Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara- negara maju, utamanya kurikulum. Pembelajaran IPA terpadu menjadi salah satu ciri khas penerapan kurikulum 2013 di Sekolah Menengah. Pada pelaksanaan kurikulum 2006 keterpaduan dapat diasosiasikan dengan sebuah gelas berisi beberapa butir kelereng. Tiap butir diisikan secara terpisah, 1
79

kelompok 1

Feb 18, 2016

Download

Documents

titinsuhartin

pengantar pendidikan kerangka regulasi pendidikan di indonesia: perbedaan ktsp dan k-13m,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, k mkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkm nmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan

yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat

berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena

IPA memiliki upaya  untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman

tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap

dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan

menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat

penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi

perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia

dan negara-negara maju, utamanya kurikulum.

Pembelajaran IPA terpadu menjadi salah satu ciri khas penerapan

kurikulum 2013 di Sekolah Menengah. Pada pelaksanaan kurikulum 2006

keterpaduan dapat diasosiasikan dengan sebuah gelas berisi beberapa butir

kelereng. Tiap butir diisikan secara terpisah, namun dimasukan dalam satu

wadah. Dalam kurikulum 2013 keterpaduan itu perlu dimaknai terintegrasi.

Memadukan materi mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika sehingga dengan

keterpaduannya memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok

aktif mengekspolorasi, mengelaborasi, mengkonfirmasi, dan

mengomunikasikan hasilnya akan membuat siwa aktif mencari tahu.

Keterpaduan berarti merajut keterkaitan antara berbagai aspek dan materi yang

tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA untuk melahirkan satu atau beberapa

tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan pembelajaran

yang memadukan materi dalam satu tema atau tematik.

Bidang Studi Fisika adalah bagian dari sains (IPA) yang mempelajari

gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi. Fisika merupakan

1

Page 2: kelompok 1

ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman dari pada hafalan.

Keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari fisika terletak pada

kemampuan siswa tersebut dalam memahami tiga hasil (produk) fisika yaitu

konsep-konsep, hukum-hukum (azas-azas) dan teori-teori. Pada pembelajaran

fisika bukan sekedar siswa mendengarkan, mencatat dan mengingat dari

materi pelajaran yang disampaikan oleh guru , tetapi lebih ditekankan pada

kemampuan siswa untuk dapat memecahkan persoalan dan bertindak

(melakukan observasi, bereksperimen) terhadap hal yang dipelajari tersebut,

lalu mengkomunikasikan hasilnya. Proses pembelajaran seperti ini dapat

dilakukan dengan mendiskusikan suatu persoalan, melakukan percobaan,

memperhatikan demonstrasi, menjawab pertanyaan dan menerapkan konsep-

konsep dan hukum-hukum untuk memecahkan persoalan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah Kerangka Regulasi Pendidikan

Nasional Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah

Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah

Kejuruan ?

2. Bagaimana Sistem Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah ?

3. Bagaimana Sistem Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, tujuan penulisan makalah

Kerangka Regulasi Pendidikan Nasional Republik Indonesia adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah

Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah

Aliyah Kejuruan.

2. Untuk mengetahui Sistem Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah.

2

Page 3: kelompok 1

.

3. Untuk mengetahui Sistem Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah Kerangka Regulasi Pendidikan

Nasional Republik Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah

Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah

Aliyah Kejuruan.

2. Untuk mengetahui Sistem Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah.

3. Untuk mengetahui Sistem Penilaian pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah.

.

3

Page 4: kelompok 1

BAB II

KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN

A. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini

yaitu metode literatur atau pustaka. Metode Pustaka atau literatur adalah

metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari

pustaka yang berhubungan dangan alat,baik berupa buku, jurnal, skripsi

maupun informasi dari internet.

B. Ruang Lingkup Kajian dan Penyajian Data dan Informasi

Adapun ruang lingkup kajian pada makalah ini yaitu terkait dengan

Kerangka Regulasi Pendidikan Nasional Republik Indonesia dengan

membahas 3 subpokok bagian yaitu kerangka dasar dan struktur kurikulum

Sekolah Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan /

Madrasah Aliyah Kejuruan, Sistem pembelajaran Pembelajaran pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dan sitem penilaian

Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

C. Sumber Data dan Informasi

Adapun sumber data dan informasi dalam penyusunan makalah ini yaitu

buku-buku referensi dan internet terkait dengan Kerangka Regulasi

Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Penyajian Data dan Informasi

Teknik pengumpulan data pada makalah ini dengan studi dokumenter yaitu

teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis buku-buku,

baik tertulis, gambar maupun elektronik, dokumen atau buku yang telah

diperoleh kemudian diuraikan, dibandingkan dan dipadukan (sintesis) guna

membentuk satu hasil kajian yang sistematis.

Penyajian data informasi pada makalah ini menggunakan penyajian data

verbal. Penyajian data verbal itu sendiri merupakan penyajian dengan

menggunakan kata-kata atau kalimat berupa narasi,dengan memperhatikan

hal-hal seperti penggunaan bahasa yang baik,tegas dan jelas.

4

Page 5: kelompok 1

E. Peta Konsep Kajian dan Pembahasan

5

Kerangka Regulasi Pendidikan Nasional Republik Indonesia

kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah Atas /Madrasah Aliyah/Sekolah

Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah

Kejuruan

Sistem pembelajaran Pembelajaran pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Sistem penilaian Pembelajaran pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Memuat

Page 6: kelompok 1

BAB III

KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah Atas /Madrasah

Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan KTSP

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah suatu ide

tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling

dekat dengan pembelajaran, yaitu sekolah dan satuan pendidikan.

Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberi otonomi yang

lebih besar disamping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap

tuntutan masyarakat, juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisiensi,

dan pemerataan pendidikan. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “ full

authority and responsibility”dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran

sesuai dengan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan

visi, misi dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar

kompetensi dan kompetensi dasar dalam indikator kompetensi.

Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang

ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X

sampai kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan kompetensi lulusan

dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas-kelas pada

SMA/MA dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program

umum dan diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan

program penjurusan yang terdiri atas 4 program yaitu program Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), program ilmu pengetahuan Sosial, program bahasa,

dan program keagamaan, khusus untuk MA.

Komponen Kurikulum tingkat satuan pendidikan terdiri atas visi dan

misi sekolah, tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan

muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kelender pendidikan.

1. Visi dan misi sekolah

Visi sekolah sebagai pandangan jauh ke depan dan cita-cita sekolah

dirumuskan dengan strategi sebagai berikut:

6

Page 7: kelompok 1

Perumusannya sebisa mungkin melibatkan seluruh unsur pemangku

kepentingan (stakeholder): Kepala Sekolah, guru, siswa, komite sekolah,

tokoh masyarakat, dan orang tua siswa.

Dirumuskan secara jelas, operasional, serta realistis dan dapat dicapai atau

diwujudkan.

Dapat berupa hasil belajar, prestasi dan keunggulan sekolah yang dicita-

citakan

Rumusannya sebisa mungkin membungkus semua aspek permasalahan

yang dihadapi oleh sekolah berdasarkan hasil analisis konteks dan

kebutuhan sekolah yang akan dijawab ke depan.

Dapat menjadi acuan dan cerminan bagi sekolah dalam perumusan misi

sekolah dalam bentuk program kegiatan.

Misi sekolah sebagai penjabaran, terjemahan dan cerminan dari visi

sekolah dalam bentuk rumusan program kegiatan secara operasional antara

lain sebagai berikut.

Mendorong terciptanya lingkungan dan iklim sekolah serta sistem

manajemen yang kondusif bagi warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Melaksanakan perbaikan administrasi sekolah dan kelengkapan

pembelajaran serta pengembangan sarana dan prasarana pendidikan secara

baik, terencana, terarah dan berkelanjutan.

Melaksanakan proses pembelajaram secara baik, berdisiplin, serta

terencana dan berkelanjutan.

Melaksanakan evaluasi dan penilaian keberhasilan proses pembelajaran

dan hasil berlajar siswa secara teratur, konsisten dan berkelanjutan.

Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kedisiplinan, kompetensi,

prestasi, karya, apresiasi seni, wawasan dan kemampuan profesional guru.

kompetensi, prestasi, karya, apresiasi seni dan budaya, serta budi pekerti,

akhlak mulia, dan wawasan siswa secara teratur, terencana dan

berkelanjutan.

Mendorong warga sekolah meningkatkan iman dan taqwa, penguasaan

iptek, prestasi, hasil karya, wawasan, kecerdasan dan jiwa kompetitif, serta

7

Page 8: kelompok 1

daya kreativitas dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),

keagamaan, seni, olahraga, kebudayaan dan keterampilan.

Mengikutsertakan guru maupun siswa dalam berbagai kegiatan ilmiah,

kerjasama, seni budaya, sosial, kemanusiaan, lingkungan hidup,

organisasi, dan iven lomba baik di tingkat lokal, regional maupun nasional

dan/atau internasional.

Melakasanakan evaluasi diri dan akreditasi secara teratur dan

berkelanjutan.

Mendorong partisipasi aktif dari masyarakat dan dunia usaha dalam upaya

mensukseskan program wajib belajar di tingkat sekolah dasar.

2. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah

dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut sesuai dengan kejuruannya.

3. Struktur dan Muatan Kurikulum

a. Kurikulum SMA/MA

1) Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran, muatan

lokal, dan pengembangan diri .

2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan

sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan

dimungkinkan.

8

Page 9: kelompok 1

3) Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimun empat jam

pembelajaran per minggu secara keseluruhan.

4) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.

5) Minggu egektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38

minggu.

o Tabel 1. Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X

KomponenAlokasi Waktu

Semester 1 Semester 2

A. Mata Pelajaran1. Pendidikan Agama 2 22. Pendidikan Kewarganegaraan 2 23. Bahasa Indonesia 4 44. Bahasa Inggris 4 45. Matematika 4 46. Fisika 2 27. Biologi8. Kimia

22

22

9. Sejarah10. Geografi11. Ekonomi12. Sosiologi

1122

1122

13. Seni Budaya 2 214. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

2 2

15. Teknologi Informasi dan Komunikasi16. Keterampilan/Bahasa Asing

22

22

B. Muatan Lokal 2 2C. Pengembangan Diri 2*) 2*)

2*)Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Tabel 2 Struktur kurikulum kelas XI dan XII program IPA

9

Page 10: kelompok 1

2. Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah, tidak terbatas pada mata pelajaran seni-budaya dan keterampilan, tetapi juga mata pelajaran lainnya, seperti Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga sekolah harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

10

Page 11: kelompok 1

untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester, atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.

4. Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri di bawah bimbingan konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan ekstrakurikuler, seperti kepramukaan, kepemimpinan, kelompok seni-budaya, kelompok tim olahraga, dan kelompok ilmiah remaja. Pengembangan Diri di sekolah meliputi program berikut- Bimbingan Karir (BK)

Dilaksanakan sebagai bagian dari program pembelajaran dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran.

- Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)- Rohani Islam dan Kristen - Pramuka- Paskibra- Kesenian (Paduan Suara)- Olah raga (Basket, Futsal, Voli)- Palang Merah Remaja (PMR)

11

Page 12: kelompok 1

- TaekwondoPada umumnya, program tersebut dilaksanakan 1 x dalam seminggu pada hari sabtu. Khusus untuk Rohani Islam dilaksanakan tiap hari pada pagi hari dalam bentuk Tadarussan, sementara Rohani Kristen dilaksanakan pada hari Jum’at dalam bentuk Kebaktian. Program Pembiasaan dilakukan melalui kegiatan Tadarussan, sholat berjamaah, dan Upacara. Kelender pendidikan

Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.

Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran.

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.

Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.

Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk

12

Page 13: kelompok 1

muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.

Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

A. Pengaturan beban belajar siswa sekolah menengah

1.Beban belajar dalam KTSP diatur dalam bentuk sistem paket atau sistem kredit semester.a. Sistem Paket

Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan merupakan pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yangterdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran. Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri. b. Sistem Kredit Semester

Sistem Kredit Semester (SKS) diberlakukan hanya untuk SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Beban belajar setiap matapelajaran pada SKS dinyatakan dalam satuan kredit semester(sks). Beban belajar 1 (satu) sks terdiri atas

13

Page 14: kelompok 1

1 (satu) jampembelajaran tatap muka, 1 (satu) jam penugasan terstruktur,dan 1 (satu) jam kegiatan mandiri.

2. Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatanmandiri.

a. Sistem PaketBeban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan

mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakan Sistem Paket yaitu0%-40% untuk SD/MI, 0%-50% untuk SMP/MTs, dan 0%-60%untuk SMA/MA/SMK/MAK dari waktu kegiatan tatap mukamata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktutersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan pesertadidik dalam mencapai kompetensi.

b. Sistem KreditBeban belajar tatap muka, penugasan terstruktur,

dan kegiatan mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakanSistem Kredit Semester (SKS) mengikuti aturan sebagai berikut: 1) Satu sks pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap

muka,20 menit penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri.

2) Satu sks pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka dan 25 menit penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri.

Beban belajar ditentukan berdasarkan penggunaan sistem pengelolaan program pendidikan yang berlaku di sekolah pada umumnya saat ini, yaitu menggunakan sistem Paket. Adapun pengaturan beban belajar pada sistem tersebut sebagai berikut.

a. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada

14

Page 15: kelompok 1

sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.

b. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk SMP/MTs/SMPLB adalah antara 0% - 50% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.

c. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Untuk kegiatan praktik di sekolah kami, misalnya pada kegiatan praktikum Bahasa Inggris yang berlangsung selama 2 jam pelajaran setara dengan 1 jam pelajaran tatap muka, sesuai yang tertulis pada Struktur Kurikulum.

15

Page 16: kelompok 1

B. kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menegah Atas /Madrasah

Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan Kurikulum

2013

Tema pengembangan Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat

menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui

penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam

rangka mewujudkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif maka dalam Standar Proses dinyatakan bahwa proses pembelajaran

pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta

didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, mampu merumuskan

masalah (menanya) bukan hanya menyelesaikan masalah. Di samping itu

pembelajaran diarahkan untuk melatih peserta didik berfikir analitis

(pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin) serta mampu

kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

Sehubungan dengan itu, Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan

saintifik dalam pembelajaran dan penilaian otentik yang menggunakan prinsip

penilaian bagian dari pembelajaran. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah

(scientific), perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian

(discovery / inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik

untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok

maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang

menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (problem based learning)

dan pembelajaran berbasis projek (project based learning).

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir

berkaitan dengan pola pembelajaran, yaitu: (1) berpusat pada peserta didik; (2)

16

Page 17: kelompok 1

pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan

alam, sumber / media lainnya); (3) pembelajaran dirancang secara jejaring

(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang

dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (4) pembelajaran bersifat

aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan

model pembelajaran pendekatan sains); (5) belajar kelompok (berbasis tim);

(6) pembelajaran berbasis multimedia; (7) pembelajaran berbasis kebutuhan

pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang

dimiliki setiap peserta didik; (8) pola pembelajaran menjadi pembelajaran

ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) pembelajaran kritis.

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: (1)

mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan

sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual

dan psikomotorik; (2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang

memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan

apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat

sebagai sumber belajar; (3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan

keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan

masyarakat; (4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan

berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (5) kompetensi dinyatakan

dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi

dasar mata pelajaran; (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi

(organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan

proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi inti; (7)

kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling

memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan

jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang

dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan

bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:

17

Page 18: kelompok 1

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

dan berkepribadian luhur;

b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;

c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan

d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Tujuan pembelajaran IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam ) khususnya fisika

menurut Kurikulum 2013 adalah :

1. Menambah keimanan peserta didik dengan menyadari hubungan

keteraturan, keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam jagad raya

terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya;

2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur;

teliti; cermat; tekun; ulet; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;

kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai

wujud implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan

berdiskusi;

3. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari

sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan

hasil percobaan Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet,

kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain;

4. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam

merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui

percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan,

mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil

percobaan secara lisan dan tertulis;

5. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif

dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip IPA khususnya

18

Page 19: kelompok 1

fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian

masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif;

6. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan

mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1. Struktur Praktikum IPA Sekolah Menengah Atas (SMA/MA sederajat )

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum

dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,

dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar

untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa.

Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep

pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban

belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem

belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem

semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem

pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum

mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu

satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan

ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang siswa yaitu apakah mereka

harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur

ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan

berbagai pilihan.

Struktur kurikulum tingkat sekolah menengah atas (SMA/MA) atau

sekolah kejuruan (SMK sederajat) memiliki struktur kurikulum sebagai

berikut :

1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam Kurikulum 2013

dirumuskan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan nasional yaitu

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

19

Page 20: kelompok 1

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu dalam merumuskan SKL

juga mempertimbangkan kebutuhan masa depan dan menyongsong

Generasi Emas Indonesia Tahun 2045 yang berbasis pada Kompetensi

Abad XXI, Bonus Demografi Indonesia, dan Potensi Indonesia menjadi

Kelompok 7 Negara Ekonomi Terbesar Dunia, dan sekaligus memperkuat

kontribusi Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia. Dalam

penjelasan Pasal 35 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan

bahwa SKL merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus

dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah.

Untuk mencapai kompetensi lulusan tersebut perlu ditetapkan

Standar Isi (SI).yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi

dan tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan

pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Penguasaan kompetensi

lulusan dikelompokkan menjadi beberapa Tingkat Kompetensi yang

menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi

lulusan yang telah ditetapkan dalam SKL.

Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang

bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat

kelas dalam rangka pencapaianStandar Kompetensi Lulusan. Tingkat

Kompetensi terdiri atas 8 (delapan) jenjang yang harus dicapai oleh

peserta didik secara bertahap dan berkesinambungan. Tingkat Kompetensi

tersebut diterapkan dalam hubungannya dengan tingkat kelas sejak peserta

didik mengikuti pendidikan TK/RA, Kelas I sampai dengan Kelas XII

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Tingkat Kompetensi TK/RA

bukan merupakan prasyarat masuk Kelas I. Tingkat Kompetensi dikembangkan berdasarkan kriteria; (1) Tingkat

perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3)

20

Page 21: kelompok 1

Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu Tingkat Kompetensi juga

memperhatikan; tingkat kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan

pendidikan, dan keterpaduan antar jenjang yang relevan. Berdasarkan

pertimbangan di atas, Tingkat Kompetensi untuk sekolah menengah keatas

berada pada tingkat 5 dan 6 yang dirumuskan sebagai berikut :

Tabel 3. Tingkat Kompetensi Sekolah Menengah atasNo Tingkat

KompetensiTingkat Kelas

1. Tingkat 5 Kelas X SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKETC/PAKET C KEJURUANKelas XI SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKETC/PAKET C KEJURUAN

2. Tingkat 6 Kelas XII SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKETC/PAKET C KEJURUAN

2. Kompetensi Inti (KI)

Kompetensi yang bersifat generik disebut kompetensi inti

mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini

diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai

manusia seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial

sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan

demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4 (empat) dimensi

yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan

keterampilan. Kompetensi Inti untuk setiap tingkat kompetensi tercantum

dalam Permendikbud tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sejalan dengan filosofi progresivisme dalam pendidikan,

Kompetensi Inti ibaratnya adalah anak tangga yang harus ditapak peserta

didik untuk sampai pada kompetensi lulusan suatu jenjang. Kompetensi

Inti meningkat seiring dengan meningkatnya usia peserta didik yang

dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Melalui Kompetensi Inti, integrasi

vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.

Kompetensi Inti bukan untuk diajarkan tetapi dikembangkan melalui

pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran

yang relevan. Dalam hal ini mata pelajaran diposisikan sebagai sumber

21

Page 22: kelompok 1

kompetensi. Tiap mata pelajaran harus tunduk pada Kompetensi Inti yang

telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang diajarkan

dan dipelajari pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap

pembentukan Kompetensi Inti. Kompetensi Inti akan menagih kepada tiap

matapelajaran apa yang dapat dikontribusikannya dalam membentuk

kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik. Ibaratnya,

Kompetensi Inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik,

sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan demikian,

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising

element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan

organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi

dasar adalah keterkaitan kompetensi dasar satu kelas dengan kelas di

atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi

yang berkesinambungan antar kompetensi yang dipelajari peserta didik.

Organisasi horisontal adalah keterkaitan antara kompetensi dasar satu mata

pelajaran dengan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda

dalam satu kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi yang bersifat generik (kompetensi inti) digunakan

untuk menentukan kompetensi yang bersifat spesifik untuk tiap muatan

kurikulum. Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan

untuk menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum

satuan dan jenjang pendidikan.

3. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.

Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan

karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu

matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai

dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:

1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka

menjabarkan KI-1;

22

Page 23: kelompok 1

2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka

menjabarkan KI-2;

3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka

menjabarkan KI-3; dan

4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka

menjabarkan KI-4. Uraian kompetensi dasar yang rinci ini adalah untuk memastikan

bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja,

melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap.

Melalui Kompetensi Inti, tiap mata pelajaran ditekankan bukan hanya

memuat kandungan pengetahuan saja, tetapi juga memuat kandungan

proses yang berguna bagi pembentukan keterampilannya. Selain itu juga

memuat pesan tentang pentingnya memahami mata pelajaran tersebut

sebagai bagian dari pembentukan sikap. Hal ini penting mengingat

kompetensi pengetahuan sifatnya dinamis karena pengetahuan masih

selalu berkembang. Kemampuan keterampilan akan bertahan lebih lama

dari kompetensi pengetahuan, sedangkan yang akan terus melekat pada

dan akan dibutuhkan oleh peserta didik adalah sikap. Kompetensi dasar

dalam kelompok Kompetensi Inti sikap (KI-1 dan KI-2) bukanlah untuk

peserta didik karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak dihafalkan, dan

tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi pendidik bahwa dalam

mengajarkan mata pelajaran tersebut ada pesan-pesan sosial dan spiritual

sangat penting yang terkandung dalam materinya. Dengan kata lain,

kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI-

1) dan individual-sosial (mendukung KI-2) dikembangkan secara tidak

langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang

pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4).

Untuk memastikan keberlanjutan penguasaan kompetensi, proses

pembelajaran dimulai dari kompetensi pengetahuan, kemudian dilanjutkan

menjadi kompetensi keterampilan, dan berakhir pada pembentukan sikap.

Dengan demikian, proses penyusunan maupun pemahamannya

23

Page 24: kelompok 1

(danbagaimana membacanya) dimulai dari Kompetensi Dasar kelompok 3.

Hasil rumusan KD kelompok 3 dipergunakan untuk merumuskan KD

kelompok 4. Hasil rumusan KD kelompok 3 dan 4 dipergunakan untuk

merumuskan KD kelompok 1 dan 2. Proses berkesinambungan ini untuk

memastikan bahwa pengetahuan berlanjut ke keterampilan dan bermuara

ke sikap sehingga ada keterkaitan erat yang mendekati linier antara KD

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

4. Muatan Pembelajaran

Muatan pembelajaran pendidikan menengah (SMA/SMK)

sederajat terdiri atas :

a. muatan umum untuk SMA/MA,SMALB dan SMK/MAK;

b. muatan peminatan akademik SMA/MA dan SMK/MAK;

c. muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat untuk SMA/MA,

SMALB;

d. muatan peminatan kejuruan untuk SMK/MAK; dan

e. muatan pilihan lintas minat atau pendalaman minat untuk SMK/MAK.

Muatan umum dan peminatan untuk sekolah menengah terdiri atas :

a. muatan umum untuk SMA/MA, SMALB dan SMK/MAK; terdiri atas

muatan :

1. pendidikan agama;

2. pendidikan kewarganegaraan;

3. bahasa;

4. matematika;

5. ilmu pengetahuan alam;

6. ilmu pengetahuan sosial;

7. seni dan budaya;

8. pendidikan jasmani dan olahraga;

9. keterampilan/kejuruan; dan

10. muatan lokal

b. Muatan peminatan akademik SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat

terdiri atas:

24

Page 25: kelompok 1

1. matematika dan ilmu pengetahuan alam;

2. ilmu pengetahuan sosial;

3. bahasa dan budaya; atau

4. peminatan lainnya. c. Pendidikan menengah terdiri atas .Muatan peminatan kejuruan

SMK/MAK bentuk lain yang sederajat terdiri atas:

1. teknologi dan rekayasa;

2. kesehatan;

3. seni, kerajinan, dan pariwisata;

4. teknologi informasi dan komunikasi;

5. agribisnis dan agroteknologi;

6. bisnis dan manajemen;

7. perikanan dan kelautan; atau

8. peminatan lain yang diperlukan masyarakat. (Ketentuan lebih lanjut

mengenai muatan peminatan akademik dan muatan pilihan lintas minat

atau pendalaman minat SMA/MA, SMALB serta muatan peminatan

kejuruan dan pilihan lintas minat atau pendalaman minat untuk

SMK/MAK diatur dalam Peraturan Menteri).

5. Mata Pelajaran

Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka

dikembangkan kurikulum Pendidikan Menengah yang terdiri atas

Kelompok mata pelajaran Wajib dan Mata pelajaran Pilihan. Mata

pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata pelajaran dengan beban

belajar 18 jam per minggu. Konten kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan

KD) dan kemasan konten serta label konten (mata pelajaran) untuk mata

pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini

menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam belajar

dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya. Mata

pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan

akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan ini memberikan

25

Page 26: kelompok 1

corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan

sesuai dengan minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X,

XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu.Satu jam belajar

adalah 45 menit.

Struktur kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata

pelajaran wajib sebagai berikut :

Tabel 4 Mata Pelajaran Sekolah Menengah

Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu

Kelompok Wajib X XI XII1. Pendidikan Agama 3 3 32. Pendidikan Pancasila dan

kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 44. Matematika 4 4 45. Sejarah Indonesia 2 2 26. Bahasa Inggris 2 2 27. Seni Budaya 2 2 28. Prakarya 2 2 29. Pendidikan Jasmani,Olah raga, dan

kesehatan2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok Wajib perminggu

23 23 23

Kelompok PeminatanMata Pelajaran Peminatan akademik (SMA) 20 20 20Mata Pelajaran Peminatan akademik dan vokasi (SMK)

28 28 28

Kompetensi Dasar mata pelajaran wajib memberikan kemampuan

dasar yang sama bagi tamatan Pendidikan Menengah antara mereka yang

belajar di SMA dan SMK. Bagi mereka yang memilih SMA tersedia

pilihan kelompok peminatan (sebagai ganti jurusan) dan pilihan antar

kelompok peminatan dan bebas. Nama Kelompok Peminatan digunakan

karena memiliki keterbukaan untuk belajar di luar kelompok tersebut,

sedangkan nama jurusan memiliki konotasi terbatas pada apa yang tersedia

pada jurusan tersebut dan tidak boleh mengambil mata pelajaran di luar

jurusan. Struktur Kelompok Peminatan Akademik (SMA) memberikan

keleluasaan bagi peserta didik sebagai subjek tetapi juga berdasarkan

26

Page 27: kelompok 1

pandangan bahwa semua disiplin ilmu adalah sama dalam kedudukannya.

Nama kelompok minat diubah dari IPA, IPS dan Bahasa menjadi

Matematika dan Sains, Sosial, dan Bahasa. Nama-nama ini tidak diartikan

sebagai nama kelompok disiplin ilmu karena adanya berbagai

pertentangan fisolosfis pengelompokan disiplin ilmu. Berdasarkan filosofi

rekonstruksi sosial maka nama organisasi kurikulum tidak terikat pada

nama disiplin ilmu.

Berikut ini mata pelajaran peminatan dan mata pelajaran pilihan

(pendalaman minat dan lintas minat).

Tabel 5, Mata Pelajaran Peminatan dan Mata Pelajaran Pilihan

Mata Pelajaran KelasX XI XII

Kelompok Wajib 23 23 23Peminatan Matematika dan Sains

I

1. Matematika 3 4 42. Biologi 3 4 43. Fisika 3 4 44. Kimia 3 4 4

Peminatan Sosial

II

1. Geografi 3 4 42. Sejarah 3 4 43. Sosiologi dan Antropologi 3 4 44. Ekonomi 3 4 4

Peminatan Bahasa

III

1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 42. Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 43. Bahasa dan Bahasa asing lainnya 3 4 44. Sosiologi dan Antropologi 3 4 4

Mata Pelajaran PilihanPilihan Pendalaman Minat atau Lintas Minat 6 4 4Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia 73 75 75Jumlah jam pelajaran yang harus ditempuh 41 43 43

5. Belajar Siswa Sekolah Menengah Kurikulum 2013

Pada Kurikulum 2013 mengisyaratkan adanya penambahan beban belajar (

jam belajar per minggu) disemua jenjang pendidikan. Kebijakan penambahan

jam ini dimaksudkan agar guru memiliki keleluasaan waktu untuk

mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar.

Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari

27

Page 28: kelompok 1

proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan

untuk melakukan pengamatan, menanya,asosiasi dan komunikasi. Proses

pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam

menunggu respon dari peserta didik karena mereka belum terbiasa.selain itu

bertambahnya jam pelajaran memungkinkan guru melakukan penilaian proses

dan hasil belajar.

Beban belajar siswa sekolah menengah tingkat SMA/MA dan SMK

sederajat adalah bertambahnya jumlah jam belajar perminggu. Kelas X

bertambah dari 38 menjadi 42 jam per minggu, dan untuk kelas XI dan XII

berambah dari 38 jam menjadi 44 jam per minggu, dengan lama belajar untuk

setiap jam belajarnya adalah 45 menit.

Konsekuensi logis dari penambahan beban belajar ini, maka mau tidak

mau guru dituntut untuk memiliki keterampilan mengembangkan berbagai

bentuk dan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat secara

aktif mengkostruksi berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan

(kompetensi) yang perlu dikuasainya. Selain itu guru juga dituntut untuk

secara kreatif mampu mengembangkan pengelolaan kelas dan bentuk-bentuk

pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa merasa betah dan gembira

dalam belajarnya.

C. Sistem Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

1. Pengertian Pendekatan, Strategi, Model dan Metode Pembelajaran

Istilah model, pendekatan, strategi dan metode dalam pembelajaran

sepintas tidaklah jauh berbeda dan dapat membingungkan tenaga pendidik.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, model diartikan sebagai pola dari

sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model pembelajaran dimaknai

sebagai pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Model-model pembelajaran disusun

berdasarkan berbagai prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis,

analisis sistem atau teori-teori lain yang mendukung.

28

Page 29: kelompok 1

Selanjutnya pendekatan, yang dapat diartikan sebagai titik tolak atau

sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk

kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan

dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

series of activities designed to achieves a particular aducational goal, dengan

kata lain sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang

didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Senada dengan hal diatas,

Dick dan Carey menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu

perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-

sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa.

Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai

secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk

merealisasikan strategi. Secara bahasa metode adalah cara teratur yang

digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan

yang dikehendaki. Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Dalam pendidikan, metode pembelajaran ialah langkah

operasional atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran dapat digunakan satu atau lebih metode

pembelajaran sekaligus, atau kita dapat memadukan beberapa metode

pembelajaran, namun metode yang dipilih harus sesuai dan dapat

berkesinambungan satu sama lainnya.

2. Pendekatan, Strategi, Model dan Metode Pembelajaran IPA/Fisika Sekolah

Menengah menurut KTSP dan Kurikulum 2013

a. Pendekatan Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah

Beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada

kegiatan belajar mengajar, antara lain: (1) pendekatan kontekstual, (2)

pendekatan konstruktivisme, (3) pendekatan deduktif-induktif, (4)

29

Page 30: kelompok 1

pendekatan konsep dan proses dan (5) pendekatan sains, teknologi dan

masyarakat (STM). Berbicara mengenai pendekatan pembelajaran yang

bisa digunakan dalam proses belajar mengajar di tingkat Sekolah

Menengah, maka harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

1. Pendekatan Pembelajaran menurut KTSP

Dalam KTSP guru memiliki peranan penting untuk menentukan

keberhasilan proses belajar mengajar. Hal tersebut dikarenakan

penjabaran silabus, program pembelajaran tahunan/semester, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), rencana penilaian dikembangkan

oleh guru sesuai kodisi dan kebutuhan setempat. Sebagaimana

keputusan pemerintah bahwa pengembangan pembelajaran KTSP

dikembalikan didaerah masing-masing, maka pendekatan yang sesuai

adalah pendekatan kontekstual dimana guru memilih konteks

pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan

pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan dimana anak

hidup dan berada dalam budaya yang berlaku dalam masyarakatnya.

2. Pendekatan Pembelajaran menurut Kurikulum 2013

Sesuai dengan tema pengembangan Kurikulum 2013 dalam rangka

menghasilkan insan Indonesia produktif, kreatif, inovatif dan afektif

melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi. Sehubungan dengan itu, Kurikulum 2013 menerapkan

pendekatan scientific (ilmiah) dalam pembelajaran dan penilaian

otentik yang menggunakan prinsip penilaian bagian dari pembelajaran.

b. Strategi Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah

Terdapat beberapa macam strategi pembelajaran yang bisa

diterapkan dalam proses belajar mengajar. Berikut ini beberapa strategi

yang memudahkan proses belajar mengajar, yaitu: strategi ekspositori

(expository) dan strategi penemuan dan penyelidikan (discovery and

inquiry). Selain itu menurut Mulyono, strategi belajar dapat

diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi pembelajaran langsung, strategi

pembelajaran tak langsung, interaktif, mandiri dan melalui pengalaman.

30

Page 31: kelompok 1

Pengajar harus memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1. Strategi Pembelajaran menurut KTSP

Masing-masing tujuan pembelajaran mempersyaratkan strategi

belajar mengajar tertentu untuk pencapaiannya, misalnya untuk

mencapai tujuan belajar keterampilan motorik maka harus digunakan

strategi pembelajaran yang relevan dengan substansi dari belajar

keterampilan motorik tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka strategi

pembelajaran yang dapat dan sering digunakan dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan adalah strategi ekspositori, strategi

pembelajaran langsung dan strategi pembelajaran interaktif.

Ketiga strategi pembelajaran ini sesuai dengan konsep belajar

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dimana proses belajar

mengajar hanya terpusat kepada guru dan siswa terkesan pasif. Guru

hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum

atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima

saja informasi yang diberikan oleh guru.

2. Strategi Pembelajaran menurut Kurikulum 2013

Jika pada kurikulum KTSP guru lebih berperan dalam proses

belajar dikelas maka lain halnya dengan kurikulum 2013. Dalam

kurikulum ini, peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses belajar

mengajar. Sejalan dengan hal itu, guru merancang proses belajar

mengajar dengan menentukan strategi belajar yang sesuai dengan pola

pembelajaran kurikulum 2013. Adapun strategi pembelajaran yang

digunakan yaitu strategi penemuan dan penyelidikan (discovery and

inquiry).

Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu

konsep atau suatu prinsip. Dan inquiry adalah merupakan perluasan

dari discovery, artinya inquiry mengandung proses mental yang lebih

tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang

eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data,

31

Page 32: kelompok 1

menganalisis data, membuat kesimpulan dan sebagainya. Strategi ini

diterapkan untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk

menghasilkan jarya kontekstual, baik individual maupun kelompok.

3. Model Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah

Model pembelajaran sangat penting peranannya dalam

pembelajaran, karena pemilihan model yang tepat dapat mengarahkan guru

pada kualitas pembelajaran efektif. Menurut Joyce danWeil terdapat empat

kategori model mengajar yaitu model pemprosesan informasi, model

personal, model sosial dan model sistem perilaku dalam pembelajaran.

a. Model Pembelajaran menurut KTSP

Sesuai dengan pengertiannya, model pembelajaran merupakan cara

atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran

agar tercapai tujuan pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang

dapat digunakan sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah

model Problem Based Learning (PBL). Model PBL merupakan suatu

pembelajaran yang menuntut aktifitas mental siswa untuk memahami

suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan

pada awal pembelajaran.

b. Model Pembelajaran menurut Kurikulum 2013

Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

Fisika sekolah menengah yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah

model pembelajaran berbasis proyek. Model proyek (project) adalah

pembelajaran fisika atau sains dimana peserta didik dalam kelompok

diminta membuat atau melakukan suatu proyek bersama, dan

mempresentasikan hasil dari proyek itu.

4. Metode Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah

Guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik peserta didiknya agar dapat menguasai keadaan

kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Menurut

Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep. terdapat beberapa metode

pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu:

32

Page 33: kelompok 1

metode ceramah, metode diskusi, demonstrasi, ceramah plus, resitasi,

eksperimental, karya wisata, latihan keterampilan, pengajaran beregu,

peer teaching method, pemecahan masalah, project method, taileren

method dan metode global.

a. Metode Pembelajaran menurut KTSP

Metode pembelajaran yang sering digunakan dalam

kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah metode ceramah dan

demonstrasi. Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas

bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif

besar. Penggunaan metode ceramah mengakibatkan peserta didik

pasif dalam proses belajar mengajar dan sebaliknya guru lebih

aktif. Sementara itu penggunaan metode demonstrasi juga

berdampak sama seperti metode ceramah. Sebab cara mengajar

yang dilakukan hampir sama yaitu guru menjelaskan dan siswa

menjadi pendengar yang pasif.

b. Metode Pembelajaran menurut Kurikulum 2013

Pada kurikulum 2013 pembelajaran terpusat pada peserta

didik, sedangkan guru kebanyakan hanya bertindak sebagai

pengawas jalannya proses belajar mengajar. Guru hanya

memberikan gambaran atau petunjuk mengenai materi pelajaran

kemudian peserta didik dapat mengembangkan materi tersebut baik

secara individu maupun kelompok. Peserta didik adalah subjek

yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah,

mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan. Sehingga metode

pembelajaran Fisika untuk sekolah menengah sesuai kurikulum

2013 adalah metode eksperimental. Karena dengan penggunaan

metode ini maka peserta didik dapat melakukan aktivitas

percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu

yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran Fisika tidak selalu harus

33

Page 34: kelompok 1

berhadapan dengan angka atau rumus-rumus tetapi juga peserta

didik harus mampu mengerti teori, konsep atau

pengimplementasian dari pembelajaran fisika itu sendiri.

D. Sistem Penilaian Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

1. Hakikat PenilaianPenilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis,dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar

peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan.

Penilaian yang dilakukan harus memiliki asas keadilan yang tinggi.

Maksudnya, peserta didik diperlakukan sama sehingga tidak

merugikan salah satu atau sekelompok peserta didik yang dinilai.

Selain itu, penilaian tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi,

budaya, bahasa, jender, dan agama. Penilaian juga merupakan bagian

dari proses pendidikan yang dapat memacu dan memotivasi peserta

didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya

sesuai dengan kemampuannya. Ditinjau dari sudut profesionalisme

tugas kependidikan, kegiatan penilaian merupakan salah satu ciri yang

melekat pada pendidik profesional. Seorang pendidik profesional

selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran yang

dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator

keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang

dicapai peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan

tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi

pendidik untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang

dilakukan. Ada empat istilah yang terkait dengan konsep penilaian

yang digunakan untukn mengetahui keberhasilan belajar peserta didik,

yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan evaluasi.

34

Page 35: kelompok 1

Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan ukuran terhadap

suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford, 1982). Pengukuran

pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi observasi

unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu

standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran

pendidikan bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya

berupa angka, sedangkan kualitatif hasilnya bukan angka (berupa

predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya sangat baik, baik, cukup,

kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan prestasi peserta

didik. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan

dengan kegiatan penilaian.

Penilaian (assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua

metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau

kelompok peserta didik. Proses penilaian mencakup pengumpulan

bukti yang menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Penilaian

merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk

menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix,

1991). Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena

itu, kegiatan penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik

saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum,

fasilitas, dan administrasi sekolah. Instrumen penilaia untuk peserta

didik dapat berupa metode dan/atau prosedur formal atau informal

untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik. Instrumen

penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan,

pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga

diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau

kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan

belajar peserta didik.

Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat

atau kegunaan suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991). Dalam

melakukan evaluasi terdapat judgement untuk menentukan nilai suatu

35

Page 36: kelompok 1

program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif. Evaluasi

memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang

memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap,

minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan

evaluasi, alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada

jenis data yang ingin diperoleh.

2. Sistem Penilaian Pada Kurikulum KTSP

Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi

(SI) untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup

materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai

kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan

tertentu. Di dalam SI dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran dalam

KTSP meliputi tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan

mandiri tidak terstruktur. Tatap muka adalah pertemuan formal antara

pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Penugasan

terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan

pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta

didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar

kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh

pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak

terstruktur diatur sendiri oleh peserta didik. Sejalan dengan ketentuan

tersebut, penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk dapat

mengukur dan memberikan informasi mengenai pencapaian

kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan tatap muka,

penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara

komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang

dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes,

observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan

penilaian antarteman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi

dan tingkat perkembangan peserta didik.

36

Page 37: kelompok 1

1. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat

benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik

atau tes kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes

memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes

yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah,

dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat

berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes yang

dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta

didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan.

Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan

perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan.

Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara

berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian.

Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan

akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri

atas ujian nasional dan ujian sekolah.

Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam

proses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran,

memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta

didik.

Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah

menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih. Ulangan tengah

semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan

8 –9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester

meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada

periode tersebut.

Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada

37

Page 38: kelompok 1

akhir semester. Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh

indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik pada akhir semester genap untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik pada akhir semester genap pada satuan

pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan

kenaikan kelas meliputi indikator yang merepresentasikan semua KD

pada semester genap.

Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi

belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian

kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam

kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian

kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk

memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu

persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang

diujikan pada ujian sekolah adalah mata pelajaran pada kelompok mata

pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada

ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk

kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok

mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

2. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan

terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di

luar kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan

data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai,

dan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Penilaian

observasi dilakukan antara lain sebagai penilaian akhir kelompok mata

pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran

38

Page 39: kelompok 1

kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,

serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

3. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara

perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk

penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat

berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek,

dan/atau produk.

4. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik

dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,

perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999).

5. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam

kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui

pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan

hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap persiapan,

pelaksanaan, dan hasil.

6. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik

menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap

persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.

7. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang

dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik

terhadap objek psikologis.

8. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran

yang berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan

kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan

perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.

9. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal.

Dalam penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan

kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.

39

Page 40: kelompok 1

10.Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara

meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan

temannya dalam berbagai hal secara jujur.

2. Aspek yang Dinilai

Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek

kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut taksonomi

Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab

pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada tingkat pemahaman, peserta didik

dituntut untuk menyatakan jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya

sendiri. Misalnya, menjelaskan suatu prinsip atau konsep. Pada tingkat aplikasi,

peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi

yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan

informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta

dan pendapat, dan menemukan hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis,

peserta didik dituntut merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau

teorinya sendiri, dan mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi,

peserta didik mengevaluasi informasi, seperti bukti sejarah, editorial, teori-

teori, dan termasuk di dalamnya melakukan judgement (pertimbangan)

terhadap hasil analisis untuk membuat keputusan.

Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif (adaptive movement)

atau gerak terlatih dan keterampilan komunikasi berkesinambungan

(nondiscursive communication) - (Harrow, 1972). Gerak adaptif terdiri atas

keterampilan adaptif sederhana (simple adaptive skill), keterampilan adaptif

gabungan (compound adaptive skill), dan keterampilan adaptif komplek

(complex adaptive skill). Keterampilan komunikasi berkesinambungan

mencakup gerak ekspresif (expressive movement) dan gerak interpretatif

(interpretative movement). Keterampilan adaptif sederhana dapat dilatihkan

dalam berbagai mata pelajaran, seperti bentuk keterampilan menggunakan

peralatan laboratorium IPA. Keterampilan adaptif gabungan, keterampilan

40

Page 41: kelompok 1

adaptif komplek, dan keterampilan komunikasi berkesinambungan baik gerak

ekspresif maupun gerak interpretatif dapat dilatihkan dalam mata pelajaran

Seni Budaya dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Kondisi afektif

peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, dan/atau nilai-nilai. Kondisi ini

tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui angket,

inventori, atau pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik

berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan

memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus.

Dalam laporan hasil belajar peserta didik, terdapat komponen pengetahuan

yang umumnya merupakan representasi aspek kognitif, komponen praktik yang

melibatkan aspek psikomotorik, dan komponen sikap yang berkaitan dengan

kondisi afektif peserta didik terhadap mata pelajaran tertentu. Tabel berikut

menyajikan berbagai aspek yang dinilai untuk lima kelompok mata pelajaran

(sesuai PP no. 19 tahun 2005 pasal 64).

Tabel 6. Aspek yang dinilai dalam berbagai mata pelajaran

3. Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2013

a. Pengertian Penilaian Hasil Belajar

Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam pedoman ini sebagai

berikut.

1. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan

informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam

kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan,

41

Page 42: kelompok 1

dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan

sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran.

2. Pendekatan Penilaian adalah proses atau jalan yang ditempuh dalam

melakukan penilaian hasil belajar peserta didik.

3. Bentuk Penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai capaian

pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja, penilaian

projek, dan penilaian tertulis.

4. Instrumen Penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian

pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap

5. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan

substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.

6. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta

didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi

yang sesungguhnya.

7. Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif.

8. Penilaian Tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas

yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok.

9. Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu

investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data,

sampai pelaporan.

10. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan

peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.

11. Ulangan Harian adalah penilaian yang dilakukan setiap menyelesaikan

satu muatan pembelajaran.

12. Ulangan Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk

semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama

semester.

42

Page 43: kelompok 1

13. Ulangan Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua

muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester.

14. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada ranah

sikap.

15. Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah

pengetahuan.

16. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah

keterampilan.

b. Fungsi dan Tujuan Penilaian

1. Fungsi

Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau

kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan

perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Berdasarkan

fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi:

a. formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam

sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian

selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip

Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari

kajian terhadap kekurangan peserta didik digunakan untuk memberikan

pembelajaran remedial dan perbaikan RPP serta proses pembelajaran

yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya; dan

b. sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir

suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan

pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk

menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan

pendidikan seorang peserta didik.

2. Tujuan

a. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan,

dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok

peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan

program pengayaan.

43

Page 44: kelompok 1

b. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik

dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu

semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan.

c. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat

penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta

didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil

belajar.

d. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.

3. Acuan Penilaian

a. Penilaian menggunakan Acuan Kriteria yang merupakan penilaian

kemajuan peserta didik dibandingkan dengan kriteria capaian

kompetensi yang ditetapkan. Skor yang diperoleh dari hasil suatu

penilaian baik yang formatif maupun sumatif seorang peserta didik

tidak dibandingkan dengan skor peserta didik lainnya namun

dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan

b. Bagi yang belum berhasil mencapai kriteria, diberi kesempatan mengikuti

pembelajaran remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian

(bukan di akhir semester) baik secara individual, kelompok, maupun

kelas. Bagi mereka yang berhasil dapat diberi program pengayaan

sesuai dengan waktu yang tersedia baik secara individual maupun

kelompok. Program pengayaan merupakan pendalaman atau perluasan

dari kompetensi yang dipelajari.

c. Acuan Kriteria menggunakan modus untuk sikap, rerata untuk

pengetahuan, dan capaian optimum untuk keterampilan.

B. Prinsip

Prinsip Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi prinsip

umum dan prinsip khusus. Prinsip umum dalam Penilaian Hasil Belajar

oleh Pendidik adalah sebagai berikut.

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur.

44

Page 45: kelompok 1

2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta

didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang

agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang

berkepentingan.

6. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik

mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai

teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai

peserta didik.

7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap

dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari

segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

9. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan

peserta didik dalam belajar.

Prinsip khusus dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berisikan

prinsip-prinsip Penilaian Autentik sebagai berikut.

1. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.

2. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.

3. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik.

4. Berbasis kinerja peserta didik.

5. Memotivasi belajar peserta didik.

6. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.

7. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.

8. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

45

Page 46: kelompok 1

9. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.

10. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.

11. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus.

12. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata.

13. Terkait dengan dunia kerja.

14. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.

15. Menggunakan berbagai cara dan instrumen.

D. Lingkup

Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi

sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan.

1. Sikap (Spiritual dan Sosial)

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap

spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut.

Tabel 7. Sasaran Penilaian Sikap

2. Pengetahuan

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada kemampuan

berpikir adalah sebagai berikut.

Tabel 8 Sasaran Penilaian Pengetahuan

46

Page 47: kelompok 1

47

Page 48: kelompok 1

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada dimensi pengetahuan

adalah sebagai berikut.

3. Keterampilan

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan abstrak

berupa kemampuan belajar adalah sebagai berikut.

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan kongkret

adalah sebagai berikut.

48

Page 49: kelompok 1

4. Ketuntasan belajar

Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi

dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan

penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan

tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat

penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar

dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap

semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan.

Ketuntasan Belajar dalam satu semester adalah keberhasilan

peserta didik menguasai kompetensi dari sejumlah mata pelajaran yang

diikutinya dalam satu semester. Ketuntasan Belajar dalam setiap tahun

ajaran adalah keberhasilan peserta didik pada semester ganjil dan

genap dalam satu tahun ajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan

pendidikan adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi

seluruh mata pelajaran dalam suatu satuan pendidikan untuk

menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Nilai

ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni

predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K)

sebagaimana tertera pada tabel berikut.

49

Page 50: kelompok 1

Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2)

ditetapkan dengan predikat Baik (B).

Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan keterampilan

dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni 4,00 – 1,00 untuk

angka yang ekuivalen dengan huruf A sampai dengan D sebagaimana

tertera pada tabel berikut.

Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor

rerata 2,67 untuk keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum

2,67.

Khusus untuk SD/MI ketuntasan sikap, pengetahuan dan

keterampilan ditetapkan dalam bentuk deskripsi yang didasarkan pada

modus, skor rerata dan capaian optimum.

50

Page 51: kelompok 1

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dalam makalah “Struktur Kurikulum

IPA/Fisika Sekolah Menengah”, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Secara umum tujuan diterapkannya Kurikulum 2013 adalah untuk

mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup

sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif,

inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

2. Struktur kurikulum Sekolah Menengan (SMP/MTS) sederajat dan

SMA/MA dan SMK sederajat meliputi Standar Kompetensi Lulusan

(SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), muatan

Pembelajaran dan Mata Pelajaran.

3. Beban Belajar Sekolah Menengah menurut Kurikulum 2013 merupakan

beban belajar yang berupa penambahan jam belajar peserta didik

perminggu sehingga dengan adanya tambahan jam belajar ini dan

pengurangan jumlah Kompetensi Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu

untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif

belajar.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca

makalah ini yakni kita sebagai calon pengajar dan pendidik harus lebih

banyak belajar dan membaca terkait dengan kurikulum-kurikulum yang

pernah diberlakukan sampai dengan kurikulum 2013, kemudian di

implementasikan demi untuk kelancaran dan kesuksesan pendidikan

kedepannya sehingga menghasilkan peserta didik yang sadar, mampu

bersaing, berkualitas dan berakhlak baik.

51

Page 52: kelompok 1

52