KERENTANAN WILAYAH TERHADAP TSUNAMI DI PANTAI UJUNGGENTENG, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT Novida Dara Rezita 1 , Sobirin 2 dan Supriatna 2 1 Mahasiswa Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 2 Dosen Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 [email protected], Abstrak Wilayah pesisir selatan Pulau Jawa memiliki potensi ancaman gelombang tsunami akibat gempa tektonik termasuk Pantai Ujunggenteng yang terletak di pantai selatan Kabupaten Sukabumi. Tingkat Kerentanan wilayah terhadap tsunami di Pantai Ujunggenteng dikaji berdasarkan aspek keterpaparan, sensitivitas, dan ketahanan melalui penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikombinasikan dengan analisis spasial berbasis grid serta dilakukan verifikasi lapangan pada 37 titik survei. Kerentanan wilayah terhadap tsunami di daerah penelitian menggunakan metode AHP didominasi oleh kelas kerentanan tinggi. Kerentanan wilayah tinggi terdapat pada sepanjang pesisir pantai bagian selatan dan beberapa di pesisir pantai barat daerah penelitian dengan jumlah grid414 atau berkisar 73% dari seluruh jumlah grid. Kerentanan wilayah sedang terdapat pada bagian tengah, timur dan beberapa di pesisir barat daerah penelitian dengan jumlah grid 123 atau berkisar 22% dari seluruh jumlah grid. Sedangkan kerentanan wilayah rendah terdapat dibagian utara dan beberapa di tengah daerah penelitian dengan jumlah grid 27 atau berkisar 5% dari seluruh jumlah grid. Kata kunci : kerentanan, keterpaparan, sensitivitas, ketahanan, tsunami Vulnerability of Tsunami in Coastal Areas Ujunggenteng, Sukabumi, West Java Abstract Java's southern coastal areas have potential threat of a tsunami caused by tectonic earthquake including Ujunggenteng beach located in the south coast of Sukabumi. The vulnerability levels of the region to the tsunami in Ujunggenteng beach are assessed based on aspects of exposure, sensitivity and resilience through the application of Analytical Hierarchy Process (AHP) combined with grid-based spatial analysis and verification from field surveys at 37 points. The vulnerability of the region to tsunami in study area with AHP method is dominated by high vulnerability class. There are areas of high vulnerability in the western part along the coast and southern coast area of study with number of grids 414 or about 73% of the total grid. The moderate vulnerability of the region is located on the central, eastern and some western part of coastal in the study areas with 123 grids or about 22% of the total grid. While there is a lower susceptibility region in the north and some in the middle of the study area with the number of grids are 27, or about 5% of the total grid. Keywords: vulnerability, exposure, sensitivity, resilience, tsunami Kerentanan wilayah..., Novida Dara Rezita, FMIPA UI, 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KERENTANAN WILAYAH TERHADAP TSUNAMI DI PANTAI UJUNGGENTENG, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT
Novida Dara Rezita1, Sobirin2 dan Supriatna2
1Mahasiswa Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 2Dosen Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424
Wilayah pesisir selatan Pulau Jawa memiliki potensi ancaman gelombang tsunami akibat gempa tektonik termasuk Pantai Ujunggenteng yang terletak di pantai selatan Kabupaten Sukabumi. Tingkat Kerentanan wilayah terhadap tsunami di Pantai Ujunggenteng dikaji berdasarkan aspek keterpaparan, sensitivitas, dan ketahanan melalui penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dikombinasikan dengan analisis spasial berbasis grid serta dilakukan verifikasi lapangan pada 37 titik survei. Kerentanan wilayah terhadap tsunami di daerah penelitian menggunakan metode AHP didominasi oleh kelas kerentanan tinggi. Kerentanan wilayah tinggi terdapat pada sepanjang pesisir pantai bagian selatan dan beberapa di pesisir pantai barat daerah penelitian dengan jumlah grid414 atau berkisar 73% dari seluruh jumlah grid. Kerentanan wilayah sedang terdapat pada bagian tengah, timur dan beberapa di pesisir barat daerah penelitian dengan jumlah grid 123 atau berkisar 22% dari seluruh jumlah grid. Sedangkan kerentanan wilayah rendah terdapat dibagian utara dan beberapa di tengah daerah penelitian dengan jumlah grid 27 atau berkisar 5% dari seluruh jumlah grid. Kata kunci : kerentanan, keterpaparan, sensitivitas, ketahanan, tsunami
Vulnerability of Tsunami in Coastal Areas Ujunggenteng, Sukabumi, West Java Abstract
Java's southern coastal areas have potential threat of a tsunami caused by tectonic earthquake including Ujunggenteng beach located in the south coast of Sukabumi. The vulnerability levels of the region to the tsunami in Ujunggenteng beach are assessed based on aspects of exposure, sensitivity and resilience through the application of Analytical Hierarchy Process (AHP) combined with grid-based spatial analysis and verification from field surveys at 37 points. The vulnerability of the region to tsunami in study area with AHP method is dominated by high vulnerability class. There are areas of high vulnerability in the western part along the coast and southern coast area of study with number of grids 414 or about 73% of the total grid. The moderate vulnerability of the region is located on the central, eastern and some western part of coastal in the study areas with 123 grids or about 22% of the total grid. While there is a lower susceptibility region in the north and some in the middle of the study area with the number of grids are 27, or about 5% of the total grid. Keywords: vulnerability, exposure, sensitivity, resilience, tsunami
Kerentanan wilayah..., Novida Dara Rezita, FMIPA UI, 2015
2
1. PENDAHULUAN
Pantai Ujunggenteng merupakan pantai wisata di selatan Kabupaten Sukabumi. Pantai
ini menghadap langsung Samudra Indonesia dimana terdapat zona subduksi dua lempeng
aktif dunia yang apabila bertemu dapat menghasilkan tumpukan energi yang memiliki
ambang batas tertentu yang memungkinkan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Pantai
Ujunggenteng memiliki karakteristik pantai yang landai dengan topografi ketinggian 0 – 25
mdpl berpotensi menjadi wilayah sapuan gelombang tsunami. Morfologi pantai ini berbentuk
teluk dan tanjung yang merupakan tempat akumulasi gelombang yang masuk ke daratan.
Berdasarkan sumber potensi desa 2014, pantai wisata ini terdapat konsentrasi penduduk yang
bekerja sebagai nelayan, petani dan wirausaha sektor pariwisata. Dari sumber yang sama
pengunjung Pantai Ujunggenteng mencapai ± 200 orang pada hari biasa, ± 1.000 orang pada
libur sabtu-minggu dan ± 20.000 orang pada libur panjang. Pada 17 Juli 2006 saat kejadian
gempa dan tsunami yang berpusat di selatan Pantai Pangandaran, Pantai Ujunggenteng juga
merasakan dampak tersebut. Berdasarkan keterangan penduduk Desa Ujunggenteng, kejadian
tersebut mengakibatkan kerusakan pada rumah penduduk, penginapan pengunjung, perahu
nelayan dan fasilitas umum.
Berdasarkan permasalahan tersebut, Pantai Ujunggenteng merupakan wilayah yang
diindikasikan memiliki kerentanan terhadap tsunami. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian mengenai kerentanan terhadap bencana tsunami di Pantai Ujunggenteng
berdasarkan keterpaparan, sensitivitas dan ketahanan. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi bagi masyarakat maupun pemerintah setempat mengenai kerentanan
wilayah Pantai Ujunggenteng terhadap bencana tsunami. Hal ini dapat dijadikan “Early
Warning System” atau peringatan terhadap bencana alam untuk masyarakat maupun
pemerintah setempat. Selain itu penelitian ini nantinya dapat dijadikan acuan untuk program
atau strategi mitigasi bencana tsunami pada wilayah Pantai Ujunggenteng.
2. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tsunami Menurut Puspito et al., (1994) penyebab utama bencana tsunami di Indonesia yaitu gempa
tektonik, letusan gunung api, atau longsoran yang terjadi di dasar laut. Menurut Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, gelombang tsunami yang terjadi akibat deformasi di
dasar laut memiliki karakteristik yaitu memiliki panjang gelombang sekitar 100 - 200 km atau
lebih, memiliki periode waktu 10 - 60 menit dan kecepatan perambatan gelombang
bergantung pada kedalaman dasar laut.
Kerentanan wilayah..., Novida Dara Rezita, FMIPA UI, 2015
3
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, gempa bumi adalah salah
satu pemicu utama terjadi tsunami. Gempa bumi tersebut memiliki ciri khusus yang dapat
memicu terjadinya tsunami. Ciri-ciri gempa bumi sebagai berikut.
• Lokasi episenter terletak di laut
• Kedalaman pusat gempa relatif dangkal atau kurang dari 70 km
• Memiliki magnitudo yang besar atau M lebih dari 7.0 SR
• Mekanisme pensesarannya merupakan sesar naik (thrusting fault) dan sesar turun
(normal fault)
2.2 Kerentanan Tsunami
Penelitian ini mendefinisikan kerentanan sebagai derajat atau tingkatan pada suatu
sistem yang memiliki potensi bencana yang akan terjadi atau pernah mengalami bencana,
sistem ini termasuk didalamnya kondisi fisik, kondisi sosial dan kondisi lingkungan. Kondisi
fisik yang dimaksudkan adalah kondisi fisik pantai yang dapat dilihat dari karakteristik fisik.
Kondisi sosial yang dimaksudkan adalah kondisi masyarakat atau penduduk yang terdapat
pada daerah penelitian. Kondisi lingkungan yang dimaksudkan adalah kondisi lingkungan
terbangun pada daerah penelitian seperti adanya permukiman, pelabuhan dan lain sebagainya.
Pada konsep Turner tidak semua indikator dapat di aplikasikan ke dalam penelitian ini, maka
dilakukan modifikasi sebagai berikut.
Gambar 1. Konsep Kerentanan Menurut Turner et al., 2003 (dengan Modifikasi)
Kerentanan wilayah..., Novida Dara Rezita, FMIPA UI, 2015
4
Konsep kerentanan pada gambar 1. merupakan hasil modifikasi dari konsep
kerentanan menurut Turner (2003) yang telah ditampilkan sebelumnya. Konsep kerentanan
dibuat lebih ringkas agar dapat diaplikasikan dalam penelitian. Kerentanan terdiri dari aspek
keterpaparan, sensitivitas dan ketahanan. Ketahanan memiliki nilai yang berbanding terbalik
dengan kerentanan, semakin kecil nilai ketahanan maka semakin besar nilai kerentanan dan
begitupun sebaliknya. Sedangkan keterpaparan dan sensitivitas memiliki nilai yang
berbanding lurus dengan kerentanan.
Berikut definisi dalam konsep kerentanan dalam penelitian ini
1. Kerentanan adalah derajat dimana suatu sistem, komponen subsistem atau sistem yang
akan mengalami kerugian karena paparan bahaya, baik gangguan atau stress. Kerentanan
terdiri berdasarkan tiga aspek yaitu keterpaparan, sensitivitas dan ketahanan (Turner et al,
2003).
2. Keterpaparan merupakan kondisi fisik yang terpapar oleh gangguan (Turner et al, 2003).
3. Sensitivitas merupakan kondisi manusia dan lingkungan yang peka terhadap gangguan dan
dipengaruhi oleh kondisi fisik pada suatu wilayah (Turner et al, 2003).
4. Ketahanan merupakan ukuran seberapa cepat pemulihan sistem dari kerusakan (Buckle et
al, 2000).
2.3 AHP (Analytical Hierarchy Process)
Analytical Hierarchy Process atau AHP pertama kali dikembangkan oleh Saaty tahun 1984
oleh seorang ahli matematika dari Universitas Pitsburg, Amerika Serikat. Metode ini
menggunakan perbandingan untuk menciptakan suatu matriks rasio (Malczewski, 1999 dalam
Ristya, 2012). Metode ini biasanya digunakan untuk menjawab permasalahan yang tidak
mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk memecahkan masalah terukur (kuantitatif),
masalah yang memerlukan pendapat (judgement) maupun situasi kompleks, pada situasi
ketika data dan informasi statistik sangat minim (Oktriadi, 2009 dalam Ristya, 2012).
3. METODE PENELITIAN Daerah penelitian pada Pantai Ujunggenteng di Desa Ujunggenteng Kecamatan Ciracap,
Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian 0 – 25 mdpl dibuat menjadi
grid ukuran 150 x 150 meter. Tepatnya terletak pada koordinat 7⁰19’45” LS – 7⁰22’57” LS
dan 106⁰23’58” BT – 106⁰26’59” BT. Survei dilakukan dengan sebaran sebanyak 37 titik
Kerentanan wilayah..., Novida Dara Rezita, FMIPA UI, 2015
5
untuk observasi, wawancara dan dokumentasi. Alur pikir penelitian dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Alur Pikir Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua tipe data yang diperlukan yaitu data primer dan sekunder. Data
primer adalah data data penghalang gelombang seperti vegetasi penghalang atau dinding alam