Page 1
KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN
MUARA SUNGAI JANG KOTA TANJUNGPINANG
Invai Rikardo,
Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Winny Retna Melani, SP., M.Sc.
Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Tri Apriadi, S.Pi., M.Si.
Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat jenis-jenis, kelimpahan, keanekaragaman,
keseragaman, dan dominansi serta koefisien saprobitas fitoplankton yang ada di perairan Sei Jang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - September 2016 di sepanjang perairan Muara Sungai
Jang, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode survey. Sebanyak 31 titik sampling ditentukan secara
acak (random sampling). Jenis fitoplankton yang diperoleh dari hasil penelitian di perairan Sungai
Jang terdiri dari 7 kelas dan 19 spesies fitoplankton. Komposi spesies terbanyak terjadi pada
kelompok fitoplankton kelas Bacillariophyceae sedangkan terkecil masing-masing terjadi pada
kelas Dinophyceae dan Oligotrichea. Rata-rata kelimpahan fitoplankton sebanyak 1121 sel/L.
Kondisi kelimpahan di perairan Sungai Jang termasuk kedalam kelimpahan yang sedang. Melihat
dari hasil penilaian indeks ekologi (keanekaragaman, keseragaman, serta dominansi) mencirikan
adanya gangguan terhadap kondisi perairan sekitar Sungai Jang, yang mencirikan adanya
perubahan kondisi lingkungan. Nilai indeks saprobitas yang diperoleh dari hasil analisis komunitas
fitoplankton terklasifikasikan terjadi pencemaran bahan organik cukup berat/Mesosaprobik.
Kata Kunci : Bioindikator, Fitoplankton, Saprobik, Sei Jang
Page 2
The Phytoplankton Diversity as Water Quality Indicator in Sungai Jang Estuary
Tanjungpinang City
Invai Rikardo,
Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Winny Retna Melani, SP., M.Sc.
Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Tri Apriadi, S.Pi., M.Si.
Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
ABSTRACT
The objective of this study were detemine diversity, abundance, uniformity, dominance,
and saprobic coefficient of phytoplankton in the Sungai Jang estuary, Tanjungpinang. The research
was conducted on July to September 2016 along the Sungai Jang estuary at Tanjung Ayun Sakti,
Bukit Bestari Sub district, Tanjungpinang. This study was used survey method. There were 31
sampling stations by random sampling. The result of this study were found that phytoplankton in
the Sungai Jang estuary consisted of 7 classes and 19 species. The higest phytoplankton abundance
was Bacillariophyceae, while Dinophyceae and Oligotrichea were less. The averages of
abundance phytoplankton were 1121 cells/L (moderate category). The result of ecological index
(Shanon Wiener, Eveness, and dominance index) showed that the Sungai Jang Estuary were
disturbed by of environment changing. Saprobic index showed that Sungai Jang Estuary quite
contaminated of organic matters (Mesosaprobic).
Keywords: Bio-indicator, Phytoplankton, Saprobic, Sei Jang
Page 3
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perairan muara sungai merupakan
aliran kanal alami yang menghubungkan
aliran air permukaan menuju ke laut.
Aktivitas-aktivitas yang ada sekitar muara
sungai meliputi aktivitas permukiman,
penimbunan, (reklamasi) serta aktivitas jalur
bongkar muat kapal bermotor. Kegiatan-
kegiatan tersebut dapat mempengaruhi
kondisi perairan muara sungai, termasuk
kelimpahan organisme. Untuk melihat
kondisi perairan dapat dilakukan dengan
pendekatan biologis,melalui keberadaan
serta kelimpahan fitoplankton.
Menurut Nontji (2007),
fitoplankton merupakan plankton nabati
yang tumbuh mengapung dan melayang
dalam laut. Ukurannya sangat kecil dan
mikroskopis, paling umum berukuran 2 –
200 µm bersel tunggal dan ada juga yang
berbentuk rantai. Fitoplankton memiliki
fungsi penting karena bersifat autrotrofik
yakni dapat menghasilkan makanan sendiri
berupa bahan organik dan mengandung
klorofil dan memiliki kemampuan
berfotosintesis yakni menyadap energi surya
untuk mengubah bahan anorganik menjadi
bahan organik. Karena kemampuan
mengubah bahan anorganik menjadi bahan
organik inilah fitoplankton disebut dengan
produsen primer.
Dalam proses fotosintesisnya,
fitoplankton memanfaatkan dan mengubah
unsur-unsur anorganik menjadi bahan
organik dengan bantuan cahaya matahari.
Kemampuan dalam menyerap cahaya
matahari oleh seluruh permukaan sel
menjadikan peranannya sebagai indikator
suatu perairan. Perairan yang tercemar
menyebabkan perubahan struktur komunitas
plankton terutama pada keanekaragaman
jenis (spesies diversity). Fitoplankton dapat
digunakan sebagai indikator kualitas
perairan, dimana perairan eutrof ditandai
dengan adanya blooming spesies tertentu
dari fitoplankton (Nontji, 2007).
Penilaian kualitas air dengan
pendekatan biologi, khususnya organisme
fitoplankton sebagai organisme yang
memegang peranan utama sebagai aliran
energi pertama (primary produsen) akhir –
akhir ini mulai mendapatkan perhatian yang
besar. Pendekatan aspek biologi sangat
bermanfaat, karena organisme tersebut
mampu merefleksikan adanya perubahan
yang disebabkan oleh penurunan kualitas
suatu perairan. Kondisi suatu perairan, baik
fisika, kimia maupun biotik sangat
mempengaruhi keberadaan, kelimpahan dan
keanekaragaman jenis fitoplankton dalam
suatu badan air, kondisi ini juga terjadi di
perairan muara Sungai Jang.
Perairan muara Sungai Jang
merupakan salah satu kawasan di
Tanjungpinang yang banyak terdapat
pemukiman penduduk, jalur nelayan yang
menggunakan perahu bermotor yang akan
menangkap ikan, sebagai pelabuhan kapal-
kapal pengangkut barang, dan juga jalur
transportasi yang melintas untuk perbaikan
kapal. Aktivitas-aktivitas di perairan tersebut
dapat menyebabkan terjadinya perubahan
kualitas perairan dengan memberikan
dampak terhadap perubahan struktur
komunitas fitoplankton di perairan ini.
Dengan demikian perlu dilakukan penelitian
dengan judul Keragaman Fitoplankton
sebagai Indikator Kualitas Perairan di
Perairan muara Sungai Jang Kota
Tanjungpinang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Fitoplankton
1. Definisi Fitoplankton
Fitoplankton merupakan nama
umum untuk plankton tumbuhan atau
plankton nabati yang terdiri dari beberapa
kelas. Beberapa kelas dari fitoplankton yang
sering di jumpai dalam lingkungan perairan
adalah dari kelas diatom (kelas
bacillariophyceae), dinoflagellata (kelas
dinophyceae), dan ganggang hijau (kelas
chlorophyceae). Keberadaan fitoplankton
dalam perairan yang melimpah dapat
menyebabkan terjadinya blooming algae
atau bisa disebut red tide (pasang merah)
yang dapat menyebabkan invertebrata, ikan,
dan organisme air lainnya mati secara
massal.
2. Ciri-ciri Fitoplankton
Fitoplankton memiliki klorofil
untuk dapat berfotosintesis, menghasilkan
senyawa organik seperti karbohidrat dan
oksigen. Plankton dapat dikelompokkan
Page 4
menjadi lima golongan berdasarkan
ukurannya, yaitu megaplankton (>2 mm),
makroplankton (0,2-2 mm), mikroplankton
(20 µm – 0,2 mm), nanoplankton (2-20 µm),
dan ultraplankton (<2 µm). Sedangkan
berdasarkan daur hidupnya dibagi menjadi
dua, yaitu holoplankton (seluruh daur
hidupnya bersifat planktonik) dan
meroplankton (sebagian dari daur hidupnya
bersifat planktonik) (Nybakken, 1992).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juli - September 2016 di sepanjang perairan
Muara Sungai Jang, Kelurahan Tanjung
Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, Kota
Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Analisis sampel fitoplankton dilakukan di
Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali
Haji. Analisis data kualitas air dilakukan di
Laboratorium Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKL PP) kelas 1 Batam.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei, artinya penelitian
yang dilakukan secara langsung terhadap
objek tanpa memberikan perlakuan khusus
terhadap objek yang diteliti. Tahapan pada
penelitian ini meliputi pengumpulan data,
penentuan titik sampling, pengambilan
sampel fitoplankton, pengukuran, dan
analisis data.
1. Penentuan titik sampling
Penentuan titik sampling dalam
pengambilan sampel dilakukan setelah
peninjauan langsung ke lokasi penelitian
(survei awal). Dari hasil survei awal pada
lokasi penelitian yang dilakukan di perairan
muara sungai Jang, maka ditetapkan bahwa
pengambilan sampel dilakukan secara acak
(random sampling) yaitu pengambilan
sampel acak sederhana yang digunakan
untuk memilih sampel dari populasi dengan
acak sedemikian rupa sehingga setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang
sama besar untuk diambil sebagai sampel
(Fachrul, 2007). Penentuaan titik sampling
untuk penelitian ini menggunakan aplikasi
sampling planner, sehingga di dapat 31 titik
pengambilan sampling. Peta titik sampling
dapat dilihat pada Gambar 2, titik koordinat
pengambilan sampel dapat dilihat pada
gambar
Gambar. Peta Lokasi Penelitian
2. Pengambilan Sampel
Fitoplankton
Pengambilan sampel air dilakukan
pada daerah atau bagian permukaan dengan
kedalaman kecerahan Secchi disk.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
menyaring air volume 100 liter
menggunakan wadah berukuran 10 L yang
dilakukan sebanyak 10 kali. Sampel air
untuk pengamatan fitoplankton diambil dari
masing-masing stasiun yang disaring dengan
menggunakan plankton net. Kemudian air
yang tersaring langsung dimasukkan ke
dalam botol sampel yang sudah diberi
penandaan, dan diawetkan dengan larutan
lugol 4%. Pengawetan ini dimaksudkan
untuk tetap menjaga keutuhan dan bentuk
fitoplankton agar mudah diidentifikasi
(Nontji, 2008).
3. Identifikasi Fitoplankton
Sampel fitoplankton yang telah
diawetkan kemudian diamati di laboratorium
Ilmu Kelautan dan Perikanan UMRAH.
Pengamatan fitoplankton dilakukan dengan
menggunakan mikroskop Nikon Binokuler
dan mikroskop Optima Binokuler dengan
pembesaran 40 - 400 kali. Fitoplankton yang
akan diamati di bawah mikroskop,
menggunakan gelas objek (object glass)
yang kemudian ditutup dengan gelas
penutup (cover slip) yang tipis (Nontji,
2008). Objek diamati menggunkan metode
Page 5
sensus dan di identifikasi dan mencocokkan
dengan buku identifikasi ”Marine and Fresh
plankton” (Davis, 1971). Untuk
mempermudah identifikasi, jenis
fitoplankton yang diamati dan difoto dengan
menggunakan kamera digital.
C. Analisis Data
Dari data yang diperoleh kemudian
dilakukan analisis untuk mengukur
kelimpahan fitoplankton, indeks
keanekaragaman, indeks keseragaman
fitoplankton dan indeks dominansi
fitoplankton dengan persamaan sebagai
berikut:
1. Kelimpahan Fitoplankton Fachrul (2007) penentuan
kelimpahan fitoplankton dilakukan
berdasarkan metode sensus di atas gelas
objek. Kelimpahan fitoplankton dinyatakan
secara kuantitatif dalam jumlah sel/liter.
Kelimpahan plakton dihitung berdasarkan
rumus (Fachrul, 2007):
N = n x Vr x 1
Vo Vs
Keterangan :
N = Jumlah individu per liter
n = Jumlah sel yang diamati
Vr = Volume air yang tersaring (mL)
Vo = volume air yang diamati (mL)
Vs = Volume air yang disaring (L)
2. Indeks keanekaragaman (H’)
Untuk mengetahui keanekaragaman
fitoplankton, maka digunakan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener (Odum,
1993 dalam Fachrul, 2007) sebagai
pentunjuk pengolahan data sebagai berikut.
Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman
ni = Jumlah individu/spesies
N = Jumlah individu keseluruhan
Kisaran nilai indeks keanekaragaman dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
H’ <2,306= Keanekaragaman rendah
2,3026 < H’ < 6,9076 = Keanekaragaman
sedang
H’ >6,9076= Keanekaragaman tinggi
3. Indeks Keseragaman
Untuk menghitung keseragaman,
maka digunakan indeks keseragaman
(Odum, 1993 dalam Fachrul, 2007) untuk
menunjukan sebaran fitoplankton dalam
suatu komunitas. Indeks keseragaman dapat
dihitung dengan persamaan indeks Eveness
sebagai berikut :
Keterangan :
E = Indeks keseragaman
S = Jumlah genus yang ditemukan
Hmax = Ln S (indeks Keanekaragaman
maksimum)
H’ = Indeks keseragaman Shannon-Wiener
Nilai indeks keseragaman berkisar
antara 0-1, semakin kecil nilai E
menunjukan semakin kecil pula
keseragaman populasi fitoplankton, artinya
penyebaran jumlah individu tiap genus tidak
sama dan ada kecenderungan bahwa suatu
genus mendominasi populasi tersebut.
Sebaliknya semakin besar nilai E, maka
populasi menunjukan keseragaman, yaitu
bahwa jumlah individu setiap genus dapat
dikatakan sama atau tidak ada berbeda.
4. Indeks Dominasi (C)
Indeks Dominansi dihitung dengan
menggunakan rumus indeks dominanasi dari
Simpson (Odum, 1993 dalam Fachrul, 2007)
sebagai berikut :
Keterangan:
C = Indeks dominansi Simpson
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
Nilai C berkisar antara 0 – 1,
apabila nilai C mendekati 0 berarti hampir
tidak ada individu yang mendominansi dan
biasanya diikuti dengan nilai E yang besar
(mendekati 1), sedangkan apabila nilai C
mendekati 1 berarti terjadi dominansi jenis
tertentu dan dicirikan dengan E lebih kecil
atau mendekati 0.
5. Indeks Saprobitas
Sistem saprobik ini hanya untuk
melihat kelompok organisme yang dominan
saja dan banyak digunakan untuk
Page 6
menentukan tingkat pencemaran dengan
persamaan (Maresi et al., 2015):
Dimana:
X = Koefisien saprobik (-3 sampai dengan 3)
A = Jumlah genus/spesies organisme –
Polysaprobik (Cyanophyta)
B = Jumlah genus/spesies organisme –
Mesosaprobik (Dinophyta)
C = Jumlah genus/spesies organisme –
Mesosaprobik (Chlorophyta)
D = Jumlah genus/spesies organisme –
Oligosaprobik (Chrysophyta)
Tabel 3. Hubungan Antara Koefisien
Saprobik dengan Tingkat Pencemaran
Perairan (Sagala, 2012) Bahan
pencemar
Tingkat
Pencemar Fase Saprobik
Koefisien
Saprobik
Bahan
Organik
Sangat
Berat
Polisaprobik Poli/α-
mesosaprobik
(-3) - (-2) (-2) – (-1,5)
Cukup
Berat
α-
meso/Polisaprobik α-mesosaprobik
(-1,5) – (-1)
(-1) – (-0,5)
Bahan Organik
dan
Anorganik
Sedang α/ß-mesosaprobik ß/α-mesosaprobik
(-0,5) – (0) (0) – (-0,5)
Ringan
ß-mesosaprobik
ß-meso/Oligosaprobik
(0,5) – (1,0)
(1,0) – (0,5)
Bahan
Organik dan
Anorganik
Sangat Ringan
Oligo/ ß-mesosaprobik
Oligosaprobik
(1,5) – (2) (2) – (3)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton di
Perairan Sungai Jang
Jenis fitoplankton yang dijumpai
pada perairan Sungai Jang terdiri dari 7
kelas dan 19 spesies fitoplankton.
Berdasarkan hasil pengamatan jenis dan
jumlah Fitoplankton di perairan Sungai Jang
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel.
Tabel . Klasifikasi Jenis Fitoplankton di
Perairan Sungai Jang
Kelas Spesies
Kelimpahan
Rata-rata
(sel/L)
Bacillariophyceae
Asterionella sp. 10 Chaetoceros decipiens 6
Fragillaria crotonensis 637
Navicula sp. 23
Pleurosigma sp. 4
Tabellaria sp. 8 Thalassiothrix sp. 2
Dinoflagellata Ceratium tripos 23
Coscinodiscophyceae
Corethron hystrix 6 Ditylum sp. 4
Melosira sp. 25 Rhizosolenia sp. 2
Trebouxiophyceae
Eremosphaera viridis 21
Pachycladon umbrinus 8 Oligotrichea Helicostomella sp. 6
Cyanophyceae
Nodularia hawaiiensis 267
Oscillatoria limosa 10 Chlorophyceae
Tetraedron tumidulum 8
Tetrastrum heteracanthum 52
Sumber : Data Primer 2016
Dari Tabel 4 diperoleh informasi
bahwa teridentifikasi sebanyak 7 kelas
diantaranya Bacillariophyceae yang
dijumpai sebanyak 7 spesies, pada kelas
Dinoflagellata dijumpai sebanyak 1 spesies,
pada kelas Coscinodiscophyceae 4 spesies,
pada kelas Trebouxiophyceae dijumpai
sebanyak 2 spesies, pada kelas Oligotrichea
ditemukan sebanyak 1 spesies, pada kelas
fitoplankton Cyanophyceae dijumpai
sebanyak 2 spesies, dan pada kelas
Chlorophyceae dijumpai sebanyak 2 spesies.
Jumlah spesies terbanyak terjadi pada
kelompok fitoplankton kelas
Bacillariophyceae. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada diagram komposisi seperti
Gambar.
Gambar . Komposisi Kelas Fitoplankton di
Sungai Jang
Sumber : Data Primer 2016
Page 7
Gambar menjelaskan bahwa
komposisi dari masing-masing kelas
berbeda-beda, mulai dari yang terbanyak
hingga yang paling kecil nilai komposisinya.
Dari hasil analisis diketahui bahwa kelas
Bacillariophyceae yang dijumpai dengan
komposisi jenis 36,8%, pada kelas
Dinoflagellata dengan komposisi jenis 5,3%,
pada kelas Coscinodiscophyceae dengan
komposisi jenis 21,1%, pada kelas
Trebouxiophyceae dengan komposisi jenis
10,5%, pada kelas Oligotrichea dengan
komposisi jenis 5,3%, pada kelas
fitoplankton Cyanophyceae dengan
komposisi jenis 10,5%, dan pada kelas
Chlorophyceae dengan komposisi jenis
10,5%. Komposisi spesies terbanyak terjadi
pada kelompok fitoplankton kelas
Bacillariophyceae sedangkan terkecil
masing-masing terjadi pada kelas
Dinoflagellata dan Oligotrichea.
Kelas fitoplankton
Bacillariophyceae merupakan kelas dengan
komposisi tertingi, menandakan kelas ini
mampu mempertahankan hidupnya dan
mengembangbiakkan dirinya menjadi
berlimpah meskipun terjadi perubahan
faktor lingkungan. Belum lagi pada lokasi
penelitian adalah area dengan pengaruh
aktivitas pesisir yang tinggi, umumnya
permukiman serta industri mengakibatkan
tekanan ekologi justru meningkat, namun
kelas Bacillariophyceae masih tetap
bertahan dengan komposisi terbanyak. Hal
ini memperkuat bahwa pada kelas ini
memiliki sistem adaptasi yang cukup baik.
Sesuai dengan pernyataan Arinardi et.al.
(1997) dalam Wulandari (2009), kelas
Bacillariophyceae lebih mampu beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang ada, kelas
ini bersifat kosmopolitan serta mempunyai
toleransi dan daya adaptasi yang tinggi.
Hasil kajian oleh Handayani dan
Tobing (2008) di perairan pantai sekitar
Merak Banten dan di pantai Penen Lampung
juga memberikan informasi bahwa
kelimpahan populasi terlihat bahwa pada
perairan lebih banyak ditemukan dari
golongan Bacillariophyceae menyebutkan
bahwa fitoplankton pada kelas ini memiliki
sistem adaptasi yang baik terhadap
perubahan faktor lingkungan. Nontji (2008)
menjelaskan bahwa diatom
(Bacillariophyceae) merupakan jenis dari
golongan fitoplankton yang paling umum
dijumpai di laut. Hal ini sesuai hasil yang
didapat diperairan Sungai Jang pada waktu
siang hari kelimpahan yang paling banyak
adalah kelas Bacillariophyceae. Kemudian
Sachlan (1980) dalam Nontji (2008)
menyebutkan bahwa kelas Bacillariophyceae
memiliki penyebaran yang luas dan bersifat
kosmopolit yang memiliki perkembangan
yang cepat.
B. Kelimpahan Jenis Fitoplankton
di Perairan Sungai Jang
Hasil analisis kelimpahan
fitoplankton di perairan Sungai Jang dapat
dilihat pada Gambar.
Gambar . Jumlah Kelimpahan Fitoplankton
di Perairan Sungai Jang
Sumber : Data Primer 2016
Dari hasil analsis diketahui bahwa
kelimpahan jenis fitoplankton pada setiap
titik sampling total keseluruhan sebanyak
34.740 sel/L, dengan rata-rata kelimpahan
fitoplankton sebanyak 1.121 sel/L.
Kelimpahan tertinggi diperoleh pada titik
sampling 2 dengan nilai kelimpahan 3.420
sel/L, sedangkan terendah pada titik
sampling 29 dengan nilai kelimpahan
sebesar 60 sel/L. Menurut Soegianto (1994)
dalam Madinawati (2010), membagi
beberapa kelas kelimpahan dengan rincian
bahwa kelimpahan dengan nilai < 1.000
ind/L termasuk rendah, kelimpahan antara
1.000 – 40.000 ind/L tergolong sedang, dan
kelimpahan > 40.000 ind/L tergolong tinggi.
Namun jika dilihat dari rata-rata
kondisi kelimpahan di perairan Sungai Jang
termasuk kedalam kelimpahan yang sedang.
Kelimpahan yang tidak terlalu tinggi
disebabkan oleh beberapa faktor alami
berupa penyebaran jenis serta kondisi cuaca,
diketahui pada saat pengambilan sampling,
kondisi cuaca yang awalnya cerah pada saat
Page 8
pagi hari berubah menjadi mendung
berawan pada saat siang hari, meskipun
tidak terjadi hujan, namun cukup
mengurangi intensitas cahaya matahari yang
masuk keperairan sehingga menyebabkan
terjadinya pengurangan/optimalisasi
fotosintesis oleh kelompok organisme
fitoplankton, sehingga kelimpahannya
menurun.
Untuk melihat peranan masing-
masing jenis dari nilai kelimpahan, maka
dianalisis rata-rata jumlah individu
fitoplankton dalam satuan liter air yang
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Rata-rata Kelimpahan
fitoplankton di perairan Sungai Jang
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan hasil analisis rata-rata
kelimpahan fitoplankton diketahui bahwa
jenis Chaetoceros decipiens memiliki
kelimpahan tertinggi sebesar 637 sel/L,
sedangkan terkecil adalah Fragillaria
crotonensis dan oscillatoria limosa dengan
masing rata-rata sebesar 2 sel/L. Diketahui
bahwa jenis Chaetoceros decipiens adalah
kelompok fitoplankton dari kelompok kelas
Bacillariophyceae.
C. Indeks Ekologi
Nilai indeks keanekaragaman,
keseragaman, dominansi fitoplankton di
perairan Sungai Jang pada disajikan pada
Tabel .
Tabel. Indeks Ekologi Fitoplankton Pada
Setiap Titik Sampling
Indeks Kisaran
Rata-
rata Kondisi
Keanekaragaman 0,0 - 1,57 0,55 Rendah
Keseragaman 0,0 - 1,0 0,51 Sedang
Dominasi 0,0 - 1,0 0,69 Tinggi
Sumber : data hasil penelitian (2016)
Nilai keanekaragaman tertinggi
terdapat pada titik 2, 6, dan 20 dengan nilai
keanekaragaman sebesar 1,57 dan terendah
pada titik 4, 13, 19, 22, 28, dan 29 dengan
nilai keanekaragaman sama dengan nol (0).
Nilai keseragaman tertinggi terjadi pada titik
24 dan titik 26 dengan nilai 1,00 dan
terendah juga terjadi pada titik 4, 13, 19, 22,
28, dan 29 dengan nilai keseragaman sama
dengan nol (0) namun pada titik tersebut,
nilai dominansinya sempurna/tinggi dengan
nilai keseragaman 1,00. Sedangkan nilai
dominansi terendah pada titik 2 yang
diketahui memiliki keanekaragaman
tertinggi.
Indeks keanekaragaman
fitoplankton di perairan Sungai Jang dalam
kategori rendah dengan nilai 0,55 artinya
jenis-jenis yang dijumpai tidak terlalu
banyak hanya 19 jenis sehingga
keanekaragamannya tergolong rendah.
Indeks keseragaman tergolong sedang yakni
sebesar 0,51 yang berarti menunjukkan
kemerataan spesies kurang seragam. Nilai
indeks dominasi sebesar 0,69 menunjukkan
nilai dominasi tinggi artinya ada dominan
jenis/spesies yang ditemukan diperairan
Sungai Jang.
Nilai keanekaragaman fitoplankton
tergolong rendah menunjukkan bahwa
kondisi fitoplankton dalam keadaan tertekan
karena jumlah jenis yang ditemukan
cenderung kecil atau sedikit sehingga
mencirikan adanya gangguan ekosistem dan
habitatnya. Kesearagaman yang tidak
mengarah ke kategori tinggi juga
menunjukkan bahwa komunitas fitoplankton
dalam kurang stabil, karena jumlah dan
keseragaman berbeda jauh atau ada yang
dan mendominansi. Hal ini dibuktikan
dengan nilai indeks dominansi yang
cenderung tinggi yang mengindikasikan
bahwa jenis fitopalnkton ada yang
mendominansi dari keseluruhan jenis-jenis
fitoplankton yang ditemukan.
Melihat dari hasil penilaian indeks
ekologi mencirikan adanya gangguan
terhadap kondisi perairan sekitar Sungai
Jang, diperjelas lagi dengan hasil penilian
tingkat kelimpahan jenisnya yang juga
cenderung kurang tinggi (kelimpahan
sedang) yang mencirikan adanya perubahan
kondisi lingkungan.
Page 9
D. Indeks Saprobitas
Hasil analsisi indeks saprobitas
untuk melihat pencemaran perairan Sungai
Jang berdasarkan komunitas fitoplankton
dapat dilihat dalam Tabel.
Tabel. Indeks Saprobitas Fitoplankton
Kode Kelas Jumlah Jenis
A Cyanophyta 2
B Dinophyta, Bacillariophyceae 8
C Chlorophyceae 2
D Chrysophyta 0
Nilai Saprobitas -1 (Pencemaran Bahan Organik
Cukup Berat/Mesosaprobik)
Sumber : Data Primer 2016
Nilai indeks saprobitas yang
diperoleh dari hasil analisis terkait
komunitas fitoplankton terklasifikasikan
terjadi pencemaran bahan organik cukup
berat/Mesosaprobik dengan nilai saprobik =
-1. Hasil ini berhubungan dengan nilai
kelimpahan yang tidak tergolong kedalam
kelimpahan yang tinggi. Jika dilihat dari
data indeks keanekaragaman, keseragaman,
dan dominasi yang mengarah kepada
kerusakan habitat dan ekologi perairan
Sungai Jang bagi kehidupan fitoplankton
karena keanekaragamannya rendah dan ada
kecenderungan dominasi suatu spesies.
Pencemaran bahan organik yang
terjadi sebagai imbas dari adanya aktivitas
daratan berupa permukiman penduduk baik
pada area muara sungai Jang maupun pada
bagian badan sungainya yang juga telah
berkembang menjadi area permukiman. Dari
aktivitas tersebut, tentunya akan
menghasilkan limbah organik berupa
kotoran tinja, sisa makanan, serta bahan
organik lain yang mengakibatkan terjadinya
penurunan kualitas perairan.
Pencemaran bahan organik yang
terjadi erat kaitannya dengan kandungan
nitrat dan fosfat di perairan Sei Jang yang
diketahui di atas ambang baku mutu yang
ditentukan. Berdasarkan data yang diperoleh
bahwa kandungan nitrat dan fosfat
mengindikasikan terjadinya pengayaan
bahan organik yang terlalu tinggi dan
berlebihan sehingga terjadi indikasi
pencemaran organik yang berat
(mesosaprobik). Dapat dilihat pula pada
nilai indeks keanekaragaman yang rendah
dan dominansi yang cenderung tinggi
mengindikasikan terjadinya pertumbuhan
suatu spesies yang melebihi dibandingkan
dengan yang lainnya yakni pada jenis
Fragillaria crotonensis dikhawatirkan akan
menjadi pertumbuhan yang tak terkontrol
(algae blooming).
E. Kualitas Perairan
Nilai parameter fisika-kimia
perairan Sungai Jang pada titik sampling
fitoplankton dapat dilihat dalam Tabel.
Tabel. Parameter Fisika-Kimia Perairan
Sungai Jang
Kualitas Perairan
Parameter
Rata-rata
Hasil
Pengukuran
Kisaran
Pengukuran
1. Suhu (oC) 30,4 29,2 – 30,7
2. Kecepatan Arus (m/detik) 0,29 0,09 – 0,37
3. Salinitas (oo/o) 31 29 – 32
4. Kecerahan (m) 1,21 1,02 – 1,57
1. DO (mg/L) 5,7 4,7 – 6,3
2. Ph 7,7 7,2 – 8,6
3. Nitrat (mg/L) 5,1 3,7 – 6,5
4. Fosfat (mg/L) 0,22 0,00 – 0,30
Sumber : Data Primer 2016
Suhu perairan Sungai Jang rata-rata
sebesar 30,40C, menandakan nilai suhu
masih layak bagi kehidupan fitoplankton.
Jika dilihat dari Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 51 (2004), kondisi
suhu yang mendukung bagi kehidupan
organisme fitoplankton adalah 28 - 320C.
Suhu optimum untuk pertumbuhan plankton
berkisar antar 25 0C sampai 32 0C (Wyrtki,
1961 dalam Asih, 2014). Dengan demikian,
kondisi suhu perairan masih layak untuk
kehidupan fitoplankton karena masih dalam
batas optimal yang ditentukan. Kondisi suhu
yang stabil diakibatkan oleh stabilnya cuaca
pada saat penelitian sehingga kondisi suhu
tidak terlampau tinggi dan rendah. Jika
dilihat dari nilai salinitas, kondisi salinitas
juga sesuai akibat dari suhu yang tidak
terlalu tinggi pula. Umumnya salinitas
berkorelasi dengan suhu, semakin tinggi
suhu perairan maka akan terjadi penguapan
sehingga salinitas juga meningkat.
Salinitas pada perairan Sungai Jang
rata-rata sebesar 31 0/00, menandakan nilai
salinitas juga masih layak bagi kehidupan
fitoplankton. Jika dilihat dari hasil
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
51 (2004) kondisi salinitas yang mendukung
bagi kehidupan organisme akuatik perairan
adalah 33 - 340/00. Nontji (2008) menyatakan
bahwa salinitas di perairan berkisar antara
Page 10
24- 35 0/00. Sebaran salinitas di laut
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor seperti sirkulasi air, penguapan, curah
hujan, dan aliran sungai. Secara keseluruhan
salinitas yang ada diperairan Sungai Jang
masih tergolong layak. Salinitas pada lokasi
penelitian termasuk kedalam nilai salinitas
perairan laut. Menurut Effendi (2003)
bahwa perairan laut berkisar antara 30
hingga 40 0/00. Stabilnya nilai salinitas
karena lokasi penelitian agak begitu jauh
dengan sungai besar sehingga tidak ada
pencampuran air tawar secara langsung
sehingga salinitasnya lebih tinggi.
Kecepatan arus pada perairan
Sungai Jang rata-rata sebesar 0,29 m/dtk,
menandakan nilai arus masih layak bagi
kehidupan fitoplankton dibuktikan dengan
nilai keanekaragaman dan keseragaman
jenis fitoplanktonnya masih dalam keadaan
baik. Arus dari 0,1 m/dtk termasuk
kecepatan arus yang sangat lemah,
sedangkan kecepatan arus sebesar 0,1-1
m/dtk tergolong kecepatan arus yang
sedang, kecepatan arus > 1 m/dtk tergolong
kecepatan arus yang kuat. (Wijayanti, 2007
dalam Juliardi ,2015). Dengan demikian
kondisi arus diperairan Sungai Jang
tergolong kecepatan arus sedang.
Nilai kecerahan perairan Sungai
Jang rata-rata berada pada kisaran 1,02 –
1,57 meter dengan rata-rata sebesar 1,12
meter. Bila mengacu pada baku mutu
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
51 (2004), kondisi kecerahan perairan yang
mendukung bagi kehidupan organisme
akuatik perairan adalah >3 meter. Dengan
demikian nilai kecerahan dibawah ambang
baku mutu, mengindikasikan bahwa perairan
Sungai Jang tergolong keruh. Kekeruhan
yang tinggi akan mengakibatkan
terganggunya kecerahan perairan dan
intensitas cahaya matahari yang masuk dan
akan berpengaruh terhadap intensitas
fotosintesis yang dilakukan oleh
fitoplankton. Dengan demikian akan
mengganggu pertumbuhan fitoplankton.
Nilai pengukuran pH perairan
Sungai Jang rata-rata sebesar 7.7,
menandakan nilai keasaman perairan juga
masih layak bagi kehidupan fitoplankton.
Jika dilihat dari hasil Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 51 (2004) kondisi
keasaman perairan yang mendukung bagi
kehidupan organisme akuatik perairan
adalah antara 7 – 8,5. Menurut Swingle
(1996) dalam Handayani (2009) menyatakan
bahwa kisaran normal pH plankton adalah
6,5-8,5. Berdasarkan hasil pengukuran nilai
pH di perairan Sungai Jang mengindikasikan
nilai pH dalam keadaan normal. Nilai
pengukuran pH yang didapatkan Perairan
Sungai Jang masih dalam keadaan baik
sehingga hal ini mendukung kehidupan
fitoplankton dengan baik. Kondisi keasaman
dapat dipengaruhi oleh beberapa parameter
lainnya, seperti aktivitas
nitrifikasi/penguraian organik oleh bakteri,
penguraian tidak akan terjadi pada saat pH
dalam kondisi rendah, bila kondisi pH stabil
baru akan terjadi penguraian.
Berdasarkan hasil pengukuran
oksigen terlarut DO, nilai DO perairan
Sungai Jang rata-rata sebesar 5,7 mg/L,
menandakan nilai DO juga masih layak bagi
kehidupan fitoplankton. Jika dilihat dari
hasil Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. 51 (2004) nilai DO yang mendukung
bagi kehidupan organisme akuatik perairan
adalah >5mg/L. Menurut Handayani (2009),
DO terendah umumnya terjadi pada saat
pasang maksimum (malam hari) dimana
proses biota perairan membutuhkan oksigen
lebih sehingga DO dalam perairan pada saat
pasang maksimum relatif rendah, sedangkan
DO tertinggi umumnya terjadi pada saat
surut maksimum dan pasang minimum
(siang hari) saat proses fotosintesis sedang
berlangsung. Kandungan oksigen terlarut
selama penelitian pada siang dan malam
masih mendukung kehidupan plankton.
Menurut Wijayanti (2011) dalam Juliardi
(2015), plankton dapat hidup baik pada
konsentrasi oksigen lebih dari 3 mg/L.
Kondisi oksigen terlarut dalam perairan
Sungai Jang masih tergolong baik,
umumnya oksigen terlarut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya yaitu kondisi
suhu di perairan. Kelarutan oksigen dalam
air akan mengalami peningkatan sejalan
dengan penurunan suhu.
Berdasarkan hasil pengukuran
nitrat dengan rata-rata 5,1 mg/L.
Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No.51 Tahun 2004, baku mutu nitrat
(NO3-N) air laut adalah 0,008 mg/L. Hasil
sampling menunjukan bahwa konsentrasi
nitrat air laut seluruhnya melebihi baku
mutu yang ditentukan. Kondisi nitrat juga
tergolong tinggi disebabkan karena limpasan
Page 11
dari aktivitas permukiman yang ada yang
berupa pembungan bahan organik
menyebabkan tingginya kadar nitrat di
perairan. Kelebihan kandungan nitrat di
perairan Sei Jang ini akan berdampak
kurang baik karena akan mendorong
terjadinya ledakan pertumbuhan alga
(blooming) yang akan merusak kesetabilan
ekosistem perairan.
Berdasarkan hasil pengukuran
fosfat dengan rata-rata 0,22 mg/L. Menurut
KEPMEN LH No.51 Tahun 2004
disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi
maksimum fosfat yang baik untuk
kehidupan biota laut adalah 0,015 mg/L.
Dengan demikian secara umum kondisi air
laut di perairan sungai Jang melebihi baku
mutu sehingga membahayakan karena akan
mendorong terjadinya pertumbuhan suatu
biota/dominan pertumbuhannya tidak
terkontrol. Nilai fosfat jauh lebih tinggi dari
ambang baku mutu yang ditetapkan
mungkin disebabkan tingginya buangan
bahan organik dari aktivitas yang ada yang
mengendap di sedimen maupun yang terlarut
di dalam kolom air. Menurut Paytan dan
McLaughlin (2007) dalam Sagala (2012)
bahwa sedimen merupakan tempat
penyimpanan utama fosfor dalam siklus
yang terjadi di lautan, umumnya dalam
bentuk partikulat yang berikatan dengan
oksida besi dan senyawa hidroksida.
Senyawa fosfor yang terikat di sedimen
dapat mengalami dekomposisi dengan
bantuan bakteri maupun melalui proses
abiotik menghasilkan senyawa fosfat terlarut
yang dapat mengalami difusi kembali ke
kolom air.
F. Aspek Pengelolaan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis komunitas fitoplankton maka
dirumuskan suatu rencana pengelolaan
perairan berdasarkan kondisi data
fitoplankton yang diperoleh. Dari hasil
perumusan pengelolaan yang disusun secara
lengkap dapat dilihat pada bagan
pengelolaan seperti Tabel.
Tabel. Pengelolaan PerairanSungai Jang No. Hasil
Penelitian
Keterangan Upaya Pengelolaan
1. Indeks
keanekaragam
an tergolong
rendah, indeks
keseragaman
tergolong
Dengan
adanya
indeks
dominansi
tergolong
tinggi, bisa
- Mengurangi aktivitas
pembuangan dilaut
oleh masyarakat,
sehingga dapat
mengurangi nutrient
sedang dan
dominansi
tergolong
tinggi.
terjadi
fenomena
blooming.
indeks
ekologi
mencirikan
adanya
gangguan
terhadap
kondisi
perairan
sekitar
Sungai Jang.
dengan berkembang
biak secara pesat dan
tak terkendali.
- melakukan suatu
pembersihan terhadap
sampah-sampah di
perairan, serta
melakukan aksi sadar
lingkungan perairan
sehingga masyarakat
akan sadar bahwa
apabila disuatu
perairan menjadi
tempat pembuangan
sampah maka akan
berdampak di
perairan dan
masyarakat itu
sendiri.
2. Nilai indeks
saprobitas
yang diperoleh
dari hasil
analisis terkait
komunitas
fitoplankton
terklasifikasika
n terjadi
pencemaran
bahan organik
cukup
berat/Mesosapr
obik
Pencemaran
bahan
organik
cukup
berat/Mesosa
probik terjadi
dipengaruhi
oleh adanya
aktivitas
masyarakat
meliputi
permukiman
yang
menghasilka
n buangan
bahan
organik ke
perairan.
- Menyadarkan
masyarakat melalui
sosialisasi sadar
lingkungan hidup
dengan pengelolaan
sampah yang
dihasilkan oleh
aktivitas pemukiman
berupa sampah
organik dan
anorganik dengan
sistem daur ulang
sampah.
- Mensosialisasikan
rasa sadar lingkungan
oleh dinas terkait
kepada masyarakat.
3. Nitrat dan
Fosfat tinggi
kondisi air
laut di
perairan
sungai Jang
melebihi
baku mutu
sehingga
membahayak
an karena
akan
mendorong
terjadinya
pertumbuhan
suatu
biota/domina
n
pertumbuhan
nya tidak
terkontrol.
- Mengurangi
pembuangan bahan
organik yang
menyebabkan
tingginya kadar nitrat
di perairan.
- Menyediakan sarana
kebersihan sekitar
pemukiman perairan.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jenis fitoplankton yang
dijumpai pada perairan Sungai
Jang terdiri dari 7 kelas dan 19
spesies fitoplankton. Komposi
spesies terbanyak terjadi pada
kelompok fitoplankton kelas
Bacillariophyceae sedangkan
terkecil masing-masing terjadi
pada kelas Dinophyceae dan
Oligotrichea.
Page 12
2. Rata-rata kelimpahan
fitoplankton sebanyak 1.121
sel/L. Kondisi kelimpahan di
perairan Sungai Jang termasuk
kategori kelimpahan yang
sedang. Melihat dari hasil
penilaian indeks ekologi
(keanekaragaman, keseragaman,
serta dominansi) mencirikan
adanya gangguan terhadap
kondisi perairan sekitar Sungai
Jang, yang mencirikan adanya
perubahan kondisi lingkungan.
3. Nilai indeks saprobitas yang
diperoleh dari hasil analisis
komunitas fitoplankton
terklasifikasikan terjadi
pencemaran organik yang cukup
berat/Mesosaprobik.
B. Saran
Perlu adanya perhatian
pemerintah mengenai pengaturan dan
pengelolaan kawasan pesisir/perairan
yang bersinggungan langsung dengan
aktivitas permukiman serta
dilakukannya program yang dapat
meminimalisir kerusakan habitat
khususnya pada ekosistem perairan.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, C.C, 1971. The Marine and
Freshwater Plankton.Michigan State
University Press.Chicago.562 P
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kaninus.
Yogyakarta.
Fachrul. F. M. 2007. Metode Sampling
Bioekologi, Bumi Aksara, Jakart
Handayani D. 2009. Kelimpahan Dan
Keaneragaman Plankton Di
Perairan Pasang Surut Tambak
Blanakan Subang. Skripsi. Fakultas
Sains Dan Teknologi : Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah.
Handayani. S dan Tobing. 2008.
Keanekaragaman Fitoplankton Di
Perairan Pantai Sekitar Merak
Banten Dan Pantai Penet Lampung.
Juliardi, Didik. 2015. Keanekaragaman
Plankton Dekat Permukaan Perairan
Laut Pulau Pucung Desa Malang
Rapat Kabupaten Bintan Pada
Dimensi Waktu Yang Berbeda,
Kepulauan Riau. Skripsi. Program
Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 51 Tahun 2004. Baku mutu
perairan untuk Biota.
Madinawati, 2010. Kelimpahan Dan
Keanekaragaman Plankton di
Perairan Laguna Desa Tolongano
Kecamatan Banawa Selatan. Jurnal
Media Litbang Sulteng, Universitas
Tadulako. Vol III (2) : 119123.
Maresi, S. Priyanti. Etyn, Y. 2015.
Fitoplankton Sebagai Bioindikator
Saprobitas Perairan Di Situ Bulakan
Kota Tangerang. Jurnal Al-
Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8
Nomor 2, Program Studi Biologi,
Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Nontji, A. 2007. Laut Nusantara.
Djambatan. Jakarta.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press.
Indonesia
Nontji, A. 2009. Pengelolaan dan
Rehabilitasi Lamun, Jurnal Program
TRISMADES Kabupaten Bintan,
Provinsi Kepulauan Riau.
Nybaken, J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu
pendekatan Ekologis. Diterjemahkan
oleh M. ediman, D. G. Bengen, M.
Hutomo dan S. Suharjo. Gramedia.
Jakarta. 402 hal.
Sagala, E. P. 2012. Komparasi Indeks
Keanekaragaman dan Indeks
Saprobik Plankton Untuk Menilai
Kualitas Perairan Danau Toba
Provinsi Sumatra Utara. Sumatra
Selatan : Kampus Unsri Indralaya.
Wulandari, Dewi. 2009. Keterikatan Antara
Kelimpahan Fitoplankton Dengan
Parameter Fisika Kimia Di Estuaria
Sungai Brantas (Porong) Jawa
Timur. Skripsi. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. IPB