah, hati dipenuhi oleh kasih sayang, tanpa perasaan marah sedikit pun, dan muka penuh
senyum.
Orang tua adalah guru pertama dan terbaik bagi anak. Orang tua adalah teladan bagi anak. Jika ingin anak
tidak ringan tangan, maka perlakukan mereka dengan ramah. Anak adalah PENIRU yang ulung. Mereka akan
meniru dengan cepat apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Berhati-hatilah!
Mendidik anak dengan kekerasan akan menimbulkan si anak juga akan melakukan hal yang sama kepada orang
lain. Sebagai orang tua, s sangat mengerti bahwa dibutuhkan berjuta-juta kesabaran.
Menerapkan prilaku yang baik memerlukan cara yang efektif agar anak dapat memahaminya. Bukan dengan ikut
memukul, dsb.
Dengan memangku anak dan membacakan cerita itu untuknya dengan penuh kasih sayang, anak akan lebih
memahami bahwa perbuatannya tidak baik. Dia akan berprilaku baik tanpa harus dimarahi.
Bukankah ini cara yang lebih menyenangkan? Daripada menggenjot emosi buruk dan sesudah itu baru
menyesal, kenapa anak dimarahi? Jadi belajar lebih sabar dan berempati pada anak
Anak harus diajar disiplin sejak balita. Bukan hanya mulai usia 2 tahun ya.
Menerapkan displin dengan komunikasi efekfif akan sangat membantu. Ada beberapa teknik dasar untuk
berbicara pada anak.
Turunkan tubuh setinggi tubuh anak. Duduk atau berlutut, pilih yang nyaman.
Tatap mata anak. Hal ini sangat penting. Jika perlu, palingkan wajah anak dengan lembut
dengan tangan agar dia menatap langsung ke mata orangtua.
Jika anak dalam keadaan kesal / marah, usaplah punggung atau perutnya.
Berkatalah dengan suara yang tegas tapi lembut. Suara yang serius adalah suara yang
tidak tinggi.
Beri kata-kata pada anak untuk mengalirnya percakapan. Contohnya untuk anak yang
masih kecil, katakan, “Coba ikuti Ibu” dan doronglah mereka untuk mencoba. Untuk anak-anak
yang lebih besar, kita bisa berkata sesuatu yang terlihat jelas, “Kamu kelihatannya kesal” atau
“Coba kasih tahu Ibu / Ayah apa yang membuatmu kesal?” atau “Kamu tidak mau minum susu
karena apa?”
Ulangi apa yang dikatakan oleh anak. Ini menunjukkan kalau kita benar-benar
mendengarkan.
Jangan menyela. Biarkan anak mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. Katakan
kalau kita mengerti. Dan jika giliran kita tiba, anak akan berhenti bicara dan anak akan
mendengarkan.
Tetap tenang, betapa pun bergejolaknya hati kita.
Jadi, yang diperlukan di sini adalah komunikasi yang efektif. Kata-kata ancaman biasanya hanya temporer saja.
Untuk lebih membuat anak mengerti kenapa sesuatu itu tidak boleh dilakukan, lebih baik dengan cara di
atas. Ajaklah anak berkomunikasi dari hati ke hati.
Kebiasaan ini sangat bermanfaat sampai anak dewasa. Dengan kedekatan emosi antara orang tua dan anak,
maka apa pun yang menjadi keresahan hatinya, anak akan mencari orangtua untuk sharing.
Jika orang tua membentak anak, maka anak akan membentak orang tuanya dengan suara yang lebih keras. Jika
dia tidak menurut, cari tahu dan tanyakan, “Kenapa adik tidak mau melakukan apa yang Mama katakan?”
Dengan nada suara yang tetap ramah dan wajah tersenyum. Mungkin anak akan terkejut kok mamanya bisa
tetap tenang begini? Lama-lama anak akan tersentuh juga hatinya karena melihat mamanya tidak marah. Pada
saat dia mengatakan alasannya kenapa tidak menurut sama mama, bahaslah itu bersamanya. Ajaklah dia
berdiskusi seperti kita dengan seorang teman.
Anak juga merasa dihargai dan senang kalau mamanya meminta pendapatnya akan sesuatu.
MAKALAH : MENDIDIK ANAK DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN
MENDIDIK ANAK DI TENGAH TANTANGAN ZAMAN
Oleh : Daniel F. Iswahyudi, S.Th.
PENDAHULUAN
Masalah anak dan remaja masa kini sungguh kompleks. Ayah dan ibu pun harus bahu-
membahu dalam mendidik dan membina anak-anak mereka. Ibu Ani, sebut saja begitu,
tersentak saat menemukan kalimat ‘aneh’ di buku anaknya. Kalimat itu kurang lebih
begini, …”Aku mencintaimu. Nanti kita mandi bareng, baru ciuman.” Sang buah hati
masih duduk di kelas 1 SD. Wanita itu tidak membayangkan anak seusia anaknya
berpikiran seperti dalam kalimat yang ditulisnya. Tak percaya dengan ungkapan dalam
kalimat itu, Ani lalu bertanya, `’Ini tulisanmu, ya?”`’Ya, tapi disuruh (teman),” jawab si
anak. Merasa tidak puas, Ani menyampaikannya kepada guru kelas. Sang guru
mengatakan, teman anaknya itu memang suka menyuruh teman-temannya menuliskan
hal-hal semacam itu. Ani pun bertanya, “Bagaimana saya bicara ke anak saya?”
Kalau anak sudah menulis seperti itu, orang tua jangan lagi membuang waktu.
Misalnya, menunggu waktu yang dianggap tepat untuk mengatasinya. Apalagi berharap
penyelesaian dari guru di sekolah. Anak kita harus kita urus sendiri. Masalah anak dan
remaja saat ini memang berat. Orang tua sibuk dengan banyak persoalan, juga serbuan
media seperti koran, majalah, televisi, video hingga internet. Mengharapkan sekolah
untuk bisa mengatasinya, pun tidak mudah, karena umumnya sekolah lebih
mengedepankan perkembangan otak kiri.
Dalam Amsal 22:6 dikatakan “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,
maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
Ini adalah sebuah perintah dan janji yang datang dari Tuhan bagi setiap orang tua dan
para pembina anak. Perintah untuk mendidik anak dan janji bahwa pendidikan yang
dilakukan sejak dini itu akan terus tertanam hingga ia dewasa. Dan setiap orang tua
pasti merindukan anak-anaknya memiliki karakter yang baik mulai dari kecil hingga
mereka dewasa. Tetapi, mendidik anak sehingga anak menjadi seperti yang diharapkan
orang tua, bukanlah hal yang mudah. Ada tantangan yang harus dihadapi oleh orang tua
sebagai pendidik dan pembimbing anak. Tantangan itu bisa berasal dari diri orang tua
dan istri jika salah satunya secara tidak sadar melanggar aturan dalam rumah agar tidak terus-
menerus dan berdampak buruk bagi anak.
4. Pilih kasih antar saudara
Terkadang orang tua melakukan hal ini dalam keseharian, mereka melebihkan anak yang satu di
atas anak yang lain, entah karena kepandaiannya, fisiknya yang baik atau karena dia laki-laki.
Tidak adanya rasa adil antar saudara akan menyebabkan perasaan benci anak kepada
saudaranya. Memang tidak bisa dipungkiri dalam hati ada perasaan lebih kepada salah satu anak.
Akan tetapi hal ini harusnya tidak boleh ditampakkan dalam keseharian terlebih ketika anggota
keluarga sedang berkumpul. Maka sikap yang baik adalah berusaha menampakkan sikap adil
terhadap semua anak.
Sebenarnya masih banyak lagi kesalahan-kesalahan dalam pendidikan anak yang sebagian kita
tidak mengetahuinya. Memang benar kata orang bahwa belajar menjadi guru (patut diingat bahwa
orang tua adalah guru pertama bagi anak) adalah merupakan siklus yang tidak berujung. Selamat
menjadi guru sukses!
Tips-Tips Mendidik Anak Sejak Dini Dari hasil pengamatan,wawancara dengan rekan kerja dan berdasarkan pengalaman sendiri,bahwa orang tua sangat besar peranya dalam mendidik anak, terutama pada anak-anak sejak kecil. Mendidik anak sejak dini sangat menentukan bagaimana perkembangan kedewasaan anak. Sebagai orang tua apapun tingkah lakunya akan dilihat oleh anak dan dijadikan contoh perilaku anak,baik yang baik maupun yang buruk sekalipun. Karena pada dasarnya anak berumur dibawah lima tahun rasa ingin tahu dan belajarnya sangat tinggi. Daya ingat bagi anak dibawah lima tahun sangat tajam dan sebagai orang tua sudah layaknya memberikan cotoh dalam kehidupan sehari-hari pada kegiatan-kegiatan yang positif. Sebagai contoh bila orang tua suka membaca, atau suka menulis atau suka berolah raga atau suka menonton film-film barat dan sebagainya,si anakpun cenderung akan mencontohnya. Karena itu berbanggalah orang tua bila bisa melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti tersebut diatas sebagai contoh, nantinya akan menanamkan jiwa pada diri anak untuk suka menulis,menggambar,membaca dan lain-lain.
Berikut ini adalah beberapa tips mendidik anak sejak usia dini: 1.Berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari yang positif. -Membersih ruangan rumah,Biasanya anak-anak yang suka bermain-main dengan mainanya akan membuat situasi berantakan di ruangan rumah, ajarkan pada anak untuk bisa membersihkan dan merapikan sendiri setelah selesai bermain. -Membaca buku-buku bacaan. Buku-buku bacaan sebagai altenatif guru yang baik. Buku sebagai sumber ilmu yang tiada batas,banyak jenis buku yang bisa dibaca dan mebahas berbagai tema dan masalah. -Membaca Majalah atau Koran,dengan membaca koran dan majalah akan menambah wawasan pada orang tua sehingga bisa mempunyai wawasan yang lebih luas dan bisa diajarkan. -Membaca Kitab Suci.Dengan mendengarkan acaan kitab suci biasanya sianak akan memiliki spiritual yang lebih baik bila dewasa kelak. -Menulis,Anak akan memperhatikan bila orang tua sedang menulis dan akan menirunya dengan coret-coret, biasanya didinding namun sebaiknya dibuku-buku yang telah disediakan orang tua,sehingga termasuk juga mengajarkan keapian dan kebersihan. -Bagi keluarga yang punya halaman berumput, biasanya setiap bulan sekali rumput akan jadi panjang dan tidak beraturan, maka anak bisa diajari juga bagaimana merapikan halaman. -Mencuci kendaraan,baik motor maupun mobil bila tidak terlalu kotor bisa dicuci sendiri dirumah, sekaligus mengajarkan anak bagaimana memperlakukan kendaraan. -Mengajak kebengkel, biasanya anak akan senang bila diajak ikut serta kebengkel,dan biasanya akan menambah ide bagi si anak untuk lebih mengenal jenis kendaraan bermotor,bisa juga nanti menjadi idola sianak untuk berwiraswasta dengan membuka bengkel dan lain-lain.
2.Berikan contoh untuk mentaati waktu, Yaitu waktu bermain, waktu belajar dan waktu tidur. Biasanya anak dibawah lima tahun memerlukan waktu tidur lebih banyak dibandingkan dengan orang dewasa.Sehingga sebagai orang tua terutama Ibu harus bisa mengajarkan waktu-waktu kapan harus bermain dan kapan harus beristirahat. Hal ini dilakukan untuk kesehatan anak itu sendiri.
3.Menghindarkan anak-anak dari hal-hal yang bersifat buruk: -Bertengkar didepan anak-anak, karena dengan bertengkar didepan anak-anak secara otomatis akan memberikan contoh kekerasan dalam keluarga didepan anak, sehingga bisa menimbulkan trauma psikis pada si anak itu sendiri. -Membiarkan anak tidak disiplin, kadang didikan keras bisa membuat disiplin pada sianak,dengan dimanja anak tidak bisa mandii dan bertanggung jawab.
-Memukul anak secara langsung didepan anak-anak yang lain, akan mengakibatkan hilangnya rasa kepercayaan diri si anak. -Bila Ayah sedang keras pada anak, dalam arti tujuan mendidik si ibu tidak boleh membela si anak, sebab bila dibela si anak tidak akan jera bila melakukan kesalahan. Sebaliknya bila Si Ibu sedang keras pada anak dalam arti mendidik,Sang ayah pun tidak boleh membela kesalahan pada anak,. Sehingga terjalin kerjasama mendidik anak yang baik dan seimbang. -Jangan berikan tontonan baik berupa film-film kekerasan atau Sinotron drama yang bersifat cengeng dan mendramatisi, untuk menghindari anak dari sifat-sifat yang kurang baik dari dampak yang ditontonya. 4. Sisakan waktu bersama Anak-anak. Ditengah-tengah kesibukan sebagai orang tuan sisakan waktu untuk bermain bersama anak-anak,sehingga timbul rasa kasih sayang sekaligus pembelajaran pada anak. 5. Usia 7 tahun, bagi yang Moslem bila sampai belum Sholat ajarkan dengan sedikit keras, bisa dengan cambukan untuk mengingatkan anak agar segera sembahyang. 6. Diatas usia 7 tahun Anak akan bisa diberikan tangung jawab yang lebih,sehingga tidak terlalu merepotkan orang tua.
30 Kiat Mendidik Anak
Apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz pada seorang anak, maka selayaknya dia mendapatkan perhatian sesrius dan pengawasan yang cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala.
Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya.
Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan tanggung jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknya. Di antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai berikut:
• Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca basmalah, memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red). Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang makan.
• Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya mengunyahnya dengan baik dan jangan memasukkan makanan ke dalam mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar berhati-hati dan jangan sampai mengotori pakaian.
• Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus pakai lauk ikan, daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini untuk mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya memen-tingkan perut saja.
• Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya akan sulit bagi dia melepaskannya.
• Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan warna-warni dan bukan dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu hanya untuk kaumwanita.
• Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya mengingkarinya. Demikian juga jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka terbiasa dengan hal-hal ini.
• Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-megahan dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia memiliki akhlak buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras kepala, merasa hebat dan lain-lain, sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.
• Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur’an dan buku-buku, terutama di perpustakaan. Membaca al Qur’an dengan tafsirnya, hadits-hadits Nabi n dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Dia juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah orang-orang shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa mencintai dan menela-dani mereka. Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy’ariyah, Mu’tazilah, Rafidhah dan juga kelompok-kelompok bid’ah lainnya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-aliran sesat yang banyak ber-kembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
• Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya sekedar menuruti hawa nafsu, karena hal ini dapat merusak hati dan jiwa.
• Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair-syair tentang kezuhudan dan
akhlak mulia. Itu semua menunjukkan kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan yang indah.
• Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan segan-segan memujinya atau memberi penghargaan yang dapat membahagia-kannya. Jika suatu kali melakukan kesalahan, hendaknya jangan disebar-kan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang dilakukannya tidak baik.
• Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi di tempat yang terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-orang akan membenci dan meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi, sebab yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh lagi dengan kemarahan.
• Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam ber-komunikasi dengan anak. Jangan menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu hendaknya menciptakan perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-anak bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan dari ayah.
• Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan rasa malas (kecuali benar-benar perlu). Sebaliknya, di malam hari jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan paksakan dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan dan melemahnya kondisi badan.
• Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk karena mengakibatkan badan menjadi terlena dan hanyut dalam kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi menjadi kaku karena terlalu lama tidur dan kurang gerak.
• Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sebab ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan bahwa itu tidak baik.
• Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu pagi agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah (atau menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa menyi-bukkan diri dengan kegiatan itu.
• Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak (berkacak) pinggang seperti perbuatan orang yang membangggakan diri.
• Melarangnya dari membangga-kan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia ber-sikap tawadhu’, lemah lembut dan menghormati temannya.
• Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.
• Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari keluarga terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu adalah perbuatan mulia dan terhormat.
• Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat umum, membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama muslim dan banyak menguap.
• Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan menegakkan kaki kanan dan menghamparkan yang kiri atau duduk dengan memeluk kedua punggung kaki dengan posisi kedua lutut tegak. Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam.
• Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau dzikir kepada Allah.
• Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau dusta agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan.
• Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti melaknat atau mencaci maki. Juga dicegah dari bergaul dengan orang-orang yang suka melakukan hal itu.
• Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam kondisi sulit. Pujilah ia jika bersikap demikian, sebab pujian akan mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.
• Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk melepaskan kepenatan atau refreshing, setelah selesai belajar, membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.
• Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus diperintahkan untuk shalat dan jangan sampai dibiarkan meninggalkan bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-perintah.
• Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustadz) dan secara umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).
Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa tamyiz hingga masa-masa menjelang baligh. Uraian di atas adalah ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian, banyak di antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi pendidikan anak perempuan. Wallahu a’lam.
Dari mathwiyat Darul Qasim “tsalasun wasilah li ta’dib al abna’’” asy Syaikh Muhammad bin shalih al Utsaimin rahimahullah .
Oleh Dr Adil Syadi dan Dr Ahmad MazidDEWAN PENGURUS CABANG IKATAN WARGA SANIANGBAKA (DPC IWS) YOGYAKARTA
Hai annaku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman: 17)
Masalah Akidah
1. Ajarkan pada anak Anda kalimat tauhid dan apa yang dikandungnya berupa peniadaan (naïf) dan penetapan (itsbat). Kalimat la ilaha (tidak ada ilah), artinya peniadaan sifat uluhiyyah (keberhakan disembah) dari selain Alloh, dan illaloh (selain Alloh) adalah penetapan sifat ulluhiyyah untuk Alloh semata.2. beritahukan kepadanya kenapa kita diciptakan :“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melaikan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat [51]:56) Juga, sekaligus menunjukan kepadanya akan arti universal dalam ibadah.3. Jangan sering menakuti-nakutinya dengan neraka, siksa, kemurkaan Alloh dan hukuman-Nya, agar penyebutan Robb tidak selalu terkait dengan gambaran-gambaran yang mengerikan ini dalam pikirannya.4. Buatlah ia lebih banyak mencintai Alloh. Sebab Dialah yang menciptakan, memberi rezeki, memberi makan, minum dan pakaian kepada kita, serta menjadikan kita sebagai kaum muslim.5. Peringatkanlah ia dari berbuat kesalahan saat dalam kondisi sendiri, karena Alloh selalu melihatnya dalam setiap kondisi.6. Perbanyaklah mengucapkan lafazh-lafazh yang mengandung dzikir kepada Alloh, misalnya ba-caan ‘bismillah’ ketika hendak makan dan minum, atau saat masuk dan keluar rumah, juga ‘alhamdu-lillah’ saat selesai makan, dan ‘subhanalloh’ ketika merasa kagum, dan lafazh-lafazh lainnya.7. Tanamkan kecintaan anakmu terhadap kepriba-dian Rosul yang mulia dengan mangajarkan si-fat-sifat beliau yang baik kepadanya, membacakan kisah-kisah siroh nabawiyah dihadapannya, dan bersholawat kepada beliau tiap kali nama beliau disebut.8. Kuatkanlah keyakinan terhadap qodho’ dan qodar dalam pikirannya. Apa yang Alloh kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi.9. Ajarkan kepada anak Anda enam rukun iman.10. Ajukan berapa pertanyaan berkaitan dengan akidah kepada dirinya; siapa Robbmu? Apa agamamu? Siapa nabimu ? Kenapa kita diciptakan? Siapakah yang memberi kita rezeki, makan dan minum, serta menyembuhkan kita? Apa saja macam-macam tauhid? Apakah syirik , kekufuran dan kemunafiakn itu? Bagaimana akibat yang akan dialami oleh setiap orang musrik, kafiir dan munafik? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Masalah Ibadah
11. Ajarkan pada anak Anda lima rukun islam.12. Latihlah anak Anda mengerjakan sholat. Rosululloh bersabda :
“perintahkanlah anak-anak kalian mengerjakan sholat saat berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena meninggakannya saat berusia sepuluh tahun.”
13. Ajaklah serta anak Anda pergi ke masjid dan ajarlah ia cara berwudhu.14. Beritahukan kepadanya etika-etika di masjid, cara menghormati dan menyucikannya.15. Latihlah ia menjalankan puasa agar terbiasa saat dewasa.16. Motivasilah anak Anda untuk menghafal apa yang mudah dari Al-Quran dan hadits-hadits nabi, serta dzikir-dzikir yang shohih.17. Berilah anak Anda hadiah tiap kali menunjukan kemajuan dalam hafalan. Ibrohim dan Adham menuturkan, “Ayahku berkata kepada diriku, ‘Anakku, carilah hadits! Dan tiap kali engkau mendengar satu hadits serta menghafalnya, maka, engkau akan mendapatkan satu dirham. ‘Lantas, aku pun mencari hadits karena hal ini.”18. Jaganlah Anda terlalu membebani anak dengan banyak menghafal dan belajar, agar ia tidak mengangap hal itu sebagai hukuman, akiabatnya ia tidak suka menghafal Al-Quran.19. Ketahuilah bahwa Anda adalah teladan bagi anak-anak Anda. Sehingga, apabila Anda memandang remeh ibadah atau bermalas-malasan dan merasa berat mengerjakannya, pasti anak-anak Anda akan terpengaruh oleh Anda sendiri dalam hal itu, dan mereka akan mengangap ibadah sebagai beban, bahkan bisa jadi mereka meninggalkannya.20. Latihlah anak Anda bersedekah dan berinfak, adakalanya Anda bersedekah sementara ia melihat Anda, Atau Anda menyerahkan kepadanya seseuatu agar ia menyedahkan nya kepada orang fakir atau peminta-minta. Dan yang lebih utama lagi bila Anda mendorongnya untuk menyedahkan sebagian harta miliknya yang ia simpan.
Masalah Akhlak21. Apabila Anda menginginkan anak Anda menjadi orang jujur, maka jaganlah Anda menanamkan rasa takut dalam dirinya.22. Jujurlah Anda terlebih dahulu agar anak bisa belajar kejujuran dari diri Anda.23. Jelaskan nilai keutamaan sifat jujur dan amanah.24. Ujilah sifat amanah Anda tanpa ia menyadarinya.25. Latihlah anak Anda untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa. Demikian itu dapat Anda lakukan melalui melatihnya berpuasa atau melakukan aktivitas- aktivitas yang membutuhkan kesabaran dan kehatian-hatian.26. Berbuatlah adil di antara anak-anak, sebab hal itu merupakan sarana paling efektif untuk mengajari mereka etika keadilan.27. Latihlah anak Anda untuk berakhlak lebih mendahulukan kebutuhan orang lain (itsar) melalui sikap-sikap nyata atas kisah-kisah yang mengandung nilai keutamaan mendahulukan kebutuhan orang lain.28. Jelaskan kepada anak-anak Anda sebagai dam-pak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan menipu, curang, mencuri,dan bernohong.29. Apabila dalam beberapa peristiwa anak Anda menunjukan keberanian, maka pujilah dirinya karena hal itu dan berilah hadiah, serta teranng-kan kepadanya bahwa keberanian dilakukan saat engkau melakukan sesuatu yang benar dan sangat dibutuhkan.30. Jaganlah Anda bersikap keras, karena itu berarti Anda telah mendorongnya untuk bersikap takut, suka berbohong dan pengecut.31. Buatlah ia menyukai perilaku rendah hati, lemah lembut dan tidak sombong.32. Ajarilah ia bahwa manusia meraih keutamaan dengan ketakwaan dan amal sholih, bukan dengan garis keturunan, kemuliaan luhur dan harta.33. Ajarkan kepadanya bahwa perbuatan zholim mengakibatkan sesuatu yang teramat buruk, sikap sewenang-sewenang akan menjerumuskan pelakunya dan siakp khianat akan mengatarkan kepada kebinasaan.34. Ajarkan kepadanya sisi-sisi perberdaan antara hal-hal yang munkin tidak mereka ketahui, seperti perbedaan antara keberanian dan kecerobohan, rasa malu dan malu karena minder, rendah hati dan rendah diri, serta antara kecerdasan dan kelihaian tipu muslihat.35. Biasakanlah kedermawanan melekat pada diri anak-anak Anda dengan cara Anda bersikap dermawan di lingkungan keluarga dan suka memberikan kebaikan kepada orang lain.36. Jangan pernah Anda menyelisihi janji selamanya, khususnya kepada anak-anak Anda. Sebab, demikian itu bisa mengokohkan nilai keutamaan menepati janji dalam diri mereka.
Masalah Perilaku dan Etika
37. Ucapkanlah salam kepada anak-anak Anda.38. Jaganlah memandang remeh perbuatan mem-buka aurat dihadapan anak Anda.39. Berbuatlah baik kepada tetangga-tetangga Anda.40. Ajarkan kepada anak Anda tentang hak-hak tetangga dan bahaya menyakitinya.41. Berbaktilah terhadap kedua orang tua Anda, sambunglah hubungan dengan kerabat-kerabat Anda, dan bawalah serta anak-anak Anda dalam melakukan hal itu.42. Beritahukan kepada anak Anda bahwa orang-orang menyukai anak Anda yang sopan, yang tidak suka menyakiti orang lain.43. Tulislah surat untuk anak Anda yang berisi seputar etika,nasihat dan pesan bermakna.44. jelaskan kepada anak Anda bahwa ada beberapa perilaku yang benar-benar tidak bisa diterima dan sebutkan kepad mereka sebab-sebabnya.45. Duduklah bersama anak Anda dan untuk setiap kesempatan bacakanlah seputar adab-adab Nabi kemudian tanyakan kepada mereka tentang faedah apa yang mereka dapatkan? Bisa juga Anda atur anak Anda yang membaca, sementara Anda mendengarkan.46. Nasihatilah anak Anda secara diam-diam dan jangan menghukumnya dihadapan orang lain.47. Jaganlah banyak mencela selagi Anda mampu.48. Mintalah izin pada anak Anda sebelum masuk menemuinya, karena demikian itu merupakan sarana paling efektif untuk mengajarinya etika meminta izin.49. Jaganlah anda berasumsi bahwa anak Anda bisa memahami apa yang Anda inginkan di kali pertama. Firman Alloh :50. “Dan perintahkan lah kepada keluarga mu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakanya…”(Thoha [20]:132)51. Jangan lupa menyebut nama Alloh dengan suara yang cukup bisa didengar sebelum makan, demikian pula mengucapkan alhamdullilah seusai makan.52. Bersikaplah seakan-akan tidak mengetahui beberapa kesalahan anak Anda, dan jangan jadikan hati Anda sebagai tempat penyimpan kesalahan.53. Mintalah maaf kepada anak Anda manakala Anda melakukan kesalahan.54. Semangatilah anak Anda untuk meraih prestasi istimewa dan katakan kepada dirinya. “Aku tahu bahwa kamu anak istimewa, dan kamu mampu melakukan hal itu.”55. Buatlah sesuatu yang spesial untuk anak Anda .56. Janganlah Anda mencemooh ucapan atau tindakan anak Anda.57. Ajarilah anak Anda akan ungkapan-ungkapan ucapan selamat, penyambutan dan basa-basi.
58. Janganlah terlalu memanjakan anak Anda.59. Janganlah membiasakan anak dengan rangsangan materi untuk memotivasinya mengerjakan suatu perintah, sebab hal itu bisa memperlemah kepribadiannya saat berhadapan dengan materi.60. Jadikanlah anak Anda sebagai teman Anda nomer satu.
Masalah Pembinaan Fisik
61. Berikanlah waktu yang cukup untuk bermain bagi anak Anda.62. Sediakan dengan baik permainan- permainan yang bermanfaat untuk anak Anda.63. Biarkanlah ia memilih sendiri sebagian permainannya64. Ajarilah anak Anda berenang, berlari dan beberapa permainan fisik.65. Adakalanya, buatlah anak Anda mengalahkan Anda dalam beberapa permainan.66. Sediakan menu makan yang seimbang untuk anak anda.67. Perhatikalah susunan menu makanan anak Anda.68. Peringkatkan anak anda agar tidak berlebih-lebihan mengkonsumsi makanan.69. Jangan Anda menginvestigasi kesalahan anak anda sedang menyantap makanan.70. Buatlah makanan yang selalu disukai anak Anda
Masalah Pembinaan Mental
71. Dengarkanlah dengan baik anak Anda dan perhatikan setiap kata yang diucapkannya.72. Buatlah anak Anda menghadapi sendiri masalah-masalahnya, sementara Anda bisa membantunya tanpa ia sadari.73. Hormatilah anak Anda dan berterima kasihlah kepadanya apabila ia melakukan suatu pekerjaan.74. Jaganlah mengiring anak Anda untuk bersumpah, sebaliknya katakan kepadanya,”Aku mempercayai mu tanpa engkau bersumpah.”75. Hindarilah ungkapan-ungkapan terror dan ancaman.76. Janganlah Anda membuat anak Anda merasa sebagai seseorang yang buruk dan bodoh, yang tidak bisa cepat mengerti.77. Janganlah mengeluh karena banyaknya pertanyaan anak Anda dan usahakan menjawab semua yang ditanyakannya dengan jawaban sederhana dan memuaskan.78. Peluklah anak Anda biarkanlah ia merasakan kehangatan cinta dan kasih saying Anda.79. Mintalah pendapat anak Anda dalam beberapa hal dan ambilah pendapatnya.80. Buatlah anak Anda merasakan kemerdekaan dalam mengambil keputusan-keputusan.
Masalah Pembinaan Sosial
81. Daftarkan anak Anda pada pusat-pusat kegiatan tertentu, forum-forum tahfizhul Qur’an, perlombaan-perlombaan ilmiah, perkemahan pramuka dan aktivitas-aktivitas lainnya.82. Buatlah anak Anda menjamu tamu sendiri, seperti menghidangkan minuman teh, kopi dan buah-buahan.83. Sambutlah anak saat masuk menemui Anda, sementara Anda sedang bersama-sama kawan-kawan Anda.84. Buatlah anak Anda bergabung dalam kegiatan-kegiatan masjid, seperti program-program santunan anak yatim dan janda.85. Latihlah anak Anda beramal, menjual, membeli dan bekerja yang halal.86. Buatlah anak Anda berempati terhadap kesedihan orang lain dan berusaha meringankannya.87. Janganlah Anda menjadikan anak ikut menanggung problematika dunia.88. Buatlah anak Anda bisa melihat hasil dari aktivitas social anda.89. Utuslah anak Anda untuk menyelesaikan sebagian keperluan, dan buatlah ia merasakan kepercayaan Anda terhadap dirinya.90. Janganlah Anda mencegah anak untuk memilih teman-temannya sendiri. Namun, Anda bisa membuatnya memilih orang yang Anda kehendaki, tanpa ia merasakan hal itu.
Masalah Pembinaan Kesehatan
91. Perhatiakanlah kesehatan anak-anak Anda.92. Jangan mengabaikan untuk memberi imunisasi tepat pada waktunya.93. Jangan berlebihan memberi obat kecuali dengan dosis yang diperbolehkan.94. Ruqyahlah anak Anda dengan ruqyah syar’i.95. Biasakanlah anak Anda tidur awal dan bangun awal juga.96. Buatlah anak Anda mau memperlihatkan kebersihan tubuh, gigi dan bajunya.97. Jaganlah Anda menunggu sampai sakit parah.98. Jauhkan anak Anda dari para penderita penyakit menular.99. Janganlah Anda membuat anak merasakan bahaya sakit yang dideritanya.100. Berlindunglah kepada Alloh, sebab Dialah yang ditangan-Nya terletak kesembuhan semua penyakit.
Masalah Pengembangan Wawasan
101. Berikan teka-teki kepada anak Anda.102. Mintalah ia menuliskan beberapa tema ekspresional.103. Usahakan untuk selalu membaca yang ditulis anak Anda.104. Jangan berhenti pada setiap kesalahan gramatika atau lingual yang dilakukan anak Anda.105. Doronglah anak Anda untuk membaca.106. Buatlah ia memilih buku dan kisah yang ingin dibacanya.107. Dampingi anak Anda saat membaca satu hal tertentu.108. Berikan kepada anak Anda permainan-permainan kecerdasan.109. Doronglah anak Anda untuk meraih prestasi belajar.110. Buatlah anak Anda mampu mengatasi rintangan-rintangan yang menhalangi prestasi belajarnya.111. Motivasilah anak Anda untuk menhafal syair dan kata-kata bijak generasi dahulu dan sekarang.112. Doronglah ia untuk menhafal peribahasa-peribahasa Arab yang fasih.113. Latihlah anak Anda menguasai seni berpidato dan orasi.114. Latihlah ia menguasai seni dialog dan menerima pendapat.115. Buatlah ia ikut serta dalam forum-forum pengembangan kemampuan diri.116. Doronglah anak Anda untuk menguasai dengan baik bahasa asing yang popular.
Masalah Balasan dan Hukuman
117. Terapkanlah metode balasan dan hukuman118. Balaslah (prestasinya) selalu, namun jangan selalu menghukumnya (bila berbuat salah).119. Bervariasilah dalam memberikan balasan, dimana balasan tidak mesti berbentuk materi, tapi bisa juga berbentuk rekreasi, izin mengoperasikan komputer, hadiah atau pergi bersama seorang kawan.120. Bervariasilah dalam menerapkan metode hukuman dan jangan sampai pukulan menjadi metode yang paling Anda sukai. Masih ada metode lain, misalnya pandangan marah, bentakan, mengisolir selama waktu tertentu dan tidak memberinya sebagian uang saku harian atau melarangnya menikmati rekreasi akhri pekan.121. Ketahuilah bahwa hukuman yang sesuai adalah yang bisa mencegah terulangnya kesalahan dan mendorong kepada yang benar.122. Ingatlah selalu bahwa Nabi tidak pernah memukul seorang anak pun.123. Janganlah Anda menghukum pada kesalahan pertama.124. Janganlah Anda bersikap keras dalam hukuman Anda.125. Apabila Anda menghukum anak Anda, maka jelaskan kepadanya sebab hukuman Anda tersebut.126. Janganlah Anda membuat anak merasa bahwa Anda senang memberikan hukuman kepada dirinya atau Anda menyimpan suatu kebencian kepadanya.127. Janganlah Anda memukul anak dihadapan orang banyak dan jangan memukulnya saat tengah marah.128. Jangalah memukul anak Anda pada wajahnya dan jangan mengangkat tangan lebih dari semestinya, agar rasa sakit tidak belipat-lipat.129. Jangalah memukul setelah Anda berjanji untuk tidak memukul, agar ia tidak kehilangan kepercaya-an terhadap diri anda.130. Buatlah anak Anda merasa bahwa Anda menghukumnya demi kebaikan dirinya dan bahwa rasa cinta Andalah yang menyebabkan Anda melakukan hal itu.maka ia bersiakap keras agar mereka mengindahkan, dan siapa berteguh hatiHendaklah kadang-kadang bersikap keras kepada orang yang disayangi131. Beritahukan kepadanya bahwa hukuman dterapkan tidak untuk menyiksa, tiada lain dilaksanakan untuk memberikan pelajaran.
Kita bersama-sama memohon kepada Alloh agar diberi petunjuk, bimbingan dan kelurusan dari-Nya. Dan semoga Alloh mencurahkan sholawat dan salam kepada Nabi kita Muhamad. (Dikutip dari 130 Thoriqoh fi Tarbiyatil Abna)
Latar belakang :
Sperma laki-laki mengandung unsur spermatozoa X dan Y, spermatozoon X menentukan unsur perempuan
sedangkan Y adalah unsur laki-laki. Berdasarkan sifat-sifat physiologi dari spermatozoa diatas, para ahli gynetika
membuat teori dalam memilih untuk melahirkan bayi laki-laki atau perempuan.
1. Fator makanan :
Jika menginginkan seorang bayi perempuan
Suami harus makan makanan yang banyak mengandung Alkaline, sedangkan istri banyak makan makanan yang
mengandung asam.
Makanan yang banyak mengandung alkaline adalah : sayur-sayuran, buah-buahan, putih telur, susu, dan
ganggang laut.
Makanan yang banyak mengandung asam adalah : Daging, dan sea food (makanan laut )
Jika menginginkan bayi laki-laki.
Suami harus banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam, sedangkan istri harus banyak
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung alkaline ( lihat jenis makanan diatas )
2. Faktor waktu ( Kapan melakukan senggama ? )
Jika menginginkan seorang bayi perempuan
Keseringan senggama diklakukan pada waktu sebelum masa haid.
Jika menginginkan bayi laki-laki.
Keseringan senggama diklakukan pada waktu mendekati masa haid dan atau segera sesudah masa haid.
Bagaimana mengetahui periode masa haid ?
Temperatur atau suhu tubuh meningkat ( anda bisa menggunakan alat pengukur suhu tubuh dan mencatatnya
sebagai record )
3. Faktor Penetrasi ( tusukan ).
Jika menginginkan seorang bayi perempuan.
Suami harus menghindari tusukan yang dalam kedalam kemaluan istri pada waktu senggama.
Jika menginginkan bayi laki-laki.
Disarankan untuk melakukan tusukan yang dalam oleh suami pada waktu senggama.
Alasan :
Karakter dari Spermatozoa X dan Y.
Spermatozoa X : Pelari maraton (jauh) dengan stamina yang tinggi ( kuat )
Spermatozoa Y : Pelari sprinter (cepat) dengan stamina yang loyo ( lemah )
Jadi, dengan tusukan yang dalam, kemungkinan untuk spermatozoa Y mencapai tujuan akan lebih besar.
4. Faktor Rangsangan.
Jika menginginkan seorang bayi perempuan.
Istri harus menhidari rangsangan selama senggama. Secresi cairan yang keluar dari kemaluan penempuan akan
menjadi alkaline jika terangsang, hal ini akan mendorong aktifitas spematozoa Y.
Jika menginginkan bayi laki-laki.
Ejakulasi suami sesudah istri terangsang.
5. Faktor persiapan istri.
Jika menginginkan seorang bayi perempuan.
Cuci vagina dengan larutan dari dua sendok white vinegar yang sudah dicampur dalam satu liter air bersih. Hal
ini dilakukan agar kondisinya menjadi asam sehingga aktifitas spermatozoon Y menurun.
Jika menginginkan bayi laki-laki.
Cuci vagina dengan larutan dari dua sendok soda yang sudah dicampur dalam satu liter air bersih.
6. Faktor posisi
Jika menginginkan seorang bayi perempuan.
Posisi Istri pada waktu senggama diatas suami.
Jika menginginkan bayi laki-laki.
Posisi suami pada waktu senggama berada diatas istri. Hal ini mengikuti sifat dari spermatozoon Y akan cepat
menuju sasaran ( sel telur ).
Selamat mencoba !!
Mendidik Tanggung Jawab Pada Anak
5 Share
Penulis: Ummu Ziyad
Muroja’ah: Ust. Subkhan Khadafi, Lc.
Pembahasan tentang tanggung jawab adalah masalah yang cukup berat. Apalagi bila
diletakkan cermin ke masing-masing dari diri kita. Nah, sambil terus berusaha untuk
menjalankan setiap tanggung jawab yang ada – yang nantinya akan ditanya di hari akhir
– maka kita juga perlu mendidik anak-anak kita memiliki sikap tanggung jawab yang ini
bermanfaat sangat besar dalam pembentukan sikap di kemudian hari insya Allah.
Mungkin akan timbul sederet pertanyaan; apakah bisa mendidik tanggung jawab pada
anak? Bagaimana? Memangnya sudah bisa dimengerti dan lain sebagainya. Pada tulisan
ini, kita akan mencontoh dari teladan terbaik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam mendidik anak-anak untuk bertanggung-jawab.
Kapan Waktu yang Tepat ?
Mendidik tanggung jawab sesungguhnya dapat dilakukan bahkan di usia masih sangat
kecil yaitu balita. Ustadz Abdul Hakim dalam bukunya “Menanti Buah Hati dan Hadiah
untuk yang Dinanti” membagi usia anak-anak menjadi dua tahapan, yaitu sebelum
tamyiz dan sesudah tamyiz. Tamyiz secara bahasa bermakna membedakan di antara
sesuatu dan anak-anak yang yang telah dapat membedakan sesuatu dengan baik
terutama di dalam hal-hal yang membahayakan dirinya dinamakan mumayyiz. Masih
dalam kitabnya, Ustadz Abdul Hakim berkata, “Pendidikan yang terbaik bagi anak
sebelum dan sesudah tamyiz dengan jalan mendengar dan melihat kepada sesuatu yang
baik dan terbaik menurut agama dan bukan menurut akal fikiran dan adat-adat manusia
yang menyalahi agama yang mulia.”
Dan berdasarkan kenyataan yang ada, pendidikan tanggung jawab ini memang dapat
dilakukan bahkan ketika anak masih dalam usia kanak-kanak. Tentu saja ukuran
kemampuannya berbeda-beda. Tetapi pendidikan ini dapat dimulai dari hal-hal yang
kecil seperti membereskan mainannya atau menaruh piring di tempatnya bahkan hal
yang besar yang berkaitan dengan tanggung jawab yang akan ditanggungnya di
hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala (jika itu dilakukan ketika telah baligh). Seperti yang
dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hasan bin Ali dalam hadits
sebagai berikut
فى فجعلها الصدقة تمرة من تمرة عنهما الله رضي عليk بن الحسن أخذ: قال عنه الله رضي هريرة أبى عن
wرم كخ، كخ،: وسل}م عليه الله صل}ى الله رسول فقال. فwيه }ا علمت أما بها، ا الصدقة ّنأكل ال أّن
“Dari Abu Huroiroh rodhiallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Hasan bin ‘Ali rodhiallahu ‘anhuma
mengambil sebiji kurma dari kurma zakat, lalu ia memasukkannya ke dalam mulutnya.