Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula merupakan gangguan dan ancaman. Terjadinya gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja fisik yang buruk telah lama diketahui, juga telah pula dipahami bahwa desain dan organisasi kerja yang tidak memadai seperti kecepatan dan beban kerja yang berlebihan merupakan faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat kerja. Tetapi beberapa penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor penyebab gangguan kesehatan tersebut tidak murni faktor fisik tetapi disertai juga unsur psikologis. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan angka kejadian penyakit penyumbatan pembuluh darah jantung
35

Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

Jul 24, 2015

Download

Documents

Lalune Lovegood
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi

kehidupan manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan,

sebaliknya dapat pula merupakan gangguan dan ancaman. Terjadinya gangguan

kesehatan akibat lingkungan kerja fisik yang buruk telah lama diketahui, juga

telah pula dipahami bahwa desain dan organisasi kerja yang tidak memadai

seperti kecepatan dan beban kerja yang berlebihan merupakan faktor-faktor

lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat kerja. Tetapi

beberapa penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor penyebab gangguan

kesehatan tersebut tidak murni faktor fisik tetapi disertai juga unsur psikologis.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan angka kejadian penyakit

penyumbatan pembuluh darah jantung antara pekerja-pekerja “kerah biru”

(blue collar) dan “kerah putih” (white collar). Hal ini membuktikan bahwa jenis

pekerjaan menimbulkan gangguan kesehatan yang berbeda. Hasil penelitian

Labour Force Survey pada tahun 1990 menunjukkan 182.700 kasus stres akibat

kerja di Inggris. Sedangkan pada tahun 1995 Survey of self reported workrelated

ill health (SWI) di Inggris menyatakan 500.000 invidu yang percaya bahwa

Page 2: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

dirinya menderita gangguan kesehatan akibat stres di tempat kerjanya, tetapi

dari sejumlah ini hanya 216.000 yang sungguhsungguh sakit.

Dengan mempertimbangkan perbedaan-perbedaan metode penelitian,

diperkirakan dari tahun 1990 sampai tahun 1995 terjadi peningkatan kasus stres

akibat kerja kira-kira sebesar 30%. Penelitian lain pada tahun 1985 ditemukan

kasus tuntutan hak asuransi gangguan kesehatan akibat stres di tempat kerja

sebesar 15% dari seluruh kasus gangguan kesehatan akibat kerja dibandingkan

hanya ditemukan 5% saja pada tahun 1979. Lebih menakjubkan lagi dari hasil

“Survei Statistik Kesehatan di Australia Barat” yang menemukan peningkatan

kasus stres akibat kerja yang fantastis, yaitu dari ditemukannya sebanyak 380

kasus tuntutan hak asuransi gangguan kesehatan akibat stres di tempat kerja

pada kurun waktu 1994/95 dibandingkan dengan ditemukan hanya 205 kasus

pada kurun waktu 1993/94. Pada survei ini juga diyatakan bahwa pekerja laki-

laki kehilangan kira-kira 50,8 hari kerja setiap kasus tuntutan hak asuransi,

sedang pekerja wanita kehilangan kira-kira 58,5 hari kerja. Dengan demikian

harus diakui bahwa stres akibat kerja merupakan masalah kesehatan kerja yang

penting, yang secara bermakna akan menyebabkan penurunan produktivitas

kerja.

B. Tujuan

C. Manfaat

D.

Page 3: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Psikologi Disorder

Kerusakan psikologi meliputi jankauan kondisi dan kejadian. Kerusakan

yang terlihat ditempat kerja biasanya mencakup stress, kecemasan, kebiasaan

gaya hidup yang maladaptive , dan penyalah gunaan subtansi. Kerusakan

psikologi semakin berat pada pekerja dengan pendapatan rendah, pendidikan

rendah, keahlian yang rendah, dan pekerjaan yang kurang bergengsi.

Kerusakan psikologis dapat dihubungkan oleh pekerjaan dan stressor

psikologis adalah sesuatu pengaturan kerja. Stress pekerjaan dapat diidentifikasi

sebagai factor risisko yg signifikanpada banyak masalah kesehatan mencakup

kardiovaskuler , muskuloletal, psikologi, ulcer,dan penurunan system imun.

Stres pekerjaan dapat didefinisikan sebagai “ bahaya respon fisik dan emosional

yang terjadi ketika kebutuhan dari pekerjaan tidak memenuhi kapabilitas,

sumberdaya, atau kebutuhan pekerja”. pekerja yang mempertahankan

keseimbangan berbagai responsbilitas itu mengkombinasikan ketenaga-kerjaan,

sekolah, dan ketergantungan anak-anak dan/atau keterrgantungan orang tua

ada di resiko tinggi untuk mengalami;mencoba tekanan psikologis.stres dapat

menimbulkan kerugian dan menyebabkan ketidakbisaan pekerja di USA.

Page 4: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

Penelitian menunjukkan 40% pekerja melaporkan pekerjaan mereka sangat

membuat stress. Stres kerja harus diminimal.

Gejala penyakit psikogenik massal termasuk sakit kepala, mual,

menggigil, penglihatan kabur, kelemahan otot, dan kesulitanbernafas

(Colligan, stockton, 1978 lumut, 1992, hal. 671) penyakit ini sering

dikaitkan denganpekerja yang diatasidengan bau aneh.Wabah penyakit psikogni

k massal biasanya terjadi dalam pengaturan seperti jalur perakitan pabrik

(lumut, 1992, p.671), dan telah secara rutin dikaitkan dengan situasi pekerjaan

yang penuh tekanan.

Intervensi keperawatan dalam hubungannya pada gangguan psikologi

dalam kerja dapat menunjukkan perbaikan kondisi kerja untuk meminimalisir

stress, penemuan kasus, bimbingan antisipasi, pendidikan, mengacu pada

badan-badan komunitas, dan mengadvokasi peningkatan pelayanan kesehatan

mental bagi para pekerja. Intervensi keperawatan seperti sesi grup dalam

manajemen dan kesadaran terhadap stress boleh jadi bisa sangat membantu.

Kesehatan keperawatan kerja akan menjadi sensitif pada kenyataan bahwa

anggota keluarga sering menjadi korban dari efek stress kerja dan gangguan

psikologis. Kesehatan keperawatan kerja perlu untuk mengakses kelainan-

kelainan psikologis karyawan dan menolong merubah stigma alat tambah bagi

kondisi kesehatan mentalnya. Banyak tempat kerja yang memiliki program

Page 5: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

asistensi karyawan yang menyediakan servis kesehatan mental bagi para

pekerja. Perawat sering mempersiapkan karyawan-karyawan pada program ini.

B. Patogenesis

Setiap aktivitas pekerjaan menimbulkan dampak psikologis bagi para

pekerja, misalnya stres, dan stres tak dapat dihindari. Stres tidak dapat hindari

dalam waktu yang singkat. Stres yang sama akan berpengaruh secara berbeda

terhadap masing-masing individu, serta berat ringannya juga sangat bervariasi.

Hubungan antara masing-masing perubahan patologis seorang individu tidak

banyak diketahui secara detail, tetapi sebagian besar peneliti mengakui bahwa

respon psikologis dalam hal ini termasuk stres akibat pekerjaan merupakan

faktor penyerta dari timbulnya suatu penyakit tertentu, seperti penyakit jantung

iskemik, hipertensi esensial, gangguan saluran cerna serta beberapa penyakit

neuropsikiatris. Selanjutnya peranan faktor psikologis menjadi jelas setelah

pada penelitian lain terbukti secara bermakna adanya beberapa stresor

psikologis sebagai penyebab terjadinya penyakit penyumbatan pembuluh

jantung, seperti:

1. perubahan jenis pekerjaan

2. perubahan besar-besaran pada jadwal kerja

3. perubahan dalam derajat tanggung jawab

4. ketidak sesuaian dengan atasan

5. ketidak sesuaian dengan teman-temankerja

Page 6: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

Pekerjaan itu sendiri tidak selalu sebagai sumber penyebab satu-satunya

gangguan psikologis, tetapi dapat merupakan status dari kerentanan terhadap

kegagalan di lingkungan pekerjaan yang penuh dengan stresor fisik, emosional

dan mental. Stresor fisik di tempat kerja misalnya bising, penerangan yang

kurang memadai, temperatur ruangan yang terlalu tinggi serta bahaya kerja fisik

lainnya, atau bahaya kerja kimiawi, misalnya debu kerja yang berlebihan,

bahaya kerja ergonomis, misalnya meja kerja yang terlalu tinggi/terlalu rendah,

jangkauan yang jauh, bekerja dengan posisi sulit dan lain-lain. Stresor emosional

atau mental, bisa merupakan kondisi yang tidak menyenangkan atau bahkan

kondisi yang menyenangkan misalnya suatu promosi dapat mengakibatkan

timbulnya stres akibat kehilangan posisi.

Masalah dalam pekerjaan lainnya seperti mutasi kerja, menganggur dan

pensiun seringkali juga menimbulkan kerentanan untuk timbulnya gangguan

psikologis. Kondisi lainnya seperti terlalu banyak tugas, atau sebaliknya tidak

diberi tugas, tidak punya kekuasaan untuk melaksanakan tugas atau atasan yang

tidak mendukung dalam melaksanakan tugas juga menjadi subjek konflik di

tempat kerja. Sifat stresor adalah bertambah terus dan bertumbuh. Respon

individu dalam menghadapi stresor tergantung pada nilai, pengalaman dan daya

penyesuaian dirinya. Suatu stressor tunggal dapat menjadi majemuk jika terjadi

kegagalan elemen-elemen dari sistem pendukung emosi misalnya jika mobil

Page 7: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

mogok di jalan pada saat akan menghadiri rapat yang penting. Manusia dalam

menghadapai stresor akan menampilkan tiga tahap reaksi tubuh:

1. Reaksi alarm (tanda bahaya)

Respon yang datangnya dengan cepat dalam menghadapai suatu tantangan

atau ancaman. Pada tahap ini tubuh belum dapat beradaptasi terhadap paparan

atau ancaman bahaya. Terjadi mobilisasi dari sistim saraf otonom yang

mencetuskan respon stres dalam bentuk respon perlawanan (fight) atau respon

menghindar (flight). Bermacam-macam sistem tubuh ikut mengkoordinasi

kesiapsiagaan untuk bereaksi, mempengaruhi kejiwaan (sistem limbik),

pengaturan sistem kardiovaskuler, pernafasan, ketegangan otot serta aktivitas-

aktivitas motorik yang halus.

2. Tahap kebal (resisten)

Reaksi alarm tidak dapat dipelihara untuk jangka waktu yang lama. Paparan

yang lama terhadap stresor menyebabkan individu menjadi kebal atau resisten.

Pada tahap ini sesungguhnya tubuh sudah dapat beradaptasi, di mana individu

mengembangkan suatu strategi perlawanan untuk bertahan dan membina

kemampuan perlawanan untuk meredam respon dari stressor yang telah

dimulai pada tahap sebelumnya. Mekanisme penanggulangan ini bisa

menguntungkan atau merugikan bagi perkembangan mental individu. Ternyata

individu cenderung untuk mengatasi dengan cara yang cepat daripada cara

yang lama dalam menangani masalah tersebut dan mencoba menghindari

Page 8: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

kondisi yang kurang menyenangkan. Pada tahap ini individu sangat

membutuhkan pertolongan untuk mengidentifikasi cara-cara penyelesaian yang

dapat mendorong dirinya memahami keuntungan dari caracara penyelesaian

yang lebih lama.

3. Tahap kelelahan

Respon terhadap stres pada dasarnya penting untuk menimbulkan daya

motivasi dan adaptasi seseorang. Bila beban mental terlalu berat atau tidak

dapat menemukan solusi yang memadai maka individu tersebut akan

menanggung banyak kesukaran. Stres yang lama dan berkelanjutan dapat

menimbulkan masalah-masalah yang menahun, pada akhirnya menyebabkan

individu akan menderita suatu kelelahan yang berat seakan-akan semua

cadangan energi menghilang, sehingga timbul depresi. Gejala fisik dari tahap

awal kelelahan tampak sebagai perasaan lelah yang berlebihan, lemah dan tidak

punya daya. Tanda non-spesifik lainnya biasanya dalam bentuk penglihatan

yang kabur, rasa pusing, vertigo, tangan tremor, nyeri otot, palpitasi, napas

terasa berat, nyeri dada, sesak napas atau gangguan pernafasan yang lain,

gejala-gejala gangguan saluran cerna seperti rasa kering di mulut, rasa leher

tercekik, mual atau muntah, konstipasi yang menahun, diare atau sakit perut

yang melilit. Berat badan bertambah atau menjadi kurus, perubahan pola

makan. Individu ini biasanya kalau di tempat kerja tidak menunjukkan gejala-

gejalanya kecuali kalau terasa sangat berat, pada keadaan ini cederung untuk

Page 9: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

bolos kerja. Tetapi sayangnya gejala ini tidak hanya timbul di tempat kerja, bisa

juga di rumah atau di mana saja, sehingga individu menjadi sangat menderita.

Gejala emosi dari stres pada tahap kelelahan berhubungan dengan depresi

dan frustrasi, manifestasinya dalam bentuk emosi yang tidak terkontrol,

perasaan takut mati, tidak berani bicara di depan publik, mudah terkejut, tidak

suka berteman atau bertemu keluarga atau menyalurkan hobinya, kurang

perhatian pada hal-hal personal seperti olah raga, pakaian dan makan. Pada

kasus-kasus yang ekstrem bisa merusak diri atau percobaan bunuh diri. Mudah

marah, dingin dan kaku pada orang lain serta disertai perasaan bersalah yang

berlebihan. Serangan panik dan gelisah dapat mengakibatkan kesulitan

melaksanakan pekerjaan, yang akan menambah stres di tempat kerja karena

gejala-gejala tersebut terlihat oleh rekan kerjanya.

Disfungsi mental pada tahap kelelahan tampak pada gangguan pola tidur

seperti sulit bangun dari tidur, bangun tidur terlalu dini yang disertai dengan

mimpi-mimpi buruk, hilangnya daya konsentrasi dan koordinasi. Hal ini

mendorong timbulnya gangguan penampilan di tempat kerja serta daya untuk

mempertimbangkan suatu masalah, sehingga tidak jarang timbul perilaku

negatif dalam melaksanakan pekerjaan.

Di tempat kerja tanda-tanda disfungsi mental biasanya lebih mudah

kelihatan daripada tanda-tanda gangguan fisik karena gejala tersebut

berhubungan langsung dengan penampilan kerja dan jelas dapat dirasakan oleh

Page 10: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

rekan kerja. Hal ini mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri dan gangguan

kontrol individu, sehingga semakin mendorong penurunan penampilan dirinya.

Penyalahgunaan alkohol dan obat-obat penenang serta obat-obatan yang lain,

merokok berlebihan seringkali menjadi solusi yang diambil oleh individu ini.

C. Jenis stresor dan hubungannya dengan spesifikasi jenis pekerjaan

Stresor dapat mempengaruhi kondisi psikologis pekerja, dalam hal ini

stressor dapat berasal dari sistem tugas, volume pekerjaan, lingkungan tempat

kerja atau sebagai akibat ketidak-keharmonisan hubungan dengan individu lain

di tempat kerja serta faktor-faktor budaya organisasi tempat kerja, beberapa

stresor juga berhubungan pada identifikasi dari peranan seseorang di organisasi

tempat kerja.

1.Sistem tugas

a. Kerja lembur

Menurut beberapa penelitian, kerja lembur yang terlalu sering, apalagi

kalau tanpa control jumlah jam kerja yang berlebih-lebihan ternyata tidak hanya

mengurangi kuantitas dan kualitas hasil kerja, juga seringkali meningkatkan

kuantitas absen dengan alasan sakit atau kecelakaan kerja Misalnya, pekerja-

pekerja di industri pengemasan buah kaleng yang biasanya banyak

berhubungan dengan musim buah.

b. Tugas kerja malam

Page 11: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

Kerja malam merupakan tugas yang berat bagi individu pekerja, seringkali

mengakibatkan timbulnya gangguan fisik akibat kurang tidur serta perubahan

tingkah laku yang dapat mendorong individu untuk penyalahgunaan alkohol dan

obat-obatan terlarang serta perubahan kebiasaan makan. Misalnya: polisi,

perawat, satpam, anggota pemadam kebakaran, pekerja-pekerja di industri

pelayanan (hotel, transportasi, dan lain-lain), termasuk pekerja dengan tugas

malam lainnya. Penelitian yang dilaksanakan oleh Bilat dkk. pada tahun 2002

ditemukan bahwa cuti sakit perawat wanita dan pekerja rumah sakit lainnya

mencapai lebih dari 13% dari seluruh jumlah hari kerja akibat jadwal kerja

malam yang terlalu sering di rumah sakit.

c. Kecepatan mesin

Kecepatan kerja yang didasarkan semata-mata pada kapasitas kecepatan

mesin sangat menguras energi fisik dan psikologis individu pekerja karena harus

terpaku untuk menyesuaikan kecepatan mesin, ban berjalan atau proses

produksi, sehingga sedetik pun tak memungkinkan pekerja untuk meninggalkan

tempat kerjanya tanpa digantikan atau ditolong temannya. Misalnya produk-

produk control kualitas yang dihasilkan oleh mesin-mesin yang berkecepatan

tinggi dan produk-produk yang harus berdasarkan jadwal yang ketat.

d. Gerakan yang berulang secara monoton

Page 12: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan gerakan anggota

badan yang berulang secara monoton, yang kadang-kadang pula disertai posisi

kerja yang sulit, atau sambil membawa beban atau menahan beban seringkali

sangat memberatkan individu pekerja. Misalnya pekerjaan-pekerjaan di industry

penggergajian kayu, pengemasan, pemilihan dan asembling pada ban berjalan.

Walsh dkk menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa pekerjaan yang banyak

menggerakkan tangan berulang dan membosankan seperti pada para pekerja

penggergajian kayu lebih banyak menimbulkan penyakit-penyakit psikosomatik

dan gejala-gejala stres mental lainnya sehingga meningkatkan frekuensi cuti

sakit.

e. Keterikatan kerja

Tidak adanya kebebasan bekerja, misalnya tahapan pekerjaan yang

mempunyai jadwal tugas yang ketat dan detail. Misalnya pemeliharaan,

perawatan, dan pengujian mesin kapal terbang yang harus berdasarkan

“checklist” yang ketat, pekerjaan mencocokkan, memasang dan merakit

elemen-elemen jadi bangunan rumah, mesin-mesin.

f. Komunikasi yang menjemukan

Pekerjaan yang memerlukan interaksi yang berulang-ulang karena

memerlukan negosiasi yang sulit untuk diterima atau tidak sesuai dengan

kehendak lawan bicara. Misalnya manajer pemasaran, personil promosi obat-

obatan.

Page 13: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

2.Volume pekerjaan

a. Volume pekerjaan yang berlebihan

Volume pekerjaan yang terlalu banyak, yang dibatasi oleh waktu. Misalnya :

1. Tergesa-gesa karena dibatasi oleh waktu, misalnya petugas pelayanan

pelanggan yang harus melayani pelanggan dengan antrian yang panjang

untuk menunggu pelayanan, sekretaris dengan tugas yang bertumpuk.

2. Permintaan-permintaan untuk pengambilan keputusan yang rumit,

misalnya petugas kontrol kualitas, pekerjaan yang harus membutuhkan

masukan informasi yang banyak.

b. Volume pekerjaan yang sangat kurang

Kurang rangsangan untuk bekerja, kurang variasi, tidak ada kreativitas atau

tuntutan untuk mengatasi masalah. Misalnya:

1. Tuntutan pekerjaan yang memerlukan perhatian penuh tetapi kurang

rangsangan untuk bekerja. Pekerja harus tetap waspada dan harus selalu

siap untuk bereaksi bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Walaupun

keadaan tersebut jarang sekali terjadi, seperti tugas pengawasan mesin

dan peralatan pada penggunaan reguler, tugas menjaga pintu kereta api.

2. Tuntutan pekerjaan penyortiran untuk membeda-bedakan produk secara

tepat biasanya membutuhkan konsentrasi, perasaan dan konsentrasi

penglihatan yang intens.

Page 14: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

3. Tidak diberi tugas karena atasan pilih kasih, atau kemampuan kalah

bersaing dengan yang lain.

c. Tanggung jawab untuk keselamatan dan kesejahteraan diri sendiri, organisasi

tempat kerja dan masyarakat umum. Misalnya:

1. Tanggung jawab untuk bekerja dengan aman merupakan faktor stres psikis

dari pekerja karena harus selalu berhati-hati dalam bekerja agar tidak

membahayakan orang di sekitarnya atau pun membahayakan diri sendiri,

seperti: operator mesin derek, pekerja yang menangani bahan-bahan

kimia yang berbahaya atau yang mudah meledak, dan pilot.

2. Tanggung jawab pekerjan terhadap kesejahteraan masyarakat misalnya

pekerja-pekerja di sektor kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan

lainnya.

3. Tanggung jawab terhadap peralatan dan bahan-bahan kerja yang bernilai

tinggi.

d. Kondisi fisik/lingkungan tempat kerja

Adanya ancaman terpapar kondisi fisik dari tempat kerja yang kurang

menyenangkan atau kontak dengan bahan-bahan beracun.Misalnya:

1. Tempat kerja yang sunyi/terpencil, seperti pekerjaan-pekerjan menyendiri

yang tak mempunyai kesempatan berkomunikasi dengan orang lain atau

pekerjan-pekerjan yang pada situasi sulit atau terancam bahaya tak

memungkinkan untuk mencari pertolongan dari teman kerja atau

Page 15: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

siapapun. Misalnya: tugas pengawasan/penjagaan yaitu penjaga mercu

suar, tugas jaga malam, operator telegraf, pekerjaan-pekerjaan yang tidak

kontak langsung dengan langganan.

2. Tempat kerja yang jauh atau sulit dijangkau

3. Pajanan di tempat kerja

Pajanan di tempat kerja umumnya pajanan fisik dan pajanan kimiawi,

seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, tempat kerja yang

sempit berdesakan, ventilasi buruk, penerangan yang kurang baik, vibrasi,

masalah ergonomi, tempat kerja yang bising, bau yang tidak enak, debu di

tempat kerja dan substansi kimia yang berbahaya.

D. Organisasi tempat kerja

1. Perubahan-perubahan

Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat kerja merupakan salah satu

penyebab utama dari stres. Perubahan seringkali mengakibatkan suatu

kehilangan, seperti diberlakukannya teknik yang baru di tempat kerja,

pergantian supervisor, restrukturisasi organisasi, pemberian tugas baru yang

sulit dilaksanakan, pindah bagian, dan dibebas-tugaskan sebagai pimpinan.

2. Manajemen yang otokratis

Pada perusahaan dengan manajemen yang otokratis, biasanya komunikasi

atasan dan bawahan tidak berjalan dengan baik. Seringkali para pekerja

Page 16: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

dibebani oleh dua perasaan yang berlawanan, yang mendorong timbulnya

stres. Perasaan tersebut biasanya timbul bila para pekerja mengerti apa yang

mereka harus perbuat, tetapi pada kenyataannya hal itu tidak dapat

dilaksanakan. Komunikasi yang buruk juga biasanya mencetuskan timbulnya

rasa ketidakpuasan, kurangnya penghargaan, konflik pada garis komando atau

konflik perbedaan tuntutan para pekerja pada manajemen bisa menimbulkan

konflik dengan rekan kerja. Selain itu pekerja harus mengerjakan perintah

yang tidak disukainya, bahkan tidak tercantum dalam deskripsi pekerjaan,

kurangnya dukungan materi dan fasilitas lainnya dari manajemen guna

menyelesaikan tugas atau tidak diberinya kekuasaan untuk memutuskan

masalah dalam menyelesaikan tugas merupakan stresor psikologis yang

penting.

3. Pengembangan karir.

Ancaman dibebas-tugaskan, diturunkan pangkat, dipensiunkan lebih dini

karena sakit, ada hambatan untuk dipromosikan atau mendapat promosi

untuk pekerjaan yang kurang dikuasainya, hal ini dapat menimbulkan

kecemasan yang hebat.

E. Penatalaksanaan Pychology Dissorder

Dokter perusahaan seringkali sukar mendiagnosis atau menggambarkan

dengan jelas berkembangnya masalah psikologis individu di tempat kerja, karena

Page 17: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

gejala-gejala yang timbul terutama mempengaruhi kondisi fisik, sehingga pada

awalnya seringkali terfikir penyakit-penyakit organis sebagai penyebabnya.

Misalnya gejala sakit kepala biasanya dipikirkan sebagai akibat penyakit tekanan

darah tinggi, nafsu makan berlebihan akibat riwayat obesitas dalam keluarga dan

sakit pinggang akibat perkapuran tulang belakang atau akibat skoliosis. Yang lebih

menyulitkan, para pasien itu sendiri menolak untuk menghubungkan gejala-gejala

yang timbul sebagai akibat pengaruh beban psikologi di tempat kerja. Perubahan

perilaku di tempat kerja seringkali dicemooh oleh orang-orang di sekitarnya,

biasanya tidak diceritakan oleh pasien. Biasanya pasien menolak bila dikatakan

perubahan perilakunya adalah kontraproduktif.

Pasien biasanya menuntut cepat sembuh sehingga seringkali mencari

pengobatan yang mudah dari masalah yang dirasakannya dan mengharapkan

keajaiban dari dokter untuk menghilangkan gejala yang dideritanya. Selain itu

karena masalah psikologi juga merupakan bagian dari masalah di luar lingkungan

pekerjaan, jadi masalah di belakang layar dalam keluarga atau lingkungan sosial

dapat bermanifestasi sebagai gejala stres di tempat kerja, sehingga lebih

mempersulit mengenali gejala penyakit ini.

Jika seseorang mempunyai gejala-gejala stres yang berkepanjangan sulit

untuk dicari akar masalahnya atau pencetus timbulnya gejala-gejala tersebut.

Tetapi pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan gejalagejala dini (reaksi

alarm) dapat menolong untuk mengidentifikasi akar masalah tersebut. Misalnya;

Page 18: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

restrukturisasi yang baru terjadi di lingkungan tempat kerja, kesulitan khusus

terutama dalam hubungan interpersonal, saat timbulnya gejala dalam hubungan

terhadap stresor, deskripsi menyeluruh tentang tempat kerja serta

penyalahgunaan alkohol dan obat-obat terlarang. Bila pasien menemui dokter

pada saat masalah psikologis baru timbul, beberapa pertanyaan langsung pada

akar masalah tersebut dapat menolong untuk mengidentifikasi situasi pencetus

masalah psikologis. Pada saat ini advis medis yang memadai dapat mengatasi

masalah jangka pendek atau jangka panjang. Selanjutnya pasien ini

membutuhkan perhatian yang lebih besar dan membutuhkan pemeriksaan

lanjutan, guna mencegah berkembangnya penyakit ini. Anxiolitika, antidepresan

dan ß-blocker dapat mengatasi masalah psikologis untuk jangka pendek, tetapi

tidak dapat dipakai untuk jangka panjang karena pasien tidak diobati pada akar

masalahnya, juga bahaya ketergantungan obat-obat tersebut serta depresi

miokard akibat ß-blocker perlu mendapat perhatian. Guna mendorong terjadinya

perubahan perilaku kerja dan persepsi terhadap respon biologis, pasien

dinasehatkan untuk datang secara reguler biasanya 1 jam dalam seminggu, untuk

bimbingan dan konseling oleh dokter perusahaan, terutama untuk kasus-kasus

dengan akar masalah psikologis seperti kesulitan-kesulitan interpersonal atau

perilaku ketergantungan alkohol/obat-obat terlarang. Istilah “konseling” harus

dibedakan dengan “memberi nasehat”. Suatu nasehat terbatas pada satu paket

solusi yang diberikan pada pasien untuk mengatasi masalah, sedang seorang

Page 19: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

konselor membantu pasien dengan memberikan sejumlah pilihan solusi untuk

mengatasi masalahnya. Konselor akan membantu memilihkan solusi atau

penyelesaian dari masalah tersebut sehingga pasien memperoleh pilihan terbaik

dan melaksanakannya dengan usaha pasien itu sendiri. Penelitian oleh Walsh dkk

pada tahun 2005 melaporkan bahwa bimbingan dan konseling yang dilakukan

dokter perusahaan pada karyawan kantor pos di Ingris berhasil mengurangi cuti

sakit dan secara bermakna dapat mengatasi gejala-gejala kecemasan, depresi dan

dapat meningkatkan harga diri. Contoh dari manajemen untuk mengatasi

masalah psikologis adalah Pelatihan Manajemen Stres . Pelatihan ini dapat

dilaksanakan secara berkelompok 6 sampai 12 pekerja yang ada indikasi

mempunyai gejala stres akibat kerja. Materi-materi pelatihan yang perlu

diajarkan seperti: teknik fisiologis untuk mengurangi serangan stress misalnya

teknik relaksasi, biofeedback, meditasi atau latihan pernafasan, teknik psikologis

dan kognitif pembentukan diri kembali, macam-macam keterampilan kerja

misalnya manajemen waktu, skala prioritas, keterampilan interpersonal misalnya

pelatihan berpidato, presentasi, tatacara mengikuti rapat, dan lain-lain.

Pasien perlu dianjurkan untuk menciptakan keseimbangan stres di tempat

kerja, sehingga gaya hidup yang sehat dan aktivitas relaksasi di tempat kerja

dapat terwujud. Beberapa teknik relaksasi di tempat kerja dapat dianjurkan,

seperti istirahat pendek tapi sering misalnya 5 menit setiap jam kerja lebih

berguna daripada istirahat panjang tapi jarang, sedikit latihan fisik secara regular

Page 20: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

sangat berguna pada pekerja komputer, olah pernafasan yang rutin bermanfaat

untuk mencegah serangan stres yang datangnya mendadak atau serangan panik.

Gaya hidup yang sehat di luar tempat kerja harus dianjurkan seperti: olahraga

rutin, makanan sehat, berhenti merokok dan minum alkohol, penyaluran hobi

serta pasien dianjurkan memperbanyak berkomunikasi dengan keluarga dan

teman-temannya. Penatalaksanaan stres di tempat kerja secara menyeluruh tidak

hanya membutuhkan kerja sama dan partisipasi pasien tapi juga partisipasi aktif

organisasi tempat kerja, seperti: melaksanakan perbaikan tempat kerja seoptimal

mungkin, menciptakan manajemen yang terbuka, terlaksananya komunikasi dua

arah antara pekerja dan pimpinan, memberikan tugas dan otoritas tugas yang

jelas, memberikan target yang menantang tapi mampu dicapai, jadwal kerja yang

fleksibel tapi terencana, memberikan teguran pada pekerja yang salah secara

wajar, adil tanpa kekerasan.

G.Upaya Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Petugas kesehatan harus selalu berusaha memberikan konsultasi yang baik

mengenai kesehatan pada pekerja dan memberikan masukan pada manajemen

perusahaan untuk memperhatikan dampak psikologis pekerjaan pada para

pekerjanya. Mereka harus mempelajari sumber dan faktor-faktor okupasional

pada lingkungan kerja yang kiranya dapat menimbulkan masalah psikologis dan

Page 21: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

gangguan lain akibat stres emosional. Mereka harus menyadari sepenuhnya

bahwa setiap karyawan/eksekutif sangat mudah merasionalisasikan kegagalan

yang mereka hadapi dengan menghubungkannya dengan kondisi lingkungan kerja

yang kurang membantu/menyenangkan. Informasi yang diperoleh dari para

individu yang kadangkala perlu digunakan untuk memberikan rekomendasi

khusus bagi direksi perlu disimpan kerahasiaannya, apalagi yang berkenaan

dengan usulan / kritik yang membangun dalam memperbaiki lingkungan dan

suasana kerja.

2. Pencegahan Sekunder

Dari bagian personalia, dapat diperoleh data karyawan, baik mengenai

absenteeism mereka, sering/tidaknya mereka bertengkar. Keterangan kesehatan,

frekuensi berobat, kecelakaan kerja diperoleh dari poliklinik perusahaan,

diteruskan ke bagian personalia. Kasus yang mencurigakan sebaiknya secepatnya

dirujuk pada yang lebih ahli (psikolog, psikiater, bekerja sama dengan pekerja

sosial untuk memperoleh data yang lebih lengkap). Kasus yang berat seperti

psikopat berat atau epilepsi psikomotor perlu dibicarakan secara rinci dengan

pimpinan personalia, atau bahkan dengan pimpinan perusahaan (bila diperlukan).

3. Pencegahan Tersier

Merupakan usaha mencegah invaliditas yang kronis dengan mengadakan

rehabilitasi yang baik bagi karyawan yang menderita gangguan

mental/emosional.Beberapa perusahaan biasanya masih mau menerima mereka

Page 22: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

kembali asalkan ada jaminan bahwa yang bersangkutan masih dapat melakukan

pekerjaannya dengan baik. Bila pasien tadi tidak dapat lagi menduduki

jabatannya yang semula, bahkan memerlukan fasilitas half way house atau

sheltered work shop yang sampai saat ini masih belum memperoleh penanganan

yang serius, mereka perlu dicarikan jalan keluar agar tidak membebani

masyarakat secara berlebihan. Mereka sebenarny masih dapat berdikari dalam

lingkup yang lebih sempit. Perlu dikemukakan dalam pencegahan tersier ini tidak

jarang dijumpai adanya karyawan yang mempunyai gangguan/cacat akibat kerja

dan memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan sekunder (yang

seringkali merugikan perusahaan).

Page 23: Kelompok 6 Psikologi Disorder k3 Bu NH

BAB III

KESIMPULAN

Semua pekerjaan memiliki beban tanggung jawab, masalah-masalah,

tuntutan-tuntutan, kesulitan-kesulitan dan tekanan-tekanan yang mencetuskan

timbulnya stress psikologis pada individu pekerja. Pada akhirnya bila stres

berkepanjangan akan menghasilkan respon tubuh dalam bentuk gangguan faal

tubuh, gangguan emosional dan perubahan tingkah laku serta menurunnya

produktivitas kerja. Dengan mencari akar masalah dan membimbing pasien

dengan cara penanggulangan stres yang benar, besar kemungkinan masalah

pasikologis ini dapat diatasi dan akibat buruknya pada organisasi tempat kerja

dapat diminimalisir. Biasanya pasien menolak bila gejala-gejala penyakitnya

dihubungkan dengan stres psikologis maka tidak banyak dokter yang dapat

mendiagnosis gangguan kesehatan ini. Karena dokter perusahaan yang paling

tahu tentang lingkungan tempat kerja, dengan demikian untuk masalah psikologis

ini peranan seorang dokter perusahaan menjadi sangat penting. Kalau dulu

tanggung jawabnya semata-mata terbatas pada gangguan kesehatan yang

dihasilkan akibat proses industri, tetapi sekarang mencakup segala sesuatu yang

berhubungan dengan pekerjaan termasuk juga stress psikologis akibat kerja.