-
KEPEMIMPINAN GURU DARI ASPEK KOMPETENSI PEDAGOGIK
PENDAHULUAN
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru terdiri dari
kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
seorang guru dalam mengelola
pembelajaran. Belajar merupakan sebuah suatu proses yang
menggunakan kemampuan mengingat
dan mereproduksi untuk menerapkan pengetahuan, menyimpulkan
makna, menafsirkan dan
mengaitkannya dengan kenyataan sehingga pengetahuan bertambah
dan terjadi perubahan.
Pembelajaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk
mendukung proses belajar
peserta didik sehingga memberikan manfaat. Pengertian
pembelajaran menurut Gagne adalah
seperangkat peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung
beberapa proses belajar yang
sifatnya internal. Beberapa ciri pembelajaran adalah:
1. Merupakan upaya sadar dan disengaja.
2. Pembelajaran membuat peserta didik belajar.
3. Tujuan belajar ditetapkan terlbih dahulu sebelum proses
dilaksanakan.
4. Pelaksanaannya terkendali secara isi, waktu, proses, dan
hasilnya.
Faktor internal dan eksternal yang memengaruhi hasil belajar
terdiri dari:
1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik yang
memengaruhi kemampuan belajarnya meliputi kecerdasan, minat dan
perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi
fisik dan kesehatan.
2. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
peserta didik yang memengaruhi
hasil belajar meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang
memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam buku condition of
learning, Gagne menjelaskan sembilan prinsip yang dapat
dilakukan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, yaitu (Siregar & Nara, 2015):
1. Menarik perhatian (gaining attention) yaitu melalui hal-hal
yang dapat menimbulkan minat
peserta didik dengan mengemukakan sesuatu yang baaru, aneh,
kontradiksi, atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learners of the
objective), yaitu
memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
setelah selesai mengikuti
pelajaran.
3. Mengingatkan konsep atau prinsip yang telah dipelajari
(stimulating recall or prior learning),
yaitu merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah
dipelajari. pengetahuan tersebut
menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus),
yaitu menyampaikan materi-
materi pelajaran yang telah direncanakan.
5. Memberikan bimbingan belajar (providing guidance for
learners), yaitu memberikan
pertanyaan-pertanyaa yang membimbing proses atau alur berpikir
peserta didik sehingga
terbentuk pemahaman yang lebih baik.
6. Menguji kinerja peserta didik (eliciting preformance), yaitu
peserta didik menunjukkan
pengertian mereka tentang materi yang telah dipelajari atau
menunjukkan penguasaan
terhadap materi.
-
7. Memberikan balikan (providing feedback), yaitu memberitahu
seberapa jauh ketepatan
kinerja peserta didik.
8. Menilai hasil belajar (assessing performance), yaitu
memberikan tes atau tugass untuk
mengetahui penguasaan peserta didik sesuai tujuan
pembelajaran.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhencing retention
and transfer), yaitu
merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan
memberikan rangkuman,
mengadakan review atau melakukan praktik berhubungan dengan
materi yang telah
dipelajari.
Pengkondisian belajar menjadi kegiatan mendasar yang perlu
dilakukan sebagai kemampuan guru
dalam memberikan fasilitas kondisi belajar yang aman, nyaman,
dan menyenangkan. Menurut
Susanto, upaya guru untuk melakukan pengkondisian lingkungan,
yang tepat akan mengembangkan
karakter yang tepat dan sikap belajar yang positif. Lingkungan
yang positif terjadi apabila timbul rasa
aman dan memungkinkan tubuh untuk bergerak. Gerakan akan
membentuk keceerdasan karena
melalui aktivitas fisik maka akan tercipta pengalaman fisik yang
memungkinkan semua informasi
masuk melalui penglihatan (indera mata), pendengaran (telinga),
penciuman (hidung), pengecap
(lidah), dan menerima rangsangan (kulit) (R. Susanto, 2018c).
Beberapa prinsip pembelajaran yang
diperlukan agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan
adalah (A. Susanto, 2016):
1. Prinsip motivasi, yaitu upaya pembelajaran yang bertujuan
untuk menumbuhkan dorongan belajar dari dalam diri anak atau dari
luar diri anak sehingga anak dapat belajar secara optimal sesuai
dengan potensi yang dimiliki anak tersebut.
2. Prinsip latar belakang, yaitu upaya pembelajaran yang
dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki anak agar
tidak terjadi pengulangangan bahan pelajaran sehingga anak merasa
bosan.
3. Prinsip pemusatan perhatian, yaitu usaha pembelajaran untuk
memusatkan perhatian anak dengan cara mengajukan suatu masalah yang
akan dipecahkan dan terarah untuk mencapai suatu tujuan yang hendak
dicapai.
4. Prinsip keterpaduan, yaitu usaha pembelajaran yang merupakan
bagian penting dalam pembelajaran. Materi yang disampaikan
berkaitan antara suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya
sehingga anak mendapatkan gambaran keterpaduan dalam proses
perolehan hasil belajar.
5. Prinsip pemecahan masalah, yaitu usaha pembelajaran yang
menggunakan masalah-masalah untuk mendorong peserta didik dalam
mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan
kemampuannya.
6. Prinsip menemukan, yaitu usaha pembelajaran dengan memberikan
kegiatan-kegiatan yang dapat menunjukkan potensi anak untuk mencari
dan mengembangkan hasil belajar dalam bentuk fakta dan
informasi.
7. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu usaha pembelajaran
melalui kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman peserta
didik sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman baru yang tidak
mudah dilupakan karena peserta didik melakukannya secara langsung.
Usaha pembelajaran ini dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta
didik, rasa gembira, dan rasa puas karena peserta didik dapat
melihat hasil pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan kemampuannya
sendiri.
8. Prinsip belajar sambil bermain, yaitu usaha pembelajaran
melalui kegiatan yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga
keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak berkembang serta dapat
mendorong anak untuk aktif dalam belajar.
9. Prinsip perbedaan individu, yaitu usaha pembelajaran dengan
memperhatikan perbedaan setiap peserta didik dalam proses belajar
mengajar, dilihat dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan
atau latar belakang keluarga peserta didik.
-
10. Prinsip hubungan sosial, yaitu usaha pembelajaran yang
dilakukan secara berkelompok untuk melatih peserta didik dalam
menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama
lain.
Pedagogik artinya ilmu yang mendidik anak. Pedagogik merupakan
suatu teori mendidik yang
membahas tentang apa dan bagaimana mendidik. Pedagogik merupakan
suatu ilmu yang menuntun
anak dalam membiacarakan masalah-masalah pendidikan,
kegiatan-kegiatan pendidikan, anak didik,
pendidik, dan lain-lain yang bertujuan untuk mengubah tingkah
laku manusia. Pengetahuan pedagogik
menurut (Kumala, Susilo, & Susanto, 2018) terdiri dari
filsafat pendidikan, psikologi perkembangan,
dan teori belajar. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang
harus dimiliki guru berkenaan
dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek
seperti aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual. Seorang guru harus mampu menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki
karakter, sifat, dan minat yang berbeda.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuannya
di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah
dilakukan.
Filsafat pendidikan merupakan pengetahuan yang menyelidiki
tentang pelaksanaan pendidikan yang
berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan
hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan
dengan analisis kritis terhadap suatu struktur dan kegunaan.
Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru
dan anak didik selama proses pembelajaran. Mempelajari
perkembangan peserta didik sangat penting
bagi guru dengan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Diperoleh ekspektasi yang nyata tentang peserta didik.
2. Pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu
untuk memberikan respon
terhadap perilaku tertentu pada peserta didik.
3. Pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu
mengenali berbagai
penyimpangan dari perkembangan yang normal.
4. Dengan mempelajari perkembangan peserta didik maka peserta
didik akan lebih memahami
diri sendiri.
Teori belajar di sekolah dikenal dengan teori belajar
behavioristik, teori belajar kognitivistik, teori belajar
humanistik, dan teori belajar konstruktivistik.
Menurut pandangan behavioristik, belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respons. Tiga metode pengubahan tingkah laku yang
dikemukakan oleh Guthrie adalah:
1. Metode respons bertentangan. Misalnya mendekatkan kucing
sebagai permainan bagi anak yang takut terhadap kucing. Hal ini
dapat dilakukan berulang-ulang sehingga lama-kelamaan anak tersebut
tidak lagi takut terhadap kucing.
2. Metode membosankan. Misalnya seorang anak yang ingin mencoba
merokok diminta untuk merokok terus sampai merasa bosan maka
setelah bosan ia akan berhenti merokok.
3. Metode mengubah lingkungan. Misalnya jika seorang anak merasa
bosa belajar maka lingkungan belajarnya diubah menjadi lebih nyaman
dan menyenangkan sehingga ia menjadi bersemangat kembali untuk
belajar.
Salah satu teori belajar kognitivisme adalah teori pemrosesan
informasi (Information Processing Theory) oleh Gagne. Teori ini
memandang belajar sebagai sebuah proses pengolahan informasi dalam
otak manusia yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
-
1. Receptor (alat indera) menerima rangsangan dari lingkungan
dan mengubahnya menjadi rangsangan neural, memberikan simbol-simbol
informasi yang diterimanya kemudian diteruskan.
2. Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris) yang
terdapat pada saraf pusat untuk menampung kesan-kesan sensoris dan
mengadakan seleksi sehingga terbentuk persepsi selektif. Informasi
yang masuk diteruskan ke memori jangka pendek dan sebagian memori
hilang dari sistem.
3. Short-term memory (memori jangka pendek) menampung hasil
pengolahan perseptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan
lebih lama dan diolah untuk menentukan maknanya. Memori jangka
pendek disebut juga memori kerja dengan kapasitas yang terbatas,
waktu penyimpanan pendek, kapasitasnya terbatas, dan waktu
penyimpanannya juga pendek. Informasi dalam memori ini diubah
bentuknya menjadi kode-kode dan diteruskan ke memori jangka
panjang.
4. Long-term memory (memori jangka panjang) menampung hasil
pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi disimpan
dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap digunakan bila
diperlukan. Saat informasi ditransformasi, informasi-informasi baru
terintegrasi dengan informasi-informasi lama yang sudah tersimpan.
Informasi-informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang
dikeluarkan kembali dengan cara pemanggilan, yaitu informasi
mengalir dari memori jangka panjang ke memori jangka pendek
kemudian ke response generator dan informasi mengalir langsung dari
memori jangka panjang ke response generator selama pemanggilan
(respon otomatis).
5. Response generator (pencipta respon) menampung informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi
reaksi jawaban.
Pada teori belajar humanistik, belajar merupakan suatu proses
yang bertujuan untuk memanusiakan manusia. Pendekatan belajar
humanistik terdiri dari teori belajar bermakna Ausubel dan
taksonomi tujuan belajar Bloom dan Krathwohl. Kolb membagi tahapan
belajar menjadi empat, yaitu:
1. Pengalaman konkret, yaitu tahap dini seorang peserta didik
mampu ikut serta mengalami suatu kejadian walaupun ia belum
mengerti bagaimana dan mengapa peristiwa tersebut terjadi.
2. Pengamatan aktif dan reflektif, yaitu peserta didik mampu
mengamati secara aktif terhadap suatu peristiwa serta mulai
berusaha memikirkan dan memahaminya.
3. Konseptualisasi, yaitu peserta didik mulai belajar membuat
teori tentang hal-hal yang pernah diamatinya sehingga peserta didik
mampu membuat aturan-aturan umum dari beberapa peristiwa dengan
dasar yang sama namun tampak berbeda.
4. Eksperimentasi aktif, yaitu siswa sudah mampu mengaplikasikan
suatu aturan umum pada suatu situasi yang baru dan belum pernah
ditemuinya.
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu
proses pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang dengan
aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan
memberikan makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Teori
belajar konstruktivisme merupakan teori belajar yang menyatakan
bahwa peserta didik menerima informasi baru kemudian
mengkonstruksinya dan menghubungkan dengan pengetahuan yang peserta
didik miliki. Dasar dari konstruktivisme yang diungkapkan oleh
Merril (Suyono & M.S., 2016) adalah:
1. Pengetahuan dikonstruksikan melalui pengalaman. 2. Belajar
adalah penafsiran personal tentang dunia nyata. 3. Belajar adalah
sebuah proses aktif yang dikembangkan berdasarkan pengalaman. 4.
Pertumbuhan konseptual berasal dari negosiasi makna, saling berbagi
tentang pandangan
ganda dan pengubahan representasi mental melalui pembelajaran
kolaboratif. 5. Belajar dapat dilakukan dalam keadaan yang nyata.
Ujian dapat dilakukan dalam bentuk tugas-
tugas.
-
Guru memberikan kemudahan dan kesempatan bagi peserta didik
untuk mengembangkan dan menerapkan gagasan mereka sendiri dalam
kegiatan nyata. Melalui kegiatan tersebut, peserta didik turut
aktif sehingga peserta didik memahami pengetahuan sesuai dengan
pengalamannya. Guru sebagai mediator dan fasilitator melakukan
pendekatan konstruktivisme dengan cara sebagai berikut (Siregar
& Nara, 2015):
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan peserta
didik bertanggung jawab. 2. Membuat kegiatan-kegiatan yang
berfungsi merangsang keingintahuan peserta didik dan
membantu peserta didik serta memberikan peserta didik semangat
untuk mengekspresikan gagasannya.
3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan pemanfaatan
pengetahuan peserta didik dalam menghadapi suatu permasalahan.
Dalam kebijakan pendidikan nasional, pemerintah merumuskan empat
jenis kompetensi guru
sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No
14 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, yaitu:
1. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam
pengelolaan peserta didik yang
meliputi:
a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
b. pemahaman terhadap peserta didik.
c. pengembangan kurikulum/ silabus.
d. perancangan pembelajaran.
e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
f. evaluasi hasil belajar.
g. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian
yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi
teladan bagi peserta didik
dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri dan mengembangkan
diri secara berkelanjutan.
3. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi
secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/ wali peserta didik dan bergaul secara
santun dengan masyarakat
sekitar.
4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara
luas dan mendalam yang meliputi konsep, struktur, dan metoda
keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/ koheren dengan materi ajar, materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah,
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, penerapan
konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari dan kompetisi secara profesional dalam
konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara mendalam dan luas
(Undang Undang Guru dan Dosen, 2005). Beberapa kriteria yang
perlu diperhatikan oleh seorang guru,
yaitu (Fitriani, AR, & Usman, 2017):
1. Memahami tujuan pelajaran;
2. Mengenali karakteristik peserta didik
3. Membuat tujuan pengajaran
4. Mengenali subyek dan isi setiap materi
5. Mengembangkan alat ukur awal
-
6. Menyaring kegiatan-kegiatan belajar beserta
sumber-sumbernya.
7. Mengerahkan layanan-layanan yang mampu mendukung (dana, alat,
jadwal).
Guru perlu meningkatkan pengembangan profesionalisme khususnya
dalam pembelajaran dan
budaya belajar. Profesionalisme guru dapat diwujudkan melalui
pembelajaran termasuk di dalamnya
kemampuan untuk merencanakan pembelajaran, memenuhi kewajiban
untuk mengajar, melakukan
evaluasi, memberikan balikan, menciptakan perkembangan, dan
bersikap objektif (R. Susanto, 2018a).
Dalam Sosialisasi Literasi dan Nilai-Nilai Pedagogik, guru
diajak untuk memiliki pengetahuan,
kemampuan dan sikap dalam:
1. Memandang sekolah sebagai sebuah organisasi pembelajar dengan
elemen-elemen:
pemaknaan organisasi sebagai kesatuan dari komunitas orang-orang
yang ada di dalamnya.
2. Melakukan identifikasi atas pola belajar dan terjadinya
perubahan perilaku pada siswa.
3. Mengidentifikasi karakteristik siswa sebagai pembelajar.
4. Melakukan kajian dan reflektif atas kegiatan pembelajaran
sebagai proses memfasilitasi
terjadinya belajar.
There is a positive, strong and very significant influence on
the professional proficiency of the lecturers
on the students’ perceptions. There is a positive influence,
strong and very significant perception of the
students on their commitments to the profession. Lecturers need
to maintain their professional
qualities and even keep improving their capabilities, especially
in terms of the learning dimension and
academic culture (R. Susanto, 2019). Profesionalisme guru
memberikan pengaruh yang positif, kuat,
dan signifikan. Begitu pula sebaliknya. Persepsi murid
memberikan pengaruh yang positif, kuat, dan
signifikan bagi guru. Guru seharusnya mengembangkan kualitas
profesionalisme mereka dan terus
mengembangkan kemampuan mereka terutama dalam pembelajaran dan
budaya belajar. Guru
diingatkan kembali pada pemahaman pengetahuannya mengenai (R.
Susanto & Syofyan, 2018):
1. Teori belajar dan pembelajaran yang berbasis pada teori
behaviorisme, kognitivisme,
konstruktivisme, socio konstruktivisme, dan humanis.
2. Pendekatan mengajar untuk literasi pedagogik yang berbasis
pada pendekatan instruktivisme,
pendekatan mengajar konstruktivisme, pendekatan mengajar socio
konstruktivisme.
3. Gaya mengajar sebagai komponen nilai-nilai pedagogik yang
berbasis pada ciri gaya mengajar
komando, gaya mengajar latihan, gaya mengjaar resiprokal, gaya
mengajar penugasan, gaya
mengajar terpimpin, gaya mengajar pemecahan masalah, gaya
mengajar eksplorasi.
4. Model komunikasi sebagai komponen nilai-nilai pedagogik yang
memperhatikan tipe visual,
auditori, dan kinestetik.
Semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka akan semakin
teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Dalam pembelajaran,
guru sudah seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif
anak didiknya serta memberikan isi, metode, dan media pembelajaran
yang sesuai dengan tahapan-tahapan tersebut. Hambatan-hambatan yang
ditemui guru dalam proses pembelajaran adalah:
1. Guru masih kurang memahami cara menerapkan kurikulum karena
kurangnya pelatihan tentang implementasi kurikulum.
2. Sistem penilaian yang digunakan menyulitkan guru karena
bentuk penilaian yang terus berkembang.
3. Guru tidak mau menggunakan sumber-sumber belajar lain yang
masih relevan selain buku
paket yang digunakan peserta didik dan buku pegangan guru.
-
4. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran yang sangat
penting untuk memusatkan
perhatian siswa, memudahkan pemahaman terhadap materi yang
diajarkan, dan
membangkitkan minat serta motivasi belajar siswa.
5. kemampuan teknologi informasi dan komunikasi guru yang kurang
memadai.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Di mana pada setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku
positif akan meningkatkan citra diri dan
kepribadian seorang guru. Setiap guru mempunyai pribadi
masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang
mereka miliki. Kepribadian adalah sesuatu yang abstrak, yang
hanya dapat dilihat melalui penampilan,
tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap
persoalan. Kepribadian adalah
keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan
fisik. Sikap dan perbuatan seseorang
merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang tersebut (M,
2015). Kompetensi kepribadian telah
di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007 tentang standar Kompetensi
Guru terdiri dari:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, dan sosial.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi Belajar dan
masyarakat
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif dan berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kompetensi sosial guru terletak pada komunikasi yang efektif
sebagai suatu proses saling
mempengaruhi antar manusia. Komunikasi merupakan keseluruhan
dari pada perasaan, sikap dan
harapan-harapan yang disampaikan baik secara langsung atau tidak
langsung, yang dilakukan secara
sadar atau tidak sadar sebagai bagian integral dari proses
perubahan. Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan
orang lain tidak hanya berbuat
yang benar saja tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan
dan menyadari pula situasi yang
berhubungan dengan perbuatannya tersebut. Kompetensi sosial guru
berhubungan dengan
kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial
yang terdiri dari:
1. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman
sejawat untuk
meningkatkan kemampuan profesional.
2. Kemampuan guru dalam menjalin komunikasi dengan pimpinan.
3. Kemampuan guru berkomunikasi dengan orang tua belajar.
4. Kemampuan guru berkomunikasi dengan masyarakat.
5. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap
lembaga kemasyarakatan.
6. Kemampuan untuk pendidikan moral.
PEMBAHASAN
Sekolah menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan kualitas
belajar peserta didik. semakin tinggi
kemampuan belajar peserta didik dan kualitas pengajaran di
sekolah maka hasil belajar peserta didik
juga akan semakin tinggi. Kualitas pengajaran di sekolah sangat
ditentukan oleh guru. Guru adalah
komponen penting yang menentukan implementasi suatu strategi
pembelajaran. Beberapa aspek
yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran sehubungan
dengan faktor guru adalah (A.
Susanto, 2016):
-
1. Teacher formative experience meliputi jenis kelamin serta
pengalaman hidup guru yang
menjadi latar belakang sosial guru termasuk tempat kelahiran
guru, suku, latar belakang
budaya, dan adat istiadat.
2. Teacher training experience meliputi pengalaman-pengalaman
yang berhubungan dengan
aktivitas dan latar belakang pendidikan guru misalnya pengalaman
latihan profesional, tingkat
pendidikan, dan pengalaman jabatan.
3. Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan sifat-sifat yang dimiliki
guru misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru
terhadap peserta didik, kemampuan
dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran
termasuk kemampuan dalam merencanakan dan melakukan evaluasi
pembelajaran dalam
penguasaan materi.
Guru seharusnya mampu memahami pengetahuan dan pengalaman
peserta didik yang berbeda-beda
untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman mereka tersebut.
Guru mengarahkan peserta
didik sehingga peserta didik mampu memahami pembelajaran dengan
aktif. Kepemimpinan guru
dalam pembelajaran menjadi faktor mendasar yang berperan sebagai
fasilitator. Guru memengaruhi
interaksi dalam relasi guru sebagai pemimpin dan peserta didik
sebagai yang dipimpin. Melalui
kepemimpinannya, guru menggerakkan peserta didik untuk
berperilaku belajar yang positif untuk
mencapai tujuan pembelajaran (R. Susanto, 2018b). Berkenaan
dengan profesionalisme guru,
berdasarkan PP No.74 tahun 2008 tentang guru, maka ada empat
kompetensi yang harus dikuasai
yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi
yang harus dimiliki guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Kompetensi pedagogik dalam standar
nasional pendidikan terdapat dalam pasal 28 ayat 3 butir (a),
yaitu kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan, dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dalam
kompetensi pedagogik guru harus
memahami hal-hal penting seperti memahami dunia anak,
karakteristik anak, dan proses pendidikan
anak. Pelaksanaan Kompetensi Pedagogik guru dalam proses
pembelajaran (Wardani, 2017):
1. Menguasai wawasan atau landasan kependidikan. Seorang guru
harus memahami hakikat
pendidikan dan konsep yang berkaitan meliputi fungsi dan peran
lembaga pendidikan. Guru
menyadari posisi strategisnya di tengah masyarakat. Guru
mengaplikasikan visi dan misi
sekolah kepada peserta didik di kelas.
2. Memahami karakteristik peserta didik. Memahami karakteristik
peserta didik berhubungan
dengan kemampuan guru dalam memahami kondisi peserta didik.
Peserta didik memiliki
karakteristik yang berbeda-beda dari segi minat, bakat,
motivasi, daya serap mengikut
pembelajaran, tingkat perkembangan, tingkat intelegensi, dan
perkembangan sosial
3. Pengembangan kurikulum. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan karakter
peserta didik. Perubahan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan
nasional.
4. Perencanaan pembelajaran. Guru mempersiapkan rencana
pembelajaran dan media
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
5. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik. Proses
pembelajaran yang mendidik
adalah proses yang selalu berorientasi pada pengembangan potensi
anakdengan melakukan
kegiatan yang berpusat pada anak, belajar melalui berbuat,
mengembangkan kecerdasan
intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, serta belajar
sepanjang hayat.
6. Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Guru harus bisa
memanfaatkan teknologi
komputer untuk memudahkan pembelajaran atau membentuk
pesan-pesan pembelajaran
-
yang menarik sehingga dapat menciptakan motivasi belajar dan
meningkatkan minat belajar
peserta didik.
7. Memberikan fasilitas bagi peserta didik untuk mengembangkan
potensinya. Pengembangan
potensi peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler dapat
mengembangkan potensi peserta
didik sesuai bakat dan minat.
8. Melakukan evaluasi hasil pembelajaran secara
berkesinambungan. Guru mampu
mengembangkan media penilaian yang sesuai dengan penilaian
kognitif, afektif, dan
psikomotor peserta didik di kelas selama kegiatan belajar
mengajar.
The core of learning lies in the ability of educational
interaction and the teacher's fundamental
understanding of students in an effort to facilitate the
development of self-potential and self-
actualization of students (R. Susanto & Rachmadtullah,
2019). Inti pembelajaran terdapat di dalam
kemampuan interaksi pendidikan dan kemampuan dasar guru dalam
memahami peserta didik melalui
berbagai upaya untuk membantu perkembangan potensi diri dan
aktualisasi peserta didik. Hubungan
Guru dan peserta didik tidak dapat dipisahkan di dalam dunia
pendidikan (Ndoen, Bujana, & Susanto,
2018):
1. Sebagai seorang guru, kita harus memerhatikan gaya belajar
peserta didik agar dapat
memberikan waktu dan hasil yang maksimal daripada kegiatan
belajar mengajar di kelas.
Peserta didik berasal dari latar belakang yang berbeda sehingga
memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda sehingga diperlukan metode dan penanganan yang
berbeda-beda sehingga
tercipta kondisi belajar yang sesuai dengan seluruh klasifikasi
gaya belajar peserta didik.
2. Sebagai seorang peserta didik, kita harus mengetahui gaya
belajar diri sendiri agar mampu
mengaktualisasi diri dengan baik dalam kegiatan pembelajaran
sesuai dengan kemampuan
dan kapasitas berpikir dan bernalar yang kita miliki serta kita
juga perlu untuk mengetahui
bagaimana gaya belajar lainnya agar dapat meningkatkan potensi
kemampuan belajar dan
mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik adalah sebagai
subjek dan juga sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Sedangkan
guru merupakan figur penting yang menempati posisi dan memegang
peran dalam pendidikan. Kepemimpinan guru berkaitan dengan
keterampilan manajemen kelas. Salah satu faktor keberhasilan suatu
pembelajaran merupakan hasil dari implementasi manajemen kelas yang
optimal oleh guru. Guru menjadi pemimpin di kelas dengan
melaksanakan manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan
keterampilan dasar yang harus dimiliki guru untuk membentuk suatu
kondisi belajar yang berfokus kepada perilaku belajar peserta
didik. Keterampilan manajemen kelas yang harus dimiliki guru (R.
Susanto, 2018b) adalah:
1. Keterampilan bertanya. 2. Keterampilan memberi penguatan. 3.
Keterampilan mengadakan variasi. 4. Keterampilan menjelaskan. 5.
Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran. 6. Keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil. 7. Keterampilan mengelola kelas.
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
Guru adalah pemimpin pendidikan yang mempengaruhi peserta didik
untuk melakukan kegiatan
belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru
merupakan komponen yang paling
berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan
yang berkualitas. Oleh karena itu, guru
yang profesional dan berkualitas merupakan salah satu bentuk
upaya meningkatkan kualitas
pendidikan. Kepemimpinan guru dalam meningkatkan efektivitas
pembelajaran sangat berpengaruh
-
dalam menghasilkan prestasi. Kepemimpinan guru harus bisa
menjadi contoh. Guru harus bisa
menjadi pemimpin yang disukai, pemimpin yang dipercaya, pemimpin
yang mampu membimbing,
pemimpin yang memiliki kepribadian yang baik. The development
model of pedagogical competence
can be undertaken by developing the variable of pedagogical
knowledge, reflective ability, emotional
intelligence, and instructional communication pattern.
Development is conducted partially or
simultaneously as each variable and indicator has influence to
increase pedagogical competence with
the implication as follows (R. Susanto, Rozali, & Agustina,
2019):
1. The higher the pedagogical knowledge, the higher the
reflective ability so the reflective ability
can be increased by gaining the pedagogical knowledge.
2. The higher the pedagogical knowledge, the higher pedagogical
competence which
pedagogical competence can be gained by increasing pedagogical
knowledge.
3. The higher the reflective ability, the higher the emotional
intelligence so the emotional
intelligence can be increased by gaining the reflective
ability.
4. The higher the reflective ability, the higher the pedagogical
competence. Thus, to increase
pedagogical competence can be done by gaining the reflective
ability.
5. The higher the emotional intelligence, the more effective the
instructional communication
pattern will be. To increase the emotional intelligence is
entailed the enhancement of effective
instructional communication pattern.
6. The higher the emotional intelligence, the higher the
pedagogical competence. Therefore, to
improve the pedagogical competence can be undertaken by
enhancing the emotional
intelligence.
7. The more effective the instructional communication pattern,
the higher the pedagogical
competence will be. So, it requires to increase pedagogical by
conducting the effective
instructional communication pattern.
8. The higher the pedagogical knowledge, the reflective ability,
emotional intelligence and
effective simultaneous instructional communication pattern, the
higher the pedagogical
competence will be. Thus, the enhancement of pedagogical
competence can be carried out
simultaneously by increasing the pedagogical knowledge,
reflective ability, emotional
intelligence and the effective instructional communication
pattern.
Model pengembangan kompetensi pedagogik dapat dilakukan dengan
mengembangkan pengetahuan
pedagogik, kemampuan reflektif, kecerdasan emosional, dan pola
komunikasi instruksional.
Pengembangan tersebut dilakukan secara terpisah atau dilakukan
secara bersamaan karena setiap
indikator memiliki pengaruh untuk meningkatkan kemampuan
pedagogis dengan beberapa implikasi
sebagai berikut:
1. Semakin tinggi kemampuan pedagogik maka kemampuan rekfletif
dapat semakin
ditingkatkan melalui pengetahuan pedagogik yang diperoleh.
2. Semakin tinggi pengetahuan pedagogik maka akan semakin tinggi
kompetensi pedagogik yang
dapat diperoleh.
3. Semakin tinggi kemampuan reflektif maka akan semakin tinggi
pula kecerdasan emosional.
4. Semakin tinggi kemampuan reflektif maka semakin tinggi juga
kompetensi pedagogik.
5. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka pola komunikasi
intstruksional yang terjadi akan
semakin efektif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecerdasan
emosional dibutuhkan
peningkatan pola komunikasi instruksional yang efektif.
6. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka kompetensi pedagogik
akan semakin tinggi. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dapat
dilakukan dengan
meningkatkan kecerdasan emosional.
-
7. Semakin efektif pola komunikasi instruksional maka semakin
tinggi kompetensi pedagogik
sehingga kemampuan pedagogik perlu ditingkatkan dengan melakukan
pola komunikasi
instruksional yang efektif.
8. Semakin tinggi pengetahuan pedagogik, kemampuan reflektif,
kecerdasan emosional, dan
pola komunikasi instruksional yang efektif maka semakin tinggi
kompetensi pedagogik yang
dimiliki. Dengan demikian, kompetensi pedagogik dapat
ditingkatkan dengan melakukan
peningkatkan pengetahuan pedagogik, kemampuan reflektif,
kecerdasan emosional dan pola
komunikasi instruksional yang efektis secara bersamaan.
Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang
terjadi dalam proses pembelajaran
adalah mencari sumber belajar lain yang relevan selain buku
paket siswa dan buku pegangan guru,
memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran, serta
meningkatkan kemampuan
teknologi informasi dan komunikasi guru agar memudahkan dalam
mengembangkan media
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi
sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan efisien dan maksimal (Nengsih, 2017).
Sebagai seorang pemimpin di dalam kelas, guru mengetahui tentang
kebutuhan kurikulum yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik. Sudah sewajarnya guru turut
aktif dalam pengembangan
kurikulum di sekolah. Seorang guru dituntut untuk mempunyai
kompetensi dalam memahami
kurikulum dan mampu menjabarkannya dalam implementasi di
lapangan melalui pengembangan
silabus dan rencana pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran
yang memberi peluang kepada
peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan pada hakikatnya mendekatkan dan memadukan peserta
didik dengan lingkungannya, agar
mereka memiliki rasa cinta, peduli dan tanggung jawab terhadap
lingkungannya. Guru harus lebih
kreatif dan mau berubah dalam pembelajaran sehingga pembelajaran
menjadi aktif, kreatif, inovatif
dan interaktif, efektif serta menyenangkan. Guru memiliki peran
yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan
peserta didik. Penilaian menjadi salah satu rangkaian kegiatan
untuk memperoleh dan menganalisis
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Kompetensi
penilaian yang dilakukan guru tidak
hanya untuk peserta didik tetapi juga untuk diri guru itu
sendiri. Seorang guru harus mampu
menyadari bahwa kemampuan dan keterampilannya mengajar harus
selalu ditingkatkan. Guru harus
selalu melakukan teknik dan pendekatan mengajar dengan baik dan
bervariasi. Guru harus memahami
potensi dan keragaman peserta didik, pemahaman guru akan
landasan dan filsafat pendidikan,
mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan
standar kompetensi dan
kompetensi dasar, menggunakan informasi hasil penilaian dan
evaluasi untuk merancang program
pembelajaran dan pengayaan.
PENUTUP
Belajar merupakan sebuah suatu proses yang menggunakan kemampuan
mengingat dan
mereproduksi untuk menerapkan pengetahuan, menyimpulkan makna,
menafsirkan dan
mengaitkannya dengan kenyataan sehingga pengetahuan bertambah
dan terjadi perubahan.
Pembelajaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk
mendukung proses belajar
peserta didik sehingga memberikan manfaat. Guru memberikan
kemudahan dan kesempatan bagi
peserta didik untuk mengembangkan dan menerapkan gagasan mereka
sendiri dalam kegiatan nyata.
Melalui kegiatan tersebut, peserta didik turut aktif sehingga
peserta didik memahami pengetahuan
sesuai dengan pengalamannya.
-
Pedagogik merupakan suatu teori mendidik yang membahas tentang
apa dan bagaimana mendidik.
Pedagogik merupakan suatu ilmu yang menuntun anak dalam
membiacarakan masalah-masalah
pendidikan, kegiatan-kegiatan pendidikan, anak didik, pendidik,
dan lain-lain yang bertujuan untuk
mengubah tingkah laku manusia. Pengetahuan pedagogik terdiri
dari filsafat pendidikan, psikologi
perkembangan, dan teori belajar.
Empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Dalam kompetensi pedagogik guru harus
memahami hal-hal penting seperti memahami dunia anak,
karakteristik anak, dan proses pendidikan
anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif. Sumber data penelitian ini berasal
dari jurnal-jurnal dan buku-buku yang membahas tentang
pengetahuan pedagogik, guru,
pembelajaran, teori belajar, dan perkembangan peserta didik.
Data-data yang diperoleh dari buku-
buku dan jurnal-jurnal tersebut dianalisis untuk membahas
pengaruh pengetahuan pedagogik guru
terhadap perkembangan peserta didik. Berdasarkan analisis, dapat
disimpulkan bahwa guru dan
murid memiliki hubungan yang sangat penting dalam
pembelajaran.
Kompetensi pedagogik guru memberikan pengaruh yang positif
kepada peserta didik jika guru
sungguh-sungguh memahami fungsi, tugas, dan peranannya dalam
pembelajaran. Guru sebaiknya
terus mengembangkan kompetensi pedagogik dalam meningkatkan
keterampilan dan
profesionalisme guru sehingga mampu memberikan dampak yang
positif kepada peserta didik.
Kompetensi pedagogik sangat penting dalam pengelolaan proses
pembelajaran. Guru perlu
meningkatkan pengetahuan pedagogiknya dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan, seminar-seminar,
workshop pendidikan, serta pengembangan kompetensi guru lainnya
agar dapat menyelenggarakan
pembelajaran yang berkualitas.
Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang
disiplin diri, belajar membaca,
mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara
belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan
belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil
apabila guru juga disiplin dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai
kemampuan yang berkaitan dengan
kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru seperti
bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan
diri sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
menampilkan diri sebagai pribadi
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menunjukan
etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan menjunjung
tinggi kode etik profesi guru.
Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam kompetensi profesional
terlihat dari beberapa aspek
seperti penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola piker
keilmuan yang mendukung mata
pelajaran, penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran/bidang
pengembangan, mampu mengembangkan materi pelajaran secara
kreatif, mengembangkan
keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif, dan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan
diri.
Kemampuan sosial guru merupakan kemampuan guru dalam
berkomunikasi, bekerja sama, bergaul
simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Guru dengan
kompetensi sosial dapat terlihat
dalam tindakan yang objektif dan tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,
kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi, guru dapat berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan
masyarakat, guru dapat beradaptasi di tempat bertugas di seluruh
wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman, dan dapat berkomunikasi dengan berbagai
komunitas secara lisan dan tulisan
atau bentuk lain.
-
Sebagai seorang pemimpin di dalam kelas, sudah sewajarnya guru
turut aktif dalam pengembangan
kurikulum di sekolah, guru harus lebih kreatif dan mau berubah
dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi aktif, kreatif, inovatif dan interaktif,
efektif serta menyenangkan, serta guru
harus mampu menyadari bahwa kemampuan dan keterampilannya
mengajar harus selalu
ditingkatkan. Guru tanggap terhadap perkembangan teknologi untuk
mempermudah melaksanakan
tugas kependidikan. Pembelajaran di kelas menjadi hidup,
menarik, dan menyenangkan. Situasi kelas
yang menyenangkan, dan pengelolaan kelas yang dinamis, dapat
mempermudah pencapaian tujuan
pembelajaran. Guru dapat melakukan upaya-upaya kreatif serta
inovatif dalam bentuk penelitian
tindakan terhadap berbagai teknik atau model pengelolaan
pembelajaran yang mampu menghasilkan
lulusan yang kompeten.
DAFTAR PUSTAKA
Aprikustianita, R. G., Oktaviani, W., & Susanto, R. (2018).
IDENTIFIKASI CARA BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGKONSTRUK PENGETAHUAN.
Retrieved from
http://publikasi.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/1147/2019/03/SNIPMD-2018-Full-Text.pdf
Fitriani, C., AR, M., & Usman, N. (2017). KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU DALAM PENGELOLAAN, 88–95. https://doi.org/ISSN
2302-0156
Kumala, V. M., Susilo, J., & Susanto, R. (2018). HUBUNGAN
PENGETAHUAN PEDAGOGIK DENGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK SERTA
PERBEDAANNYA DI SEKOLAH NEGERI DAN SEKOLAH SWASTA, 170–181.
Retrieved from
http://publikasi.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/1147/2019/03/SNIPMD-2018-Full-Text.pdf
M, F. N. (2015). KOMPETENSI GURU DALAM PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR PADA SMP NEGERI DALAM KOTA BANDA ACEH, 3(1), 45–67.
https://doi.org/ISSN 2302-0156
Ndoen, E., Bujana, G. K., & Susanto, R. (2018). PENGARUH
KARAKTERISTIK GAYA BELAJAR TEORI HONEY MUMFORD TERHADAP PEROLEHAN
INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA PROGRAM STUDI PGSD
PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK, 37–42.
Nengsih, D. H. (2017). ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM
PENGELOLAAN PROSES DI SD NEGERI 10 MANDONGA JURNAL PENELITIAN
OLEH : DEWI HERNIA NENGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
HALUOLEO, 2(7). Retrieved from
http://ojs.uho.ac.id/index.php/wakapendikips/article/viewFile/2561/1911
Siregar, E., & Nara, H. (2015). Teori Belajar dan
Pembelajaran. (A. Jamaludin, Ed.) (V). Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Susanto, A. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah
Dasar (I). Jakarta: Prenadamedia Group.
Susanto, R. (2018a). Jurnal Ilmiah Pendidikan Prasekolah dan
Sekolah Awal ANALYSIS OF LECTURERS ’ PROFESSIONALITY TOWARDS PRE -
SERVICE TEACHERS ’ PROFESSIONAL COMMITMENT ( CAPACITY BUILDING OF
TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY ) Institutes of Teacher ’ s
Education has, III(3), 249–262.
https://doi.org/10.13189/ujer.2019.071010
Susanto, R. (2018b). Pengaruh Kepemimpinan Guru dan Keterampilan
Manajemen Kelas, 4(2), 220–229. Retrieved from
https://scholar.google.co.id/citations?user=1GnNmTAAAAAJ&hl=en#d=gs_md_cita-d&p=&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Den%26user%3D1GnNmTAAAAAJ%26citation_for_view%3D1GnNmTAAAAAJ%3A8k81kl-MbHgC%26tzom%3D-420
-
Susanto, R. (2018c). Pengkondisian Kesiapan Belajar untuk
Pencapaian Hasil Belajar dengan Gerakan Senam Otak, 3, 63.
Retrieved from
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/EDU/article/view/2504/2148
Susanto, R. (2019). Lecturers ’ Professionalism i n Shaping
Students ’ Perceptions and Commitments, 3(1), 25–38.
https://doi.org/P-ISSN: 2597-422x E-ISSN: 2549-2675
Susanto, R., & Rachmadtullah, R. (2019). Model Of Pedagogic
Competence Development : Emotional Intelligence And Instructional
Communication Patterns, 8(10), 8–11. https://doi.org/ISSN
2277-8616
Susanto, R., Rozali, Y. A., & Agustina, N. (2019).
Development of Pedagogical Competency Models for Elementary School
Teachers : Pedagogical Knowledge , Reflective Ability , Emotional
Intelligence and Instructional Communication Pattern, (October).
https://doi.org/10.13189/ujer.2019.071010
Susanto, R., & Syofyan, H. (2018). GERAKAN LITERASI
PEDAGOGIK BAGI GURU UNTUK PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI SDN
JELAMBAR BARU 01 PAGI, 350–361. Retrieved from
http://publikasi.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/1147/2019/03/SNIPMD-2018-Full-Text.pdf
Suyono, & M.S., H. (2016). Belajar dan Pembelajaran. (A. S.
Wardan, Ed.) (VI). Bandung: PT. Remaja Sodakarya.
Tekege, M. (2017). Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran sma yppgi nabire. JURNAL FATEKSA:
Jurnal Teknologi Dan Rekayasa, 2(1), 40–52. Retrieved from
https://uswim.e-journal.id/fateksa/article/view/38
Wardani, W. K. (2017). ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM
PROSES PEMBELAJARAN DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/50847/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf