-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kelainan tiroid merupakan kelainan endokrin
tersering kedua yang
ditemukan selama kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan
metabolik
terjadi selama kehamilan,menyebabkan perubahan kompleks pada
fungsi tiroid
maternal. Hipertiroid adalah kelainan yang terjadi ketika
kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan dari kebutuhan tubuh.
Wanita
hamil dengan eutiroid memunculkan beberapa tanda tidak spesifik
yang mirip
dengan disfungsi tiroid sehingga diagnosis klinis sulit
ditegakkan. Sebagai
contoh, wanita hamil dengan eutiroid dapat menunjukkan
keadaan
hiperdinamik seperti peningkatan curah jantung, takikardi
ringan, dan tekanan
nadi yang melebar, suatu tanda-tanda yang dapat dihubungkan
dengan keadaan
hipertiroid.Disfungsi tiroid autoimun umumnya menyebabkan
hipertiroidisme
dan hipotiroidisme pada wanita hamil. Kelainan endokrin ini
sering terjadi
pada wanita muda dan dapat mempersulit kehamilan, demikian
pula
sebaliknya. Penyakit Graves terjadi sekitar lebih dari 85 % dari
semua kasus
hipertiroid, dimana Tiroiditis Hashimoto adalah yang paling
sering untuk kasus
hipotiroidisme. Tiroiditis postpartum adalah penyakit tiroid
autoimun yang
terjadi selama tahun pertama setelah melahirkan. Penyakit ini
memberikan
gejala tirotoksikosis transien yang diikuti dengan
hipotiroidisme yang biasanya
terjadi pada 8-10% wanita setelah bersalin.
-
2
B. Rumusan masalah 1. Apa pengertian hipertiroidisme?
2. Apa etiologi dari hipertiroidisme?
3. Apa klasifikasi dari hipertiroidisme?
4. Bagaimana patofisiologi dari hipertiroidisme?
5. Apa tanda dan gejala pada hipertiroidisme?
6. Komplikasi apa saja yang bisa terjadipada penderita
hipertiroidisme?
7. Bagaimana pemeriksaan dan penatalaksanaan medis dalam
menangani
kasus hipertiroidisme?
8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dengan diagnosa
medis
hipertiroidisme?
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Endokrin
untuk mengeksplorasi secara lebih dalam tentang asuhan
keperawatan pada
pasien hipertiroidisme.
2. Tujuan khusus
a. Memahami pengertian hipertiroidisme
b. Mengetahui etiologi dari hipertiroidisme
c. Mengetahui klasifikasi dari hipertiroidisme
d. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari hipertiroidisme
e. Mengetahui tanda dan gejala pada hipertiroidisme
f. Mengetahui komplikasi dari hipertiroidisme
g. Mengetahui bagaimana pemeriksaan dan penatalaksanaan medis
dalam
menangani kasus hipertiroidisme.
h. Memahami asuhan keperawatan dengan diagnosa medis
hipertiroidisme
-
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi
peningkatan hormon tiroid
lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosis merupakan
istilah yang
digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan
tubuh
distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid. Angka kejadian pada
hipertiroid
lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia
antara 20-40
tahun (Black,2009)
Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi
berlebihan.
Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid
hipofisis, atau
hipotalamus. (Elizabeth J.Corwin:296)
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon
jaringan-jaringan
terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang
berlebihan (Price &
Wilson:337)
Kesimpulan menurut kelompok, Hipertiroidisme merupakan suatu
keadaan
dimana didapatkan kelebihan hormon tiroid yang ditemukan bila
suatu jaringan
memberikan hormon tiroid belebihan.
B. ETIOLOGI Penyebab hipertiroid diantaranya:
1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang
terjadi
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksik goiter diffuse merupakan penyakit
yang
disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibodi
yang
disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang mendekati
sel-sel
tiroid. TSI meniru tindakan TSH dan merangsang tiroid untuk
membuat
-
4
hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan adanya
hipertiroidisme,
pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan eksoftalmus (mata
melotot).
3. Nodul tiroid (Tiroiditis)
Merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan
oleh bakteri
seperti streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus, dan
pneumococcus
pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada
kelenjar
tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroiditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis
postpartum,
dan tiroiditis tersembunyi.
1. Tiroiditis subakut
Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan
biasanya
hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan .
2. Tiroiditis postpartum
Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa
bulan
melahirkan. Penyebabnya diyakini autoimun. Seperti halnya
dengan
tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum sering mengalami
hipotiroidisme
sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh.
3. Tiroiditis tersembunyi
Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan karena autoimun dan
pasien tidak
mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga trejadi pembesaran
kelenjar.
Tiroiditis tersembunyi dapat mengakibatkan tiroiditis
permanen.
4. Konsumsi banyak yodium
Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan
peningkatan
sintesis hormon tiroid.
5. Pengobatan hipotiroid
Terapi hipotiroid, pemberian obat-obatan hipotiroid untuk
menstimulasi
sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat
menimbulkan
kelebihan jumlah hormon tiroid.
6. Produksi TSH yang Abnormal
-
5
Produksi TSH kelenjarhipofisisdapatmemproduksi TSH
berlebihan,
sehinggamerangsangtiroidmengeluarkan T3 dan T4 yang banyak..
C. KLASIFIKASI Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit
graves dan goiter nodular
toksik. (Price A,Sylvia, 1995).
a. Penyakit Graves
Penyakit Graves (goiter difusa toksika) dipercaya disebabkan
oleh suatu
antibodi yang merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
yang
berlebihan.
Penyakit Graves biasanya terjadi pada usia sekitar 30 sampai 40
tahun dan
lebih sering ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki
.Terdapat predisposisi
familial pada penyakiti ini dan sering berkaitan dengan
bentuk-bentuk
endokrinopati atoimun lainnya.Pada penyakit graves terdapat dua
kelompok
gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya
mungkin tidak
tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia
kelenjar tiroid, dan
Hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
Manifestasi
ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal
yang biasanya terbatas
pada tungkai bawah. Oftalmopati yang ditemukan pada 50 % sampai
80 % pasien
ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan
berkurang, lid dag
(keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata.
Sylvia. A. Price,
2006 )
b. Goiter nodular toksika
Goiter nodular toksika paling sering ditemukan pada pasien
lanjut usia
sebagai komplikasi goiter nodular kronik. Pada pasien ini
hipertiroidisme timbul
secara lambat dan manifestasi klinisnya lebih ringan dari pada
penyakit graves.
Pada goiter nodular toksika, satu atau beberapa nodul di dalam
tiroid
menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid dan berada di luar
kendali TSH
(thyroid stimulating hormone). Nodul tersebut benar-benar
merupakan tumor
-
6
tiroid jinak dan tidak berhubungan dengan penonjolan mata serta
gangguan kulit
pada penyakit Graves.
Hipertiroidisme sekunder bisa disebabkan oleh tumor hipofise
yang
menghasilkan terlalu banyak TSH, sehingga merangsang tiroid
untuk
menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan. Penyebab lainnya
adalah
perlawanan hipofise terhadap hormon tiroid, sehingga kelenjar
hipofise
menghasilkan terlalu banyak TSH. (Sylvia. A. Price, 2006)
D. MANIFESTASI KLINIS 1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output,
peningkatan
kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer
resisten,
tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg,
palpitasi,
disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernafasan
Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan,
penurunan berat
badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan
protein,
penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal,
hiponatremia,
muntah dan kram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
tremor.
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak
toleran
panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi
kerontokan
rambut.
7. Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
-
7
8. Sistem saraf
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah,
emosi
tidak stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido,
impoten.
10. Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau
keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat
kompleks yang
menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola
mata
kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita.
Pada
keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara
sempurna
sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.
Diagnosis hipertiroid dengan berdasarkan tanda dan gejala klinis
dapat
ditegakkan dengan penilaian Indeks Wayne.
Gejala
Subyektif
Angka Gejala Obyektif Ada Tidak
Dispneu
deffort
+1 Tiroid teraba +3 -3
Palpitasi +2 Bruit pada tiroid +2 -2
Mudah lelah +2 Eksoptalmus +2
Suka panas -5 Retraksi
palpebra
+2
Suka dingin +5 Palpebra
terlambat
+1
Keringat
banyak
+3 Hiperkinesis +4 -2
Gugup +2 Telapak tangan
lembab
+2 -2
-
8
Tangan basah +1 Nadi
Tangan panas -1 < 80x/menit -3
Nafsu makan
>>
+3 > 90x/menit +3
Nafsu makan
>
-3
Berat badan
19 : hipertiroid
Table 1. Indeks Wayne
E. PATOFISIOLOGI Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah
penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar
tiroid membesar
dua sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak
hiperplasia
dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga
jumlah sel-sel ini
lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran
kelenjar.
Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar
dari pada
normal.Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun,
karena ada
sesuatu yang menyerupai TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah
antibody
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin),
yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan
tersebut
merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya
adalah
-
9
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme
konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang
pada
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH
yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang
disebabkan oleh
TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar
hipofisis
anterior.Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa
mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut,
sel-sel
sekretori kelenjar tiroid membesar. Peningkatan hormon tiroid
menyebabkan
peningkatan metabolisme, meningkatnya aktivitas saraf simpatis.
Peningkatan
metabolisme rate menyebabkan peningkatan produksi panas tubuh
sehingga
pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi
terhadap panas.
Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan
kebutuhan
metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar
cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi
simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot
juga
berkurang.Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi
pada sistem
kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor
beta adregenik,
sehingga denyut nadi menjadi lebih cepat, peningkatan cardiac
output, stroke
volume, aliran darah perifer serta respon terhadap sekresi dan
metabolisme
hipothalamus, hipofisis dalam hormon gonad, sehingga pada
individu yang
belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual,
sedangkan
pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan
menstruasi
tidak teratur. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang
ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada
kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat
dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang
halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan
yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga
merupakan salah
satu efek hormone tiroid pada system kardiovaskular.
Eksopthalamus yang
terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan
periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar
-
10
F. PATHWAY
Tiroiditis Penyakit Graves (antibody reseptor TSH merangsang
aktivitas tiroid)
Nodul tiroid toksik
Sekresi hormon tiroid yang berlebihan
Hipertiroidisme
Hipermetabolisme meningkat
Aktifitas simpatik berlebihan
Gerakan kelopak mata relative lambat terhadap bola
mata
Penurunan BB
Ketidakseimbangan energi dengan kebutuhan tubuh
Perubahan konduksi listrik jantung
Infiltrasi Limfosit, sel mast ke jaringan orbital dan
otot-otot
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kelelelahan
Beban kerja jantung menurun
Aritmia, takikardia
Resiko penurunan curah jantung
Eksoftalmus
Resiko kerusakan integritas jaringan
Kurang informasi
Kurang Pengetahuan
-
11
G. KOMPLIKASI 1. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini
disebabkan
karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata.
Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada
jantung
bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa
berakibat fatal
(aritmia) dan syok.
3. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi
berat,
derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini
merupakan
keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus.
Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah
hipertiroidisme
yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi
tiroid,
pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat.
Penanganan pasien
dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon
tiroid,
menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon
terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk
menghambat
kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glukokortokoid,
dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan
untuk
menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
4. Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid
yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau
terjadi pada
pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan
hormontiroid dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan
takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila tidak
diobati dapat
menyebabkan kematian.
-
12
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan laboratorium
A. Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 250 ng/dl atau 1,2 3,4
SI unit)
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3
total,
dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi
TSH
dan T4. Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat
atau
menurun secara bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya
merupakan
tanda yang akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme,
yang
menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar T3.
B. Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 12 mcg/dl atau 51 154 SI
unit)
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum
dengan
teknik radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. T4
terikat
terutama dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat lebih longgar.
T4 normalnya terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah
protein
pangikat ini juga akan mengubah kadar T4.
C. Indeks T4 bebas, meningkat (N: 0,8 2,4 ng/dl atau 10 31 SI
unit)
D. T3RU, meningkat (N: 24 34 %)
2. TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa
cadangan
TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3
dan T4 tidak
dapat dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya.
Tiga puluh
menit sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena,
sampel
darah diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan,
kepada
pasien harus diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara intravena
dapat
menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat temporer, mual,
atau
keinginan untuk buang air kecil
3. Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titer antiglobulin
antibodi tinggi (N:
titer < 1 : 100)
4. Tirotropin reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan
pada penyakit
graves
5. Ambilan Iodium Radioaktif
-
13
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur
kecepatan
pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien
disuntikan atau
radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada
tiroid
dilakukan dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter)
yang akan
mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari
hasil
penguraian dalam kelenjar tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan
yang
terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah
pemberiannya.
Tes ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana
dan
memberikan hasil yang dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme
akan
mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90%
pada
sebagian pasien).
6. Test penunjang lainnya
1. CT Scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar
tiroid.
Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian
diukur
pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid. Normalnya tiroid
akan
mengambil iodine 5 35 % dari dosis yang diberikan setelah 24
jam.
Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
2. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar
tiroid
apakah massa atau nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu
membedakan kelainan kistik atau solid pada tiroid. Kelainan
solid lebih
sering disebabkan keganasan dibanding dengan kelainan kistik.
Tetapi
kelainan kistikpun dapat disebabkan keganasan meskipun
kemungkinannya lebih kecil.
7. EKG, untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya
takhikardi, atrial
fibrilasi dan perubahan gelombang
-
14
I. PENATALAKSANAAN 1. TERAPI UMUM
a. Obat antitiroid
Biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil
tio
urasil(PTU), karbimazol.- Pemberian yodium radioaktif, biasa
untuk
pasien berumur 35 tahun/lebih atau pasien yanghipertiroidnya
kambuh
setelah operasi.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar
tiroid-nya tidak
bisa disembuhkanhanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita
hamil
(trimester kedua), dan untuk pasienyang alergi terhadap
obat/yodium
radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadipenyembuhan
spontan
dalam waktu 1 tahun.
2. FARMAKOTERAPI
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
a. Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon tiroid.
Mula-mula
dosisnya bisa sampai 3-8tablet sehari, tetapi bila sudah stabil
bisa cukup
1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup baik untuk penyakit
hipertiroid.Efek
sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi sel darah
putih
(agranulositosis)dan gangguan pada fungsi hati. Ciri-ciri
agranulositosis
adalah sering sakit tenggorokan yangtidak sembuh-sembuh dan
juga
mudah terkena infeksi serta demam.Sedangkan ciri-ciri gangguan
fungsi
hati adalah rasa mual, muntah, dan sakit pada perutsebelah
kanan, serta
timbulnya warna kuning pada bagian putih mata, kuku, dan
kulit.
b. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan obat hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai
sebagai
obat anti peradangan.Obat ini dapat digunakan untuk
menghilangkan
peradangan di kelenjar tiroid (thyroiditis).
-
15
c. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk
mengatasi
gejala-gejalaparkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan
yang
gemetar dan sebagainya. Di dalampengobatan hipertiroid, obat
ini
dipakai untuk mengobati tangan gemetar dan denyut
jantungyang
meningkat. Namun penggunaan obat ini pada pasien dengan
penyakit
hipertiroid harusberhati-hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan
pada
pasien dengan denyut jantung yangcepat (takikardia). Pada pasien
yang
denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali permenit) dan
tangan
gemetar biasanya diberi obat lain yaitu propranolol, atenolol,
ataupun
verapamil.
3. TERAPI LAIN
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah
mengkonsumsi
bekatul. Para ahlimenemukan bahwa dalam bekatul terdapat
kandungan
vitamin B15, yang berkhasiat untuk menyempurnakan proses
metabolisme
di dalam tubuh kita.Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat
digunakan
untuk mengobatidiabetes melitus,hipertensi,asma, kolesterol
dan
gangguanaliran pembuluh darah jantung (coronair insufficiency),
serta
penyakit hati.Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan
pengambilan
oksigen di dalam otak,menambah sirkulasi darah perifer dan
oksigenisasi
jaringan otot jantung.
-
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN Identitas
1. Nama : -
2. Usia : Peningkatan faktor resiko penyakit ini pada usia 30-40
tahun
3. Jenis Kelamin : Resiko penyakit ini lebih banyak pada wanita,
karena
produksi hormon wanita yang lebih kompleks dibandingkan
produksi
hormon pria.
4. Pekerjaan : -
5. Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat menyebabkan pasien
kurang
pengetahuan dalam menanggapi gejala yang dirasakan
sebelumnya.
6. Alamat :
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien biasa memiliki keluhan dada kiri terasa berdebar-debar,
matanya
tampak melotot. Serta tangan yang bergetar terus (tremor) dan
sering
berkeringat.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien biasa memiliki keluhan mata tampak melotot, tangan yang
bergetar
terus (tremor), sering berkeringat , tidak nafsu makan, berat
badan turun,
lemah , letih lesu, belakangan suka gelisah, flushing (kulit
tampak
kemerahan atau sedikit keungunan), pruritus (gatal-gatal),
eksoftalamus,
tidak tahan udara panas, belakangan suka gelisah, dan tidak bisa
duduk
diam.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien tidak mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
-
17
Kelurga tidak ada yang mengalami penyakit serupa dan tidak ada
penyakit
yang diturunkan.
PemeriksaanFisik
1. Aktivitas/istirahatat
Tanda dan gejala : insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah
gangguan
koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
2. Sirkulasi
Tanda dan gejala : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop,
murmur,
peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat,
takikardia saat
istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis
palpitasi, nyeri dada
(angina).
3. Eliminasi
Tanda dan gejala : urine dalam jumlah banyak, perdarahan dalam
feses,
diare.
4. Integritas ego
Tanda dan gejala : mengalami stress yang berat baik emosional
maupun
fisik, emosi labil, (euphoria sedang sampai delirium),
depresi.
5. Makanan dan cairan
Tanda dan gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu
makan
meningkat makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan
muntah,
pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah
pretibial
6. Neurosensori
Tanda : bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan
perilaku
seperti :bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang,
delirium, psikosis,
stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa
bagian
tersentak-sentak, hiperaktif, reflex tendon dalam (RTD).
7. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri orbital, fotofobia.
-
18
8. Pernafasan
Tanda : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema
paru
(pada krisis tirotoksikosis).
9. Keamanan
Gejala: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang
berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan
Tanda: suhu meningkat diatas 374oc, diaphoresis, kulit halus,
hangat dan
kemerahan, rambut tipis, mengkilap dan lurus, eksoftalmus
retraksi, iritasi
pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering
terjadi pada
pretibial) yang menjadi sangat parah.
10. Seksualitas
Tanda: penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid,
riwayat
hipotiroidisme, terapi hormone tiroid/pengobatan antitiroid,
dilakukan
pembedahan tiroidektomi sebagian.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes ambilan RAI : meningkat pada penyakit graves dan toksik
goiter
noduler, menurun pada tiroiditis.
2. T4 dan T3 serum: meningkat
3. T4 dan T3 bebas serum: meningkat
4. TSH : tertekan dan tidak berespons pada TRH (tiroid relasing
hormon)
5. Tiroglobulin : meningkat
6. Elektrolit : hiponatremia mungkin sebagai akibat dari respon
adrenal atau
efek dilusi terapi cairan pengganti hipokalemia terjadi dengan
sendirinya
pada kehilangan melalui gastrointestinal dan dieresis.
7. Katekolamin serum : menurun
8. Kreatinine urine : meningkat
9. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek,
kardimegali.
10. USG dan thorak foto
-
19
B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Analisa data
No Data fokus Masalah Etiologi
1. DS :
Pasien mengeluh :
Porsi makan normal seperti
biasa.
BB turun
Lemah
Letih
Lesu
DO :
Pasien tampak:
Kurus
Pertumbuhan pasien tidak
sesuai usia
Lemah
Porsi makan tidak habis
Pucat
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Intake nutrisi
inadekuat.
2. DS:
Pasien mengeluh :
Belakangan ini suka gelisah
DO:
Pasien tampak:
Gelisah
Tidak bisa duduk tenang
Ansietas
faktor
fisiologis:status
metabolik
(stimulasi ssp),
efek
psudokatekolamin
dari hormon tiroid
3. DS :
Pasien mengeluh :
Gangguan
integritas
mekanisme perlindungan mata: eksothalamus
-
20
Sakit pada area mata
kelopak mata susah digerakan
atau gerakan lambat.
Gatal pada area mata
DO :
Pasien tampak:
Hasil pemeriksaan fisik ,kulit
pasien terlihat flushing
Tampak adanya ada pruritus
Ekshothalamus ( +1 )
jaringan
4. DS :
Pasien mengeluh :
Tidak tahan udara panas
Belakangan ini suka gelisah
Tidak bisa duduk diam
DO :
Pasien tampak:
Klientampakgelisah
Kelelahan hipermetabolik
dengan
peningkatan
kebutuhan energi
5. DS :
Pasien mengeluh : Pasien
mengatakan tidak mengetahui
tentang penyakit yang diderita.
DO :
Pasien tampak:
kurang pemajanan, mengingat,
kesalahan interpretasi informasi,
tidak mengenal sumber informasi
Kurang pengetahuan
kurang pemajanan,
mengingat,
kesalahan
interpretasi
informasi, tidak
mengenal sumber
informasi
-
21
2. Diagnosa 1. Perubahan nutrisi berhubungan dengan intake
yangtidak adekuat
2. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status
metabolik
(stimulasi ssp), efek psudokatekolamin dari hormon tiroid
3. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan mekanisme
perlindungan mata: eksoftalmus.
4. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan
peningkatan
kebutuhan energi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan,
mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber
informasi
3. Perencanaan No
dx
Tujuan/
Kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan,
diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien dapat
terpenuhi kembali
dengan kriteria hasil :
A. Berat badan pasien
meningkat
B. Pasien menjadi lebih
segar dan berenergi
C. Pasien tidak lesu
dan lemas
D. pasien makan habis
satu porsi
1. Auskultasi bising
usus
2. Catat dan laporkan
adanya anoreksia,
kelemahan umum
atau nyeri, nyeri
abdomen,
munculnya mual
dan muntah
1. Bising usus hiperaktif
mencerminkan
peningkatan motilitas
lambung yang
menurunkan atau
mengubah fungsi
absorbsi
2. Peningkatan aktifitas
adrenergik dapat
menyebabkan gangguan
sekresi insulin atau
terjadi resisten yang
mengakibatkan
hiperglikemia,
polidipsia, poliuria,
perubahan kecepatan dan
-
22
3. Pantau masukan
makanan setiap
hari dan timbang
berat badan setiap
hari dan laporkan
adanya penurunan
4. Konsultasikan
dengan ahli gizi
untuk memberikan
diet tinggi kalori,
protein,
karbohidrat dan
protein
5. Berikan obat
sesuai indikasi :
glukosa, vitamin B
kompleks. Insulin
(dengan dosis yang
kecil).
kedalaman pernafasan (
tanda asidosis metabolik
)
3. Penurunan berat badan
terus menerus dalam
keadaan masukan kalori
yang cukup merupakan
indikasi kegagalan
terhadap terapi anti tiroid
4. Mungkin memerlukan
bantuan untuk menjamin
pemasukan zat zat
makanan yang adekuat
dan mengidentifikasikan
makanan pengganti yang
paling sesuai
5. Diberikan untuk
memenuhi kalori yang
diperlukan dan
mencegah atau
mengobati hipoglikemia.
Dilakukan dalam
mengendalikan glukosa
darah jika kemungkinan
ada peningkatan.
2 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan rasa cemas
pasien dapat berkurang
sampai dengan hilang,
dengan kriteria hasil :
1. Observasi tingkah
laku yang
menunjukan
tingkat ansietas.
1. ansietas ringan dapat
ditunjukkan dengan peka
rangsang dan insomnia.
Ansietas berat yang
berkembang kedalam
keadaan panik dapat
-
23
1. Tidak gelisah
2. Menunjukkan
perilaku yang tenang
3. Menunjukkan wajah
yang rileks
2. Pantau respons
fisik, palpitasi,
gerakan yang
berulang-ulang,
hiperventilasi,
insomnia.
3. Kurangi stimulasi
dari luar:
tempatkan pada
ruangan yang
tenang berikan
kelembutan musik
yang nyaman,
kurangi lampu
yang terlalu terang,
kurangi jumlah
orang yang
berhubungan
dengan pasien.
menimbulkan perasaan
terancam, teror,
2. Ketidakmampuan untuk
bicara dan bergerak,
berteriak-teriak /
bersumpah-sumpah
peningkatan pengeluaran
penyekat beta-adrenergik
pada daerah reseptor
bersamaan dengan efek-
efek kelebihan hormon
tiroid menimbulkan
manifestasi klinin dari
peristiwa kelebihan
katekolamin ketika kadar
epinefrin / norepinefrin
dalam keadaan normal.
3. Menciptakan lingkungan
yang terapeutik
menunjukan penerimaan
bahwa aktivitas
unit/personel dapat
meningkatkan ansietas
pasien.
-
24
4. Berikan obat
ansietas
(transquilizer,
sedatif) dan pantau
efeknya.
5. Rujuk pada sistem
penyokong sesuai
dengan kebutuhan
seperti konseling,
ahli agama dan
pelayanan sosial.
4. bersamaan dengan
pengobatan untuk
menurunkan pengaruh
dari sekresi hormon
tiroid yang berlebihan.
5. terapi penyokong yang
terus menerus mungkin
dimanfaatkan/dibutuhka
n pasien atau orang
terdekat jika krisis itu
menimbulkan perubahan
gaya hidup pada pasien
itu sendiri
3. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan,
diharapkan gangguan
integritas jaringan dapat
hilang dengan criteria
hasil :
1. Flushing (-)
2. Tidak tampak adanya
pruritus lagi
1. Observasi
periorbital ,
gangguan penutup
mata , lapang
pandang ,
penglihatan yang
sempit ,air mata
yang berlebihan.
2. Catat adanya
fotophobia , rasa
adanya benda di
luar mata dan nyeri
pada mata
3. Evaluasi ketajaman
mata, laporkan
adanya pandangan
1. manifestasi umum dari
stimulasi adrenergik
yang berlebihan
2. berhubungan dengan
tirotoksikosis yang
memerlukan intervensi
pendukung sampai
revolusi krisis dapat
menghilangkan
simpomatologis
3. otfalmatopi infiltrat
adalah akibat dari
peningkatan jaringan
-
25
yang kabur atau
pandangan ganda (
diplopia )
4. Anjurkan pasien
menggunakan kaca
mata gelap ketika
terbangun dan
tutup dengan
penutup mata
selama tidur sesuai
kebutuhan
5. Berikan obat
sesuai indikasi :
Obat tetes mata
metilselulosa,
ACTH, prednison.
6. Berikan obat
sesuai indikasi
obat antitiroid
retro-orbita, yang
menciptakan
eksoftalmus dan infiltrasi
limfosit dari otot
ekstarokuler yang
menyebabkan kelelahan.
4. melindungi kerusakan
kornea jika pasien tidak
dapat menutup mata
dengan sempurna karena
edema atau karena
fibrosis bantalan lemak.
5. sebagai lubrikasi mata ,
diberikan untuk
menurunkan radang yang
berkembang dengan
capat
6. dapat menurunkan
tanda/gejala atau
mencegah keadaan yang
semakin memburuk.
4. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan pasien tidak
merasa kelelahan lagi
dengan kriteria hasil :
1. Tidak menunjukkan
kegelisahan
2. Dapat melakukan
1. Pantau tanda vital
dan catat nadi baik
saat istirahat
maupun saat
melakukan
aktivitas
2. Catat
berkembangnya
1. nadi secara luas
meningkat dan bahkan
saat istirahaat, takikardia
( diatas 160 x/ menit )
mungkin akan
ditemukan.
2. kebutuhan dan konsumsi
oksigen akan
-
26
aktivitas semampunya takipnea, dispnea ,
pucat , dan sianosis
3. Berikan/ciptakan
lingkungan yang
tenang, ruangan
yang dingin ,
turunkan stimulas
sensori ,warna
warna yang sejuk
dan musik santai (t
enang )
4. Berikan obat
sesuai indikasi :
sedatif misal :
phenobarbital (
luminal ) ,
tranquilizer misal :
klordiazepoksida (
librium )
ditingkatkan pada
keadaan hipermetabolik ,
yang merupakan
potensial akan terjadi
hipoksia saat melakukan
aktifitas
3. menurunkan stimulasi
yang kemungkinan besar
dapat menimbulkan
agitasi, hiperaktif dan
insomnia
4. untuk mengatasi keadaan
(gugup) , hiperaktif dan
insomnia
5. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan
pengetahuan pasien
mengenai penyakit
bertambah dengan
kriteria hasil :
1. Tinjau ulang
proses penyakit
dan harapan masa
datang
2. Berikan informasi
yang tepat dengan
1. memberikan
pengetahuan dasar
dimana pasien dapat
menentukan pilihan
berdasarkan informasi
2. faktor psikogenik sering
kali sangat penting
-
27
1. Dapat menjelaskan
mengenai
penyakitnya
2. Dapat melakukan
pendidikan kesehatan
yang telah didapat
keadaan individu.
3. berikan informasi
tanda dan gejala
dari hipertiroid dan
kebutuhan kan
evaluasi
secarateratur
dalam memunculkan
atau eksosabasi dari
penyaakit ini
3. pasien yang
mendapatkan
pengobatan hipertiroid
besar kemungkinannya
mengalami hipertiroid
yang dapat terjadi segera
setelah pengobatan atau
selama 5 tahun
kemudian
-
28
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu
kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon
tiroid yang
beredar dalam darah. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi
kelenjar
tiroid, hippofisis atau hipotalamus. Kelenjar tiroid sendiri
diatur oleh kelenjar
lain yang berlokasi di otak, disebut kelenjar hipofisis.Pada
gilirannya,kelenjar
hipofisis diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam
darah (suatu
efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar hipofisis) dan
sebagian oleh
kelenjar lain yang disebut hipothalamus,juga suatu bagian dari
otak.
Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon
tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif,tiroidektomi subtotal).
B. SARAN Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita, menambah
ilmu pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca khususnya bagi
rekan-
rekan mahasiswa Stikes Muhammadiyah lamongan, namun penulis
menyadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan
kritik dan
saran dari para pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya.
Untuk pihak Stikes Muhammadiyah Lamongan kami mengharapkan
agar
makalah ini dapat disimpan di perpustakaan untuk bahan bacaan
dan dijadikan
literatur dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Untuk rekan-rekan mahasiswa S1 keperawatan Stikes
Muhammadiyah
Lamongan, kami berharap makalah kami ini dapat dijadikan bahan
bacaan
yang menambah wawasan
-
29
DAFTAR PUSTAKA
Corwin,elizabeth, J.2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta:
EGC
Bare & Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Volume 2.
Jakarta: EGC
Alwi I, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. edisi 5.
Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Profesional Guide of
Pathophysiology
Dalam :
Hartono A, editor. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Guyton AC, Hall JE. 2007. Textbook of Medical Physiology. Dalam
: Rachman
LY, editor.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta :EGC
Sherwood L. 2001. Human Physiology : from cell to systems. Dalam
: Santoso
BI, editor.
Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta :
EGC