KELARUTAN
KELARUTAN
BAB IPENDAHULUANI. Latar BelakangLarutan merupakan suatu
campuran homogen antara 2 zat dari molekul, atom ataupun ion dimana
zat yang dimaksud disini adalah zat padat, minyak larut dalam
air.Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia
zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur,
tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung
pada hal terbaginya zat terlarut. Adapun kelarutan didefenisikan
dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler homogen.Dalam bidang farmasi
kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dapat membantu
dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau
kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu
yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang
farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau
uji kelarutan.
II. Tujuan PercobaanTujuan dari percobaan ini adalah untuk
menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif, menerangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat, dan
menjelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan
suatu zat aktif dalam air dalam pembuatan sediaan cair.
BAB IITINJAUAN PUSTAKAI. Dasar TeoriKelarutan didefinisikan
dalam besaran kuantitatif sebagai suatu konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat
untuk membentuk dispersi molekuler homogen (Martin, 1990).Kelarutan
diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen
bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas,
cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan
dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran)
(Voight, 1994).Kelarutan adalah suatu bentuk kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan jenuh pada temperatur
tertentu, secara kualitatif, didefinisikan sebagai interaksi
spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler
homogen (Sinko, 2005).Kelarutan adalah suatu bagian dalam suatu
pelarut tertentu, menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang
dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut (Ansel, 1989).Dalam
istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan
atau penggunaannya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk
lainnya (M. Idris Effendi, 2003).Pelepasan zat dari bentuk
sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat
tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat
diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus,
sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari
sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (Anonim,
2008).Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu
menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari
bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu
melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya,
larutan ini disebut larutan jenuh (M. Idris Effendi,
2003).Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat
atau 1ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu
zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan
dengan istilah: (Ditjen POM, 1979).Istilah kelarutanJumlah bagian
pelarut diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larutKurang dari 1
Mudah larut1 sampai 10
Larut10 sampai 30
Agak sukar larut30 sampai 100
Sukar larut100 sampai 1000
Sangat sukar larut1000 sampai10.000
Praktis tidak larutLebih dari 10.000
Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut USP
Pharmacopeia dan NF, definisi kelarutan obat adalah jumlah pelarut
dimana akan larut 1 g zat terlarut. Sebagai contoh, kelarutan asam
borat dalam U.S Pharmacopeia dikatakan sebagai 1 gram asam borat
larut dalam 18 mL air, dalam 18 mL alkohol, dan 4 mL gliserin.
Kelarutan secara kuantitatif juga dinyatakan dalam molalitas,
molaritas dan persentase (Martin, 1988).Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah: (Anonim, 2008).1. pH2.
Temperatur3. Jenis pelarut4. Bentuk dan ukuran partikel5. Konstanta
dielektrik pelarut6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan
pembentuk kompleks ion sejenis dan lain-lain.Kelarutan obat
sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu oleh momen
dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar
lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alkohol dalam
segala perbandingan dengan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi
lain (Voight, 1994).
II. Uraian Bahan Alkohol (Ditjen POM, 1979:65)Nama resmi:
AETHANOLUMNama lain: Etanol (alkohol)Rumus Molekul/BM: C2H6O /
46,07Bobot jenis: 0,8119-0,8139 g/mlPemerian: Cairan tak berwarna,
jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kegunaan: Sebagai sampel cairanPenyimpanan : Dalam wadah tertutup
rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala
api.
Aquadest (Ditjen POM, 1979)Nama resmi: AQUA DESTILLATANama lain:
Air SulingRM / BM: H2O / 18,02Bobot jenis: 0,997Pemerian :Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai
rasa.Kegunaan : Sebagai Zat pelarutPenyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik
Asam Salisilat (Ditjen POM, 1979:56)Nama resmi: ACIDUM
SALICYLICUMNama lain: Asam salisilatRM/BM: C7H6O3 / 138,12Pemerian:
Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, hampir
tidak berbau, rasa agak manis dan tajam.Kegunaan: sebagai sampel
uji.Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik.
Propilenglikol (Ditjen POM, 1979:54)Nama resmi:
PROPYLENGLYCOLUMNama lain : PropilenglikolRM/BM : C3H8O2 /
76,10Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, rasa agak manis, higroskopik.Kegunaan : Sebagai zat
tambahan.Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P
dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter minyak tanah P
dan dengan minyak lemak.Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat.
Tween-80 (Ditjen POM, 1979:509)Nama resmi: POLYSORBATUM-80Nama
lain: Polisorbat-80Pemerian: Cairan kental seperti minyak, jernih
dan kuning, bau asam lemah khas.Kegunaan: sebagai
surfaktan.Kelarutan: mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P
dalam etil asetat P dan dalam metanol P, sukar larut dalam parafin
dan minyak biji.Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik.
III. Prosedur Kerja (Anonim, 2013)a. Menentukan kelarutan suatu
zat secara kuantitatif Masukkan asam salisilat dalam air dan kocok
selama jam dengan stirer, jika ada endapan yang larut selama
pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai
diperoleh larutan yang jenuh. Saring dan tentukan kadar asam
salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan.
b. Pengaruh Pelarut campur terhadap kelarutan zat Buatlah
campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah
iniPelarutAir ()Alkohol ()Propilen glikol ()
A60040
B60535
C601030
D601525
E602020
F603010
G60355
H60400
Ambil campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak ke
dalam masing-masing campuran pelarut. Kocok larutan dengan stirrer
selama jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan
lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang
jenuh kembali. Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat
yang larut. Buatlah kurva antara kelaruran asam salisilat dengan
harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang
ditambahkan.
c. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Buatlah 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1,0;
5,0; 10,0; 50,0; dan Tambahkan asam salisilat ke dalam
masing-masing larutan Kocok larutan dengan stirrer selama jam. Jika
ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah
tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh
kembali. Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang
larut. Buatlah kurva antara kelaruran asam salisilat dengan
konsentrasi tween 80 yang digunakan Tentukan konsentrasi misel
kritik (KMK) tween 80.
d. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat Buat 100 ml larutan
dapar fosfat dengan pH 4, 5, 6, 7 dan 8 Ambil 25 ml masing-masing
larutan lalu tambahnkan natrium diklofenak ke dalamnya Kocok
larutan dengan stirrer selama jam. Jika ada endapan yang larut
selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat
sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. Saring larutan dan
tentukan kadar natrium diklofenak yang terlarut dalam masing-masing
larutan dapar dengan cara spektrofotometri UV pada panjang
gelombang nm. Bila konsentrasi larutan terlalu pekat encerkan dulu
dengan larutan dapar yang sesuai Buatlah kurva hubungan antara
konsentrasi zat yang diperoleh dengan pH larutan.
BAB IIICARA KERJAI. Alat Dan BahanI. Alat Yang DipakaiAlat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah : Batang pengaduk, Botol
semprot, Cawa porselin, Corong, Erlenmeyer 250 ml, Gegep kayu,
Gelas kimia 300 ml, Gelas kimia 600 ml, Gelas ukur 100 ml, Penangas
air, Sendok tanduk, Stopwatch, Termometer, Timbangan analitik.
J. Bahan Yang DigunakanBahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah : Air suling, Aluminium foil, Asam benzoat, Kertas label,
Kertas saring, Kertas timbang.
II. Langkah Percobaan
A. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif Dimasukkan
asam benzoat dalam air dan kocok selama jam dengan stirer, jika ada
endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah
tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh.
Disaring dan ditentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam
masing-masing larutan.
B. Pengaruh Pelarut campur terhadap kelarutan zat Dibuat
campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah
ini.PelarutAir ()Alkohol ()Propilen glikol ()
A60040
B60535
C601030
D601525
E602020
F603010
G60355
H60400
Diambil campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak ke
dalam masing-masing campuran pelarut. Dikocok larutan dengan
stirrer selama jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan
tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh
larutan yang jenuh kembali. Disaring larutan dan tentukan kadar
asam salisilat yang larut. Dibuatlah kurva antara kelaruran asam
salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur
yang ditambahkan.
C. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Dibuatl 50 ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi 1; 2; 3; 4; 5; 6;
7; 8; 9; dan Ditambahkan asam salisilat ke dalam masing-masing
larutan Dikocok larutan dengan stirrer selama jam. Jika ada endapan
yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam
salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. Disaring
larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut. Dibuatlah
kurva antara kelaruran asam salisilat dengan konsentrasi Tween 80
yang digunakan Ditentukan konsentrasi misel kritik (KMK) Tween
80.
D. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat Dibuat 100 ml
larutan dapar fosfat dengan pH 4, 5, 6, 7 dan 8 Diambil 25 ml
masing-masing larutan lalu tambahnkan natrium diklofenak ke
dalamnya Dikocok larutan dengan stirrer selama jam. Jika ada
endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah
tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh
kembali. Disaring larutan dan tentukan kadar natrium diklofenak
yang terlarut dalam masing-masing larutan dapar dengan cara
spektrofotometri UV pada panjang gelombang nm. Bila konsentrasi
larutan terlalu pekat encerkan dulu dengan larutan dapar yang
sesuai. Dibuatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat yang
diperoleh dengan pH larutan.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
I. Hasil Percobaan Dan Perhitungan
A. Tabel Pengamatana) Menentukan kelarutan suatu zat secara
kuantitatifBerat SampelBerat kertas saringSampel dan kertas
saringResidu sampelSampel yang larut
1 g0,82 g1,54 g0,72 g0,28 g
b) Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zatPelarutBerat
sampelBerat kertas saringSampel dan kertas saringResidu
sampelSampel yang larut
A1,5 g0,81 g1,6512 g0,8412 g0,6588 g
B2 g0,81 g1,41 g0,6 g1,4 g
C1,5 g0,81 g0,9646 g0,1646 g1,3354 g
D2 g0,81 g0,9620 g0,152 g1,848 g
E2 g0,81 g0,9583 g0,1483 g1,8517 g
F2 g0,81 g2,06 g1,06 g0,94 g
G2 g1 g2,05 g1,05 g0,95 g
H2 g1 g1,79 g0,79 g1,21 g
c) Pengaruh penambahan surfaktan terhadap suatu zat% tweenBerat
sampelBerat kertas saringSampel dan kertas saringResidu
sampelSampel yang larut
Tween 4%1,5 g0,4340 g0,8882 g0,4542 g1,0458 g
d) Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zatpH larutanBerat
sampelBerat kertas saringSampel dan kertas saringResidu
sampelSampel yang larut
51 g0,42 g1,04 g0,62 g0,38 g
61,5 g0,40 g1,35 g0,95 g0,55 g
72 g0,36 g1,63 g1,27 g0,73 g
81.5 g0,33 g1,07 g0,74 g0,76 g
B. Perhitungan a) Kelarutan secara kuantitatif Residu sampel =
sampel dan kertas saring berat kertas saringResidu sampel = 1,54 -
0,82= 0,72 g Sampel yang larut = berat sampel- residu sampelSampel
yang larut = 1 0,72 = 0,28 g
b) Pengaruh Pelarut campur terhadap kelarutan zat1. Pelarut A
Residu sampel= sampel dan kertas saring berat kertas saringResidu
sampel= 1,6512 - 0,81= 0,8412 g Sampel yang larut= berat sampel-
residu sampelSampel yang larut= 1,5 0,8412= 0,6588 g
2. Pelarut B Residu sampel= sampel dan kertas saring berat
kertas saringResidu sampel = 1,41 - 0,81= 0,6 g Sampel yang larut=
berat sampel- residu sampelSampel yang larut= 2 0,6 = 1,4 g
3. Pelarut C Residu sampel= sampel dan kertas saring berat
kertas saringResidu sampel= 10,9646 - 0,80= 0,1646 g
Sampel yang larut= berat sampel- residu sampelSampel yang larut=
1,5 0,1646 = 1,3354 g
4. Pelarut D Residu sampel= sampel dan kertas saring berat
kertas saringResidu sampel= 10,9620 - 0,81= 0,152 g Sampel yang
larut= berat sampel- residu sampelSampel yang larut= 2 0,152= 1,848
g
5. Pelarut E Residu sampel= sampel dan kertas saring berat
kertas saringResidu sampel= 0,9583 - 0,81= 1,483 g Sampel yang
larut= berat sampel- residu sampelSampel yang larut= 2 0,1483 = 1,
8517 g
6. Pelarut F Residu sampel= sampel dan kertas saring berat
kertas saringResidu sampel= 2,06 - 1= 1,06 g Sampel yang larut=
berat sampel- residu sampelSampel yang larut= 2 1,06= 0,94 g
7. Pelarut G Residu sampel= sampel dan kertas saring berat
kertas saringResidu sampel= 2,05 - 1 = 1,05 g Sampel yang larut=
berat sampel- residu sampelSampel yang larut= 2 1,05 = 0,95 g
8. Pelarut H Residu sampel = sampel dan kertas saring berat
kertas saringResidu sampel = 1,79 - 1 = 0,79 g Sampel yang larut=
berat sampel- residu sampelSampel yang larut= 2 0,79 = 1,21 g
c) Pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat1. Tween 4 %
Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas saringResidu
sampel = 0,88882 0,4340 = 0,4542 g Sampel yang larut= berat sampel-
residu sampelSampel yang larut= 1,5 0,4542 = 1,0458 g
2. Tween 10 % Residu sampel = sampel dan kertas saring berat
kertas saringResidu sampel = 0,607 0,434 = 0,173 g Sampel yang
larut= berat sampel- residu sampelSampel yang larut= 2,5 0,173 =
2,327 g
d) Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat1. pH 5 Residu sampel
= sampel dan kertas saring berat kertas saringResidu sampel = 1,04
- 0,42 = 0,62 g Sampel yang larut= 1 0,62 = 0,38 g
2. pH 6 Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas
saringResidu sampel = 1,35 - 0,40= 0,95 g Sampel yang larut= berat
sampel- residu sampelSampel yang larut= 1,5 0,95 = 0,55 g
3. pH 7 Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas
saringResidu sampel = 1,63 - 0,36 = 1,27 g Sampel yang larut= berat
sampel- residu sampel Sampel yang larut= 2 1,27 = 0,73 g
4. pH 8 Residu sampel = sampel dan kertas saring berat kertas
saringResidu sampel = 1,07 - 0,33 = 0,74 g Sampel yang larut= berat
sampel- residu sampelSampel yang larut= 1,5 0,74 = 0,76 g
=
II. PembahasanKelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan
sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada
temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National
Formulary definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana
akan larut 1 gram zat terlarut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran
partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek
garam. Semakin tinggi temperatur maka akan mempercepat kelarutan
zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan mempercepat
kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi kelarutan
zat.Pada percobaan ini, kita akan menentukan kelarutan suatu zat
secara kuantitatif, pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
suatu zat, pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu
zat, dan pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat.Dalam percobaan
ini alasan zat dilarutkan yaitu untuk melihat tingkat kelarutan
asam salisilat dan tween 80 dalam pelarut aquades sehingga dapat
diketahui kelarutannya. Kelarutan sampel dapat ditingkatkan dengan
mengaduk-aduk larutan tersebut. Setelah itu, pada proses
penyaringan bertujuan untuk menyaring zat yang tidak terlarut dalam
pelarut yang digunakan. Sedangkan pengeringan dilakukan agar zat
yang diperoleh lebih murni, bukan berat dari pelarut yang melekat
pada kertas saringnya.Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka
diperoleh data untuk kelarutan tween 4%, berat sampel yang terlarut
adalah 0,0458 gr; untuk kelarutan tween 10% , berat sampel yang
terlarut adalah 1,2039 gr. Untuk kelarutan surfaktan pada pH 5 (50
ml) jumlah sampel yang terlarut adalah 0,38 gr; pada pH 6 (50 ml)
jumlah sampel yang terlarut adalah 0,55 gr; pada pH 7 (50 ml)
jumlah sampel yang terlarut adalah 0,73 gr; dan pada pH 8 jumlah
sampel yang terlarut adalah 0,76 gr. Untuk pelarut B, jumlah sampel
yang terlarut adalah 1,4 gr; pada pelarut C, jumlah sampel yang
terlarut adalah 1,3354 gr; pada pelarut F, jumlah sampel yang
terlarut adalah 0,94 gr; pada pelarut G, jumlah sampel yang
terlarut adalah 0,95 gr; dan pada pelarut H, jumlah sampel yang
terlarut adalah 0,95 gr.
BAB VKESIMPULAN DAN SARANI. KesimpulanDari percobaan yang
dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Kelarutan suatu
zat secara kuantitatif : Berat sampel= 1 gr Berat kertas saring=
0,82 gr Sampel dan kertas saring= 1,54 gr Residu sampel= 0,72 gr
Sampel yang larut= 0,28 gr2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan suatu zat adalah : pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk
dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan,
serta efek garam.
II. SaranSebaiknya dalam parktikum ini kita juga menggunakan
pelarut lain agar dapat dibandingkan kelarutannya.
DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2007. Farmasi Fisika. Universitas Muslim
Indonesia. MakassarAnsel,H.C.,2004.Kalkulus
farmasetik.EGC:JakartaDirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III.
DepKes : Jakarta, 1979Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.Drs. M. Idris Effendi.,
(2003), Materi Kuliah Farmasi Fisika, Jurusan farmasi Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika. Buku II, UI Press,
Jakarta.Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. UGM Press, Yogyakarta.
R. Voight., (1994), Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi
Kelima, Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Sinko, P.
2005. Martins Phisical Pharmacy and Pharmaceutical Sience 5th
Edition. Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore.Tim asisten,
(2008), Penuntun Praktikum Farmasi Fisika, Jurusan Farmasi UNHAS,
Makassar.
YULI ANDRIYANIBUDI PRASETIA RUMAF150 2012 0354