KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN SISTEM PERTAHANAN UDARA RUDAL S-400 Tahun 2017 Skripsi Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Omi Ngabekti 1113113000042 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018
87
Embed
KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43473/1/OMI... · Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN SISTEM
PERTAHANAN UDARA RUDAL S-400
Tahun 2017
Skripsi
Diajukan Untuk Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Omi Ngabekti
1113113000042
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN SISTEM
PERTAHANAN UDARA RUDAL S-400 TAHUN 2017
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 13 September 2018
Omi Ngabekti
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Omi Ngabekti
NIM : 1113113000042
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN SISTEM
PERTAHANAN UDARA RUDAL S-400 TAHUN 2017
Dan telah memenuhi syarat untuk diuji.
Jakarta, 10 Juli 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Al Fajri, M.A Rahmi Fitriyanti, M.Si
NIP. NIP. 197709142011012004
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KERJASAMA TURKI DAN RUSIA DALAM PENGADAAN SISTEM
PERTAHANAN UDARA RUDAL S-400 TAHUN 2017
Oleh
Omi Ngabekti
1113113000042
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13
September 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekertaris,
Ahmad Al Fajri, M.A Eva Mushoffa, MHSPS
NIP. NIP.
Penguji I, Penguji II,
Irfan Hutagalung, LL.M Ahmad Al Fajri, M.A
NIP. NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 13 September 2018
Ketua Program Studi Hubungan Internasional,
FISIP UIN Jakarta,
Ahmad Alfajri, M.A
NIP.
iv
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa kerjasama Turki dan Rusia dalam
pengadaan senjata sistem pertahanan udara rudal S-400 tahun 2017. Hal yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ketika Turki dan Rusia melakukan
kerjasama ini, ditengah berbagai pertentangan kedua belah pihak. Turki yang
merupakan anggota NATO, mendapat reaksi keras dari negara anggota NATO
lainnya. Turki beralasan keputusannya ini adalah demi menjaga wilayahnya dari
ancaman musuh. Sistem senjata ini berkategori sebagai surface to air missile (SAM)
yang merupakan sistem dengan senjata rudal yang diluncurkan dari darat untuk
menghalau ancaman musuh yang datang dari udara. Turki pada dasarnya memiliki
beberapa opsi dari beberapa negara lain dalam membeli sistem pertahanan udara
untuk mengamankan wilayahnya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan deskriptif analitis.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber yang
didapatkan melului studi pustaka ke berbagai perpustakaan. Selain itu, didapatkan
juga berupa artikel dan berita online, serta berbagai sumber lainnya. Penelitian ini
menggunakan teori Neorealisme dan Model Pilihan Rasional sebagai alat analisanya.
Hasil dari penelitian ilmiah ini didapatkan jawaban bahwa ada dua faktor utama yang
melatarbelakangi Turki untuk memutuskan membeli sistem S-400 dari Rusia. Faktor
yang pertama adalah Turki yang merasa terancam keamanannya yang datang dari luar
mengharuskannya untuk berusaha dapat menjamin kemanan wilayahnya. Hal ini
mengarahkan Turki untuk memilih senjata yang mumpuni dan sesuai dengan
kebutuhan negaranya. Atas dasar itulah Turki memutuskan untuk memilih sistem S-
400 untuk menjadi bagian dari pertahanannya. Faktor kedua adalah untuk menjaga
kepentingan nasionalnya dengan berusaha meningkatkan ketahanan dan kemampuan
nasional Turki. Selama ini Rusia kerap menekan Turki melalui Suriah dan isu Kurdi.
Dengan terjalinnya hubungan yang erat antara Turki dan Rusia, Turki telah berkurang
ancamannya dan kini Rusia berada di sisi Turki dalam percaturan politik dan
keamanan internasional.
.
Kata kunci : Turki, Rusia, NATO, S-400, SAM, Neorealisme, Model Aktor Rasional
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu penulis ucapkan
kepada Allah swt atas segala rakhmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi
Muhammad saw.
Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis telah melibatkan beberapa pihak yang
sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa
terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Keluarga penulis, Bapak Kusaeri dan Ibu Suwatni, kakak Nur Azizah dan
Nina Agustina serta kakak ipar M. Arif Sukmawan yang selalu memberikan
semangat, doa, dukungan, cinta, nasehat kepada penulis, hingga skripsi ini
dapat terselesaikan,
2. Bapak Ahmad Al Fajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi,
3. Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dalam penyusunan skripsi ini dari awal seminar proposal hingga
selesai,
4. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terima kasih atas segala
ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan,
pertahanan udaranya. Turki berada dalam posisi yang berbatasan dengan wilayah
konflik dan kapanpun potensi gangguan keamanan Turki dari luar bisa terjadi.9
Hubungan Turki dengan NATO semakin memburuk dengan adanya kerjasama
ini. Sebelumnya, Turki kerap berseteru dengan beberapa negara NATO. Tahun 2016,
hubungan Turki dengan Jerman sempat renggang saat dilaksanakannya referendum
konstitusi untuk merevisi konstitusi negara Turki. Bangsa Turki telah berdiaspora ke
berbagai negara, sekitar 3 juta warga turki telah berdiaspora ke 57 negara di dunia
dan yang terbesar adalah di Jerman.10
Turki menilai Jerman telah ikut campur dengan menghalangi proses referendum
yang dilaksanakan Turki. Presiden Erdogan mengeluarkan pernyataan kontroversial
dengan menyebut Kanselir Jerman, Angela Merkel, telah menggunakan cara-cara
Nazi dalam menghadapi Turki. Perseteruan tidak hanya dengan Jerman, Turki juga
berseteru dengan Belanda dan Austria. Belanda menganggap Turki telah membuat
negaranya menjadi turut gaduh karena referendum kontroversial yang dilaksanakan
Turki di tengah kesibukan Belanda dalam menyambut pemilu di negaranya. Belanda
melakukan pengusiran terhadap Menteri Turki, Fatma Betul Sayan Kaya, ketika
sedang berpidato di Belanda.11
9 Can Kasapoglu, Turkey’s S-400 Dilemma, (EDAM Foreign Policy and Security, 2017).
hal 2 10
Jim Zanotti, Clayton Thomas, Turkey: Background and US Relations in Brief, (Congressional
Research Service, 2018). Hal 6. 11
Jim Zanotti, Clayton Thomas, Turkey: Background and US Relations in Brief, (Congressional
Research Service, 2018). Hal 6 .
5
Turki kerap bersitegang dengan NATO, hal tersebut dikarenakan kerap
bertentangannya sikap Presiden Erdogan dengan negara-negara anggota NATO
lainnya. Pada saat latihan militer di negara Norwegia tahun 2017 yang
diselenggarakan oleh NATO, tertampang foto Erdogan sebagai sasaran tembak sangat
membuat Erdogan murka. Ia merasa sangat terhina dan diperlakukan layaknya seperti
musuh. Meskipun pada akhirnya pihak penyelenggara meminta maaf dan mengaku
bahwa insiden tersebut adalah dikarenakan oleh keteledoran dan tidak memiliki
maksud lain terhadap Turki. Namun, hal tersebut tetap membuat Erdogan murka dan
menganggap tindakan NATO tidak bisa ditolerir. Turki akhirnya menarik diri dari
keikutsertaan latihan militer NATO tersebut.12
Pada awal konflik Suriah, Turki bersama negara-negara anggota NATO lainnya
berada pada pihak yang mendukung pihak Oposisi Suriah dengan mendukung Free
Syrian Army (FSA). Hal tersebut membuatnya berada dijalan yang bertentangan
dengan Rusia. Rezim Bashar Al Assad mendapat dukungan penuh dari Rusia dan Iran
untuk meghadapi tentara pemberontak (FSA) dan juga untuk mengahadapi para
militan yang semakin banyak dengan terjadinya konflik Suriah.
Namun kemudian Turki mengambil langkah yang berseberangan dengan Barat,
ketika Turki memutuskan untuk bekerjasama dengan Rusia dan Iran dalam mencari
solusi bersama untuk Suriah dan sekaligus memerangi kelompok militan Kurdi di
Suriah yang berbatasan dengan Turki. Negara-negara Barat memiliki kebijakan yang
12
Nicolas Saidel, Turkey’s Eastern Pivot: a Challenge for NATO and threat to US
National Security. (Center for Ethnics and The Rule of Law: 2017). hal 5
6
akomodatif terhadap milisi Kurdi di Suriah, karena dianggap telah berjasa dalam
memerangi ISIS.13
Turki menganggap kelompok YPG di Suriah bagian utara memiliki afiliasi
dengan separatis Kurdi di Turki bagian Selatan (PKK). Turki menyatakan YPG
merupakan kelompok teroris yang berbahaya, oleh karena itu perlu untuk diperangi.
Namun, AS dan negara-negara anggota NATO lainnya memiliki pandangan lain,
YPG dipandang sebagai kelompok yang tidak berhubungan dengan kelompok teroris
PKK di Turki.14
Disisi lain, hubungan Turki dan Rusia kerap terjadi ketegangan, meskipun tidak
sampai berujung pada perang terbuka. Hubungan keduanya semakin memburuk
tatkala Turki menembak jatuh pesawat tempur Rusia SU-24 yang dinilai telah
melanggar batas wilayah udara Turki. Sebagai tanggapannya, Rusia memutuskan
hubungan diplomatik dan melakukan tekanan terhadap Turki dengan menerapkan
sanksi berupa embargo. Peristiwa penembakan pesawat tempur Rusia tersebut
mengakibatkan satu pilot Rusia tewas dan satu lainnya terluka. Rusia menilai
pesawatnya tidak melanggar batas wilayah yang dituduhkan oleh pihak keamanan
Turki.15
Usaha normalisasi hubungan keduanya mulai dilakukan pada 12 Juni 2016 yang
diinisiasi oleh Turki. Berbagai pertemuan tingkat tinggi dilaksanakan untuk
13
Nicolas Saidel, Turkey’s Eastern Pivot: a Challenge for NATO and threat to US National
Security. (Center for Ethnics and The Rule of Law: 2017). hal 4 14
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 129. 15
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 125-126.
7
mengakhiri perseteruan kedua negara. Hasil akhir telah disepakati bersama untuk
dilakukan normalisasi hubungan Turki dengan Rusia.16
Ujian kembali datang ketika
Duta Besar Rusia untuk Turki ditembak mati oleh salah seorang anggota kepolisian
Turki. Meskipun pelaku penembakan berhasil ditembak mati oleh aparat keamanan
Turki, namun peristiwa ini dikhawatirkan akan mengganggu proses normalisasi
hubungan Turki-Rusia. Namun hal tersebut dapat di cegah, Turki dan Rusia melihat
peristiwa tersebut adalah usaha untuk memprovokasi kedua negara tersebut.17
Penjualan S-400 kepada Turki menimbulkan pertanyaan tatkala Turki yang
notabene merupakan negara anggota NATO sangat potensial untuk dapat
memanfaatkan kerjasama penjualan senjata ini untuk dapat mengambil alih teknologi
senjata S-400 Rusia. Namun bagaimanapun Rusia tetap dengan keputusannya untuk
tetap menjual sistem senjata canggih tersebut kepada Turki. Sistem pertahanan udara
rudal S-400 merupakan sebuah karya besar dari industri pertahanan Rusia. Melihat
spesifikasi S-400, senjata ini di atas kertas lebih unggul dari berbagai jenis senjata
pertahanan udara yang diproduksi oleh berbagai negara di dunia.18
Melihat dinamika Timur Tengah, Rusia sudah lama terlibat dalam kemelut di
kawasan ini. Sejak masa Uni Soviet, sudah secara intens terlibat dalam berbagai
kemelut konflik ataupun perang. Secara umum keterlibatan tersebut tidak secara
langsung, seperti melalui dukungan persenjataan maupun politik. Hubungan Turki
16
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 127. 17
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 133-134 18
Svarin, David. Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation and
Competiton, (Routledge: Taylor and Francis Group, 2015). Hal 382
8
dan Rusia sudah berlangsung lama hingga berabad-abad lamanya. Hubungan tersebut
diwarnai dengan berbagai dinamika yang dipengaruhi oleh kepentingan nasional
kedua negara tersebut maupun kondisi politik regional dan global.19
Pada masa Kekaisaran Rusia, hubungan dengan Turki Usmani cenderung
konfliktual. Salah satu tujuan kebijakan Rusia adalah untuk memiliki jalur yang
menghubungkan antara Laut Hitam dengan Mediterania. Wilayah yang potensial
untuk tujuan tersebut dapat diperoleh di sekitar perairan Laut Hitam yang
mengharuskannya untuk berhadapan dengan Turki Usmani.20
B. Pertanyaan Penelitian
Terjadinya kesepakatan kerjasama antara Turki dan Rusia dalam pengadaan
sistem pertahanan udara rudal S-400 menjadi hal yang menarik untuk dikaji.
Hubungan kedua negara yang fluktuatif, tidak menjadi halangan bagi kedua negara
untuk dapat bekerjasama lebih erat lagi. Tentangan dari berbagai pihak yang harus
Turki hadapi, merupakan konsekuensi atas kebijakannya.
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan mengangkat pertanyaan
penelitian yang tepat, yaitu “Apa yang melandasi pengambil kebijakan Turki untuk
bekerjasama dengan Rusia dalam pengadaan sistem pertahanan udara rudal S-400?”
19
Svarin, David. Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation and
Competiton. Hal 382 20
Svarin, David. Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation and
Competiton. Hal 382
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan memahami hal-hal yang menjadi pertimbangan Turki
menjalin kerjasama dengan Rusia untuk mendapatkan senjata sistem
pertahanan udara rudal S-400.
2. Mengetahui dan memahami implikasi dari kebijakan yang diambil oleh Turki
dari kerjasamanya dengan Rusia.
3. Mengetahui dan memahami maksud dan tujuan Turki atas terjalinnya
kerjasama ini.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sebuah pemahaman
baru sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan
pengetahuan mengenai ilmu Hubungan Internasional.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini akan menggunakan beberapa sumber sebagai bahan pembanding
dan pendukung. Sumber yang dipilih merupakan karya ilmiah yang berkaitan dengan
pertanyaan penelitian ini. Salah satunya yaitu karya ilmiah berjudul “From 2002-
2017, to What Extent Has Turkish Security Policy Been Effective?”, merupakan
suatu karya yang ditulis oleh Kolonel William Robert Lynch pada tahun 2017. Karya
ini ditulis untuk memenuhi persyaratan gelar Master di School of Advanced Military
Studies United States Army Command and General Staff College Fort Leavenworth,
Kansas.
10
Tesis ini meneliti mengenai kebijakan keamanan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Turki dari periode 2002 sampai 2017. Dalam penelitiannya ini dibahas
dengan sangat terperinci faktor-faktor internal maupun eksternal yang berkaitan pada
pengaruhnya terhadap kebijakan keamanan Turki. Latar belakang sejarah negara
Turki dengan segala dinamikanya terangkum dengan rapih dan terperinci.
Tentu Tesis ini memiliki kaitan dari tema pembahasan dari penelitian ini. Pada
BAB II penelitian skripsi ini akan dijabarkan mengenai sejarah dan peran Turki
dalam percaturan politik maupun keamanan dunia. Turki yang memiliki sejarah
panjang dengan pencapaian besar yang pernah diraihnya, telah menjadikannya aktor
yang diperhitungan dalam hubungan antar negara.
Selanjutnya juga terdapat sebuah jurnal berjudul “Russian Turkish Relations:
Contemporary Dilemmas of Past Empires” yang ditulis oleh Zvi Magen dan
Gallia. Jurnal ini meneliti mengenai hubungan Turki dan Rusia terkhusus di era
kontemporer. Banyak sisi yang dibahas dalam jurnal ini yang telah mendukung untuk
salah satu sumber data yang penting untuk penelitian skripsi ini.
Jurnal ini mengungkap bagaimana hubungan yang tidak stabil antara kedua
negara ini. Namun disisi lain kedua negara kerap juga menunjukkan hubungan yang
mesra atas dasar kepentingan nasional negara masing-masing. Rusia sangat
diuntungkan dengan terjalinnya hubungan dengan Turki. Rusia menjadi mitra
strategis bagi kepentingan ekonomi dan perdagangan Turki.
Hal ini sangat membantu dalam penulisan penelitian skripsi ini untuk
menganalisa bagaimana sebenarnya latar belakang hubungan kedua negara. Hal ini
11
dikarenakan hubungan Turki dan Rusia yang selalu berubah dan tidak menunjukkan
arah yang permanen atau setidaknya tidak selalu berubah dengan cepat.
Jurnal berjudul “Turkey and Russia a Fragile Friendship”, karya Hasan
Ortezem memberi gambaran dinamika hubungan Turki dan Rusia terkhusus terkait
permasalahan insiden penembakan pesawat tempur Rusia SU-24 Rusia yang
ditembak jatuh oleh pesawat tempur F-16 Turki. Peristiwa ini mengakibatkan
rusaknya hubungan kedua negara yang sebelumnya sedang menunjukkan hubungan
yang semakin erat.
Jurnal ini membedah dengan terperinci bagaimana dinamika hubungan Turki
dengan Rusia begitu rumit. Selain itu, berbagai faktor yang berkaitan dengan
hubungan kedua negara ditelaah secara mendalam. Tidak hanya berbicara mengenai
keamanan, jurnal ini juga menyentuh permasalahan yang luas. Hal ini berkaitan
dengan pertanyaan masalah yang diangkat dalam penelitian skripsi ini.
E. Kerangka Teori
1. Teori Neorealisme
Neorealisme hadir sebagai pembaharu dan pengkritik dari Realisme. Teori ini
juga disebut Realisme Struktural. Neorealisme digagas oleh seorang peneliti HI,
Kenneth Waltz. Ia menuangkan pemikirannya dalam buku berjudul “Theory of
International Politics” yang diterbitkan tahun 1979.
Ada beberapa aspek yang masih dipertahankan dari pemikiran Realisme Klasik.
Neorealisme masih berpandangan bahwa negara merupakan aktor terpenting dalam
12
hubungan internasional. Keduanya pun masih memiliki kepercayaan bahwa sistem
dunia bersifat anarki. Namun, Neorealis memiliki perbedaan dalam memandang
struktur maupun sistem. Meskipun anarki, Neorealisme mempercayai bahwa sistem
berpengaruh besar dalam menentukan arah kebijakan suatu negara. Disisi lain,
Realisme menafikkan peran sistem internasional.21
Ada lima asumsi teoritis dari Neorealisme yang berasal dari Realisme Klasik,
yaitu:22
1. Sistem internasional bersifat anarki.
2. Negara memiliki potensi menyakiti dan menghancurkan negara lain.
3. Negara tidak bisa menilai secara akurat maksud dari negara lain.
4. Motif utama negara adalah untuk bertahan hidup.
5. Negara-negara mencari cara untuk bertahan hidup dalam sistem
internasional.
Neorealis mengasumsikan kebutuhan semua negara adalah sama, yaitu untuk
bertahan hidup. Namun, kemampuan masing-masing negara berbeda. Sistem
internasional yang anarki, membuat negara saling bersaing untuk memperkuat diri
demi menjamin keamanannya. Hal ini dilandasi tidak adanya kepercayaan yang utuh
21
Kenneth Waltz. Theory of international Politics. Hal 132-133 22
John J. Mearsheimer, “The False Promise of International Institutions”. Hal 16
13
untuk menilai apakah negara lain akan menyerang atau tidak. Keadaan ini akan
membuat negara berusaha melakukan perimbangan kekuatan (balance of power).23
Ada dua cara negara untuk melakukan perimbangan kekuatan dalam Neorealisme,
yaitu: Penyeimbangan Internal dan Penyeimbangan Eksternal. Penyeimbangan
Internal dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan kemampuan ekonomi ataupun
meningkatkan anggaran belanja pertahanan. Penyeimbangan Eksternal dapat
dilakuakan melalui jalinan kerjasama ataupun aliansi dengan negara yang lebih kuat.
Usaha perimbangan kekuatan yang dilakukan negara dapat mengarahkan kepada
security dilema.24
Neorealisme juga memandang power sebagai hal yang sangat penting. Neorealis
percaya bahwa ancaman akan selalu ada, oleh karena itu negara harus memperkuat
diri untuk menjaga dirinya dari berbagai ancaman yang datang. Neorealis juga
percaya bahwa keselamatan negara bergantung pada dirinya sendiri (self-help), tidak
ada negara atau pihak lain yang dapat menjamin keberlangsungan hidupnya.25
Ada dua jenis dalam Neorealisme, yaitu: Realisme Offensif dan Realisme
Defensif. Realisme Defensif merujuk kepada pemikiran Kenneth Waltz. Sedangkan
Realisme Offensif merujuk kepada pemikiran Mearsheimer. Realisme Defensif
berpandangan bahwa power tetap menjadi hal yang penting. Oleh karena itu negara
perlu mengumpulkan power untuk tetap survive. Namun usaha peningkatan power ini
23
Kenneth Waltz. Theory of international Politics. Hal 133 24
John J. Mearsheimer, “The False Promise of International Institutions”. Hal 10 25
Kenneth Waltz. Theory of international Politics. Hal 131
14
bukan ditujukan untuk agresi maupun ekspansi, tetapi untuk menekan lawan sebagai
bentuk perimbangan.26
Realisme Offensif memiliki pandangan bahwa negara harus memiliki power yang
unggul. Power harus ditingkatkan sampai pada batas kemampuan diatas negara lain.
Negara juga harus menjadi hegemon dan untuk tetap survive juga harus memiliki
kekuatan yang mumpuni. Hal ini karena Realisme Offensif percaya bahwa negara
lain akan selalu datang mengancam.27
2. Model Aktor Rasional (Rational Actor Model/RAM)
Graham T. Allison menyebutkan bahwa ada tiga model analisa untuk memahami
pengambilan kebijakan luar negeri suatu negara, yaitu: Rational Actor Model ,
Bureaucratic Model, dan Organizational Model. Dalam Hubungan Internasional,
Rational Actor Model (RAM) memiliki pandangan bahwa negara merupakan unit
utama dalam analisa (state unitary). Mekanisme pengambilan kebijakan luar negeri
ini bertujuan untuk memberi jalan bagi penyelesaian permasalahan yang dihadapi
negara, terutama terkait dalam permasalahan internasional.28
Para aktor secara rasional berusaha untuk mengamankan kepentingannya. Dalam
Rational Actor Model (RAM), pertimbangan untung-rugi menjadi hal utama yang
melandasi pembuatan kebijakan. Yang menjadi perhitungannya adalah untuk
26
John J. Mearsheimer, “The False Promise of International Institutions”. Hal 10 27
John J. Mearsheimer, “The False Promise of International Institutions”. Hal 10 28
Allison. The Essence of Decision: Explaining The Cuban Missile Crisis. Hal 30
15
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan dengan pengorbanan yang
sekecil mungkin.
Menurut Greg Cashman, ada beberapa tahapan dalam RAM yang harus dilalui
para pengambil kebijakan, yaitu:29
a. Identify problem (identifikasi masalah)
b. Identify and rank goals (identifikasi dan tingkatan tujuan)
c. Gather information (mengumpulkan informasi)
d. Identify alternative (mengidentifikasi alternatif)
e. Analize alternative (menganalisa alternatif)
f. Select alternative (memilih alternatif)
g. Implement decision (menerapkan kebijakan)
h. Monitor and evaluate (mengawasi dan mengevaluasi)
Tahapan-tahapan tersebut harus dilalui oleh para pembuat kebijakan untuk
memutuskan kebijakan apa yang akan diambil oleh negara. Para pembuat kebijakan
akan merumuskan dan memutuskan kebijakan atas pertimbangan strategis untuk
mengamankan tujuan dan kepentingan nasional negaranya. Dengan dilaluinya
tahapan-tahapan di atas, akan mengarahkan keputusan yang bersifat rasional
berdasarkan perhitungan yang matang mengenai resiko dan pencapaian.
29
Alex Mintz, Karl De Rouen. Understanding Foreign Policy Decision Making. Cambridge
University Press. 2010. Hal 58
16
F. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian yang baik, diperlukan suatu metodologi penelitian
yang terstruktur dengan baik pula. Dalam penelitian ini, akan menggunakan metode
penelitian secara normatif dengan bersifat deskriptif analistis. Ada berbagai data yang
digunakan dalam penelitian ini, data-data tersebut terdiri dari buku, jurnal dan
lainnya. Data-data tersebut didapatkan berupa cetak maupun elektronik. Selain itu
juga digunakan data hasil wawancara yang bersumber dari pihak terkait yang
memiliki kapasitas.
Menurut Todd Landman, metode penelitian adalah “sarana dimana sebuah teori
diturunkan dan diuji, termasuk pengumpulan bukti-bukti, perumusan pengujian
hipotesis dan akhirnya sampai pada kesimpulan substantif”. Diperlukan pemilihan
metode yang tepat dalam melakukan penelitian, sehingga akan mengarahkan kepada
hasil penelitian yang baik.30
Jenis analisis data yang digunakan adalah dengan analisis secara kualitatif.
Mengingat judul penelitian dan jenis metode penelitian yang saya ambil lebih tepat
untuk menggunakan analisis secara kualitatif. Karena penelitian dalam menganalisis
suatu kebijakan negara bersifat deskriptif analistis tentu tidak cocok dengan
menggunakan penelitian secara kuantitatif. Dalam Hubungan Internasional¸
30
Umar S Bakry, Metode Penelitian Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar,2016, Yogyakarta.
Hal 61
17
penelitian kualitatif merupakan jenis yang paling sering digunakan. Diperpikarakan
70% peneliti HI menggunakan jenis penelitian ini.31
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun secara sistematis yang terbagi dalam beberapa BAB dan sub-
bab. BAB pertama yaitu pendahuluan yang berisi tentang penjelasan awal mengenai
skripsi ini. Dalam BAB pertama ini terdiri dari pernyataan masalah, pertanyaan
masalah, tinjauan pustaka, kerangka teori, dan metode penelitian.
Pada BAB kedua menjelaskan mengenai latar belakang dari permasalahan yang
akan diteliti. Sesuai dengan pertanyaan yang diangkat dalam penelitian ini, maka
pada BAB kedua berisi mengenai sejarah dinamika politik dan keamanan yang harus
dihadapi Turki. Selain itu, juga terdapat beberapa sub-bab yang akan mendukung
penelitian ini.
Kemudian, pada BAB III berisi mengenai pembahasan dari spesifikasi senjata
sistem pertahanan udara rudal S-400 beserta perbandingan dengan berbagai sistem
persenjataan serupa yang ada di dunia. Disini akan bermanfaat sebagai data yang bisa
mendukung hasil penelitian ini.
BAB IV berisi analisis dari permasalahan yang diangkat pada tema penelitian ini.
Data beserta penjabaran pada BAB-BAB sebelumnya, menjadi bahan untuk
menganalisa. Pada BAB inilah akan dilakukan analisa sesuai dengan teori yang
31
Umar S Bakry, Metode Penelitian Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar,2016, Yogyakarta.
Hal 61
18
digunakan. BAB V menjadi BAB terakhir dan berisi kesimpulan dari hasil penelitian
ini.
19
BAB II
KEKUATAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN UDARA TURKI
A. Hubungan Turki dan Rusia
Berakhirnya Perang Dunia Pertama telah membawa konsekuensi besar bagi
tatanan politik dan keamanan dunia. Berbagai negara monarki runtuh dan berubah
menjadi negara republik. Diantaranya adalah monarki di Kekaisaran Rusia dan Turki
Usmani yang mengalami keruntuhan dan beralih ke pemerintahan dengan sistem
republik.32
Perang Dunia Pertama telah membuat kondisi dalam negeri Rusia mengalami
gejolak yang diakibatkan oleh ketidakpuasan masyarakat Rusia secara umum
terhadap pemerintahan Tsaris di Rusia. Kondisi tersebut diperparah dengan Rusia
yang terlibat dalam kemelut Perang Dunia Pertama melawan kekuatan negara-negara
Poros. Pada puncak dari gejolak yang terjadi, sebuah revolusi terjadi yang
meruntuhkan monarki dinasti Romanov di Rusia. Revolusi ini disebut Revolusi
Oktober berdasarkan waktu peristiwanya. Revolusi ini juga kerap disebut sebagai
Revolusi Bolshevik.33
Setelah terjadinya revolusi, Rusia mengalami perang saudara yang berlarut-larut.
Terjadi suatu polarisasi kekuatan di Rusia yang mengerucut pada dua kekuatan besar,
32
Svarin, David. Toward a Eurasian Axis? Russia and Turkey Between Cooperation and
Competiton. Hal 383 33
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation,
Conflict, and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4.
20
yaitu; Bolshevik dan Menshevik. Perang saudara segera mendera Rusia akibat dari
perebutan kekuasaan. Rusia mengalami berbagai permasalahan disemua bidang yang
diakibatkan oleh perang yang dialaminya.34
Kaum Bolshevik berhasil memenangkan kemelut di Rusia setelah mengalahkan
kaum Menshevik yang menjadi seterunya. Rusia kemudian bertransformasi menjadi
negara komunis pertama di dunia. Vladimir Illiych Lenin merubah arah kebijakan
luar negerinya secara radikal. Ia memotori perjanjian Brest-Litovsk dengan negara-
negara Poros yang mengakhiri keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia Pertama.
Perjanjian ini banyak merugikan Rusia, terutama disebabkan keharusan Rusia untuk
melepaskan beberapa wilayah miliknya.35
Disisi lain, runtuhnya Turki Usmani telah mendorong terbentuknya berbagai
negara-bangsa di Timur Tengah. Mustafa Kemal Attaturk berhasil menyelamatkan
bangsa Turki dari kehancuran total dengan menghimpun kekuatan untuk melawan
tentara pendudukan Sekutu dan kemudian mendirikan negara Turki modern yang
berdasarkan atas semangat kebangsaan yang sekuler.36
Pada masa inilah terjadi perbaikan hubungan Turki dengan Rusia. Dibawah
pemerintahan Vladimir Illych Lenin, Rusia melepaskan klaim atas wilayah perairan
Dardanella. Rusia banyak membantu perjuangan Kemalis yang mendirikan negara
34
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation,
Conflict, and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4. 35
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation,
Conflict, and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4. 36“Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation, Conflict,
and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 5
21
Republik Turki dan Rusia menjadi negara kedua yang mengakui negara Republik
Turki tersebut. Hal tersebut dilandasi oleh pandangan Lenin yang menilai perjuangan
Kemalis di Turki sejalan dengan perjuangan kaum Bolshevik di Rusia.37
Suatu langkah nyata bagi usaha Rusia untuk masa depan hubungannya dengan
Turki diwujudkan melalui perjanjian Moscow tahun 1921 yang menyatakan bahwa
seluruh perjanjian yang sebelumnya pernah ditandatangani antara Rusia dengan Turki
dibatalkan demi hukum. Hal ini membuat harapan akan semakin eratnya hubungan
Rusia dengan Turki akan terus dapat dilakukan. Karena dengan adanya perjanjian ini,
memungkinkan masa depan hubungan kedua negara akan terlepas dari warisan
permasalan masa lalu.38
Joseph Stalin sebagai pengganti Lenin, meneruskan kebijakan luar negeri yang
bersahabat dengan Turki. Republik Sosialis Federasi Soviet (RSFS) Rusia
bertransformasi dan bergabung ke dalam Uni Soviet melalui perjanjian Persekutuan
yang menggabungkan RSFS Rusia, Ukraina, Belarus dan Transkaukasus. Tahun
selanjutnya hubungan kedua negara semakin erat, peningkatan kerjasama dapat
dilihat dari meningkatnya nilai perdagangan kedua negara. Turki juga menyandarkan
model pembangunan negara yang terencana berdasarkan model yang diterapkan
37
“Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation, Conflict,
and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4. 38
“Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation, Conflict,
and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4.
22
Stalin. Turki menilai model pembangunan yang diterapkan Stalin telah berhasil
membuat ekonomi dan industri Uni Soviet maju.39
Tahun 1925, Turki dan Rusia menandatangani kesepakatan persahabatan dan
netralitas. Kesepakatan ini menandai komitmen keduanya untuk tetap menjaga
hubungan baik ditengah panasnya kondisi perpolitikan dan keamanan Eropa. Namun,
pada Maret 1945 perjanjian ini dibatalkan. Rusia kembali memunculkan ambisinya
untuk memperluas pengaruhnya, Turki menjadi salah satu negara yang terancam.40
Persaingan antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet menimbulkan
kekhawatiran dunia akan timbulnya perang baru yang jauh lebih dahsyat dari
malapetaka Perang Dunia Kedua. Pada masa Perang Dingin, Turki berada di pihak
Blok Barat dengan bergabung ke dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Bergabungnya Turki kedalam NATO menunjukkan komitmennya untuk melawan
komunisme. Kebijakan dalam negerinya menunjukkan sikap yang sama dalam
melawan komunisme.41
Di sisi lain, munculnya kelompok militan PKK telah membuat pemerintah Turki
merasa terancam. Pemerintah Turki menanggapi pemberontakan PKK dengan keras.
Banyak tentara diterjunkan ke wilayah bagian selatan Turki yang didominasi etnik
Kurdi. Tercatat berbagai pembantaian dilakukan oleh tentara Turki terhadap warga
39
Aydin, Mustafa. Securitization of History and Geography: Understanding of Security in Turkey,
(Southeast European and Balack Sea Studies, 2010). Hal 172 40
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz, Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation,
Conflict, and Asymmetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 4. 41
Arda Mevlutoglu, Commentary on Assesing the Turkish Defense Industry: Structural Issues and
Major Challenges. Hal 283
23
Kurdi. Tidak hanya itu, pemerintah Turki juga melakukan diskriminasi melalui
undang-undang maupun dalam praktik pemerintahan.42
Pertimbangan lain dari Turki untuk bergabung dengan Blok Barat adalah
dikarenakan Uni Soviet yang membangkitkan kembali tuntutan terhadap penguasaan
akses selat Bosporus. Hal ini yang mengakibatkan kembali retaknya hubungan
dengan Turki setelah sebelumnya mengalami perbaikan hubungan yang signifikan.43
Turki tidak memiliki kekuatan yang memadai untuk menghadapi kedigdayaan
kekuatan Uni Soviet. Hal tersebutlah yang secara rasional mengarahkan Turki untuk
merapatkan diri dengan Blok Barat dan bergabung dengan NATO. Turki banyak
mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat berupa bantuan ekonomi maupun militer,
salah satunya melalui Marshal Plan. Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan
bantuan Marshal Plan untuk membantu negara-negara yang kalah dalam Perang
Dunia Kedua untuk dapat membangun kembali negaranya. Bantuan bukan hanya
diberikan kepada negara-negara yang kalah Perang Dunia Kedua saja, namun juga
diarahkan kepada negara-negara yang sedang dalam kesulitan ekonomi, seperti Turki
dan Yunani. Marshal Plan pada dasarnya bertujuan untuk menghalau perluasan
pengaruh Komunis ke berbagai negara Eropa.44
42
Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension, (Frank Cass, 2010),
Vol 23, No 3 43
Stalin Planned to Annex Turkey, Iran and China”, Moldova.org, diakses pada 3 April 2018,
tersedia di laman: http://www.moldova.org/en/stalin-planned-to-annex-parts-of-iran-turkey-and-china-
203463-eng/. 44
Aydin, Mustafa. Securitization of History and Geography: Understanding of Security in Turkey.
yaitu mengenai konflik Suriah, permasalahan Kurdi, dan insiden penembakan
pesawat tempur SU-24 Rusia. Pemilihan ketiga permasalahan tersebut adalah
berdasarkan pertimbangan relevansi masalah tersebut terhadap pertanyaan penelitian
ini.
1. Konflik Suriah
Konflik Suriah telah memperburuk situasi keamanan Timur Tengah yang telah
kacau. Berawal dari demonstrasi menuntut penggulingan Presiden Bashar Al Assad
sebagai dampak dari Arab Spring berujung pada perang saudara yang tak
berkesudahan. Aparat keamanan Suriah menanggapi para demonstran secara represif
yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dalam jumlah banyak.47
Turki harus menghadapi kenyataan bahwa negaranya tidak dapat berdiam diri
melihat kekacauan di negara tetangganya. Keamanan Turki terancam seiring dengan
gejolak keamanan di Suriah. Ada sekitar tiga juta pengungsi Suriah yang memasuki
Turki. Mereka merupakan korban perang yang berusaha untuk menyelamatkan diri.
Banyak diantaranya yang berusaha memasuki negara-negara Eropa, namun tertahan
di Turki dikarenakan banyak diantara negara-negara Eropa menutup perbatasannya
dari para pengungsi Suriah. Kebijakan ini diambil atas dasar pertimbangan keamanan,
mengingat akan sangat mudah bagi radikalis menyusup diantara para imigran yang
memasuki Eropa dan akan mengancam keamanan nasionalnya.48
47
Daoudi, Marwa. The Structure-Identity Nexus: Syria and Turkey’s Collapse (2011), (Routledge:
Taylor and Francis, 2016). Hal 11-12 48
Stevenson, Jonathan. Turkey’s Diminishing Policy Option in Syria, (International Institute for
Strategic Studies, 2016), Vol 22, Hal 1
26
Turki membuka diri untuk membantu para pengungsi Suriah yang sedang
mengalami kesusahan akibat perang di Suriah. Berawal dari konflik domestik, telah
berubah dan mengarahkan pada konflik yang lebih rumit lagi tatkala berbagai negara
turut campur tangan mewarnai konflik Suriah. Masing-masing negara memiliki
kepentingan dalam keterlibatannya dalam konflik Suriah. AS berusaha mengambil
pengaruh di Suriah dengan menyokong pemberontak Suriah untuk menggulingkan
rezim Bashar Al Assad dari kursi kepresidenan.49
Rusia memiliki kepentingan besar untuk menjaga kepentinganngya di Timur
Tengah dengan mendukung rezim Assad yang pro Rusia dan anti AS untuk tetap
berkuasa. Pada masa awal terjadinya konflik Suriah, keterlibatan Turki dilandasi oleh
kenyataan dari ikatannya sebagai anggota NATO. Turki menjadi garda terdepan bagi
NATO untuk menghadapi musuh bersama mereka di Timur Tengah, terutama terkait
konflik Suriah. Turki banyak mendapat banyak bantuan militer dari sesama negara
anggota NATO. Tahun 2012, Jerman mengirimkan sistem rudal Patriot untuk
melindungi Turki dari serangan yang dilakukan dari wilayah negara tetangganya.50
2. Permasalahan Kurdi
Suku Kurdi merupakan entitas masyarakat yang terpisah kedalam berbagai
negara. Populasi Kurdi secara signifikan terdapat di beberapa wilayah di dalam
negara Turki, Suriah, Irak dan Iran. Suku ini terpisah akibat dari kekalahan Turki
49
Stevenson, Jonathan. Turkey’s Diminishing Policy Option in Syria. Hal 2 50
Barrinha, Andre. The Ambitious Insulator: Revisiting Turkey’s Position in Regional Security
Complex Theory. Hal 175
27
Usmani dalam Perang Dunia Pertama yang mengakibatkan wilayahnya terpecah ke
dalam negara-negara yang baru didirikan.51
Permasalahan Kurdi di Turki bermula ketika awal berdirinya negara Turki
modern. Pada masa Republik Turki dibawah kekuasaan Presiden Mustafa Kemal
Attaturk, tekanan dan penindasan terhadap suku Kurdi mulai terjadi secara luas. Di
wilayah yang didominasi suku Kurdi terdapat entitas politik yang berhaluan kiri dan
berusaha menentang pemerintahan Ankara. Kelompok ini disebut YPG.52
Pemerintah Turki mengklaim YPG di negaranya memiliki kaitan dengan
gerakan kemerdekaan Kurdi di berbagai negara. Serangan militer yang dilakukan oleh
Turki ke kota Afrin, Suriah, adalah bertujuan untuk mengamankan wilayah
perbatasan negaranya. Kota Afrin dikuasai oleh milisi Kurdi yang berhasil
mengontrol kota ini ketika konflik di Suriah mulai berkecamuk. Kekuatan yang
dimiliki Kurdi di Suriah dikhawatirkan akan mengancam Turki dengan ikut
bangkitnya Kurdi di Turki.53
Pada 2017, dilakukan referendum secara sepihak oleh Kurdi di Irak yang
bertujuan untuk memperoleh kemerdekaan lepas dari Irak. Namun referendum ini
ditentang Irak dan tidak diakui secara internasional. Gerakan kemerdekaan bangsa
Kurdi bersifat multinasional dengan melewati batas teritorial satu negara. Hal ini
membuat perjuangan kemerdekaan bangsa Kurdi sangat sulit diwujudkan. Fakta juga
menunjukkan bahwa saat ini semangat kebangsaan suku Kurdi sudah mulai luntur
51
Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension. Hal 70 52
Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension. Hal 71 53 Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension. Hal 72
28
kembali. Mereka telah berbaur dan memiliki identitas kebangsaannya menyatu
dengan negara yang kini ditempatinya.54
3. Penembakan Pesawat Tempur SU-24 Rusia
Era Paska Perang Dingin merupakan saat dimana hubungan Rusia dengan Turki
semakin erat terjalin. Kedua negara pada dasarnya memiliki hubungan yang saling
menguntungkan, terutama jika ditinjau dari aspek ekonomi. Komoditas minyak dan
gas menjadi hal yang sangat penting untuk melihat realitas hubungan perdagangan
kedua negara yang saling bergantung. Rusia merupakan salah satu negara pengekspor
gas alam terbesar di dunia. Negara-negara Eropa sangat bergantung terhadap pasokan
gas dari Rusia, terutama Eropa bagian tengah dan timur. Turki memiliki letak yang
sangat strategis bagi jalur lalu lintas perdagangan dunia. Rusia melihat hal ini sangat
potensial untuk dimanfaatkan sebagai jalur pipa minyak dan gas yang disalurkan ke
Eropa melalui Turki.55
Di sisi lain, hubungan Turki dengan negara-negara Barat anggota NATO
semakin erat terjalin. Perbaikan hubungan yang signifikan ini kerap mendapat
tantangan ketika kedua negara kerap dihadapkan pada perbedaan kepentingan yang
membuatnya saling berbenturan. Isu mengenai genosida bangsa Armenia dimasa lalu
yang dilakukan oleh Turki Usmani kerap membuat hubungan kedua negara memanas.
Rusia memiliki pandangan yang membela bangsa Armenia dan mengutuk genosida
54 Tarik H Og’uzlu, Turkey and The European Union: The Security Dimension. Hal 72 55
Balcer, Adam. The Future of Turkish-Russian Relations: a Strategic Perspective, (Turkish
Policy Quarterly, 2009). Hal 78-79
29
tersebut. Rusia menilai bahwa genosida yang dilakukan oleh Turki Usmani dimasa
lalu merupakan realitas sejarah yang harus diakui dan dipertanggung jawabkan.56
Namun Turki memiliki pendirian bahwa tindakannya pada masa lalu terhadap
bangsa Armenia bukanlah suatu bentuk genosida. Turki menganggap bahwa
tindakannya hanyalah suatu pembelaan kepada bangsanya dari para pengkhianat.
Pada masa tersebut, Turki sedang dilanda berbagai ancaman dari luar, terutama dari
Rusia yang menjadi lawannya di Perang Dunia Pertama. Bangsa Armenia yang
didominasi penganut Kristiani dianggap telah berkhianat dengan melawan Turki
Usmani.57
Penembakan jatuh pesawat tempur SU-24 Rusia yang dilakukan oleh Turki
dengan menggunakan pesawat tempur F-16 pada tahun 2015 menjadi penyebab
menurunnya hubungan kedua negara sampai pada titik terendah paska Perang Dingin.
Insiden ini membuat kedua negara saling bermusuhan dan memutuskan hubungan
diplomatik. Rusia mengutuk keras tindakan Turki dan menyatakan bahwa Rusia telah
ditusuk dari belakang. Turki berkilah dengan menyatakan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh pihaknya adalah sesuai prosedur yang berlaku. Turki menilai pesawat
tempur Rusia telah memasuki wilayah kedaulatan negara Turki tanpa izin. Radar
56
Ziya Onis, Suhnaz Yilmaz. Turkey and Russia in a Shifting Global Order: Cooperation,
Conflict, and Asymetric Interdependence in a Turbulent Region. Hal 13 57
Andre Barinha, The Ambitious Insulator: Revisiting Turkey’s Position in Regional Security
Complex Theory, (Routledge: Taylor and Francis, 2014). Hal 174
30
militer Turki telah melacak pesawat tempur asing yang memasuki wilayah Turki. Hal
ini membuat niliter Turki bergerak cepat untuk menghalau dan mengamankannya.58
Namun Rusia membantah tuduhan Turki dengan menyatakan bahwa pesawat
tempurnya memang berada diperbatasan Turki, namun tidak masuk dan melanggar
batas wilayah kedaulatan Turki. Pesawat tersebuat masih masuk dalam wilayah
negara Suriah yang memang merupakan wilayah operasi bagi militer Rusia.59
Negara
Suriah memang merupakan negara yang sedang dirundung konflik. Berawal dari
permasalahan domestik dimana terjadi demonstransi besar menuntut penggulingan
rezim Bashar Al Assad. Penolakan mundur Assad dari kursi presiden dan tindakan
represif aparat keamanan Suriah telah meningkatkan eskalasi dan berubah menjadi
perang saudara. Kini permasalahan Suriah bukanlah sebatas konflik domestik dan
telah menjadi konflik internasional yang melibatkan berbagai negara.60
Rusia memiliki kepentingan dengan terus mempertahankan rezim Assad di
Suriah. Secara geopolitik, Suriah sangatlah strategis. Suriah memiliki kedekatan
hubungan yang sangat erat dengan Rusia dan Iran. Dalam konstelasi politik dan
keamanan Timur Tengah, Rusia menjadikan Suriah sebagai benteng terdepan dalam
menghadapi hegemoni AS di kawasan ini. Kejatuhan rezim Assad di Suriah akan
membuat posisi Rusia akan semakin sulit. Rusia tidak akan dapat bertahan di Timur
Tengah jika hanya dengan Iran saja sebagai basis perlawanan terhadap hegemoni AS.
58
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 124-125 59
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 124-125 60
Daoudy, Marwa. The Structure-Identity Nexus: Syria and Turkey’s Collapse (2011). Hal 19-20
31
Iran pun tidak akan sanggup bertahan dengan dikepung oleh musuh-musuh
disekelilingnya yang setiap saat dapat mengancam eksistensinya.61
Letak negara Suriah yang berada di tengah jalur perdagangan penting di Timur
Tengah dan memiliki karakteristik alam yang baik menjadi sangat penting untuk
dapat dikendalikan dan dikuasai. Selain masalah keamanan dan politik yang membuat
Rusia melibatkan diri dalam konflik Suriah, juga disebabkan kepentingan
ekonominya. Rusia memiliki kepentingan, terutama adanya rencana pembangunan
pipa minyak yang menghubungakan beberapa negara penghasil minyak di Timur
Tengah dan jalur pipa tersebut melalui wilayah negara Suriah. Rusia dengan segera
bergerak turut campur tangan dalam konflik Suriah demi mengamankan
kepentingannya.62
Rusia segera bereaksi terhadap tindakan Turki yang menembak pesawat tempur
SU-24 milik Rusia. Turki pada mulanya tetap teguh dengan pendirian bahwa
pihaknya telah bertindak dengan benar dan tidak bersedia untuk meminta maaf.
Menanggapi hal tersebut, Rusia segera menerapkan sanksi bagi Turki sebagai wujud
tekanan bagi Turki yang telah berani menantang Rusia.63
Sanksi yang diberikan oleh Rusia terdiri dari berbagai bentuk dan bidang,
seperti dalam bidang ekonomi maupun militer. Rusia menjadi mitra perdagangan
terbesar kedua Turki setelah Jerman. Turki menggunakan 55% gas alam dan 30%
61
Sussex, Matthew. The Triumph of Russian National Security Policy? Russia’s Rapid Rebound,
(Australian Institute of International Affairs, 2017). Hal 2 62
Ipek, Pinar. Oil and Intra-state Conflict in Iraq and Syria: Sub-state Actors and Challenges for
Turkey’s Energy Security, (Middle Eastern Studies, 2017). Hal 141 63
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 126
32
minyak bumi untuk kebutuhan dalam negerinya yang diimpor dari Rusia. Gas
merupakan komoditas ekspor yang penting bagi Rusia, tak hanya berperan dalam
perdagangan namun juga kerap dijadikan alat politik. Rusia yang merupakan
pemasok gas terbesar ke Eropa, kerap menggunakannya sebagai alat tekan terhadap
jika menghadapi permasalahan. Turki dan Rusia juga sedang bekerjasama dalam
proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Turki senilai USD 20 Miliar
dan ditargetkan untuk selesai tahun 2020.64
Rusia juga berusaha menekan Turki melalui sektor pariwisata. Tercatat sampai
triwulan ketiga tahun 2013, ada sekitar 3,6 juta wisatawan Rusia mengunjungi Turki.
Sektor pariwisata telah menyumbang banyak kontribusi bagi perekonomian Turki.
Menurut hasil penelitian dari World Travel and Tourism Council (WTTC), sektor
pariwisata telah menyumbangkan USD 96 Miliar terhadap perekonomian Turki dan
telah menyediakan 2,1 juta lapangan pekerjaan.
Data statistik perdagangan luar negeri Turki mencatat, bahwa tahun 2009 nilai
ekspor Turki ke Rusia hanya sebesar USD 6.5 Miliar. Sedangkan nilai impor Turki
dari Rusia mencapai USD 31.4 Miliar. Sebelum terjadinya insiden penembakan
pesawat tempur SU-24 ini, Erdogan telah berkomitmen untuk meningkatkan nilai
perdagangan kedua negara menjadi USD 100 Miliar. Melihat data di atas,
menunjukkan bahwa kedua negara memiliki ikatan yang saling menguntungkan dan
memiliki prospek yang bagus. Para analis ekonomi berpendapat bahwa sanksi
64
Bilgin, Mert. Energy Policy in Turkey: Security, Market, Suply, and Pipeline, (Routledge:
Taylor and Francis, 2011). Hal 401
33
ekonomi yang dikeluarkan Rusia untuk Turki akan berdampak negatif bagi kedua
negara.65
Usaha normalisasi hubungan kedua negara dilakukan pada 2016, dimana telah
terjadi pertemuan antara kedua negara untuk membahas normalisasi hubungan.
Pertemuan lanjutan menunjukkan tren yang positif. Kedua negara berkomitmen untuk
dapat memperbaiki hubungan dan dilakukan kerjasama yang dapat mempererat
hubungan kedua negara.66
Hubungan kedua negara kembali mendapat tantangan ketika Duta Besar Rusia
untuk Turki dibunuh oleh seorang oknum petugas keamanan Turki. Pembunuhan ini
dilakukan dengan motif kekecewaan dan kemarahan kepada Rusia atas
keterlibatannya dalam komflik Suriah. Ia menganggap Rusia telah bertanggung jawab
atas pembantaian rakyat Suriah akibat dari serangan militer Rusia maupun
sokongannya kepada rezim Bashar Al Assad.67
Peristiwa ini dikhawatirkan akan merusak usaha normalisasi hubungan yang
baru dibangun. Namun Rusia dapat meredam kekhawatiran akan rusaknya usaha
normalisasi yang tengah dilakukan. Rusia menganggap peristiwa ini adalah suatu
bentuk provokasi yang dilakukan oleh pihak tertentu yang menginginkan hubungan
Rusia dan Turki buruk. Pertemuan selanjutnya antara kedua negara mengindikasikan
65
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 126 66
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 127 67
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 130
34
keinginan untuk dapat mempererat kerjasama. Kini hubungan Rusia dan Turki
semakin erat yang ditunjukkan dengan terjalinnya kerjasama diberbagai sektor.68
Dalam konflik Suriah, kini Rusia dan Turki berada dalam satu sisi yang saling
bekerjasama. Rusia mendukung tindakan Turki untuk memerangi kelompok
bersenjata suku Kurdi yang berada di wilayah kedaulatan negara Suriah. Rusia dan
Turki juga memiliki pandangan yang sama terkait solusi dari permasalahan konflik
Suriah yang terjadi berlarut-larut.69
C. Kekuatan Pertahanan Udara Turki
Turki merupakan salah satu negara terkuat di dunia. Menurut data yang dirilis
Global Fire Power, Turki berada pada urutan 10 negara terkuat di dunia pada tahun
2018. Turki memiliki kekuatan sebesar 743.415 personil. Turki juga memiliki
berbagai alutsista canggih yang siap melayani angkatan perangnya. Secara total Turki
memiliki 1.018 pesawat tempur, 194 kapal perang (termasuk 12 kapal selam), 2445
tank tempur dan berbagai jenis senjata lainnya.70
Angkatan Udara Turki mulai dibentuk tahun 1911 pada masa Turki Usmani.
Kemelut Perang Dunia Pertama yang melibatkan Turki, menjadi ajang bagi angkatan
udaranya dalam mengarungi pertempuran udara. Memasuki masa Republik, angkatan
68
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 134 69
Ortezem, H Selim. Turkey and Russia: A Fragile Friendship. Hal 136 70
“2018 Turkey Military Strenght”, Global Fire Power, diakses pada 24 Juni 2018, tersedia di laman: https://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=turkey.