KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA LAPORAN HASIL KAJIAN KAJIAN PERILAKU PENGUNJUNG DI ZONA I CANDI BOROBUDUR Oleh: PANGGAH ARDIYANSYAH, S.S. RIYANTO P. LAMBANG SRI WAHYUNI, A.Md. BALAI KONSERVASI PENINGGALAN BOROBUDUR JALAN BADRAWATI TELP. (0293) 788175, 788225, FAX (0293) 788367 BOROBUDUR – MAGELANG 56553 2010
33
Embed
KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ...konservasiborobudur.org/download/laporan/Laporan Kajian...KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA LAPORAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DIREKTORAT JENDERAL SEJARAH DAN PURBAKALA
Anggota : Riyanto P. Lambang Anggota : Sri Wahyuni, A.Md.
Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan Sumber Anggaran : DIPA Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Tahun 2010
No. 0026.0/040-04.2/XIII/2010 Tanggal 31 Desember 2009 Mengetahui/ Menyetujui Borobudur, Oktober 2010 Kepala BKPB Ketua Tim Pelaksana Drs. Marsis Sutopo, M.Si. Panggah Ardiyansyah, S.S.
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 11 A. Data Perilaku Pengunjung 11
B. Tingkat Apresiasi Pengunjung 17
C. Visitor Management 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 23 A. Kesimpulan 23
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 27
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Contoh Lembar Pengambilan Data 28
INTISARI
Pelestarian Candi Borobudur sebagai salah satu warisan budaya bangsa
Indonesia sangat penting dilakukan agar keberadaannya dapat dinikmati oleh generasi penerus bangsa. Selain sebagai warisan budaya bangsa Indonesia, Candi Borobudur juga termasuk salah satu warisan budaya dunia UNESCO dengan nomor 592 pada 13 Desember 1991 yang merupakan kebanggan dari bangsa Indonesia. Salah satu upaya pelestarian maka dilakukan kajian tentang perilaku pengunjung Candi Borobudur. Perilaku pengunjung yang berkunjung ke Candi Borobudur dapat bersifat negatif maupun positif.
Pengambilan data terhadap pengunjung dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara. Pengamatan perilaku dilakukan terhadap 112 pengunjung Candi Borobudur yang terdiri dari wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara yang menggunakan jasa guide maupun tanpa guide. Pengamatan terhadap pengunjung dilakukan pada masa peakseason, weekend maupun hari biasa. Selain pengamatan langsung juga dilakukan wawancara terhadap 50 responden. Berdasarkan pengamatan langsung maupun wawancara dapat diketahui tingkat apresiasi pengunjung Candi borobudur dengan menggunakan jasa guide sangat tinggi karena perilaku negatif dapat diminimalisir. Apresiasi pengunjung sangat rendah bila dikaitkan dengan rendahnya kunjungan pada fasilitas pendukung yang berada disekitar Candi Borobudur seperti museum dan audio visual. Salah satu upaya dalam mengontrol perilaku pengunjung maka perlu dibuat visitor management sehingga alur kunjungan lebih terarah serta penyediaan fasilitas pendukung yang ada disekitar Candi Borobudur dapat bermanfaat secara optimal. Kata kunci : warisan budaya, perilaku pengunjung, visitor management
ABSTRACT
The preservation of the Borobudur Temple as one of Indonesia's cultural heritage is very important to be done so that its presence can be enjoyed by future generation. In addition as cultural heritage of Indonesia, Borobudur Temple is also one of UNESCO World Cultural Heritage Sites with the number 592 listed on December 13, 1991 which is the pride of the Indonesian nation. One of the efforts in preserving the temple is by conducting an analysis of visitor behavior. The visitors of Borobudur Temple can behave negatively or positively.
The visitor behavior data is obtained by direct observation and interview. Behavioral observation is carried out on 112 visitors, both domestic and foreign tourists who use the services of a guide or without guide. Observation of the visitors is conducted during peak season, weekends and weekdays. In addition to direct observation, interview is conducted with 50 respondents. Based on direct observation and interview, the level of appreciation of Borobudur Temple visitors who use guide service is very high because the negative behaviors can be minimized. The appreciation for the site is very low since not many visitors visit the facilities surrounding Borobudur Temple such as museums and audio visual.
One of the efforts in controlling the visitor behavior is by creating suitable visitor management so that the visitor route can be adjusted and optimizing the facilities surrounding Borobudur Temple. Keywords : cultural heritage, visitor behavior, visitor management
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda
Cagar Budaya (BCB);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1993 Tentang
pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992;
3. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor
PM.40/OT.001/MKP/2006 tanggal 7 September 2006 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Konservasi Peninggalan Borobudur;
4. DIPA Balai Konservasi Peninggalan Borobudur tahun Anggaran 2010
Nomor: 0027.0/040-04.2/XIII/2010 Tanggal 31 Desember 2009;
5. Surat Keputusan Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Nomor:
HK.501/2060/UPT/30.VI/2010 Tentang Tim Pelaksana Kajian Pada Balai
Konservasi Peninggalan Borobudur tahun 2010.
B. Latar Belakang Candi Borobudur sebagai salah satu warisan budaya yang penting di
Indonesia sampai saat ini telah mengalami dua kali kegiatan pemugaran.
Pemugaran pertama dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dibawah
pimpinan seorang insinyur bernama. Th. Van Erp. Pada pemugaran pertama
ini, Van Erp bersama timnya mengumpulkan berbagai batu yang berserakan
di sekitar candi dan mengembalikan bentuk stupa-stupa di bagian atas Candi
Borobudur. Pemugaran kedua dilaksanakan pada tahun 1973-1983 oleh
pemerintah Indonesia dengan dibantu oleh UNESCO. Untuk menangani
pemugaran tersebut, dibentuklah dua buah lembaga mandiri yaitu Proyek
Restorasi Borobudur yang bertugas sebagai pelaksana pemugaran sekaligus
penelitian yang bekerja sama dengan instansi terkait, dan Badan Pemugaran
Candi Borobudur yang lebuh berfungsi sebagai penggalang dana dan
penghubung antara pemerintah Indonesia dan UNESCO (Tanudirdjo, dkk;
1993-1994).
Setelah selesainya pemugaran yang berjalan selama 10 tahun, Candi
Borobudur diresmikan pada tanggal 23 Februari 1983 sebagai Taman
Arkelologi Nasional, dan kemudian dibuka kembali bagi masyarakat umum
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 2
serta dapat dikunjungi para wisatawan dari dalam maupun luar negeri.
Adapun penngelolaan taman wisata yang berada di Taman Arkeologi
Nasional diserahkan kepada PT Taman Wisata Candi Borobudur dan
Prambanan (sekarang bernama PT Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan, dan Ratu Boko) sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 7/1980
tanggal 1981 tentang penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk
mendirikan perusahaan perseroan. Seperti yang tercantum dalam
Memorandum Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur dan
Prambanan Titian 1980-1985, PT Taman Wisata Candi Borobudur dan
Prambanan mempunyai kewenangan yang luas untuk mengelola taman
secara bebas tetapi bertanggung jawab, tanpa campur tangan dari pihak lain
secara kaku (Tanudirdjo, dkk; 1993-1994). Secara lengkap fungsi taman
wisata adalah sebagai berikut (Taufik, dkk; 2000)
1. Meredam pengunjung agar tidak bersama–sama berada ditubuh
candi;
2. Menyediakan fasilitas untuk memencarkan pengunjung;
3. Memberikan informasi yang memadai kepada para pengunjung baik
segi sejarah, arsitektur, dan sebagainya;
4. Menyediakan fasilitas rekreasi dan bersantai;
5. Memperoleh pendapatan guna membiayai kelangsungan pengelolaan
kawasan wisata budaya yang bersangkutan.
Pada tahun 1991, pemerintah mendirikan Balai Konservasi Peninggalan
Borobudur (dulunya Balai Studi dan Konservasi Borobudur) melalui
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0605/0/1991 tanggal 30
November 1991. Dalam hal pengelolaan Candi Borobudur, Balai Konservasi
Peninggalan Borobudur mempunyai tugas melakukan perawatan dan
perlindungan candi dari berbagai ancaman kerusakan baik itu karena ulah
alam maupun manusia. Wewenangnya hanya terbatas pada penelitian,
pemeliharaan, dan perlindungan pada Zona 1 Candi Borobudur (Tanudirdjo,
dkk; 1993-1994). Pendirian lembaga yang khusus menangani konservasi
Candi Borobudur ini kemudian berujung pada terdaftarnya Candi Borobudur
dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO di bidang Warisan Budaya Dunia
dengan nomor 592 pada 13 Desember 1991 setelah memenuhi tiga kriteria
yang terdapat dalam Outstanding Universal Value, yaitu:
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 3
kriteria 1. Merepresentasikan mahakarya dari kekreatifan jenius
manusia
kriteria 2. Mempertunjukkan sebuah pertukaran penting nilai-nilai
kemanusiaan, dalam suatu rentang waktu atau wilayah
kebudayaan di dunia, terhadap perkembangan di bidang
arsitektur atau teknologi, karya seni yang monumental, tata
kota, atau desain saujana
kriteria 6. Secara langsung atau nyata berhubungan dengan kejadian
atau tradisi sehari-hari, dengan ide-ide, atau dengan
kepercayaan, dengan karya-karya artistik atau kesusastraan
yang mempunyai signifikansi universal yang luar biasa
Seiring dengan pemanfaatan Candi Borobudur sebagai obyek wisata,
dampak positif maupun negatif kemudian muncul sebagai akibat dari
pemanfaatan tersebut. Dampak positif yang ditimbulkan dari pemanfaatan
candi Borobudur secara ekonomi antara lain menambah pemasukan devisa
negara melalui sektor pariwisata, peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar, dan sektor yang bergerak di bidang jasa pariwisata. Sedangkan
dampak negatif dari pemanfaatan candi Borobudur adalah terancamnya
kelestarian candi. Dampak yang timbul dari pemanfaatan tersebut antara lain
ausnya tangga candi akibat dari gesekan alas kaki pengunjung, stabilitas
candi akibat dari beban pengunjung yang terlalu banyak serta vandalisme
seperti memanjat dinding candi dan stupa, corat – coret, membuang sampah
disela – sela batu candi (misalnya bungkus permen). Vandalisme biasanya
dilakukan oleh pengunjung wisatawan nusantara, yang memiliki kesadaran
rendah akan kelestarian budaya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mencegah vandalisme misalnya menghimbau dengan menggunakan
speaker, dan adanya papan larangan tetapi usaha yang dilakukan belum
memperoleh hasil yang maksimal.
Pada tahun 2009, pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO ke-33 di
Sevilla, Spanyol mengeluarkan berbagai rekomendasi bagi pengelolaan situs
Warisan Dunia, dan salah satu situs yang disebut didalamnya adalah Candi
Borobudur. Dari berbagai rekomendasi mengenai pengelolaan Candi
Borobudur, salah satu rekomendasi menyebutkan bahwa Komite Warisan
Dunia meminta kepada pihak-pihak terkait pengelolaan Candi Borobudur
untuk menyusun rencana manajemen (management plan), pengaturan
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 4
pengunjung (visitor management), dan pemberdayaan masyarakat
(community development) (WHC; 2009). Ketiga hal tersebut merupakan hal-
hal yang wajib dimiliki dan diimplementasikan oleh pihak pengelola situs
Warisan Dunia seperti yang telah digariskan dalam Operational Guidelines for
the Implementation of World Heritage Convention (Prosedur Operasional
untuk Implementasi Konvensi Warisan Dunia). Akan tetapi, menurut Komite
Warisan Dunia, Candi Borobudur sampai sekarang masih belum memiliki
ketiga hal tersebut. Khusus bagi visitor management, hal ini nantinya dapat
berguna dalam mengatur pengunjung yang datang ke Candi Borobudur
sehingga mampu meminimalkan dampak negatif pemanfaatan Candi
Borobudur sebagai obyek wisata.
Dalam buku panduan World Heritage Manuals No. 1, Managing Tourism
at World Heritage Site: A Practical Manual for World Heritage Site Managers
oleh Arthur Pedersen, dikatakan bahwa untuk keperluan pengaturan,
keberadaan klasifikasi dan analisis mengenai pengunjung menurut preferensi
dan perilaku mereka akan sangat berguna. Dari analisis perilaku pengunjung
inilah kemudian hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam menyusun
visitor management. Atas dasar tersebut, maka Balai Konsevasi Peninggalan
Borobudur sebagai salah satu pihak pengelola Candi Borobudur sebagai
Warisan Budaya Dunia yang mempunyai kewenangan dalam melakukan
penelitian, khususnya di kwasan Candi Borobudur, perlu melaksanakan
kajian mengenai ”Perilaku Pengunjung di Zona 1 Candi Borobudur.”
C. Rumusan Permasalahan Bertolak dari uraian di atas, maka muncul rumusan permasalahan yaitu :
1. Bagaimana perilaku pengunjung di zona 1 Candi Borobudur?
2. Bagaimana tingkat apresiasi pengunjung terhadap Candi Borobudur yang
telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO?
3. Bagaimana bentuk visitor management yang dapat diterapkan
berdasarkan pada profil perilaku pengunjung Candi Borobudur?
D. Tujuan Kajian ini ditujukan untuk :
1. Mengetahui perilaku pengunjung di zona 1 Candi Borobudur dan motivasi
pengunjung atas berbagai tindakan mereka.
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 5
2. Mengetahui tingkat apresiasi pengunjung terhadap Candi Borobudur yang
telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.
3. Memberi berbagai masukan yang dapat digunakan dalam visitor
management Candi Borobudur.
E. Manfaat Manfaat dari kajian ini adalah :
1. Bagi peneliti, kajian ini bermanfaat untuk mengetahui perilaku pengunjung
khususnya di zona 1 candi Borobudur.
2. Bagi pemerintah, kajian ini bermanfaat sebagi landasan dalam
pengambilan kebijakan dalam pelestarian dan pemanfaatan Candi
Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia yang perlu dijaga
kelestariannya sehingga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang
khususnya mengenai visitor management.
3. Bagi masyarakat, kajian ini bermanfaat sebagai refleksi bagi diri mereka
sendiri, apakah perilaku yang mereka lakukan berdampak negatif atau
positif terhadap kelangsungan keberadaan Candi Borobudur.
F. Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian ” Perilaku Pengunjung di Zona 1 Candi Borobudur” akan
dilaksanakan terhadap pengunjung baik wisatawan nusantara maupun
wisatawan mancanegara yang berada di Zona 1 Candi Borobudur.
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Menurut J.B. Watson, arti perilaku mencakup perilaku yang kasatmata
seperti makan, menangis, memasak,melihat, bekerja, dan perilaku yang tidak
kasatmata, seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada saat
seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak (Laurens, 2005). Adapun ciri-
ciri perilaku adalah sebagai berikut:
1. Perilaku itu sendiri kasatmata, tetapi penyebab terjadinya perilaku
secara langsung mungkin tidak dapat diamati.
2. Perilaku mengenal berbagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan
stereotip, seperti perilaku binatang bersel satu; perilaku kompleks
seperti perilaku sosial manusia; perilaku sederhana, seperti refleks,
tetapi ada juga yang melibatkan proses mental biologis yang lebih
tinggi.
3. Perilaku bervariasi menurut klasifikasi: kognitif, afektif, dan
psikomotorik, yang menunjuk pada sifat rasional, emosional, dan
gerakan fisik dalam berperilaku.
B. Kajian Pustaka Drs. Muhammad Taufik menulis sebuah tesis yang berjudul “
Minimalisasi Dampak Negatif Pemanfaatan candi Borobudur sebagai Obyek
Wisata” pada tahun 2005. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar dampak negatif yang ditimbulkan pengunjung dan untuk
mencari bentuk – bentuk pemecahan yang arif agar kepentingan pemanfaatan
dan pelestarian candi Borobudur dapat terus berlangsung. Selain itu penelitian
ini juga ditujukan untuk mencari metode preservasi yang tepat agar tidak
menimbulkan dampak negatif pada obyek yang dipreservasi sehingga model
yang didapat dapat menjadi model bagi penanganan konservasi pada obyek
wisata budaya lainnya yang melibatkan wisatawan yang ada di dalamnya.
Kesimpulan yang didapat setelah penelitian dilakukan adalah bahwa
wisatawan merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas kerusakan
yang terjadi di candi Borobudur. Mereka yang melakukan vandalisme. Taman
Wisata sendiri yang berfungsi mencegah pengunjung masuk bersama–sama
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 7
ke candi tidak melakukan perannya dengan baik, sehingga para pengunjung
dengan leluasa melakukan berbagai macam bentuk vandalisme yang
mengakibatkan terancamnya kelestarian candi. Dari kesimpulan ini, kemudian
muncul saran untuk dibuatnya Peraturan Daerah mengenai perilaku
wisatawan di atas candi sehingga ketika mereka melakukan berbagai hal yang
merusak, sanksi yang tegas dapat diterapkan. Selain itu, diperlukan juga
peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga pengamanan candi Borobudur
dalam melakukan penanganan kapada pengunjung sehingga tidak melakukan
hal-hal yang dapat menganggu kelestarian candi. Dalam hal ini, fungsi taman
wisata dalam penyebaran pengunjung harus dijalankan secara penuh dengan
membangun berbagai atraksi lainnya yang menarik dan memasang berbagai
peringatan tentang hal – hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di atas
candi.
Drs. Muhammad Taufik, dkk menulis sebuah kajian dengan judul
”Evaluasi Fasilitas Pendukung Wisata di Jalur Pengunjung Kompleks Candi
Borobudur” pada tahun 2005. Wisatawan yang mengunjungi candi Borobudur
setiap hari bila dihitung perjam jumlahnya tidak selalu sama, berubah-ubah
setiap jamnya, suatu saat akan mencapai titik optimum dan kemudian
berangsur angsur turun dan sepi. Lamanya jumlah pengunjung mencapai titik
optimum bisa berlangsung lama atau sesaat tergantung dari jenis dan tujuan
wisatawan mengunjungi kompleks Candi Borobudur. Wisatawan yang
berkun jung ke Cand i Borobudur te rd i r i a tas w isa tawan as ing
dan wisatawan nusantara . Wisatawan mancanegara terutama yang
berasal dari kawasan Eropa, Amerika dan Australia yang datang berkunjung
ke Candi Borobudur didampingi oleh pemandu dan biasanya mereka ini tidak
langsung naik ke puncak candi (tingkat arupadhatu) melainkan berkeliling
mengamati panel-panel relief yang dipahatkan pada dinding dan pagar
langkan Candi Borobudur sambil mendengarkan penjelasan dari pemandu
wisata. Setelah puas dengan penjelasan dari pemandu wisata mereka
biasanya minta ditinggalkan oleh pemandu kemudian naik ke tingkat
arupadhatu untuk menikmati sendiri keindahan Candi Borobudur, setelah
puas menikmati keindahan panorama di sekitar candi, kemudian mereka turun
dan melanjutkan perjalannya ke objek yang lain. Biasanya waktu yang mereka
habiskan di Candi Borobudur berkisar antara 60 – 90 menit.
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 8
Wisatawan mancanegara yang berasal dari daratan Asia seperti
Jepang, Hongkong, dan Taiwan yang berkunjung ke Candi Borobudur tidak
hanya untuk berekreasi, tetapi juga menyempatkan diri untuk beribadah.
Sebelum mereka menikmati keindahan candi, para wisatawan ini beribadah
terlebih dahulu dengan melakukan paradaksina mengelilingi candi searah
jarum jam atau mereka langsung naik ke tingkat arupadhatu sambil
mengelilingi s tupa induk sebanyak sepuluh ka l i . Waktu yang mereka
habiskan di candi berkisar antara 50 – 70 menit kemudian mereka kembali
melanjutkan perjalanan ke objek lain.
Perilaku tersebut di atas berbeda dengan wisatawan lokal
(nusantara), para wisatawan i tu umumnya hanya berekreasi untuk
mengisi waktu libur. Wisatawan lokal begitu sampai ke Candi Borobudur
mereka langsung naik ke tingkat arupadhatu sambil berusaha berfoto, berebut
merogoh patung yang ada di dalam stupa teras I no. 32 (Kunta Bima), dan
kadang-kadang berusaha memanjat stupa-stupa teras, pagar langkan untuk
difoto. Pengamatan terhadap wisatawan lokal ini penulis lakukan selama
masa-masa liburan seperti masa liburan anak sekolah dan pada hari-hari libur
nasional selama satu tahun. Biasanya waktu yang digunakan oleh wisatawan
lokal di Candi Borobudur berkisar antara 40 – 60 menit. Jadi rata-rata waktu
yang digunakan wisatawan di Candi Borobudur adalah 60 menit.
Sutarno dalam tugas akhirnya menulis degan judul “Pemeliharaan
Candi Borobudur sebagai Benda Cagar Budaya untuk Aset Pariwisata”.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya–upaya yang telah
dilakukan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur dalam memelihara Candi
Borobudur. Selain itu, tugas akhir ini juga bertujuan untuk mengetahui fungsi
dari keberadaan taman wisata dalam mendukung pemeliharaan candi
Borobudur. Dari penelitian penulis, maka dapat disimpulkan bahwa Balai
Konservasi Peninggalan Borobudur telah melakukan berbagai upaya
pemeliharaan candi. Taman wisata yang telah ditata lingkungannya berfungsi
utama sebagai peredam agar pengunjung tidak menaiki candi secara
bersama–sama. Saran–saran yang diberikan adalah memberikan penerangan
kepada masyarakat tentang arti pentingnya benda cagar budaya pada
umumnya dan Candi Borobudur pada khususnya agar lebih mengerti dan
memahami sehingga dapat timbul perasaan turut memiliki, memelihara, dan
melestarikannya.
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 9
BAB III METODOLOGI
A. Metodologi
Metode merupakan salah satu kerja yang ditempuh untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Untuk memecahkan
permasalahan di atas, maka dalam studi ini digunakan metode deduktif, yaitu
penalaran yang dimulai dari kajian fakta yang bersifat umum untuk kemudian
disimpulkan sebagai gejala yang bersifat khusus. Penelitian dimulai dengan
pengumpulan data dan pengelompokan data yang relevan dengan penelitian,
kemudian data tersebut dianalisis, dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan yang
bersifat khusus. Adapun langkah-langkah yang diambil dalam studi ini, yaitu:
1. Pengumpulan Data
a. Data primer
Pengumpulan data atau informasi dengan cara pengamatan langsung
kondisi di lapangan mengenai pola kunjung wisatawan di zona I dan
interview langsung di lapangan kepada para pengunjung untuk
mengetahui motivasi mereka. Ada dua teknik pengambilan sampel
responden, yaitu random sampling dan non random sampling. Untuk
penelitian ini, pemilihan pengunjung menggunakan teknik random
sampling, dimana setiap pengunjung mempunyai kesempatan yang
sama untuk bisa terpilih sebagai responden. Cara ini dipilih untuk
memperkecil adanya pemilihan dari peneliti terhadap responden yang
akan dipilih. Bila hal ini terjadi, maka dikhawatirkan penelitian ini akan
menjadi bias. Dengan mengambil sampel secara responden secara
acak, maka kemungkinan bias dapat dikurangi hingga sekecil mungkin.
Beberapa keuntungan dari teknik random sampling antara lain adalah
derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan dan beda
penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel dapat
diperkirakan.
Dari berbagai jenis teknik random sampling, teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Teknik ini dipilih
karena penelitian ini menjelaskan sesuatu yang deskriptif dan bersifat
umum, sehingga perbedaan karakter yang mungkin ada dalam sampel
ataupun populasi tidak dianggap penting bagi analisis yang dilakukan.
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 10
b. Data sekunder
Studi pustaka, pengumpulan data atau hal-hal yang berkaitan dengan
menggunakan sumber-sumber referensi dari berbagai literatur atau
bahan pustaka lainnya.
2. Pengolahan Data
Data-data yang telah terkumpul di lapangan akan dianalisis, kemudian
disintesiskan untuk kemudian ditarik kesimpulan.
B. Hasil Data dan Analisis
Sampel yang dipilih sebanyak 100 orang terdiri dari wisatawan
nusantara maupun wisatawan mancanegara. Secara lebih detail, sampel
dikelompokkan menjadi wisatawan perorangan (1 orang atau berpasangan)
dan kelompok (lebih dari 2 orang), serta wisatawan yang tidak menggunakan
jasa guide dan yang menggunakan jasa guide. Data diambil setiap 5 menit
sekali, dengan mencatat berbagai perilaku yang dilakukan oleh responden.
Pengambilan lokasi pengamatan mulai dari loket masuk tiket sampai sampel
pengunjung menuju pintu keluar Candi Borobudur. Adapun untuk mengetahui
motivasi pengunjung terhadap berbagai tindakan yang mereka lakukan di
Zona 1 Candi Borobudur, baik itu yang bersifat positif maupun negatif,
dilakukan interview tidak mendalam dan sambil lalu dengan sampel yang
dipilih. Setelah data diperoleh maka dilakukan analisis yang kemudian akan
ditarik kesimpulan.
Kajian Perilaku Pengunjung Zona I Candi Borobudur | 11
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Perilaku Pengunjung 1. Data Pengamatan
Data pengamatan diambil dari pengamatan langsung di lapangan dengan
mengambil sampel sebanyak 112 responden. Sampel yang diambil dibagi dalam 3
kategori yaitu peak season, weekend dan hari biasa. Klasifikasi sampel dibedakan
antara wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, kunjungan kelompok,
maupun individu dan penggunaan jasa guide maupun tanpa guide.
Dari hasil pengamatan terhadap pengunjung telihat bahwa pengunjung melakukan
bermacam – macam perilaku dimana perilaku tersebut dapat bersifat positif maupun
negatif. Perilaku positif adalah perilaku yang tidak mempunyai dampak buruk terhadap
kelestarian candi, sedangkan perilaku negatif adalah perilaku yang memberikan
dampak buruk dan dikhawatirkan akan mengancam kelestarian Candi Borobudur.
Yang termasuk perilaku positif antara lain lihat relief, foto relief, foto diri, duduk
dibangku, membuang sampah di tempatnya, minum, membaca papan informasi dan
mendengarkan guide. Sedangkan perilaku negatif meliputi duduk di dinding, duduk di
stupa, memanjat dinding, memanjat stupa, merokok, makan, buang air sembarangan,
dan buang sampah sembarangan.
Pada waktu kunjungan kelompok maupun individu di masa peak season terlihat
bahwa pengunjung sebagian besar berperilaku negatif dikarenakan banyaknya
pengunjung di atas candi seperti terlihat pada tabel 1.1. Akan tetapi perilaku negatif ini
dapat diminimalisir apabila pengunjung menggunakan jasa guide. Guide berperan tidak
hanya sebagai pemandu tetapi juga pengontrol perilaku pengunjung. Dari
perbandingan tabel 1.1. dan tabel 1.2 maka dapat diketahui bahwa wisatawan
mancanegara lebih berperilaku positif dibanding wisatawan nusantara.
Tabel 1.1. Perilaku pengunjung wisatawan nusantara pada masa peak season
NUSANTARA (17 sampel) KELOMPOK (10) INDIVIDU (7) AKTIVITAS GUIDE