KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KARANTINA PERTANIAN JALAN HARSONO RM NOMOR 3 RAGUNAN, PASAR MINGGU JAKARTA 12550 GEDUNG E Lt. 1, 5,7 TELEPON/FAKSIMTLT (021)7816484,7816483,7816482,7816481 Website : http://www.karantina.deptan. go.id Email : [email protected]KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 1 209lKPTS/KR.1 1 O/L/8/2o16 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ANALISIS RISIKO HAMA PENYAKIT HEWAN KARANTINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN, Menimbang a. bahwa untuk mengantisipasi dampak dinamika perdagangan internasional, dalam rangka perlindungan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan, suatu negara selain mengadopsi standar internasional, dapat menerapkan persyaratan teknis; b. bahwa pemasukan dan pengeluaran media pembawa hama penyakit hewan karantina dapat dilakukan setelah memenuhi persyaratan karanlina yang diwajibkan; c. bahwa penetapan persyaratan karantina bagi pemasukan dan pengeluaran media pembawa hama penyakit hewan karantina dapat dilakukan melalui analisis risiko; d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c tersebut di atas dan sebagai tindak lanjut Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan, dan Pasal 1110 huruf a dan hurul b Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/ OT.O1O / 8 I 20 15 tentang Organiszrsi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Analisis Risiko Hama Penyakit Hewan Karantina, dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian;
31
Embed
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KARANTINA PERTANIAN · 2019. 7. 25. · parasitologi, lingkungan hidup dan praktisi dokter hewan karantina. Antara penilai risiko dan manajer risiko mempunyai
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEMENTERIAN PERTANIANBADAN KARANTINA PERTANIAN
JALAN HARSONO RM NOMOR 3 RAGUNAN, PASAR MINGGU JAKARTA 12550GEDUNG E Lt. 1, 5,7 TELEPON/FAKSIMTLT (021)7816484,7816483,7816482,7816481
PETUNJUK TEKNIS ANALISIS RISIKO HAMA PENYAKIT HEWAN KARANTINA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN,
Menimbang a. bahwa untuk mengantisipasi dampak dinamika
perdagangan internasional, dalam rangka perlindungan
kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan,
suatu negara selain mengadopsi standar internasional,
dapat menerapkan persyaratan teknis;
b. bahwa pemasukan dan pengeluaran media pembawa
hama penyakit hewan karantina dapat dilakukan
setelah memenuhi persyaratan karanlina yang
diwajibkan;
c. bahwa penetapan persyaratan karantina bagi
pemasukan dan pengeluaran media pembawa hama
penyakit hewan karantina dapat dilakukan melalui
analisis risiko;
d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c tersebut
di atas dan sebagai tindak lanjut Pasal 7 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang
Karantina Hewan, dan Pasal 1110 huruf a dan hurul b
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/
OT.O1O / 8 I 20 15 tentang Organiszrsi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian, perlu menetapkan Petunjuk
Teknis Analisis Risiko Hama Penyakit Hewan Karantina,
dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian;
Mengingat
MtrNETAPKAN: KEPUTUSAN KEPALA BADAN
TENTANG PETUNJUK TEKNIS
PENYAKIT HEWAN KARANTINA.
1
2
3
Undang-Undang Nomor 16 Tahun L992 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3482);
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang
Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4002);
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 20 15 Nomor 8);
Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pertanian (Lembar Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 85);
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3238 lKpts IPD.630l9l2OO9 tentang Penggolongan Jenis-Jenis
Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan Dan
Klasifikasi Media Pembawa;
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 5 1 / permentan /OT.l4OllO/2006 tentang Pedoman Tata Hubungan
Kerja Fungsional Pemeriksaan Pengamatan dan
Perlakuan Penyakit Hewan Karantina;
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
43/Permentanl OT.OlO I 8 12015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pertanian;
MEMUTUSKAN:
I
D
6
7
KARANTINA PERTANIAN
ANALISIS RISIKO HAMA
Petunjuk Teknis Analisis Risiko Hama Penyakit Hewan
Karantina yang selanjutnya disebut Petunjuk Teknis
tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
2
KtrSATU
KETIGA
KtrDUA Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud pada diktum
KESATU sebagai acuan bagi petugas karantina hewan
dalam melakukan analisis risiko Hama Penyakit Hewan
Karantina.
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2l Agustus 2016
AN KARANTINA PERTANIAN,
HARPINI
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth:
1. Menteri Pertanian Republik Indonesia;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian;
3. Para Pejabat Eselon II Lingkup Badan Karantina pertanian;
4. Para Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun Karantina pertanian di seluruhIndonesia.
(
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIANNOMOR i 1209/Kprs/KR.11o/L/8/2o16TANGGAL : 23 Agusrus 2O1 6
PETUNJUK TtrKNIS ANALISIS RISIKO
HAMA PENYAKIT HtrWAN KARANTINA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perdagangan bebas memberikan dampak dengan meningkatnya aruslalu lintas hewan dan produknya sehingga meningkatkan pula risiko
1.1
tertuang dalam Pp Nomor 82 Tahun 2000 merupakan prosedur dasardalam penyelenggaraan karantina hewan. prosedur dasar tersebutberupa persyaratan dan teknis dasar- yang wajib dipatuhi olehmasyarakat. Berdasarkan ketentuan pasal 7 peraturan pemerintahNomor 82 Tahun 2OOO tentang Karantina Hewan, bahwa dalam haltertentu Pemerintah dapat menetapkan kewajiban tambahan berupapersyaratan teknis dan atau manajemen penyakit berdasarkan disiplinilmu kedokteran hewa n, yang diatur lebih lanjut dengan KeputusartMenteri. Yang dimaksud ,,dalam hal tertentu,, adalah merupakan suatukeadaan yang dinilai menriliki potensi penl,ebaran penyakit yang dapatditimbulkan oleh lalu lintas meclia pembawa, melalui suatu metodapenilaian dan manajemen risiko (isk analgsis).
Analisis risiko merupakan suatu perangkat yang sangat penting dalampelaksanaan tindakan karantina hewan guna memberikan keputusan
masuk
r.ilayah
teknis yang tepat dalam rangkakeluarnya Hama penyakit Hewanpenjelasan Pasal 7 ayal (2) pcrarurarr
bahwa bagi media pembawa yang
dan tersebarnya hama penyakit hewanNegara Republik Indonesia. Ketentuan
karantina ke dalam
teknis yang telah
mencegah masuk, tersebar danKarantina (HpHK). BerdasarkanPemerintah Nomor 82 Tahun 2000berisrko tinggi dapat ditetapkan
kewaj iban tambahan selain prosedur dasar tersebut di atas sebelumpengeluaran dan atau pada waktu pemasukan, antara lain seperti
pemeriksaan kausa penyakit, vaksinasi, pengobatan, penetapan daerahasal, daerah transit, daerah tujuan, pelabuhan dan instalasi karantina.
Memperhatikan hal tersebut di atas, menjadi sangat penting bagipetugas karantina untuk dapat melakukan pemilahan apakah suatumedia pembawa memiliki risiko yang tinggi, sedang, ataukah rendah,sehingga tindakan karantina yang diterapkan menjadi efektif sesuaidengan tingkat risikonya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dan dalam rangkamelakukan mitigasi risiko dan upaya pencegahan masuk, tersebar dankeluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina perlu disusun petunjuk
Teknis Analisis Risiko Hama penyakit Hewan Karantina. penyusunan
Petunjuk reknis Analisis Risiko Hama penyakit Hewan Karantina inidiharapkan dapat mendukung tindakan karantina hewan yangdisesuaikan dengan tingkat risiko HpHK yang dibawa oleh suatu mediapemba'"'"'a.
1.2. Analisis Risiko Hama Penyakit Hewan Karantina
Analisis risiko dalam kedokteran hewan dipergunakan untuk mengaturdan membenarkan langkah-langkah mitigasi yang diterapkan olehnegara pengimpor karena risiko penyakit yang berhubungan denganimpor hewan atau produk hewan (Murray et al.2004). Analisis risikojuga dapat digunakan dalam perencanaan terhadap kesiapsiagaandarurat penyakit hewan (Martin et al. 2OO9\
Pelaksanaan analisis risiko memerlukan pendapat beberapa pakar yangahli di bidangnya masing-masing untuk melakukan penilaian risikoterhadap media pembawa HpHK yang akan dimasukkan atau antar areadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. pakar tersebut dapat terdiri dariberbagai disiplin ilmu dan profesi, seperti ahri epidemiologi, virologi,parasitologi, lingkungan hidup dan praktisi dokter hewan karantina.Antara penilai risiko dan manajer risiko mempunyai hubunganketerkaitan yang erat dikarenakan harus ada hubungan yang rasionalantara hasil analisis risiko dan langkah-langkah sanitasi atau tindakankarantina yang dipilih untuk menurunkan tingkat risiko hingga dapatditerima (Murray et al. 2OO4).
Analisis risiko terdiri dari empat komponen yaitu identifikasi bahaya,penilaian risiko, manajemen risiko dan komunikasi risiko, seperti tersajipada Gambar I (OtE,2O14l.
Bahaya (hazard) didefinisikan sebagai sesuatu yang berpotensi
berbahaya terhadap manusia, hewan, tumbuhan dan
lingkungan. Menurut Bahri et al. (2OO2l bahaya yang berkaitan
dengan keamanan pangan asal hewan dapat terjadi pada setiap
mata rantai makanan mulai dari produksi, distribusi sampai ke
konsumen. Bahaya tersebut dapat berupa: (1) penyakit pada
hewan, (2) penyakit yang ditularkan melalui pangan asal hewan,
dan (3) cemaran atau kontaminasi pada pangan.
Penilaian Risiko:
Identifikasi bahaya merupakan langkah pertama yang penting
dalam analisis risiko. Menurut Murray et al. (2OO4) terdapat
beberapa tahapan pertanyaan terkait identifikasi bahaya
diantaranya adalah:
1. Apakah media pembawa yang diimpor berpotensi untukmembawa agen patogen?;
2. Apakah agen patogen yang terdapat di negara pengeskpor?;
3. Apakah terdapat bukti yang cukup untuk menyimpulkan
bahwa agen patogen tidak terdapat di negara pengekspor?
(data dari otoritas veteriner, surveilans dan program
pengendalian dan sistem zona atau regionalisasi merupakan
data yang penting dalam melakukan penilaian likelihood
dari bahaya apakah hadir atau absen dari populasi hewan
di negara pengekspor) ?;
4
5
Apakah agen patogen termasuk eksotik di negarapengimpor?;
Apakah agen patogen termasuk dilaporkan di negarapengimpor?;
6 Apakah agen patogen termasukpengendalian di negara pengimpor?;
Apakah terdapat zona yang bebas darinegara pengimpor atau mempunyairendah?; dan
dalam program
agen patogen di
prevalensi yang
7
Jika agen patogen terdapat di negara pengimpor, apakahstrain yg terdapat di negara pengimpor merupakan lebihtidak virulen dibanding di negara pengekspor?.
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Gambar 2. Skema pertanyaan dalam menen tukarr Hazard" (Bahaya)
Beberapa tahapan pertanyaan tersebut merupakan hal yangperlu diperhatikan dalam menentukan atau mengidentifikasikanbahaya, sehingga dalam melakukan identifikasi bahaya datayang diperlukan adalah status dan situasi HpHK Negara atauarea asal, status dan situasi HPHK Negara atau area tujuan, dankerentanan atau kemungkinan media pembawa HpHK dalammembawa dan menularkan HpHK. Bila dalam identifikasi
8
Bu kanHAZARD
Bu kanHAZARD
Q2 : Apakah agen patogen tersebut termasukeksotik bagi Negara pengimpor dan perpeluangada di Negara pengekspor atau masuk dalamprogram pengendalian Negara pengimpor
Q3 :terdapat zona bebas di Negara pengimporatau agen patogen termasuk dalam programpengendalian di Negara pengimpor atau agenpatogen lebih virulen atau beda strain
HAZARD
1
Q1. Apakah komoditi berpotensi sebagai mediapembawa agen patogen
BukanHAZARD
bahaya, media pembawa diidentifikasikan sebagai bahaya maka
dapat dipertimbangkan lebih lanjut untuk dilakukan penilaian
risiko sedangkan bila dalam identifikasi bahaya tidakdiidentifikasikan sebagai bahaya maka analisis risiko harusdisimpulkan pada saat itu dan tidak dilanjutkan ke dalampenilaian risiko HPHK (OIE,2014).
1 .2.2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan komponen dari analisis risiko yang
memperkirakan risiko terkait dengan bahaya, penilaian risikodapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatrf (OIE, 20141.
Menurut Swaney (2008) penilaian risiko merupakan evaluasi dariberbagai macam risiko berbasis ilmiah dan potensinya dalam
meningkatkan atau mengurangi terjadinya suatu bahaya. Risiko
berbanding lurus dengan volume Media pembawa, semakin
banyak Media Pembawa rentan yang dilakukan pemasukan
maka risikonya akan semakin meningkat (OIE,2Ol4).
Penilaian risiko terkait importasi komoditas atau mediapembawa menurut OIE (2014l, terdapat empat tahapan, yaitu:I . Penilaian peiepasan (penilaian masuknya penyakit),
dilakukan untuk menilai kemungkinan masuknya agen
patogen melalui media pembawa serta menularkan agen
dilakukan untuk mengetahui likelihood media pembawa yang
terinfeksi atau terkontaminasi melakukan kontak dan
menularkan agen patogen ke hewan peka atau lingkungan.
3. Penilaian konsekuensi atau dampak merupakan penilaian
dengan mempertimbangkan dampak langsung maupun tidaklangsung akibat masuknya agen penyakit di negara atau area
pengimpor.
4. Perkiraan risiko atau estimasi risiko merupakan integrasihasil dari penilaian pelepasan, pendedahan dan penilaiankonsekuensi untuk menghasilkan ukuran keseluruhan risikoyang terkait dengan bahaya yang diidentifikasikan di awal.
8
Tingkat risiko yang didapat dari hasil penilaian kualitatifdinyatakan dalam 'kata' dan dikategorikan menurut skaladeskriptif ordinal, sedangkan hasil penilaian kuantitatildinyatakan dalam 'estimasi numerik, (DAFF 20O1). Tingkat risikodapat disimpulkan sebagai ekspresi level risiko yang dihasilkandari penilaian risiko. Tingkat risiko hasil penilaian risiko HpHKdikelompokkan menjadi enam kategori mengacu dari beberapapedoman penilaian risiko di beberapa negara yaitu sangat tinggi,tinggi, sedang, rendah, sangat rendah dan dapat diabaikan.Menurut Murray et al. (2OO4l dan OIE (2ot4l, variabel yang
dinilai dalam penilaian risiko adalah:
1. Risiko Masuknya HPHK
Merupakan penilaian terhadap media pembawa HpHK
terhadap kemungkinan agen patogen terekspos ke daerah
tujuan. Beberapa variabel yang digunakan dalam penilaian
risiko masuknya HPHK adalah :
a. faktor biologi meliputi: spesies, umur dan spesies hewan;
tempat predileksi; vaksinasi, pemeriksaan, pengobatan dan
karantina;
b. faktor negara meliputi: kejadian atau prevaiensi, ueteinaryseruice, surveilans, program pengendalian dan
pemberantasan, sistem zona dan kompartementalisasi di
negara pengeskpor;
c. faktor media pembawa HPHK meliputi: jumlah hewan saat
diimpor, kemudahan untuk kontaminasi, efek dari proses,
efek dari penyimpanan dan transportasi.
2. Risiko Menuiarnya HPHK:
Merupakan penilaian terhadap media pembawa HPHK
terhadap kemungkinan untuk menularkan agen patogen ke
hewan rentan dan manusia di daerah tujuan atau pengimpor.
Beberapa variabel yang digunakan dalam penilaian risikomenularnya HPHK adalah:
a. faktor biologi meliputi: cara penularan terhadap bahaya
(pendedahan horisontal baik langsung atau tidak langsung
dan pendedahan vertikal), kestabilan, infeksitifitas dan
9
virulensi dari agen patogen, rute dari penularan, kepekaanhewan terhadap bahaya (spesies, umur dan jenis kelamin);
b. faktor negara meliputi: kehadiran agen potensial, kondisidemografi hewan dan manusia, praktek kebiasaan danbudaya, karakteristik geografi dan lingkungan termasukcurah hujan dan temperatur; dan
c. faktor media pembawa HpHK meliputi: jumlah mediapembawa HPHK yang diimpor, tujuan impor penggunaan
hewan atau produknya, dan praktek pembuangan.
3. Penilaian Konsekuensi Kejadian HpHK:
Merupakan penilaian terhadap hubungan ekspos agen
biologis dan konsekuensi dari ekspos tersebut. Beberapa
variabel yang digunakan dalam penilaian konsekuensikejadian HPHK adalah:
a. Konsekuensi langsung: menginfeksi hewan rentan,membuat penyakit dan penurunan produksi; dan
konsekuensi terhadap kesehatan masyarakat; dan
b. Konsekuensi tidak langsung: biaya surveilans dan kontrolpenyakit; biaya kompensasi, kehilangan potensialperdagangan, konsekuensi terhadap lingkungan.
Kriteria penilaian risiko menurut tingkat risiko setelahdimasukkan variabelnya adalah sebagai berikut:1. Sangat Tinggi adalah Media Pembawa HpHK yang merupakan
media pembawa rentan yang berasal dari Negara atau area
wabah.
2. Tinggi adalah Media Pembawa HpHK yang merupakan meclia
pembawa rentan setelah dilakukan penilaian risiko HpHKternyata terdapat risiko masuknya HpHK, terdapat risikomenularnya HPHK, dan memiliki konsekuensi terkaitkejadian HPHK.
3. Sedang adalah Media Pembawa HpHK yang merupakan meclia
pembawa rentan setelah dilakukan penilaian risiko HpHK:
terdapat risiko masuknya HPHK, terdapat risiko menularnyaHPHK namun tidak memiliki konsekuensi terkait kejadianHPHK.
10
4. Rendah merupakan media pembawa HpHK yang setelahdilakukan penilaian risiko HpHK: terdapat risiko masuknyaHPHK, tidak terdapat risiko menularnya HpHK, dan tidakmemliki konsekuensi terkait kejadian HpHK.
5. Sangat rendah merupakan media pembawa HpHK yangmerupakan media pembawa setelah dilakukan penilaianrisiko HpHK: terdapat risiko masuknya HPHK dengankemungkinan yang sangat kecil dan tidak terdapat risikomenularnya HpHK dan tidak memiliki konsekuensi terkaitkejadian HpHK.
6. Dapat diabaikan merupakan media pembawa HpHK yangsetelah dilakukan penilaian risiko tidak terdapat risikomasuknya HpHK.
Tingkat risiko iurrg didapat dari hasil penilaian risikoselanjutnya akan dilakukan suatu tindakan manajernen risikountuk dapat menurunkan tingkat risiko terhad ap AppropriateLeuel of Protection (ALOp) yang tela_h ditetapkan. Dengandemikian dapat didefinisikan bahwa manajemen risiko adalahsuatu tindakan untuk menurunkan tingkat risiko yangdihasilkan dari penilaian risiko ke tingkat yang dapat diterima(orE,2014).
1 .2.3. Manajemen Risiko
peraturan perundangan yang berJak..t
Ada 4 komponen Manajemen Risiko:a. evaluasi risiko
Mernbandingkarr e.rtirnaALO.
si risiko dari penilaian risiko dengan
Manajemen risiko adalah proses menentukan dan menerapkanlangkah-langkah menurunkan risiko yang didapat dari penilaianrisiko untuk mencapai ALOp atau risiko yang dapat diterima dinegara atau area pengimpor (Murray et al. 2OO4). Manajemenrisiko hama penyakit hewan karantina dapat dilakukan dengantinclakan karantina hewan (quarantine measure) menurut
1,1-
b. evaluasi pilihan
Identifikasi tindakan-tindakan yang memungkinkan,termasuk aplikasi rekomendasi OIE Code.
c. implementasi
Hasil dari analisis risiko hama penyakit hewan karantinadapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan terkait pemasukan media pembawa
dari Negara/area lain.
d. monitoring dan review
Analisis risiko hama penyakit hewan karantina merupakan
suatu proses yang terus-menerus dan berkelanjutan.
1.2.4. Komunikasi Risiko
Pertukaran informasi yang interaktif terhadap risiko hama
penyakit hewan karantina di antara penilai risiko, manajer
risiko, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam analisis risiko
hama penyakit hewan karantina. Bentuk pelaksanaan
komunikasi risiko dapat dilakukan dengan cara:
a. berkoordinasi dengan UPT Tempat Pengeluaran sejak awal;
b. berkoordinasi dengan Dinas terkait sejak awal;
c. ada Narasumber untuk Tim (Pusat dan
Ahli/Akademisi/ Peneliti) ;
d. mencantumkan dan mendiskripsikan metode dan asumsi
yang digunakan serta keterbatasan data yang ada; dan
e. proses dan Hasil Analisa Risiko diinformasikan sekaligus
meminta masukan dari pihak terkait.
1 .3. Maksud dan Tujuan
1 .3.1. Maksud
Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai acuan bagi petugas
karantina hewan dalam melakukan analisis risiko HPHK.
1.3.2. Tujuan
Petunjuk teknis ini bertujuan agar pelaksanaan analisis risiko
HPHK sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
telah ditetapkan.
12
1.5. Definisi
Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan:
a. Hama dan penyakit hewan karantina yang selanjutnya disingkat HpHKadalah semua hama, hama penyakit, dan penyakit hewan yangberdampak sosio-ekonomi nasional dan perdagangan intemasionalserta menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat yang dapatdigolongkan menurut tingkat risikonya.
b. HPHK golongan I adalah hama penyakit hewan karantina yang
mempunyai sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dancepat, belum diketahui cara penanganannya, belum terdapat di suatuarea atau wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. HPHK golongan II adalah hama penyakit hewan karantina yang potensipenyebarannya berhubungan erat dengan lalu lintas media pembawa,
sudah diketahui cara penanganannya dan telah dinyatakan ada disuatu area atau wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Analisis risiko HPHK adalah suatu rangkaian proses yang terdiri dariidentihkasi bahaya, pe nilaian risiko, manajemen risiko dankomunikasi risiko untuk mengevaluasi likelihood atau peluang dandampaknya terkait lalulintas media pembawa HpHK yang dapatmembawa risiko dari negara lain atau antar area di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Media Pembawa HPHK adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahanasal hewan dan atau benda lain yang dapat membawa HpHK.
Bahaya adalah agen patogen dan atau suatu penyebab HpHK yangdapat mengakibatkan penyakit apabila dilakukan pemasukan ataupengeluaran media pembawa HpHK.
Penilaian risiko HPHK adalah proses penilaian likelihood atau peluangdan konsekuensinya terhadap faktor biologi, negara atau area, media
c
f.
g
13
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup petunjuk teknis ini meliputi:a. identifikasi bahaya dan penilaian risiko;b. tingkat risiko HPHK;
c. tingkat proteksi pencegahan HpHK;
d. manajemen risiko; dan
e. pelaksanaan analisis risiko,komunikasi risiko, dan pembiayaan.
h
pembawa dan ekonomi, terkait pemasukan atau penyebaran HpHK
melalui pemasukan atau pengeluaran media pembawa HPHK dari
negara lain atau antar area di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Risiko adalah peluang kejadian dan besarnya konsekuensi kejadian.
Tingkat risiko adalah ekspresi besarnya risiko yang dihasilkan dari
penilaian risiko dan disajikan dalam skala kualitatif dan/atau semi
kuantitatif.
Tingkat risiko yang dapat diterima adalah tingkat risiko yang dapat
ditoleransi untuk keperluan pemasukan atau pengeluaran media
pembawa HPHK.
Tingkat proteksi pencegahan HPHK adalah tingkat perlindungan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat risiko yang dapat diterima, dalam
rangka mencegah masuk, tersebar, dan keluarnya HPHK.
Manajemen risiko adalah penerapan tindakan karantina hewan untukmenurunkan tingkat risiko yang didapat dari penilaian risiko, agar
dapat mencapai tingkat proteksi pencegahan HPHK yang telah
ditetapkan.
Komunikasi risiko adalah adalah penyampaian informasi tentang
risiko secara interaktif antara pelaksana analisis risiko dengan
pemangku kepentingan.
Dokter Hewan Karantina adalah dokter hewan yang ditunjuk oleh
Menteri untuk melaksanakan tindakan karantina hewan.
J
k
1.
m
n
14
2.2.1.
2.2.2.
Analisis risiko HPHK dilakukan oleh tim yang ditetapkan olehKepala Badan Karantina Pertanian.
Tim sebagaimana dimaksud pada angka 2.2.1. terdiri dari dokterhewan karantina yang bertugas di Kantor pusat BadanKarantina Pertanian.
2.2.3. Tim sebagaimana dimaksud pada angka 2.2.1. d,apat melibatkanDokter Hewan Karantina dari UpTKp tempat pemasukan dantempat pengeluaran serta Komisi Ahli Karantina Hewan maupunpakar dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan scsuai dengankebutuhan.
2.3. Tugas Tim
Tim analisis risiko Tim sebagaimana dimaksud pad,a angka 2.2.r.memiliki tugas sebagai berikut:2.3.1. Menyusun pedoman teknis penerapan analisis risiko HpHK
untuk pemasukan dan pengeluaran media pembawa HpHK;
15
BAB II
PELAKSANAAN ANALISIS RISIKO
2.1. Waktu Pelaksanaan
Analisis risiko HPHK dilaksanakan pada saat:
2.1.1. Rencana pemasukan media pembawa HpHK dari luar negeri kedalam wilayah Negara Kesatuan Repubrik Indonesia untukpertama kalinya. Media pembawa sebagaimana dimaksud dapatberupa hewan, produk hewan maupun benda lain; atau
2-7.2. Terjadi perubahan status dan situasi HpHK pada suatu negaraatau area yang menjadi asal dari suatu media pembawa HpHK.Perubahan status yaitu suatu kondisi yang mana Negara atauarea yang semula bebas kemudian menjadi tertular. perubahan
situasi yaitu suatu kondisi yang mana Negara atau areamengalami dinamika kasus HpHK dari tertular menjadi wabahataupun sebaliknya (dari wabah menjadi endemis).
2.2. Tim
2.3.2.
z. c.c.
2.3.4.
2.3.5.
Melakukan analisis risiko untuk rencana pemasukan media
pembawa HPHK dari luar negeri maupun pemasukan dan
pengeluaran Antar Area;
Melakukan evaluasi penerapan analisis risiko HPHK;
Melakukan tindak lanjut peny.usunan dan atau penyempurnaan
kebijakan analisis risiko HPHK; dan
Menyampaikan laporan tertulis hasil analisis risiko kepada
Kepala Badan Karantina Pertanian.
2.4. Bimbingan Teknis
Dalam rangka persiapan pelaksanaan analisis risiko, Badan Karantina
Pertanian menyelenggarakan bimbingan teknis mengenai analisis risiko
HPHK dan dalam pelaksanaannya bimbingan teknis dilakukan oleh
dokter hewan karantina dari kantor pusat kepada dokter hewan
karantina di UPIKP.
o< Evaluasi Pelaksanaan
2.5.1 . Evaluasi pelaksanaan analisis risiko HPHK dilakukan setiap 2
(dua) tahun sekali atau pada saat terjadi perubahan status dan
situasi HPHK. Informasi perubahan status dan situasi HPHK
diperoleh dari OIE dan sumber lainnya.
2.5.2. Evaluasi juga dilakukan untuk memastikan bahwa tindakan
karantina hewan dalam rangka manajemen risiko efektf
mencegah kemungkinan masuk, tersebar dan keluarnya HPHK.
2.5.3. Evaluasi terhadap tingkat proteksi pencegahan HPHK dilakukan
dengan mempertimbangkan status dan situasi HPHK.
16
3.1
BAB III
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO
Identifikasi Bahaya
3. 1.1. ldentilikasi bahaya HpHK dilakukan dengan mengamati danmenilai status dan situasi HpHK negara atau area asa1, statusdan situasi HPHK negara atau area tujuan, sifat HpHK, sertakerentanan media pembawa HPHK dalam membawa danmenularkan HPHK.
3.1.2. Pengamatan dan penilaian sebagaimana dimaksud pada angka3.1.1 akan menghasilkan kesimpulan bahwa bahaya HpHKteridentifikasi ada atau bukan bahaya.
3.1.3. Apabila pada saat dilakukan identifikasi bahaya diperolehkesimpulan yaitu tidak ditemukan adanya bahaya, maka analisisrisiko dapat dihentikan dengan kesimpulan bahwa bahaya dapatdiabaikan.
3.1.4. Contoh identifikasi bahaya terhadap rencana pemasukan unggasdari Manado ke Jakarta tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Identifikasi rencana pemasukan unggas dari Manado ke Jakarta
Apabila setelah dilakukan identifikasi bahaya diperolehkesimpulan bukan bahaya, maka tidak diperlukan penilaianrisiko. Meskipun demikian, manajemen risiko tetap dilakukan.
No
Media
Pemba
wa
Status
HPHK
Daerah
Asal
Status
HPHK
Daerah
Tujuan
Sifat
HPHK
Perlakuan
Terhadap
Media
Pembawa
Bah,ayal
Risiko
1 Ayam
aduan
Tertular
AI
Tertular
AI,
program
prioritas
pembebas
an
Zoonosis,
sub tipe
berbeda
Bahaya
1,7
3.2 . Penilaian Risiko
3-2.1. Penilaian risiko HpHK dilakukan apabila pada saat dilakukanidentifikasi bahaya diperoleh kesimpulan bahwa ditemukan adabahaya.
').)) Penilaian risiko HPHK sebagaimana dimaksud pada angka 3.2.1.dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:a. penilaian risiko masuknya HpHK;
b. penilaian risiko menular dan menyebarnya HpHK;
c. penilaian konsekuensi akibat kejadian HpHK; dan
d. estimasi risiko HPHK.
')aa Apabila pada tahapan penilaian risiko sebagaimana dimaksudpada angka 3.2.2, risiko masuknya HPHK tidak signifikan, makapenilaian risiko dapat dihentikan dengan kesimpulan bahwa
risiko dapat diabaikan.
3.2.4. Apabila pada tahapan penilaian risiko sebagaimana dimaksudpada angka 3.2.2, risiko masuknya HpHK signilikan, maka
dilanjutkan ke tahapan penilaian risiko menular dan
menyebarnya HPHK, penilaian konsekuensi akibat kejadianHPHK, dan estimasi risiko HPHK.
3.2.5. Hasil penilaian risiko sebagaimana dimaksud pada angka 3.2.3.
dan angka 3.2.4. menjadi dasar pelaksanaan tindakan karantinahewan sebagai upaya manajemen risiko HPHK.
3.3. Contoh penilaian risiko sebagai berikut:
3.3.1 Penilaian Masuknya HPHK
Penilaian masuknya HPHK dilakukan dengan
mempertimbangkan laktor biologis, faktor daerah atau ne gara
asal, dan faktor komoditi.
a. Faktor Biologis
Media pembawa yang dilulintaskan adalah unggas hidup
dimana virus terdapat di saluran nafas dan pencernaan. pada
umumnya ayam aduan tidak dilakukan vaksinasi oleh
pemiliknya, dan jika dilakukan uji AI hanya berupa Rapid
Test.
18
J. J. Z.
b. Faktor Daerah atau Negara Asal
Manado termasuk daerah tertular AI, data mengenai
prevalensi dan insidensi AI tidak diketahui, dan belum ada
kompartementalisasi dan atau bukan berasal dan
kompartemen talisa si.
c. Faktor Komoditi (Media Pembawa)
Media pembawa yang dilalulintaskan dalam kondisi masih
hidup dengan jumlah 2 (dua) ekor (barang bawaan), dan
diduga keranjang terkontaminasi.
Kesimpulan tentang Penilaian Masuknya HPHK: risiko masuknya
AI dari Manado ke Jakarta adalah signifikan.
Signi{ikan adalah apabila risiko masuknya HPHK disimpulkan
tinggi dan sedang. Tidak signifikan adalah risiko masuknya
HPHK disimpulkan rendah, sangat rendah, dan dapat diabaikan.
Penilaian Menular dan Menyebarnya HPHK
Penilaian menular dan menyebarnya HPHK dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor biologis, faktor daerah atau Negara
asal, dan faktor komoditi.
a. Faktor Biologis
Media pembawa yang dilalulintaskan berupa unggas hidup
sehingga droplet pernafasan dan feses berpotensi menularkan
dan menyebarkan agen secara langsung maupun tidak
langsung.
b. Faktor Daerah / Negara Tujuan
Di Jakarta sebagai daerah tujuan terdapat pasar unggas dan
ayam aduan sebagai hewan kesayangan dapat
diperjualbelikan dan berpotensi menularkan AI. Pemerintah
DKI Jakarta mempunyai prioritas program pemberantasan AI.
Faktor Komoditi (Media Pembawa)
Ayam yang dibawa merupakan barang bawaan atau
tentengan sehingga ada potensi kontak langsung dengan
manusia. Kemasan bekas ayam tersebut berpotensi
dipergunakan untuk ayam lainnya.
C
19
Kesimpulan tentang penilaian menular dan menyebarnya HpHK:risiko menular dan menyebarnya AI di tempat pemasukan dandi tempat tujuan adalah signifikan.
Signifikan adalah apabila risiko menular dan menyebarnyaHPHK disimpulkan tinggi dan sedang. Tidak signifikan adalahrisiko menular dan menyebarnya HpHK disimpulkan rendah,sangat rendah, dan dapat diabaikan.
3.3.3. Penilaian Konsekuensi HpHK
Penilaian konsekuensi dilakukan dengan memperhatikandampak langsung maupun dampak tidak langsung yangditimbulkan oleh kejadian HpHK.
a. Konsekuensi Langsung
Kejadian AI pada ayam peliharaan atau ayam aduan lainnyadi tempat tujuan, ada potensi kejadian AI pada manusia (yang
berinteraksi dengan ayam tersebut).
b. Konsekuensi Tak Langsung
Terjadi keresahan masyarakat terkait isu wabah AI padaunggas dan kejadian AI pada manusia muncul kembali.Terjadi sentimen pasar berupa restriksi perdagangan dankonsumsi unggas dan produk unggas yang menurun.Dampak pengalihan anggaran untuk keperluanpemberantasan AI.
Kesimpulan tentang Penilaian Konsekuensi HpH K : adalahsignifikan.
Signifikan adalah apabila risiko menular dan menyebarnyaHPHK disimpulkan tinggi dan sedang.
Tidak signifikan adalah risiko menular dan menyebarnya HpHKdisimpulkan rendah, sangat rendah, dan dapat diabaikan.
Jika hasil penilaian konsekuensi adalah berdampak minor padaprovinsi dan nasional, signifikan pada nasional, atau sangatsignifikan pada nasional, maka konsekuensi dinyatakansignilikan.
Jika hasil penilaian konsekuensi adalah berdampak minor padakabupaten kota, minor pada tingkat kecamatan ke bawah, dan
20
tidak signifikan pada tingkat kecamatan ke bawah, makakonsekuensi dinyatakan tidak signifikan.
3.3.4. Estimasi Risiko HPHK
Estimasi risiko dilakukan dengan memperhatikan tingkat risikoHPHK yang telah ditetapkan, yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang,rendah, sangat rendah, dan dapat diabaikan.
Kesimpulan Estimasi Risiko HpHK:
memperhatikan bahwa risiko masuknya AI signifikan, risikomenular dan menyebarnya AI signifikan, dan konsekuensi akibatkejadian AI signifikan, maka estimasi risiko HpHK adalah Tinggi.
21,
BAB IV
TINGKAT RISIKO HPHK
4.1. Tingkat Risiko media pembawa HpHK terdiri dari 6 (enam) ringkatanyaitu:
a. Sangat Tinggi (Certain);
b. Tinggi (High);
c. Sedang (Moderate);
d. Rendah (Iou);
e. Sangat Rendah (Very Lotu; danJ
f. Dapat Diabaikan (Negligible).
4 .2. Tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada angka 4. 1 . ditentukanberdasarkan kombinasi signilikan atau tidak signifikannya risikomasuknya HPHK, risiko menular dan menyebarnya HpHK, dankonsekuensi kejadian HPHK.
4.3 Kombinasi sebagaimana dimaksud pada angka 4.2., merupakan peluang
kejadian HPHK sebagai berikut:
a. peluang kejadian HPHK dengan tingkat risiko Sangat Tinggi, yaituapabila pemasukan atau pengeluaran media pembawa HpHK rentanyang akan dilakukan, berasal dari negara atau area wabah.
b. peluang kejadian HPHK dengan tingkat risiko Tinggi, yaitu apabilasetelah dilakukan penilaian risiko diperoleh hasil:
i. risiko masuknya HPHK Signifikan;
2. risiko menular dan menyebarnya HPHK Signifikan; dan
3. konsekuensi terkait kejadian HPHK Signifikan.
c. peluang kejadian HPHK dengan tingkat risiko Sedang, yaitu apabilasetelah dilakukan penilaian risiko diperoleh hasil:
1. risiko masuknya HPHK Signifikan;
2. risiko menular dan menyebarnya HPHK Signifikan; dan
3. konsekuensi terkait kejadian HPHK Tidak Signifikan.
d. peluang kejadian HPHK dengan tingkat risiko Rendah, yaitu apabilasetelah dilakukan penilaian risiko diperoleh hasil:
1. risiko masuknya HPHK Signifikan;
2. risiko menular dan menyebarnya HPHK Tidak Signifikan; dan3. konsekuensi terkait kejadian HPHK Signifikan.
22
e. peluang kejadian HPHK dengan tingkat risiko Sangat Rendah yaituapabila setelah dilakukan penilaian risiko diperoleh hasil:1. risiko masuknya HPHK Signifikan;
2. risiko menular dan menyebarnya HpHK Tidak Signifikan; dan3. konsekuensi terkait kejadian HpHK Tidak Signifikan.
f. peluang kejadian HPHK dengan tingkat risiko Dapat Diabaikan yaituapabila setelah dilakukan penilaian risiko diperoleh hasil:1. risiko masuknya HPHK Tidak Signifikan;
2. risiko menular dan menyebarnya HpHK Tidak Signifikan; dan3. konsekuensi terkait kejadian HpHK Tidak Signifikan.
23
BAB V
TINGKAT PROTtrKSI PENCEGAHAN HPHK
24
5 1' Penentuan tingkat proteksi pencegahan HpHK d akukan denganmempertimbangkan peluang kejadian HpHK pada tingkat risiko yangdapat diterima.
5.2. Tingkat risiko yang dapat diterima sebagaimana dimaksud dalam 5.1.adalah sebagai berikut:
a' tingkat risiko Sangat Rendah apabila negara atau area asal memilikistatus dan situasi HpHK yang sama dengan negara atau area tujuan;
b' Tingkat risiko Dapat Diabaikan apabila negara atau area asalmemiliki status dan situasi HpHK yang tidak terdapat di negara atauarea tujuan.
5'3 Tingkat risiko sangat rendah dan dapat diabaikan sebagaimanadimaksud pada angka 5.2., merupakan tingkat proteksi pencegahanHPHK.
5 4. Tingkat proteksi pencegahan HpHK dilakukan evaluasi setiap 2 (dua)tahun sekali atau setiap kali terjadi perubahan status dan situasi HpHKdi suatu negara atau area.
5'5' Dalam hal peluang kejadian HpHK memiliki tingkat risiko SangatRendah, maka terhadap media pembawa HpHK dapat dilakukanpengeluaran dan pemasukan.
5'6' Dalam har peluang kejadian HpHK memiliki tingkat risiko Rendah,Sedang, dan Tinggi, maka terhadap media pembawa HpHK masih dapatdilakukan pengeluaran dan pemasukan apabila tingkat risikonya dapatditurunkan menjadi Sangat Rendah.
5.7. Dalam hal peluang kejadian HpHK Sangat Tinggi, terhadap mediapembawa HpHK yang rentan dilarang untuk dilakukan pemasukan danpengeluaran.
5'8' contoh tingkat proteksi untuk rencana pemasukan unggas dari Manadoke Jakarta:
Dalam contoh ini Manado dan Jakarta mempunyai status dan situasi AIyang serupa yaitu tertular AI, sehingga tingkat proteksi yang ditetapkanadalah sangat rendah.
6.1
BAB VI
MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko merupakan tahapan analisis risiko yang terdiri darievaluasi risiko, evaluasi pilihan, implementasi, serta monitoring dan
review.
6.2. Manajemen risiko dilakukan dengan menetapkan persyaratan karantinahewan dan melaksanakan tindakan karantina hewan.
6.3. Persyaratan karantina hewan dan tindakan karantina hewan
sebagaimana dimaksud pada angka 6.2. dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan, pedoman teknis yang telah
ditetapkan dan atau berdasarkan justifikasi ilmiah.
6.4 . Dalam hal identifikasi bahaya diperoleh kesimpulan tidak ditemukanadanya bahaya, maka terhadap media pembawa HpHK tetap dilakukanmanajemen risiko berupa tindakan karantina hewan.
6.5. Dalam ha1 peluang kejadian HPHK memiliki tingkat risiko Dapat
Diabaikan dan Sangat Rendah, tindakan karantina hewan yang
dilakukan terhadap media pembawa HPHK adalah pemeriksaan
dokumen, pemeriksaan fisik, dan pembebasan.
6.6. Apabila terhadap media pembawa HPHK sebagaimana dimaksud pada
angka 6.5., pada saat dilakukan pemeriksaan lisik ditemukan adanya
gejala HPHK Golongan II, terhadap media pembawa tersebut diberikanperlakuan.
6.7. Media pembawa HPHK sebagaimana dimaksud pada angka 6.6. apabila:
a. berhasil dibebaskan dari HPHK setelah diberikan perlakuan,
selanjutnya dilakukan pembebasan; atau
b. tidak berhasil dibebaskan dari HPHK setelah diberikan periakuan,
selanjutnya dilakukan pemusnahan. Pemusnahan untuk hewan
dilakukan dengan menerapkan kaidah kesejahteraan hewan.
6.8. Apabila media pembawa HPHK sebagaimana dimaksud pada 6.6., pada
saat dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan adanya gejala HpHK
Golongan I, terhadap media pembawa tersebut dilakukan pemusnahan.
6.9. Dalam hal peluang kejadian HPHK memiliki tingkat risiko Rendah,
Sedang, dan Tinggi, maka terhadap media pembawa HpHK masih dapat
dilakukan pengeluaran dan pemasukan setelah dikenakan persyaratan
25
dan tindakan karantina hewan yang lebih ketat dibandingkan dengan
peluang kejadian HPHK yang memiliki tingkat risiko Sangat Rendah.
6.10. Dalam ha1 peluang kejadian HPHK Sangat Tinggi, terhadap media
pembawa HPHK yang rentan dilakukan penolakan dan atau
pemusnahan.
6. 1 1 . Contoh manajemen risiko untuk rencana pemasukan unggas dari
Manado ke Jakarta, sebagai berikut:
a. Evaluasi Risiko
Tingkat risiko dari peluang kejadian AI (estimasi risiko) adalah tinggi,
sedangkan tingkat proteksi yang ditetapkan adalah sangat rendah.
Dengan demikian dapat dicermati bahwa tingkat risiko berada pada
tiga tingkat di atas tingkat proteksi. Oleh karena itu diperlukan
tindakan karantina (manajemen risiko) yang lebih ketat sehingga
tingkat risiko dapat diturunkan menjadi sama dengan atau lebih
rendah dari tingkat proteksi. Apabila tindakan karantina hewan yang
lebih ketat tidak dapat dilakukan dan atau tidak dapat menurunkan
tingkat risiko, maka dilakukan penolakan atau pemusnahan.
b. Evaluasi Pilihan
Tingkat proteksi yang ditetapkan adalah sangat rendah, sedangkan
tingkat risiko peluang kejadian AI adalah tinggi. Untuk memberikan
penjelasan mengenai perbandingan antara tingkat proteksi dan
tingkat risiko dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 di bawah ini:
Tabel 2. Evaluasi Pilihan
No EvaluasiPilihanManajemen Risiko
1 Estimasi risiko
lebih tinggi dari
tingkat proteksi
Satu tingkat Pemeriksaan Dokumen
dan Fisik;
Disinleksi Kemasan.
Dua tingkat Pemeriksaan Dokumen,
Fisik, dan
Laboratorium;
Disinleksi Kemasan
Tiga tingkat Berasal
kompartemen
dari
bebas AI
26
atau dalam kurunwaktu tertentu (21
hari) tidak ada kasus
AI;
Telah dilakukan
perlakuan di daerah
asal ;
Pemeriksaan Dokumen,
Fisik, dan
Laboratorium;
Pemusnahan Kemasan.
Empat atau
lima tingkat
Ditolak
dimusnahkan
dan/ atau
2 Estimasi risiko sama dengan atau
lebih rendah dari tingkat proteksi
Pemeriksaan
dan fisik
dokumen
Tabel 3. Opsi Manajemen Risiko
No Opsi Manajemen Risiko di
Tempat Pemasukan
Keterangan
1 Berasal dari kompartemen bebas
AI / dalam kurun waktu tertentu
(2 t hari) tidak ada kasus At
Dinyatakan dalam SKKH
sebelum diterbitkan SKH
drh Karantina di tempat
pengeluaran dan/ataudinyatakan dalam
deklarasi sertifikat
kesehatan hewan dari drh
Karantina di tempat
pengeluaran.
Perlakuan Telah dilakukan disinfeksi
terhadap kemasan di
tempat pengeluaran
27
I
2
l3 lPemeriksaan Dokumen, Fisik. Apabila sudah dilakukan.uji laboratorium di tempat
dan Laboratorium pengeluaran, tidak perlu
dilakukan uji laboratorium
Iagi di tempat pemasukan.
I Pemusnahan Kemasan Di tempat pengeluaran
dilakukan disinfeksi, di
tempat pemasukan atau
tempat tujuan dilakukanpemusnahan.
c. Implementasi
Manajemen risiko di tempat pemasukan dan pengeluaran dilakukanoleh petugas karantina hewan setelah mendapat surat edaran dariBadan Karantina Pertanian. Tindakan karantina hewan yangdilakukan telah dipertimbangkan benar_benar dapatdiimplementasikan oleh petugas karantina hewan. Tindakankarantina hewan didokumentasikan di dokumen karantina.
d. Monitoring dan Review
Dokter hewan karantina pusat melakukan monitoring terhadapimplementasi tindakan karantina hewan yang d akukan oleh dokterhewan UPTKP sebagai upaya manajemen risiko. Apabila dalampelaksanaan monitoring ditemukan adanya kelemahan kebijakanmanajemen risiko, maka dokter hewan karantina pusat melakukanreview terhadap ketentuan analisis risiko HpHK.
Dokter hewan UPTKP memberikan umpan balik kepada dokter hewankarantina pusat terkait dengan implementasi kebijakan manajemenrisiko.
7 .1. Komunikasi risiko dilakukan oleh tim sejak dilakukannya identifikasibahaya sampai dengan pelaksanaan manajemen risiko.
7.2. Komunikasi risiko sebagaimana dimaksud pada angka 7.1. disampaikansecara terbuka disertai berbagai dasar ilmiah, pertimbangan,pelaksanaan, dan kesimpulan selama analisis risiko dilakukan.
7.3. Komunikasi risiko disampaikan kepada berbagai pihak yang memilikiketerkaitan dan terdampak oleh hasil analisis risiko yang dilakukan.
7.4. Tim melaporkan hasil pelaksanaan analisis risiko kepada Kepala BadanKarantina Pertanian.
Hasil pelaksanaan analisis risiko sebagaimana dimaksud dalam BAB IIdapat dipergunakan untuk:a. bahan penyusunan dan penyempurnaan kebijakan karantina hewan;
dan
b. dasar pelaksanaan tindakan karantina hewan di tempat pemasukandan pengeluaran.
7.6 Dasar pelaksanaan tindakan karantina hewan sebagaimana dimaksudpada angka 7.5. huruf b, disampaikan oleh Badan Karantina pertanian
kepada U KP dalam bentuk surat edaran.
29
BAB VII
KOMUNIKASI RISIKO
BAB VIII
PEMBIAYAAN
8.1. Biaya pelaksanaan analisis risiko HPHK, dibebankan pada anggaran
kantor pusat Badan Karantina Pertanian.
8.2. Biaya operasional manajemen risiko HPHK, dibebankan pada masing-
masing UPIKP dalam bentuk anggaran operasional tindakan karantina