Top Banner

of 30

Kepemimpinan Yang Asertif

Mar 01, 2018

Download

Documents

Lia Setiawati
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    1/30

    Diajukan untuk mem

    PRO

    SEKOLA

    KEPEMIMPINAN YANG ASERTIF

    MAKALAH

    enuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan Dal

    osen Pembimbing Ns. Roheman, M. Kep

    Disusun Oleh:

    uhana 213.C.0005

    iti Rohimah 213.C.0013

    ia Setiawati 213.C.0015

    aula Rizka Sholihah 213.C.0017

    haedar Ali 213.C.0030

    gnes Acida 213.C.0034

    RAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATA

    TINGGI ILMU KESEHATAN MAHAR

    KOTA CIREBON

    2016

    m Keperawatan

    N

    DIKA

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    2/30

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

    judul Kepemimpinan yang Asertif. Makalah ini disusun untuk memenuhi

    salah satu tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Dalam Keperawatan pada Program

    Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mahardika Kota

    Cirebon.

    Selama proses penyusunan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan

    berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril,

    spiritual maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang

    ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, kami

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Ns. Roheman, M.Kep yang telah memberikan bimbingan dan motivasi

    dalam penyusunan makalah ini.

    2. Orangtua kami tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah

    memberikan motivasi, dan semangat, baik berupa moril maupun materi

    lainnya.

    3. Sahabat-sahabat kami khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan yang

    telah membantu doa dalam penyusunan makalah ini.

    Semoga Allah SWT. membalas baik budi dari semua pihak yang telah

    berpartisipasi membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari

    bahwa laporan ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik serta

    saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.

    Cirebon, April 2016

    Penyusun

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    3/30

    ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................. i

    DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2

    C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2

    D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN TEORI

    A. Definisi Perilaku ........................................................................ 4

    B. Definisi Kepemimpinan ............................................................ 5

    C. Definisi Asertivitas..................................................................... 6

    D. Ciri-Ciri Asertivitas ................................................................... 7E. Manfaat Perilaku Asertivitas ..................................................... 9

    F. Unsur-Unsur Perilaku Asertivitas ............................................. 9

    G. Keterampilan Bersikap Asertif .................................................. 14

    H. Aspek-Aspek Asertivitas ........................................................... 15

    I. Perilaku Asertif Pada Perawat ................................................... 18

    J. Kepemimpinan Asertif .............................................................. 24

    K. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asertivitas .......................... 25

    L. Sifat yang Dapat Mengurangi Efektivitas Kepemimpinan

    Asertif ........................................................................................ 25

    BAB III PENUTUP

    A. Simpulan .................................................................................... 26

    B. Saran........................................................................................... 26

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    4/30

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Setiap organisasi dimana manusia berinteraksi mempunyai

    kemungkinan terjadi konflik. Institusi pelayanan kesehatan mempunyai

    banyak kelompok-kelompok yang berinteraksi yaitu antara staf dengan staf,

    staf dengan pasien, staf dengan dokter dan sebagainya. Interaksi ini sering

    menimbulkan konflik-konflik. Perasaan-perasaan individu yang

    berhubungan dengan konflik menimbulkan suatu titik kemarahan. Hal ini

    mengakibatkan perilaku bermaksud jahat, seperti, berpikir, berdebat atau

    berkelahi (Swanburg, 2000 dalam Rizkani R.S, 2009).

    Konflik yang terjadi dapat mengakibatkan peningkatan produksi dan

    kreatifitas, tetapi juga dapat menghancurkan suatu organisasi. Oleh karena

    itu konflik perlu dikelola dengan baik. Goleman, 2001 dalam Rizkani R.S,

    2009 mendefinisikan manajemen konflik adalah merundingkan dan

    menyelesaikan ketidaksepakatan atau perbedaan pendapat. Salah satu cara

    yang dapat dilakukan dalam mengatasi konflik yang terjadi adalah dengan

    berperilaku asertif.

    Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa

    yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan

    tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Dalam

    bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur

    pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara

    proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan

    ataupun merugikan pihak lain (Rini, 2001 dalam Rizkani R.S, 2009).

    Berdasarkan studi literatur diatas, diambil kesimpulan bahwa perilaku

    asertif adalah perilaku yang sangat dianjurkan dalam membina hubungan

    interpersonal, bermanfaat dalam memanajemen konflik saat bekerja

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    5/30

    2

    sehingga terhindar dari stress. Mengingat pentingnya perilaku asertif dalam

    dunia kerja, maka kelompok kami membuat makalah tentang asertivitas ini

    untuk membekali para mahasiswa keperawatan di sekolah tinggi ilmu

    kesehatan mahardika untuk dapat bersikap asertif yang sejatinya akan dapat

    bermanfaat dan diaplikasikan pada dunia kerja.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan perilaku ?

    2. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan ?

    3. Apa yang dimaksud dengan asertivitas ?

    4. Bagaimana ciri-ciri perilaku asertivitas ?

    5. Apa manfaat dari perilaku asertivitas ?

    6. Apa saja unsur-unsur dalam perilaku asertivitas ?

    7. Bagaimana keterampilan bersikap asertif ?

    8. Apa saja aspek-aspek asertivitas ?

    9. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas ?

    10. Bagaimana perilaku asertif pada perawat ?

    11. Bagaimana kepemimpinan yang asertif ?

    12. Apa saja sifat yang dapat mengurangi efektivitas kepemimpinan yang

    asertif ?

    C. Tujuan Penulisan

    1. Untuk mengetahui definisi dari perilaku

    2. Untuk mengetahui definisi dari kepemimpinan

    3. Untuk mengetahui definisi dari asertivitas

    4. Untuk mengetahui ciri-ciri perilaku asertivitas

    5. Untuk mengetahui manfaat perilaku asertivitas

    6. Untuk mengetahui unsur-unsur perilaku asertivitas

    7. Untuk mengetahui keterampilan bersikap asertif

    8. Untuk mengetahui aspek-aspek asertivitas

    9. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    6/30

    3

    10. Untuk mengetahui perilaku asertif pada perawat

    11. Untuk mengetahui kepemimpinan yang asertif

    12. Untuk mengetahui sifat yang dapat mengurangi efektivitas

    kepemimpinan yang asertif.

    D. Manfaat Penulisan

    1. Bagi Masyarakat Umum

    Makalah asertivitas ini dapat memberikan informasi sebagai

    pengetahuan baru yang dapat diaplikasikan dalam duania nyata.

    2. Bagi Penulis

    Penulis berharap dengan makalah ini dapat meningkatkan

    pengetahuan baru dan dapat meningkatkan kemampuan diri dalam

    mempelajari, mengidentifikasi, dan bersikap asertif dalam kehidupan

    sehari-hari.

    3. Bagi Dosen Pengajar

    Makalah ini dapat dijadikan sumber referensi atau bahan

    mengajar untuk meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan

    sikap asertivitas dalam kehidupan sehari-hari.

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    7/30

    4

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Definisi Perilaku

    Skinner (1983), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku

    merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

    uar). Teori ini disebut SOR stimulus, organisme, dan respon (Notoatmojo,

    2005 dalam Rizkani R.S, 2009).

    Berdasarkan teori SOR tersebut, maka perilaku manusia

    dikelompokan menjadi dua yaitu:

    1. Perilaku tertutup

    Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimuli belum

    dapat diamati orang lain secara jelas, respon masih terbatas dalam

    bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap

    (Notoatmojo, 2005 dalam Rizkani R.S, 2009).

    2. Perilaku terbuka

    Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut

    berupa tindakan atau praktik, sehingga dapat diamati orang lain secara

    jelas (Notoatmojo, 2005 dalam Rizkani R.S, 2009).

    Perilaku manusia menurut Zeiler K. A, 2010 terbagi atas 3 bagian

    yaitu: Agresif, pasif dan asertif.

    1. Agresif

    Agresif adalah bentuk perilaku yang diarahkan untuk tujuan

    menyakiti atau melukai hidup orang lain. Gaya agresif ditandai

    dengan tuduhan, nada marah, agresif, intoleransi. Mereka mengasah

    keterampilan mereka dan menargetkan orang-orang tertentu untuk

    dimangsa. Perilaku agresif dapat mempertahankan haknya, tetapi

    dalam proses melanggar hak orang lain, orang agresif mendominasi,

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    8/30

    5

    meremehkan, dan menyakiti orang lain. Orang agresif akan

    mengabaikan perasaan anda, membuat pilihan terhadap anda sendiri,

    dan menjadi bermusuhan serta defensive.

    2. Pasif

    Pasif adalah mengungkapkan perasaan dengan cara tidak

    langsung dan sering dengan hambatan cara, bukan secara terbuka

    dalam mengungkapkan sesuatu. Perilaku pasif meliputi rasa takut,

    menahan diri, dan takut ditolak. Orang pasif cenderung bermusuhan

    terus mendalam dan memiliki dendam membara. Perilaku pasif

    biasanya menyangkal perasaan dan pendapat-pendapat, membiarkan

    orang lain mengambil alih terhadap dirinya.

    3. Asertif

    Asertif memiliki pendirian terhadap diri mereka sendiri. Mereka

    tidak harus berlaku kasar, tidak sopan atau tidak menyenangkan untuk

    membuat mereka dikenal orang lain. Orang asertif tahu apa yang

    mereka ingin orang-orang tidak menyalahkan orang lain. Mereka

    menawarkan saran, ide-ide, bukan nasihat. Mereka membedakan fakta

    dari fiksi dan mampu memberikan dan menerima umpan balik.

    B. Definisi Kepemimpinan

    Kepemimpinan atau Leadership adalah ilmu terapan dari ilmu ilmu

    sosial, sebab prinsip prinsip dan rumusannya diharapkan dapat

    mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. MenurutTead; Terry;

    Hoyt(dalam kartono, 2003).

    Pengertian kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi

    orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan pada kemampuan orang

    tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang

    diinginkan kelompok. Menurut Young (dalam Kartono, 2003).

    Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas

    kemempuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    9/30

    6

    untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan

    memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

    Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

    merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,

    kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki

    kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh

    kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

    C. Definisi Asertivitas

    Hargie & Dickson (2004) mendefinisikan asertivitas sebagai

    kemampuan untuk mmepertahankan hak-hak pribadi, mengungkap gagasan,

    perasaan dan keyakinan secara langsung, jujur dengan tetap menjaga dan

    menghargai hak-hak orang lain.

    Menurut Janasz, dkk (2006) asertif disebut sebagai kemampuan untuk

    mengungkapkan keinginan secara jelas dan terbuka, tetapi masih

    menghargai kepentingan dan perasaan orang lain. Bedell & Shelly (2007)

    mengatakan bahwa, asertivitas akan mendukung tingkah laku interpersonal

    yang secara simultan dan berusaha untuk memenuhi keinginan individu

    semaksimal mungkin dengan secara bersamaan, selain itu juga

    mempertimbangkan keinginan orang lain karena bukan hanya mmeberikan

    penghargaan pada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain.

    Menurut Gamble (2005), Asertivitas adalah mengekspresikan pikiran

    dan perasaan sekaligus menampilkan rasa hormat terhadap pikiran dan

    perasaan orang lain. Ketika individu menampilkan asertivitas, individu

    melindungi diri sendiri untuk menjadi korban, indivdu dapat memenuhi

    kebutuhan interpersonal, membuat keputusan tentang hidup, berpikir dan

    mengatakan hal yang dipercaya, dan membangun hubungan interpersonal

    lebih dekat tanpa melanggar hak orang lain.

    Menurut Okuyama, Wagner, & Bijnen (2014) perilaku asertif

    mengekpresikan pikiran dan perasaan tanpa menyangkal kebenaran dari

    orang lain. Kemampuan perawat dapat menjadi asertif ketika mereka tidak

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    10/30

    7

    pasti terhadap suatu prosedur medis, pengobatan terhadap pasien, atau

    perjalanan penyakit pasien dapat menjadi kunci untuk dapat mengurangi

    resiko terhadap medical error yang bisa terjadi. Orang yang berperilaku

    asertif memberitahukan orang lain apa yang mereka butuhkan dan rasakan,

    dan mengkomunikasikan pesan secara efektif tanpa menyebabkan orang lain

    tersinggung. Ketika perawat berperilaku asertif, mereka lebih cenderung

    untuk memberikan pasien perawatan yang tepat, dan dengan berbuat

    demikian, meningkatkan kualitas perawatan pasien.

    Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa asertivitas

    adalah kemampuan individu dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan

    secara langsung, jujur, jelas serta mampu mempertahankan hak-hak pribadi

    dan tetap menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain.

    D. Ciri-Ciri Asertivitas

    Menurut Andu (1993) dalam Nuha I.S, (2014), ciri-ciri individu yang

    asertif adalah (1) dapat menguasai diri dan bersikap menyenangkan tanpa

    menyakiti orang lain, (2) mampu mengajukan pertanyaan atau permintaan

    bantuan terhadap orang lain, (3) dapat merespon hal-hal yang disukanya

    dengan wajar, (4) berani mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya

    (positif atau negatif), (5) bebas menyatakan dirinya sendiri (hal yang

    dipikirkan,diinginkan, serta siapa dirinya), (6) dapat berkomunikasi dengan

    orang lain dari semua tingkatan secara terbuka, jujur, dan langsung sesuai

    dengan situasinya, baik dengan orang yang tidak dikenal maupun sahabat,

    (7) berani menjalin hubungan dengan orang-orang baik dan tidak

    menjauhkan dari pertemuan-pertemuan, (8) berani membela hak-haknya

    yang sah, (9) mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup (berusaha

    keras mewujudkan keinginan atau cita-cita), (10) menghormati diri sendiri,

    bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri, selalu menerima

    keterbatasan keterbatasannya dan tidak akan menderita, terancam, ataupun

    merasa kecil atas perbuatannya.

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    11/30

    8

    Asertivitas seseorang secara tidak langsung akan membuat orang lain

    merasa dituntut untuk tidak meremehkan dan menghargai keberadaannya.

    Hai ini dengan bersikap asertif, seseorang rnemandang keinginan,

    kebutuhan, dan hak orang lain sama dengan keinginan, kebutuhan, dan hak-

    haknya sendiri. Orang yang asertif tidak mengabaikan hak-haknya dan tidak

    membiarkan orang lain melanggar hak-haknya. Demikian juga ia mampu

    rnengungkapkan perasaan-perasaan negatifnya, misalnya menyatakan rasa

    tidak setuiu dan rasa tidak enaknya kepada orang lain seperti

    kemampuannya menyatakan perasaan-perasaan positifnya misalnya

    menyampaikan rasa cintanya, penghargaan dan pujian. Orang asertif juga

    tidak akan merasa menderita, terancam atau merasa kecil atas perbuatannya,

    tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan, berani menjalin hubungan

    dengan orang bam, serta mampu mengekspresikan perasaan suka atau cinta.

    Orang yang tidak asertif adalah orang yang tidak mampu

    mengekspresikan perasaan-perasaan serta harapan-harapannya karena takut

    orang lain tidak akan menyukainya lagi sebagai gantinya orang tersebut

    lebih memilih berdiam diri, dan kadang-kadang perasaannya diekspresikan

    dengan cara yang tidak langsung (Andu:1993 dalam Nuha I.S, 2014).

    Dikemukakan juga oleh Domikus (1988) dalam Nuha I.S, 2014 bahwa

    tingkah laku orang yang tidak asertif adalah orang yang merasa tidak bebas

    untuk mengemukakan perasaannya, sukar untuk mengadakan komunikasi

    dengan orang lain, mempunyai pandangan hidup yang kurang aktif dan

    kurang dapat menghargai dirinya sendiri.

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang asertif

    dicirikan dengan adanya rasa percaya diri yang tinggi dan mau rnenerima

    diri sendiri sebagaimana adanya, artinya mampu rnenerima kelebihan dan

    kekurangan tanpa perlu merasa rendah diri, sehingga tidak ada kecemasan

    dan merasa bebas untuk menyatakan dirinya dengan begitu. komunikasi

    dapat berlangsung secara efektif. Dengan demikian orang yang memiliki

    tingkah laku asertif adalah orang yang percaya pada diri sendiri, punya

    harga diri, dan punya pandangan aktif.

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    12/30

    9

    E. Manfaat Perilaku Asertif

    Menurut Nasir, dkk. (2009), Asertif memiliki manfaat sebagai berikut:

    1. Meningkatkan self esteem dan percaya diri dalam mengekspresikan

    diri sendiri.

    2. Dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain.

    3. Dapat mengubah situasi kerja yang negatif menjadi positif.

    4. Mengingkatkan hubungan antarmanusia pada pekerjaan dan

    mengurangi kesalahpahaman

    5. Meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan diri pada

    pekerjaan/karir sesuai dengan kebutuhan, gaya dan kemampuan.

    6. Mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang

    mendapatkan apa yang dicari dalam hidup. Komunikasi asertif dapat

    dipergunakan dalam interaksi interpersonal baik formal maupun

    informal. Asertifitas apabila digunakan secara benar dan tepat dapat

    membantu tercapainya tujuan individu atau kelompok secara efektif

    dan efisien.

    F. Unsur-unsur Perilaku Asertif

    Secara garis besar, asertif dapat terbagi menjadi dua unsur: verbal dan

    non-verbal (Monica, 1998 dalam Rizkani, 2009). Komunikasi verbal terjadi

    dengan bantuan kata-kata yang diucapkan ataupun yang ditulis. Komunikasi

    non-verbal terutama terdiri dari bahasa tubuh. Aspek-aspek verbal dari

    komunikasi sering berjalan bersama-sama dan saling menunjang. Tapi,

    kadang-kadang terjadi pertentangan antara kedua aspek ini: seseorang

    bermaksud sesuatu tetapi menggunakan bahasa non-verbal yang tidak

    seseuai dengan yang dimaksud (Steves et al, 2000 dalam Rizkani, 2009).

    Monica 1998 dalam Rizka 2009 menjelaskan unsur-unsur non verbal

    sebagai berikut:

    1. Kekerasan suara

    Berteriak atau berbisik bukanlah sikap asertif, nada suara tidak

    bergantung pada isi pesan yang dikirim. Nada asertif harus keras dan

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    13/30

    10

    tegas sehingga terdengar dengan jelas, tetapi tidak boleh terlalu keras

    sehingga memekakan telinga penerima.

    2. Kelancaran

    Kelanacaran mengatakan kata-kata juga tidak bergantung pada

    isi pesan. Orang yang menggunakan terlalu banyak atau kata-kata

    pengisi seperti: uh, er, huh, anda tahu, seperti, dan sebagainya

    cenderung dilihat sebagai orang yang ragu, sedangkan orang yang

    berbicara terlalu cepat sering dialami oleh orang lain sebagai orang

    yang terlalu membebani. Yang asertif adalah kecepatan bicara sedang

    dan tidak terputus-putus.

    3. Kontak mata

    Tidaklah mungkin menjadi asertif bila tidak melihat kepada

    penerima pesan. Tanpa kontak mata, tidaklah terdapat cara untuk

    mengukur sebuah respon, dan penerima pesan dipaksa untuk masuk

    kepada pemberi pesan supaya memberikan umpan balik komunikasi.

    Tentu saja, membelakangi atau menatap tajam adalah hal yang intrusif

    (mengganggu yang diajak berkomunikasi). Kontak mata asertif berarti

    bahwa seseorang mampu memandang wajah penerima secara (hampir)

    terus-menerus tetapi tanpa intensitas tertentu yang membuat penerima

    merasa ditantang.

    4. Ungkapan wajah

    Nada bicara yang terkekeh-kekeh saat marah atau mengerutkan

    dahi saat mengatakan sayang akan mengkhianati isi dari kata-kata

    mereka. Bila marah janganlah tersenyum, bila menunjukan

    penghargaan tersenyumlah. Meskipun ungkapan wajah sulit diukur

    atau digambarkan, kebanyakan orang telah tersosialisasi untuk mampu

    memilih mengungkapkan wajah yang cocok untuk arti kata-kata

    mereka. Bila seseorang tidak mampu untuk menyelaraskan kata-kata

    dengan irama, seringkali hal ini merupakan tanda dari rasa tidak

    nyaman atau kecemasan, karena keselarasan dan kecemasan

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    14/30

    11

    merupakan reaksi-reaksi eksklusif yang saling menguntungkan, maka

    menjadi selaras dapat membantu mengurangi kecemasan.

    5. Ungkapan tubuh

    Seperti halnya ungkapan wajah, cara seseorang berdiri, duduk,

    atau bergerak sebenarnya menyampaikan sekumpulan sikap yang

    kompleks. Seseorang yang duduk membungkuk dapat dilihat sebagai

    marah tidak berminat atau ketakutan. Tangan menyilang dapat

    memberikan pesan bahwa seseorang berhati-hati, bersiaga, atau tidak

    menerima. Tangan dipinggang dapat menunjukan perlawanan,

    perilaku merendahkan, sedangkan postur yang kaku seperti kayu dapat

    menunjukan ketakutan. Orang yang asertif dalam ungkapan tubuhnya

    akan tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa

    menjadi kaku, dan menggunakan tangan serta bahu untuk menekankan

    pembicaraan mereka tanpa menjadi terlalu memaksa atau kasar.

    6. Jarak

    Seberapa jauh seseorang berdiri dari orang lain ketika

    berinteraksi akan berbeda-beda dalam setiap kebudayaan dan setiap

    orang . istilah gelembung telah diterapkan untuk batas tidak kasat

    mta yang yang digunakan oleh seseorang untuk melindungi dirinya

    dari intrusi (gangguan gelembung ludah) orang lain (Sommer 1996

    dalam Monica 1998 dalam Rizka 2009). Orang yang asertif, dalam

    jarak mereka dari orang lain akan berdiri cukup dekat sehingga tidak

    banyak yang dapat lewat di antara mereka (misalnya, tubuh orang

    lain), tetapi juga tidak terlalu dekat, sehingga memecahkan

    gelembung atau semburan ludah mereka.

    Selain itu, monicca 1998 dalam Rizka 2009 menjelaskan unsur-unsur

    verbal sikap asertif yaitu:

    1. Mengatakan tidak

    Pernyataan asertif dapat berupa inisiasi atau reaksi. Terdapat

    cara-cara untuk mengatakan tidak secara asertif sebagai respon

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    15/30

    12

    terhadap permintaan orang lain atau kebutuhan orang lain. Banyak

    orang merasa disudutkan ketika diminta untuk melakukan sesuatu

    yang tidak ingin mereka lakukan. Keluhan yang sering muncul adalah

    saya tidak bisa berkata tidak. Ada beberapa alasan dari orang tidak

    mau mengatakan tidak, beberapa merasa alasan dari orang tidak dapat

    atau tidak mau mengatakan tidak: beberapa merasa takut akan

    kemarahan atau tidak diakui oleh orang lain: beberapa takut menyakiti

    perasaan orang lain, beberapa takut akan penolakan, dan beberapa

    merasa bahwa mengatakana tidak adan merusak konsep diri mereka

    sebagai yang baik.

    2. Menunjukan sikap

    Unsur dari asertif ini bisa merupakan inisiasi atau respon

    terhadap suatu situasi. Unsur kunci pada area ini adalah kejelasan dari

    posisi seseorang, penghargaan diri dengan mana posisi tersebut

    dinyatakan, dan pemahaman tentang posisi orang lain, misalnya saya

    tahu bahwa anda yakin Nona Lioyid sedang dalam pemulihan: tetapi

    saya tidak yakin bahwa ia telah siap untuk dipulangkan dan saya

    mendukung kepulangannya

    3. Meminta pertolongan

    Banyak orang percaya bahwa mereka tidak mempunyai hak

    untuk meminta pertolongan. Hal ini tidak benar. Orang mempunyai

    hak untuk mendapatkan segala yang dimintanya, tetapi perlu ada ijin

    untuk memintanya. Bila seseorang merasa sulit untuk meminta

    pertolongan, hal ini kadang-kadang berarti ia takut ditolak dan bukan

    sekedar suasana yang sulit. Sebagai contoh pada perasaan berikut

    bila ia mengatakan tidak untuk hal ini, berarti ia tidak mencintai

    saya atau mungkin dalam hal lain berarti bahwa seseorang akan

    merasa bersalah, dan yang dimintai pertolongan tadi wajib untuk

    meminta kembali sesuatu dari yang ditolongnya meskipun diluar

    kemampuan kita bila ia meminjamkan mobilnya, saya akan harus

    melaukan apapun yang diinginkannya kapanpun dia

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    16/30

    13

    menginginkannya. Ketika meminta pertolongan , bersikap asertif

    berarti menyatakan masalah dengan jelas dan membuat permintaannya

    adalah masalah seberapa lama orang harus bertahan dengan

    permintaannya adalah masalah penilaian: permintaan harus berakhir

    dengan persetujuan atau dengan pemahaman mengapa tidak dapat atau

    tidak boleh disetujui. Jangan mengakhiri permintaan sebelum titik ini

    tercapai.

    4. Mengajukan Hak

    Dalam masyarakat kita, tidak ada manusia yang mempunyai hak

    untuk mengambil keuntungan orang lain: tiap manusia memiliki hak

    untuk berbicara. Perbedaan dalam kekuasaan antara dua individu tidak

    merubah hak-hak dasar ini, meskipun kadang-kadang pihak yang

    kurang berkuasa harus mengingatkan hal ini kepada pihak yang lebih

    berkuasa. Unsur kunci dari pengajuan hak ini hampir sama dengan

    unsur kunci dari permintaan pertolongan: menyatakan masalah

    membuat permintaan khusus untuk perbaikan atau perubahan, dan

    bertahan sampai seseorang telah mengkomunikasikan sebuah hal

    dengan efektif.

    5. Ungkapan perasaan

    Meskipun perasaan sering muncul dan tampak dari perilaku

    non-verbal, orang mungkin tidak mengetahui perasaan orang lain

    kecuali jika perasaan itu diungkapkan melalui kata-kata. Seorang

    rekan kerja tidak menyadari bahwa ia telah membuat marah temanya,

    dan si teman mungkin tidak melihat bahwa menertawakan tulisan

    tangan teman sebelahnya dapat menyakiti hati penulisnya.

    Sebagian sikap menjadi asertif adalah mengungkapkan emosi,

    seperti marah dan kasih sayang. saya menghargai perkataan anda

    merupakan cara yang lebih asertif utuk menanggapi ungkapan

    terimakasih dari pada berkata ah, itu tidak ada artinya atau itu

    sudah menjadi pekerjaan saya yang akan mengecilkan arti si

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    17/30

    14

    pengirim maupun penerima pesan terimakasih tersebut (Monica, 1998

    dalam Rizka 2009).

    Menurut Liaw 2007, orang yang asertif lebih mengedepankan

    kesamaan yang dimiliki oleh semua orang. Mereka lebih menerapka

    sikap inklusif dan akomodatif dibandingkan eksklusif.

    G. Keterampilan Bersikap Asertif

    Untuk mengubah perilaku negatif, pertama-tama anda harus

    menyadari bahwa apa yang anda lakukan sebenarnya tidak diinginkan, dan

    pada kenyataannya, hanya akan menimbulkan stress. Dari berbagai

    lokakarya mengenai pelatihan sikap asertif, dihasilkan beberapa

    keterampilan yang dapat kita gunakan dalam perilaku kita sehari-hari agar

    dapat mengurangi peluang terjadinya stress dan, disaat yang sama,

    memperkuat harga diri (National Safety Council, 2004).

    Sebagai penangkal terhadap rasa takut, malu, kepasifan, bahkan

    kemarahan, perilaku asertif perlu dilatih. Berdasarkan penelitian Schimmel

    (Dharma 2008:32) menyatakan bahwa beberapa jenis perilaku asertif yang

    perlu dilatih terutama adalah:

    1. Berani mengemukakan pendapat, permintaan, kesukaan dan

    sebagainya yang menjadikan seseorang dihargai sebagai manusia yang

    sederajat dengan manusia lain.

    2. Mengekspresikan emosi-emosi negatif (keluhan, kebencian, kritik,

    ketidaksetujuan, intimidasi, kebutuhan untuk dibiarkan sendirian) dan

    menolak permintaan.

    3. Memperlihatkan emosi-emosi positif (senang, menghargai, menyukai

    seseorang, merasa tertarik), memberikan pujian, dan menerima pujian

    dengan mengucapkan terimakasih.

    4. Bertanya mengapa tentang pemegang kekuasaan dan tradisi, bukan

    untuk memberontak, tapi meminta tanggung jawab, sebagai bentuk

    pernyataan kepedulian untuk mengendalikan situasi dan mengubah

    sesuatu menjadi lebih baik.

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    18/30

    15

    5. Memulai, melaksanakan, mengubah, atau menghentikan percakapan

    secara menyenangkan, berbagi perasaan, pendapat, dan pengalaman

    dengan orang lain.

    6. Mengatasi ketersinggungan sebelum kemarahan semakin meningkat

    dan meledak menjadi agresif.

    Untuk melatih perilaku asertif diatas, ada dua tahap yang perlu

    dilakukan, yaitu:

    1. Kenali dan sadari dimana perubahan perlu dilakukan dan yakinlah

    dengan hak anda.

    2. Perhitungkan cara-cara yang sesuai untuk menyatakan diri sendiri

    dalam setiap situasi khusus berkaitan dengan diri anda. Ada banyak

    cara untuk mencari respons-respons asertif yang efektif, bijaksana,

    dan adil yaitu dengan mengamati model contoh yang baik.

    H. Aspek-Aspek Asertivitas

    Menurut Palmer & Froehner (2002) Asertivitas dapat diuraikan

    kedalam beberapa aspek berikut:

    1. Permintaan

    Asertivitas dalam aspek permintaan adalah kemampuan individu

    dalam mengajukan permintaan seperti; mampu untuk meminta

    bantuan atau pertolongan kepada yang dikehendakinya secara wajar

    baik itu kepada teman ataupun kepada orang lain. Mampu meminta

    tanggung jawab kepada temannya (meminta pertanggung jawaban

    teman ketika buku yang dipinjamnya hilang atau rusak). Selain itu

    individu yang arsetif juga menyadari bahwa setiap orang memiliki hak

    yang sama, baik itu hak untuk memenuhi keinginan, kebutuhan dan

    lain sebagainya maka individu yang arsetif mampu untuk mengajukan

    hak kepada orang lain. Mampu mengakui kesalahan yang telah

    diperbuatnya sehingga berani untuk meminta maaf.

    2. Penolakan

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    19/30

    16

    Asertivitas dalam aspek penolakan adalah mampu menampilkan

    cara yang efektif dan jujur dalam menyatakan tidak, pada

    ketidaksetujuannya terhadap saran ataupun pendapat orang lain.

    Misalnya tidak ragu untuk berkata tidak atas saran atau pendapat

    dari orang lain hanya karena untuk solisaritas. Selain itu, individu

    yang arsetif tidak ragu dan takut untuk berkata tidak pada ajakan

    atau permintaan orang lain yang menurutnya tidak layak untuk

    disetujui, misalnya mampu menolak ajakan tawuran, ajakan memakai

    obat terlarang yang dapat merugikan dirinya sendiri.

    3. Pengekspresian Diri

    Asertivitas dalam aspek pengekspresian diri adalah, mampu

    mengungkapkan perasaanya kepada orang lain dengan jujur dan

    langsung mengenai ketidaknyamanan terhadap orang tersebut, seperti

    menyatakan kekesalahannya secara efektif ketika diusili oleh teman-

    temannya agar mereka tidak semakin menjadi-jadi. Individu yang

    arsetif dapat mengekspresikan pikirannya dengan menyatakan

    pendapat atau ide kepada orang lain seperti berani menyatakan

    pedapat ketika sedang dalam diskusi kelompok. Individu yang asertif

    dapat memberikan kritik kepada orang lain namun juga tetap

    mempertimbangkan perasaanya serta mampu menerima kritik secara

    bijaksana.

    4. Pujian

    Asertivitas dalam aspek ini adalah, kemampuan dalam

    menerima dan memberi pujian kepada orang lain dengan cara yang

    sesuai, yaitu dengan mengucapkan terima kasih apabila menerima

    pujian, dan tidak segan ataupun malu untuk memberi pujian kepada

    orang lain.

    5. Berperan dalam Pembicaraan

    Asertivitas dalam aspek ini adalah, memulai atau berinisiatif

    didalam pembicaraan seperti memulai pembicaraan dalam suatu

    diskusi kelas ataupun memulai pembicaraan dengan orang lain yang

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    20/30

    17

    belum dikenalnya. Mampu mengakhiri pembicaraan secara efektif,

    yaitu tidak menampilkan tingkah laku diam, dan tidak mensabotase

    pembicaraan yang sedang berlangsung.

    Sementara itu Rathus & Nevid (1983) mengemukakan 10 aspek dari

    asertivitas yaitu:

    1. Berbicara asertif

    Tingkah laku ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu rectifying

    statement (mengemukakan hak-hak berusaha mencapai tujuan tertentu

    dalam sesuatu siituasi) dan Comendatory Statement (meberikan pujian

    untuk menghargai orang lain dan memberi umpan balik positif)

    2. Kemampuan mengungkapkan perasaan

    Mengungkapkan perasaan kepada orang lain dan mengungkap

    perasaan ini dengan suatu tingkat spontanitas yang tidak berlebihan.

    3. Menyapa atau memberi salam kepada orang lain

    Menyapa atau memberi salam kepada orang-orang yang ingin

    ditemui, termasuk orang yang baru di kenal dan membuat suatu

    pembicaraan.

    4. Ketidaksepakatan

    Menampilkan cara yang efektif dan jujur untuk menyatakan

    tidak setuju.

    5. Menanyakan alasan

    Menanyakan alasan bila diminta untuk mulakukan sesuatu,

    tetapi tidak langsung menyanggupi atau menolak begiu saja.

    6. Berbicara mengenai diri sendiri

    Menbicarakan diri sendiri mengenai pengalaman-pengalaman

    dengan cara yang menarik, dan merasa yakin bahwa orang akan lebih

    berespon terhadap perilakunya daripada menunjukan perilaku

    menjauh atau menarik diri.

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    21/30

    18

    7. Menghargai pujian dari orang lain

    Mengharagai pujian dari orang lain dengan cara yang sesuai.

    8. Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang yang suka

    berdebat. Mengakhiri percakapan yang bertele dengan orang yang

    memaksaan dengan pendapatnya.

    9. Menatap lawan bicara

    Ketika berbicara atau diajak berbicara menatap lawan bicaranya.

    10. Respon melawan rasa takut.

    Menampilkan perilaku yang biasanya melawan rasa cemas,

    biasanya kecemasan sosial.

    I. Faktor-faktor yang mempengaruhi Asertivitas

    Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi asertivitas menurut beberapa

    ahli dalam Nuha I.S, 2014 adalah sebagai berikut:

    1. Jenis Kelamin

    Menurut Arsante dan Gudykunst (Syarani, 1995) menyatakan

    bahwa pada umumnya pria banyak memiliki sifat-sifat maskulin yaitu

    kuat, asertif, kompetitif, dan ambisius. Penelitian Bee (Yogaryjantono,

    1991) menambahkan laki-iaki cenderung lebih mandiri, tidak mudah

    terpengaruh, dan lebih tenang, perempuan lebih mudah terpengaruh

    dan lebih bersifat mendidik. Budiman (Widodo, 1998) memperkuat

    pendapat Bee, dengan mengatakan bahwa laki-laki lebih aktif dan

    lebih rasional sedangkan perempuan lebih pasif, lebih emosional, dan

    lebih submisif. Masalah emosionalnya, dibandingkan dengan wanita,

    pria sering tidak belajar mengenai kejujuran emosional karena mereka

    diajarkan sejak dini untuk tidak emosional, wanita sering membesar-

    besarkan respon emosional terhadap situasi yang dihadapi (Lloyd

    dalam Syarani, 1995 dalam Nuha I.S, 2014).

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    22/30

    19

    2. Harga diri

    Alberti dan Emmons (Hidayati, 1987) mengatakan bahwa

    orang-orang yang asertif diasumsikan memiliki konsep diri yang

    positif. Orang yang memiliki konsep diri positif dengan sifat-sifat

    penerimaan diri, evaluasi diri yang positif dan harga diri yang tinggi,

    akan merabuat mereka merasa aman dan memiliki rasa percaya diri

    yang tinggi dalam kancah sosial. Konsep diri berkorelasi positif

    dengan perilaku asertif, karena harga diri merupakan bagian dari

    konsep diri artinya seseorang yang harga dirinya rendah maka konsep

    dirinya rendah (Retnaningsih, 1992). Rasa percaya diri pada orang

    yang memiliki konsep diri positif akan memberikan keberanian untuk

    menyampaikan pikiran dan perasaan yang sebenarya kepada orang

    lain tanpa disertai kecemasan, mampu rnenerima pikiran dan perasaan

    orang lain. (Retnaningsih, 1992) mengemukakan bahwa antara harga

    diri dengan asertivitas mempunyai hubungan yang sangat erat dan

    saling berkaitan. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan

    mampu berperilaku asertif dan kemampuannya dalam berperilaku

    asertif akan meningkatkan pula harga dirinya. Jadi orang yang konsep

    dirinya positif biasanya lebih berani mengekspresikan dirinya sendiri,

    berani menyatakan pendapat tanpa takut dicela sedangkan orang yang

    konsep dirinya rendah akan cenderung merasa tidak aman, tertekan,

    dan kurang percaya diri sehingga ia akan cemas. Keadaan tersebut

    akan membuat seseorang menjadi sulit dalam menyampaikan ide,

    perasaan-perasaan, dan pikiran-pikiran kepada orang lain, yang

    akibatnya ia tidak memiliki keberanian untuk menyampaikan pikiran

    dan perasaan yang sebenarnya kepada orang lain, ini yang menjadikan

    seseorang itu menjadi tidak asertif.

    3. Pola asuh orang tua dan lingkungan

    Kualitas perilaku asertif seseorang sangat dipengaruhi

    pengalaman masa anak-anaknya (Andu, 1993). Pengalaman tersebut,

    yang kebanyakan berupa interaksi dengan orang tua maupun anggota

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    23/30

    20

    keluarga lainnya, sangat menentukan pola respon seseorang dalam

    menghadapi berbagai masalah setelah ia menjadi dewasa kelak.

    Seorang anak yang selalu mendapat larangan setiap kali melakukan

    sesuatu, rnaka akan membuatnya takut untuk mencoba bertindak atau

    berbuat lainnya. Adanya larangan yang terus-menerus akan

    menjadikan seorang anak terlalu berhati-hati dan tidak spontan dalam

    mengemukakan perasaannya sehingga anak terbiasa untuk berperilaku

    tidak asertif. Sedangkan menurut Rathus dan Domikus dalam

    (Prabana, 1997) tingkah laku asertif berkembang secara bertahap

    sebagai hasil iteraksi antara anak dan orang tua serta orang-orang

    dewasa lain disekitarnya karena semenjak anak-anak, peran

    pendidikan perempuan dan laki-laki telah dibedakan oleh masyarakat

    artinya sejak kecil anak laki-laki dibiasakan tegas dan kompetitif.

    Hasil penelitian Sari (1989) dibuktikan bahwa anak laki-laki lebih

    tegas, mandiri, tidak begitu tergantung pada kelompok bermainnya

    maupun pada bantuan orang dewasa, dan mereka lebih berani

    menghadapi situasi-situasi yang menakutkan daripada anak

    perempuan. Keadaan tersebut menurut Berzonsky dalam

    (Prabana,1997) lebih disebabkan karena perbedaan sikap orang tua

    terhadap anak perempuan dan anak laki-laki. umumnya orang tua

    bersikap lembut terhadap anak perempuan dalam berbagai segi.

    Terhadap kesalahan atau kenakalan biasanya anak perempuan

    dihadapi dengan ekspresi wajah tidak suka atau dimarahi secara verbal

    sedangkan pada anak laki-laki lebih banyak dikenai hukuman fisik.

    Hal ini menyebabkan anak perempuan lebih memperhatikan perasaan

    orang lain sedangkan anak laki-laki lebih agresif dan asertif. Selain

    itu, dalam kehidupan bermasyarakat yang menunjukkan bahwa

    asertivitas bukan milik semua orang karena masyarakat mengajarkan

    asertivitas kurang sesuai untuk anak perempuan dan adanya tuntutan

    masyarakat yang menjadikan laki-laki lebih agresif mandiri, dan

    kompetitif, sehingga anak perempuan lebih pasif terhadap hal-hal

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    24/30

    21

    yang kurang berkenan dihatinya, tergantung, dan konformis

    (Yogaryjantono, 1991). Sehingga lingkungan memang cukup besar

    peranannya pada perkembangan individu (Walgito,1997), terutama

    pada perilaku individu. Kimble (Retnaningsih, 1992) mengemukakan

    bahwa anak laki-laki lebih tegas dan dominan daripada anak

    perempuan baik verbal maupun non verbal, hal ini ditunjukkan jika

    mereka bersama-sama dalam satu situasi, pada keadaan heterogen

    tersebut akan tampak bahwa anak perempuan lebih tidak asertif jika

    dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan akan asertif jika

    mereka dalam satu situasi dengan sesama jenisnya. Sementara itu

    Kaplan dan Sedney (Hidayati, 1987) menemukan bahwa untuk laki-

    laki cenderung asertif daripada perempuan. Dengan demikian dapat

    dikatakan bahwa cara pola asuh dan lingkungan berperan dalam

    menentukan perkembangan perilaku asertif seseorang.

    4. Kebudayaan

    Setiap kebudayaan mempunyai aturan yang berbeda-beda,

    perbedaan ini dapat mempengaruhi pembentukan pribadi masing-

    masing individu terutama dalam perilaku asertifnya. Prihatin (1987)

    hasil penelitiannya mengemukakan bahwa mahasiswa Batak lebih

    asertif dari pada mahasiswa Jawa. Sue, dkk (Reputrawati, 1996)

    mengatakan bahwa mahasiswa Amerika keturunan Asia pada

    umumnya lebih introvert, tidak asertif dan pasif jika dibandingkan

    dengan mahasiswa Amerika keturunan Eropa. Arsante dan Gudykunis

    (Retnaningsih, 1992) mengemukakan bahwa dalam negara-negara

    yang mempunyai nilai-nilai kebudayaan maskulin seperti Jepang,

    Australia, Venezuela, Italia, Meksiko, Inggris, dan Jerman, kompetisi

    dan perilaku asertif lebih dipentingkan, sebaliknya pada negara-negara

    yang mempunyai nilai-nilai feminin seperti Swedia, Belanda,

    Denmark, Chile, Portugal, dan Muangthai lebih mengutamakan

    Mnurturance (pemeliharaan) dan belas kasihan. Kebudayaan Jawa

    menganut dua kaidah atau prinsip yang menentukan pola pergaulan

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    25/30

    22

    dalam masyarakat, yaitu prinsip kerukunan dan prinsip hormat

    (Suseno, 1985 ). Sikap orang Jawa yang mengutamakan kepentingan

    umum atau masyarakat juga ditanamkam rasa malu, sungkan, dan

    takut sebagai sikap hormatnya pada orang lain juga untuk

    menghindari konflik, bila dikaitkan dengan perilaku asertif,

    kebudayaan Jawa tersebut kurang mendukung asertivitas

    masyarakatnya. Di samping itu, sejak kecil anak di didik untuk malu,

    takut dan sungkan sehingga dapat membentuk rasa percaya diri yang

    rendah, kurang inisiatif tidak spontan, kurang ekspresif takut untuk

    mengemukakan pendapatnya maupun perasaannya serta ide-idenya

    sehingga anak menjadi tidak maju dan kurang berkembang. Tingkat

    pendidikan

    Caplow (Yogaryiantono, 1991) mengatakan bahwa semakin

    tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin ada kecenderungan

    untuk sukses dalam bekerja. Semakin orang berpendidikan akan

    semakin mengenal dirinya secara lebih baik, termasuk kelebihan dan

    kekurangannya, sehingga mereka cenderung mempunyai rasa percaya

    diri. Dengan pengalaman pendidikan formal yang dialami individu

    akan berakibat besar terhadap sikap, konsepsi, dan cara berpikir.

    Dalam bertingkah laku, lebih fleksibel lebih terbuka terhadap

    pembaharuan, serta ingatan dan perasaannya lebih luas, ini akan

    membawa seseorang menjadi percaya diri yang orientasi segala

    perilakunya lebih dititik beratkan pada keputusannya sendiri

    (Yogaryjantono, 1991). Diperkuat dengan hasil penelitian Domikus

    (1988) menyebutkan bahwa orang yang mempunyai percaya diri yang

    baik akan lebih dapat berperilaku asertif Selain itu juga didukung oleh

    Firth dan Snyder (Prabana 1997) faktor umur dan tingkat pendidikan

    memiliki pengaruh terhadap perkembangan asertivitas.

    5. Jenis pekerjaan dan lama kerja

    Penelitian Kiecolt dan Mc Grath (Prabana 1997) menyimpulkan

    bahwa jenis pekerjaan berpengaruh terhadap asertivitas individu

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    26/30

    23

    artinya jenis pekerjaan yang banyak melibatkan individu dengan orang

    lain akan berpengaruh positif terhadap kemampuan seseorang dalam

    berperilaku asertif karena banyaknya hubungan interpersonal yang

    dilakukan. Penelitian tersebut didukung oleh Koentjoro (1987) yang

    menyatakan bahwa beberapa hal yang diduga mempengaruhi self

    asertiveness adalah pekerjaan yang banyak menuntut hubungan

    interpersonal. Selain itu penelitian Windiatti (Yogaryjantono, 1991)

    bahwa ada perbedaan tingkat asertivitas wanita karier dengan

    karakteristik pekerjaan yang berbeda. Lama kerja juga bisa

    berpengaruh terhadap asertivitas seseorang. Masa kerja yang semakin

    lama akan menambah pemahaman tentang pekerjaan, menambah

    kelancaran tugas, dan menambahi tanggung jawab. Dengan bertambah

    kemampuannya tersebut, akan mempunyai perasaan puas terhadap

    pekerjaannya karena menghasilkan pekerjaan dengan hasil baik dan

    mendatangkan sikap positif terhadap pekerjaannya. Hal itu sejalan

    dengan penelitian yang dilakukan Fensterheim dan Baer (Susanto,

    1997) menyatakan bahwa semakin seseorang memiliki tingkah laku

    asertif dalam hubungannya dengan pekerjaan dan semakin

    bersedianya untuk menunjukkan dirinya, rnakin besar pula kepuasan

    yang akan diperoleh.

    6. Kondisi sosial ekonomi dan intelegensi

    Faktor sosial dan intelegensi seseorang mempengaruhi tinggi

    rendahnya asertivitas seseorang. Ditunjukkan oleh hasil penelitian

    Sehartz dan Gottman (Retnaningsih, 1992) bahwa individu yang

    memiliki status sosial ekonomi dan intelegensi yang tinggi pada

    umumnya tinggi pula nilai asertivitasnya. Johandar (1980)

    menambahkan bahwa antara intelegensi dan prestasi belajar memiliki

    korelasi yang positif artinya jika intelegensi semakin tinggi semakin

    tinggi pula prestasi belajarnya. Ditinjau dari jurusan yang ada di SMU

    terutama jurusan IPA dan jurusan IPS maka jurusan berkaitan dengan

    intelegensi. Hal itu karena untuk memilih jurusan disesuaikan dengan

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    27/30

    24

    kemampuan. Kemampuan seseorang melibatkan intelegensi dan

    prestasi belajar. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa

    asertivitas seseorang tidak muncul dengan sendirinya atau sekedar

    perilaku yang dialami yang dibawa sejak lahir. Lloyd (Syarani, 1995)

    mengatakan bahwa walaupun bersifat alamiah, teiapi perilaku asertif

    bukan sekedar perilaku alamiah, perilaku asertif dipelajari dan

    dikembangkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas

    seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah harga diri pola asuh dan

    lingkungan, kebudayaan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan lama

    kerja, serta kondisi sosial ekonomi dan intelegensi.

    J. Perilaku Asertif Pada Perawat

    Karakteristik pekerjaan keperawatan sedang berubah, sehingga

    tercipta tuntutan untuk tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar

    pada semu atingkat profesi keperawatan. Kebutuhan ini berubah konsep

    peran dan konsep diri profesional dari para praktisi keperawatan. Terdapat

    beberapa alasan mengapa pelatihan asertif menarik minat para perawat

    yaitu:

    a. Para perawat yang lebih menyukai sikap asertif mungkin perlu lebih

    mengenal dan mahir dalam keterampilan dan bahasa yang lebih aktif

    berpartisifasi dalam pekerjaan mereka.

    b. Mereka yang mendukung perawan perawat yang profesiaonal dan

    primer mungkin akan menemukan bahwa pelatihan sikap asertif akan

    berguna untuk memungkinkan perkembangan sikap-sikap prilaku

    keperawatan yang bertanggung jawab, serta keterampilan komunikasi

    yang efektif.

    c. Para profesional keperawatan yang peduli pada pandangan masyarakat

    terhadap keperawatan mungkin dapat menemukan cara untuk

    mengkomunikasikan sikap-sikap dan harapan-harapan mereka dengan

    lebih jelas.

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    28/30

    25

    K. Kepemimpinan Asertif

    Kemimpinan Asertif (Assertive) kepemimpinan ini sifatnya lebih

    agresif dan mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian

    personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe

    asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan

    muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga

    muncul kesimpulan yang memuaskan (Monica, 1998).

    L. Sifat yang dapat Mengurangi Efektivitas Kepemimpinan Asertif

    Kesewenang-wenangan, arogan, ketidak tegasan, kurangnya kejujuran

    dan ketulusan, kegagalan untuk mendelegasikan tanggung jawab , gagal

    untuk menunjukan apresiasi, kegagalan karena tidak melihat sudut pandang

    orang lain, berburuk sangka, membiarkan emosi serta kegagalan untuk

    menggunakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh (Monica, 1998).

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    29/30

  • 7/25/2019 Kepemimpinan Yang Asertif

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    Beddel, J & Shelly, L. 2007.Handbook for Communication and Problem Solving

    Skills Training: A Cognitive Behavioral Approach. New York: John

    Wiley & Sons, Inc.

    Hargie O dan Dickson D. 2004. Skille Interpersonal Communication. New York:

    Routledge.

    Hasanah Anna, dkk. 2014. Pengaruh Perilaku Teman Sebaya Terhadap

    Asertivitas Siswa. Indonesia Journal Of Guidance And Counseling:

    Theory And Application. Semarang: Jurursan Bimbingan dan

    Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan.

    Janasz S.S.D, Dowd K.O & Schneider B.Z. 2006. Interpersonal Skills in

    Organization Second Edition. New York: Mc Graw Hill.

    Nuha I.S. 2014. Hubungan Antara Perilaku Bullying Dengan Perilaku Asertif

    Pada Santriwati. Skripsi. Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan

    Ampel.

    Monica, Elain L. 1998. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta:

    EGC.

    Palmer dan Froehner. 2002. Harga Diri Remaja: Penuntun Menumbuhkan Harga

    Diri Bagi Remaja. Jakarta: Gramedia.

    Rathus S.A & Nevid J.S. 1983.Adjustment and Growth: The Challenges of Life

    2nd Edition. New York: CBS College Publising.

    Rizkani R.S. 2009. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat

    dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap

    Mawar dan Nusa Indah RSUD dr. Joelham Binjai. Skripsi. Medan:

    Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.