KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS LAPAROTOMI DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO JAKARTA PUSAT TAHUN 2012 Rafika Fathni, Maksum Radji, dan Siti Fauziyah Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Abstrak Laparotomi merupakan salah satu prosedur medis yang dilakukan secara manual dan menyebabkan banyak perlukaan, yang berisiko tinggi mengalami infeksi, yang dicegah dengan antibiotik profilaksis. Pemberian antibiotik profilaksis yang dilakukan secara empiris dapat menyebabkan banyak dampak negatif jika dilakukan tanpa pengkajian kerasionalan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data penggunaan antibiotik profilaksis dan melakukan evaluasi kerasionalannya dilihat dari ketepatan indikasi, ketepatan obat, dan ketepatan dosis. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data penggunaan antibiotik profilaksis laparotomi dari rekam medis pasien yang menerima prosedur laparotomi pada bulan Januari – Desember 2012 secara retrospektif dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling. Populasi penelitian berjumlah 486 pasien, dan 161 pasien diterima sebagai sampel penelitian, dengan total administrasi antibiotik profilaksis laparotomi sebanyak 230 kali. Hasil penelitian menunjukkan pola penggunaan antibiotik profilaksis yang kebanyakan diberikan adalah antibiotik profilaksis tunggal (57,14%), dan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah seftriakson dan sefotaksim (34,78%). Penggunaan antibiotik profilaksis yang memenuhi kriteria tepat indikasi adalah 54,78%, tepat obat 3,48%, dan tepat dosis 88,70%. Namun demikian, dari seluruh sampel penelitian tidak ada yang dapat dikategorikan rasional dilihat dari ketepatan indikasi, obat, dan dosis. Kata kunci: antibiotik; laparotomi; profilaksis; rasional Abstract Laparotomy is a manual medical procedure which causes many wounds, and has a high infection risk. Surgical site infection is usually prevented by administration of prophylaxis antibiotics. Empirical administration of prophylaxis antibiotics without rationality study can cause many negative impacts. The aim of this study was to collect prophylaxis antibiotics usage data and to evaluate rationality of the administration, observed from the accuracy of indication, medication, and dose. This retrospective cross-sectional study was done by collecting laparotomy prophylaxis antibiotics usage data from medical record of patients who had received laparotomy procedure on January – December 2012 using total sampling. Population of study included 486 patients, and 161 patients were accepted as samples of study, with total 230 times administration of laparotomy prophylaxis antibiotics. The results showed that most of antibiotic prophylaxis were given as single type antibiotic (57.14%), and the most antibiotics used were ceftriaxone and cefotaxime (34.78%). Patients given prophylaxis antibiotics with rational indication were 54.78%, only 3.48% were given the appropriate medication, and 88.70% were given antibiotics with the right dose. However, among all samples, none was considered rational in terms of indication, medication, and dose accuracy. Keywords : antibiotic; laparotomy; prophylaxis; rational Kerasionalan Penggunaan..., Rafika Fathni, F.Farmasi UI, 2013
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS LAPAROTOMI DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR.
MINTOHARDJO JAKARTA PUSAT TAHUN 2012
Rafika Fathni, Maksum Radji, dan Siti Fauziyah
Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Abstrak
Laparotomi merupakan salah satu prosedur medis yang dilakukan secara manual dan menyebabkan banyak perlukaan, yang berisiko tinggi mengalami infeksi, yang dicegah dengan antibiotik profilaksis. Pemberian antibiotik profilaksis yang dilakukan secara empiris dapat menyebabkan banyak dampak negatif jika dilakukan tanpa pengkajian kerasionalan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data penggunaan antibiotik profilaksis dan melakukan evaluasi kerasionalannya dilihat dari ketepatan indikasi, ketepatan obat, dan ketepatan dosis. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data penggunaan antibiotik profilaksis laparotomi dari rekam medis pasien yang menerima prosedur laparotomi pada bulan Januari – Desember 2012 secara retrospektif dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling. Populasi penelitian berjumlah 486 pasien, dan 161 pasien diterima sebagai sampel penelitian, dengan total administrasi antibiotik profilaksis laparotomi sebanyak 230 kali. Hasil penelitian menunjukkan pola penggunaan antibiotik profilaksis yang kebanyakan diberikan adalah antibiotik profilaksis tunggal (57,14%), dan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah seftriakson dan sefotaksim (34,78%). Penggunaan antibiotik profilaksis yang memenuhi kriteria tepat indikasi adalah 54,78%, tepat obat 3,48%, dan tepat dosis 88,70%. Namun demikian, dari seluruh sampel penelitian tidak ada yang dapat dikategorikan rasional dilihat dari ketepatan indikasi, obat, dan dosis. Kata kunci: antibiotik; laparotomi; profilaksis; rasional
Abstract
Laparotomy is a manual medical procedure which causes many wounds, and has a high infection risk. Surgical site infection is usually prevented by administration of prophylaxis antibiotics. Empirical administration of prophylaxis antibiotics without rationality study can cause many negative impacts. The aim of this study was to collect prophylaxis antibiotics usage data and to evaluate rationality of the administration, observed from the accuracy of indication, medication, and dose. This retrospective cross-sectional study was done by collecting laparotomy prophylaxis antibiotics usage data from medical record of patients who had received laparotomy procedure on January – December 2012 using total sampling. Population of study included 486 patients, and 161 patients were accepted as samples of study, with total 230 times administration of laparotomy prophylaxis antibiotics. The results showed that most of antibiotic prophylaxis were given as single type antibiotic (57.14%), and the most antibiotics used were ceftriaxone and cefotaxime (34.78%). Patients given prophylaxis antibiotics with rational indication were 54.78%, only 3.48% were given the appropriate medication, and 88.70% were given antibiotics with the right dose. However, among all samples, none was considered rational in terms of indication, medication, and dose accuracy. Keywords : antibiotic; laparotomy; prophylaxis; rational
Tabel 5. Data jumlah kuman yang terlibat dalam pembuatan peta resistensi bakteri terhadap antibiotik di RSAL Dr. Mintohardjo periode Januari – Desember 2012
Tabel 7. Data evaluasi penggunaan antibiotik laparotomi RSAL Dr. Mintohardjo tahun 2012 berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan obat, dan ketepatan dosis
Variabel Kriteria Jumlah Administrasi Antibiotik Persentase (%)
(88,70%). Tidak ada pasien yang menerima antibiotik profilaksis laparotomi secara rasional
jika dilihat dari data ketepatan indikasi, ketepatan obat, dan ketepatan dosis.
SARAN
Dokter bedah disarankan menelaah panduan yang berlaku lebih lanjut, atau melakukan
penyusunan panduan pemberian antibiotik profilaksis bedah bagi kalangan sendiri. Evaluasi
penggunaan antibiotik profilaksis laparotomi secara evidence-based pada periode tertentu atau
perputaran penggunaan antibiotik profilaksis yang tepat indikasi dan efektif disarankan untuk
dilakukan untuk mencegah berkembangnya resistensi lebih lanjut pada bakteri penginfeksi.
Selain itu, diperlukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara kerasionalan penggunaan
antibiotik profilaksis dengan kejadian infeksi luka operasi laparotomi, serta faktor-faktor yang
memengaruhinya.
KEPUSTAKAAN
Departemen Kesehatan RI. (2011). Masalah Kebal Obat Masalah Dunia. Dikutip 15 Oktober 2012, dari halaman web Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan: www.bppsdmk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=189:masalah-kebal-obat-masalah-dunia&catid=38:berita&itemid=82.
Desiana, Lydia S., Soemardi, Ajoedi., Radji, Maksum. (2008). Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis di Ruang Bedah Rumah Sakit Kanker “Dharmais” Jakarta dan Hubungannya dengan Kejadian Infeksi Daerah Operasi. Indonesian Journal of Cancer, 2(4):126-131.
Di Piro J.T., Talbert, R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. (1997). Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach. Connecticut: Appleton & Lange, pp. 2019-2035.
Djojosugito, MA., Roeshadi, D., Pusponegoro, AD., Supardi, I. (2001). Buku Manual Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Emori, T.G., Gaynes, R.P. (1993). An overview of nosocomial infections, including the role of the microbiology laboratory. Clin. Microbiol Rev. 6(4): 428-442.
Esposito, S., Noviello, S., Vanasia, A., dan Venturino, P. (2004). Ceftriaxone versus Other Antibiotics for Surgical Prophylaxis: A Meta-Analysis. Clin Drug Investig. 24(1): 29-39.
Evans, RS., Classen, DC., Pestotnik, SL., et al. (1994). Improving empiric antibiotic selection using computer decision support. Archives of Internal Medicine, 154(8):878-884.
Goldman, Maxine A. (2007). Pocket Guide to the Operating Room Third Edition. Philadelphia: F.A.Davis Company.
Grill, C. (2012). State of the states: defining surgery. Bulletin of the American College of Surgeons, 97(5): 27–9.
Hedrick, T.L., Turrentine, F.E., Smith, R.L., et al. (2007). Single Institutional Experience eith the Surgical Infection Prevention Project in Intra Abdominal Surgery. Surgical Infectioms 8(4): 425-436.
Hidajat, Nucki N. (2009). Pencegahan Infeksi Luka Operasi. Bandung: FK-UNPAD/Bag. Orthopaedi & Traumatologi RS. Hasan Sadikin.
Karnadihardja W. (1990). Tinjauan terhadap Penelitian Infeksi Nosokomial di RS Hasan Sadikin dalam Usaha Penggunaan Antimikroba secara Rasional. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 2406/MENKES/PER/XII/2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kirkland, Kathryn B., Briggs, Jane P., Trivette, Sharon L., Wilkinson, William E., dan Sexton, Daniel J. (1999). The Impact of Surgical – Site Infections in the 1990s: Attributable Mortality, Excess Length of Hospitalization, and Extra Costs. Infection Control and Hospital Epidemiology, 20(11):725-730
Mangram, A., Horan, T., Pearson, M., Silver, L., dan Jarvis, W. (1999). Guidelines for prevention of surgical site infection. Infection Control and Hospital Epidemiology, 20(4): 247. Dikutip 20 Oktober 2012, dari halaman web CDC: http://www.cdc.gov/ncidod/hip/SSI/SSI_guideline.htm.
Nester, E.W., et al. (1998). Microbiology, A Human Perspective 2nd edition. New York: McGraw-Hill.
NNIS. (2004). National Nosocomial Infections Surveillance (NNIS) System Report, data summary from January 1992 through June 2004. Dikutip 20 Oktober 2012, dari halaman web CDC: http://www.cdc.gov/nhsn/pdfs/datastat/nnis_2004.pdf.
Norton, J.A., Barie, P.S., Bollinger, R.R. (2008). Surgery: Basic Science and Clinical Evidence. New York: Springer.
Pessaux P., Msika S., Atalla D., et al. (2003). Risk factors for postoperative infectious complications in colorectal abdominal surgery: a multivariate analysis based on a prospective multicenter study of 4718 patients. Arch. Surg. 138(3): 314-324.
Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Alih Bahasa: Yasmin Asih, dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Solomkin, J.S., Mazuski, J.E., Bradley, J.S., et al. (2010). Diagnosis and management of complicated intra-abdominal infection in adults and children: guidelines by the Surgical Infection Society and the Infetious Diseases Society of America. Clin. Infect. Dis. 50(2): 133-164.
Villar, H., Jugo, M., dan Farinati, A. (1994). Efficacy of gentamycin combined with beta-lactam antibiotics against penicillin-resistant and non-resistant Streptococcus agalactiae. Enferm Infecc Microbiol Clin. 12(8):385-389.