Implementing Supply Chain Management in the New Era: A Replenishment Framework for the Supply Chain Operations Reference Model Yogyakarta, 4 Maret 2013 Gedung Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM Lt. 2 Jalan Grafika 2 Yogyakarta – 55824 WORKSHOP KEBIJAKAN & MANAJEMEN TI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Implementing Supply Chain Management in the New Era:
A Replenishment Framework for the Supply Chain Operations Reference Model
Implementing Supply Chain Management in the New Era:
A Replenishment Framework for the Supply Chain Operations Reference Model
Yogyakarta, 4 Maret 2013
Gedung Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM Lt. 2
menggalang dan memperbaiki komunikasi harian antara semua pelaku supply, mulai dari hilir sampai ke hulu (retailer, distributor, manufacturer dan supplier )
‘membangun kepercayaan’ antara semua pelaku supply barang dan jasa yang bersangkutan
Partnering sebagai suatu solusiTeknologi informasi sebagai katalisator
Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model
Dikembangkan pada tahun 1996 Model standar dalam proses supply chain dan digunakan pada dokumen-
dokumen ISO untuk proses intra-perusahaan Model SCOR juga dibangun di atas konsep
rekayasa ulang proses bisnis (BPR), pengukuran kinerja, dan manajemen logistik dengan mengintegrasikan teknik ini ke dalam sebuah konfigurasi,kerangka lintas-fungsional. Ini adalah model yang menghubungkan proses bisnis, indikator kinerja (metrik), dan rekomendasi tindakan (praktik terbaik dan fitur)
Diurai dari P1 (Plan Supply Chain), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1:•P1.1 – mengidentifikasi, memprioritaskan, dan menjumlah persyaratan produksi•P1.2 – mengidentifikasi, menilai, dan menjumla sumber daya rantai pasokan•P1.3 – keseimbangan sumber daya rantai pasokan dengan kebutuhan rantai pasokan•P1.4 – menetapkan dan mengkomunikasi kan rencana rantai pasokan
Pendekatan “top-down” dalam implementasi Model SCOR (SCC,
2001)
Implementasi Saluran Terintegrasi dariSCM (Supply Chain Management)
SCM menggunakan metode terminologi SCOR (Supply Chain Operations Reference)
SCOR diadopsi secara luas dalam standar industri tetapi belum berhasil menangani suatu transformasi “As-Is" untuk "To-Be”
SCOR hanya menangani komponen proses bisnisdan teknologi tanpa mengatasi faktor-faktor sosial masalah manusia.
Komponen pelaksanaan proyek SCM “As-Is” – “To-Be”
Analisis KPI
• Metrik finansial ataupun non-finansial yang digunakan untuk membantu suatu organisasi menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran organisasi (wikipedia)
• KPI sering digunakan untuk menilai aktivitas-aktivitas yang sulit diukur seperti keuntungan pengembangan kepemimpinan, perjanjian, layanan, dan kepuasan.
• KPI umumnya dikaitkan dengan strategi organisasi yang contohnya diterapkan oleh teknik-teknik seperti kartu skor berimbang (BSC, balanced scorecard).
• Peranan KPI : Menjembatani kesenjangan dari transformasi rantai pasokan (gambar)
Peran KPI (Key Performance Indicator)
Daya saing yang harus dipertimbangkan ketika mengidentifikasi harapan dan kendala para stakeholder pada supply chain:
• Perusahaan berperan dalam ekosistem bisnis dan jaringan pasokan
• Cluster perusahaan yang secara bertahap berkembang sebagai sebuah kelompok efek koevolusi
• Pembangunan bertahap visi bersama berpusat di sekitar kelompok produk atau produk
• Peran cluster daya saing
Studi Kasus : Boeing dan LPSE
….. the issues in the subsequent discussion follow the logical sequences of SCOR that have been widely adopted by industries such as AT&T, Boeing, and ACER for supply chain diagnosis and design. [page 36]
Studi Kasus : 787 Dreamliner’s Supply Chain Fast Development and Low Manucafturing and Assembly Cost
787’s Dev Time : Berkurang dari 6 4 Tahun787’s Dev Cost : Berkurang dari $10 $6 Billion
Referensi : Christopher S. Tang, J. D. (2009). Managing New Product Development and Supply Chain Risks. Supply Chain Forum: International Journal ,BEM Bordeaux Management School, www.supplychain-forum.com, Vol.10 n°2 - 2009, 74-86.
Bagaimana caranya? : 1. Boeing memutuskan untuk mengembangkan dan memproduksi 787
Dreamliner dengan menggunakan rantai pasokan era baru untuk industri pesawat manufaktur untuk menjaga manufaktur dan perakitan biaya rendah
2. Rantai pasokan era baru pada 787 ini didasarkan pada struktur berjenjang yang akan memungkinkan Boeing untuk mendorong kemitraan dengan sekitar 50 tier-1 mitra strategis yang berfungsi sebagai "Integrator" yang merakit bagian yang berbeda dan subsistem diproduksi oleh tier-2 pemasok
3. Dengan outsourcing 70% dari kegiatan pengembangan dan produksi , Boeing dapat mempersingkat waktu pengembangan dengan memanfaatkan kemampuan pemasok untuk mengembangkan bagian yang berbeda pada waktu yang sama dan dapat mengurangi biaya pembangunan 787 dengan memanfaatkan keahlian pemasok.
Perbandingan Strategi Pengembangan Proyek 787 dengan proyek sebelumnya :
As Is : Proyek sebelum 787 Dreamliner
To Be : New Supply Chain787 Dreamliner Pjt
Strategi As-Is To-Be
Penyediaan 35 – 50 % Outsourcing 70 % Outsourcing
Hubungan Supplier Hubungan supplier sesuai kontrakHubungan strategis dengan suplier Tier-1
Tanggung Jawab SupplierMengembangkan dan memproduksi komponen untuk Boeing
Mengembangkan dan memproduksi Bagian untuk Boeing
Jumlah Supplier Ribuan Sekitar 50 Mitra strategis Tier-1
Jenis KontrakKontrak Harga Tetap dengan pinalti atas keterlambatan
Kontrak dengan pembagian resiko
Perakitan30 Hari di Boeing untuk Final Assy / perakitan keseluruhan
3 Hari untuk Final Assy di Boeing
Boeing’s Global Supply Chain System
Project Boeing 787 Dreamliner menunjukkan filosofi supply chain baru dan pendekatan dengan mitra struktur dan sistem di seluruh dunia. Tantangan terbesar adalah untuk memastikan semua mitra memiliki akses dan visibilitas ke permintaan informasi terbaru dari Boeing dan Boeing mampu memantau kemampuan pemasok untuk memenuhi jadwal pengiriman.
Boeing’s Global Supply Chain System
Boeing menggunakan software sistem Exostar dan jaringan terhubung ke rantai pasokan untuk untuk memastikan layanan sistem, mengelola siklus komponen secara lengkap dan proses kegiatan mitra beberapa tingkatan yang akan memberikan solusi berikut:1. Pengelolaan komunikasi dan koordinasi order Multi-tier2. Pelaporan dan analisis3. Sinkronis permintaan dan pasokan Multi-Tier4. Pengelolaan Inventori Mitra Supplier5. Pengelolaan Keamanan dan data
Dasar Hukum : PERPRES 54/ 2010 Tentang KEWAJIBAN IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT
Referensi : Manual Kewajiban Implementasi E-Procurement Direktorat E-Procurement Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Keuntungan bagi rekanan:• Mendorong persaingan sehat di antara vendor, dan• Efisiensi serta efektifitas dalam pengadaan barang/jasa. efisiensi administrasi
karna cukup sekali mendaftar sudah dapat mengikuti pelelangan lainnya• Jaminan kerahasiaan dokumen peserta tender,
Bagi panitia :• Memperkecil peluang untuk KKN (tatap muka dengan rekanan hanya pada
saat penandatangan kontrak)• Meminimalisir tekanan atas profesionalitas panitia, • Kemudahan proses administrasi• Keakuratan dalam proses evaluasi dan monitoring.
Secara Umum adalah :• Meningkatkan transparansi• Meningkatkan efesiensi dan efektifitas• Meningkatkan kualitas dalam kompetisi• Meningkatkan fungsi monitoring dan kontrol bagi panita.