LAPORAN LENGKAPPBL FARMAKOTERAPI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
APRIANTI (70100112047)FHANY FADHILA HASRUL (701001120 )HAMIDA
(701001120 )MUHAMMAD ASHAR(70100112034 )IKHFA REZQIYAH (701001120
)NURWAHIDAH AMIR (701001120 )
JURUSAN FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS
ISLMA NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA2015
KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr. Wb.Puji dan rasa syukur kami
panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
Hidayahnya kepada kami, sehingga PBL Farmakoterapi berjalan
maksimal, juga laporan ini selesai dengan sebaik-baiknya kami
mengerjakan. Tak lupa pula sholawat serta salam tak luput kita
kirimkan kepada baginda Muhammad SAW. Nabi terakhir yang mengantar
kita dari alam gelap gulita menuju terang benderang seperti saat
ini.Laporan PBL Farmakoterapi ini berisikan pembahasan akan tiga
kasus dan tiga resep yang kami peroleh dari Rumah sakit dimana
tempat kami PBL selama 2 minggu. Dengan penyelesaian kasus
berdasarkan SOAP, yakni subjective, objective, assessment, dan
plan, kasus dan resep bisa kami selesaikan dengan lebih
mudah.Adapun laporan ini selesai dengan baik tak luput dari
sumbangsih banyak pihak, diantaranya masing-masing dari kelompok
kami, Ibu pembimbing Rumah Sakit Bhayangkara, juga kepada Ibu gemy
Nastity Handayani selaku pembimbing kami di kampus. Maka dari itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.Kami selaku
mahasiswa juga adalah manusia yang tentu tak elak dari kesalahan
juga kekeliruan, meyakini bahwa adanya ketidak sempurnaan dalam
Laporan ini. Oleh sebab itu, mohon dimaklumkan, juga kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Akhir kata, Wabillahi Taufik Walhidayah, Wassalamu alaikum Wr.
Wb.Penulis
Kelompok RS. Bhayangkara II
DAFTAR ISIHALAMAN SAMPUL KATA
PENGANTAR..........................................................................................2DAFTAR
ISI...................................................................................................3BAB
I PENDAHULUANI.1 LATAR
BELAKANG................................................................................4I.2
TUJUAN..................................................................................................5BAB
II TINJAUAN PUSTAKAI.1 KONSEP PHARMACEUTICAL
CARE......................................................6I.2
PENYAKIT YANG DI TEMUI DI RUMAH
SAKIT................................7BAB III STUDI KASUSIII.1
KASUS
I.....................................................................................................31III.2
KASUS
II.................................................................................................34III.3
KASUS
III..................................................................................................40BAB
IV RESEPIV.1 RESEP
I...................................................................................................48IV.2
RESEP
II..................................................................................................49IV.3
RESEP
III...................................................................................................52BAB
V PENUTUPV.1
KESIMPULAN...........................................................................................55V.2
SARAN...................................................................................................55DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................56
BAB IPENDAHULUANI.1LATAR BELAKANGIstilah farmasi klinik mulai
muncul pada tahun 1960an di Amerika, dengan penekanan pada fungsi
farmasis yang bekerja langsung bersentuhan dengan pasien. Saat itu
farmasi klinik merupakan suatu disiplin ilmu dan profesi yang
relatif baru, di mana munculnya disiplin ini berawal dari
ketidakpuasan atas norma praktek pelayanan kesehatan pada saat itu
dan adanya kebutuhan yang meningkat terhadap tenaga kesehatan
profesional yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai
pengobatan. Gerakan munculnya farmasi klinik dimulai dariUniversity
of MichigandanUniversity of Kentuckypada tahun 1960-an
(Miller,1981).Praktek pelayanan farmasi klinik di Indonesia relatif
baru berkembang pada tahun 2000-an, dimulai dengan adanya beberapa
sejawat farmasis yang belajar farmasi klinik di berbagai institusi
pendidikan di luar negeri. Belum sepenuhnya penerimaan konsep
farmasi klinik oleh tenaga kesehatan di RS merupakan salah satu
faktor lambatnya perkembangan pelayanan farmasi klinik di
Indonesia. Masih dianggap atau merupakan keganjilan jika apoteker
yang semula berfungsi menyiapkan obat di Instalasi Farmasi RS,
kemudian ikut masuk ke bangsal perawatan dan memantau perkembangan
pengobatan pasien, apalagi jika turut memberikan rekomendasi
pengobatan, seperti yang lazim terjadi di negara maju. Farmasis
sendiri selama ini terkesan kurang menyakinkan untuk bisa memainkan
peran dalam pengobatan. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh
sejarah pendidikan farmasi yang bersifat monovalen dengan muatan
sains yang masih cukup besar (sebelum tahun 2001), sementara
pendidikan ke arah klinik masih sangat terbatas, sehingga
menyebabkan farmasis merasa gamang berbicara tentang penyakit dan
pengobatan.Oleh karena itu, di lakukanlah PBL Farmakoterapi ini
guna menambah wawasan mahasiswa dalam dunia kerja, utamanya farmasi
klinik yang membutuhkan penyelesaian terhadap suatu
kasus.I.2TUJUAN1.Untuk mengetahui berjalannya farmasi klinik di
Rumah sakit2.Untuk mengetahui pemecahan kasus-kasus beserta resep
yang tidak rasional di rumah sakit3.Untuk mengikuti fakta terbaru
mengenai penggunaan obat untuk nantinya dapat memberikan pelayanan
sesuai dengan evidence medicine.
BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1Konsep Pharmaceutical CareProfesi
apoteker di awal abad ke-20 berperan sebagai pembuat dan peracik
obat. Namun kemudian secara bertahap peran ini diambil alih oleh
industri farmasi, sehingga pada pertengahan tahun 1960-an muncul
suatu praktik baru yang disebut farmasi klinik. Kata
klinikmenunjukkan adanya keterlibatan kepentingan pasien (patient
oriented), sehingga seorang apoteker dikatakan menjalankan praktik
farmasi klinik jika ia dalam memberikan pelayanan farmasi mengambil
tanggung jawab dalam upaya tercapainya hasil terapi yang optimal
bagi pasien yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup
pasien.Konsep ini kemudian pada tahun 1990-an dikenal dengan
istilahPharmaceutical CareImplementasiPharmaceutical Caretidak
hanya berlaku untuk apoteker yang bekerja di rumah sakit saja
tetapi juga bagi apoteker yang bekerja di tempat lain, seperti:
apotek, industri farmasi dan institusi lain. Dalam konteks farmasi
rumah sakit, pharmaceutical care ditandai dengan kepedulian akan
keamanan dan efektifitas obat yang diberikan kepada pasien serta
biaya pengobatan yang ekonomis melalui keterlibatan apoteker secara
langsung dalam perawatan pasien dari hari ke hari bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lain di rumah sakit. Sedangkan di farmasi
komunitas, pharmaceutical care diterapkan melalui interaksi
langsung apoteker dengan pasien dan keluarga saat mereka berkunjung
ke apotek untuk mendapatkan obat.Sebagaimana yang telah dikemukakan
di atas bahwa tujuan akhir dariPharmaceutical Careadalah
meningkatkan kualitas hidup pasien melalui pencapaian hasil terapi
yang diinginkan secara optimal. Hasil terapi yang diinginkan dapat
berupa :a. Sembuh dari penyakitb. Hilangnya gejala penyakitc.
Diperlambatnya proses penyakitd. Pencegahan terhadap suatu
penyakit.Pasien yang mendapatkan obat mempunyai risiko untuk
mengalami kejadian yang tidak diinginkan baik yang potensial maupun
secara nyata dapat mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan, oleh
sebab itu peran utama apoteker dalam Pharmaceutical Careadalah
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (DRP
= DrugRelated Problem) baik yang potensial maupun nyata.Adapun
masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dapat
digolongkan sebagai berikut:a. Indikasib. Pasien mempunyai gangguan
kesehatan yang memerlukan obat, tetapi pasien tidak mendapatkan
obat untuk indikasi tersebut.c. Pemilihan obat tidak tepatd. Dosis
terlalu rendahe. Dosis terlalu tinggif. Pasien tidak mendapatkan
obat karena suatu sebab (psikososial, ekonomi,human error)g. Efek
samping obath. Interaksi obat-obat , obat-makanan atau obat-uji
laboratoriumi. Obat belum terbukti secara ilmiah efektif
II.2Penyakit yang di temui di Rumah Sakit1. Gagal Jantunga.
PengertianAdalah suatu sindroma klinik yang kompleks akibat
kelainan struktural dan fungsional jantung yang mengganggu
kemampuan ventrikel untuk diisi dengan darah dan atau untuk
mengeluarkan darah. Manifestasinya: sesak nafas dan rasa lelah,
yang membatasi kemampuan melakukan kegiatan fisik. Juga retensi
cairan, yang menyebabkan kongesti paru dan edema perifer.b.
Patofisiologi dan GejalaPada gangguan pengisian (disfungsi
sistolik), kapasitas ventrikel untuk memompa darah berkurang karena
adanya gangguan kontraktilitas otot jantung.Pada gangguan pemompaan
(disfungsi diastolik), terjadi gangguan relaksasi miokard, dengan
kekakuan dinding ventrikel.Disisi lain untuk mempertahankan kinerja
jantung akibat disfungsi sistolik dan diastolik, maka jantung
melakukan mekanisme kompensasi jantung.Mekanisme Kompensasi
jantung:1) Mekanisme frank sterlinga) Penambahan panjang serat otot
jantung menyebabkan peningkatan kontraksi jantungb) Perubahan
neurohormonal menyebabkan terjadinya peningkatan sistem saraf
simpatik, antara lain dengan:i. Katekolamin menyebabkan kontraksi
otot jantung menjadi lebih kuat (efek inotropik positif) dan
peningkatan denyut jantungii. Aktifasi sistem RAA (Renin
Angiotensin Aldosteron) untuk mempertahankan tekanan darah2)
Remodeling dan hipertrofi ventrikelTerjadinya perubahan bentuk otot
jantung untuk menyesuaikan kerja jantungNew York Heart Association
membuat gradasi keparahan gagal jantung dalam 4 kelas fungsional
berdasarkan jumlah aktivitas fisik yang di perlukan untuk
menimbulkan gejala-gejalanya.Kelas I:Tidak ada limitasi aktivitas
fisik.Kelas II:Sedikit limitasi aktivitas fisik. Timbul rasa lelah,
palpitasi dan sesak nafas dengan aktivitas fisik biasa, tetapi
nyaman sewaktu istirahat.Kelas III:Aktivitas fisik sangat terbatas.
Kelas IV:Gejala-gejala sudah ada sewaktu istirahat, dan aktivitas
fisik sedikit saja akan memperberat gejala.Gejala1) Kelemahan2)
Dyspnea3) Takikardia4) Edema5) Nokturia 6) Perubahan kulit7)
Perubahan memori dan perhatian8) Nyeri dada 9) Perubahan berat
badanc. Terapi dan Algoritma TerapiStage 1 : ACEIStage 2 : ACEI/ARB
+ betablockerStage 3 : ACEI/ARB + betabloker + diuretikStage 4 :
Terapi Pembedahan, pemasangan cincin jantung, dan hospital care.1)
ACEI (Angiotensin Converting Enzim Inhibitor)Menghambat enzim yang
merubah Angiotensin 1 menjadi angiotensin 2.
2) ARB (angiotensin reseptor blocker)Mekanisme kerja :
menghambat angiotensin II bertemu dengan reseptor angiotensinContoh
obat :Valsartan (4-8 mg 1 kali sehari)Losartan (20-40 mg 2 kali
sehari)3)
BetablockerMekanisme:Menghalanginorepinephrinedanepinephrine
(adrenaline) dari pengikatan pada reseptor-reseptor beta
>>penghambatan reseptor beta-adrenergik >> menurunkan
tekanan darah, kontraksi miokard, dan menurunkan kebutuhan oksigen
otot jantungContoh obat
:PropranololMetoprololCarvedilolBisoprolol4) Diuretic
5) DigoksinMekanisme Kerja :Penghambatan kerja kanal natrium /
kalium yang bertindak sebagai pintu pertukaran natrium-kalsium
intraseluler. Peningkatkan kadar kalsium intraseluler dapat
menyebabkan peningkatan kontraktilitas, sehingga perlu dihambat
oleh digoksin.Dosis : Oral: 0.75-1.5 mg , I.V. or I.M.: 0.5-1 mg d.
Monitoring1) Monitoring hemodinamik2) EKG3) Echokardiogram4)
Kateterisasi jantung
2. Febris (demam)a. Pengertian Demam (febris) adalah suatu
reaksifisiologis tubuh yang kompleks terhadap penyakit yang
ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh diatas nilai normal akibat
rangsangan zat pirogen terhadap pengatur suhu tubuh
dihipotalamus(Dinarello&Gelfand,2005).Suhu normal tubuh manusia
berkisar antara 36.5-37.2 C. Suhu subnormal yaitu suhu oral >
suhu aksila (Kaneshiro & Zieve, 2010).b. Patofisiologi Ketika
tubuh bereaksi adanya pirogen atau patogen. Pirogen akan
diopsonisasi (harfiah=siap dimakan) komplemen dan difagosit
leukosit darah, limfosit, makrofag (sel kupffer di hati). Proses
ini melepaskan sitokin, diantaranya pirogen endogen interleukin-1
(IL-1), IL-1, 6, 8, dan 11, interferon 2 dan , Tumor nekrosis
factor TNF (kahektin) dan TNF (limfotoksin), macrophage
inflammatory protein MIP1. Sitokin ini diduga mencapai organ
sirkumventrikular otak yang tidak memiliki sawar darah otak.
Sehingga terjadi demam pada organ ini atau yang berdekatan dengan
area preoptik dan organ vaskulosa lamina terminalis (OVLT) (daerah
hipotalamus) (Dinarello & Gelfand, 2005).Pirogen endogen ini
setelah berikatan dengan reseptornya di daerah preoptik
hipotalamus, akan merangsang hipotalamus untuk mengaktivasi
fosfolifase-A2 yang selanjutnya akan melepaskan asam arakhidonat
dari membran fosfolipid dan kemudian oleh enzim siklooksigenase-2
(COX-2) akan diubah menjdi prostaglandin E2(PGE2) (Dinarello &
Gelfand, 2005).
Rangsangan prostaglandin inilah baik secara langsung atau
melalui penglepasan siklik AMP menset termostat pada suhu yang
lebih tinggi. Hal ini merupakan awal dari berlangsungnya reaksi
terpadu sistem saraf otonom, endokrin dan perubahan perilaku dalam
terjadinya demam. Ketika demam meningkat (karena nilai sebenarnya
menyimpang dari set level yang tiba-tiba neningkat), pengeluaran
panas akan dikurangi melalui kulitsehingga kulit menjadi dingin
(perasaan dingin), produksi panas juga meningkat karena menggigil
(termor). Keadaan ini berlangsung terus sampai nilai sebenarnya
mendekati set level normal (suhu normal). Bila demam turun, aliran
darah ke kulit meningkat sehingga orang tersebut akan merasa
kepanasan dan mengeluarkan keringat yang banyak(Dinarello &
Gelfand, 2005).Pada mekanisme tubuh alamiah, demam bermanfaat
sebagai proses imun. Pada proses ini, terjadi pelepasan IL-1 yang
akan mengaktifkan sel T. Suhu tinggi (demam) juga berfungsi
meningkatkan keaktifan sel T dan B terhadap organisme patogen.
Konsentrasi logam dasar di plasma (seng, tembaga, besi) yang
diperlukan untuk pertumbuhan bakteri dikurangi (Dinarello &
Gelfand, 2005).Selanjutnya, sel yang rusak karena virus, juga
dimusnahkan sehinga replikasi virus dihambat. Namun konsekuensi
demam secara umum timbul segera setelah pembangkitan demam
(peningkatan suhu). Perubahan anatomis kulit dan metabolisme
menimbulkan konsekuensi berupa gangguan keseimbangan cairan tubuh,
peningkatan metabolisme, juga peningkatan kadar sisa metabolism,
peningkatan frekuensi denyut jantung (8-12 menit/C) dan metabolisme
energi. Hal ini menimbulkan rasa lemah, nyeri sendi dan sakit
kepala, peningkatan gelombang tidur yang lambat (berperan dalam
perbaikan fungsi otak), pada keadaan tertentu demam menimbulkan
gangguan kesadaran dan persepsi (delirium karena demam) serta
kejang (Dinarello & Gelfand, 2005).Mekanisme terjadinya demam
Tujuan dari pengaturan suhu adalah mempertahankan suhu inti tubuh
sebenarnya pada set level 37C. Demam (pireksia) merupakan keadaan
suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal. Apabila suhu tubuh
mencapai 40C disebut hipertermi(Sherwood, 2001).Gangguan otak atau
akibat zat yang menimbulkan demam (pirogen) yang menyebabkan
perubahan set point. Zat pirogen ini bisa berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain (terutama kompleks lipopolisakarida atau
pirogen hasil dari degenerasi jaringan tubuh yang menyebabkan demam
selama keadaan sakit). Pirogen eksogen merupakan bagian dari
patogen, terutama kompleks lipopolisakarida (endotoksin) bakteri
gram (-) yang dilepas bakteri toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu(Sherwood, 2001).c. Tanda dan Gejala Tanda yaitu
muka terlihat merah (Sherwood, 2001). Dan adapun Banyak gejala yang
menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan
samnolen. Batasan mayornya adalah suhu lebih tinggi dari 37,8-40
oC, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor
yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman
pernapasan, menggigil/merinding, perasaan hangat dan dingin, nyeri
dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala vertigo),
keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999,
Carpenito. 2000).
d. Terapi dan Algoritmaa) Terapi Terapi Non FarmakologiAdapun
yang termasuk dalam terapi non farmakologi dari penatalaksanaan
demam:1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah
dehidrasi dan beristirahat yang cukup.2. Tidak memberikan penderita
pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil. Melepaskan
pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan. Memakai satu lapis
pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman
kepada penderita.3. Memberikan kompres hangat pada penderita.
Pemberian kompres hangat efektif terutama setelah pemberian obat.
Jangan berikan kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan
menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti (Kaneshiro &
Zieve, 2010).Terapi FarmakologiObat-obatan yang dipakai dalam
mengatasi demam (antipiretik) adalah parasetamol (asetaminofen) dan
ibuprofen. Parasetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas
sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama (Graneto, 2010).
Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian parasetamol sebagai
antipiretik. Penggunaan OAINS tidak dianjurkan dikarenakan oleh
fungsi antikoagulan dan risiko sindrom Reye pada anak-anak
(Kaushik, Pineda, & Kest, 2010). Dosis parasetamol juga dapat
disederhanakan menjadi:Tabel Dosis parasetamol menurut kelompok
umurUmur (tahun)Dosis Parasetamol tiap pemberian (mg)
< 160
1-360-125
4-6125-250
6-12250-500
(Sumber: Soegijanto et al., Naskah Lengkap Pelatihan bagi
Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
dalam Tatalaksana Kasus DBD, 1998).Selain pemberian antipiretik
juga perlu diperhatikan mengenai pemberian obat untuk mengatasi
penyebab terjadinya demam. Antibiotik dapat diberikan untuk
mengatasi infeksi bakteri. Pemberian antibiotik hendaknya sesuai
dengan tes sensitivitas kultur bakteri apabila memungkinkan
(Graneto, 2010).
3. Kolostomi a. PengertianKolostomi (colostomy) berasal dari
kata colon dan stomy. Colon (kolon) merupakan bagian dari usus
besar yang memanjang dari sekum sampai rektum dan stomy (dalam
bahasa Yunani stoma berarti mulut). Kolostomi dapat diartikan
sebagai suatu pembedahan dimana suatu pembukaan dilakukan dari
kolon (atau usus besar) ke luar dari abdomen. Feses keluar melalui
saluran usus yang akan keluar di sebuah kantung yang diletakkan
pada abdomen.1,2 (Thackery, Ellen. 2001. The Gale Encyclopedia of
Cancer, Volume 1: 145).Kolostomi merupakan prosedur pembedahan yang
membawa porsio dari usus besar melewati dinding abdomen untuk
mengeluarkan feses. Kolostomi adalah kolokutaneostomi yang disebut
juga anus preternaturalis yang dibuat untuk sementara atau menetap.
(Thackery, Ellen. 2001. The Gale Encyclopedia of Cancer, Volume 1:
145).b. Patofisiologi Penyelidikan terhadap penyebab karsinoma
kolorektal telah mendorong penelitian tentang lemak hewan dalam
diet, bakteri anaerob dari usus besar, dan kandungans erat dalam
otot. Masing-masing factor ini sebagian dapat menjelaskan
distribusi geografis penyakit. Aspek serat menarik perhatian,
karena dengan meningkatkan bulk dalam diet akan menurunkan waktu
transit dan juga waktu kontak anatara makanan dan usus (Thackery,
Ellen. 2001. The Gale Encyclopedia of Cancer, Volume 1:
145).Kira-kira 60% sampai dengan 70% karsinoma ini terjadi pada
rektum, area rektosigmoid, atau kolonsigmoid. Tipe pertumbuhan
tergantung pada area asal. Karsinoma di sisi kiri cenderung tumbuh
mengitari usus, mengelilinginya dan menimbulkan masa bulk, polioid,
dan berjamur. Mayoritas kanker ini adalah adenokarsinoma. Tipe lain
menembus usus dan menyebabkan abses, peritonitis, invasi organ
sekitarnya, atau perdarahan. Tumor0tumor ini cenderung tumbuh
dengan lambat, dan tetap asimtomatik untuk periode waktu yang lama.
metastasis dapat terjadi pada hepar, paru-paru, tulang atau sistem
limfatik (Thackery, Ellen. 2001. The Gale Encyclopedia of Cancer,
Volume 1: 145).
c. Tanda dan GejalaTandnya yaitu terlihat lemas dan pucat. Ini
gejala awal dari kolostomi yaitu Seringkali diare, kejang perut
gangguan pencernaan. Dan akan dialami secara terus menerus hinggah
menyebab mual,muntah, lemas dan bias mendapatkan komplikasi
penyakit. Gejala yang paling utama yaitu anemia, pendarahan pada
rektal dan perubahan feses.Penyebabnya belum diketahui sampai
sekarang (dipiro, 2005).
d. Algoritma kolostomi
(dipiro, 2005)4. Pneumonia1) DefinisiPneumonia adalah penyakit
saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT)) akut, biasanya
disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007). Sebenarnya pneumonia bukan
penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada
sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma,
jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat
terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah
muncul pada anak, orang tua dan penderita penyakit kronis (Elin,
2008).Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme
(virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti
aspirasi dan radiasi. Di negara berkembang, pneumonia pada anak
terutama disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan
pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,
dan Staphylococcus aureus (Said, 2010).2) Patofisiologi dan
GejalaGejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada
paru-paru oleh mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap
infeksi.Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung
jawab pada sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia
adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan infeksi
pneumonia ialah fungi dan parasit.Gambaran klinis biasanya
didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian atas selama
beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu tubuh
kadang-kadang melebihi 40 oC, sakit tenggorok, nyeri otot, dan
sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum pirulen, kadang-kadang
berdarah (Supandi, 1992). Pada pasien muda atau tua dan pneumonia
atipikal (misalnya Mycoplasma), gambaran nonrespirasi (misalnya
konfusi, ruam, diare) dapat menonjol (Jeremy, 2007).Menurut Said
(2010) gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada
berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai
berikut:1. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah,
malaise, penurunan nafsu makan, keluhan Gastro Intestinal Tarcktus
(GIT) seperti mual, muntah atau diare, kadang-kadang ditemukan
gejala infeksi ekstrapulmoner.2. Gejala gangguan respiratori, yaitu
batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung,
air hunger, merintih, dan sianosis. Pada pemeriksaan fisis dapat
ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara napas melemah,
dan ronki, akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan
tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada
perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.3)
Terapi dan Algoritmaa) TerapiTerapi FarmakologiTerapi antibiotika
awal menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi
pneumonia dan kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis
tidak tersedia selama 12-72 jam. Tetapi disesuaikan bila ada hasil
dan sensitivitas antibiotika (Jeremy, 2007).1. Golongan
BetalaktamAntibiotika ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok penisilin dan sefalosporin.a. Kelompok PenisilinPenisillin
bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesis
dnding sel. Efek samping yang terpenting adalah reaksi yang dapat
menimbulkan urtikaria, dan kadang-kadang reaksi analfilaksis dapat
menjadi fatal (Elin, 2008).1) Benzilpenisilin: penisilin G bersifat
bakterisida terhadap kuman gram-positif (khususnya cocci) dan hanya
beberapa kuman negatif. Penisilin G tidak tahanasam, maka hanya
digunakan sebagai injeksi i.m atau infus intravena (Tjay, 2007).2)
Fenoksimetilpenisilin: Penisilin-V; derivate semisintesis ini tahan
asam dan memiliki spektrum kerja yang dapat disamakan dengan pen-G,
tetapi terhadap kuman negatif (antara lain suku Nesseira dan
bacilli H. influenzae) 5-10 kali lebih lemah. Dosis oral 3-6 dd
25-500 mg 1 jam sebelum makan, atau 2 jam sesudah makan (Tjay,
2007; Elin, 2008).3) Ampisilin: penisilin broad spectrum ini tahan
asam dan lebih luas spektrum kerjanya yang meliputi banyak kuman
gram-negatif yang hanya peka bagi penisilin-G dalam dosis intravena
tinggi. Ampisilin efektif terhadap E. coli, H. influenzae,
Salmonella, dan beberapa suku Proteus. Dosis untuk oral 4 dd sehari
0,5-1 g (garam-K atau trihidrat) sebelum makan (Tjay, 2007; Elin,
2008).4) Amoksisilin: derivat hidroksi dengan aktivitas sama
seperti ampisilin. Kombinasi dengan asam klavulanat efektif
terhadap kuman yang memproduksi penisilinase. Dosis untuk oral 3 dd
375-1.000 mg, anak-anak < 10 tahun 3 dd 10 mg/kg, juga diberikan
secara i.m/i.v (Istiantoro, 2007; Tjay, 2007; Elin, 2008).5)
Coamoksiklav terdiri dari amoksilin dan asam klavulanat (penghambat
beta laktamase). Asam klavulanat sendiri hampir tidak memiliki
antibakterial. Tetapi dengan menginaktifkan penisilinase, kombinasi
ini aktif terhadap bakteri penghasil penisilinase yang resisten
terhadap amoksisilin (Tjay, 2007).6) Penisilin antipseudomonas:
obat ini diindikasikan untuk infeksi berat yang disebabkan oleh
Pseudomonas aeruginosa. Selain itu juga aktif terhadap beberapa
kuman gram negatif, termasuk Proteus spp dan Bacteroides fragilis
(Tjay, 2007).b. Kelompok SefalosporinSefalosporin merupakan
antibiotika betalaktam dengan struktur, khasiat, dan sifat yang
banyak mirip penisilin, tetapi dengan keuntungan-keuntungan antara
lain spektrum antibakterinya lebih luas tetapi tidak mencakup
enterococci dan kuman-kuman anaerob serta resisten terhadap
penisilinase, tetapi tidak efektif terhadap Staphylococcus yang
resisten terhadap metisilin (Istiantoro, 2007; Elin,
2008).Berdasarkan sifat farmakokinetika, sefalosporin dibedakan
menjadi dua golongan. Sefaleksim, sefaklor, dan sefadroksil dapat
diberikan per oral karena diabsorpsi melalui saluran cerna.
Sefalosporin lainnya hanya dapat diberikan parenteral. Sefalotin
dan sefapirin umumnya diberikan secara i.v. karena menimbulkan
iritas pada pemberian i.m. Kebanyakan sefalosporin dieskresi dalam
bentuk utuh ke urin, kecuali sefoperazon yang sebagian besar
dieskresi melalui empedu. Oleh karena itu dosisnya harus
disesuaikan pada pasien gangguan fungsi ginjal (Elin, 2008).Yang
termasuk dalam kelompok sefalosporin adalah:1. Sefalosporin
generasi pertama: sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, dan
sefadroksil. Terutama aktif terhadap kuman gram positif. (Tjay,
2007; Elin, 2008).2. Sefalosporin generasi kedua: Sefaklor,
sefamandol, sefmetazol, sefuroksim. Dibandingkan dengan generasi
pertama, sefalosporin generasi kedua kurang aktif terhadap bakteri
gram positif, tetapi lebih aktif terhadap gram negatif (Tjay, 2007;
Elin, 2008).3. Sefalosporin generasi ketiga: sefoperazon,
sefotaksim, seftriakson, sefiksim, sefodoksim, sefprozil. Golongan
ini umumnya kurang efektif terhadap kokus gram positif dibandingkan
dengan generasi pertama, tapi jauh lebih aktif terhadap
Enterobacteriaceae termasuk strain penghasil penisilinase (Elin,
2008). Aktivitasnya terhadap gram negatif lebih kuat dan lebih luas
lagi dan meliputi Pseudomonas dan Bacteroides, khususnya seftazidim
(Tjay, 2007).4. Sefalosporin generasi keempat: sefepim dana
sefpirom. Obat-obat baru ini sangat resisten terhadap laktamase,
sefepim juga aktif sekali terhadap pseudomonas (Tjay, 2007).c.
Antibiotika Laktam Lainnya1) Imipenem: khasiat bakterisidnya
berdasarkan perintangan sintesis dinding sel kuman. Spektrum
kerjanya luas meliputi banyak kuman gram-positif dan negatif juga
kuman patogen anaerob. Oleh ginjal dehidropeptidase-1 dirombak
menjadi metabolit nefrotoksis, maka hanya digunakan terkombinasi
dengan suatu penghambat enzim yaitu silastatin. Dosis terkombinasi
dengan silastatin i.v. sebagai infus 250-1.000 mg setiap 5 jam
(Tjay, 2007). 2) Meropenem sama dengan imipenem, tetapi lebih tahan
terhadap enzim di ginjal sehingga dapat diberikan tanpa silastin.
Dosisnya untuk intravena atau infus 10-120 mg/kg dalam 3-4 dosis
atau setiap 8-12 jam (Elin, 2008).d. Golongan MakrolidaKelompok
antibiotika ini terdiri dari eritromisin dengan derivatnya
klaritromisin, roksitromisin, azitromisin, dan diritromisin (Elin,
2008). 1) Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang hampir
digunakan sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan
sebagai alternatif pengganti penisilin (Elin, 2008). Eritromisin
merupakan pilihan pertama khususnya pada infeksi paru-paru dengan
Legionella pneumophila dan Mycoplasna pneumonia. Dosis: oral 2-4 dd
250-500 mg pada saat perut kosong selama maksimal 7 hari (Tjay,
2007; Elin, 2008).2) Azitromosin dan klaritromisin merupakan
derivat dari eritromisin.e. Golongan AminoglikosidaAminoglikosida
bersifat bakterisid berdasarkan dayanya untuk menembus dinding
bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Spektrum
kerjanya luas yaitu aktif terhadap bakteri gram positif dan gram
negatif. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah streptomisin,
gentamisin, amikasin, kanamisin, neomisin, dan paramomisin (Tjay,
2007).f. Golongan Fluorokuinolon1) Kloramfenikol: berkhasiat
bakteriostatik terhadap hampir semua kuman gram positif dan
sejumlah kuman gram-negatif, juga terhadap Chlamydia trachomatis
dan Mycoplasma (Tjay, 2007; Elin, 2008).2) Vankomisin: antibiotika
glikopeptida ini dihasilkan oleh Streptpmyces orientalis.
Berkhasiat bakterisid terhadap kuman gram-positif aerob dan anaerob
termasuk Staphylococcus yang resistensi terhadap metisilin. Obat
ini juga digunakan bila terdapat alergi untuk
penisilin/sefalosporin. Dosis untuk infeksi parah i.v. (infuse) 1 g
dalam 200 ml larutan NaCl 0,9 % (atau glukosa 5 %) setiap 12 jam
dengan jangka waktu minimal 2 jam (Elin, 2008).3) Doksisiklin:
derivat long-acting ini berkhasiat bakteriostastik terhadap kuman
yang resisten terhadap tetrasiklin atau penisilin. Doksisiklin
mempunyai t yang panjang (14-17 jam), sekali sehari 100 mg setelah
dimulai, dengan loading dose 200 mg ( Tjay, 2007; Elin,
2008).Terapi pendukung pada pneumonia meliputi:1. Pemberian oksigen
yang dilembabkan pada pasien yang menunjukkan tanda sesak,
hipoksemia2. Bronkhodilator pada pasien dengan tanda
bronkhospasme3. Fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran
sputum4. Nutrisi5. Hidrasi yang cukup, bila perlu secara
parenteral6. Pemberian antipiretik pada pasien dengan demam7.
Nutrisi yang memadai3. Algoritma
4. MonitoringEfektivitas antibiotika dengan memantau tanda dan
gejala infeksi saluran napas atas dan menanyakan efek samping obat
yang potensial seperti diare, mual , rash.
BAB IIISTUDI KASUSIII.1KASUS I: Gagal JantungPasien Ny. R,
berumur 64 tahun mengeluhkan jantung berdebar-debar dan dilaami
berulang, tiba-tiba pusing dan rasa tidak nyaman, juga sesak ketika
beraktivitas ringan, serta berkeringat dingin. Dari hasil diagnosa,
pasien pernah mengalami riwayat hipertensi, dengan TD: 140/70 mmHg,
suhu: 36 C. Adapun terapi yang di berikan selama perawatan:Infus
RLCandesartan 16 mg 1-0-0Bisoprolol 5 mg 0-0-1/2Neropyramine
0-1-0Frisium 10 mg 0-0-1Pembahasan:1. SubjectiveJantung
berdebar-debar dan dilaami berulang, tiba-tiba pusing dan rasa
tidak nyaman, juga sesak ketika beraktivitas ringan, serta
berkeringat dingin.2. ObjectiveTD: 140/70 mmHg, suhu: 36 C.3.
AssessmentBerdasarkan New York Heart Association (NYHA), Dari
keluhan yang dialami pasien, maka kemungkinan penyakit jantung yang
di derita adalah kelas IV, dimana adanya gejala yang sudah di
derita dan aktivitas sedikit saja bisa memperberat gejala.
(Farmakologi dan terapi, 2012: 299-300). Adapun menurut hasil lab,
pasien dinyatakan hipertensi stage 1.
Candesartan adalah golongan ARB (angiotensin Receptor
blockers)Berbeda dengan ACEI, zat ini tidak menghambat enzim ACE
yang merombak angiotesin I menjadi angiotensin II, melainkan
memblok reseptor angitensin II dengan efek vasodilatasi.Dosis: 1
kali sehari, 9 jam, 4-16 mg (Tjay Tan Hoan, 2010:
562)BisoprololAdalah obat golongan beta-blocker, dengan khasiat
utama sebagai anti adrenergik dengan jalan menempati secara
bersaing reseptor beta-adrenergik, sehingga mengakibatkan
peniadaan/penurunan kuat aktivitas adrenalin dan nor adrenalin.
(Tjay Tan Hoan, 2010: 546)NeuropyraminMerupakan Vitamin B1 100 mg,
Vitamin B6 200 mg, Vitamin B12 200 mg. Indikasi: Neuritis perifer
(radang saraf tepi), stres, kehamilan, menyusui, masa penyembuhan,
orang-tua, gangguan penyerapan, gangguan fungsi metabolik
kongenital (bawaan). Dosis: 2-3 kali sehari 1
kapsul.FrisiumClobazam adalah 7-kloro-1
,5-dihidro-1-metil-5-fenil-1 ,5 benzodiazepine-2, 4 (3H)-dione. Ini
adalah bubuk kristal putih, sangat sedikit larut dalam air dan
bebas larut dalam alkohol. Clobazam termasuk golongan benzodiazepin
yang bekerja berdasarkan potensiasi inhibisi neuron dengan asam
gama-aminobutirat (GABA) sebagai mediator.Clobazam memiliki efek
antikonvulsi, ansiolitik, sedatif, relaksasi otot, dan amnestik.
Clobazam diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek (kurang dari
4 minggu) dari kegelisahan dan sebagaitambahan dalam pengobatan
jenis tertentu epilepsy.
Infus IV Ringer-LaktatJika untuk mengatasi kondisi kekurangan
volume darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0% menjadi
kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan
ringer, larutan ini mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl.
Beberapa larutan modifikasi jg mengandung NaHCO3 maka larutan dapat
disterilakan dengan panas yang stabil.Penggunaan frisium di sini
kemungkinan sebagai obat penenang. Yang dapat mengindikasikan bahwa
pasien bisa saja tidak mampu mengontrol emosinya, sehingga tekanan
darahnya tinggi. 4. PlanSebaiknya pengobatan awal frisium di mulai
dari dosis kecil dan dinaikkan secara bertahap. Menurut kami,
sebaiknya penggunaan obat ini tidak perlu, sebab beberapa
pertimbangan, yakni;Pasien adalah pasien lansia yang harusnya
penggunaan terhadap obat-obatan di minimalkan karena fungsi
organnya sudah tidak maksimal lagi bekerja, terutama hati dan
ginjal. Kedua, penggunaan obat ini dapat menimbulkan ketergantungan
dan efek samping yang kompleks, sebaiknya tidak untuk pasien
lansia. Sebaiknya untuk penenang atau pencegahan cetusan emosi,
dapat di gunakan terapi relaksasi atau non farmakologi yang tidak
memungkinkan terjadinya efek samping yang akan menimbulkan penyakit
lain/baru.Dosis 5 mg, sudah mencapai dosis awal untuk bisoprolol
dengan penyakit hipertensi, namun kesalahan bukan pada dosis
melainkan pada aturan pakainya. Dosis 5-10 mg sehari sangat efektif
menurunkan tekanan darah. Adapun penggunaannya yaitu pada pagi
hari, bukan malam hari. Jadi, dalam hal ini tidak terpenuhinya efek
terapeutik dari obat sebab dosis yang rendah. Saran kami, yaitu
tetap di berikan bisoprolol dengan pemakaian 5 mg 1 kali sehari
pada pagi hari.Kombinasi ARB dan ACEI, keduanya di perlukan untuk
mengurangi gejala (pada pasien dengan adanya atau riwayat retensi
cairan) dan tidak ada kontra indikasi. (Fater: 308), selain itu,
ARB dapat digunakan sebagai alternatif penghambat ACEI, keduanya
juga mempunyai efikasi yang sebanding pada gagal jantung. Jadi,
cukup menggunakan kombinasi ARB dan beta bloker.III.2KASUS II:
KolostomiSeorang remaja berusia 14 tahun, berat badan 21 kg,
mengeluhkan demam yang dialami kurang lebih 1 hari OS post OP
colostomy dengan suhu tubuh 37,80C dan pernafasan 120
kali/menit.Adapun data labnya yaitu:Kepala: An (-), lkt (-),
thorax: RR 20 kali/menit, Rh -/-, wh -/-, colostomy bag (+),
peristaltik (+)Dengan diagnosa: post colostomy dan febrisR/ Inf
RLSantagesik amp.(15/9/2014)Gejala: Febris, luka operasi terinfeksi
dekat colostomyLab : Hb: 7,3 g/dLPlan: cuci luka, pasang colostomy
bagR/ Cefotaxim 1 gr/12 jam = 2x500 mg/IrRanitidin 2 x
ampMetronidazol 0,25 mg/infus/12 jamSohobion 1 amp/HR/DropsBubuk
metronidazol XX(15/9/14)R/ Santagesik 1 amp/IVSefotaxim 0,5 gr/12
jamNovalgin a jamR/ Kemotherapy(16/9/14)06.00= Inj. Cefotaxime 0,5
mgNovalgin amp/12 jamRanitidin amp/12 jamPasang metronidazol inf.
0,25 mg/12 jam09.00= diet bebas, kemotherapy15.00= obs. TTV= 95
kali/menit, S= 35,20C18.00= cefotaxime= 2X500 mg inj.Novalgin= 2x
ampRanitidin= 2 x ampSohobion = 1 am/HR/ Dripo Pasang
metronidazol/0,25 mg/infus/12 jamPenyelesaian :Kanker atau
karsinoma (bahasa Yunani carsinos = kepiting) adalah pembentukan
jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas (maligne). Suatu
kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri
secara pesat dan jika terjadi benjolan atau pembengkakan disebut
tumor atau neoplasma (bahasa Latin neo = baru, plasma = bentukan).
Sel-sel kanker ini menginfiltrasi jaringan disekitarnya dan
memusnahkannya. Sel-sel ini dapat menyebar melalui hematogen ke
organ-organ yang umumnya berbentuk nodus atau tumor dan menimbulkan
destruksi jaringan atau gangguan fungsi organ yang
bersangkutan(Thackery, Ellen. 2001. The Gale Encyclopedia of
Cancer, Volume 1: 145).Pada dasarnya kanker merupakan penyakit sel
yang ditandai oleh pergeseran mekanisme kontrol yang menentukan
proliferasi dan diferensiasi sel. Sel yang mengalami transformasi
neoplastik biasanya menunjukkan antigen permukaan sel dari jenis
fetal normal. Transformasi sel itu terjadi karena mutasi gen yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel, yaitu proto-onkogen dan
atau supresor gen (anti onkogen)(Thackery, Ellen. 2001. The Gale
Encyclopedia of Cancer, Volume 1: 145).SubjectiveSeorang remaja
berusia 14 tahun, berat badan 21 kgObjectiveKepala: An (-), lkt
(-), thorax: RR 20 kali/menit, Rh -/-, wh -/-, colostomy bag (+),
peristaltik (+)AssesmentFebris dan kolostomiPlanTerapi Non
FarmakologiAdapun yang termasuk dalam terapi non farmakologi dari
penatalaksanaan demam:1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk
mencegah dehidrasi dan beristirahat yang cukup.2. Tidak memberikan
penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil.
Melepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan. Memakai
satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat memberikan
rasa nyaman kepada penderita.3. Memberikan kompres hangat pada
penderita. Pemberian kompres hangat efektif terutama setelah
pemberian obat. Jangan berikan kompres dingin karena akan
menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu inti
(Kaneshiro & Zieve, 2010).Terapi FarmakologiSantagesik
(MIMS.com)Santagesik diindikasikan untuk nyeri akut atau kronik
berat seperti sakit gigi, sakit kepala, tumor, nyeri pasca operasi,
dan nyeri pasca cedera; nyeri berat yang berhubungan dengan spasme
otot polos (akut atau kronik) misalnya spasme otot atau kolik yang
mempengaruhi GIT, pasase bilier, ginjal, atau saluran kemih bagian
bawah.Dosis : Tab 1 tablet sebagai dosis tunggal. Maks. : 4 x 1
tab. Inj 2-5 mL IM/IV sebagai dosis tunggal. Dosis hingga 10
mL/hari sebagai dosis harian.Pemberian obat: sebaiknya diberikan
bersama makanan. Berikan sesudah makan.Sediaan : santagesik inj
(amp) 500 mg/mL. Santagesik syr 250 mg/5 mL. Santagesik tab 500
mg.Ranitidin Digunakan untuk melindungi mukosa lambung dari
obat-obat yang dapat mengiritasi lambung dan untuk tetap
menetralkan cairan lambung di dalam tubuh pasien apalagi pasien ini
sudah terkena maag kronis. Ranitidine memilki daya menghambat
senyawa furan terhada sekresi asam, tidak merintangi perombakan
oksidatif dari obat-obat lain sehingga tidak mengakibatkan
interaksi yang tidak diinginkan (Tjay. 2009: 273)Novalgin
(mateamizol, antalgin) Digunakan sebagai derivate yang berkhasiat
sebagai alagetik, antipiretik dan antiradang (tjay. 2009:
315)Neurobion Digunakan sebagai obat penambah darahCefotaxime (ISO
Farmakoterapi, hal. 786-787)Indikasi: infeksi bakteri gram positif
dan gram negatif. Obat ini diindikasikan untuk infeksi berat
seperti septikemia, pneumonia, dan meningitis.Dosis: pemberian
injeksi intramuskuler, intravena atau infus : 1 g tiap 12 jam,
dapat ditingkatkan sampai 12 g per hari dalam 3-4 kali pemberian.
(Dosis diatas 6 g per hari diperlukan untuk infeksi pseudomonas).
Pada infeksi berat dapat ditingkatkan : 150-200 mg/kg/hari. Anak :
100-150 mg/kg/hari dalam 2-4 kali pemberian. (Pada infeksi berat
dapat ditingkatkan menjadi 200 mg/kg/hari).Metronidazol Tersedia
dalam bentuk tablet, kapsul, dan botol infusan. Metronidazol tablet
tersedia dalam ukuran 250 mg dan 500 mg. Untuk kapsul, metronidazol
tersedia dalam ukuran 375 mg. Sedangkan dalam kemasan botol
infusan, metronidazol tersedia dalam ukuran 500 mg/100ml.
Metronidazol dapat ditemukan sebagai obat paten maupun
generik.Dosis metronidazol sebagai terapi infeksi anaerob (misal
pada luka diabetes atau infeksi orga dalam tubuh) ialah 7,5 mg/kg
berat badan sebanyak 3-4 kali sehari selama 7-10 hari. Secara
praktis, metronidazol biasa diresepkan berupa tablet 500mg, diminum
tiga kali sehari selama 7 hari. Pada pasien yang dirawat di rumah
sakit, metronidazol diberikan lewat infusan dengan dosis 15 mg/kg
berat badan. Dosis maksimal ialah 4 gram per hari. Untuk infeksi
kelamin dan diare akibat trichomonas, metronidazol diberikan 500
mg, dua kali sehari selama 7 hari. Sedangkan untuk diare akibat
amoeba, metronidazol diberikan sebanyak 750 mg, 2-3 kali sehari
selama 5-10 hari.Untuk anak-anak, dosis Metronidazol tergantung
berat badan. Dosisnya ialah 15 mg/kg berat badan/hari tiga kali
sehari. Untuk bayi umur kurang dari 7 hari, dosisnya ialah 7,5
mg/kg berat badan/hari.Otsu-RLIndikasi:1. Resusitasi2. Suplai ion
bikarbonat3. Asidosis metabolikInfus cairan intravena (intravenous
fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh,
melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari
tubuh.III.3KASUS III: Febris dan PneumoniaPasien AJ berumur 4
tahun, BB 12 kg, mengeluhkan demam naik turun selama 3 hari, nyeri
dada, batuk, sesak napas.Diagnosa : febris dan
pneumonia.Pemeriksaan:TglKeluhan (Keadaan Umum)
31/01/2015Demam, sesak, batuk, dan tubuh lemas/lemah
01/02/2015Lemas
02/02/2015Lemas, batuk
03/02/2015Lemas, batuk
04/02/2015Baik (batuk (-))
Pemberian obat: 31/01/2015Santagesik1 gCefotaxim400
g/IVDexamethasone amp/IV 21:00 tiba-tiba dibawa ke
RSInf(+)OBSttvSuhu37,6 oCN120x/iInf KA-EN 3B Cefotaxim2 x 300
mgDexa1,5 mgO2literNebuNaCl + VentolinPCT3 x 1 01/02/2015O21
liter/iPCT1 cthKompresNebu NaCl + Ventolin 12:00 pemberian
obat:Cefotaxime30 mgDexa1,5 mg 24:00 pemberian obat:Cefotaxime30
mgDexa1,5 mg 02/02/2015 Pemberian obat:CefotaximeDexa 03/02/2015Ons
HV5,3 gSuhu39 oC Pemberian obat:Cefotaxime300
mg/IVPenyelesaian:SubjectiveNama: Pasien AJ Usia: 4 tahunBB : 12
kgKeluhan : demam naik turun selama 3 hari, nyeri dada, batuk,
sesak napasObjectivePemeriksaan:TglKeluhan (Keadaan Umum)
31/01/2015Demam, sesak, batuk, dan tubuh lemas/lemah
01/02/2015Lemas
02/02/2015Lemas, batuk
03/02/2015Lemas, batuk
04/02/2015Baik (batuk (-))
Pemberian obat: 31/01/2015Santagesik1 gCefotaxim400
g/IVDexamethasone amp/IV 21:00 tiba-tiba dibawa ke
RSInf(+)OBSttvSuhu37,6 oCN120x/iInf KA-EN 3B Cefotaxim2 x 300
mgDexa1,5 mgO2literNebuNaCl + VentolinPCT3 x 1 01/02/2015O21
liter/iPCT1 cthKompresNebu NaCl + Ventolin 12:00 pemberian
obat:Cefotaxime30 mgDexa1,5 mg 24:00 pemberian obat:Cefotaxime30
mgDexa1,5 mg 02/02/2015 Pemberian obat:CefotaximeDexa 03/02/2015Ons
HV5,3 gSuhu39 oC Pemberian obat:Cefotaxime300 mg/IVAssesmentFebris
dan pneumoniaPlanTerapi Non FarmakologiAdapun yang termasuk dalam
terapi non farmakologi dari penatalaksanaan demam:4. Pemberian
cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan
beristirahat yang cukup.5. Tidak memberikan penderita pakaian panas
yang berlebihan pada saat menggigil. Melepaskan pakaian dan selimut
yang terlalu berlebihan. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis
selimut sudah dapat memberikan rasa nyaman kepada penderita.6.
Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres hangat
efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan kompres
dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan
kembali suhu inti (Kaneshiro & Zieve, 2010).Terapi
FarmakologiSantagesik (MIMS.com)Santagesik diindikasikan untuk
nyeri akut atau kronik berat seperti sakit gigi, sakit kepala,
tumor, nyeri pasca operasi, dan nyeri pasca cedera; nyeri berat
yang berhubungan dengan spasme otot polos (akut atau kronik)
misalnya spasme otot atau kolik yang mempengaruhi GIT, pasase
bilier, ginjal, atau saluran kemih bagian bawah.Dosis : Tab 1
tablet sebagai dosis tunggal. Maks. : 4 x 1 tab. Inj 2-5 mL IM/IV
sebagai dosis tunggal. Dosis hingga 10 mL/hari sebagai dosis
harian.Pemberian obat: sebaiknya diberikan bersama makanan. Berikan
sesudah makan.Sediaan : santagesik inj (amp) 500 mg/mL. Santagesik
syr 250 mg/5 mL. Santagesik tab 500 mg.Cefotaxime (ISO
Farmakoterapi, hal. 786-787)Indikasi: infeksi bakteri gram positif
dan gram negatif. Obat ini diindikasikan untuk infeksi berat
seperti septikemia, pneumonia, dan meningitis.Dosis: pemberian
injeksi intramuskuler, intravena atau infus : 1 g tiap 12 jam,
dapat ditingkatkan sampai 12 g per hari dalam 3-4 kali pemberian.
(Dosis diatas 6 g per hari diperlukan untuk infeksi pseudomonas).
Pada infeksi berat dapat ditingkatkan : 150-200 mg/kg/hari. Anak :
100-150 mg/kg/hari dalam 2-4 kali pemberian. (Pada infeksi berat
dapat ditingkatkan menjadi 200 mg/kg/hari).Dexamethasone
(MIMS.com)Indikasi: inflamasi, alergi, dan penyakit lain yang
responsif terhadap glukokortikoid.Dosis: Tab 0,5-10 mg/hari. Inj
4-20 mg IM atau IV.Pemberian obat: sebaiknya diberikan bersama
dengan makanan.Sediaan: Kalmethasone inj (amp) 4 mg/mL.
Kalmethasone inj (amp) 5 mg/mL. Kalmethasone inj (vial) 20 mg/5
mL.ParacetamolAnalgesik sederhana seperti paracetamol, diberikan
untuk meredakan demam dan nyeri pada tubuh. (MIMS Indonesia)Dosis:
untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1g, maks. 4 g/hari, pada
penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak-anak: 4-6 dd 10 mg/kg,
yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6
tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 4-6 x sehari. (OOP, hal.
318)KA-EN (MIMS Indonesia)ElektrolitCairan rehidrasi oral
mengandung 4 komponen termasuk elektrolit, (misalnya sodium
chloride dan potassium chloride), sumber bikarbonat (seperti sodium
bicarbonate atau sodium citrate), air, dan sumber
karbohidrat.VentolinVentolin nebules: mengandung salbutamol sulfat.
Salbutamol adalah obat golongan agonis adrenergik yang merupakan
obat terbaik untuk meredakan serangan asma yang tiba-tiba pada
anak-anak. (MIMS Indonesia)Indikasi: penanganan dan pencegahan
serangan asma. Dosis: dewasa dan anak Awal 2,5 mg, lalu dapat
ditingkatkan sampai dengan 5 mg. Dapat diulangi 4 x/hari dengan
nebulizer. Obstruksi saluran napas berat: dewasa s/d 40
mg/hari.Sediaan: Ventolin nebules nebulizer soln 2,5 mg.
(MIMS.com)
BAB IVRESEPIV.1RESEP IR/Paracetamol syrupS 3 dd cthR/Cefat
150Polaric 1/3 tabCodein 3Farmavon 1/8 tabLuminal 5S.L qsm.f Pulv
dtd XVS 3 dd I pulvPro : Adem (5 tahun 5 bulan)
Masalah :a. Penyakitnya batuk berdahak karena alergi atau non
alergi dan batuk kering karena alergi atau non alergib. Kombinasi
Antitusif dan ekspektorantc. Kombinasi Antibiotik dengan obat
laind. Kombinasi Antialergi dengan hipnotikPembahasan :a. Dilihat
dari resep yang tertera diatas, kemungkinan besar pasien didiagnosa
batuk dan demam.b. Jika pasien menderita jenis batuk kering
diberikan antitusif sedangkan batuk berdahak diberikan ekspektoran.
Apabila Batuk karena alergi tidak perlu diberikan antibiotik
sedangkan non alergi bisa diberikan antibiotik setelah dilakukan
pemeriksaan sputum yang hasilnya positif. Kalau batuk yang diderita
batuk alergi yang membutuhkan antialergi tidak perlu diberikan obat
hipnotik karena efek samping dari antialergi adalah sedasic. Kodein
(Antitusif) dan Farmavon (ekspektoran ) tidak boleh dicampur karena
karena antitusif untuk menekan batuk yang terus-menerus dan
diindikasikan untuk batuk kering dan ekspektoran membantu
pengenceran dan pengeluaran dahak, diindikasikan untuk batuk
berlendir. Hal ini tidak rasional.d. Cefat (cefadroksil) adalah
Antibiotik harus dipisahkan atau dikeluarkan dari racikan dan
dibuat racikan tersendiri tanpa kombinasi obat lain, karena
antibiotic adalahobat yang bersifat kausatif (harus habis)sementara
obat yang lain jika gejala sudah hilang maka pengobatan juga
dihentikan.e. Efek samping Polaric (antialergi) yang paling sering
adalah rasa mengantuk,Pemberian antialergi bersama dengan obat-obat
hipnotik sedatif (luminal) dapat meningkatkan efek sedasi.IV.2RESEP
2R/ Cefadroxyl Forte syrup x3/4 cthMetilprednisolon1/3 tabAmbroxol
1/3 tabTremensa1/3 tabm f pulV dtdXV3x1PCT Syrup3X1 cth
Pro : Muhammad DzakirUmur : 8 tahunPenyelesaian :Cefadroxyl 25
mg;l 500 mg; 125 mg/5ml. in. infeksi saluran napas, kulit, jaringan
lunak sel jaringan cerna, saluran kemih, dan infeksi lain yang
berkaitan dengan organisme bersangkutan. KI: hipersensitif. Ds :
dws ; sehari 1-2 g dalam sekali dosis atau dosis terbagi. Anak 30
mg/ kg BB/hari dalam 2 dosis terbagi
Metilprednisolon 4 mg, 16 mg. In. penyakit endokrin reumati,
dermatologic, oftamologik, hematologik, neoplastic, pernapasan,GI
dan system saraf, kondisi alergi, meningitis, TBC, trichinosis. KI.
Infeksi jamur sistemik. Penggunaan jangka panjang pada tukak
lambung duodenum dan tukak peptic, osteoporosis dan riwayat
psikosis. belum lama mendapatkan vaksinasi. Perh. Penggunaan lama.
Hentikan terapi secara bertahap selama > 1-2 minggu. Dapat
menutupi gejala infeksi. Riwayat hipertensi, tukak lambung,
diabetes, osteoporosis, gagal jantung kongesif, insufisiensi
ginjal. Anak. Hamil dan menyusui. ES : retensi Na, hipertensi,
retensi cairan, kehilangan K/hypokalemia, kelemahan otot,
osteoporosis, tukak peptic, pancreatitis, esophagus ulseratif
peningkatan ALT, AST dan fosfatase alkali; luka lambat sembuh,
eritema pada wajah; keringan berlebih,, vertigo, sakit kepala,
hambatan pertumbuhan anak, menstruasi tidak teratur, peningkatan
TIO, glaucoma, urtikaria, kondisi alergi, reaksi anafilaksasi, atau
hipersensitivitas. Io: glikosida jantung, diuretic, antidiabetes
oral, derivate kumarin, rifampisin, fenitoin, barbiturate, AINS. Ds
: 4-8mg/hari. Siklerosis multitipe sehari 160 mg selama 1 minggu,
lalu dianjurkan sehari 64 mg selama 1 bulan. Anak ; insufisiensi
adrerenokortikal 0,117 mg/kgBB/hari atau 3,33mg/m2 luas permukaan
tubuh/ hari peroral dalam 3 dosis terbagi.indikasi lainnya
0,417-1.67 mg/kgBB/hari atau 1,25-50 mg/m2 luas permukaan
tubuhperoral dalam 3 atau 4 dosis terbagi.
Abroxol 30 mg/mg/tab; 15mg/5ml sirup. In : gangguan napas akut
dan kronik disertai sekresi bronki sub normal, terutama dalam
eksaserbasi bronchitis kronik, bronchitis asmatik, asma bronkial.
KI : hipersensitif. Ds :Tab. Dws ; sehari 3x1 tab; 5-12 thn; sehari
3x1/2 tab; dosis dapat dikurangi menjadi sehari 2 x, tunda
pengobatan yang lama; sirup ; dewasa ; sehari 3 x 10 ml; anak 5
thn; sehari 2-3 x 5 ml; anak 2-5 thn sehari 3x2,5 ml;dibawah 2 thn;
sehari 2x2,5 mg. Tremensa pseudoefadrin HCl 60 mg (30 mg),
triprolidin HCl 12,5 mg ( 1,25 mg)tiap tab (5 sirup) In:
meringankan gejala flu karena alergi pada saluran napas atas yang
memerlukan dekongestan dan antihistamin. KI : penyakit saluran
napas bawah (asama), hipersensitif,penderita gejala hipertensi,
gaukoma, diabetes, arteri coroner, terapi penghambatan MAO. Ds :
sehari 3-4x. dewasa dan anak 12 tahunatau lebih : 1-2 sdtk, anak
6-12 th, tab atau 1 sdtk, 2-5 th, sdtk.Parasetamol 100 mg/ml trops,
120 mg/5ml sirup; 500 mg/tab.In. antipiretik dan analgesik. KI.
Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glukose 6 fosfat
dehydrogenase. Perh. Hati-hati pada pasien dengan gangguan gagal
ginjal dan penggunaan jangka lama pada pasien anemia. ES. Dosis
tinggi mengakibatkan kerusakan fungsi hati. Ds. 12 tahun - 1 g tiap
4 jam, maksimal 4 g sehari.Pembahasan :Dari Resep diatas bisa kita
simpulkan bahwa pasien mengalami flu berat, (gangguan napas) dan
demam. obat dan dosis dari tiap-tiap obat yang diberikan dokter
rasional dengan penyakit yang ingin disembuhkan oleh pasien.IV.3
RESEP IIIR/Cefadroxil syr No I 2 dd 2 cthR/PCT 250 No 5
Dexamethasone 1/5 tab No 2Interhistin 20 No 4 mf pulv dtd No 103 dd
IR/Solvite syr No II 1 dd 1 cthNama/Umur: Nabil
HakilRegister:Diagnosa:No. Rm/BPJS:
Penyelesaian:Cefadroxyl syrup (OOP)Cefadroxyl merupakan
antibiotik golongan sefalosporin generasi ke-1. Terutama aktif
terhadap cocci Gram positif, tidak berdaya terhadap gonococci, H.
Influenza, Bacteroides dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan
terhadap laktamase. Zat-zat generasi ke-1 sering digunakan per oral
pada infeksi saluran kemih ringan dan sebagai obat pilihan kedua
pada infeksi saluran napas dan kulit yang tidak begitu parah dan
bila terdapat alergi untuk penisilin. Cefadroxyl dianjurkan pula
untuk pengobatan radang hulu kerongkongan (sakit tenggorok,
pharyngitis) dan infeksi saluran kemih.Dosis: 1-2 dd 0,5-1 g; anak
sehari 25-50 mg/kg bb dl 1-2 dosis.Kemasan: Cefadroxil 125 mg/5 mL,
sirup kering, dalam botol 60 mL. Cefadroxil 250 mg kapsul
Cefadroxil 500 mg kapsulDexamethasone (MIMS.com)Indikasi:
inflamasi, alergi, dan penyakit lain yang responsif terhadap
glukokortikoid.Dosis: Tab 0,5-10 mg/hari. Inj 4-20 mg IM atau
IV.Pemberian obat: sebaiknya diberikan bersama dengan
makanan.Sediaan: Kalmethasone inj (amp) 4 mg/mL. Kalmethasone inj
(amp) 5 mg/mL. Kalmethasone inj (vial) 20 mg/5 mL.Interhistin (OOP,
hal 819-825)Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi
atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok
reseptor-histamin (penghambatan saingan). Antihistaminikan
digunakan secara sistemis (oral, injeksi) untuk mengobati
simtomatis bermacam-macam gangguan alergi yang disebabkan oleh
pembebasan histamin.Mebhidrolin (interhistin) merupakan obat
antihistaminika golongan lain-lain. Digunakan antara lain pada
pruritus dengan dosis 2-3 dd 50 mg. Dosis: sehari 100-300
mg.ParacetamolAnalgesik sederhana seperti paracetamol, diberikan
untuk meredakan demam dan nyeri pada tubuh. (MIMS Indonesia)Dosis:
untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1g, maks. 4 g/hari, pada
penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak-anak: 4-6 dd 10 mg/kg,
yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6
tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 4-6 x sehari. (OOP, hal.
318)Solvita syrup Komposisi: vitamin A 5000 iu, vitamin B1 2,5 mg,
vitamin B2 3 mg, vitamin B6 2,5 mg, vitamin B12 2 mcg, vitamin D
400 iu, nicotinamide 20 mg, dexpanthenol 5 mg, lysine HCl 100 mg,
Ca pantothenate 5 mg, Ca gluconate 300 mg.Indikasi: multivitamin
dan suplemen kalsiumDosis:dewasa 15 mL, anak 5 mL. Diberikan 1
sampai 2 kali sehari.Pemberian obat: dapat diberikan bersama
makanan agar diabsorpsi lebih baik atau jika timbul rasa tidak
nyaman pada GI.Kemasan: Sirup 60 mL.
BAB VPENUTUPV.IKesimpulanDari hasil PBL Farmakoterapi yang kami
lakukan di RS Bhayangkara selama 2 minggu, ada 3 kasus yang kami
peroleh, diantaranya kasus gagal jantung, pneumonia, dan juga
kolostomi. Begitu pun dengan resep, ada 3 resep, diantaranya, resep
untuk penderita batuk, flu, dan Dari ketiga kasus dan resep, ada
yang menimbulkan DRP, ketidaktepatan dosis, polifarmasi, dll,
sehingga sangat menjadi perhatian bahwa pelaksanaan farmasi klinik
sangat perlu, menimbang banyaknya kekeliruan yang muncul oleh
dokter.A. SaranLaporan ini amat sangat tidak sempurna, oleh karea
itu saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat di harapkan.
Adanya PBL Farmakoterapi ini sangat membantu mahasiswa dalam
simulasi nyata akan farmasi klinik, namun pada kenyataannya di
beberapa rumah sakit masih menerapkan drug oriented, perlu adanya
sosialisasi ke rumah sakit-rumah sakit akan perlunya pasien
oriented.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta
: EGC. 2000.Dalal, S., and Zhukovsky D.S. Pathophysiology and
Management of Fever. J Support Oncol. 2006.Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Pedoman Pelayanan Farmasi (Tatalaksana Terapi
Obat) untuk Pasien Geriatri.2004Dinarello, C.A., and Gelfand, J.A.
Fever and Hyperthermia. In: Kasper. D.L., et. al., ed. Harrisons
Principles of Internal Medicine. 16th ed. Singapore: The
McGraw-Hill Company. 2005.Glover Mark, Reed Michael. Lower
Respiratory Tract Infections. Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach. 5th ed. 2001.Graneto, J.W. Pediatric Fever. Chicago
College of Osteopathic Medicine of Midwestern University.
2010.Gurwitz JH, Rochon P. Considerations in designing an ideal
medication-use system: Lessons from caring for the elderly. Am J
Health-Syst Pharm, 2000 (57): 548-51Isselbacher, J Kurt. Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 13. Jakarta : EGC.
1999.Jeremy, P.T. At Glance Sistem Respirasi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga Medical Series. 2007.Kaushik, A., Pineda, C., and Kest, H.
Diagnosis and Management of Dengue Fever in Children. Pediatr. Rev.
2010.Said M. Pengendalian Pneumonia Anak Balita dalam Rangka
Pencapaian, MDG 4. Jakarta. 2010. Setiabudy, R. dan Istiantoro,
Y.H. Tuberkulostatik dan Leprostatik dalam Farmakologi dan Terapi.
Edisi kelima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Sherwood, L.
Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
2001.Sukandar, Elin Yulinah dkk. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.
ISFI. 2008.Supandi, P.Z. Pulmonologi Klinik. Jakarta: Bagian
Pulmonologi FKUI. 1992.Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja.
Obat-obat Penting, Edisi Keenam. Jakarta: Elex Media Komputindo.
2007.
56