JTM Vol. XVI No.4/2009 249 KELAKUAN RESERVOIR CBM SEBELUM MENCAPAI PUNCAK PRODUKSI GAS Neni Yuliana 1 , Pudjo Sukarno 1 , Amega Yasutra 1 Sari Dalam memproduksikan gas pada CBM, pertama kali gas harus didesorpsi (dilepaskan) dari permukaan coal. Untuk dapat melepaskan gas dari permukaan coal, tekanan reservoir harus duturunkan hingga mencapai tekanan desorpsi yaitu tekanan terbesar dimana metana mulai terlepas dari coal. Oleh karena reservoir CBM rekahannya dipenuhi air, maka untuk awal produksi dilakukan proses dewatering yaitu produksi air secara besar-besaran untuk menurunkan tekanan reservoir dan melepaskan metana dari coal. Seiring dengan dilakukannya dewatering, produksi gas akan meningkat hingga akhirnya mencapai puncak produksi,mencapai kestabilan, dan pada akhirnya produksi gas akan menurun. Korelasi untuk menentukan waktu terjadinya produksi gas maksimum (t peak) amat penting karena pembentukan IPR dan perencanaan laju produksi gas optimum baru dapat dilakukan setelah produksi gas mencapai puncaknya. Selain itu, apabila waktu pucak terbentunya gas diketahui, maka volume air yang harus diproduksikan dapat diketahui sehingga dapat memberikan input yang penting bagi desain pengolahan air formasi di permukaan. Penentuan korelasi untuk menentukan waktu produksi gas maksimum pada reservoir CBM dilakukan dengan melakukan simulasi menggunakan software Computer Modelling Group. Model reservoir CBM dibangun dari model CBM dari CMG dengan data reservoir dari lapangan Cedar Hill. Dengan berbagai sensitivity, model reservoir CBM disimulasi untuk mengetahui waktu terproduksinya gas secara maksimum. Dari hasil simulasi tersebut, dibangun korelasi untuk menentukan waktu produksi gas maksimum dengan menggunakan software XL Stat. Kata Kunci: coalbed methane, dewatering, t peak Abstract In producing gas on CBM, firstly gas must be desorbed from coal surface. In order to desorb gas from coal surface, reservoir pressure must be lowered until it reached desorption pressure. Desorption pressure is the highest pressure where methane starts to be released from coal. Because fracture of CBM reservoir filled with water, production of large amount of water (dewatering) in the beginning of production must be done to decrease pressure so that methane can be released from coal. Along with dewatering process, gas production will be increased until it reach peak production, obtain stability, and at the end gas production will decrease. Correlation to determine time when gas production reaches its peak (t peak) is very important because formation of IPR and optimum production gas rate planning can only be done after t peak is reached. Furthermore, if t peak is known, volume of water which has to be produced can be predicted so that it can used as an important input in designing surface facilities. The determination of t peak correlation on CBM reservoir was done by carrying out simulation using Computer Modelling Group software. CBM reservoir model was built from CBM model from CMG with reservoir data from Cedar Hill field. With much sensitivity, simulation on CBM reservoir model was done in order to get t peak values. From the simulation result, correlation to determine t peak was executed by using XL Stat software. Keywords: coalbed methane, dewatering, t peak 1) Program Studi Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung. Email : [email protected]I. PENDAHULUAN Coalbed methane (CBM) adalah gas bumi dengan komponen dominan metana yang terbentuk secara alamiah dalam proses pembentukan batubara (coalification) dalam kondisi terperangkap dan terserap dalam batubara. Terdapat tiga tahapan proses dalam produksi gas metana dari reservoir CBM. Pertama adalah desorpsi metana dari micropore coal. Terjadinya desorpsi dimungkinkan dengan penurunan tekanan reservoir melalui proses dewatering. Kedua, ketika tekanan reservoir turun hingga mencapai tekanan desorpsi, metana akan berdifusi dalam matriks hingga methane mencapai rekahan. Kemudian, setelah mencapai rekahan, methane akan mengalir mengikuti hukum Darcy hingga mencapai lubang sumur. Proses produksi gas metana ditunjukkan di Gambar 1. Seiring dengan menurunnya tekanan reservoir, produksi gas akan meningkat hingga mencapai puncaknya hingga mencapai kestabilan. Setelah itu, produksi gas akan menurun. Produksi gas diawal produksi disertai dengan produksi air yang besar hingga akhirnya produksi air menurun drastis ketika produksi gas mencapai maksimum. Skema produksi reservoir CBM dapat dilihat di Gambar 2. Pada umumnya produksi reservoir CBM dilakukan dengan menggunakan constraint laju produksi air. Selain dipengaruhi oleh laju produksi air tersebut, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai produksi gas maksimum dipengaruhi oleh berbagai variabel antara lain luas area, ketebalan, permeabilitas fracture, porositas matriks dan fracture, volume Langmuir, serta tekanan reservoir. Berbagai variable tersebut nantinya akan disensitivity untuk melihat pengaruhnya terhadap tercapainya t peak. 1.1 Langmuir Adsorption Isotherm Adsorpsi isotherm adalah suatu ukuran yang menyatakan kemampuan batubara untuk menyerap methana pada tekanan tertentu dalam keadaan
13
Embed
KELAKUAN RESERVOIR CBM SEBELUM MENCAPAI PUNCAK … 20090403.pdfmethane akan mengalir mengikuti hukum Darcy hingga mencapai lubang sumur. Proses produksi gas metana ditunjukkan di Gambar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JTM Vol. XVI No.4/2009
249
KELAKUAN RESERVOIR CBM SEBELUM MENCAPAI PUNCAK
PRODUKSI GAS
Neni Yuliana1, Pudjo Sukarno1, Amega Yasutra1
Sari
Dalam memproduksikan gas pada CBM, pertama kali gas harus didesorpsi (dilepaskan) dari permukaan coal. Untuk dapat
melepaskan gas dari permukaan coal, tekanan reservoir harus duturunkan hingga mencapai tekanan desorpsi yaitu tekanan
terbesar dimana metana mulai terlepas dari coal. Oleh karena reservoir CBM rekahannya dipenuhi air, maka untuk awal
produksi dilakukan proses dewatering yaitu produksi air secara besar-besaran untuk menurunkan tekanan reservoir dan
melepaskan metana dari coal. Seiring dengan dilakukannya dewatering, produksi gas akan meningkat hingga akhirnya
mencapai puncak produksi,mencapai kestabilan, dan pada akhirnya produksi gas akan menurun. Korelasi untuk
menentukan waktu terjadinya produksi gas maksimum (t peak) amat penting karena pembentukan IPR dan perencanaan laju
produksi gas optimum baru dapat dilakukan setelah produksi gas mencapai puncaknya. Selain itu, apabila waktu pucak
terbentunya gas diketahui, maka volume air yang harus diproduksikan dapat diketahui sehingga dapat memberikan input
yang penting bagi desain pengolahan air formasi di permukaan. Penentuan korelasi untuk menentukan waktu produksi gas
maksimum pada reservoir CBM dilakukan dengan melakukan simulasi menggunakan software Computer Modelling Group.
Model reservoir CBM dibangun dari model CBM dari CMG dengan data reservoir dari lapangan Cedar Hill. Dengan
berbagai sensitivity, model reservoir CBM disimulasi untuk mengetahui waktu terproduksinya gas secara maksimum. Dari
hasil simulasi tersebut, dibangun korelasi untuk menentukan waktu produksi gas maksimum dengan menggunakan software
XL Stat.
Kata Kunci: coalbed methane, dewatering, t peak
Abstract In producing gas on CBM, firstly gas must be desorbed from coal surface. In order to desorb gas from coal surface,
reservoir pressure must be lowered until it reached desorption pressure. Desorption pressure is the highest pressure where
methane starts to be released from coal. Because fracture of CBM reservoir filled with water, production of large amount of
water (dewatering) in the beginning of production must be done to decrease pressure so that methane can be released from
coal. Along with dewatering process, gas production will be increased until it reach peak production, obtain stability, and at
the end gas production will decrease. Correlation to determine time when gas production reaches its peak (t peak) is very
important because formation of IPR and optimum production gas rate planning can only be done after t peak is reached.
Furthermore, if t peak is known, volume of water which has to be produced can be predicted so that it can used as an
important input in designing surface facilities. The determination of t peak correlation on CBM reservoir was done by
carrying out simulation using Computer Modelling Group software. CBM reservoir model was built from CBM model from
CMG with reservoir data from Cedar Hill field. With much sensitivity, simulation on CBM reservoir model was done in
order to get t peak values. From the simulation result, correlation to determine t peak was executed by using XL Stat
software.
Keywords: coalbed methane, dewatering, t peak
1)
Program Studi Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung.