Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada
Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya.Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Pada percobaan ini, akan ditentukan kelarutan zat secara kuantitas, pengaruh pelarut campur yakni air, alkohol, dan gliserin ; dan penambahan surfaktan yakni tween 80 terhadap kelarutan suatu zat yakni Asam benzoat.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
“KELARUTAN”
DOSEN PEMBIMBING :
ADE FERDINAN, S. Far, Apt
Disusun oleh :
Fitri Lestari ( 149044 )
Lea Fitriyana ( 149064 )
Rachma Arinditha Putri ( 149086 )
Ranafida Nur Ardy ( 149088 )
Ronald Diaz ( 149098 )
Riski Utari ( 149102 )
Safarina ( 149104 )
Setri Hapiana Ningsih ( 149106 )
Syahbrani ( 149110 )
Winda ( 149122 )
Yenni Dwi Nurshanty ( 149124 )
Yohanes Abang ( 149026)
AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Karena hanya
dengan kodrat dan iradat-Nyalah saya dapat menyusun laporan ini dengan sebaik-
baiknya.
Adapun isi dari laporan ini adalah tentang Kelarutan. Kelarutan adalah
kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut. Kelarutan didefinisikan
dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada
temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan
dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan
suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut,
juga bergantung pada faktor temperature, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah
yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Harapan saya adalah mudah-mudahan dapat berguna, bermanfaat serta
mudah dipahami isi daripada laporan ini. Manakala ada kekurangan dan kesalahan
dalam penyusunan laporan ini, saya mohon maaf. Dan segala kritik-saran yang
yang sifatnya membangun guna perbaikan laporan ini kedepannya. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi saya selaku penyusun pada khususnya dan pada
pembaca pada umumnya. Terima kasih.
Pontianak, Oktober 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling
baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-
kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik,
dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian.
Pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang
berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur
obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan zat dari bentuk
sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut serta
formulasinya.Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat
aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk
mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan
kelarutan zat aktifnya.
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu
pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan
secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih
zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan suatu
senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut,
juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk
jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Pada percobaan ini, akan ditentukan kelarutan zat secara kuantitas,
pengaruh pelarut campur yakni air, alkohol, dan gliserin ; dan penambahan
surfaktan yakni tween 80 terhadap kelarutan suatu zat yakni Asam
benzoat.
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kelarutan suatu zat.
2. Menjelaskan pengaruh consolvent terhadap kelarutan zat.
3. Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai
konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan
tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat
melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam
500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas
dan persen. (Tungadi, Robert. 2009).
Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh
sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya
obat baru dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus,
sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari
sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. (Tungadi,
Robert. 2009).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia
tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut
dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan
jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap
suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam
bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya
merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan
bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,
seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering
diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada
sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut.
Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui
untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh
(supersaturated) yang metastabil (Brady, 1999 : 217-218).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara
lain adalah :
1. pH
2. Temperatur
3. jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partilel zat
5. onstanta dielektrik pelarut
Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan
gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus
non polar suatu zat makin zat tersebut larut dalam air. Selain itu,
penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk
kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan
uretan dalam pembuatan injeksi khinin.(Tungadi, Robert. 2009).
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul,
atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena
susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena
susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-
bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas
misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan
logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan
lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut
(solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah
air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol.
Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya
larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol
disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak
disebutkan).
Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut
dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya
amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya
alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih
banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air
disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut
larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut
larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan
gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut (menyerupai air).
Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa
molekul gula. Jika kristal gula itu dimasukkan ke dalam air, maka
molekul-molekul gula akan memisah dari permukaan kristal gula menuju
ke dalam air (disebut melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak
seperti gerakan molekul air, sehingga pada suatu saat dapat menumbuk
permukaan kristal gula atau molekul gula yang lain. Sebagian molekul
gula akan terikat kembali dengan kristalnya atau saling bergabung dengan
molekul gula yang lain sehingga kembali membentuk kristal (mengkristal
ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju pengkristalan ulang,
maka proses itu berada dalam kesetimbangan dan larutannya disebut
jenuh.
Kristal gula + air ⇔ larutan gula
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam
jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang
terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam
pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh
disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan
dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut
pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram
per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble).
Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya
disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang
pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika jumlah solute yang terlarut
lebih banyak dari kelarutannya.
a. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih
tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-
gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut
dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat
kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada
beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang
lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan
jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses
pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka
proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka
sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936)
kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses
pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada
temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat
eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
Suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat.Bayangkan dalam
gedung bioskop yang banyak penonton sedang asyik menonton film
dan tiba-tiba gedung tersebut terbakar. Pasti keadaan orang-orang
tersebut akan berbeda, dari keadaan tenang menjadi saling berdesakan
dan menyebar. Demikian pula pada suhu tinggi partikel-partikel akan
bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya
kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan
efektif.Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut
pada suhu tinggi.
Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka
kelarutan gas berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas menguap dan
meninggalkan pelarut.Ikan akan mati dalam air panas karena kelarutan
oksigen berkurang. Minuman akan mengandung CO2 lebih banyak
bila disimpan dalam lemari es dibandingkan di udara terbuka.
b. Pengadukan
Pengadukan juga menentukan kelarutan zat terlarut. Semakin
banyak jumlah pengadukan, maka zat terlarut umumnya menjadi lebih
mudah larut.
Luas Permukaan Sentuhan Zat Kecepatan kelarutan dapat
dipengaruhi juga oleh luas permukaan (besar kecilnya partikel zat
terlarut). Luas permukaan sentuhan zat terlarut dapat di diperbesar
melalui proses pengadukan atau penggerusan secara mekanis. Gula
halus lebih mudah larut daripada gula pasir. Hal ini karena luas bidang
sentuh gula halus lebih luas dari gula pasir, sehingga gula halus lebih
mudah berinteraksi dengan air.
c. Pengaruh tekanan pada kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair
atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah
kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas
sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry
(William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah
tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang
dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam
kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam
air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5
kali.Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut,
misalnya HCl atau NH3 dalam air.
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam
sejumlah tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan
dalam % (persen) atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta).
Dalam kimia konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar(M), molal
(m) atau normal (N).
a) Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap
liter larutan.
b) Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap
kilo gram (1 000 gram) pelarut.
c) Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam
setiap liter larutan.
Massa ekuivalen adalah massa zat yang diperlukan untuk
menangkap atau melepaskan 1 mol elektron dalam reaksi (reaksi
redoks). Partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-
molekul senyawa CH3COOH yang terlarut dan ion-ion H+ dan
CH3COO−. Molekul senyawa CH3COOH tidak dapat menghantarkan
arus listrik, sehinggga akan menjadi penghambat bagi ion-ion H+ dan
CH3COO− untuk menghantarkan arus listrik. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa larutan elektrolit lemah daya hantar listriknya kurang
kuat.
Senyawa nonelektrolit adalah senyawa yang di dalam air tidak
terion, sehingga partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah
molekul-molekul senyawa yang terlarut. Dalam larutan tidak terdapat
ion, sehingga larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Kecuali asam atau basa, senyawa kovalen adalah senyawa