KEMAMPUAN MENULIS PUISI BARU DALAM BAHASA MAKASSAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA SKRIPSI AULIA SRI SANDI 1355042001 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2017
KEMAMPUAN MENULIS PUISI BARU DALAM BAHASA MAKASSAR
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BONTONOMPO SELATAN
KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
AULIA SRI SANDI
1355042001
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
i
KEMAMPUAN MENULIS PUISI BARU DALAM BAHASA MAKASSAR
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BONTONOMPO SELATAN
KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Makassar
AULIA SRI SANDI
1355042001
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aulia Sri Sandi
NIM : 1355042001
Tempat, tanggal lahir : Gowa, 1 Mei 1996
Alamat : Desa Tindang Kecamatan Bontonompo Selatan
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah
Fakultas : Bahasa dan Sastra
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri,
bukan karya orang lain ataupun plagiat. Jika di kemudian hari terbukti bahwa
skripsi ini bukan hasil karya sendiri, maka saya bersedia dituntut di pengadilan
dan bersedia menanggung resiko yang akan ditimbulkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesadar-sadarnya sebagai
tanggung jawab akademis untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Makassar, 3 November 2017
Yang membuat pernyataan,
Aulia Sri Sandi
NIM 1355042001
v
MOTO
“ Teaki tunda-tundai sakgenna ammuko jama-jamang akkullea
nijama anne alloa.”
etaki tudtudai segn amuko jmjm
akuela nijm aen aloa.
“ Jangan menunda sampai besok pekerjaan yang
bisa dikerjakan pada hari ini. ”
vi
PERSEMBAHAN
kupbtuaGi aen sikirisia meG ri.
meGku siag amku. aiami atu tau
etn amrin ppl doaGG meG ri
krea al tal.
sribt kelku siag bijku. sroa
asera sumG.
Kupabbatuangi anne sikiripsia mange ri :
Manggeku siagang ammakku, iami antu tau tena
ammarina pakpalak doangangak mange ri Karaeng
Allah Taala.
Sarikbattang kalengku siagang bijangku,
sarroa assareak sumangak.
vii
ABSTRAK
Aulia Sri Sandi. 2017. Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Skripsi.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Sastra. Universitas
Negeri Makassar.(dibimbing oleh Prof. Dr. Hj. Johar Amir, M.Hum., dan
Hajrah, S.S., M.Pd.)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis puisi
baru dalam bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa yang berjumlah
154 orang yang tersebar ke dalam 5 kelas. Adapun sampel yang ditetapkan
sebanyak 25 siswa SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Jenis
penarikan sampel yang digunakan adalah Cluster random sampling. Penelitian ini
dilakukan sebanyak dua kali dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII-A
yang berjumlah 25 orang, dilaksanakan pada semester ganjil, tepatnya pada
tanggal 28 Juli dan 26 Agustus 2017 dengan menggunakan teknik penggumpulan
data berupa tes unjuk kerja (menulis puisi), sedangkan teknik analisis data yang
digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dikategorikan
tidak mencapai standar pencapaian yang telah ditentukan yakni sebanyak 75%
dengan kriteria ketuntasan minimal 75. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3
siswa yang mampu memperoleh nilai ≥75. Berdasarkan kriteria penilaian tingkat
kemampuan siswa secara keseluruhan berada pada taraf rendah. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penilaian, siswa yang memperoleh nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yakni 75 hanya berjumlah 3 orang dengan persentase 12% dan
yang memperoleh nilai di bawah 75 berjumlah 22 orang siswa dengan persentase
sebesar 88%.
Kata Kunci: Kemampuan menulis puisi baru.
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alah Swt. yang telah memberikan
rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan
kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam
semoga senantiasa terlimpah tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. kepada
keluarganya, dan para sahabatnya, hingga umatnya hingga akhir zaman, Amin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana pada program studi Pendidkan Bahasa dan Sastra
Daerah Fakultas Bahasa dan Sastra. Judul yang penulis ajukan adalah
“Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”.
Sejak awal hingga akhir dalam proses penulisan skripsi ini, banyak
rintangan dan hambatan yang dihadapi. Namun, berkah kesabaran, ketekunan,
semangat, kerja keras, ketulusan serta do’a dan dukungan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung, akhinya skripsi ini dapat
diselesaikan. Walaupun demikian, disadari masih banyak kekurangan-kekurangan
yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kerendahan hati penulis
ucapankan terima kasih kepada Prof. Dr. Hj. Johar Amir, M.Hum. sebagai
pembimbing I dan Hajrah, S.S., M.Pd. sebagai pembimbing II yang dengan penuh
keikhlasan dan ketelitian membimbing dan mengarahkan penulis dari penyusunan
proposal sampai pada penulisan dan penyelesaian skripsi ini. Mohon maaf jika
selama ini terkadang dalam penyusunan skripsi ini tidak sesuai dengan apa yang
ix
diharapkan. Terlepas dari itu semua, hanya kepada Allah jugalah hamba berserah
diri, semoga kebaikan dan kasih sayang dalam menuntun untuk menyelesaikan
skripsi ini, akan terbalas di dunia maupun di akhirat kelak. Terima kasih juga
penulis utarakan kepada kedua penguji yaitu Dr. Usman,S.Pd,.M.Pd. sebagai
penguji I dan Dr. Juanda, M.Hum. sebagai penguji II yang telah memberikan
saran dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia Dr. Muhammad Saleh, S.Pd.,M.Pd; Sekretaris Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia Dr. Syamsudduha, M.Hum; sebagai Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah Dr. Hj. Kembong Daeng, M.Hum; serta
dosen dan staf Fakultas dan Jurusan yang dengan ikhlas mengajar, mendidik, dan
membantu selama menempuh pendidika dan telah membekali penulis dengan
serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada rektor Universitas Negeri Makassar
Prof. Dr. H. Husain Syam, M.TP; Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra
Dr. H. Syarifudin Dollah, M.Pd. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan
kepada Kepala SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan, Abd. Hafid S.Pd. yang telah
menerima dan bekerjasama dengan baik selama peneliti melakukan penelitian di
sekolah tersebut. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada guru Bahasa
Daerah SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan, Asmawati, S.Pd., yang telah
memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.
x
Segenap cinta dan hormat penulis ucapkan kepada kedua orang tua,
Almahrum Ayahanda HM. Jufri. Situju dan Ibunda Hj. St. Aisyah, atas ketulusan
doa, curahan kasih sayang, dukungan, semangat, yang tak mungkin terbalaskan
dengan apapun. Kepada saudara penulis: Ayu Wahyuningsih, S.Pd,
Aank Hendriawan, S.IP, Rahmawana, S.Kep, Ns , Anggi Angraeni dan
Alif Alfian segenap keluarga yang tak pernah berhenti memberikan bantuan baik
itu moril, material, dia, semangat, dan yang selama ini menjadi tempat berbagi
dalam suka maupun duka.
Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabatku PBSD UNM 2013 atas
doa, dukungan, semangat, dan setia mendampingi penulis baik suka maupun duka.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh rekan
mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah atas segala kebersamaan,
motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis. Kepada semua pihak yang telah
membantu dan tidak sempat disebutkan namanya, penulis mengucapkan terima
kasih atas segala bantuan, dukungan, dan kerja samanya.
Akhirnya, penulis kembalikan segalanya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
segala sesuatu yang terjadi atas kehendak-Nya, senantiasa memberi rahmat-Nya
dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis dan orang-orang yang
memiliki kepentingan di bidang yang sama.
Makassar, 3 November 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. iv
MOTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 7
B. Kerangka Pikir........................................................................ 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desaian Penelitian .......................................... 29
B. Definisi Operasional Variabel ................................................ 29
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 30
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 31
E. Teknik Analisis Data ............................................................. 31
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Hasil Penelitian ...................................................... 36
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 83
B. Saran ...................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 85
LAMPIRAN............................................................................................... 87
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
No Halaman
3.1 Keadaan Populasi ........................................................... ................................. 28
3.2 Rincian Aspek Struktur Batin yang Dinilai Beserta Bobotnya Masing-masing29
3.3 Rincian Aspek Struktur Fisik yang Dinilai Beserta Bobotnya
Masing-masing ....................................................................... ........................ .31
3.4 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Siswa Sampel ............ ................................. 34
4.1 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Tema ............................. ................................. 36
4.2 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru
dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Tema ................. ................................. 38
4.3 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi Baru
dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Tema ............................. 39
4.4 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Tema ........................................................... ................................. 40
4.5 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Perasaan (feeling) ...................................... ................................. 40
4.6 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru
dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa Pada Perasaan (feeling)........................................... 42
4.7 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi Baru
dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Perasaan (feeling) .................... 43
4.8 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Perasaan (feeling) ................................................. ................................. 44
4.9 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Nada dan Suasana ...................................... ................................. 44
4.10 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Nada dan Suasana ....... 45
4.11 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Nada dan Suasana ....... 47
4.12 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Nada dan Suasana .................................... ................................. 47
4.13 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Amanat ...................... ................................. 48
xiv
4.14 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Amanat....................... 50
4.15 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Amanat....................... 50
4.16 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Amanat ..................................................... ................................. 51
4.17 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Diksi .......................... ................................. 52
4.18 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Diksi............................ 54
4.19 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Diksi........................... 54
4.20 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Diksi ......................................................... ................................. 55
4.21 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Pengimajian ............... ................................. 56
4.22 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Pengimajian. .............. 58
4.23 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Pengimajian ............... 58
4.24 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Pengimajian .................................. ................................. 59
4.25 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Kata Konkret ............. ................................. 60
4.26 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Kata Konkret............. .61
4.27 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Kata Konkret.............. .62
4.28 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Kata Konkret ............................................. ................................. 63
4.29 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
xv
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Bahasa Figuratif ......... ................................. 64
4.30 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Bahasa Figuratif ......... 65
4.31 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Bahasa Figuratif .......... 66
4.32 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Bahasa Figuratif ....................................... ................................. 67
4.33 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Rima/ Ritme ............... ................................. 68
4.34 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Rima/ Ritme ............... .69
4.35 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Rima/ Ritme .............. .70
4.36 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Rima/ Ritme .................................. ................................. 71
4.37 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Tipografi .................... ................................. 72
4.38 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Tipografi .................... 73
4.39 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Tipografi .................... .74
4.40 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Tipografi ................................................... ................................. 75
4.41 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa............................................................................................75
4.42 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa ....................... ................................. 77
4.43 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa ....................... ................................. 78
4.44 Klasifikasi Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa ...... 80
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1 Instrumen Penelitian ............................................................................ 88
2 Hasil Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pertama ........................................ 89
3 Hasil Pemeriksaan oleh Pemeriksa Kedua ........................................... 91
4 Hasil Pemeriksaan .................................................................................. 93
5 Gambar Dokumentasi Penelitian ............................................................ 94
6 Lembar Hasil Pekerjaan Siswa ............................................................... 99
7 Absen Siswa ........................................................................................... 100
8 Persuratan ............................................................................................... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Makassar merupakan bahasa daerah yang berasal dari Provinsi
Sulawesi Selatan yang digunakan untuk berkomunikasi sesama penutur bahasa
Makassar. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (KTSP),
pembelajaran bahasa daerah masih berada dalam naungan mata pelajaran muatan
lokal. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang tidak berpusat, sebagai upaya agar
penyelenggaraan pendidikan masing-masing daerah lebih meningkatkan
relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pada pengajaran
sastra siswa dilatih untuk mampu menguasai empat keterampilan. Keempat
keterampilan tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada
aspek mendengarkan, siswa diharapkan mampu memahami dan mengapresiasi
ragam karya sastra. Pada aspek berbicara, siswa diharapkan mampu membahas
dan mendiskusikan ragam karya sastra. Pada aspek membaca, siswa diharapkan
mampu membaca dan memahami berbagai jenis dan ragam karya sastra. Pada
aspek menulis, siswa diharapkan mampu mengapresiasi karya sastra dan
bereskpresi sastra.
Keempat keterampilan tersebut, keterampilan menulislah yang merupakan
keterampilan paling kompleks. Hal tersebut dikarenakan menulis melibatkan
1
2
banyak aspek dalam proses pengerjaannya. Oleh karena itu, menulis merupakan
salah satu kegiatan yang sangat penting dikuasai dalam proses belajar-mengajar.
Pembelajaran sastra bertujuan mengarahkan siswa pada kemampuan
mengapresiasikan puisi, prosa, fiksi dan drama. Apresiasi yang dimaksud adalah
kegiatan mengapresiasi karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh
pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan yang baik
terhadap karya sastra.
Sastra daerah merupakan cerminan serta hasil perenungan dari realitas
kehidupan masyarakat penduduknya. Sastra daerah merupakan warisan budaya
masa lalu yang sarat dengan nilai-nilai budaya serta memiliki beberapa fungsi
yaitu mereka menilai budaya daerah,mengekspresikan pengalaman kemanusiaan
dan menumbuhkan solidaritas. Suku Makassar adalah salah satu suku bangsa yang
kaya akan kesusastraan, baik karya sastra yang tertulis maupun karya sastra lisan.
Menurut Basang, (1997:14) kesusastraan Makassar terbagi menjadi tiga, yaitu
puisi, prosa, dan bahasa berirama. Puisi Makassar mencakup doangang, paruntuk
kana, kelong, pakkiok bunting, dondo, aru, dan rapang. Prosa mencakup rupama,
pau-pau, dan patturioloang. Sedangkan bahasa berirama mencakup sinrilik dan
royong. Dari ketiga jenis sastra Makassar tersebut di atas, maka penulis akan
membahas jenis puisi baru dalam bahasa Makassar.
Menurut Sadikin (2010: 25) puisi baru disebut juga puisi modern. Bentuk
puisi baru lebih bebas dari pada puisi lama. Kalau puisi lama sangat terikat pada
aturan-aturan yang ketat, puisi baru lebih bebas.
3
Tarigan (1986: 21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehinggah orang lain dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu. Bukanlah hal yang
mudah untuk menhasilkan sebuah karya dalam menulis yang berkualitas, akan
tetapi dibutuhkan suatu proses yang kreatif dan imajinatif untuk menghasilkan
suatu tulisan yang baik. Keterampilan menulis tidak diperoleh secara alamiah
tetapi diperlukan latihan yang terus-menerus dan penguasaan konsep-konsep
tertentu. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus mendapat perhatian yang
lebih untuk mampu membuat tulisan yang mudah dipahami, mampu
mempengaruhi, mengajak, memberikan informasi dengan jelas, serta berbagai
manfaat lainnya.
Pembelajaran menulis puisi dalam bahasa Makasssar di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) harus meningkatkan dan diarahkan untuk menggali keterampilan
menulis puisi siswa. Pembelajaran menulis puisi dalam bahasa Makassar dapat
membantu siswa untuk mengapresiasikan perasaan, gagasan, dan
pengalamannya. Dengan melatih menulis puisi baru dalam bahasa Makassar,
siswa akan terdorong untuk belajar bermain dengan kata-kata, menafsirkan
dunianya dengan suatu cara baru yang khas dan menyadari bahwa imajinasinya
dapat menjadi konkret bila siswa dapat memilih kata-kata dengan cermat untuk
ditulis dalam puisi.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan diketahui bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran
4
puisi khususnya menulis puisi baru dalam bahasa Makassar masih sangat minim.
Hal ini disebabkan siswa kesulitan dalam menemukan ide, menentukan kata-kata
yang tepat dan mengembangkan ide. Kesulitan ini timbul karena kurangnya
penguasaan kosakata serta siswa tidak terbiasa mengemukakan perasaan,
pemikiran, dan imajinasinya ke dalam puisi.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Suhartini (2005), dengan judul
“Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas III Bahasa SMA Negeri 1 Bajeng”.Hasil
penelitian suhartini menyatakan bahwa kemampuan siswa kelas 3 bahasa SMAN
1 Bajeng dalam menulis puisi belum memadai.
Selain itu, peneliti juga membaca beberapa hasil penelitian yang relevan
dengan kajian penelitian ini. Bahan yang dibaca antara lain, putri (2012), dengan
judul “ Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Menggunakan Media
Audiovisual Siswa Kelas VIII.C SMP Negeri 1 Sinjai Borong Kabupaten Sinjai ”.
Hasil penelitian putri menunjukkan adanya peningkatkan dalam pembelajaran
menulis puisi dengan menggunakan media audiovisual. Penelitian yang dilakukan
putri berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti sendiri. Putri melakukan
penelitian tindakan kelas, sedangkan peneliti melakukan penelitian statistik
deskriptif.
Fenomena tersebut memotivasi penulis mengkaji kemampuan siswa dalam
menulis puisi dengan judul “ Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa”. Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan menulis, khususnya menulis
puisi perlu diteliti. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh
5
kemampuan siswa dalam menulis puisi. Dapat dinyatakan bahwa penelitian ini
merupakan penelitian pemula yang berusaha mengkaji kondisi pembelajaran
menulis puisibaru dalam bahasa Makassar di lingkungan pendidikan sekolah
menengah pertama. Melalui penelitian ini, dapat mengungkap hasil pembelajaran
bahasa Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Kemampuan
Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan Kemampuan menulis puisi baru
dalam bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat penelitian ini, yaitu teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teorietis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih rinci
dan mendalam mengenai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa
Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat yang diharapkan, yaitu:
6
a. Bagi siswa, diharapkan hasil penelitian dapat mengembangkan
kemampuan berpikir, keterampilan pemecahan masalah serta dapat
memberikan motivasi belajar dan minat tulis siswa sehingga berpengaruh
pada meningkatnya keterampilan siswa dalam menulis.
b. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat bagi guru bahasa
dan sastra daerah dalam menguasai materi pembelajaran. Dengan
demikian, penyajian pembelajaran menulis puisi baru dalam bahasa
Makassar lebih menarik dan interaktif sehingga siswa menerima pelajaran
dengan mudah.
c. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran
dalam menerapkan kebijakan mengenai kemampuan menulis puisi baru
dalam bahasa Makassar sehingga dapat diterapkan oleh guru yang lain.
d. Bagi peneliti, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan ilmu
pengetahuan dan gambaran mengenai kemampuan menulis puisi baru
dalam bahasa Makassar untuk penelitian selanjutnya yang digunakan
sebagai bahan referensi.
e. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan
baru mengenai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar
dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan menulis
puisi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang dikemukakan dalam penelitian ini pada dasarnya
dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan
dengan masalah yang diteliti, kerangka teori yang dianggap relevan dengan
penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
1. Pembelajaran Sastra Makassar
a. Sastra Daerah
Sastra daerah, begitu kata itu dipadukan tampak jelas sebuah susunan kata
yang antik dan bernilai seni. Ketika mendengar sastra daerah, setiap orang akan
berfikir bahwa sastra daerah merupakan jenis sastra yang ditulis dalam bahasa
daerah, hal itu tidaklah salah. Ini sejalan dengan pendapat Zaidan, dkk yang
mengatakan bahwa sastra daerah adalah gendre sastra yang ditulis dalam bahasa
daerah bertema universal (dalam Didipu, 2010: 1).Sastra daerah memiliki
kedudukan yang sangat penting ditengah masyarakat.Mengapa demikian?Hal ini,
dikarenakan sastra daerah dapat menjadi wahana pembelajaran kita untuk
memahami masyarakat dan budayanya. Disini sangat jelas terlihat bahwa sastra
tidak akan pernah bisa dilepaskan dari konteks kebudayaan. Menurut Tuloli
(dalam Didipu, 2010: 7) sastra daerah mempunyai kedudukan sebagai berikut.
a. Sastra daerah adalah ciptaan masyarakat masa lampau atau mendahului
penciptaan sastra Indonesia moderen.
7
8
b. Sastra daerah dapat dimasukkan dalam salah satu aspek budaya Indonesia
yang perlu digali untuk memperkaya budaya nasional.
c. Sastra daerah melekat pada jiwa, rohani, kepercayaan dan adat istiadat
masyarakat suatu bangsa dan yang mereka pakai untuk menyampaikan nillai-
nilai luhur bagi generasi muda.
d. Sastra daerah mempunyai kedudukan yang strategis dan kerangka
pembangunan sumber daya manusia, yaitu untuk memperkuat kepribadiaan
keindonesiaan yang Bhineka Tunggal Ika.
Sastra daerah lebih umum dikenal dengan sastra lisan.Hal ini dikarenakan
sastra daerah merupakan jenis sastra yang kebanyakan disebarkan dari mulut ke
mulut. Sejalan dengan apa yang dikatakan Endraswara (2008: 151) bahwa sastra
lisan adalah karya yang disebarkan dari mulut kemulut secara turun temurun.
Disamping kedudukan yang telah dijelaskan sebelumnya, sastra daerah juga
memiliki beberapa fungsi. Adapun Hutomo (dalam Didipu, 2010: 8)
mendeskripsikan fungsi sastra lisan (sastra daerah) sebagai berikut.
a. Berfungsi sebagai sistem proyeksi.
b. Berfungsi untuk pengesahan budaya.
c. Berfungsi sebagai alat berlakunya norma-norma sosial dan sebagai alat
pengendali sosial.
d. Berfungsi sebagai alat pendidik anak.
e. Berfungsi sebagai alat untuk memberikan suatu jalan yang dibenarkan oleh
masyarakat.
9
f. Berfungsi sebagai jalan yang diberikan masyarakat agar ia dapat mencela
orang lain.
g. Berfungsi sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam masyarakat.
Agar mudah diidentifikasi, sastra daerah memiliki beberapa ciri-ciri sebagai
berikut lihat Vansina (dalam Didipu, 2010: 9).
a. Milik bersama seluruh masyarakat.
b. Diturunkan melalui generasi melalui penuturan.
c. Berfungsi dalam kehidupan, dan kepercayaan masyarakat.
d. Bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk tingkah laku dan hasil kerja.
e. Diciptakan dalam variasi banyak sepanjang masa.
f. Bersifat anonim.
g. Mengandalkan formula, kiasan, simbol, gaya bahasa dan berbagai gejala
kebahasaan lain dalam penampilan atau penceritaannya atau komposisinya.
b. Pembelajaran Bahasa Makassar
Bahasa daerah Makassar merupakan mata pelajaran yang diajarkan di SD dan
SMP. Pelajaran bahasa daerah Makassar masih berada dalam naungan pelajaran
Muatan Lokal meskipun telas diputuskan dalam kongres Bahasa- Bahasa Daerah
di Sulawesi Selatan tahun 2012 bahwa bahasa daerah dijadikan sebagai mata
pelajaran muatan lokal wajib dan diajarkan pada semua jenjang pendidikan.
Pelajaran Bahasa Daerah Makassar mencakup empat aspek keterampilan
berbahasa, yaitu: (1) menyimak, (2) berbicara, (3) menulis, (4) membaca. Selain
10
aspek keterampilan berbahasa, pembelajaran bahasa daerah Makassar memuat tiga
ranah, yaitu: (1) kognitif, (2) afektif, (3) psikomotor.
Pembelajaran bahasa daerah Makassar di jenjang SD diajarkan mulai dari
kelas I sampai dengan kelas VI, dan satu kali pertemuan dalam satu minggu
dengan bobot 2 jam pembelajaran. Pada tingkat SMP, bahasa daerah Makassar
diajarkan mulai dari kelas VII sampai kelas IX dan satu kali pertemuan satu
minggu dengan bobot 2 jam pembelajaran ( Daeng dan Syamsuddin, 2014: 7).
c. Karya Sastra Makassar
Sastra adalah kata pinjaman dari literatur Sansekerta, yang which berarti teks
yang mengandung instruksi atau pedoman, dari arti kata śās- instruksi dasar atau
mengajar. Dalam kata Indonesia digunakan untuk merujuk pada sastra atau
semacam tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Selain itu dalam arti
kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan. Sastra
tidak harus dilakukan dengan tulisan, namun bisa juga menggunakan bahasa atau
secara lisan, dan bahasa yang digunakan sebagai wahana untuk mengungkapkan
pikiran atau ide tertentu, demikian pula halnya dengan karya sastra Makassar.
Sastra merupakan bagian dari karya seni yang keduanya merupakan unsur
integral dari kebudayaan dan usianya sudah sangat tua. Kehidupan kedua unsur
tersebut hampir bersamaan dengan kehadiran manusia di muka karena ia
diciptakan dan dinikmati oleh manusia.
Karya sastra merupakan cermin masyarakat sebab ia lahir dalam kenyataan
hidup masyarakat. Karya sastra tidak hanya menggambarkan realitas objektif,
11
tetapi juga mengungkapkan hal-hal yang lebih agung dan luhur. Sastra
mengungkapkan nilai-nilai kebudayaan yang hidup dalam lingkungan masyarakat
tertentu.
Sebelumnya, orang menyebutkan karya sastra dengan istilah kesastraan.
Akan tetapi dalam perkembangannya, kata kesastraan makin lama makin jarang
digunakan. Orang lebih cenderung menyebutkan hal-hal yang berhubungan
dengan dunia kesastraan dengan kata sastra saja (Rani, 1999:21).
Teeuw (dalam Zulfahnur, 1996:7) mengatakan bahwa sastra berasal dari
kata sas dan tra. Sas dalam bahasa indonesia mempunyai pengertian mengajar,
mengarahkan, memberi petunjuk; dan tra berarti “sarana, alat”. Jadi, sastra dapat
diartikan alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran.
Selanjutnya, Teeuw (dalam Zulfanur, 1996:7) menambahkan bahwa penambahan
awalan su pada kata sastra berarti “baik, indah” sehingga susastra dapat
dibandingkan dengan belles leetres (bahasa prancis), yaitu bernilai estetika atau
belleterie (bahasa Belanda), atau letter kunde (bahasa Belanda) yang bermakna
“sastra indah” terjemahan harfiah dari leterature (bahasa latin) yang berarti “puisi,
sastra”.
2. Puisi
a. Pengertian Puisi
Puisi merupakan salah satu bentuk (genre) karya sastra yang berbeda dengan
bentuk karya sastra lainnya, prosa maupun drama. Perbedaan terletak pada daya
intensifikasi dan konsentrasi yang lebih tinggi di antara ketiganya. Daya
intensifikasi terdapat dapat pilihan katanya yang menimbulkan imajinasi yang
12
berkembang dan konsentrasi terlihat pada kepadatan bahasa yang
dipergunakannya.
Definisi tentang puisi sangat beragam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
penafsiran tentang puisi yang dikemukakan oleh para pakar. Salah satu penyebab
penafsiran yang beragam adalah puisi dipandang sebagai ekspresi subjektif
pengalaman batin pengarangnya. Puisi tercipta dari usaha perenungan,
penghayatan, dan pengalaman batin dari pengarang terhadap berbagai fenomena
yang terjadi dalam lingkungan sekitarnya.
Aminuddin (2004:134) menyatakan, secara etimologi puisi berasal dari
bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poesis ‘pembuatan’. Dalam bahasa inggris
di sebut poem atau poetry. Melalui puisi, pada dasarnya seseorang telah
menciptakan suatu dunia tersendiri yang berisi peran atau gambaran suasana
tertentu baik fisik maupun batiniah. Puisi merupakan pengungkapan pengalaman
seorang penyair melalui kata, pengalaman kata yang diungkapkan mungkin
pengalaman intelektual, emosional, dan imajinasi.
Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, persingkat, dan
diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Kata-kata yang pilih memiliki kekuatan pengucapan. Dalam penulisan, puisi
walaupun singkat dan padat, namun memilki kekuatan. Oleh karena itu, salah satu
usaha penyair adalah memiliki kata-kata yang memiliki persamaan bunyi/rima.
Kata-kata itu mewaliki makna yang lebih luas dan lebih banyak.
Altenbernd (dalam Prodopo, 2002:5) menyebutkan, puisi adalah
pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa
13
berirama (bermetrum). Samuel Taylor Coledidge (dalam Pradopo, 2005:6)
mengemukakan bahwa puisi itu adalah kata-kata terindah dalam susunan
terindah.
Menurut Pradopo (2002:7), puisi itu juga mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan
yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting yang direkam dan
diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu
merupakan rekaman dan interprestasi pengalaman manusia yang penting, diubah
dalam wujud yang paling berkesan.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah bentuk karya
sastra yang merupakan salah satu cara pengungkapkan pikiran seorang penyair
berdasarkan ide imajinasi dan terdiri dari nada, irama, lambang yang bercampur
baur kemudian dituangkan dalam bahasa yang imajinatif dan tersusun dengan
pilihan kata-kata yang indah berdasarkan pengamatan sekelilingnya. Singkatnya
puisi itu adalah karya sastra yang mengungkapkan perasaan seseorang dengan
bahasa imajinatif yang indah.
b. Puisi Baru
1) Pengertian Puisi Baru
Puisi baru adalah jenis puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan yang
umum berlaku untuk jenis puisi lama (Wahyuni, 2014: 51). Menurut Sadikin
(2010: 25) puisi baru disebut juga puisi modern. Bentuk puisi baru lebih bebas
dari pada puisi lama. Kalau puisi lama sangat terikat pada aturan-aturan yang
ketat, puisi baru lebih bebas. Meskipun demikian, hakikat puisi tetap
14
dipertahankan seperti, rima, irama, pilihan kata, dan lain-lain. Puisi baru adalah
puisi yang mulai muncul pada tahun 20-an (Wintala, 2015:126). Puisi baru
merupakan pengembangan dari puisi lama yang tidak terikat oleh aturan-aturan
baku. Berbeda dengan puisi puisi lama yang terikat oleh aturan aturan. Puisi baru
lebih bersifat bebas baik dalam segi suku kata,jumlah barismaupun rima, nama
pengarangpun juga di cantumkan.
2) Ciri-ciri Puisi Baru
Ciri-ciri puisi baru menurut Rizal (2010:75) adalah:
1. Berbentuk rapi dan simetris.
2. Persajakan akhirnya teratur dan rapi.
3. Banyak menggunakan sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain.
4. Kebanyakan puisinya berisi empar seuntai.
5. Baris atasnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
6. Setiap gatranya terdiri dari dua kata (sebagian besar): 4-5 suku kata
3) Perbedaan puisi baru dan puisi lama dalam bahasa Makassar
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra tertua. Puisi berisi perasaan sang
penulis dengan bahasa yang sarat makna dan berirama. Untaian kata yang cantik
dan makna yang dalam dari setiap penggunaan kata itulah yang membuat puisi tak
hilang ditelan zaman. Melirik sejarah perkembangan puisi dunia, secara garis
besar puisi dapat dibagi dua, yaitu puisi baru dan puisi lama dalam bahasa
Makassar. Puisi lama bahasa Makassar adalah puisi yang masih terikat dengan
aturan-aturan yang ketat. Ciri-ciri puisi lama bahasa Makassar adalah kesamaan
15
aturannya yang mengikat tiap puisi. Berdasarkan bentuknya, jenis puisi lama
bahasa Makassar dapat dibedakan menjadi doangang, paruntuk kana, kelong,
pakkiok bunting, dondo, aru, dan rapang. Puisi lama banyak digunakan sebagai
pujian atas Tuhan sebagai rasa syukur atau sarana pemberi nasihat di dalam suatu
masyarakat. Puisi baru bahasa Makassar yaitu kelong karena kelong merupakan
ucapan atau perkataan yang diucapkan dengan intonasi dan nada atau irama
tertentu dengan menggunakan Bahasa Makassar untuk menyampaikan maksud
tertentu. Sejak dahulu orang Makassar telah mengenal tentang bahasa berirama
atau sastra jenis ini. Kelong dapat dibandingkan dengan pantun yaitu masing-
masing terdiri atas empat baris dalam satu bait. Namun demikian terdapat juga
beberapa perbedaan antara lain: (1) Kelong tidak mementingkan sajak; (2) Tidak
menjadi syarat bagi kelong bahwa baris pertama dan kedua merupakan lampiran
seperti pantun; (3) Kesatuan suara terdapat pada tiap-tiap baris, dan terwujud pula
kesatuan sintaksis yaitu kata dan kelompok kata, maka kelong itu tergolaong ke
dalam puisi seperti kata, kelompok kata. Kelong termasuk puisi baru dalam
bahasa Makassar
Perbedaan Puisi Baru dan Puisi Lama. Puisi baru bahasa Makassar,
berdasarkan zamannya, muncul setelah zaman puisi lama. Dibandingkan dengan
puisi lama bahasa Makassar, puisi baru bahasa Makassar lebih bebas dan lincah.
Tak seperti puisi lama bahasa Makassar yang penggunaannya lebih ditujukan
untuk kepentingan agama, budaya, dan masyarakat, puisi baru bahasa Makassar
lebih mementingkan isi atau makna. Puisi dianggap sebagai salah satu seni sastra
16
yang dapat digunakan untuk menuangkan perasaan seseorang ke dalam bahasa
yang indah.
Berdasarkan pengertian puisi baru yang dipaparkan maka dapat disimpulkan
bahawa puisi baru merupakan puisi modern yang tidak terikat seperti puisi lama
sehingga bentuknya lebih baru.
Contoh puisi baru dalam bahasa Makassar.
BUTTA DAENG
Butta daeng butta pakrannuanta
Iamiantu butta pakrasanganta
Katte anak daeng
Paralluki angkatutui ampe ampeta mabajikta
Panggadakkan ri butta mangkasarak
Maeki naki massing massing angkatutui sirikta
Angpakalompoi paccetak ri parangtak tau
I katte tau loloa pakajarreki sirikta
Na sabak sanrapanki bentenna pakrasanganta
I katte tau rungkaya paka lompoi pacceta
Gaukan anu bajika nanu bokoi anu kodia
Mabajik dudui anne panggadakkan niaka ri butta mangkasarak
Malakbirik dudui anjo ampe ampetak tau mangkasaraka
Butta daeng
Karya: aulia sri sandi
17
but dea
but dea but prnuat.
aiamiatu but prsGt.
ket an dea.
prluki aktutuai aep aept mbjikt.
pgdk ri but mksr.
meaki nki msi msi aktutuai sirit.
apklopoai pect ri prt tau.
ai ket tau loloa pkjerki sirit.
nsb srpki ebetn prsGt.
ai ket tau ruky pk lopoai pect.
gauk anu bjik nnu bokoai anu kodia.
mbji duduai aen pGdk niak ri but mksr.
mlbiri duduai ajo aep aept tau mksrk.
bt dea.
c. Ciri-ciri Puisi
Wahyuni (2014: 15-17) mengemukakan bahwa pada dasarnya, puisi memiliki
ciri-ciri yang menurut perkembangan zamannya. Akan tetapi, meskipun memiliki
ciri-ciri yang berbeda, puisi tetap memiliki kesamaan yang dapat dikategorikan
sebagai ciri-ciri umum puisi, yakni sebagai berikut:
18
1). Menggunakan bahasa yang konsentrif dan indah. Kata konsentrif di sini
singkat, padat, dan bermakna. Sementara, kata indah bermakna indah didengar
dan bergaya majas.
2). Menggunakan dua macam bahasa, yakni bahasa denotasi (bahasa yang bersifat
sebenarnya) dan konotasi (bahasa yang bersifat bukan sebenarnya atau yang
berarti kiasan).
3). Memiliki rima yang dapat memberikan efek musikalisasi sehingga mudah
diingat atau dihafal. Rima di sini bermakna persamaan bunyi akhir.
4). Menggunakan diksi (pilihan kata) yang tepat. Diksi di sini ditujukan untuk
memperindah bait puisi, menimbulkan kesan yang kuat, dan menciptakan
kekaguman bagi pembaca yang membaca puisi.
5). Setiap bait dapat menyentuh perasaan atau membangkitkan rasa emosional
dalam bentuk kegembiraan/ kebahagiaan, kepuasan, kesedihan, penyesalan, dan
sebagainya.
d. Unsur –unsur puisi
Secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi kedalam dua macam, yakni
struktur fisik dan struktur batin.
1) Struktur Fisik Puisi
Unsur fisik meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Diksi
Pemilihan kata dalam sejak disebut diksi. Penyair hendak mencurahkan
perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang dialami
batinnya. Selain itu juga ia ingin mengekspresikannya dengan ekspresi yang tepat
19
menjelmankan pengalaman jiwanya tersebut, untuk itu haruslah dipilih kata
setepatnya. Penyair tidak menentukan sekali jadi diksi yang akan digunakan
dalam puisi. Oleh karena itu, seorang penyair menulis puisi menggunakan
pemilihan kata yang cermat dan sistematis untuk menghasilkan diksi yang cocok
dengan suasana. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai memperoleh diksi yang
tepat (Leech dalam Djojosuroto, 2005:16).
b) Pengimajian
Untuk memberi gambaran yang jelas menimbulkan suasana yang khusus,
membuat hidup gambaran dalam pikiran dan pengideraan, untuk menarik
perhatian, untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair
menggunakan gambaran-gambaran angan. Gambaran-gambaran angan, gambaran
pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya
biasa disebut dengan istilah citra atau imaji.
c) Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk
menggambarkan suatu lulusan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk
membankitkan imajinasi pembaca. Disini penyair berusaha mengonkretkan kata-
kata, maksudnya kata-kata itu diupayakan agar dapat menyarankan kepada arti
yang menyeluruh. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret
merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian. Sebagai contoh yang
dikemukakan oleh Waluyo (dalam Jabrohim, 2001:41) tentang bagaimana penyair
melukiskan seorang gadis yang benar-benar pengemis gembel. Penyair
20
menggunakan kata-kata : gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan tersebut lebih
konkret jika dibandingkan dengan gadis peminta-minta.
d) Bahasa figuratif
Penyair menggunakan bahasa yang besusun-susun atau berpigura sehingga
disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah
bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak
biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya
bermakna kias atau makna lambang.
e) Rima dan Irama
Rima adalah bunyi yang berselang/ berulang baik di dalam larik puisi
maupun pada akhir larik-larik puisi.
Irama yakni paduan bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas, baik
berupa alunan keras-lunak, tinggi rendah, panjang-pendek dan kuat-lemah, yang
keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerdekaan, kesan serta nuansa makna
tertentu.
f) Tipografi ( Tata Wajah)
Tata wajah atau tipografi berkaitan erat dengan bentuk khas dari puisi.
Bentuk khas puisi sering kali berperan penting menciptakan makna tambahan
yangmemiliki kesan tertentu.
Peranan tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik
visual juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Selain itu,
tipografi juga berperan dalam menujukkan adanya loncatan gagasan serta
21
memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan oleh
penyairnya ( Aminuddin, 2004:146).
2) Struktur Batin Puisi
Puisi memiliki empat unsur batin, seperti tema, perasaan penyair, nada atau
sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
a) Tema
Tema adalah persoalan yang ingin di ungkap pengarannya. Setiap seseorang
menulis tentu ada yang ingin disampaikannya, yang ingin diungkapkannya. Tentu
ada persoalan yang mendesak jiwanya untuk di ungkap. Menurut Hutagalung
(dalam Sutjarso, 2005:33), kalau ide ini meruncing, mempunyai makna tertentu,
disebut amanat, tetapi kalau penyair tidak mencari makna, hanya mengutarakan
ide, disebut tema.
Bagi penyair, suatu yang terdapat didalam ini dapat saja menjadi tema
puisinya. Tema yang besar selalu memberikan suatu yang berarti bagi hidup
manusia. Tema puisi biasanya mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat
hakiki, seperti: cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedudukan, kesengsaraan
hidup, keadilan dan kebenaran, ketuhanan, kritik sosial, dan protes. Tema yang
diungkapkan penyair dapat berasal dari dirinya sendiri, dapat pula berasal dari
orang lain atau masyarakat. Apa yang dihasilkan melalui karyanya bukanlah
sekedar rentetan fakta, melainkan dengan kekuatan rekanya dapat mencari makna
yang terdapat didalam fakta tadi. Penyair mampu melihat jalinan fakta itu dan
melalui renungannya terhadap jalinan fakta itu di sampaikan kepada pembaca
untuk di hayati.
22
b) Perasaan (Feeling)
Rasa atau feeling merupakan sikap sang penyair terhadap pokok
permasalahan-permasalahan yang dikandung dalam puisinya. Banyak penyair
yang mengemukakan suatu permasalahan dengan rasa yang berbeda-beda
walaupun persoalan yang diangkat itu sama contohnya sikap belas kasihan, acuh
tak acuh, pasrah, penentang dan toleran.
c) Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis, penyair bisa
jadi bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir atau bisa jadi pula iya
bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.
Suasana merupakan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau
akibat psikologis yang ditimbulkan puisi tersebut terhadap pembaca.
d) Amanat
Amanat atau tujuan adalah hal yang dorong penyair untuk menciptakan
puisinya. Tujuan tersebut dapat berupa kepuasan untuk diri sendiri, tujuan
didaktis, tujuan religius, atau kritik terhadap sistem atau individu (dalam
Jabrohim, 2001:65). Amanat dapat dibandingkan dengan kesimpulan tentang nilai
atau kegunaan puisi itu bagi pembaca. Setiap pembaca dapat menafsirkan amanat
sebuah puisi berbeda tergantung dari sikap pembaca itu terhadap tema yang
dikemukakan penyair.
23
3. Menulis
a. Pengertian Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa
dan gambaran grafik tersebut (Tarigan, 1986:21).
Menulis adalah upaya mengekspresikan sesuatu yang dilihat, dialami,
dirasakan, dan dipikirkan dalam bahasa tulisan (Hakim, 2001:9). Pengertian yang
hampir sama diungkapkan Pranoto (2004:9), menulis berarti menuangkan buah
pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain
melalui tulisan.
Menulis juga bisa diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan, seperti yang ditegaskan oleh seorang budayawan
prancis, berthes (dalam Pranoto, 2004:9), yakni untuk mengekspresikan yang
tidak terekspresikan. Pengertian yang seragam dikemukakan Hadiyanto (2001:9-
10), bahwa tulis menulis selalu berhubungan dengan usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh seorang penulis untuk mengungkapkan fakta-fakta perasaan, sikap
dan isi pikirannya secara jelas dan efektif kepada para pembaca.
Sesuai dengan penjelasan diatas, menulis merupakan suatu upaya yang
dilakukan setiap orang untuk mengungkapkan dan mengekspresikan sesuatu yang
dialami, dirasakan dan dipikirkan ke dalam bentuk tulisan.
Menurut Morsex, keterampilaan menulis merupakan suatu ciri dari orang
terpelajar atau bangsa yang terpelajar (Tarigan, 1986:4). Demikian pula
24
kemampuan menulis pada hakekatnya mengalihkan proses mental seseorang
dengan jalan menggantikan berpikir praktis yang terpaut pada situasi dengan
berpikir abstrak dan teoritis.
Halim (dalam Sutjarso, 1997 ) mengemukakan beberapa indikator dalam
keterampilan menulis, yakni:
1) Kemampuan memilih ide yang akan dipaparkan;
2) Kemampuan menata atau mengorganisasikan ide pilihannya secara
sistematis;
3) Kemampuan menggunakan bahasa menurut kaidah-kaidah serta kebiasaan
pemakaian bahasa yang telah umum sifatnya;
4) Kemampuan menggunakan gaya bahasa, yaitu pilihan struktur dan
kosakata untuk memberikan nada atau makna terhadap karangan itu;
5) Kemampuan mengatur mekanisme tulisan, yaitu tata cara penulisan
lambang-lambang bahasa tulisan (ejaan) yang dipaparkan dalam bahasa
tersebut.
Untuk dapat membuat tulisan yang baik, seorang penulis harus mengetahui
kriteria utama tulisan yang baik. Kriteria itu sangat penting diketahui oleh seorang
penulis agar ia dapat menentukan sikap dalam menilai suatu tulisan dalam
menyusunnya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa
menyusun adalah menempatkan secara beraturan. Mengatur secara baik. Jadi
dapat disimpulkan menyusun berarti mengatur atau menata sesuatu secara baik.
Sedangkan kemampuan menyusun adalah kesanggupan seseorang mengatur
sesuatu dengan baik.
25
b. Tujuan Menulis
Setiap tulisan mengandung beberapa tujuan (Tarigang, 1986: 23-24), tujuan
menulis (the writer’s intention) adalah “responsi atau jawaban yang diharapkan
oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca”. Berdasarkan batasan ini maka
dapatlah dikatakan, bahwa:
1) Tulisan yang bertujuan memberitahukan atau mengajar disebut wacana
informasi (informative discourse).
2) Tulisan yang bertujuan meyakinkan atau mendesak disebut wacana
persuasif(persuative discourse).
3) Tulisan yang bertujuan menghibur atau menyenangkan atau yang
mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan
(literary discourse).
4) Tulisan yang bertujuan mengekspresikan perasaan dan emosi di sebut wacana
ekspresif (ekspresive discourse).
Keempat tujuan tersebut bisa muncul sendiri-sendiri dan dapat pula hadir
secara bersamaan, bergantung apa yang ingin disampaikan dalam penulisnya.
Namun, tujuan peneliti yaitu tulisan yang bertujuan menghibur, mengandung
tujuan astetik serta mampu mengekspresikan perasaan dan emosi.
Selanjutnya, Hugo Hartig (dalam Tarigan, 1986: 24) mengemukakan tujuan
menulis sebagai berikut:
26
1) Assigment purpose (tujuan penugasan), tujuan penugasan ini sebenarnya tidak
mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan,
bukan atas kemauan sendiri.
2) Altruistic purpose (tujuan altruistik), bertujuan untuk menyenangkan para
pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para
pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat
para hidup pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya
itu.
3) Persuasive purpose (tujuan persuasif), tulisan yang bertujuan meyakinkan
para pembaca akan kebenaran gagasan yang utarakan.
4) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), tulisan
yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para
pembaca.
5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri), bertujuan memperkenalkan
atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
6) Creative purpose (tujuan kreatif), erat berhubungan dengan tujuan pernyataan
diri. Tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan
melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang
ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai astistik, nilai-
nilai kesenian.
7) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah), dalam tulisan seperti
ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi.
27
Berdasarkan uraian tersebut, tujuan menulis dapat menggali potensi yang
ada dalam diri seseorang dengan cara mengembangkan berbagai gagasan yang
menuntut penalaran yang disusun secara sistematik.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar
adalah menulis puisi. Keterampilan menulis adalah salah satu aspek penting yang
harus dikuasai oleh siswa pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah.
Keterampilan menulis dalam pengajaran sastra merupakan usaha yang tepat untuk
mengekspresikan ide, gagasan, dan isi hati kepada khalayak ramai.
Menulis adalah salah satu wahana untuk mengekspresikan ide, gagasan
maupun isi hati kepada pembaca. Dalam proses penyampaian kepada pembaca
ada beberapa bentuk karya sastra yang menjadi wadahnya yaitu prosa fiksi, puisi,
dan drama. Puisi merupakan karya sastra yang mempunyai ciri dan bentuk yang
khas yang membedakannya dari karya sastra lain. Dalam proses penulisan puisi
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh penulis yaitu struktur fisik dan
struktur batin puisi atau aspek ekstrinsik dan aspek intrinsik puisi.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui kemampuan menulis siswa,
khususnya menulis puisi dengan memberikan tes berupa penguasaan menulis
sebuah puisi dengan tema puisi berkenaan dengan peristiwa yang perna di alami.
Hasil tes inilah yang akan dijadikan data analisis apakah siswa tersebut mampu
atau tidak menulis puisi. Untuk lebih jelasnya berikut skema bagan kerangka
pikir.
28
BAGAN KERANGKA PIKIR
Puisi
Analisis
Kemampuan Siswa
Temuan
Tidak Mampu Mampu
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah Makassar
KTSP 2006
Kemampuan Menulis
Bahasa berirama Prosa Fiksi
Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam
Bahasa Makassar
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Berdasarkan judul penelitian ini yakni “ Kemampuan Menulis Puisi Baru
dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa”, variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kemampuan
siswa menulis dalam hal ini kemampuan menulis puisi (variabel tunggal).
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kuantitatif. Desain deskriptif kuantitatif adalah rancangan
penelitian dalam bentuk angka-angka atau statistik. Penelitian ini
mendeskripsikan kemampuan siswa menulis dalam hal ini kemampuan menulis
puisi.
B. Definisi Operasional Variabel
Untuk menhindari kesalahan dalam memahami uraian yang dikemukakan
dalam penelitian ini, maka perlu penjelasan mengenai pokok pemaparan yang
diharapkan, yaitu sebagai berikut: (1) Kemampuan merupakan keahlian seseorang
dalam melakukan aktivitas, baik dalam bidang pendidikan maupun lain; (2)
Menulis merupakan upaya mengekspresikan sesuatu yang dilihat, dialami,
29
30
dirasakan, dan dipikirkan; (3) Puisi baru dalam bahasa Makassar adalah puisi
yang tidak lagi memiliki keterikatan terhadap aturan penulisan seperti puisi lama.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:173).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan yang berjumlah 154 siswa terbagi dalam 5 kelas. Untuk
lebih jelasnya, keadaan populasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Keadaan Populasi
No Kelas Jumlah
1 VIII. A 25
2 VIII. B 32
3 VIII. C 33
4 VIII. D 32
5 VIII. E 32
Jumlah 154 Orang
Sumber : Tata usaha SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik acak (random sampling) untuk menentukan sampel
31
penelitian. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengundi
kelas yang terdiri atas 5 kelas. Setelah melakukan pengundian, kelas VIII A
terpilih sebagai sampel penelitian dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis yaitu siswa
menulis puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami dengan kata-kata
sendiri dengan memperhatikan struktur fisik puisi dan struktur batin puisi. Waktu
menulis puisi 2 x 45 menit. Waktu tersebut disesuaikan dengan pelaksanaan jam
pelajaran bahasa dan sastra daerah.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan
teknik statistik deskriptif. Adapun langkah-langkah menganalisis data sebagai
berikut:
1. Membuat daftar skor mentah
Skor mentah yang ditetapkan berdasarkan aspek dari pekerjaan siswa.
Penentuan aspek yang dinilai dalam puisi yang dibuat oleh siswa berdasarkan
teori struktur fisik dan struktur batin yang dikemukakan oleh Waluyo (1987: 68).
Adapun aspek yang dinilai beserta bobotnya masing-masing dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.2 Rincian Aspek Struktur Batin yang Dinilai Beserta Bobotnya
Masing-Masing
32
No Aspek yang dinilai Skor
1 Tema
1) Tema dinyatakan dengan sangat tepat
2) Temanya tepat
3) Temanya kurang tepat
4) Pengungkapan temanya tidak tepat
4
3
2
1
2 Perasaan (Feeling)
1) Unsur perasaan dijalin sangat tepat
2) Penggunaan unsur perasaan tepat
3) Unsur perasaan kurang tepat
4) Penggunaan unsur perasaan tidak tepat
4
3
2
1
3 Nada dan Suasana
1) Nada dan suasana yang ditimbulkan
dalam puisi sangat tepat
2) Nada dan suasana yang timbulkan
dalam puisi tepat
3) Nada dan suasana yang timbulkan
dalam puisi kurang tepat
4) Nada dan suasana yang timbulkan
dalam puisi tidak tepat
4
3
2
1
4 Amanat
1) Amanat yang diungkapkan sangat tepat
2) Amanat yang diungkapkan tepat
3) Amanat yang diungkapkan kurang
tepat
4) Amanat yang diungkapkan tidak tepat
4
3
2
1
(Waluyo, 1987: 66-130)
Tabel 3.3 Rincian Aspek Struktur Fisik yang Dinilai Beserta Bobotnya
Masing-Masing
No Aspek yang dinilai Skor
1 Diksi
1) Pemilihan dan penggunaan kata sangat
tepat
2) Sedikit sekali melakukan kesalahan
dalam memilih dan menggunakan kata
3) Sering menggunakan kata kurang tepat
4) Kata-kata yang digunakan tidak
terpilih, sehingga makna yang
diungkapkan tidak bisa dipahami
4
3
2
1
2 Pengimajian
1) Pengimajian sangat tepat, sehingga
menggambarkan sebagai puisi yang
4
33
syarat dengan gambar keindahan
2) Pengimajian kurang bermakna, tetapi
masih bisa dipahami
3) Pengimajian yang digunakan kurang
tepat sehingga penggambaran
keindahan kurang tampak
4) Sama sekali tidak menggunakan
imajinasi
3
2
1
3 Kata Konkret
1) Penulisan menggambarkan suatu
kiasan keadaan atau suasana batin
sehingga membangkitkan imaji
perasaan
2) Ada usaha penulis mengongkretkan
kata-kata sehingga dapat menyaran
kepada arti yang menyeluruh
3) Ada usaha penulis mengongkretkan
kat-kata, tetapi sedikit menyaran
kepada arti yang menyeluruh
4) Tidak ada sama sekali usaha penulis
mengongkretkan kata-kata, sehingga
tidak menyaran kepada arti yang
menyeluruh
4
3
2
1
4 Bahasa Figuratif
1) Pemilihan dan penggunaan bahasa
figuratif sangat tepat
2) Sedikit sekali melakukan kesalahan
dalam memilih dan menggunakan
bahasa figuratif
3) Sering menggunakan bahasa figuratif
yang kurang tepat
4) Bahasa figuratif yang digunakan tidak
terpilih, sehingga makna yang
diungkapkan tidak bisa dipahami
4
3
2
1
5 Rima/ Ritme
1) Penggunaan rima/ritme sangat tepat
2) Penggunaan rima/ritme tepat
3) Penggunaan rima/ritme kurang tepat
4) Penggunaan rima/ritme tidak tepat
4
3
2
1
6 Tipografi
1) Unsur tipografi dijalin sangat tepat
2) Penggunaan unsur tipografi sudah ada,
tetapi kadang-kadang jalinannya tidak
jelas
3) Unsur tipografi kurang dijalin dengan
baik
4
3
2
34
4) Penggunaan unsur tipografi sama
sekali belum dapat diwujudkan
1
(Waluyo, 1987: 66-130)
2. Membuat distribusi frekuensi dari skor mentah
Data tes yang diperoleh dari pengoreksian pada umumnya masih dalam
keadaan tak menentukan. Untuk memudahkan analisis, perlu disusun distribusi
frekuensi yang dapat memudahkan perhitungan selanjutnya.
3. Menghitung nilai rata-rata siswa
Untuk mengetahui rata-rata kemampuan secara klasikal dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Purwanto, 2010: 112) sebagai
berikut:
S = 𝑅
𝑁 X 100
Keterangan:
S = Nilai yang dicari
R = Skor yang diperoleh
N = Nilai maksimal
100 = Nilai tetap
35
4. Membuat tabel klasifikasi kemampuan siswa sampel
Tabel 3.4 Klasifikasi tingkat kemampuan siswa sampel
Nilai Kategori kemampuan Frekuensi Persentase
75 ke atas Mampu ........... ...........
Di bawah 75 Tidak Mampu ........... ...........
Tolak ukur kemampuan siswa ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagai
berikut: jika 75% siswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas dianggap
mampu dan 75% siswa sampel yang memperoleh nilai 75 ke bawah dianggap
tidak mampu. (Guru Bahasa Daerah SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa)
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Hasil Penelitian
Pada bab ini, peneliti mendeskripsikan secara rinci penelitian tentang
kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Bontonompo Selatan. Hasil penelitian ini adalah hasil penelitian
kuantitatif yang telah dilakukan dan dibahas secara rinci berdasarkan data yang
telah diperoleh. Sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan, hasil penelitian
ini adalah hasil tes kuantitatif. Hasil kuantitatif yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah hasil yang dinyatakan dalam bentuk angka untuk mengetahui
kemampuan rata-rata siswa dalam menulis puisi baru berdasarkan struktur fisik
dan struktur batin. Hal tersebut akan dirinci sebagai berikut:
a. Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Tema
Skor mentah pada Penelitian ini di dapatkan dari skor rata-rata pemeriksa 1
dan pemeriksa 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut:
Table 4.1 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Tema
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 01 1 2 1,5
2 02 3 3 3
36
37
3 03 1 1 1
4 04 4 4 4
5 05 3 4 3,5
6 06 1 2 1,5
7 07 4 4 4
8 08 2 3 2,5
9 09 3 4 3,5
10 10 3 2 2,5
11 11 3 3 3
12 12 3 2 2,5
13 13 3 4 3,5
14 14 3 4 3,5
15 15 4 4 4
16 16 3 4 3,5
17 17 3 3 3
18 18 4 4 4
19 19 3 4 3,5
20 20 3 3 3
21 21 3 3 3
22 22 3 3 3
23 23 3 4 3,5
24 24 3 4 3,5
25 25 3 4 3,5
38
Berdasarkan tabel 4.1 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (4), (3,5), (3), (2,5), (1,5), dan (1).
Daftar skor mentah pada table 4.1 digunakan untuk memperoleh distribusi
frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa
Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
pada aspek tema. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Tema
No Skor Mentah Frekuensi Persentase (%)
1 4 4 16
2 3,5 9 36
3 3 6 24
4 2,5 3 12
5 1,5 2 8
6 1 1 4
Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh sampel
adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Sampel yang memperoleh skor 4 berjumlah 4
orang (16%), sampel yang memperoleh skor 3,5 berjumlah 9 orang (36%), sampel
yang memperoleh skor 3 berjumlah 6 orang (24%), sampel yang memperoleh skor
2,5 berjumlah 3 orang (12%), sampel yang memperoleh skor 1,5 berjumlah 2
orang (8%), dan sampel yang memperoleh skor 1 berjumlah 1 orang (4%). Setelah
membuat daftar skor mentah, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel,
selanjutnya mencari nilai sampel.
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.3 berikut.
39
Tabel 4.3 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Tema
No Skor perolehan Nilai Frekuensi Persentase
%
1 4 100 4 16
2 3,5 87,5 9 36
3 3 75 6 24
4 2,5 62,5 3 12
5 1,5 37,5 2 8
6 1 25 1 4
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 4 berjumlah 4 orang dengan persentase 16% dan
nilai terendah adalah 25 berjumlah 1 orang dengan persentase 4%.
Sampel yang memperoleh skor 4 dengan nilai 100 berjumlah 4 orang (16%),
sampel yang memperoleh skor 3,5 dengan nilai 87,5 berjumlah 9 orang (36%),
sampel yang memperoleh skor 3 dengan nilai 75 berjumlah 6 orang (24%),
sampel yang memperoleh skor 2,5 dengan nilai 62,5 berjumlah 3 orang (12%),
sampel yang memperoleh skor 1,5 dengan nilai 37,5 berjumlah 2 orang (8%), dan
sampel yang memperoleh skor 1 dengan nilai 25 berjumlah 1 orang (4%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan yang
telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel mencapai
75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah sampel kurang
dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak mampu. Untuk
membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
40
Tabel 4.4 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Tema
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase %
1 75 ke atas Mampu 19 76
2 di bawah 75 Tidak mampu 6 24
Jumlah 100%
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase
nilai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar pada aspek tema,
yaitu sampel yang mendapat nilai 75 ke atas berjumlah 19 orang (76%) dari
jumlah sampel, sedangkan sampel yang mendapat nilai di bawah 75 sebanyak
sebanyak 6 orang (24%) dari jumlah sampel. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar dikategorikan
mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≥75 mencapai atau melebihi
kategori yang ditetapkan, yaitu 75%.
b. Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Perasaan ( feeling )
Skor mentah pada penelitian ini di dapatkan dari skor rata-rata pemeriksa 1
dan pemeriksa 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Table 4.5 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Perasaan (feeling)
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 1 2 3 2,5
2 2 1 1 1
41
3 3 2 2 2
4 4 3 3 3
5 5 2 3 2,5
6 6 2 2 2
7 7 3 4 3,5
8 8 1 2 1,5
9 9 3 3 3
10 10 1 2 1,5
11 11 1 1 1
12 12 1 1 1
13 13 2 2 2
14 14 2 2 2
15 15 2 1 1,5
16 16 1 1 1
17 17 3 4 3,5
18 18 4 4 4
19 19 2 2 2
20 20 2 2 2
21 21 1 2 1,5
22 22 3 4 3,5
23 23 3 3 3
24 24 1 2 1,5
25 25 2 3 2,5
42
Berdasarkan tabel 4.5 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (4), (3,5), (3), (2,5), (2), (1,5), dan (1).
Daftar skor mentah pada table 4.5 digunakan untuk memperoleh distribusi
frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa
Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
pada aspek perasaan (feeling). Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Perasaan (feeling)
No Skor Mentah Frekuensi Persentase
1 4 1 4
2 3,5 3 12
3 3 3 12
4 2,5 3 12
5 2 6 24
6 1,5 5 20
7 1 4 16
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh sampel
adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Sampel yang memperoleh skor 4 berjumlah 1
orang (4%), sampel yang memperoleh skor 3,5 berjumlah 3 orang (12%), sampel
yang memperoleh skor 3 berjumlah 3 orang (12%), sampel yang memperoleh skor
2,5 berjumlah 3 orang (12%), sampel yang memperoleh skor 2 berjumlah 6 orang
(24%), sampel yang memperoleh skor 1,5 berjumlah 5 orang (20%) dan sampel
yang memperoleh skor 1 berjumlah 4 orang (16%). Setelah membuat daftar skor
mentah, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel, selanjutnya mencari nilai
sampel.
43
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis Puisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Perasaan (feeling)
No Skor perolehan Nilai Frekuensi Persentase %
1 4 100 1 4
2 3,5 87,5 3 12
3 3 75 3 12
4 2,5 62,5 3 12
5 2 50 6 24
6 1,5 37,5 5 20
7 1 25 4 16
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.8, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 4 berjumlah 1 orang dengan persentase 4% dan nilai
terendah adalah 1 berjumlah 4 orang dengan persentase 16%.
Sampel yang memperoleh skor 4 dengan nilai 100 berjumlah 1 orang (4%),
sampel yang memperoleh skor 3,5 dengan nilai 87,5 berjumlah 3 orang (12%),
sampel yang memperoleh skor 3 dengan nilai 75 berjumlah 3 orang (12%),
sampel yang memperoleh skor 2,5 dengan nilai 62,5 berjumlah 3 orang (12%),
sampel yang memperoleh skor 2 dengan nilai 50 berjumlah 6 orang (24%),
sampel yang memperoleh skor 1,5 dengan nilai 37,5 berjumlah 5 orang (20%),
dan sampel yang memperoleh skor 1 dengan nilai 25 berjumlah 4 orang (16%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan yang
telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel mencapai
75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah sampel kurang
dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak mampu. Untuk
membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
44
Tabel 4.8 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Perasaan (feeling)
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase %
1 75 ke atas Mampu 7 28
2 di bawah 75 Tidak mampu 18 72
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase nilai
kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar pada aspek perasaan
(feeling), yaitu tidak ada sampel yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa
Makassar dikategorikan tidak mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≥75
tidak mencapai kategori yang ditetapkan, yaitu 75%.
c. Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Nada dan Suasana
Skor mentah pada penelitian ini di dapatkan dari skor rata-rata pemeriksa 1
dan pemeriksa 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Table 4.9 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Nada dan Suasana
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 1 1 1 1
2 2 1 1 1
3 3 1 2 1,5
45
4 4 2 2 2
5 5 1 2 1,5
6 6 1 1 1
7 7 3 3 3
8 8 1 1 1
9 9 2 2 2
10 10 2 1 1,5
11 11 2 2 2
12 12 2 1 1,5
13 13 1 2 1,5
14 14 1 2 1,5
15 15 2 2 2
16 16 1 2 1,5
17 17 2 3 2,5
18 18 3 2 2,5
19 19 2 2 2
20 20 2 1 1,5
21 21 1 1 1
22 22 1 2 1,5
23 23 2 2 2
24 24 2 2 2
25 25 3 2 2,5
46
Berdasarkan tabel 4.10 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (3), (2,5), (2), (1,5), dan (1).
Daftar skor mentah pada table 4.10 digunakan untuk memperoleh
distribusi frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa pada aspek nada dan suasana. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel
berikut.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Nada dan Suasana
No Skor Mentah Frekuensi Persentase %
1 3 1 4
2 2,5 3 12
3 2 7 28
4 1,5 9 36
5 1 5 20
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.10, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
sampel adalah 3 dan skor terendah adalah 1. Sampel yang memperoleh skor 3
berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 2,5 berjumlah 3 orang
(12%), sampel yang memperoleh skor 2 berjumlah 7 orang (28%), sampel yang
memperoleh skor 1,5 berjumlah 9 orang (36%), dan sampel yang memperoleh
skor 1 berjumlah 5 orang (20%). Setelah membuat daftar skor mentah, frekuensi,
dan persentase sampel, kemampuan selanjutnya mencari nilai sampel.
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase keterampilan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.11 berikut.
47
Tabel 4.11 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Nada dan Suasana
No Skor perolehan Nilai Frekuensi Persentase %
1 3 75 1 4
2 2,5 62,5 3 12
3 2 50 7 28
4 1,5 37,5 9 36
5 1 25 5 20
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.11, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 3 berjumlah 1 orang dengan persentase 4% dan nilai
terendah adalah 1 berjumlah 5 orang dengan persentase 20%.
Sampel yang memperoleh skor 3 dengan nilai 75 berjumlah 1 orang (4%),
sampel yang memperoleh skor 2,5 dengan nilai 62,5 berjumlah 3 orang (12%),
sampel yang memperoleh skor 2 dengan nilai 50 berjumlah 7 orang (28%),
sampel yang memperoleh skor 1,5 dengan nilai 37,5 berjumlah 9 orang (36%),
dan sampel yang memperoleh skor 1 dengan nilai 25 berjumlah 5 orang (20%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan
yang telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel
mencapai 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah
sampel kurang dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak
mampu. Untuk membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Nada dan Suasana
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase
%
1 75 ke atas Mampu 1 4
2 di bawah 75 Tidak mampu 24 96
Jumlah 100%
48
Berdasarkan tabel 4.12, dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase
nilai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar pada aspek nada dan
suasana, yaitu tidak ada sampel yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar
dikategorikan tidak mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≤75 tidak
mencapai kategori yang ditetapkan, yaitu 75%.
d. Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Amanat
Skor mentah pada penelitian ini di dapatkan dari skor rata-rata pemeriksa 1
dan pemeriksa 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Table 4.13 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Amanat
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 1 2 1 1,5
2 2 3 2 2,5
3 3 1 2 1,5
4 4 4 4 4
5 5 1 1 1
6 6 1 1 1
7 7 4 3 3,5
8 8 1 1 1
9 9 3 3 3
49
10 10 1 1 1
11 11 2 2 2
12 12 3 2 2,5
13 13 3 2 2,5
14 14 2 1 1,5
15 15 3 2 2,5
16 16 2 1 1,5
17 17 1 2 1,5
18 18 4 3 3,5
19 19 2 1 1,5
20 20 1 2 1,5
21 21 1 1 1
22 22 2 2 2
23 23 1 2 1,5
24 24 1 1 1
25 25 4 3 3,5
Berdasarkan tabel 4.13 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (4), (3,5), (3), (2,5), (2), (1,5), dan (1).
Daftar skor mentah pada table 4.13 digunakan untuk memperoleh
distribusi frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa pada aspek amanat . Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
50
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Amanat
Berdasarkan tabel 4.14, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
sampel adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Sampel yang memperoleh skor 4
berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 3,5 berjumlah 3 orang
(12%), sampel yang memperoleh skor 3 berjumlah 1 orang (4%), sampel yang
memperoleh skor 2,5 berjumlah 4 orang (16%), sampel yang memperoleh skor 2
berjumlah 2 orang (8%), sampel yang memperoleh skor 1,5 berjumlah 8 orang
(32%) dan sampel yang memperoleh skor 1 berjumlah 6 orang (24%). Setelah
membuat daftar skor mentah, frekuensi, dan persentase sampel, kemampuan
selanjutnya mencari nilai sampel.
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.15 berikut.
No Skor Mentah Frekuensi Persentase
1 4 1 4
2 3,5 3 12
3 3 1 4
4 2,5 4 16
5 2 2 8
6 1,5 8 32
7 1 6 24
Jumlah 25 100%
51
Tabel 4.15 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Amanat
No Skor perolehan Nilai Frekuensi Persentase %
1 4 100 1 4
2 3,5 87,5 3 12
3 3 75 1 4
4 2,5 62,5 4 16
5 2 50 2 8
6 1,5 37,5 8 32
7 1 25 6 24
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.15, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 100 berjumlah 1 orang dengan persentase 4% dan
nilai terendah adalah 1 berjumlah 6 orang dengan persentase 24%.
Sampel yang memperoleh skor 4 dengan nilai 100 berjumlah 1 orang (4%),
sampel yang memperoleh skor 3,5 dengan nilai 87,5 berjumlah 3 orang (12%),
sampel yang memperoleh skor 3 dengan nilai 75 berjumlah 1 orang (4%), sampel
yang memperoleh skor 2,5 dengan nilai 62,5 berjumlah 4 orang (16%), sampel
yang memperoleh skor 2 dengan nilai 50 berjumlah 2 orang (8%), sampel yang
memperoleh skor 1,5 dengan nilai 37,5 berjumlah 8 orang (32%), dan sampel
yang memperoleh skor 1 dengan nilai 25 berjumlah 6 orang (24%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan yang
telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel mencapai
75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah sampel kurang
dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak mampu. Untuk
membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut.
52
Tabel 4.16 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Amanat
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase
%
1 75 ke atas Mampu 5 20
2 di bawah 75 Tidak mampu 20 80
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.16, dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase
nilai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar pada aspek amanat ,
yaitu tidak ada sampel yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar
dikategorikan tidak mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≤75 tidak
mencapai kategori yang ditetapkan, yaitu 75%.
e. Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Diksi
Skor mentah pada Penelitian ini di dapatkan dari skor rata-rata pemeriksa 1
dan pemeriksa 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut:
Table 4.17 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Diksi
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 01 1 2 1,5
2 02 2 1 1,5
3 03 2 3 2,5
53
4 04 3 3 3
5 05 2 2 2
6 06 2 3 2,5
7 07 3 4 3,5
8 08 3 3 3
9 09 1 2 1,5
10 10 1 2 1,5
11 11 1 1 1
12 12 2 2 2
13 13 2 3 2,5
14 14 2 2 2
15 15 2 3 2,5
16 16 2 2 2
17 17 1 2 1,5
18 18 3 4 3,5
19 19 2 3 2,5
20 20 2 3 2,5
21 21 2 3 2,5
22 22 4 3 3,5
23 23 1 2 1,5
24 24 1 2 1,5
25 25 3 4 3,5
Berdasarkan tabel 4.17 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (3,5), (3), (2,5), (1,5), dan (1).
54
Daftar skor mentah pada table 4.17 digunakan untuk memperoleh
distribusi frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa pada aspek diksi. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Diksi
No Skor Mentah Frekuensi Persentase (%)
1 3,5 4 16
2 3 2 8
3 2,5 7 28
4 2 4 16
5 1,5 7 28
6 1 1 4
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.18, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
sampel adalah 3,5 dan skor terendah adalah 1. Sampel yang memperoleh skor 3,5
berjumlah 4 orang (16%), sampel yang memperoleh skor 3 berjumlah 2 orang
(8%), sampel yang memperoleh skor 2,5 berjumlah 7 orang (28%), sampel yang
memperoleh skor 2 berjumlah 4 orang (16%), sampel yang memperoleh skor 1,5
berjumlah 7 orang (28%), dan sampel yang memperoleh skor 1 berjumlah 1 orang
(4%). Setelah membuat daftar skor mentah, frekuensi, dan persentase kemampuan
sampel, selanjutnya mencari nilai sampel.
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.19 berikut.
55
Tabel 4.19 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Diksi
No Skor perolehan Nilai Frekuensi Persentase
%
1 3,5 87,5 4 16
2 3 75 2 8
3 2,5 62,5 7 28
4 2 50 4 16
5 1,5 37,5 7 28
6 1 25 1 4
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.19, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 87,5 berjumlah 4 orang dengan persentase 16% dan
nilai terendah adalah 25 berjumlah 1 orang dengan persentase 4%.
Sampel yang memperoleh skor 3,5 dengan nilai 87,5 berjumlah 4 orang
(16%), sampel yang memperoleh skor 3 dengan nilai 75 berjumlah 2 orang (8%),
sampel yang memperoleh skor 2,5 dengan nilai 62,5 berjumlah 7 orang (28%),
sampel yang memperoleh skor 2 dengan nilai 50 berjumlah 4 orang (16%),
sampel yang memperoleh skor 1,5 dengan nilai 37,5 berjumlah 7 orang (28%),
dan sampel yang memperoleh skor 1 dengan nilai 25 berjumlah 1 orang (4%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan yang
telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel mencapai
75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah sampel kurang
dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak mampu. Untuk
membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut.
56
Tabel 4.20 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Diksi
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase %
1 75 ke atas Mampu 6 24
2 di bawah 75 Tidak mampu 19 76
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.20, dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase
nilai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar pada aspek diksi ,
yaitu tidak ada sampel yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar
dikategorikan tidak mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≤75 tidak
mencapai kategori yang ditetapkan, yaitu 75%.
f. Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Pengimajian
Skor mentah pada penelitian ini di dapatkan dari skor rata-rata pemeriksa 1
dan pemeriksa 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Table 4.21 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Pengimajian
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 1 2 3 2,5
2 2 1 1 1
3 3 1 2 1,5
4 4 4 4 4
57
5 5 1 1 1
6 6 1 1 1
7 7 4 3 3,5
8 8 2 2 2
9 9 2 2 2
10 10 2 1 1,5
11 11 1 2 1,5
12 12 3 2 2,5
13 13 1 1 1
14 14 1 1 1
15 15 1 1 1
16 16 2 3 2,5
17 17 2 1 1,5
18 18 4 3 3,5
19 19 1 2 1,5
20 20 1 2 1,5
21 21 2 2 2
22 22 2 2 2
23 23 2 1 1,5
24 24 2 1 1,5
25 25 3 3 3
Berdasarkan tabel 4.21 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (4), (3,5), (3), (2,5), (2), (1,5), dan (1).
58
Daftar skor mentah pada table 4.21 digunakan untuk memperoleh
distribusi frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa pada aspek pengimajian. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Pengimajian
No Skor Mentah Frekuensi Persentase
1 4 1 4
2 3,5 2 8
3 3 1 4
4 2,5 3 12
5 2 4 16
6 1,5 8 32
7 1 6 24
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.22, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
sampel adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Sampel yang memperoleh skor 4
berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 3,5 berjumlah 2 orang
(8%), sampel yang memperoleh skor 3 berjumlah 1 orang (4%), sampel yang
memperoleh skor 2,5 berjumlah 3 orang (12%), sampel yang memperoleh skor 2
berjumlah 4 orang (16%), sampel yang memperoleh skor 1,5 berjumlah 8 orang
(32%) dan sampel yang memperoleh skor 1 berjumlah 6 orang (24%). Setelah
membuat daftar skor mentah, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel,
selanjutnya mencari nilai sampel.
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.23 berikut.
59
Tabel 4.23 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Pengimajian
No Skor perolehan Nilai Frekuensi Persentase %
1 4 100 1 4
2 3,5 87,5 2 8
3 3 75 1 4
4 2,5 62,5 3 12
5 2 50 4 16
6 1,5 37,5 8 32
7 1 25 6 24
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.23, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 4 berjumlah 1 orang dengan persentase 4% dan nilai
terendah adalah 1 berjumlah 6 orang dengan persentase 24%.
Sampel yang memperoleh skor 4 dengan nilai 100 berjumlah 1 orang (4%),
sampel yang memperoleh skor 3,5 dengan nilai 87,5 berjumlah 2 orang (8%),
sampel yang memperoleh skor 3 dengan nilai 75 berjumlah 1 orang (4%), sampel
yang memperoleh skor 2,5 dengan nilai 62,5 berjumlah 3 orang (12%), sampel
yang memperoleh skor 2 dengan nilai 50 berjumlah 4 orang (16%), sampel yang
memperoleh skor 1,5 dengan nilai 37,5 berjumlah 8 orang (32%), dan sampel
yang memperoleh skor 1 dengan nilai 25 berjumlah 6 orang (24%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan yang
telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel mencapai
75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah sampel kurang
dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak mampu. Untuk
membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut.
60
Tabel 4.24 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Pengimajian
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase %
1 75 ke atas Mampu 4 16
2 di bawah 75 Tidak mampu 21 84
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.24, dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase
nilai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar pada aspek
pengimajian, yaitu tidak ada sampel yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi baru dalaam bahasa
Makassar dikategorikan tidak mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≥75
tidak mencapai kategori yang ditetapkan, yaitu 75%.
g. Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Kata Konkret
Skor mentah pada penelitian ini di dapatkan dari skor rata-rata pemeriksa 1
dan pemeriksa 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Table 4.25 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Kata Konkret
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 1 2 2 2
2 2 2 2 2
3 3 2 2 2
61
4 4 4 4 4
5 5 2 3 2,5
6 6 1 2 1,5
7 7 2 3 2,5
8 8 3 2 2,5
9 9 1 2 1,5
10 10 1 2 1,5
11 11 2 1 1,5
12 12 2 3 2,5
13 13 3 2 2,5
14 14 1 2 1,5
15 15 1 2 1,5
16 16 2 1 1,5
17 17 2 1 1,5
18 18 3 4 3,5
19 19 2 1 1,5
20 20 1 2 1,5
21 21 1 1 1
22 22 1 2 1,5
23 23 1 2 1,5
24 24 1 2 1,5
25 25 1 2 1,5
62
Berdasarkan tabel 4.25 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (4), (3,5), (2,5), (2), (1,5), dan (1).
Daftar skor mentah pada table 4.25 digunakan untuk memperoleh
distribusi frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa pada aspek kata konkret. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan MenulisPuisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Kata Konkret
No Skor Mentah Frekuensi Persentase
1 4 1 4
2 3,5 1 4
3 2,5 5 20
4 2 3 12
5 1,5 14 56
6 1 1 4
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.26, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
sampel adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Sampel yang memperoleh skor 4
berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 3,5 berjumlah 1 orang
(4%), sampel yang memperoleh skor 2,5 berjumlah 5 orang (20%), sampel yang
memperoleh skor 2 berjumlah 3 orang (12%), sampel yang memperoleh skor 1,5
berjumlah 14 orang (56%), dan sampel yang memperoleh skor 1 berjumlah 1
orang (4%). Setelah membuat daftar skor mentah, frekuensi, dan persentase
sampel, kemampuan selanjutnya mencari nilai sampel.
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase keterampilan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.27 berikut.
63
Tabel 4.27 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Kata Konkret
No Skor perolehan Nilai Frekuensi Persentase %
1 4 100 1 4
2 3,5 87,5 1 4
3 2,5 62,5 5 20
4 2 50 3 12
5 1,5 37,5 14 56
6 1 25 1 4
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.27, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 4 berjumlah 1 orang dengan persentase 4% dan nilai
terendah adalah 1 berjumlah 1 orang dengan persentase 4%.
Sampel yang memperoleh skor 4 dengan nilai 100 berjumlah 1 orang
(4%), yang memperoleh skor 3,5 dengan nilai 87,5 berjumlah 1 orang (4%),
sampel yang memperoleh skor 2,5 dengan nilai 62,5 berjumlah 5 orang (20%),
sampel yang memperoleh skor 2 dengan nilai 50 berjumlah 3 orang (12%),
sampel yang memperoleh skor 1,5 dengan nilai 37,5 berjumlah 14 orang (56%),
dan sampel yang memperoleh skor 1 dengan nilai 25 berjumlah 1 orang (4%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan
yang telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel
mencapai 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah
sampel kurang dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak
mampu. Untuk membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.28 berikut.
64
Tabel 4.28 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Kata Konkret
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase
%
1 75 ke atas Mampu 2 8
2 di bawah 75 Tidak mampu 23 92
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.28, dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase
nilai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar pada aspek kata
konkret, yaitu tidak ada sampel yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi baru dikategorikan tidak
mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≤75 tidak mencapai kategori yang
ditetapkan, yaitu 75%.
h. Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Bahasa Figuratif
Skor mentah pada penelitian ini di dapatkan dari skor rata-rata pemeriksa 1
dan pemeriksa 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Table 4.29 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Bahasa Figuratif
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 1 1 1 1
2 2 1 1 1
3 3 1 1 1
4 4 3 3 3
65
5 5 2 2 2
6 6 2 2 2
7 7 2 2 2
8 8 1 2 1,5
9 9 2 1 1,5
10 10 1 1 1
11 11 1 1 1
12 12 2 2 2
13 13 1 1 1
14 14 2 1 1,5
15 15 2 1 1,5
16 16 1 2 1,5
17 17 1 2 1,5
18 18 3 2 2,5
19 19 2 2 2
20 20 2 1 1,5
21 21 2 1 1,5
22 22 2 1 1,5
23 23 1 2 1,5
24 24 1 1 1
25 25 2 1 1,5
Berdasarkan tabel 4.29 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (3), (2,5), (2), (1,5), dan (1).
66
Daftar skor mentah pada table 4.29 digunakan untuk memperoleh
distribusi frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa pada aspek bahasa figuratif . Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan MenulisPuisi
Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo
Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Bahasa Figuratif
Berdasarkan tabel 4.30, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
sampel adalah 3 dan skor terendah adalah 1. Sampel yang memperoleh skor 3
berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 2,5 berjumlah 1 orang
(4%), sampel yang memperoleh skor 2 berjumlah 5 orang (20%), sampel yang
memperoleh skor 1,5 berjumlah 11 orang (44%), dan sampel yang memperoleh
skor 1 berjumlah 7 orang (28%). Setelah membuat daftar skor mentah, frekuensi,
dan persentase sampel, kemampuan selanjutnya mencari nilai sampel.
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.31 berikut.
No Skor Mentah Frekuensi Persentase
1 3 1 4
2 2,5 1 4
3 2 5 20
4 1,5 11 44
5 1 7 28
Jumlah 25 100%
67
Tabel 4.31 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Bahasa Figuratif
No Skor perolehan Nilai Frekuensi Persentase %
1 3 75 1 4
2 2,5 62,5 1 4
3 2 50 5 20
4 1,5 37,5 11 44
5 1 25 7 28
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.31, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 3 berjumlah 1 orang dengan persentase 4% dan nilai
terendah adalah 1 berjumlah 7 orang dengan persentase 28%.
Sampel yang memperoleh skor 3 dengan nilai 75 berjumlah 1 orang (4%),
sampel yang memperoleh skor 2,5 dengan nilai 62,5 berjumlah 1 orang (4%),
sampel yang memperoleh skor 2 dengan nilai 50 berjumlah 5 orang (20%),
sampel yang memperoleh skor 1,5 dengan nilai 37,5 berjumlah 11 orang (44%),
dan sampel yang memperoleh skor 1 dengan nilai 25 berjumlah 7 orang (28%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan yang
telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel mencapai
75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah sampel kurang
dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak mampu. Untuk
membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.32 berikut.
68
Tabel 4.32 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Bahasa Figuratif
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase
%
1 75 ke atas Mampu 1 4
2 di bawah 75 Tidak mampu 24 96
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.32, dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase
nilai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar pada aspek bahas
figuratif , yaitu tidak ada sampel yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa
Makassar dikategorikan tidak mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≤75
tidak mencapai kategori yang ditetapkan, yaitu 75%.
i. Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Rima/ Ritme
Skor mentah pada penelitian ini di dapatkan dari skor rata-rata pemeriksa 1
dan pemeriksa 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut:
Table 4.33 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Rima/ Ritme
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 01 1 1 1
2 02 1 1 1
3 03 1 1 1
69
4 04 3 3 3
5 05 1 2 1,5
6 06 1 2 1,5
7 07 3 2 2,5
8 08 1 2 1,5
9 09 1 1 1
10 10 1 2 1,5
11 11 2 2 2
12 12 1 1 1
13 13 2 2 2
14 14 2 2 2
15 15 1 1 1
16 16 2 1 1,5
17 17 2 1 1,5
18 18 4 4 4
19 19 1 2 1,5
20 20 1 1 1
21 21 2 2 2
22 22 3 2 2,5
23 23 2 1 1,5
24 24 3 3 3
25 25 3 3 3
70
Berdasarkan tabel 4.33 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (4), (3), (2,5), (2) (1,5), dan (1).
Daftar skor mentah pada table 4.33 digunakan untuk memperoleh
distribusi frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa pada aspek rima/ritme. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.34 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Rima/Ritme
No Skor Mentah Frekuensi Persentase (%)
1 4 1 4
2 3 3 12
3 2,5 2 8
4 2 4 16
5 1,5 8 32
6 1 7 28
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.34, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
sampel adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Sampel yang memperoleh skor 4
berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 3 berjumlah 3 orang
(12%), sampel yang memperoleh skor 2,5 berjumlah 2 orang (8%), sampel yang
memperoleh skor 2 berjumlah 4 orang (16%), sampel yang memperoleh skor 1,5
berjumlah 8 orang (32%), dan sampel yang memperoleh skor 1 berjumlah 7 orang
(28%). Setelah membuat daftar skor mentah, frekuensi, dan persentase
kemampuan sampel, selanjutnya mencari nilai sampel.
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.35 berikut.
71
Tabel 4.35 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Rima/Ritme
No Skor perolehan Nilai Frekuensi Persentase
%
1 4 100 1 4
2 3 75 3 12
3 2,5 62,5 2 8
4 2 50 4 16
5 1,5 37,5 8 32
6 1 25 7 28
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.35, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 4 berjumlah 1 orang dengan persentase 4% dan nilai
terendah adalah 1 berjumlah 7 orang dengan persentase 28%.
Sampel yang memperoleh skor 4 dengan nilai 100 berjumlah 1 orang (4%),
sampel yang memperoleh skor 3 dengan nilai 75 berjumlah 3 orang (12%),
sampel yang memperoleh skor 2,5 dengan nilai 62,5 berjumlah 2 orang (8%),
sampel yang memperoleh skor 2 dengan nilai 50 berjumlah 4 orang (16%), ,
sampel yang memperoleh skor 1,5 dengan nilai 37,5 berjumlah 8 orang (32%),
dan sampel yang memperoleh skor 1 dengan nilai 25 berjumlah 7 orang (28%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan yang
telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel mencapai
75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah sampel kurang
dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak mampu. Untuk
membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.36 berikut.
72
Tabel 4.36 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Rima/Ritme
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase %
1 75 ke atas Mampu 4 16
2 di bawah 75 Tidak mampu 21 84
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.36 dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase
nilai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar pada aspek
rima/ritme, yaitu tidak ada sampel yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa
Makassar dikategorikan tidak mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≥75
tidak mencapai kategori yang ditetapkan, yaitu 75%.
j. Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
Pada Aspek Tipografi
Skor mentah pada penelitian ini di dapatkan dari skor rata-rata pemeriksa 1
dan pemeriksa 2. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Table 4.37 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa Pada Aspek Tipografi
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 1 1 1 1
2 2 1 2 1,5
3 3 1 2 1,5
73
4 4 4 3 3,5
5 5 1 2 1,5
6 6 1 1 1
7 7 3 3 3
8 8 2 1 1,5
9 9 2 2 2
10 10 2 2 2
11 11 1 2 1,5
12 12 2 1 1,5
13 13 3 2 2,5
14 14 2 3 2,5
15 15 2 2 2
16 16 1 1 1
17 17 1 2 1,5
18 18 4 4 4
19 19 1 2 1,5
20 20 2 2 2
21 21 2 3 2,5
22 22 2 3 2,5
23 23 3 3 3
24 24 3 4 3,5
25 25 4 4 4
74
Berdasarkan tabel 4.37 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (4), (3,5), (3), (2,5), (2), (1,5), dan (1).
Daftar skor mentah pada tabel 4.37 digunakan untuk memperoleh
distribusi frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa pada aspek tipografi. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
Tabel 4.38 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Tipografi
No Skor Mentah Frekuensi Persentase
1 4 2 8
2 3,5 2 8
3 3 2 8
4 2,5 4 16
5 2 4 16
6 1,5 8 32
7 1 3 12
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.38, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
sampel adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Sampel yang memperoleh skor 4
berjumlah 2 orang (8%), sampel yang memperoleh skor 3,5 berjumlah 2 orang
(8%), sampel yang memperoleh skor 3 berjumlah 2 orang (8%), sampel yang
memperoleh skor 2,5 berjumlah 4 orang (16%), sampel yang memperoleh skor 2
berjumlah 4 orang (16%), sampel yang memperoleh skor 1,5 berjumlah 8 orang
(32%) dan sampel yang memperoleh skor 1 berjumlah 3 orang (12%). Setelah
membuat daftar skor mentah, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel,
selanjutnya mencari nilai sampel.
75
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.39 berikut.
Tabel 4.39 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Pada Aspek Tipografi
No Skor perolehan Nilai Frekuensi Persentase %
1 4 100 2 8
2 3,5 87,5 2 8
3 3 75 2 8
4 2,5 62,5 4 16
5 2 50 4 16
6 1,5 37,5 8 32
7 1 25 3 12
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.39, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 4 berjumlah 2 orang dengan persentase 8% dan nilai
terendah adalah 1 berjumlah 3 orang dengan persentase 12%.
Sampel yang memperoleh skor 4 dengan nilai 100 berjumlah 2 orang (8%),
sampel yang memperoleh skor 3,5 dengan nilai 87,5 berjumlah 2 orang (8%),
sampel yang memperoleh skor 3 dengan nilai 75 berjumlah 2 orang (8%), sampel
yang memperoleh skor 2,5 dengan nilai 62,5 berjumlah 4 orang (16%), sampel
yang memperoleh skor 2 dengan nilai 50 berjumlah 4 orang (16%), sampel yang
memperoleh skor 1,5 dengan nilai 37,5 berjumlah 8 orang (32%), dan sampel
yang memperoleh skor 1 dengan nilai 25 berjumlah 3 orang (12%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan yang
telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel mencapai
75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah sampel kurang
dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak mampu. Untuk
membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.40 berikut.
76
Tabel 4.40 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa Pada Aspek Tipografi
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase %
1 75 ke atas Mampu 6 24
2 di bawah 75 Tidak mampu 19 76
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.40, dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase
nilai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar pada aspek tipografi,
yaitu tidak ada sampel yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar
dikategorikan tidak mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≥75 tidak
mencapai kategori yang ditetapkan, yaitu 75%.
Table 4.41 Skor Mentah Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa
No. Kode Sampel Pemeriksa Skor Mentah
𝒑𝟏 + 𝒑𝟐
𝟐 1 2
1 1 14 16 15
2 2 16 17 16,5
3 3 13 18 15,5
4 4 34 33 33,5
5 5 16 22 19
6 6 13 17 15
7 7 31 31 31
8 8 17 19 18
9 9 20 22 21
77
10 10 15 16 15,5
11 11 16 17 16,5
12 12 21 17 19
13 13 21 21 21
14 14 18 20 19
15 15 20 19 19,5
16 16 17 18 17,5
17 17 18 21 19,5
18 18 36 34 35
19 19 18 21 19,5
20 20 17 19 18
21 21 17 19 18
22 22 24 24 24
23 23 19 22 20,5
24 24 18 22 20
25 25 28 29 28,5
Berdasarkan tabel 4.41 skor mentah yang diperoleh 25 sampel bervariasi.
Variasi tersebut adalah (35), (33,5), (31), (28,5), (24), (21), (20,5), (20), (19,5),
(19), (18), (17,5), (16,5), (15,5), dan (15)
Daftar skor mentah pada tabel 4.41 digunakan untuk memperoleh
distribusi frekuensi dari skor mentah kemampuan menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa . Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
78
Tabel 4.42 Distribusi Frekuensi dari Skor Mentah Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
No Skor Mentah Frekuensi Persentase%
1 35 1 4
2 33,5 1 4
3 31 1 4
4 28,5 1 4
5 24 1 4
6 21 2 8
7 20,5 1 4
8 20 1 4
9 19,5 3 12
10 19 3 12
11 18 3 12
12 17,5 1 4
13 16,5 2 8
14 15,5 2 8
15 15 2 8
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.42, diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
sampel adalah 35 dan skor terendah adalah 15.
Sampel yang memperoleh skor 35 berjumlah 1 orang (4%), sampel yang
memperoleh skor 33,5 berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 31
berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 28,5 berjumlah 1 orang
(4%), sampel yang memperoleh skor 24 berjumlah 1 orang (4%), sampel yang
memperoleh skor 21 berjumlah 2 orang (8%) dan sampel yang memperoleh skor
20,5 berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 20 berjumlah 1
orang (4%), sampel yang memperoleh skor 19,5 berjumlah 3 orang (12%), sampel
yang memperoleh skor 19 berjumlah 3 orang (12%), sampel yang memperoleh
skor 18 berjumlah 3 orang (12%), sampel yang memperoleh skor 17,5 berjumlah
1 orang (4%) dan sampel yang memperoleh skor 16,5 berjumlah 2 orang (8%)
79
sampel yang memperoleh skor 15,5 berjumlah 2 orang (8%), dan sampel yang
memperoleh skor 15 berjumlah 2 orang (8%). Setelah membuat daftar skor
mentah, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel, selanjutnya mencari nilai
sampel.
Distribusi nilai, frekuensi, dan persentase kemampuan sampel tersebut
sangat membantu dan mempermudah dalam menentukan nilai secara keseluruhan
sampel. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 4.43 berikut.
Tabel 4.43 Distribusi Skor Mentah ke dalam Nilai Kemampuan Menulis
Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
No Skor Mentah Nilai Frekuensi Persentase %
1 35 87,5 1 4
2 33,5 83,75 1 4
3 31 77,5 1 4
4 28,5 71,25 1 4
5 24 60 1 4
6 21 52,5 2 8
7 20,5 51,25 1 4
8 20 50 1 4
9 19,5 48,75 3 12
10 19 47,5 3 12
11 18 45 3 12
12 17,5 43,75 1 4
13 16,5 41,25 2 8
14 15,5 38,75 2 8
15 15 37,5 2 8
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.43, diketahui bahwa dari keseluruhan kemampuan
sampel, nilai tertinggi adalah 35 berjumlah 1 orang dengan persentase 4% dan
nilai terendah adalah 15 berjumlah 2 orang dengan persentase 8%.
Sampel yang memperoleh skor 35 berjumlah 1 orang (4%), sampel yang
memperoleh skor 33,5 berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 31
80
berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 28,5 berjumlah 1 orang
(4%), sampel yang memperoleh skor 24 berjumlah 1 orang (4%), sampel yang
memperoleh skor 21 berjumlah 2 orang (8%) dan sampel yang memperoleh skor
20,5 berjumlah 1 orang (4%), sampel yang memperoleh skor 20 berjumlah 1
orang (4%), sampel yang memperoleh skor 19,5 berjumlah 3 orang (12%), sampel
yang memperoleh skor 19 berjumlah 3 orang (12%), sampel yang memperoleh
skor 18 berjumlah 3 orang (12%), sampel yang memperoleh skor 17,5 berjumlah
1 orang (4%) dan sampel yang memperoleh skor 16,5 berjumlah 2 orang (8%)
sampel yang memperoleh skor 15,5 berjumlah 2 orang (8%), dan sampel yang
memperoleh skor 15 berjumlah 2 orang (8%).
Sesuai hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kriteria kemampuan yang
telah ditetapkan, yaitu sampel dikatakan mampu apabila jumlah sampel mencapai
75% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sebaliknya, apabila jumlah sampel kurang
dari 75% yang memperoleh nilai 75 ke atas, maka dianggap tidak mampu. Untuk
membuktikan hal tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.44 berikut.
Tabel 4.44 Klasifikasi Kemampuan Menulis Teks Puisi Baru dalam Bahasa
Makassar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan
Kabupaten Gowa
No Nilai Kategori Frekuensi Persentase %
1 75 ke atas Mampu 3 12
2 di bawah 75 Tidak mampu 22 88
Jumlah 25 100%
Berdasarkan tabel 4.44, dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase
nilai kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar, yaitu tidak ada
sampel yang mendapat nilai 75 ke atas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
81
kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar dikategorikan tidak
mampu karena sampel yang memperoleh nilai ≥75 tidak mencapai kategori yang
ditetapkan, yaitu 75%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini diuraikan temuan secara umum yang diperoleh dalam
penelitian ini, yaitu kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa dan secara
khusus, yaitu kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.
Di dalam kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar
diperlukan kecermatan dalam memilih kata agar puisi yang dihasilkan memenuhi
syarat sebagai puisi baru dalam bahasa Makassar yang baik. Berdasarkan hasil
penyajian data yang telah diuraikan sebelumnya, maka diperoleh gambaran umum
hasil tes kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar dan secara
khusus, yaitu aspek tema, aspek perasaan (feeling), aspek nada dan suasana, aspek
amanat, aspek diksi, aspek pengimajian, aspek kata konkret, aspek bahasa
figuratif, aspek rima/ritme, dan aspek tipografi. Siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Bontonompo Kabupaten Gowa yang dikategorikan tidak mampu karena perolehan
nilai 75 ke atas mencapai standar atau kriteria yang telah ditentukan, yaitu 75%.
Kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar yang berupa
penggunaan kata yang tidak tepat disebabkan karena adanya kecenderungan kata
dalam bahasa Makassar yang dianggap memiliki makna yang sama dalam bahasa
Indonesia sehingga dwibahasawan Makassar-Indonesia seringkali membuat
82
kekeliruan dalam memilih penggunaan kata dalam menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar.
Sehubungan dengan rendahnya kemampuan siswa, secara umum
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pemahaman siswa mengenai penulisan
puisi baru dalam bahasa Makassar masih kurang. Siswa kurang memiliki buku
pegangan tentang kemampuan berbahasa termasuk menulis, sehingga dalam
penelitian ini siswa belum mampu menulis puisi baru dalam bahasa Makassar
dengan baik dan benar, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis
puisi baru dalam bahasa Makassar yang disebabkan siswa belum pernah
memperlajari menulis puisi yang memperhatikan struktur batin dan struktur fisik.
Berdasarkan uraian tersebut secara keseluruhan menunjukkan bahwa
kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa tidak mampu. Hasil ini tidak
sesuai dengan struktur batin dan struktur fisik .
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyajian hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya,
dapat ditarik kesimpulan tentang kemampuan menulis puisi baru dalam bahasa
Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa
sebagai berikut.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa diantara 25 sampel dalam penelitian
ini 22 di antaranya masih mendapat nilai dibawah nilai 75 dengan persentase 88%
dan 3 di antaranya mendapat nilai 75 ke atas dengan persentase 12%. Dengan
demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menulis puisi baru dalam
bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten
Gowa masih dikategorikan belum memadai.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian yang telah
dilakukan, maka penulis menyampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan
penelitian ini:
1. Pembelajaran menulis puisi perlu ditingkatkan sehingga kemampuan siswa
dalam menulis puisi lebih meningkat dan dapat mengasah proses kreatif siswa
dalam menulis karya sastra utamanya menulis puisi.
2. Pada pembelajaran menulis puisi diharapkan agar guru bidang studi dapat
memberikan pemahaman tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menulis khususnya pada menulis puisi.
83
84
3. Bagi siswa, diharapkan mempunyai buku pegangan mengenai pembelajaran
menulis, khususnya pada menulis puisi serta lebih banyak belajar dan berlatih
pada pembelajaran menulis puisi.
4. Bagi sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis
puisi.
5. Bagi peneliti, diharapkan sebagai bahan acuan dan pedoman selanjutnya yang
sejenis dengan penelitian ini.
85
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Basang, Djirong. Didipu, Herman. 1997. Sastra Daerah Konsep Dasar,
Penelitian, dan Pengkajiannya. Gorontalo:UNG.
Daeng, Kembong dan Syamsuddin, Muhammad B. 2014. Bahan Ajar Bahasa
Makassar. Makassar: UNM, FBS.
Didipu, Herman. 2010. Sastra Daerah (Konsep Dasar, Penelitian, Dan
Pengkajiannya). Gorontalo: Ung.
Djojosuroto, Kinayati. 2005. Puisi, Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung :
Nuansa.
Endraswara., Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Gadjah
Mada Un iversity Press.
Hakim, Arief. 2001. Kiat Menulis Artikel di Media Cetak. Bandung: Nuansa.
Jobrohim, dkk.2001. Cara Menulis Kreatif . Yogyakarta: Rineka Cipta.
Prodopo, Rahmat Djoko. 2002 Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Pranoto, Naning. 2004. Creative Writing. 72 Juru Seni Mengarang. Jakarta PT.
Prima Media Pustaka.
Purwanto. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putri. 2012. “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Menggunakan
Media Audiovisual Siswa Kelas VIII.C SMP Negeri 1 Sinjai Borong
Kabupaten Gowa”. Skripsi. Makassar: FBS.UNM
Rani Abdul, Supratman, Yani Maryani. 1999. Intisari Sastra Indonesia. Untuk
SLTP. Bandung: Pustaka Setia.
Rizal, Yose. 2010. Apresiasi Puisi dan Sastra Indonesia. Jakarta: As Agency.
Sadikin , Mustafa. 2010. Kumpulan Sastra Indonesia Pantun Puisi Majas
Peribahasa Dan Kata Mutiara, Jakarta: Gudang Ilmu.
Sri Wintala Achmad. 2015. Buku Induk Mahir Bahasa Dan Sastra Indonesia,
Yogyakarta: Araska.
Sumardjo. 2005. Novel Indonesia Mutakhir. Sebuah Pengantar. Bandung:
Nurcaya.
86
Suhartini. 2005. “Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas 3 Bahasa SMAN 1
Bajeng” . Skripsi. Makassar: FBS.UNM
Sutjarso. 2005. “Apresiasi Puisi”. Makassar. FBS.UNM.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wahyuni, Ristri. 2014. Kitab Lengkap Puisi, Prosa, Dan Pantun Lama.
Yogyakarta: Saufa.
Zulfahnur, dkk. 1996. Apresiasi Puisi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
87
LAMPIRAN
88
Lampiran 1
Instrumen Penelitian
Petunjuk Pelaksanaan
1. Tuliskan Nama, Nis, Dan Kelas anda dengan benar!
2. Waktu menulis 2 x 45 menit.
3. Jika ada yang kurang jelas, boleh ditanyakan kepada pengawas/ peneliti.
Soal :
1. Buatlah sebuah puisi baru dengan tema puisi berkenaan dengan peristiwa
yang pernah anda alami dengan menggunakan kata-kata sendiri dan
berbahasa daerah Makassar dengan memperhatikan aspek-aspek struktur
batin dan struktur fisik berikut:
a. Aspek tema
b. Aspek Perasaan (feeling)
c. Aspek nada dan suasana
d. Aspek amanat
e. Aspek diksi
f. Aspek pengimajian
g. Aspek kata konkret
h. Aspek bahasa figuratif
i. Aspek rima/ritme
j. Aspek tipografi (Tata wajah)
89
Lampiran 2
Hasil Pemeriksaan Oleh Pemeriksa Pertama
Kode
Sampel
Aspek yang dinilai Jumlah
(P1)
A B C D E F G H I J
1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 14
2 3 1 1 3 2 1 2 1 1 1 16
3 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 13
4 4 3 2 4 3 4 4 3 3 4 34
5 3 2 1 1 2 1 2 2 1 1 16
6 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 13
7 4 3 3 4 3 4 2 2 3 3 31
8 2 1 1 1 3 2 3 1 1 2 17
9 3 3 2 3 1 2 1 2 1 2 20
10 3 1 2 1 1 2 1 1 1 2 15
11 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1 16
12 3 1 2 3 2 3 2 2 1 2 21
13 3 2 1 3 2 1 3 1 2 3 21
14 3 2 1 2 2 1 1 2 2 2 18
15 4 2 2 3 2 1 1 2 1 2 20
16 3 1 1 2 2 2 2 1 2 1 17
17 3 3 2 1 1 2 2 1 2 1 18
18 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 36
19 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 18
20 3 2 2 1 2 1 1 2 1 2 17
21 3 1 1 1 2 2 1 2 2 2 17
22 3 3 1 2 4 2 1 2 3 2 24
23 3 3 2 1 1 2 1 1 2 3 19
90
24 3 1 2 1 1 2 1 1 3 3 18
25 3 2 3 4 3 3 1 2 3 4 28
Keterangan :
A. Tema
B. Perasaan (feeling)
C. Nada dan suasana
D. Amanat
E. Diksi
F. Pengimajian
G. Kata Konkret
H. Bahasa figuratif
I. Rima/ritma
J. Tipografi (tata wajah)
91
Lampiran 3
Hasil Pemeriksaan Oleh Pemeriksa Kedua
Kode
Sampel
Aspek yang dinilai Jumlah
(P2)
A B C D E F G H I J
1 2 3 1 1 2 3 2 1 1 1 16
2 3 1 1 2 1 1 2 1 1 2 17
3 1 2 2 2 3 2 2 1 1 2 18
4 4 3 2 4 3 4 4 3 3 3 33
5 4 3 2 1 2 1 3 2 2 2 22
6 2 2 1 1 3 1 2 2 2 1 17
7 4 4 3 3 4 3 3 2 2 3 31
8 3 2 1 1 3 2 2 2 2 1 19
9 4 3 2 3 2 2 2 1 1 2 22
10 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 16
11 3 1 2 2 1 2 1 1 2 2 17
12 2 1 1 2 2 2 3 2 1 1 17
13 4 2 2 2 3 1 2 1 2 2 21
14 4 2 2 1 2 1 2 1 2 3 20
15 4 1 2 2 3 1 2 1 1 2 19
16 4 1 2 1 2 3 1 2 1 1 18
17 3 4 3 2 2 1 1 2 1 2 21
18 4 4 2 3 4 3 4 2 4 4 34
19 4 2 2 1 3 2 1 2 2 2 21
20 3 2 1 2 3 2 2 1 1 2 19
21 3 2 1 1 3 2 1 1 2 3 19
22 3 4 2 2 3 2 2 1 2 3 24
23 4 3 2 2 2 1 2 2 1 3 22
92
24 4 2 2 1 2 1 2 1 3 4 22
25 4 3 2 3 4 3 2 1 3 4 29
Keterangan :
A. Tema
B. Perasaan (feeling)
C. Nada dan suasana
D. Amanat
E. Diksi
F. Pengimajian
G. Kata Konkret
H. Bahasa figuratif
I. Rima/ritma
J. Tipografi (tata wajah)
93
Lampiran 4
Hasil Pemeriksaan
No
Kode
Sampel
Pemeriksa
I
Pemeriksa
II
𝐍 =𝑷+ 𝑷
𝟐
1 1 14 16 15
2 2 16 17 16,5
3 3 13 18 15,5
4 4 34 33 33,5
5 5 16 22 19
6 6 13 17 15
7 7 31 31 31
8 8 17 19 18
9 9 20 22 21
10 10 15 16 15,5
11 11 16 17 16,5
12 12 21 17 19
13 13 21 21 21
14 14 18 20 19
15 15 20 19 19,5
16 16 17 18 17,5
17 17 18 21 19,5
18 18 36 34 35
19 19 18 21 19,5
20 20 17 19 18
21 21 17 19 18
22 22 24 24 24
23 23 19 22 20,5
24 24 18 22 20
25 25 28 29 28,5
94
Lampiran 5
Gambar Dokumentasi Penelitian
95
96
97
98
99
Lampiran 6
Lembar Hasil Pekerjaan
Siswa
100
Lampiran 7
Absen Siswa
101
Lampiran 8
PERSURATAN
RIWAYAT HIDUP
Aulia Sri Sandi, dilahirkan di Gowa pada tanggal 1 Mei
1996. Penulis merupakan anak ketiga dari lima
bersaudara, buah cintakasih dari pasangan Almahrum
Ayahanda HM. Jufri Situju dan Ibunda Hj. St. Aisyah.
Penulis memasuki jenjang pendidikan formal di SDN
Tindang pada tahun 2001 dan tamat tahun 2007.
Kemudian pada tahun itu juga, penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan dan
tamat tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan ke tingkat atas pada SMA Negeri
1 Bontonompo dan berhasil lulus pada tahun 2013. Pada
tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Makassar pada
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Daerah S-1.
Berkat Rahmat Allah Subahanhu Wa Taala dan disertai iringan doa orang tua dan
saudara, serta dorangan keluarga, perjuangan panjang penulisdalam mengikuti
pendidikan di Universitas Negeri Makassar dapat berhasil dengan tersusunnya
skripsi yang berjudul “Kemampuan Menulis Puisi Baru dalam Bahasa Makassar Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”.
Makassar , November 2017
Penulis