BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen Keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan Profesional. Pemberian pelayanan keperawatan profesional perawat diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan untuk meningkatkan derajat pasien menuju arah kesehatan yang optimal (Nursalam, 2002). Pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di rumah sakit diharapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien dimana lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Keperawatan merupakan suatu proses bekerja dengan
melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan pelayanan Asuhan
Lokasi penerapan proses profesi manajemen keperawatan yang
digunakan dalam kegiatan profesi keperawatan mahasiswa S1
9
Keperawatan STIKes Haji Sumatera Utara di ruang Nurul Jannah RS
Islam Malahayati yang terletak dengan uraian sebagai berikut :
a. Ruangan terletak di lantai 3, sebelah kanan pada pintu lift
b. Sebelah selatan berbatasan dengan ruangan lantai 3 baru
c. Sebelah timur berbatasan dengan laboratorium avicena
10
Lab. Avicena Kelas IIIRuang 301
Kelas IIIRuang 302
Kelas IRuang 304
Informasi
Ruang 305
Kelas III Ruang 306
Nurse Station
Lift
3. Struktur Organisasi Ruangan
11
PP
PP
PPPP
PJ
PP
PP
PPPPPP
PP
PJPJ
PPPP
PJ
Kepala Ruangan
4. Ketenagaan ruangan
5
21
3
2
MedisKeperawatanNon KeperawatanNon Kesehatan
Analisis ketenagaan perawat di RS Islam Malahayati terdiri dari
tenaga medis yang berjumlah 21 orang. Sedangkan tenaga paramedis
keperawatan sebanyak 183 orang. Dan tenaga non keperawatan sebanyak 25
orang. Tenaga non kesehatan berjumlah 86 orang. Tingkst pendidiksn,
penerimaan-orientasi, promosi, mutasi, pengembangan
5. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan dengan metode
Douglas(1984)
NO KLASIFIKASI DAN KRITERIA
1. Minimal care (1-2 jam)1. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti
pakaian dan minum2. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan3. Observasi tanda vital setiap shif4. Pengobatan minimal, status psikologi stabil5. Persiapan prosedur pengobatan
12
2 Intermediet care (3-4 jam)1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum2. Obsrvasi tanda vital tiap 4 jam3. Pengobatan lebih dari satu kali4. Pakai foley kateter5. Pasang infuse, intake output dicatat6. Pengobatan perlu prosedur
3 Total care (5-6 jam)1. Dibantu segala sesuatunya2. Posisi diatur3. Observasi tanda vital tiap 2 jam4. Pasang NGT5. Terapi intavena, pakai suction6. Kondisi gelisah/ disorientasi/ tidak sadar
Kebutuhan tenaga perawat diruang Nurul Jannah dari hasil pengkajian adalah
sebagai berikut:
17 April 2015
Klasifikasi Pasien
Jumlah Pasien
Pagi Sore Malam
Total Care
Partial Care
Minimal Care
2
11
5
2 X 0,36= 0,72
11 X 0,27= 2,97
5 X 0,17= 0,85
2 X 0,36= 0,72
11 X 0,15=
1,65
5 X 0,14 = 0,7
2 X 0,20= 0,4
11 X 0,10=
1,1
5 X 0,07=
0,35
Total 18 4,54 3,07 1,85
Total tenaga perawat
Dinas pagi : 4 Orang
Dinas sore : 3 Orang
Dinas Malam : 2 Orang
13
Jumlah : 9 Orang
6. Fasilitas ruangan
a. Peralatan
Tabel 2.5 Peralatan di Ruang Nurul Jannah RS Islam Malahayati
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Tempat tidur dewasa 28 buah Baik
2 Meja Pasien 28 buah Baik
3 Kipas Angin 4 buah Baik
4 Brancahart 1 buah Baik
5 Standart infus 20 buah Baik
6 Tabung O2 5 buah Baik
7 Kamar mandi dan WC 6 Buah Baik
8 Wastafel 1 buah Baik
9 Kursi Roda 2 buah Baik
b. Fasilitas untuk petugas kesehatan, meliputi :
i. Ruang Kepala Ruangan tidak terpisah dengan nurse station.
ii. Kamar mandi dan WC ada di dekat nurse station.
iii.Ruang konsultasi dokter gabung dengan nurse station.
c. Fasilitas untuk pasien, meliputi :
i. Ruang rawat inap yang terdiri dari Ruang kelas II dan III
ii. Kamar mandi dan WC ada dalam masing-masing ruangan.
d. Fasilitas dan sarana di Ruang Nurul Jannah RS Islam Malahayati
14
15
Tabel 2.6 Fasilitas dan Sarana di Ruang Nurul Jannah RS Islam Malahayati
No Fasilitas Jumlah Kondisi
1 Stetoscope 2 buah Baik
2 Tensi meter air raksa 3 buah Baik
3 Bak Instrumen Besar 1 buah Baik
4 Bak Instrumen Kecil 1 buah Baik
5 Tempat Korentang 1 buah Baik
6 Korentang 1 buah Baik
7 Termometer axilla 2 buah Baik
8 Pinset anatomi 2 buah Baik
9 Pinset cirugi 2 buah Baik
10 Gunting Perban 2 buah Baik
11 Bengkok 3 buah Baik
12 Tromol Besar 1 buah Baik
13 Masker O2 43 buah Baik
14 Ambubag 1 buah Baik
15 Sprei 14 buah Baik
16 Stick Laken 14 buah Baik
17 Sarung Bantal 14 buah Baik
18 Selimut 14 buah Baik
19 Perlak 10 buah Baik
16
e. Fasilitas Alat Rumah Tangga
No Fasilitas Jumlah Kondisi
1 Lemari Es 1 buah Baik
2 Tempat Sampah 8 buah Baik
3 Rak Sepatu 8 buah Baik
4 Dispenser 1 buah Baik
C. Proses
1. Perencanaan
Visi misi diruangan sampai saat ini belum ada. Visi misi yang digunakan
masih mengacu kepada visi misi rumah sakit. Dan diruangan tidak terdapat visi
misi yang ditempel didinding diruangan yang dapat terbaca dengan mudah oleh
semua orang. Perawat pelaksana belum menunjukkan dan bekerja berdasarkan
visi misi yang ada. Dokumentasi asuhan keperawatan sesuai format yang
disepakati sesuai dengan SOP dan SAK ada yang dari Kemenkes dan ada yang
dari rumah sakit sendiri. Adanya mekanisme mengambil keputusan disesuaikan
dengan kondisi. Pemberian tugas tergantung banyaknya jumlah pasien yang
dirawat. Operan dilakukan secara tertulis dalam buku laporan harian dan buku
harian. Operan yang dilakukan kurang maksimal karena pada saat operan tidak
memberi salam, tidak memperkenalkan perawat yang akan dinas pada shift
berikutnya, tidak menanyakan bagaimana keluhan pasien, kurang memperhatikan
kebutuhan pasien.
17
2. Pengorganisasian
Adanya mekanisme mengambil keputusan disesuaikan dengan kondisi.
Pemberian tugas tergantung banyaknya jumlah pasien yang dirawat. Operan
dilakukan secara tertulis dalam buku laporan harian dan buku harian. Operan yang
dilakukan kurang maksimal karena pada saat operan tidak memberi salam, tidak
memperkenalkan perawat yang akan dinas pada shift berikutnya, tidak
menanyakan bagaimana keluhan pasien, kurang memperhatikan kebutuhan
pasienStruktur ketenagaan yang ada yaitu terdiri satu karu, empat penanggung
jawab, dan enam belas perawat pelaksana. Tidak ada struktur organisasi yang
dipasang didinding ruangan (nurse station). Pembagian tanggung jawab terhadap
pasien dilakukan berdasarkan ruangan, tetapi setiap perawat pelaksana wajib
mengetahui pasien yang berada diruangan lainnya. Pada struktur organisasi
diruangan belum menunjukkan penerapan metode tim. Setiap perawat mempunyai
uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing. Perhitungan jumlah tenaga
sudah sesuai dengan rasio pasien dengan menguunakan standart minimal dengan
metode douglas tetapi kepuasan pasien masih belum terpenuhi secara keseluruhan.
3. Pengarahan
Komunikasi antara staf atau perawat berjalan dengan baik. Pada saat
timbang terima pasien perawat melaporkan tindakan yang telah dilakukan dan
yang akan dilakukan oleh perawat pada shift berikutnya. Pendelegasian diruangan
masih belum ada tetapi hanya dilakukan dengan cara lisan. Peningkatan motivasi
dilakukan oleh rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung,
18
misalnya secara rutin mengadakan pelatihan dan pembinaan. Perawat yang
kinerjanya baik mendapatkan reword.
4. Pengendalian
Tim pengendalian mutu sudah ada tetapi pelaksanaan pengendalian mutu
masih belum optimal. Sistem pelaporan dan pencatatan kegiatan mutu sudah ada.
Struktur kerja dan format juga ada. Asuhan keperawatan yang diberikan sudah
mengacu pada SAK dan SOP.
D. Output
1. Indikator mutu umum RS (BOR, LOS, TOI, BTO)
a. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah presentasi pemakaian tempat tidur
pada satu satuan waktu. Angka BOR rendah menunjukkan kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan RS oleh masyarakat. Angka BOR
yang tinggi > 85% menunjukkan tingkat pemanfaatan TT
(pengembangan RS) yang tinggi, sehingga perlu penambahan TT.
Rumus :∑ pasien
∑ bedx 100 %
Tanggal ∑ pasien ∑ bed BOR = (∑ pasien : ∑ bed) x 100%
09 April 2015 20 28 BOR= (20 : 28) x 100% = 72%
10 April 2015 22 28 BOR = ( 22:28 ) x 100% = 79%
11 April 2015 21 28 BOR= (21:28) x100% =75%
12 April 2015 17 28 BOR = (17 : 28) x 100% = 61%
13 April 2015 20 28 BOR= (20 : 28) x 100% =72%
14 April 2015 21 28 BOR= (21:28) x100% =75%
15 April 2015 21 28 BOR= (21:28) x100% =75%
19
16 April 2015 22 28 BOR= (22:28) x100% =79%
Salah satu indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS
adalah BOR. Secara teoritis BOR optimal adalah 70-85%, yang artinya semakin
tinggi angka BOR akan mempengaruhi TOI sehingga akan berakibat
meningkatnya tingkat stres kerja dan kinerja perawat. Tetapi disisi lain
peningkatan BOR akan mempengaruhi income RS.
b. Average Leght of Stay (ALOS) yaitu rata-rata lama rawatan seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu. ALOS ini harus bersama dengan BTO dan TOI.
Rumus : Jumlahh ari perawatan pasienkeluarJumlah pasien keluar (h idup+mati)
Kasus terbanyak pasien yang dikelola oleh mahasiswa di Ruang Nurul
Jannah adalah yang rerata lama perawatannya sebagai berikut :
Jumlah hari perawatan pada pasien keluar = .... hari dan jumlah pasien yang sudah
keluar adalah .... orang.
Indikator ALOS dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan)
lebih lanjut dan dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi (Depkes RI, 2005).
20
Tanggal ∑ pasien keluar
∑hari ALOS = (∑ hari
rawatan : ∑ pasien
keluar)
09 April 2015 0 0 0
10 April 2015 1 5 5 hari
11 April 2015 4 15 3,75 hari
12 April 2015 5 19 3,8 hari
13 April 2015 1 3 3 hari
14 April 2015 3 12 4 hari
15 April 2015 3 13 4, 3 hari
16 April 2015 1 7 7 hari
c. Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak
ditempati dari saat diisi ke saat diisi berikutnya. Manfaat TOI bersama
LOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur.
Interpretasi TOI dengan cara semakin besar nilai yang didapat maka
21
efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek. Bisa dimulai bila
bersama dengan BTO dan LOS.
Rumus : (JumlahTT xhari)– hari perawatan RS
Jumlah pasienkeluar (hidup+mati)
Keterangan : TT (pengembangan RS)
Diruang Nurul Jannah RS Islam Malahayati dengan 28 TT dengan jumlah
hari perawatan dalam 8 hari 165 pasien, pasien keluar hidup + mati 18 orang,
maka TOI =
(JumlahTT x hari ) – hari perawatan RSJumlah pasienkeluar (hidup+mati )
= (28 x 8hari )−165
18=59:18=3 hari
d. Bed Turn Over (BTO) adalah frekuensi penggunaan tempat tidur.
Manfaat penghitungan angka ini apabila digunakan bersama indikator
lain yaitu TOI dan ALOS untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan