Top Banner
Manajemen Keperawatan SISTEM PENGEMBANGAN MANAJEMEN KINERJA KLINIK (SPMKK) Oleh : Kelompok ____ D-IV Keperawatan Tingkat 2 Semester IV 1. Ni Putu Amelia Rosalita Dewi (P07120214003) 2. Ni Komang Risna Muliantini (P07120214011) 3. Made Wahyu Riantini (P07120214024) 4. Putu Jana Yanti Putri (P07120214028) 5. Ni Nym. Diah Vitri Pradnyaningrum (P07120214029) 0
35

kelompok 1

Jul 15, 2016

Download

Documents

Dewa

nlio;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: kelompok 1

Manajemen Keperawatan

SISTEM PENGEMBANGAN MANAJEMEN KINERJA KLINIK (SPMKK)

Oleh :Kelompok ____

D-IV Keperawatan Tingkat 2 Semester IV

1. Ni Putu Amelia Rosalita Dewi (P07120214003)

2. Ni Komang Risna Muliantini (P07120214011)

3. Made Wahyu Riantini (P07120214024)

4. Putu Jana Yanti Putri (P07120214028)

5. Ni Nym. Diah Vitri Pradnyaningrum (P07120214029)

6. Luh Agustina Rahayu (P07120214030)

7. I Gusti Ayu Indah Juliari (P07120214031)

8. Ni Kadek Suliani (P07120214034)

9. Putu Lenny Omi Priyatni (P07120214035)

10. I Gusti Ayu Ari Dewi (P07120214037)

KEMENTERIAN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATANTAHUN 2016

0

Page 2: kelompok 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (Spmkk)” dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyelesaian makalah ini ada beberapa

kesulitan yang penulis temukan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan

pengalaman penulis. Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini

perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan anugrah-Nya kepada pihak

yang telah membantu penyelesaian makalah ini dan semoga makalah ini dapat

berguna untuk memberikan kontribusi dalam mata kuliah Keperawatan

Maternitas. Di samping itu penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna,

untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak sangat

penulis harapkan demi kesempurnaannya.

Denpasar, 11 Maret 2016

Penulis,

1

Page 3: kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I - PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan

4

D. Manfaat 5

BAB II – PEMBAHASAN

A. Sejarah Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik

(SPMKK) Perawat 6

B. Pengertian SPMKK

9

C. Tujuan Pengembangan SPMKK 9

D. Sasaran kegiatan SPMKK 9

E. Prinsip Pengembangan SPMKK 10

F. Strategi Penerapan SPMKK

11

G. Skema Dan Model SPMKK

12

H. Komponen SPMKK

13

BAB III - PENUTUP

A. Kesimpulan 21

B. Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

2

Page 4: kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK) bagi

perawat dan bidan di rumah sakit dan Puskesmas, merupakan salah satu upaya

yang telah dirintis dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

perawat dan bidan dilapangan klinis. Sistem dan model yang dikembangkan

dalam SPMKK adalah sesuatu yang baru di Indonesia dan mempunyai daya

ungkit yang cukup tinggi untuk mendorong perawat dan bidan dalam

meningkatkan tanggung jawab dan akuntabilitas secara profesional.

Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis adalah suatu Sistem

Manajemen Klinis bagi perawat dan bidan yang merupakan mikrosistem

dalam sistem pelayanan kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan, baik itu di Rumah Sakit maupun di Puskesmas (Hillan

A.R.,2002) dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, tidak dapat

terlepas dari kinerja pelaksana pelayanan (perawat). Salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah motivasi kerja. (Nawawi H.,2003)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap

sepuluh perawat dan dari hasil wawancara serta tanya jawab ternyata

3

Page 5: kelompok 1

didapatkan data sebagai berikut, satu perawat dengan tingkat pengetahuan

tinggi motivasi kerja tinggi, satu perawat dengan tingkat pengetahuan rendah

motivasi kerja tinggi, satu perawat dengan tingkat pengetahuan rendah

motivasi kerja rendah, dua perawat dengan tingkat pengetahuan sedang

motivasi kerja rendah, tiga perawat dengan tingkat pengetahuan tinggi

motivasi kerja rendah dan dua perawat dengan tingkat pengetahuan sedang

motivasi kerja rendah

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah sistem pengembangan manajemen kinerja klinik

(SPMKK) perawat ?

2. Apakah yang dimaksud dengan SPMKK ?

3. Apa saja tujuan pengembangan SPMKK ?

4. Apa saja sasaran kegiatan SPMKK ?

5. Apa saja prinsip pengembangan SPMKK ?

6. Apa saja strategi penerapan SPMKK ?

7. Bagaimanakah skema dan model SPMKK ?

8. Apa saja komponen SPMKK ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sistem pengembangan manajemen kinerja klinik

(SPMKK) perawat

2. Untuk mengetahui SPMKK

3. Untuk mengetahui pengembangan SPMKK

4. Untuk mengetahui sasaran kegiatan SPMKK

5. Untuk mengetahui prinsip pengembangan SPMKK

4

Page 6: kelompok 1

6. Untuk mengetahui strategi penerapan SPMKK

7. Untuk mengetahui skema dan model SPMKK

8. Untuk mengetahui komponen SPMKK

D. Manfaat Penelitian.

Berdasarkan tujuan diatas, maka penulisan makalah ini diharapkan dapat

bermanfaat, sebagai berikut:

1. Manfaat Umum

Memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya wawasan dan

pengetahuan tentang materi.

2. Manfaat Khusus

a. Bagi pembaca

Makalah ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam

memahami materi yang di sajikan. Selain itu pembaca makalah ini

diharapkan mampu menerima semua materi yang disampaikan.

b. Bagi penulis

Dapat memperluas kaidah-kaidah pengetahuan serta sumber ajar yang

berguna dalam proses pembelajaran khususnya pada materi .

5

Page 7: kelompok 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH SISTEM PENGEMBANGAN MANAJEMEN KINERJA

KLINIK (SPMKK) PERAWAT

Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan pengetahuan

masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan informasi yang demikian

cepat dan diikuti oleh tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang

lebih baik mengharuskan sarana pelayanan kesehatan untuk

mengembangkan diri secara terus menerus seiring dengan perkembangan

yang ada pada masyarakat tersebut.

Didalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit disusun

berupa kegiatan komprehensif dan integratif yang menyangkut struktur,

proses dan output / outcome secara objektif, sistematik dan berlanjut.

Memantau dan menilai mutu serta kewajaran pelayanan tehadap pasien,

menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien dan

memecahkan masalah yang terungkapkan, sehingga pelayanan yang

diberikan di rumah sakit berdaya guna dan berhasil guna.

Karena hanya profesi perawat dan bidan merawat pasien 24 jam,

mereka menjadi kunci untuk kualitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu

fungsi, tugas, tanggung jawab serta akuntabilitas perawat dan bidan harus

diperjelas. demikian juga pengetahuan dan ketrampilannya terus menerus

harus ditingkatkan, supaya asuhan kepada pasien bisa diberikan secara

profesional dan holistic 2,3,4. Hal yang patut kita sadari bahwa pelayanan

6

Page 8: kelompok 1

keperawatan/kebidanan dapat memberikan kontribusi besar dalam

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

Pada tahun 2001, Departemen Kesehatan Indonesia bekerjasama

dengan WHO Indonesia telah melalukan penilaian terhadap 1.000 perawat

dan bidan di 4 propinsi, hasil penilaian menunjukkan bahwa pada saat itu

tidak terdapat sistem manajemen yang mendukung terwujudnya kinerja

klinik yang baik. Atas dasar ini maka pada tahun 2001 berbagai pihak

dengan dukungan dari WHO Indonesia dan lembaga donor

mengembangkan sebuah system peningkatan kinerja klinik bagi perawat

dan bidan yang disebut sebagai Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja

Klinik (SPMKK). Sistem ini telah di uji-coba-kan (2002), di evaluasi

(2003-2004) dan pada saat ini telah diterapkan di 9 propinsi dan 35

kabupaten/kota. Lebih lanjut SPMKK telah dijadikan kebijakan nasional

dengan nama baru yaitu Peningkatan Manajemen Kinerja (PMK) melalui

SK Menkes.

SPMKK adalah upaya peningkatan kemampuan manajerial dan

kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan disarana atau

institusi pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan kesehatan yang

bermutu (Depkes, 2006).

Pada bulan Oktober 2000 - Maret 2001, Tim Konsultan WHO

bekerja sama dengan Kelompok Kerja Perawat Tingkat Nasional Depkes,

mengembangkan satu model “Sistim Pengembangan Manajemen Kinerja

Klinik (SPMKK) guna meningkatkan kemampuan manajerial dan kinerja

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada tatanan rumah

sakit dan puskesmas. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 oleh

WHO dan Keperawatan Depkes di Provinsi Kaltim, Sumut, Sulut, Jabar

dan DKI menunjukan gambaran sebagai berikut:

70,9 % perawat selama 3 tahun terakhir tidak pernah mengikuti

pelatihan.

39,8 % perawat masih melakukan tugas-tugas kebersihan.

47,4 % perawat tidak memiliki uraian tugas secara tertulis.

7

Page 9: kelompok 1

Belum dikembangkan monitoring dan evaluasi Kinerja Klinis bagi

perawat secara khusus (Depkes, 2006).

Konsep dasar SPMKK adalah memberikan lingkungan (struktur

dan proses) yang memotivasi staf klinik (perawat) untuk menerapkan dan

mengembangkan ilmu dan keterampilan yang dimiliki hingga dapat

memberikan pelayanan (keperawatan) yang bermutu (outcome). Struktur

dimaksud adalah: diskripsi pekerjaan berdasarkan kebutuhan, standar dan

pedoman pelayanan klinik, pendidikan berkelanjutan, indikator kinerja dan

keterampilan manajemen klinik. Proses dimaksud adalah: kepemimpinan

untuk mutu klinik, monitoring kinerja klinik, mekanisme umpan balik,

pendampingan untuk mencapai standar yang telah ditetapkan dan

mekanisme pembelajaran berkelanjutan.

Sistem Pengembangkan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK),

dikembangkan untuk perawat dan bidan, merupakan suatu pendekatan

yang bersifat memperkuat dan mendukung program/proses yang sudah

ada, akreditasi dan proses jaminan mutu yang difokuskan pada

peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut

terjadi sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan

pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak

terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar.

Melalui kinerja klinis perawat, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi

profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan, yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan secara umum

pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada

kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mengukur kinerja perawat pada tatanan klinis, digunakan

"indikator kinerja klinis" sebagai langkah untuk mewujudkan

komitmennya guna dapat menilai tingkat kemampuan individu dalam tim

kerja. Dengan demikian, diharapkan kesadaran akan tumbuh, mau, dan

mampu mengidentifikasi kualitas kinerja masing-masing, untuk dimonitor,

diperbaiki serta ditingkatkan secara terus menerus. Model pengembangan

8

Page 10: kelompok 1

dan manajemen kinerja klinis (SPMKK) bagi perawat, dimulai dari elemen

terkecil dalam organisasi yaitu pada tingkat "First Line Manager" (kepala

ruang), karena produktifitas (jasa) berada langsung ditangan individu-

individu dalam kerja tim. Namun demikian komitmen dan dukungan

pimpinan puncak dan stakeholder lainnya tetap menjadi kunci utama.

Bertemunya persepsi yang sama antara dua komponen tersebut dalam

menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal utama untuk

meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi.

Menentukan tingkat prestasi melalui indikator kinerja klinis akan

menyentuh langsung faktor -faktor yang menunjukkan indikasi-indikasi

obyektif terhadap pelaksanaan fungsi/tugas seorang perawat, sejauh mana

fungsi dan tugas yang dilakukan memenuhi standar yang ditentukan.

(Depkes, 2006).

B. PENGERTIAN SPMKK

Sistem pengembangan manajemen kinerja klinis (SPMKK) adalah

suatu Micro system dari macro system organisasi pelayanan kesehatan

dan proses manajerial untuk meningkatkan kemampuan klinis perawat dan

bidan di rumah sakit dan puskesmas. SPMKK adalah upaya peningkatan

kemampuan manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan disarana atau institusi pelayanan kesehatan untuk mencapai

pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2006)

C. TUJUAN PENGEMBANGAN SPMKK

a. Jangka pendek

1) Agar supaya tenaga keperawatan dapat membuat standar dan

diskripsi pekerjaan sesuai dengan tupoksinya.

2) Mempunyai kemampuan manajerial dalam mengelola kegiatan

keperawatan.

3) Mempunyai hubungan sistem monitoring indikator kinerja.

9

Page 11: kelompok 1

4) Senantiasa mengembangkan proses pembelajaran penyelesaian

kasus secara berkesinambungan melalui RDK (Refleksi Diskusi

Kasus).

b. Jangka panjang

Meningkatkan profesionalisme perawat, karena bagaimanapun

tuntutan akan profesionalisme dalam melaksanakan pekerjaannya

akan menjadi syarat dalam mewujudkan bentuk akuntabilitas publik.

D. SASARAN KEGIATAN SPMKK

Sasaran dari kegiatan SPMKK adalah :

a. Perawat dan bidan pelaksana, serta manajer lini pertama (first line

manager) antara lain :

1) Kepala Ruangan

2) Wakil Kepala Ruangan di Rumah Sakit

3) Perawat dan bidan sebagai penanggung jawab program di

Puskesmas

4) Pimpinan Keperawatan atau Kebidanan di sarana pelayanan

kesehatan lainnya.

b. Pimpinan sarana kesehatan, seperti :

1) Direktur

2) Kepala Bidang atau Kepala Seksi

3) Kepala Instalasi dan Supervisor (rumah sakit)

4) Kepala Puskesmas

5) Kepala Sarana Pelayanan.

E. PRINSIP PENGEMBANGAN SPMKK

a) Komitmen

Komitmen dapat diartikan sebagai janji atau tanggungjawab. Hal

ini dapat diartikan bahwa setiap orang/pihak/institusi yang

berkomitmen terhadap SPMKK berjanji untuk melaksanakan SPMKK.

10

Page 12: kelompok 1

Adanya komitmen ini sangat diperlukan mulai dari tingkat

pimpinan/pengambilan keputusan dipemerintahan sampai kelevel yang

paling bawah. Komitmen merupakan suatu komponen yang dapat

menjamin kesinambungan kegiatan.

1) Kualitas

Pelaksanaan SPMKK diarahkan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM) keperawatan meliputi kinerja dan

hasil pelayananya. Peningkatan kinerja perawat akan

mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan menjadi lebih baik

sehingga akan meningkatkan citra pelayanan keperawatan disarana

pelayanan kesehatan.

2) Kerja tim

SPMKK baru difokuskan kepada perawat tetapi mendorong

adanya kerjasama kelompok (team work) antar tenaga kesehatan,

karena kerjasama tim merupakan salahsatu penentu keberhasilan

pelayanan kesehatan.

1) Pembelajaran berkelanjutan

Penerapan SPMKK memberikan kondisi terjadinya

pembelajaran yang memungkinkan setiap individu untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga

dapat mengikuti perkembangan IPTEK.

2) Efektif dan efisien

Dengan menerapkan SPMKK perawat dapat bekerja secara

efektif dan efisien karena mereka bekerja sesuai dengan standar

dan uraian tugas serta diikuti dengan monitoring dan evaluasi

yang dapat meminimalkan kesalahan-kesalahan dalam

pekerjaan. Adanya kejelasan tugas memungkinkan setiap orang

bekerja pada area yang telah ditetapkan.

F. STRATEGI PENERAPAN SPMKK

a. Membangun komitmen

11

Page 13: kelompok 1

Membangun komitmen dengan semua pihak yang terkait/stakeholder

dengan pengembangan SPMKK untuk itu perlu adanya sosialisasi dan

koordinasi.

b. Melibatkan stakeholder

Dengan komitmen, keterlibatan stakeholder dapat memberikan

dukungan moril dan material dalam penerapan SPMKK.

c. Mengelola sumber daya

Pengelolaan SDM, sumber dana, dan fasilitas dapat ditingkatkan untuk

mengoptimalkan keberhasilan SPMKK perawat.

d. Profesionalisme

Pengelolaan SPMKK secara profesional dengan perencanaan yang

matang serta diimplementasikan secara sungguh-sungguh berdasarkan

pada pedoman SPMKK, standar profesi, SOP keperawatan, serta

pedoman pelayanan kesehatan lainnya.

e. Desentralisasi

Dalam rangka otonomi daerah SPMKK dapat dikembangkan sesuai

kondisi masing-masing daerah dengan tetap berpedoman pada

pedoman yang telah ditetapkan.

G. SKEMA DAN MODEL SPMKK

12

Page 14: kelompok 1

H. KOMPONEN SPMKK

Dalam rangka mewujudkan terciptanya pelayanan profesional

keperawatan perlu disediakan pedoman pelaksanaan SPMKK yang

mengacu pada lima komponen SPMKK yaitu : Standar, Uraian tugas,

Indikator kinerja, Refleksi Diskusi Kasus (RDK), Monitoring dan

Evaluasi.

a) Standar

Komponen utama yang menjadi kunci dalam SPMKK adalah

standar, yang meliputi standar profesi, Standar Operasioanal

Prosedur (SOP), dan pedoman-pedoman yang digunakan oleh

perawat disarana pelayanan kesehatan. Standar keperawatan

13

Page 15: kelompok 1

bermanfaat sebagai acuan dan dasar bagi perawat dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu. Standar juga

dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan, dapat

meningkatkan motivasi dan pendayagunaan staf, dapat digunakan

untuk mengukur mutu pelayanan serta melindungi masyarakat atau

klien dari pelayanan yang tidak bermutu

Standar adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan

disepakati bersama serta dapat diterima pada suatu tingkat praktik

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Reyers, 1983).Standar

yang ditetapkan harus memenuhi kriteria yaitu :

spesifik(specific), terukur (measurable), tepat (appropriate), andal (

reliable), tepat waktu (timely).(Donabedian, 1982)

Ketentuan standar

Harus ditulis dan dapat diterima untuk dilaksanakan oleh para

pelaksana.

Mengandung komponen struktur, proses, hasil.

Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sitem

dalam organisasi.

Standar harus disyahkan atau disetujui oleh yang berwenang.

Komponen standar

Standar struktur atau standar input menjelaskan praturan,

kebijakan tatanan dalam organisasi, meliputi filosofi dan

obyektif organisasi dan administrasi, kebijakan dan peraturan,

staffing dan pembinaan, deskripsi pekerjaan, fasilitas dan

peralatan.

Standar proses adalah kegiatan dan interaksi antara pemberi

dan penerima asuhan yang berfokus pada kinerja petugas

secara profesional dalam tatanan klinis meliputi fungsi,

tanggungjawab, dan akontabilitas, manajemen kinerja klinis,

monitoring dan evaluasi kinerja klinis.

14

Page 16: kelompok 1

Standar hasil adalah hasil asuhan dalam kaitannya dengan

status pasien. Standar ini berfokus pada asuhan pasien yang

prima meliputi kepuasan pasien, keamanan pasien,

kenyamanan pasien.

Manfaat standar

Menetapkan norma dan memberikan kesempatan anggota

masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimana tingkat

pelayanan yang diharapkan/diinginkan karena standar tertulis

sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas.

Menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku

sebagai tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja.

Berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan

pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi lokal.

meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan

sumber daya dengan lebih baik;

meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.

dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada

keadaan dasar maupun post basic pelatihan dan pendidikan.

b) Uraian tugas

Uraian tugas adalah seperangkat fungsi, tugas, dan tanggungjawab

yang dijabarkan dalam suatu pekerjaan yang dapat menunjukan jenis

dan spesifikasi pekerjaan, sehingga dapat menunjukan perbedaan

antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya. Uraian tugas

merupakan dasar utama untuk memahami dengan tepat tugas dan

tanggugjawab serta akuntabilitas setiap perawat dalam melaksanakan

peran dan fungsinya.

1) Dalam lingkup keperawatan uraian tugas meliputi :

a. Posisi structural

Ketentuan dari posisi struktural ditetapkan oleh pemerintah

ditentukan oleh adanya jabatan sesuai dengan sistem yang

ditentukan oleh organisasi, dibuktikan dengan adanya Surat

Keputusan (SK). Posisi struktural ini ditentukan oleh masing-

15

Page 17: kelompok 1

masing organisasi misal : kepala bangsal, koordinator

puskesmas, penanggungjawab puskesmas pembantu, ketua

PPNI dan lain-lain yang dikukuhkan dengan terbitnya SK

pengangkatan

b. Posisi klinis

Posisi klinis berhubungan dengan kompetensi, tanggungjawab

dan kewenangan yang sangat berhubungan pula dengan tingkat

pendidikan. Misalnya : jabatan fungsional pada jenjang perawat

pelaksana, perawat penyelia SPK, D1, D2, D3, D4, S1 atau

tingkat profesi yang memiliki batas kewenangan masing-

masing.

2) Enam langkah untuk mengembangkan uraian tugas yaitu :

a. Identifikasi pekerjaan

b. Analisa pekerjaan

c. Analisa kegiatan setiap pekerjaan

d. Evaluasi fungsi melalui analisis kinerja dengan menggunakan

penilaian kinerja.

e. Analisis indikator kinerja untuk setiap kompetensi

f. Metode penilaian kinerja.

3) Tujuh kriteria yang harus dipertimbangkan dalam uraian tugas

sebagai berikut :

a. Diskripsi pekerjaan harus terkini dan akurat untuk persyaratan

fungsi dan tugas yang diperlukan.

b. Posisi/jabatan klinis harus jelas berdasarkan ketentuan dan

jenjang karir yang ditetapkan oleh organisasi.

c. Diskripsi pekerjaan menunjukan jenis dan spesifikasi

pekerjaan, bagaimana dan untuk apa pekerjaan tersebut

berbeda satu dengan yang lainnya.

d. Diskripsi pekerjaan harus lengkap dan tidak mendetail,

sehingga dapat mengembangkan fungsi dan tugas lebih luas.

e. Adanya rancangan standar yang digunakan pada semua

pekerjaan bagi masing-masing kategori.

16

Page 18: kelompok 1

f. Diskripsi pekerjaan harus realistis untuk aspek teknis dan

sumber daya manusia yang memungkinkan.

g. Diskripsi pekerjaan harus selalu direvisi sesuai dengan kondisi

terkini.

c) Indikator kinerja

Indikator kinerja perawat adalah variabel untuk mengukur prestasi

suatu pelaksanaan kegiatan dalam waktu tertentu. Indikator yang

berfokus pada hasil asuhan keperawatan kepada pasien dan proses

pelayanannya. Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai

pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien

yang berdampak terhadap pelayanan.

1) Tujuan :

a. Meningkatkan prestasi kerja staf sehingga mendorong

peningkatan kinerja staf

b. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan

meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.

c. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan

perasaannya tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur

komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf.

2) Karakteristik Indikator :

a. Sahih (valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk

mengukur aspek-aspek yang akan dinilai.

b. Dapat dipercaya (reliable) artinya mampu menunjukkan hasil

yang sama pada saat yang berulangkali, untuk waktu sekarang

maupun yang akan datang.

c. Peka (sensitive) artinya cukup peka untuk mengukur sehingga

memberikan hasil yang sesuai.

d. Spesifik (specific) artinya memberikan gambaran perubahan

ukuran yang jelas dan tidak tumpang tindih.

17

Page 19: kelompok 1

e. Berhubungan (relevan) artinya sesuai dengan aspek kegiatan

yang akan diukur dan kritikal. Contoh : pada unit bedah

indikator yang di buat berhubungan dengan pre operasi

dan post operasi.

3) Klasifikasi indkator :

a. Indikator input : merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan

untuk melaksanakan aktivitas misalnya personil, alat,

informasi, dana , peraturan.

b. Indikator proses : memonitor tugas atau kegiatan yang

dilaksanakan.

c. Indikator out put : mengukur hasil meliputi cakupan,

pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku yang dihasilkan

oleh tindakan yang dilakukan. Indikator ini juga disebut

indikator effect.

d. Indikator out come : dipergunakan untuk menilai perubahan

atau dampak (impact) suatu program, perkembangan jangka

panjang termasuk perubahan status kasehatan

masyarakat/penduduk.

d) Refleksi Diskusi Kasus (RDK)

RDK adalah suatu metode merefleksikan pengalaman klinis

perawat dalam menerapkan standar dan uraian tugas. Pengalaman

klinis yang direfleksikan merupakan pengalaman aktual dan menarik

baik hal-hal yang merupakan keberhasilan maupun kegagalan dalam

memberikan pelayanan keperawatan termasuk untuk menemukan

masalah dan menetapkan upaya penyelesaiannya. Misal dengan adanya

rencana untuk menyusun SOP baru.

1) Tujuan RDK  

a. Untuk mengembangkan profesionalisme.

b. Meningkatkan aktualisasi diri.

c. Meningkatkan motivasi untuk belajar.

d. Meningkatkan pemahaman terhadap standar.

e. Memacu untuk bekerja sesuai standar.

18

Page 20: kelompok 1

2) Persyaratan Pelaksanaan RDK

a. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (supervisor)

dan didukung oleh atasan langsung yang mendorong serta

mewajibkan anggotanya untuk melaksanakan RDK secara

rutin, terencana dan terjadual dengan baik. Diatur dalam SK

dan Prosedur Tetap Pelaksanaan RDK.

b. Merupakan satu kelompok profesi

c. Kasus/issu yang menarik diambil dari pengalaman kinerja

klinik

d. Ditunjuk satu orang sebagai penyaji kasus, satu orang sebagai

fasilitator dan beberapa orang sebagai peserta diskusi, posisi

fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi setara/sejajar.

e. Persyaratan administratif : jadual, laporan kasus, lembar daftar

hadir, lembar notulen.

f. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman

kinerja klinis yang menarik dan memberikan motivasi pada

peningkatan kinerja.

g. Waktu pelaksanaan tidak terlalu lama : singkat, padat dan

terorganisir dengan baik ± 1 jam.

h. Posisi duduk sebaiknya melingkar dan saling berhadapan

sehingga bisa berkomunikasi secara bebas.

i. Tidak boleh ada interupsi saat penyajian kasus, klarifikasi

kasus disampaikan secara bergantian.

j. Tidak diperkenankan ada dominasi dan memberikan kritik

yang dapat memojokan peserta lainnya.

k. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh

tertumpu pada catatan, sehingga dapat mengurangi perhatian

dalam diskusi.

e) Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring meliputi pengumpulan data dan analisis

terhadap indikator kinerja yang telah disepakati yang dilaksanakan

secara periodik untuk memperoleh informasi sejauhmana kegiatan

19

Page 21: kelompok 1

yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. Monitoring bermanfaat

untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan dan mempercepat

pencapaian target. Hasil monitoring yang dilaksanakan diinformasikan

kepada staf dan dilaporkan kepada pimpinan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindaklanjut.

1) Tujuan monitoring dan evaluasi

a. Memperoleh informasi tentang kegiatan apakah telah

dilaksanakan sesuai dengan rencana dan memberikan umpan

balik.

b. Mempertanggung jawabkan tugas/kegiatan yang telah

dilakukan.

c. Sebagai bahan untuk mengambil keputusan dan tindaklanjut

dalam pengembangan program.

d. Menentukan kompetensi pekerja dan meningkatkan kinerja

dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara

pegawai.

e. Menghargai pengembangan staf dan memotivasi kearah

pencapaian kualitas yang tinggi.

f. Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer.

g. Memilih pegawai yang berkualitas untuk pertimbangan jenjang

karir.

h. Mengidentifikasi ketidakpuasan terhadap sistem.

2) Manfaat monitoring dan evaluasi

a. Mengidentifiaksi masalah keperawatan

b. Mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya

c. Mengukur pencapaian sasaran/target.

d. Mengkaji kecenderungan status kesehatan pasien yang

mendapat pelayanan.

3) Prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi

a. Libatkan staf dalam perencanaan dan implementasi, diskusikan

dengan staf untuk memberikan kesempatan mengerti konsep,

ide-ide dan keuntungan sehingga evaluasi menjadi berguna.

20

Page 22: kelompok 1

b. Bentuk tim monev yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

monev.

c. Pastikan ada kesepakatan pelaksanaan evaluasi.

d. Siapkan sumber-sumber pengambilan data dan analisa, jika

memungkinkan melibatkan pendapat ahli.

e. Mendorong evaluator untuk melaporkan kemajuan.

f. Dokumentasikan seluruh proses monev, jika ditemukan

ketidaksesuaian dengan standar berikan peluang untuk langkah-

langkah perbaikan.

g. Hasil temuan bukan kesalahan tetapi merupakan awal proses

perubahan ke arah perbaikan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

SPMKK adalah upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja

perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan disarana atau institusi

pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu.

SPMKK memiliki tujuan jangka panjang dan pendek untuk terwujudnya

SPMKK yang diinginkan. Strategi pengembangan SPMKK meliputi

21

Page 23: kelompok 1

membangun komitmen, melibatkan stakeholder, mengelola sumber daya,

profesional, dan desentralisasi. Dalam rangka mewujudkan terciptanya

pelayanan profesional keperawatan perlu disediakan pedoman pelaksanaan

SPMKK yang mengacu pada lima komponen SPMKK yaitu : Standar,

Uraian tugas, Indikator kinerja, Refleksi Diskusi Kasus (RDK), Monitoring

dan Evaluasi.

B. SARAN

SPMKK sangat penting untuk meningkatkan kualitas kinerja klinis dalam

memberi asuhan kepada pasien secara holistik sehingga perawat harus

paham tentang sistem kerja karena berhubungan dengan peningkatan

kinerja dari tindakan keperwatan yang dilakukan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (1997) Instrumen Evaluasi Penerapan Standar

Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Pelayanan

Medik, Direktorat RSU dan Pendidikan, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI., WHO., PMPK-UGM. (2003) Implementasi Sistem

Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik Untuk Perawat Dan Bidan Di

Rumah Sakit Dan Puskesmas. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2006) Modul Pengembangan  Manajemen Kinerja

Klinik (PMKK) Perawat & Bidan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

22

Page 24: kelompok 1

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, (2008) Modul Materi Komponen Dasar

SPMKK, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Profil Kesehatan 2005.

Jakarta.

Google. 2003. Konsep SPMKK. Online : Available https://www.kpmk.ugm.ac.id .

Diakses pada tanggal 10 Maret 2016 pukul 04.15 Wita

Rohmah, Siti. 2013. Sistem Pengembangan Manajemen Klinik. Online : Available

http://www.scrib.com/doc/173560481. Diakses pada tanggal 10 Maret 2016

pukul 04.45 Wita

23