BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara- negara maju, utamanya kurikulum. Pembelajaran IPA terpadu menjadi salah satu ciri khas penerapan kurikulum 2013 di Sekolah Menengah. Pada pelaksanaan kurikulum 2006 keterpaduan dapat diasosiasikan dengan sebuah gelas berisi beberapa butir kelereng. Tiap butir diisikan secara terpisah, 1
pengantar pendidikan kerangka regulasi pendidikan di indonesia: perbedaan ktsp dan k-13m,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, k mkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkm nmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan
yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena
IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman
tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap
dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan
menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat
penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi
perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia
dan negara-negara maju, utamanya kurikulum.
Pembelajaran IPA terpadu menjadi salah satu ciri khas penerapan
kurikulum 2013 di Sekolah Menengah. Pada pelaksanaan kurikulum 2006
keterpaduan dapat diasosiasikan dengan sebuah gelas berisi beberapa butir
kelereng. Tiap butir diisikan secara terpisah, namun dimasukan dalam satu
wadah. Dalam kurikulum 2013 keterpaduan itu perlu dimaknai terintegrasi.
Memadukan materi mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika sehingga dengan
keterpaduannya memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok
aktif mengekspolorasi, mengelaborasi, mengkonfirmasi, dan
mengomunikasikan hasilnya akan membuat siwa aktif mencari tahu.
Keterpaduan berarti merajut keterkaitan antara berbagai aspek dan materi yang
tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA untuk melahirkan satu atau beberapa
tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan pembelajaran
yang memadukan materi dalam satu tema atau tematik.
Bidang Studi Fisika adalah bagian dari sains (IPA) yang mempelajari
gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi. Fisika merupakan
1
ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada hafalan.
Keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari fisika terletak pada
kemampuan siswa tersebut dalam memahami tiga hasil (produk) fisika yaitu
konsep-konsep, hukum-hukum (azas-azas) dan teori-teori. Pada pembelajaran
fisika bukan sekedar siswa mendengarkan, mencatat dan mengingat dari
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru , tetapi lebih ditekankan pada
kemampuan siswa untuk dapat memecahkan persoalan dan bertindak
(melakukan observasi, bereksperimen) terhadap hal yang dipelajari tersebut,
lalu mengkomunikasikan hasilnya. Proses pembelajaran seperti ini dapat
dilakukan dengan mendiskusikan suatu persoalan, melakukan percobaan,
memperhatikan demonstrasi, menjawab pertanyaan dan menerapkan konsep-
konsep dan hukum-hukum untuk memecahkan persoalan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah Kerangka Regulasi Pendidikan
Nasional Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah
Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah
Kejuruan ?
2. Bagaimana Sistem Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah ?
3. Bagaimana Sistem Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, tujuan penulisan makalah
Kerangka Regulasi Pendidikan Nasional Republik Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah
Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah
Aliyah Kejuruan.
2. Untuk mengetahui Sistem Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
2
.
3. Untuk mengetahui Sistem Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah Kerangka Regulasi Pendidikan
Nasional Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah
Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah
Aliyah Kejuruan.
2. Untuk mengetahui Sistem Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
3. Untuk mengetahui Sistem Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
.
3
BAB II
KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN
A. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
yaitu metode literatur atau pustaka. Metode Pustaka atau literatur adalah
metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka yang berhubungan dangan alat,baik berupa buku, jurnal, skripsi
maupun informasi dari internet.
B. Ruang Lingkup Kajian dan Penyajian Data dan Informasi
Adapun ruang lingkup kajian pada makalah ini yaitu terkait dengan
Kerangka Regulasi Pendidikan Nasional Republik Indonesia dengan
membahas 3 subpokok bagian yaitu kerangka dasar dan struktur kurikulum
Sekolah Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan /
Madrasah Aliyah Kejuruan, Sistem pembelajaran Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dan sitem penilaian
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
C. Sumber Data dan Informasi
Adapun sumber data dan informasi dalam penyusunan makalah ini yaitu
buku-buku referensi dan internet terkait dengan Kerangka Regulasi
Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Penyajian Data dan Informasi
Teknik pengumpulan data pada makalah ini dengan studi dokumenter yaitu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis buku-buku,
baik tertulis, gambar maupun elektronik, dokumen atau buku yang telah
diperoleh kemudian diuraikan, dibandingkan dan dipadukan (sintesis) guna
membentuk satu hasil kajian yang sistematis.
Penyajian data informasi pada makalah ini menggunakan penyajian data
verbal. Penyajian data verbal itu sendiri merupakan penyajian dengan
menggunakan kata-kata atau kalimat berupa narasi,dengan memperhatikan
hal-hal seperti penggunaan bahasa yang baik,tegas dan jelas.
4
E. Peta Konsep Kajian dan Pembahasan
5
Kerangka Regulasi Pendidikan Nasional Republik Indonesia
kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah
Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah
Kejuruan
Sistem pembelajaran Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Sistem penilaian Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Memuat
BAB III
KAJIAN DAN PEMBAHASAN
A. kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah Atas /Madrasah
Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan KTSP
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah suatu ide
tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling
dekat dengan pembelajaran, yaitu sekolah dan satuan pendidikan.
Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberi otonomi yang
lebih besar disamping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap
tuntutan masyarakat, juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisiensi,
dan pemerataan pendidikan. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “ full
authority and responsibility”dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran
sesuai dengan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan
visi, misi dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar dalam indikator kompetensi.
Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X
sampai kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan kompetensi lulusan
dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada
SMA/MA dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program
umum dan diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan
program penjurusan yang terdiri atas 4 program yaitu program Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), program ilmu pengetahuan Sosial, program bahasa,
dan program keagamaan, khusus untuk MA.
Komponen Kurikulum tingkat satuan pendidikan terdiri atas visi dan
misi sekolah, tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kelender pendidikan.
1. Visi dan misi sekolah
Visi sekolah sebagai pandangan jauh ke depan dan cita-cita sekolah
dirumuskan dengan strategi sebagai berikut:
6
Perumusannya sebisa mungkin melibatkan seluruh unsur pemangku
kepentingan (stakeholder): Kepala Sekolah, guru, siswa, komite sekolah,
tokoh masyarakat, dan orang tua siswa.
Dirumuskan secara jelas, operasional, serta realistis dan dapat dicapai atau
diwujudkan.
Dapat berupa hasil belajar, prestasi dan keunggulan sekolah yang dicita-
citakan
Rumusannya sebisa mungkin membungkus semua aspek permasalahan
yang dihadapi oleh sekolah berdasarkan hasil analisis konteks dan
kebutuhan sekolah yang akan dijawab ke depan.
Dapat menjadi acuan dan cerminan bagi sekolah dalam perumusan misi
sekolah dalam bentuk program kegiatan.
Misi sekolah sebagai penjabaran, terjemahan dan cerminan dari visi
sekolah dalam bentuk rumusan program kegiatan secara operasional antara
lain sebagai berikut.
Mendorong terciptanya lingkungan dan iklim sekolah serta sistem
manajemen yang kondusif bagi warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Melaksanakan perbaikan administrasi sekolah dan kelengkapan
pembelajaran serta pengembangan sarana dan prasarana pendidikan secara
baik, terencana, terarah dan berkelanjutan.
Melaksanakan proses pembelajaram secara baik, berdisiplin, serta
terencana dan berkelanjutan.
Melaksanakan evaluasi dan penilaian keberhasilan proses pembelajaran
dan hasil berlajar siswa secara teratur, konsisten dan berkelanjutan.
Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kedisiplinan, kompetensi,
prestasi, karya, apresiasi seni, wawasan dan kemampuan profesional guru.
kompetensi, prestasi, karya, apresiasi seni dan budaya, serta budi pekerti,
akhlak mulia, dan wawasan siswa secara teratur, terencana dan
berkelanjutan.
Mendorong warga sekolah meningkatkan iman dan taqwa, penguasaan
iptek, prestasi, hasil karya, wawasan, kecerdasan dan jiwa kompetitif, serta
7
daya kreativitas dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),
keagamaan, seni, olahraga, kebudayaan dan keterampilan.
Mengikutsertakan guru maupun siswa dalam berbagai kegiatan ilmiah,
kerjasama, seni budaya, sosial, kemanusiaan, lingkungan hidup,
organisasi, dan iven lomba baik di tingkat lokal, regional maupun nasional
dan/atau internasional.
Melakasanakan evaluasi diri dan akreditasi secara teratur dan
berkelanjutan.
Mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dan dunia usaha dalam upaya
mensukseskan program wajib belajar di tingkat sekolah dasar.
2. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
3. Struktur dan Muatan Kurikulum
a. Kurikulum SMA/MA
1) Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan
lokal, dan pengembangan diri .
2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan
dimungkinkan.
8
3) Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimun empat jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
4) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
5) Minggu egektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38
minggu.
o Tabel 1. Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X
KomponenAlokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
A. Mata Pelajaran1. Pendidikan Agama 2 22. Pendidikan Kewarganegaraan 2 23. Bahasa Indonesia 4 44. Bahasa Inggris 4 45. Matematika 4 46. Fisika 2 27. Biologi8. Kimia
22
22
9. Sejarah10. Geografi11. Ekonomi12. Sosiologi
1122
1122
13. Seni Budaya 2 214. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
2 2
15. Teknologi Informasi dan Komunikasi16. Keterampilan/Bahasa Asing
22
22
B. Muatan Lokal 2 2C. Pengembangan Diri 2*) 2*)
2*)Ekuivalen 2 jam pembelajaran
Tabel 2 Struktur kurikulum kelas XI dan XII program IPA
9
2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah, tidak terbatas pada mata pelajaran seni-budaya dan keterampilan, tetapi juga mata pelajaran lainnya, seperti Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga sekolah harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
10
untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester, atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
4. Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri di bawah bimbingan konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan ekstrakurikuler, seperti kepramukaan, kepemimpinan, kelompok seni-budaya, kelompok tim olahraga, dan kelompok ilmiah remaja. Pengembangan Diri di sekolah meliputi program berikut- Bimbingan Karir (BK)
Dilaksanakan sebagai bagian dari program pembelajaran dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran.
- Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)- Rohani Islam dan Kristen - Pramuka- Paskibra- Kesenian (Paduan Suara)- Olah raga (Basket, Futsal, Voli)- Palang Merah Remaja (PMR)
11
- TaekwondoPada umumnya, program tersebut dilaksanakan 1 x dalam seminggu pada hari sabtu. Khusus untuk Rohani Islam dilaksanakan tiap hari pada pagi hari dalam bentuk Tadarussan, sementara Rohani Kristen dilaksanakan pada hari Jum’at dalam bentuk Kebaktian. Program Pembiasaan dilakukan melalui kegiatan Tadarussan, sholat berjamaah, dan Upacara. Kelender pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.
Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran.
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk
12
muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
A. Pengaturan beban belajar siswa sekolah menengah
1.Beban belajar dalam KTSP diatur dalam bentuk sistem paket atau sistem kredit semester.a. Sistem Paket
Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yangterdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran. Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri. b. Sistem Kredit Semester
Sistem Kredit Semester (SKS) diberlakukan hanya untuk SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Beban belajar setiap matapelajaran pada SKS dinyatakan dalam satuan kredit semester(sks). Beban belajar 1 (satu) sks terdiri atas
13
1 (satu) jampembelajaran tatap muka, 1 (satu) jam penugasan terstruktur,dan 1 (satu) jam kegiatan mandiri.
2. Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatanmandiri.
a. Sistem PaketBeban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakan Sistem Paket yaitu0%-40% untuk SD/MI, 0%-50% untuk SMP/MTs, dan 0%-60%untuk SMA/MA/SMK/MAK dari waktu kegiatan tatap mukamata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktutersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan pesertadidik dalam mencapai kompetensi.
b. Sistem KreditBeban belajar tatap muka, penugasan terstruktur,
dan kegiatan mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakanSistem Kredit Semester (SKS) mengikuti aturan sebagai berikut: 1) Satu sks pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap
muka,20 menit penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri.
2) Satu sks pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka dan 25 menit penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri.
Beban belajar ditentukan berdasarkan penggunaan sistem pengelolaan program pendidikan yang berlaku di sekolah pada umumnya saat ini, yaitu menggunakan sistem Paket. Adapun pengaturan beban belajar pada sistem tersebut sebagai berikut.
a. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada
14
sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.
b. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SMP/MTs/SMPLB adalah antara 0% - 50% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
c. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Untuk kegiatan praktik di sekolah kami, misalnya pada kegiatan praktikum Bahasa Inggris yang berlangsung selama 2 jam pelajaran setara dengan 1 jam pelajaran tatap muka, sesuai yang tertulis pada Struktur Kurikulum.
15
B. kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah Atas /Madrasah
Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan Kurikulum
2013
Tema pengembangan Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam
rangka mewujudkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif maka dalam Standar Proses dinyatakan bahwa proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta
didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, mampu merumuskan
masalah (menanya) bukan hanya menyelesaikan masalah. Di samping itu
pembelajaran diarahkan untuk melatih peserta didik berfikir analitis
(pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin) serta mampu
kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Sehubungan dengan itu, Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran dan penilaian otentik yang menggunakan prinsip
penilaian bagian dari pembelajaran. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery / inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik
untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok
maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (problem based learning)
dan pembelajaran berbasis projek (project based learning).
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir
berkaitan dengan pola pembelajaran, yaitu: (1) berpusat pada peserta didik; (2)
kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan
berdiskusi;
3. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan
hasil percobaan Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet,
kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain;
4. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam
merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui
percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan,
mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis;
5. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif
dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip IPA khususnya
18
fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian
masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif;
6. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1. Struktur Praktikum IPA Sekolah Menengah Atas (SMA/MA sederajat )
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum
dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,
dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar
untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa.
Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep
pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem
belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem
semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum
mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu
satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan
ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka
harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur
ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan
berbagai pilihan.
Struktur kurikulum tingkat sekolah menengah atas (SMA/MA) atau
sekolah kejuruan (SMK sederajat) memiliki struktur kurikulum sebagai
berikut :
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam Kurikulum 2013
dirumuskan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan nasional yaitu
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
19
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu dalam merumuskan SKL
juga mempertimbangkan kebutuhan masa depan dan menyongsong
Generasi Emas Indonesia Tahun 2045 yang berbasis pada Kompetensi
Abad XXI, Bonus Demografi Indonesia, dan Potensi Indonesia menjadi
Kelompok 7 Negara Ekonomi Terbesar Dunia, dan sekaligus memperkuat
kontribusi Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia. Dalam
penjelasan Pasal 35 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan
bahwa SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus
dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Untuk mencapai kompetensi lulusan tersebut perlu ditetapkan
Standar Isi (SI).yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi
dan tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Penguasaan kompetensi
lulusan dikelompokkan menjadi beberapa Tingkat Kompetensi yang
menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi
lulusan yang telah ditetapkan dalam SKL.
Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang
bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat
kelas dalam rangka pencapaianStandar Kompetensi Lulusan. Tingkat
Kompetensi terdiri atas 8 (delapan) jenjang yang harus dicapai oleh
peserta didik secara bertahap dan berkesinambungan. Tingkat Kompetensi
tersebut diterapkan dalam hubungannya dengan tingkat kelas sejak peserta
didik mengikuti pendidikan TK/RA, Kelas I sampai dengan Kelas XII
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Tingkat Kompetensi TK/RA
bukan merupakan prasyarat masuk Kelas I. Tingkat Kompetensi dikembangkan berdasarkan kriteria; (1) Tingkat
perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3)
20
Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga
memperhatikan; tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan
pendidikan, dan keterpaduan antar jenjang yang relevan. Berdasarkan
pertimbangan di atas, Tingkat Kompetensi untuk sekolah menengah keatas
berada pada tingkat 5 dan 6 yang dirumuskan sebagai berikut :
Tabel 3. Tingkat Kompetensi Sekolah Menengah atasNo Tingkat
KompetensiTingkat Kelas
1. Tingkat 5 Kelas X SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKETC/PAKET C KEJURUANKelas XI SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKETC/PAKET C KEJURUAN
2. Tingkat 6 Kelas XII SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKETC/PAKET C KEJURUAN
2. Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi yang bersifat generik disebut kompetensi inti
mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini
diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai
manusia seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial
sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan
demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4 (empat) dimensi
yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Kompetensi Inti untuk setiap tingkat kompetensi tercantum
dalam Permendikbud tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sejalan dengan filosofi progresivisme dalam pendidikan,
Kompetensi Inti ibaratnya adalah anak tangga yang harus ditapak peserta
didik untuk sampai pada kompetensi lulusan suatu jenjang. Kompetensi
Inti meningkat seiring dengan meningkatnya usia peserta didik yang
dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Melalui Kompetensi Inti, integrasi
vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Kompetensi Inti bukan untuk diajarkan tetapi dikembangkan melalui
pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran
yang relevan. Dalam hal ini mata pelajaran diposisikan sebagai sumber
21
kompetensi. Tiap mata pelajaran harus tunduk pada Kompetensi Inti yang
telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang diajarkan
dan dipelajari pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap
pembentukan Kompetensi Inti. Kompetensi Inti akan menagih kepada tiap
matapelajaran apa yang dapat dikontribusikannya dalam membentuk
kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik. Ibaratnya,
Kompetensi Inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik,
sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan demikian,
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising
element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan
organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi
dasar adalah keterkaitan kompetensi dasar satu kelas dengan kelas di
atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi
yang berkesinambungan antar kompetensi yang dipelajari peserta didik.
Organisasi horisontal adalah keterkaitan antara kompetensi dasar satu mata
pelajaran dengan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda
dalam satu kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi yang bersifat generik (kompetensi inti) digunakan
untuk menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap muatan
kurikulum. Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan
untuk menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum
satuan dan jenjang pendidikan.
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu
matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai
dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1;
22
2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2;
3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3; dan
4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4. Uraian kompetensi dasar yang rinci ini adalah untuk memastikan
bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja,
melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap.
Melalui Kompetensi Inti, tiap mata pelajaran ditekankan bukan hanya
memuat kandungan pengetahuan saja, tetapi juga memuat kandungan
proses yang berguna bagi pembentukan keterampilannya. Selain itu juga
memuat pesan tentang pentingnya memahami mata pelajaran tersebut
sebagai bagian dari pembentukan sikap. Hal ini penting mengingat
kompetensi pengetahuan sifatnya dinamis karena pengetahuan masih
selalu berkembang. Kemampuan keterampilan akan bertahan lebih lama
dari kompetensi pengetahuan, sedangkan yang akan terus melekat pada
dan akan dibutuhkan oleh peserta didik adalah sikap. Kompetensi dasar
dalam kelompok Kompetensi Inti sikap (KI-1 dan KI-2) bukanlah untuk
peserta didik karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak dihafalkan, dan
tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi pendidik bahwa dalam
mengajarkan mata pelajaran tersebut ada pesan-pesan sosial dan spiritual
sangat penting yang terkandung dalam materinya. Dengan kata lain,
kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI-
1) dan individual-sosial (mendukung KI-2) dikembangkan secara tidak
langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang
pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4).
Untuk memastikan keberlanjutan penguasaan kompetensi, proses
pembelajaran dimulai dari kompetensi pengetahuan, kemudian dilanjutkan
menjadi kompetensi keterampilan, dan berakhir pada pembentukan sikap.
Dengan demikian, proses penyusunan maupun pemahamannya
23
(danbagaimana membacanya) dimulai dari Kompetensi Dasar kelompok 3.
Hasil rumusan KD kelompok 3 dipergunakan untuk merumuskan KD
kelompok 4. Hasil rumusan KD kelompok 3 dan 4 dipergunakan untuk
merumuskan KD kelompok 1 dan 2. Proses berkesinambungan ini untuk
memastikan bahwa pengetahuan berlanjut ke keterampilan dan bermuara
ke sikap sehingga ada keterkaitan erat yang mendekati linier antara KD
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
4. Muatan Pembelajaran
Muatan pembelajaran pendidikan menengah (SMA/SMK)
sederajat terdiri atas :
a. muatan umum untuk SMA/MA,SMALB dan SMK/MAK;
b. muatan peminatan akademik SMA/MA dan SMK/MAK;
c. muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat untuk SMA/MA,
SMALB;
d. muatan peminatan kejuruan untuk SMK/MAK; dan
e. muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat untuk SMK/MAK.
Muatan umum dan peminatan untuk sekolah menengah terdiri atas :
a. muatan umum untuk SMA/MA, SMALB dan SMK/MAK; terdiri atas
muatan :
1. pendidikan agama;
2. pendidikan kewarganegaraan;
3. bahasa;
4. matematika;
5. ilmu pengetahuan alam;
6. ilmu pengetahuan sosial;
7. seni dan budaya;
8. pendidikan jasmani dan olahraga;
9. keterampilan/kejuruan; dan
10. muatan lokal
b. Muatan peminatan akademik SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat
terdiri atas:
24
1. matematika dan ilmu pengetahuan alam;
2. ilmu pengetahuan sosial;
3. bahasa dan budaya; atau
4. peminatan lainnya. c. Pendidikan menengah terdiri atas .Muatan peminatan kejuruan
SMK/MAK bentuk lain yang sederajat terdiri atas:
1. teknologi dan rekayasa;
2. kesehatan;
3. seni, kerajinan, dan pariwisata;
4. teknologi informasi dan komunikasi;
5. agribisnis dan agroteknologi;
6. bisnis dan manajemen;
7. perikanan dan kelautan; atau
8. peminatan lain yang diperlukan masyarakat. (Ketentuan lebih lanjut
mengenai muatan peminatan akademik dan muatan pilihan lintas minat
atau pendalaman minat SMA/MA, SMALB serta muatan peminatan
kejuruan dan pilihan lintas minat atau pendalaman minat untuk
SMK/MAK diatur dalam Peraturan Menteri).
5. Mata Pelajaran
Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka
dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas
Kelompok mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata
pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata pelajaran dengan beban
belajar 18 jam per minggu. Konten kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan
KD) dan kemasan konten serta label konten (mata pelajaran) untuk mata
pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini
menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam belajar
dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya. Mata
pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan
akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan ini memberikan
25
corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan
sesuai dengan minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X,
XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu.Satu jam belajar
adalah 45 menit.
Struktur kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata
pelajaran wajib sebagai berikut :
Tabel 4 Mata Pelajaran Sekolah Menengah
Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu
Kelompok Wajib X XI XII1. Pendidikan Agama 3 3 32. Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 44. Matematika 4 4 45. Sejarah Indonesia 2 2 26. Bahasa Inggris 2 2 27. Seni Budaya 2 2 28. Prakarya 2 2 29. Pendidikan Jasmani,Olah raga, dan
kesehatan2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib perminggu
23 23 23
Kelompok PeminatanMata Pelajaran Peminatan akademik (SMA) 20 20 20Mata Pelajaran Peminatan akademik dan vokasi (SMK)
28 28 28
Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan
dasar yang sama bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang
belajar di SMA dan SMK. Bagi mereka yang memilih SMA tersedia
pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar
kelompok peminatan dan bebas. Nama Kelompok Peminatan digunakan
karena memiliki keterbukaan untuk belajar di luar kelompok tersebut,
sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas pada apa yang tersedia
pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di luar
jurusan. Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan
keleluasaan bagi peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan
26
pandangan bahwa semua disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya.
Nama kelompok minat diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi
Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan
sebagai nama kelompok disiplin ilmu karena adanya berbagai
pertentangan fisolosfis pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi
rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada
nama disiplin ilmu.
Berikut ini mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran pilihan
(pendalaman minat dan lintas minat).
Tabel 5, Mata Pelajaran Peminatan dan Mata Pelajaran Pilihan
Mata Pelajaran KelasX XI XII
Kelompok Wajib 23 23 23Peminatan Matematika dan Sains
I
1. Matematika 3 4 42. Biologi 3 4 43. Fisika 3 4 44. Kimia 3 4 4
Peminatan Sosial
II
1. Geografi 3 4 42. Sejarah 3 4 43. Sosiologi dan Antropologi 3 4 44. Ekonomi 3 4 4
Peminatan Bahasa
III
1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 42. Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 43. Bahasa dan Bahasa asing lainnya 3 4 44. Sosiologi dan Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran PilihanPilihan Pendalaman Minat atau Lintas Minat 6 4 4Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia 73 75 75Jumlah jam pelajaran yang harus ditempuh 41 43 43
5. Belajar Siswa Sekolah Menengah Kurikulum 2013
Pada Kurikulum 2013 mengisyaratkan adanya penambahan beban belajar (
jam belajar per minggu) disemua jenjang pendidikan. Kebijakan penambahan
jam ini dimaksudkan agar guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar.
Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari
27
proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan
untuk melakukan pengamatan, menanya,asosiasi dan komunikasi. Proses
pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam
menunggu respon dari peserta didik karena mereka belum terbiasa.selain itu
bertambahnya jam pelajaran memungkinkan guru melakukan penilaian proses
dan hasil belajar.
Beban belajar siswa sekolah menengah tingkat SMA/MA dan SMK
sederajat adalah bertambahnya jumlah jam belajar perminggu. Kelas X
bertambah dari 38 menjadi 42 jam per minggu, dan untuk kelas XI dan XII
berambah dari 38 jam menjadi 44 jam per minggu, dengan lama belajar untuk
setiap jam belajarnya adalah 45 menit.
Konsekuensi logis dari penambahan beban belajar ini, maka mau tidak
mau guru dituntut untuk memiliki keterampilan mengembangkan berbagai
bentuk dan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat secara
aktif mengkostruksi berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan
(kompetensi) yang perlu dikuasainya. Selain itu guru juga dituntut untuk
secara kreatif mampu mengembangkan pengelolaan kelas dan bentuk-bentuk
pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa merasa betah dan gembira
dalam belajarnya.
C. Sistem Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
1. Pengertian Pendekatan, Strategi, Model dan Metode Pembelajaran
Istilah model, pendekatan, strategi dan metode dalam pembelajaran
sepintas tidaklah jauh berbeda dan dapat membingungkan tenaga pendidik.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, model diartikan sebagai pola dari
sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model pembelajaran dimaknai
sebagai pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Model-model pembelajaran disusun
berdasarkan berbagai prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis,
analisis sistem atau teori-teori lain yang mendukung.
28
Selanjutnya pendekatan, yang dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular aducational goal, dengan
kata lain sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Senada dengan hal diatas,
Dick dan Carey menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-
sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa.
Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai
secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk
merealisasikan strategi. Secara bahasa metode adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki. Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia). Dalam pendidikan, metode pembelajaran ialah langkah
operasional atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran dapat digunakan satu atau lebih metode
pembelajaran sekaligus, atau kita dapat memadukan beberapa metode
pembelajaran, namun metode yang dipilih harus sesuai dan dapat
berkesinambungan satu sama lainnya.
2. Pendekatan, Strategi, Model dan Metode Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah
Menengah menurut KTSP dan Kurikulum 2013
a. Pendekatan Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah
Beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada
kegiatan belajar mengajar, antara lain: (1) pendekatan kontekstual, (2)