Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012 Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam BAB IV INTERPRETASI TEORITIK 4.1 Emile Durkheim Emile Durkheim (1859-1917), Profesor Sosiologi pertama dari Universitas Paris, mengambil pendekatan kolektivitas terhadap pemahaman mengenai masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas. Solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti "perekat sosial". Dalam hal ini dapat berupa, nilai, adat istiadat, dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota masyarakat dalam ikatan kolektif. Durkheim membagi kelompok masyarakat ke dalam solidaritas mekanis dan solidaritas organis: 1. Solidaritas Mekanis Solidaritas yang terbangun antara sesama manusia yang didasari akar- akar humanisme serta besarnya tanggung jawab dalam kehidupan sesama. Solidaritas tersebut mempunyai kekuatan sangat besar dalam membangun kehidupan harmonis antara sesama. Karena itu, landasan solidaritas tersebut lebih bersifat lama dan tidak temporer. Solidaritas mekanis merupakan ciri yang menandai masyarakat yang masih sederhana, yang oleh Durkheim dinamakan segmental. Dalam masyarakat demikian kelompok – kelompok manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan lainnya. Masing – masing kelompok dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa memerlukan bantuan atau kerja sama dengan kelompok luarnya. Masing – masing anggota pada umumnya dapat menjalankan peranan yang diperankan oleh anggota lain, pembagian kerja
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
BAB IV
INTERPRETASI TEORITIK
4.1 Emile Durkheim
Emile Durkheim (1859-1917), Profesor Sosiologi pertama dari
Universitas Paris, mengambil pendekatan kolektivitas terhadap pemahaman
mengenai masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas. Solidaritas
dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti "perekat sosial". Dalam hal ini
dapat berupa, nilai, adat istiadat, dan kepercayaan yang dianut bersama oleh
anggota masyarakat dalam ikatan kolektif. Durkheim membagi kelompok
masyarakat ke dalam solidaritas mekanis dan solidaritas organis:
1. Solidaritas Mekanis
Solidaritas yang terbangun antara sesama manusia yang didasari akar-
akar humanisme serta besarnya tanggung jawab dalam kehidupan sesama.
Solidaritas tersebut mempunyai kekuatan sangat besar dalam membangun
kehidupan harmonis antara sesama. Karena itu, landasan solidaritas tersebut lebih
bersifat lama dan tidak temporer. Solidaritas mekanis merupakan ciri yang
menandai masyarakat yang masih sederhana, yang oleh Durkheim dinamakan
segmental. Dalam masyarakat demikian kelompok – kelompok manusia tinggal
secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan lainnya. Masing – masing
kelompok dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa memerlukan bantuan atau
kerja sama dengan kelompok luarnya. Masing – masing anggota pada umumnya
dapat menjalankan peranan yang diperankan oleh anggota lain, pembagian kerja
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
belum berkembang. Peranan semua anggota sama sehingga ketidakhadiran
seorang anggota kelompok tidak mempengaruhi kelangsungan hidup kelompok
karena peranan anggota tersebut dapat dijalankan orang lain. Kohesi sosial yang
terjadi berdasarkan ketergantungan individu dalam masyarakat juga lebih maju
terhadap satu sama lain. Di kalangan masyarakat industri pembagian tenaga kerja
pun meningkat. Meskipun individu melakukan tugas yang berbeda dan sering
memiliki nilai dan kepentingan yang berbeda.
2. Solidaritas Organis
Bentuk hubungan antarsesama selalu dilandaskan pada hubungan sebab
akibat (kausalitas), bukan pada kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan. Hubungan
yang terjalin lebih bersifat fungsional sehingga lebih temporer sifatnya. Pada
tataran lebih luas, bisa saja solidaritas yang terbangun di dalamnya didasarkan
pada kacamata niaga, yang di dalamnya berlaku
hukum untung rugi. Solidaritas Organis merupakan bentuk solidaritas yang
mengikat masyarakat kompleks, masyarakat yang telah mengenal pembagian
kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antar bagian. Tiap
anggota menjalankan peranan berbeda dan diantara berbagai peranan yang ada
terdapat kesalingtergantungan laksana kesalingtergantungan antara bagian –
bagian suatu organisme biologis. Karena adanya saling tergantungan ini maka
ketidakhadiran pemegang peranan tertentu akan mengakibatkan gangguan pada
kelangsungan hidup masyarakat.
Berdasarkan teori yang dikemukakan Emile Durkheim, penelitian ini
menyimpulkan tipe masyarakat Desa Panglungan melalui analisis dengan
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
menggunakan 2 variabel yakni variabel solidaritas sosial dan variabel kontrol
sosial.
Solidaritas Sosial
No. Kategori Frekuensi %
1 Rendah 0 0
2 Sedang 8 8
3 Tinggi 92 92
Jumlah 100 100
Data yang disajikan dalam tabel di atas menginformasikan variabel
solidaritas sosial dan melalui tabel tersebut merepresentasikan solidaritas
masyarakat Desa Panglungan ditinjau dari interaksi antar sesama warga dalam
melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Interaksi yang dilakukan
menyangkut tentang kedekatan dengan tetangga dan kegiatan yang diikuti di
lingkungan sekitar.
Solidaritas sosial di Desa Panglungan tergolong tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari saling mengenalnya antar tetangga, keluarga tetangga; sering
berkunjungnya ke rumah tetangga; respon terhadap tetangga yang sakit,
meninggal, terkena musibah; keikutsertaan apabila tetangga mengadakan hajatan
dengan menyumbangkan tenaga, uang, dan lain-lain; serta keiikutsertaan pada
kegiatan yang ada di desa seperti arisan, pengajian, siskamling, kerja bakti, dan
melayat jika ada tetangga meninggal. Tetapi kegiatan siskamling di Desa
Panglungan sudah mulai tergeser modernisasi yang sudah mulai memasuki
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
kehidupan masyarakat Desa Panglungan. Siskamling hanya diaadakan apabila ada
acara/kegiatan warga Panglungan saja.
Selain data diatas ditemukan bukti lain yakni dari hasil Indepth Interview
kepada salah satu petani yang tergolong miskin di desa Panglungan yaitu Ibu
Ismini. Dari hasil wawancara mendalam tersebut ditemukan bahwa solidaritas
antar tetangga di desa tersebut masih tinggi yakni apabila responden tersebut
membutuhkan bantuan berupa tenaga maupun materi tetangga sekitar rumah
responden sering membatu. Dan bukti lainnya dari salah seorang petani kaya di
desa Panglungan yaitu Ibu Endang, Beliau sering membantu warga sekitar apabila
membutuhkan bantuan dan apabila Beliau sedang panen Beliau mengambil tenaga
kerja dari warga sekitar. Meskipun Beliau kaya warga sekitar juga ikut merasakan
keberhasilan Ibu Endang.
Dari data yang terkumpul, Desa Panglungan tergolong pada desa yang
memiliki sosidaritas mekanis dengan ciri-ciri yang dikemukakan Emile Durkheim.
Terlihat dari respon positif warga saat ada tetangga yang mempunyai hajat,
mereka akan datang berbondong-bondong, membawa bingkisan dan membantu
mempersiapkan acara. Jika ada yang membutuhkan bantuan uang, mereka akan
meminjami tanpa memungut bunga dan saat ada tetangga yang meninggal dunia
mereka akan dengan kesadaran diri membantu mempersiapkan prosesi
pemakaman serta membantu secara materi.
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Gambar: Warga Desa Panglungan saat kerja bakti.
Penggolongan masyarakat Desa Panglungan ke dalam masyarakat yang bertipe
solidaritas mekanilas dapat dilihat pula dari pembagian-pembagian pekerjaan
yang ada dalam masyarakat tersebut yang sebagian besar masih bergerak di
dalam sektor pertanian atau perkebunan atau dengan kata lain masyarakat di desa
ini masih memiliki pembagian pekerjaan yang relatif homogen. Solidaritas yang
mekanis dalam masyarakat desa ini juga dapat dilihat dari tingkat kesolid-an
masyarakatnya yang cukup tinggi yang diwujudkan melalui saling menjaga
hubungan kerukunan antara anggota satu dengan anggota yang lainnya dengan
melalui berbagai bentuk kegiatan-kegiatan sosial yang diadakan rutin dan
senantiasa diikuti oleh seluruh warga seperti halnya kegiatan kerja bakti/bersih
desa, siskamling dan pengajian rutin. Disamping itu, masyarakat Desa Panglungan
juga menunjukkan solidaritasnya dengan saling membantu jika ada anggota warga
lain yang sedang memiliki acara hajatan. Bantuan yang mereka berikan pun
bervariasi karena tidak ada ketentuan-ketentuan tertentu dalam memberikan
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
bantuan. Begitu juga jika ada tetangga yang meninggal dunia, warga lain secara
kesadaran langsung membantu tetangga yang ditinggalkan dengan melayat,
memberi bantuan materi serta ikut membantu dalam proses pemakamannya.
Selain itu, jika ada tetangga atau sanak saudara yang membutuhkan bantuan
berupa uang masyarakat Desa Panglungan kembali menunjukkan solidaritasnya
dengan meminjamkan uang tanpa bunga dan memberikannya tanpa pamrih.
Variabel kontrol sosial juga menunjukkan bahwa masyarakat Desa
Panglungan termasuk ke dalam tipe masyarakat dengan solidaritas mekanis. Hal
ini dapat dibuktikan dari masyarakatnya dalam menjaga ketertiban dan keamanan
lingkungan dengan menggunakan kontrol sosial dengan bentuk sanksi yang telah
disepakati sebelumnya melalui kekeluargaan. Namun apabila cara kekeluargaan
masih belum menyelesaikan masalah maka masalah tersebut dilaporkan ke pihak
yang berwajib.
4.2 Max Weber
Maximilian Weber (Efurt, Jerman, 21 April 1864) adalah seorang ahli
ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman yang dianggap sebagai salah satu
pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern. Dalam teorinya, Weber
mengemukakan 4 tindakan sosial, yaitu :
a. Zweck – Rasional intrumental
b. Wert- Rasional orientasi nilai
c. Affectual - afeksi
d. Traditional
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Pada pengembangannya, yang dibahas adalah Zweck – Rational atau lebih
disebut sebagai Tindakan Rasional dan tipe tindakan tradisional. Karena kedua
tipe ini dapat memunculkan perbedaan mendasar ketika mengkategorikan
tindakan-tindakan dari masyarakat.
1. Masyarakat yang berorientasi Tradisional
Dalam teori ini, Weber menyebut bahwa masyarakat ini dalam
tindakannya selalu berorientasi pada hal – hal yang berbau tradisi (suatu kebiasaan
bertindak yang terbentuk dari masa lampau). Tindakannya dilandaskan pada
hukum-hukum normatif yang ditetapkan oleh masyarakat yang dialkukan secara
turun temurun mapun kebiasaan masa lalu yang dipelopori oleh nenek moyang.
Di dalam masyarakat ini berkembang suatu bentuk authority (
kemampuan mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diterima secara formal) dan
power. Power dikonsepkan sebagai kemampuan mempengaruhi orang lain.
Sehingga berkembanglah istilah patriakhalisme dan patrimonialisme. Tipe
kepemimpinan “patriakhalisme” adalah kepemimpinan yang wewenang serta
kekuasannya didasarkan pada senioritas. Sehingga yang lebih senior memiliki
kedudukan yang lebih tinggi. Sedangkan “patrimonialisme” adalah tipe
kepemimpinan yang mengharuskan sang pemimpin bekerja sama dengan kerabat-
kerabatnya atau dengan orang-orang yang terdekat.
Selain itu juga muncul tipe kepemimpinan kharismatik. Tipe ini bukan
merupakan tipe kepemimpinan tradisional ataupun rasional. Melainkan
kepemimpinan yang berdasarkan suatu keabsahan yang sebenarnya bersifat
irasional. Kepemimpinan yang seperti ini akan bergantung pada sejauh mana
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
kharisma dari pemimpin tersebut masih aktif dan dapat bertahan di mata
masyarakatnya.
2. Masyarakat yang Berorientasi Rasional
Di dalam masyarakat yang berpedoman kepada rasionalitas ini hukum-
hukum yang disusun secara rasional dijadikan pedoman utama setiap tindakan
sosial. Selain itu juga terjadi penyusutan tradisi,sehingga tradisi dianggap sebagai
suatu hal yang kuno dan irrasional.
Setiap tindakan sosial dari masyarakat rasional selalu bertolak dari pilihan-pilihan
secara rasional atas sarana atau alat yang dinilai paling efektif unuk mencapai
tujuan yang diinginkan secara maksimal. Di dalam masyarakat ini, berkembang
hukum-hukum ekonomi yang menginginkan pencapaian tujuan dalam jumlah
maksimal dengan menekan pengeluaran daya serta dana seminimal mungkin. Dan
berkembang pula rasionalisme teknologis, yaitu suatu pendayagunaan alat/sarana
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Demikian menurut Weber, keabsahan authority dalam masyarakat yang
berorientasi rasional ini juga akan didasarkan pada hukum-hukum yang disusun
secara rasional, kepada keahlian tertentu, kepada pembagian pekerjaan, dan
kepada hierarkhi kekuasaan. Sementara itu , penunjukkan serta pengangkatan
pemimpin akan mendasarkan diri pada pertimbangan – pertimbangan obyektif
yang tak memandang orangnya secara pribadi. Kesemuanya tersusun dalam suatu
birokrasi.
Kelompok 3, Sosiologi FISIP UNAIR 2012
Laporan Tipologi Sosial Desa Panglungan Kecamatan Wonosalam
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Max Weber, penelitian ini
menarik kesimpulan melalui analisis dengan menggunakan variabel tradisi dan
kepercayaan serta variabel kepemimpinan.
Melalui variabel tradisi dan kepercayaan, penelitian ini menyimpulkan
bahwa masyarakat Desa Panglungan tergolong ke dalam masyarakat tradisional.
Sesuai dengan data yang telah diperoleh pada masyarakat Desa Panglungan dapat
diketahui bahwa masyarakat tersebut masih sangat percaya pada tradisi-tradisi
peninggalan nenek moyang dan mereka masih sering melakukan tradisi tersebut.
Intensitas Responden dalam Melakukan Tradisi dan Kebudayaan
No. Kategori Frekuensi %
1 Rendah 0 0
2 Jarang 6 6
3 Sering 94 94
Jumlah 100 100
Dari tabel skoring tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 94 %
masyarakat Desa Panglungan sering melakukan tradisi peninggalan nenek
moyang mereka. Dapat dilihat dari seringnya masyarakat Desa Panglungan
melakukan tradisi berupa, upacara kehamilan berupa empat bulanan (ngupati),
tujuh bulanan (tingkepan), Sembilan bulanan (procotan); upacara kelahiran berupa