BATAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 135/KA/VIII/2009 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN KAWASAN NUKLIR SERPONG KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam rangka pengelolaan lingkungan dan pemantauan Lingkungan Kawasan Nuklir Serpong perlu menetapkan Keputusan Kepala BATAN tentang Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan di Kawasan Nuklir Serpong; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4730); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Bakar Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 54, Tambahan Lembaran
75
Embed
KEPUTUSAN NOMOR - Badan Tenaga Nuklir Nasional - · PDF filePeraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BATAN
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 135/KA/VIII/2009
TENTANG
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
KAWASAN NUKLIR SERPONG
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
Menimbang : bahwa dalam rangka pengelolaan lingkungan dan pemantauan
Lingkungan Kawasan Nuklir Serpong perlu menetapkan Keputusan
Kepala BATAN tentang Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan di Kawasan Nuklir Serpong;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3676);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3838);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor
Nuklir (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 106,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan
Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4730);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan
Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Bakar Nuklir (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 54, Tambahan Lembaran
BATAN
- 2 -
Negara Republik Indonesia Nomor 4839);
7. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;
8. Keputusan Presiden Nomor 16/M Tahun 2007;
9. Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja BATAN;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA :
KEDUA :
KETIGA :
Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan
Kawasan Nuklir Serpong sebagaimana tersebut dalam Lampiran I dan II
Keputusan ini.
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Direktur Jenderal BATAN
Nomor 338/DJ/VIII/1995 tentang Rencana Pengelolaan Lingkungan Pusat
Penelitian Tenaga Atom Serpong dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Agustus 2009
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Biro Kerjasama, Hukum,
dan Hubungan Masyarakat
Ferhat Aziz
BATAN
- 1 -
LAMPIRAN I KEPUTUSAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 135/KA/VIII/2009
TANGGAL : 19 Agustus 2009
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)
KAWASAN NUKLIR SERPONG
I. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
1.1. Latar Belakang Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
RKL adalah dokumen yang memuat upaya untuk mencegah, mengendalikan dan
menanggulangi dampak besar dan penting yang bersifat negatif serta meningkatkan
dampak positif yang timbul sebagai akibat dari pengoperasian Reaktor Serba Guna dan
Laboratorium Penunjang (RSG-LP) di Kawasan Nuklir Serpong (KNS, dahulu disebut Pusat
Penelitian Tenaga Nuklir Serpong), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), RKL dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) merupakan satu paket dokumen yang diajukan oleh pemrakarsa
(sebagai pengelola KNS) dalam pembangunan RSG-LP [1].
RKL disusun berdasarkan arahan pengelolaan lingkungan hidup yang termuat
dalam dokumen ANDAL RSG-LP. Arahan pengelolaan lingkungan hidup memuat informasi
mengenai dampak penting, sumber dampak penting, tolok ukur dampak, upaya
pengelolaan lingkungan, pelaksana dan pengawas pengelolaan lingkungan, sehingga tiap
jenis kegiatan operasi RSG-LP yang diperkirakan menimbulkan dampak besar dan penting
dapat dicegah dan dihindari sesuai kriteria keselamatan yang ditetapkan. Dengan
demikian masing-masing penguasa instalasi nuklir (PIN) di KNS dapat melakukan upaya
pengaturan dan pengendalian seluruh kegiatan selama pengoperasian RSG-LP termasuk
pada tahap pasca operasi agar mitigasi dampak negatif yang ditimbulkan terhadap
masyarakat dan ekosistem dapat ditekan serendah-rendahnya di bawah batas keamanan
dan keselamatan dengan memperhatikan faktor teknologi dan ekonomi. Upaya
BATAN
- 2 -
pengelolaan yang dilakukan oleh PIN ini selanjutnya dipantau dengan menggunakan tolok
ukur yang sesuai, sehingga hasil pengelolaan yang telah dilakukan dapat dievaluasi. Hasil
evaluasi yang diperoleh selain akan menggambarkan tingkat unjuk kerja pengelolaan
yang telah dan/atau sedang dilakukan, juga merupakan masukan untuk penyempurnaan
upaya pengelolaan lingkungan yang sedang berjalan. Kegiatan ini berlangsung selama
pengoperasian RSG-LP, sehingga upaya pengendalian dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup dapat diwujudkan secara nyata [2].
Dokumen ini merupakan revisi dari dokumen sebelumnya, yaitu RKL Pusat
Penelitian Tenaga Atom Serpong Tahun 1995 [3]. Revisi dilakukan berdasarkan umpan
balik hasil kaji ulang pengalaman pelaksanaan RKL dan RPL.
Berbeda dengan RKL terdahulu yang mengacu pada Pedoman Teknis Penyusunan
AMDAL untuk Rencana Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir (1993) [4], format RKL
ini mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) terkini
(1999) tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan untuk
Pembangunan dan Pengoperasian Reaktor Nuklir [5], serta Pedoman Teknis Rencana
Pengelolaan Lingkungan untuk Pembangunan dan Pengoperasian Instalasi Nuklir Non
Reaktor [6].
1.2. Tujuan Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk mencegah, mengatur,
menanggulangi dan mengendalikan seluruh kegiatan, dalam hal ini pengoperasian RSG-
LP, di KNS agar berlangsung sesuai prosedur dan petunjuk teknis yang telah disusun,
sehingga dampak penting dan sumber dampak penting yang ditimbulkan dapat
diupayakan jauh di bawah batas keselamatan yang ditetapkan.
1.3. Kegunaan Pengelolaan Lingkungan
Rencana pengelolaan lingkungan berguna sebagai pedoman untuk suatu organisasi,
dalam hal ini tiap satuan kerja dan PT. BATAN Teknologi di KNS, dalam melaksanakan
pengelolaan lingkungan sesuai tugas dan fungsinya. Kegiatan tersebut di bawah
koordinasi pengelola KNS (pemrakarsa). Dokumen ini juga dapat digunakan oleh pihak
lain sebagai acuan untuk kegunaan yang lebih luas dalam rangka menunjang program
pemerintah di bidang pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
BATAN
- 3 -
1.4. Gambaran Umum Rona Lingkungan di Sekitar KNS
Gambaran umum rona lingkungan di sekitar KNS ini dikutip dari Pemutakhiran Rona
Lingkungan Kawasan Nuklir Serpong, BPS Kabupaten Tangerang Tahun 2007 [7].
Lokasi KNS menempati daerah seluas 30 hektar dalam kawasan PUSPIPTEK yang
luasnya 150 hektar. Kedudukan tapak reaktor dalam lokasi RSG-LP terletak pada
koordinat 106o 36’57” BT dan 6o 20’40” LS. Secara administratif, lokasi KNS ini terletak di
kelurahan Muncul, kecamatan Setu, kabupaten Tangerang, propinsi Banten. Jarak garis
lurus dengan Jakarta sekitar 27 km arah Selatan-Barat Jakarta, 36 km sebelah Utara
kotamadya Bogor, 22 km sebelah Selatan kotamadya Tangerang dan 30 km dari garis
pantai Utara propinsi Banten, kedudukan tapak reaktor dapat dilihat pada Lampiran.
Wilayah dalam radius 5 km dari tapak RSG-GAS, jumlah penduduk pada tahun 2005
di kawasan ini mencapai sekitar 177,833 jiwa, penduduk yang tersebar dalam 18
desa/kelurahan yang merupakan bagian dari empat kecamatan dan dua kabupaten, yaitu
kabupaten Tangerang dan Bogor. Di kabupaten Tangerang terdapat 14 desa, yaitu
machine, Impact test machine, Micro hardness test (equatip) dan Metalography test.
b. Laboratorium uji tidak merusak; Ultrasonic flow detector, Ultrasonic multi layer
thickness gauge, Ultrasonic pulse receiver, Eddy current testing, Magnetic particle
testing, Gamma camera, Infra red thermography camera, Alloy analyzer dan
Corrosometer.
c. Bidang Operasi Fasilitas mengelola: Untai uji termohidrolika, Untai uji betha, Sarana
eksperimen kondensasi, Untai uji korosi dan Test component Rigg.
d. Bengkel Mekanik didukung peralatan: Mesin frais, Mesin bubut, Mesin gerinda, Mesin
las, Mesin tekuk, dll.
8. Pusat Pengembangan Informatika Nuklir (PPIN)
Pusat Pengembangan informatika Nuklir mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan informatika nuklir. PPIN dalam melaksanakan tugas dilengkapi dengan
ruang perpustakaan dan ruang pusat sistem komputer yang berlokasi di Gd. 71 lantai
dasar. Ruang perpustakaan terdapat buku, majalah, mikrofis dan dokumen lainnya. Tiap
hari kerja perpustakaan terbuka untuk pekerja KNS dan umum.
9. Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN)
PKTN adalah salah satu pusat yang ada di KNS, mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan kawasan instalasi nuklir dan memberikan pelayanan umum kepada tiap pusat
dan pekerja di KNS dalam masalah transportasi, kesehatan personil dan pengamanan
personil secara fisik. Pusat ini menempati Gd. 90.
Untuk melaksanakan tugas pelayanan umum, PKTN dilengkapi dengan klinik
kesehatan untuk personil. Pemantauan kesehatan personil secara berkala dilaksanakan
sekali dalam setahun.
Untuk melaksanakan pemantauan keselamatan dan keamanan personil maupun
instalasi nuklir di KNS, PKTN dilengkapi dengan unit satuan pengaman dan sistem
keselamatan terpadu (BATAN Safety & Security System atau BSS). Melalui sistem BSS
parameter dari tiap instalasi dapat dipantau secara lokal dan terpusat sehingga bila terjadi
kelainan operasi atau gangguan keamanan dapat secara dini diketahui. Hal ini
BATAN
- 18 -
memungkinkan untuk upaya penanggulangan bila terjadi kelainan operasi di RSG-LP yang
menjurus abnormal/kedaruratan.
10. Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir (PSJMN)
Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir mempunyai tugas melaksanakan
standardisasi, akreditasi dan sertifikasi serta jaminan mutu nuklir. Dalam melaksanakan
tugasnya, PSJMN menyelenggarakan fungsi pelaksanaan standardisasi radiasi dan nuklir,
pelaksanaan akreditasi dan sertifikasi, pelaksanaan dan pembinaan program jaminan mutu
dan pelaksanaan kegiatan tata usaha.
PSJMN terdiri dari :
a. Subbagian Tata Usaha
b. Bidang Standardisasi Radiasi dan Nuklir
c. Bidang Akreditasi dan Sertifikasi
d. Bidang Jaminan Mutu
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas urusan persuratan, kepegawaian, keuangan,
perlengkapan, rumah tangga, administrasi kegiatan ilmiah, dokumentasi dan publikasi di
lingkungan PSJMN.
Bidang Standardisasi Radiasi dan Nuklir (BSRN) mempunyai tugas melaksanakan
perumusan, penetapan dan revisi standar radiasi dan nuklir. Dalam melaksanakan
tugasnya, BSRN menyelenggarakan fungsi penyiapan rumusan, penetapan dan revisi
standar keselamatan radiasi dan nuklir serta lingkungan, penyiapan rumusan, penetapan
dan revisi standar mutu bahan dan peralatan nuklir.
Bidang Akreditasi dan Sertifikasi (BAS) mempunyai tugas melaksanakan akreditasi
dan sertifikasi fasilitas nuklir dan sistem pendukungnya. Dalam melaksanakan tugasnya,
BAS menyelenggarakan fungsi pelaksanaan akreditasi fasilitas nuklir dan sistem
pendukungnya, pelaksanaan sertifikasi fasilitas nuklir dan sistem pendukungnya.
Bidang Jaminan Mutu (BJM) mempunyai tugas melaksanakan dan mengembangkan
program jaminan mutu nuklir. Dalam melaksanakan tugasnya, BJM menyelenggarakan
fungsi pelaksanaan penyusunan, pengembangan dan pembinaan progran jaminan mutu
nuklir, pelaksanaan audit, pemantauan dan inspeksi sistem mutu nuklir. Pelaksanaan
standardisasi di lingkungan BATAN diatur oleh keputusan Kepala BATAN dengan
menetapkan Sistem Standardisasi BATAN. Sistem Standardisasi BATAN merupakan tatanan
dan jaringan kegiatan standardisasi yang harus diacu oleh seluruh unit kerja BATAN dalam
BATAN
- 19 -
melaksanakan standardisasi. Tujuan penetapan standardisasi adalah untuk mewujudkan
budaya mutu dan jaminan mutu pada seluruh kegiatan BATAN.
Kegiatan standardisasi BATAN dilaksanakan oleh semua unit kerja di lingkungan
BATAN dan dikoordinasikan oleh PSJMN. Dalam melaksanakan tugas koordinasi
standardisasi, PSJMN dibantu oleh simpul kerja fungsional, yaitu Komisi Standardisasi
BATAN, Tim Perumus Standar BATAN, Panitia Teknis Perumus SNI Bidang Nuklir, Tim
Penilai Kesesuaian Akreditasi BATAN, Tim Penilai Kesesuaian Sertifikasi BATAN, dan Tim
Pembina dan Pengawas Standardisasi.
11. PT. BATAN Teknologi (Persero)
PT. BATAN Teknologi adalah badan usaha milik negara yang mempunyai tugas melakukan
produksi radioisotop, elemen bakar reaktor dan jasa teknologi lainnya, baik untuk kebutuhan
dalam dan luar BATAN/luar negeri.
a. Divisi Produksi
1) Radioisotop
Gedung utama (Gd.10) terdiri dari 2 lantai. Lantai pertama dipergunakan untuk
kegiatan produksi radioisotop dan radiofarmasi. Fasilitas dilengkapi dengan 9 buah
hot-cell, 7 buah hot-cell untuk produksi radioisotop dan sisanya untuk produksi
radiofarmasi.terdiri dari beberapa hot-cells yang dilengkapi dengan master-slave
manipulator, fasilitas auto-controlled yang mencatu gas untuk produksi I-125, dan
laboratorium pendukung. Radioisotop yang dihasilkan adalah 99Mo dan 131I yang
berasal dari bahan target 235U (93%) dari hasil aktivasi neutron dihasilkan 20 jenis
radioisotop, mencakup 125I, 32P, 153Sm dan 192Ir sumber tertutup untuk radiografi.
Fasilitas ini juga menghasilkan radioisotop seperti 99mTc generator, Kits
radiofarmaka dan 131I label compound. Cakupan aktivitas 99mTc adalah 208 mCi
sampai dengan 4140 mCi 99Mo. Kit Radiofarmaka diproduksi dengan teknik suci
hama. Proses produksi (formulasi; pembagian, pembekuan kering) dikerjakan di
suatu ruang bersih kelas 10000 dan kelas 100 untuk mencegah produk dari
pencemaran microbial.
Dalam rangka menjamin mutu dan spesifikasi produk, Program Jaminan Mutu ISO
9000 dan GMP (Good Manufacturing Practice)/CPOB (Cara Pembuatan Obat yang
Baik) diterapkan. Peraturan ketat ini diperlukan dalam melakukan seluruh langkah-
langkah proses yang mencakup bahan baku, pengujian, kecakapan personil,
peralatan, kebersihan, mutu produk dan sistem dokumentasi. Dalam
BATAN
- 20 -
mengendalikan mutu barang, digunakan peralatan canggih untuk mengukur
radiochemical dan kemurnian radionuklida, kesterilan, pirogenitas, toksisitas dan
biodistribution.
2) Produksi Elemen Bakar Nuklir
Fasilitas ini dirancang untuk menghasilkan elemen bakar tipe pelat U3O8-Al, atau
U3Si2-Al dan elemen kendali dengan bahan dasar 235U yang diperkaya <20%.
Fasilitas EBN ini dilengkapi dengan unit konversi, fabrikasi, dan unit olah ulang
gagalan yang memiliki perangkat permesinan presisi tinggi, menempati gedung
nomor 60. Didukung oleh sumber daya yang berkualitas dan dengan mengadopsi
program jaminan kualitas dan kendali kualitas yang ketat, fasilitas produksi elemen
bahan nuklir telah memproduksi lebih dari 5076 pelat U3O8-Al, 3152 pelat U3Si2-Al,
dan 210 elemen bakar U3O8-Al dan sekitar 117 elemen tipe U3Si2-Al untuk bahan
bakar reaktor riset serba guna GA. Siwabessy. Reaktor RSG-GAS yang dilengkapi
dengan alat FFD (Fuel Failure Detection). Elemen bakar yang diproduksi baik yang
berbentuk paduan U3O8 atau U3Si2, dibuat melalui proses konversi bahan umpan
yang dapat berupa UF6, UN, AUC, U3O8 atau U3Si2 ataupun, logam uranium menjadi
serbuk inti bahan bakar. Serbuk ini kemudian dicampur dengan matriks alumunium
untuk selanjutnya diproses billet inti bahan bakar nuklir menggunakan teknik
bingkai pelat inti pelat U dalam bingkai Al diijepit dengan bahan Cladding berupa Al-
alloy yang berfindak sebagai penutup atas bawah membentuk paket untuk
digulung. Penggulungan dilakukan dalam dua tahap panas dan dingin agar
terbentuk ikatan antar lapisan yang baik secara mekanikal maupun metalurgikal
dengan ketebalan tertentu. Setelah melalui serangkaian uji kualitas, pelat bahan
bakar dirangkai membentuk elemen bakar dan elemen kendali. Dalam bentuk
terangkai, elemen bakar dan elemen kendali akan melalui uji kualitas akhir yang
dilakukan sebelum diserahkan ke pembeli.
Fasilitas produksi elemen bakar nuklir saat ini mempunyai kapasitas produksi
sebesar 70 elemen per tahun dengan kemungkinan peningkatan sampai 200 elemen
bakar dan elemen kendali per tahun. Dengan kemampuan seperti ini, fasilitas EBN
juga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi perangkat lain pendukung operasi
reaktor seperti Reflector Beryllium, Isotope Stringer, Absorber, Dummy element,
elemen kendali dan elemen pengaman. Fasilitas telah juga berpengalaman
memproduksi elemen bakar U3Si2 dengan kerapatan inti 235U sampai 5,20 g/cc.
BATAN
- 21 -
b. Divisi Jasa Teknologi Nuklir
Selain melakukan bisnis di bidang yang menjadi kompetensi utama yaitu di bidang
industri nuklir, perusahaan juga berusaha di bidang jasa untuk industri pada umumnya,
dan industri minyak dan gas (migas) pada khususnya. Kegiatan usaha ini dikelola pada
Divisi Pemasaran dan Jasa.
Divisi ini dilengkapi dengan bengkel elektro-mekanikal seluas 4500 m2 yang mampu
menghasilkan bermacam komponen mesin industri (turbin, pesawat penukar kalor,
pompa, bejana proses, dll), dan jasa sistem kontrol otomatis (thickness/level gauging,
density and moisture probe measurement). Beberapa proyek yang telah dikerjakan di
fasilitas divisi ini seperti penggantian blade turbin milik Unit PLN Suralaya, Turning
komponen turbin PT. Siemens Indonesia, rekondisi HP-Feeder PT. Andritz, dan rekondisi
Bucket Reclaimer PT. Krakatau Steel menunjukkan bahwa usaha terus menerus
perusahaan memasuki bidang non nuklir mulai menunjukkan hasil.
Divisi ini juga mempunyai kemampuan untuk melaksanakan jasa inspeksi Uji Tak
Merusak (NDT) menggunakan pesawat X-ray, Kamera 192Ir, 60Co, Ultrasound UT Pundit
Concrete tester, Magnetic Particle tester (MPI), Radiotracer untuk kebocoran pipa/dam,
dan Gamma Scanning dan Neutron Backscattering untuk pemeriksaan kolom proses kilang
migas.
2.1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting
Pengoperasian RSG-LP di KNS akan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
hidup. Berikut akan diuraikan jenis dan sumber dampak penting tersebut.
2.1.1. Dampak Penting
Berdasarkan hasil studi ANDAL, dampak penting dari pengoperasian RSG-
LP adalah dampak radiologi yang ditimbulkan pada operasi normal dan bila
terjadi kecelakaan/kedaruratan nuklir.
Komponen lingkungan yang terkena dampak radiologi berdasarkan model
fisik penyebaran zat radioaktif ke lingkungan di daerah KNS adalah udara dan air
kali Cisalak sebagai medium penerima utama. Sedangkan medium penerima
berikutnya dari penyebaran di udara adalah air permukaan, tanah permukaan,
tanaman pertanian ataupun tanaman lainnya yang ada di permukaan tanah.
Medium penerima berikutnya dari penyebaran di kali Cisalak yang bermuara di
sungai Cisadane adalah hasil pertanian, perikanan dan kegiatan di sungai.
BATAN
- 22 -
a. Operasi Normal
Pada operasi normal, pelepasan efluen gas/aerosol dari sistem ventilasi yang
mengandung sejumlah kecil gas/partikel radioaktif ke udara dan efluen cair
ke kali Cisalak tidak dapat dihindarkan. Gas/partikel radioaktif yang terlepas
ke lingkungan, melalui berbagai jalur perantara akhirnya akan sampai pada
manusia dan berpotensi meningkatkan penerimaan dosis terhadap penduduk
yang bermukim di sekitar KNS.
1) Pelepasan zat radioaktif ke atmosfer
Empat sumber dampak penting yang dikaji adalah RSG-GAS (PRSG),
Instalasi Radiometalurgi (PTBN), Instalasi Produksi Radioisotop dan
Radiofarmaka (PT.BATAN Teknologi) dan Instalasi Produksi Radioisotop
dan Radiofarmaka (PRR). Kajian memperhitungkan lepasan operasi
normal yang kontinu sejak instalasi berdiri tahun 1987 (disesuaikan
dengan usia reaktor) hingga dampaknya pada tahun 2007, hasil kajian
dapat dilihat dalam Gambar 2.1. Prakiraan penerimaan dosis efektif
akibat lepasan atmosferik keempat instalasi nuklir tersebut dibedakan
atas lepasan kronik pada operasi normal dan bila terjadi kecelakaan.
Pada operasi normal, penerimaan dosis dibagi atas dosis efektif
perorangan (DEP) dan dosis efektif kolektif (DEK).
BATAN
- 23 -
Gambar 2.1 Estimasi distribusi DEP dari lepasan atmosferik instalasi nuklir
Berdasarkan hasil kajian dampak radiologi lepasan atmosferik instalasi
nuklir Serpong yang termuat dalam dokumen Pemutakhiran Data
Meteorologi KNS Bagian B [10], kecenderungan penerimaan dosis yang
tinggi untuk pelepasan atmosferik terjadi pada arah 157.5°-225°
(Selatan hingga Barat Daya) dengan jarak 300-400 m dari tapak. DEP
maksimum adalah 98 µSv per tahun terjadi pada arah Selatan pada
jarak 300 m. Penerimaan DEP relatif kecil hanya sebesar 1,96% dari
nilai batas dosis (NBD) untuk anggota masyarakat sesuai Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 Tahun 2007 tentang
Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif [11].
Bila dibandingkan dengan besarnya dosis dari alam (paparan
latar/background) hanya sebesar 9,32%. Peningkatan penerimaan dosis
efektif oleh penduduk dari kegiatan pengoperasian instalasi nuklir di KNS
ini rendah dan peningkatan laju paparan di udara di sekitar KNS ini
tidaklah nyata dan kualitas udara relatif tidak mengalami perubahan,
tetap dengan kualitas yang sangat baik dari sudut dampak radiologi.
Penerimaan DEP ini berasal dari 10 jenis radionuklida, andil terbesar
0
20
40
60
80
100 45
67.5
90
113
135
158
180
203
225
248
270
293
315
338
360
100
200
300
400
500
1000
2000
3000
4000
5000
Dosis, µSv
BATAN
- 24 -
datang dari 131I diikuti 133I dan seterusnya terdiri atas gas mulia dan
90Sr. Pada gambar juga ditunjukkan dominasi lepasan atmoferik dari
Instalasi Produksi Radioisotop di bawah PT. BATAN Teknologi (99,5%),
diikuti RSG-GAS (0,4%), dibandingkan dua instalasi lainnya.
Sedangkan Tabel 2.1 memperlihatkan distribusi dosis individu dari jalur
paparan. Ketiga rute eksternal, inhalasi dan injesi kontribusinya
berimbang. Dari rute eksternal, jalur yang dominan adalah paparan
eksternal dari permukaan tanah. Rute inhalasi terbagi di antara outdoor
(69%) dan indoor (31%). Pada perhitungan diasumsikan kegiatan
individu outdoor selama 8 jam per hari dan tidak ada pelindung indoor
(konservatif). Sedangkan pada rute injesi sayuran dedaunan seperti
bayam andilnya terhadap dosis injesi adalah 70% diikuti sebagai
makanan utama (17%). Pada sayuran secara konservatif diasumsikan
fraksi kontaminasi yang dipetik terhadap yang dikonsumsi adalah satu.
Tabel 2.1 Persentase penerimaan DEP berdasarkan jalur paparannya
PAPARAN JALUR PERPINDAHAN
Eksternal (33%)
Tanah (79%), Udara (21%)
Inhalasi
(33%)
Indoor (69%) Outdoor (31%) Tanah (0%)
Injesi (33%)
Sayuran dedaunan (77%)
padi (17%) sayuran rambat (3%) daging (2%)
buah (1%) Telur kampung (0%) Ayam kampung (0%)
2) Pelepasan efluen radioaktif cair ke kali Cisalak
Dalam pengoperasian instalasi nuklir di KNS, penimbul tidak membuang
limbah radioaktif cair secara langsung ke lingkungan. Limbah radioaktif
cair yang ditimbulkan dari tiap instalasi nuklir dikirim dan dikelola di
PTLR. Efluen cair yang ditimbulkan di tiap instalasi nuklir dan yang
berasal dari pengolahan limbah cair radioaktif di PTLR dialirkan ke
fasilitas Pengendalian Buangan Terpadu (PBT) yang ada di lingkungan
BATAN
- 25 -
PTLR. Efluen cair ini dianalisis jenis dan jumlah radionuklida yang
terkandung di dalamnya, hasil yang diperoleh selanjutnya dibandingkan
dengan baku mutu lingkungan dan baku tingkat radioaktivitas. Bila
konsentrasi radionuklida yang terkandung masih di atas nilai baku mutu,
efluen cair yang ditampung di PBT ini diolah oleh PTLR. Bila konsentrasi
radionuklida yang terkandung lebih kecil dari nilai baku mutu, bidang
keselamatan kerja dan lingkungan (BKL) mengalirkan efluen cair
tersebut ke kali Cisalak. Berdasarkan data buangan efluen cair dari PRSG
yang direkomendasikan dialirkan ke kali Cisalak tiap tahun, hasil kajian
menunjukkan kandungan radionuklida 51Cr, 59Fe, 60Co, 65Zn, 228Ac, 228Th,
226Ra dan 235U dengan total DEP terhadap penduduk sebesar 0,84 Sv
per tahun. Penerimaan DEP ini hanya sebesar 0,016 % dari NBD untuk
anggota masyarakat. Pembuangan efluen cair ke kali Cisalak ini relatif
tidak mengubah kualitas air permukaan dari sudut radiologi, kualitas air
kali Cisalak tetap sangat baik.
3) Dosis efektif kolektif (DEK)
Total penerimaan DEP pada operasi normal oleh penduduk di sekitar
KNS dari pembuangan efluen gas/partikulat ke atmosfer (98 Sv per
tahun) dan cair ke kali Cisalak (0,84 Sv per tahun) adalah 98,84 Sv
per tahun. Batasan dosis untuk penduduk adalah 1 mSv per tahun,
angka ini menyatakan probalitas untuk terjadinya kanker karena radiasi
adalah 1 x 10-5. Bila penduduk menerima dosis 98,84 Sv per tahun
atau 0,098 mSv per tahun, maka probalitas untuk terjadinya kanker
adalah 9,8 x 10-7 untuk setiap anggota masyarakat yang bermukim di
sekitar KNS. Berdasarkan perkiraan distribusi penduduk hingga tahun
2013 di sekitar KNS dalam radius 5 km, jumlah penduduk terbesar
terdapat di Desa/Kelurahan Rawabuntu yaitu sebesar 20,294 jiwa.
Berdasarkan kajian buangan efluen ke atmosfer, DEK terbesar terjadi di
daerah Serpong pada sektor 22, 5o (arah Utara) dalam radius 4 km dari
tapak, yaitu sebesar 22,54 orang-mSv (0,023 orang-Sv), seperti
ditunjukkan dalam Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.
BATAN
- 26 -
Gambar 2.2 Estimasi distribusi DEK (orang-mSv) dalam radius 5 km dari RSG-GAS
man-mSv5.13
10.29
12.35
11.32
2.88
4.54
4.84
2.99
2.57
3.49
0.34
2.99
3.10
2.68
4.55
3.21
7.39
10.28
13.37
11.31
9.05
14.39
12.30
4.10
7.455.42
4.50
5.855.34
9.75
9.65
5.86
7.40
19.42
3.07
9.32
9.73
8.19
7.47
6.65
6.14
7.06
12.27
3.78
2.85 8.29
9.69 19.3321.37
18.32
8.76
14.26
6.41
4.78
2.85
6.11
2.04
3.36
0.81
1.83 5.60 8.05
0.850.64
4.24
1.22
1.03
0.78
1.433.21
1.551.74
0.97
1.83
10.37
1.52
8.443.52
22.5413.33
orang-mSv mmmm
BATAN
- 27 -
Gambar 2.3 Chart radar distribusi estimasi DEK lepas KNS
b. Kedaruratan nuklir
Rancang bangun dan pengoperasian RSG-LP telah memenuhi
persyaratan keselamatan dan keamanan yang direkomendasikan secara
internasional. Aspek keselamatan instalasi nuklir mempunyai perlindungan
berlapis, walaupun demikian bila terjadi kecelakaan/kedaruratan nuklir
potensi jumlah radionuklida yang terlepaskan ke lingkungan relatif akan jauh
lebih besar dibandingkan pada operasi normal, umumnya berlangsung dalam
waktu yang singkat (orde jam).
Berdasarkan dokumen RKL Tahun 1995, dampak radiologi dari kasus
kedaruratan nuklir di KNS untuk kasus terparah diasumsikan empat instalasi
(RSG-GAS, Instalasi Produksi Radioisotop PT. BATAN Teknologi, Instalasi
Radioisotop dan Radiofarmaka dan Instalasi Radiometalurgi) mengalami
kedaruratan dalam waktu yang bersamaan, akan memberikan dosis kepada
0.00E+00
5.00E-03
1.00E-02
1.50E-02
2.00E-02
2.50E-0222.5
45
67.5
90
113
135
158
180
203
225
248
270
293
315
338
360
1000 m2000 m3000 m4000 m5000 m
BATAN
- 28 -
penduduk sebesar 2,3 mSv atau 46% dari NBD untuk anggota masyarakat.
Pedoman internasional untuk perlindungan segera, tindakan
penanggulangan pada fase awal yang segera harus dilakukan adalah
berdiam dalam gedung (sheltering). Tindakan penanggulangan selanjutnya
disesuaikan dengan hasil pemantauan kedaruratan yang diperoleh sesuai
dengan Pedoman Umum Kesiapsiagaan Nuklir Tingkat PPTN Serpong di
Kawasan PUSPIPTEK Serpong [12].
Sejak awal pengoperasian KNS telah ada buku pedoman kesiapsiagaan
dan penanggulangan kedaruratan nuklir untuk tingkat fasilitas dan kawasan,
organisasi dan infrastruktur (peralatan, alat komunikasi, transportasi,
prosedur) penanggulangan, serta latihan penanggulangan dilakukan secara
rutin minimal sekali dalam setahun.
Perkiraan jenis kecelakaan yang dapat terjadi dari kegiatan nuklir di
KNS dapat dilihat pada Tabel 2.2. Sedangkan perkiraan penerimaan dosis
radiasi dan atau dampak radiologi akibat kecelakaan dari kegiatan nuklir di
KNS berdasarkan laporan analisis kecelakaan (LAK) dan perhitungan
berdasarkan kondisi meteorologi setempat ditampilkan pada Tabel 2.3 dan
Tabel 2.4.
BATAN
- 29 -
Tabel 2.2 Jenis kecelakaan nuklir dan radiologi yang dapat terjadi dari kegiatan nuklir di KNS
No. Uraian Jenis kecelakaan Potensi dampak radiologi dan
cakupan dampaknya
A. Kecelakaan pengoperasian instalasi nuklir :
1. Reaktor Serba Guna G. A. Siwabessy
LOCA
Radiasi eksternal langsung dan tidak langsung (submersi &
immersi). Daerah KNS.
2. Instalasi Produksi Radioisotop
Kegagalan operasi pengolahan 235U yang
telah diiradiasi
Radiasi eksternal langsung dan tidak langsung (submersi &
immersi). Di daerah Instalasi.
3. Instalasi Produksi Elemen
Bakar Reaktor Riset dan Instalasi Elemen Bakar Eksperimental
1. Kegagalan sistem
ventilasi 2. Kekritisan
Radiasi interna melalui inhalasi.
Daerah KNS Radiasi eksterna langsung dan tak langsung (immersi), radiasi
interna melalui inhalasi. Daerah Instalasi.
4. Instalasi Pengolahan
Limbah Radioaktif
Kegagalan evaporasi,
sementasi, Insenerasi
Radiasi eksterna tidak langsung &
radiasi interna melalui inhalasi. Daerah Instalasi.
B. Kecelakaan pengangkutan bahan/zat radioaktif dalam KNS:
1. Pengangkutan limbah
Tumpahan limbah cair
Radiasi eksterna langsung & radiasi interna melalui inhalasi.
2. Pengangkutan radioisotop
hasil produksi
Tumpah/jatuh
Radiasi eksterna langsung dan
tidak langsung di daerah lokasi.
3. Pengangkutan bahan baku (fresh fuel)
Tumpahan Radiasi eksterna sangat kecil
4. Pemindahan bahan bakar
bekas (spent fuel) Tumpahan Radiasi eksterna langsung
Sumber: ANDAL RSG-LP [2]
BATAN
- 30 -
Tabel 2.3 Perkiraan penerimaan dosis radiasi pada kasus kecelakaan di instalasi nuklir KNS berdasarkan LAK
No. Instalasi nuklir Lepasan ke atmosferik
(MBq/tahun)
Penerimaan dosis berbagai organ (mSv per tahun)
Organ tubuh Lokasi* Lepas Lokasi**
1. Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy
Halogen (131I):
7,77 x 103
Gas mulia hasil belahan :
1,74 x 109
Hasil belahan lain:
8,14 x 102
- seluruh tubuh - kulit - thyroid
- radiasi - langsung
1,9 1,2 1,9
1,6
1,9 1,2 1,9
-
DET : 18,32 2,32
2. Instalasi
Produksi Radioisotop
- seluruh tubuh
- thyroid - tulang
3,0 x 10-1
4,5 48,80
2,6 x 10-3
0,5 4,04
DET : 1,90 0.16
3. Instalasi Produksi Elemen Bakar
Reaktor Riset/ Instalasi Elemen Bakar Eksperimental
Kekritisan - - -
4. Instalasi Pengolahan
Limbah Radioaktif
- - - -
DET : 20,22 2,48
Sumber: ANDAL RSG-LP [2] Keterangan : * : pada jarak sekitar 50 m dari RSG-GAS. ** : pada jarak sekitar 1000 m dari RSG-GAS. DET : Dosis Efektif Total
BATAN
- 31 -
Tabel 2.4 Perkiraan penerimaan dosis radiasi pada kecelakaan berdasarkan perhitungan dari inventarisasi buangan dan kondisi meteorologi setempat
No. Instalasi Nuklir
Penerimaan dosis berbagai organ (mSv per tahun)
Organ Tubuh Lokasi* Lepas Lokasi**
1. Reaktor Serba Guna G. A. Siwabessy
- seluruh tubuh - kulit - thyroid - tulang
17,90 1,20 1,90
1,2 x 10-5
- 7,2 x 101
11,4 x 101
7,2 x 10-4
DET 18,32 25,02
2. Instalasi Produksi
Radioisotop
- seluruh tubuh
- thyroid - tulang - kulit
4,4 x 10-5
1,7 x 10-2
5,3 x 10-5
5,2 x 10-1
0,418 x 10-5
0,162 x 10-2
0,504 x 10-5
0,494 x 101
DET 0,16 1,5 x 10-1
3. Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor
Riset/Instalasi Elemen Bakar Eksperimental
Radiasi langsung - tulang
- paru-paru - organ lain
5,5 x 10-4
1,3 x 10-3
2,9 x 10-5
3,3
7,8 1,06 x 10-4
DET 6,8 1,04
4. Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif
*** *** ***
DET 27,43 26,17
Sumber: ANDAL RSG-LP [2]
Keterangan: * : pada jarak 50 m
** : pada jarak 1000 m *** : tidak ada data (kecil) DET : Dosis Efektif Total
BATAN
- 32 -
c. Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen utama lingkungan yang menerima beban dampak secara
langsung adalah udara. Kontaminan ini berasal dari pelepasan zat radioaktif
melalui cerobong, sehingga diperlukan sistem pemantauan yang berlangsung
secara terus menerus.
1) Kualitas Udara
Selama kegiatan di KNS berlangsung, tidak akan menimbulkan perubahan
kualitas udara, baik tingkat radiasi ambien maupun radioaktivitas udara.
Perubahan ini di dalam kawasan (on-site) dan di lepas kawasan (off-site)
tidak nyata terhadap medan radiasi ataupun radioaktivitas latar.
Walaupun demikian dampak penting pada kualitas udara akan timbul bila
tidak dilaksanakan pengelolaan yang baik di tiap fasilitas nuklir. Hasil
kajian menunjukkan bahwa penerimaan dosis kepada penduduk untuk
pelepasan ke udara tertinggi terjadi pada arah Selatan hingga Barat Daya
dengan jarak 300 hingga 400 m dari tapak. DEP maksimum ini adalah 98
µSv per tahun terjadi pada arah Selatan pada jarak 300 m atau sebesar
1,96% dari NBD untuk anggota masyarakat. Bila dibandingkan dengan
besarnya dosis dari alam (paparan latar/background) hanya sebesar
9,32%.
2) Kualitas Tanah
Kecepatan deposisi partikulat dan iodin yang terdapat di dalam beluk
(plume) ke permukaan tanah adalah 0,003 m/detik, sehingga fraksi zat
radioaktif yang terlepas ke atmosfer dan sampai ke permukaan tanah
dengan faktor sebesar 3 x 10-10 sampai dengan 3 x 10-9. Tingkat
kontaminasi di daerah KNS sangatlah kecil dan tidak nyata bila
dibandingkan dengan keadaan radiasi latar. Karena bersifat kumulatif
dampak ini dapat dikatakan cukup penting. Perlu diketahui bahwa
akumulasi ini pun mengalami pengenceran oleh faktor peluruhan dan
kondisi meteorologis, hidrologis dan geologis setempat. Kualitas tanah
dapat menurun secara berarti dalam hal terjadi kecelakaan nuklir.
3) Kualitas Air
Sejumlah kecil zat radioaktif yang terlepas ke atmosfer sebagian
terdeposisi dan meresap ke dalam tanah. Hal ini diikuti migrasi
BATAN
- 33 -
radionuklida tersebut ke air tanah yang pada akhirnya dapat mencapai air
sumur penduduk dan air permukaan. Jalur ini telah dianalisis tidak
memberikan potensi dampak penting. Dari hasil pengkajian keselamatan
awal mengenai migrasi ini menunjukkan dampak yang tidak berarti.
Selain itu sebagian efluen cair hasil proses kegiatan nuklir yang
dinyatakan aman (safe) dapat dibuang ke kali Cisalak. Berdasarkan data
buangan efluen cair dari PRSG yang dialirkan ke kali Cisalak tiap tahun,
menunjukkan kandungan radionuklida 51Cr, 59Fe, 60Co, 65Zn, 228Ac, 228Th,
226Ra dan 235U dengan total DEP terhadap penduduk sebesar 0,84 Sv
per tahun atau sebesar 0,016 % dari NBD untuk anggota masyarakat.
d. Sosial Ekonomi dan Budaya
Kebutuhan tenaga kerja dalam bidang-bidang tertentu diisi oleh sebagian
besar pekerja yang berasal dari penduduk sekitar KNS. Hal ini akan
meningkatkan pendapatan sebagian penduduk, sehingga meningkatkan daya
beli dan selanjutnya meningkatkan pula kegiatan ekonomi. Dibangunnya
Puskesmas dan sarana medis lainnya yang terbuka untuk umum dapat
meningkatkan kesehatan penduduk. Di KNS juga terdapat fasilitas poliklinik
yang memberikan layanan secara rutin kepada pekerja baik untuk kondisi
normal ataupun terhadap korban kecelakaan bila terjadi kedaruratan.
Penyediaan sarana pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai
dengan sekolah menengah umum yang terbuka untuk umum diharapkan
dapat meningkatkan mutu pendidikan penduduk di sekitar KNS.
Dibangunnya rumah peribadatan/masjid diharapkan dapat meningkatkan
keimanan bagi tiap pemeluk agama.
Dampak kegiatan KNS yang sudah maupun yang mungkin akan timbul
terhadap komponen kependudukan, perekonomian dan sosial budaya adalah
positif. Hal ini teramati dengan adanya kegiatan KNS sebagian karyawan
tinggal di perumahan BATAN Indah dan PUSPIPTEK, sehingga kebutuhan
sehari-hari dapat dipenuhi oleh produksi lokal dan dibeli di pasaran terdekat.
Peningkatan kegiatan ekonomi ini dapat meningkatkan taraf pendapatan
penduduk setempat.
BATAN
- 34 -
Hasil ini memberikan informasi bahwa dampak ekonomi dari kegiatan BATAN
di KNS untuk lingkup nasional adalah positif dengan nilai sedang. Dampak
negatif terlihat hanya bersifat lokal KNS dan nilainya adalah kecil.
Berdasarkan uraian dampak penting di atas, komponen lingkungan yang terkena
dampak radiologi berdasarkan model fisik penyebaran zat radioaktif ke lingkungan di
daerah KNS adalah udara dan air kali Cisalak sebagai medium penerima utama.
Sedangkan medium penerima berikutnya dari pelepasan ke udara adalah air permukaan,
tanah permukaan, tanaman pertanian ataupun tanaman lainnya yang ada di permukaan
tanah. Medium penerima berikutnya dari pelepasan ke kali Cisalak adalah hasil
pertanian dan perikanan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.
BATAN
- 35 -
Gambar 2.4 Model fisik penyebaran zat radioaktif yang terlepas ke lingkungan di daerah KNS
BATAN
- 36 -
2.1.2. Sumber Dampak Penting
Berdasarkan uraian pada butir 2.1.1, sumber dampak penting dari
pengoperasian RSG-LP di KNS adalah RSG-GAS, Instalasi Produksi Radioisotop PT.
BATAN Teknologi, Instalasi Radiometalurgi (PTBN), dan Instalasi Produksi
Radiofarmaka (PRR). Sumber dampak penting dari kegiatan pengoperasian keempat
instalasi tersebut yaitu terlepasnya zat radioaktif ke lingkungan melalui cerobong,
sehingga pengelolaan sistem tata udara di tiap satker dan PT. BATAN Teknologi
merupakan hal penting dalam kegiatan operasional instalasi. Sumber dampak
penting dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Sumber dampak penting dari kegiatan instalasi nuklir di KNS
No. Instalasi Nuklir Sumber Dampak Penting
1.
Reaktor Serba Guna, G.A.Siwabessy
Pengoperasian RSG-GAS dalam kegiatan, - Iradiasi bahan U-235 untuk produksi isotop, analisis
kimia, elemen bakar, komponen reaktor, uji bahan reaktor dan penelitian.
- Pengujian elemen bakar reaktor daya (power ramp test)
- Radiografi neutron - Penggantian dan penyimpanan bahan bakar bekas
2. Instalasi Produksi Radioisotop
Kegiatan produksi radioisotop, - Penyiapan bahan untuk iradiasi - Pengolahan bahan hasil iradiasi dan pemisahan isotop - Pengemasan dan distribusi isotop siap pakai - Pengelolaan limbah proses pengolahan
3. Instalasi Produksi Radioisotop dan Radiofarmaka
Kegiatan produksi radioisotop lainnya dan radiofarmaka, - Produksi radioisotop I-125 - Produksi Kit Radioimmunoassay (RIA) dan