BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Muhammdiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan hingga periode sejarahnya yang paling mutakhir, melalui pergantian nasib pasang surut sejarah dan hilang-bergantiannya pimpinan, nampak nyata bahwa sejarah Muhammadiyah dari waktu ke waktu telah melahirkan putra-putranya yang penuh pengabdian dan keikhlasan. Dari pusat pimpinan persyarikatan hingga pimpimnan cabang dan ranting menunjukan prestasi yang masing-masing memiliki kelebihan sendiri-sendiri Untuk menggambarkan bagaimana dan berkembangnya Muhammadiyah dari waktu ke waktu, di sini akan diwakili oleh pimpinan- pimpinan Muhammadiyah yang berkesempatan tampil sebagai pucuk pimpinan gerakan, serta ciri-ciri yang menonjol pada saat mereka memimpin. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalahnya adalah Periodisasi Kepemimpinan Muhammadiyah 1.3. Tujuan Penulisan Tujuannya penulisan makalah ini adalah Mengetahui perkembangan Periodisasi Kepemimpinan Muhammadiyah. 1
26
Embed
KEL 5 - Periodisasi Kepemimpinan Muhammadiyah.docx
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak Muhammdiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan hingga periode sejarahnya yang
paling mutakhir, melalui pergantian nasib pasang surut sejarah dan hilang-bergantiannya
pimpinan, nampak nyata bahwa sejarah Muhammadiyah dari waktu ke waktu telah melahirkan
putra-putranya yang penuh pengabdian dan keikhlasan. Dari pusat pimpinan persyarikatan
hingga pimpimnan cabang dan ranting menunjukan prestasi yang masing-masing memiliki
kelebihan sendiri-sendiri
Untuk menggambarkan bagaimana dan berkembangnya Muhammadiyah dari waktu ke
waktu, di sini akan diwakili oleh pimpinan-pimpinan Muhammadiyah yang berkesempatan
tampil sebagai pucuk pimpinan gerakan, serta ciri-ciri yang menonjol pada saat mereka
memimpin.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah Periodisasi Kepemimpinan Muhammadiyah
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuannya penulisan makalah ini adalah Mengetahui perkembangan Periodisasi
Kepemimpinan Muhammadiyah.
1.4. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan, yaitu dengan
mencari bahan-bahan yang diperlukan dan sesuai dengan judul makalah ini melalui buku
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam oleh Drs. H. Mustafa Kamal Pasha, B.Ed dan Drs. H.
Ahmad Adaby Darban, SU (hal 138-152).
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Periode KH. Ahmad Dahlan (1912-1923)
Pada saat ini merupakan masa-masa perintisan, pembentukan jiwa dan amal usaha serta
organisasi, sehingga gerakan Islam di Indonesia yang berfaham modern.
a. Kondisi sosial, politik, ekonomi pada masa itu:
- Kehidupan keberagaman memprihatinkan, dalam kepercayaan tercampur khurafat,
dalam beribadat banyak tercampur bid’ah, pemahaman agama sempit, pola pikirnya
taklid.
- Pendidikan terbelakang, anak-anak yang dapat memasuki sekolah hanyalah anak-
anak para bangsawan dan orang-orang berpangkat
- Anak-anak muda kurang diperhatikan
- Perekonomian lemah, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terjajah.
- Kegiatan Nasranisasi sangat menonjol, kegiatan dakwah sangat lemah, umat Islam
menjadi umat kelas bawah.
b. Usaha-usaha KHA Dahlan
- Peningkatan kualitas keislaman bangsa Indonesia dengan menyelenggarakan
berbagai pengajian untuk pemuda, wanita, calon-calon guru dan sebagainya
- Peningkatan kualitas pendidikan dengan mendirikan berbagai macam sekolah
seperti SD (Standardschool), Madrasah Muallimin, Muallimat, sekolah guru
(Normal School) dan sebagainya
- Peningkatan martabat kaum wanita dengan mengadakan berbagai macam pengajian
seperti pengajian Wal’Asri, kursus-kursus ketrampilan, berpidato serta
mengorganisasi dalam perkumpulan Aisyiyah
- Persatuan Umat Islam Indonesia dengan mengadakan silaturahmi dengan para
pemimpin Islam dan Lain-lain
- Membentuk persyarikatan Muhammadiyah
- Mendirikan kepanduan ‘Hizbul Wathan’ (WH)
2
- Menerbitkan majalah Sworo Muhammdiyah untuk menyebarluaskan cita-cita dan
gagasan Muhammdiyah
- Menggerakan tabligh Islam, meningkatkan harkat dan martabat umat islam
- Membantu fakir miskin dengan memelihara dan menyantuni mereka
- Menganjurkan hidup sederhana, terutama dalam menyelenggarakan pesta
perkawinan (Walimatul ‘ursy).
2. Periode K.H. Ibrahim (1923-1932)
Dalam masa ini Muhammadiyah semakin berkembang meluas sampai ke daerah-daerah
luar Jawa. Selain itu terbentuk pula Majlis Tarjih yang menghimpun para ulama Muhammadiyah
untuk mengadakan penelitian dan pengembangan hokum-hukum agama. dan dalam periode ini
pula angkatan muda memperoleh bentuk organisasi yang nyata, dimana pada tahun 1931
Nasyiatul ‘Aisyah berdiri dan menyusul satu tahun kemudian Pemuda Muhammadiyah.
Beberapa kegiatan yang menonjol antara lain,
a. Tahun 1924 mengadakan “Fonds-Dachlan’, yang bertujuan membiayai sekolah anak-
anak miskin.
b. Mengadakan Badan Perbaikan Perkawinan untuk menjodohkan putri-putri
Muhammadiyah.
c. Menyebarluaskan Muhammadiyah ke luar Jawa.
d. Mengadakan khitanan masal 1925.
e. Kongres ke XV di Surabaya 1926, antara lain diputuskan:
1. Shalat hari raya di tanah lapang dimana ada ranting Muhammadiyah.
2. Pemakaian tahun Islam dalam catat mencatat (maksudnya surat-menyurat, notulen,
dan lain-lain).
f. Persoalan politik muncul dalam kongres XVI di Pekalongan tahun 1927, isinya:
1. Muhammadiyah wajib mengadakan Majlis Tarjih, Tanfidz dan Taftisyi
2. Muhammadiyah tidak bergerak di bidang politik, tapi memperbaikai budi
pekerti/akhlak.
3. Muhammadiyah tidak melarang orang yang akan berpolitik
(Catatan: pada saat itu Serikat Islam mengadakan disiplin partai. Orang-orang
Muhammadiyah yang menjadi anggota SI dikeluarkan. Sebab pokoknya karena SI
3
menganut politik non cooperasi terhadap pemerintah colonial Belanda, sedang
Muhammadiyah pada waktu itu berssedia menerima subsidi untuk sekolah-
sekolahnya).
g. Mulai tahun 1928 mengirim putra-putri lulusan sekolah Muhammadiyah (Muallimin,
Muallimat, Tablighschool, Normalschool,) ke seluruh pelosok tanah air, yang kemudian
dikenal dengan ‘anak panah’ Muhammadiyah. Diantara mereka yang dikirim adalah,
Hamka kira-kira tahun 1928 ke Makasar, R.Z. Fanani tahun 1929 ke Pagar Alam
Sumatera Selatan, Badilah Zuber 1930 ke Bengkulu, AR. Fakhrudin 1935 ke Talang
Balai Tanjung Raja Palembang, Djarnawi Hadikusumo 1939 ke Merbau, Medan.
h. Kongres ke XVII 1928 (Konggres Agung), untuk pertama kalinya diadakan pemilihan
pemilihan Hoofd Bestuur Muhammadiyah.
i. Kongres ke XVIII di Solo 1929, Muhammadiyah mendirikan Uitgeefster My, yaitu badan
usaha Penerbit buku-buku sekolah Muhammadiyah, yang berada di bawah Majlis Taman
Pustaka. Pada waktu itu terjadi penurunan gambar KHA. Dahlan, karena pada saat itu ada
gejala mengkultuskan beliau.
j. Kongres ke XIX di Minangkabau 1930 muncul istilah ‘Consul Hofd Bestuur
Muhammadiyah’ (sekarang ketua PWM).
k. Kongres XX memakai makromah (sekarang semacam jilbab).
l. Kongres XXI di Makasar 1932 antara lain memutuskan supaya Muhammadiyah
menerbitkan surat kabar harian (Dagblad), untuk pelaksanannya diserahkan pada
Muhammadiyah cabang Solo. Harian ini dinamakan ‘Adil’ dan sekarang berubah
menjadi tabloid mingguan Adil.
3. Periode K.H. Hisyam (1932-1936)
Usaha-usaha dalam bidang pendidikan mendapatkan perhatian yang mantap, karena
dengan pendidikan bisa lebih banyak diharapkan tumbuhnya kader-kader umat dan bangsa yang
akan meneruskan amal usaha Muhammadiyah. Juga dalam periode ini diadakan penertiban dan
pemantapan administrasi organisasi sehingga Muhammadiyah lebih kuat dan lincah gerakannya.
a. Konggres ke XXIII 1934 antara lain memutuskan penggantian nama-nama Belanda
menjadi nama-nama Indonesia. Misalnya Kweekschool menjadi Madrasah Muallimin,
Kweekschool Istri menjadi sekolah guru dan sebagainya.
4
b. Konggres XXIV 1935 antara lain memutuskan membentuk Majlis Pimpinan
Perekonomian untuk memperbaiki ekonomi anggota.
c. Konggres seperempat abad di Jakarta tahun 1936, antara lain:
Memutuskan berdirinya sekolah tinggi.
Berdirinya Majlis Pertolongan dan Kesehatan Muhammadiyah (MPKPM) untuk
memperhatikan pertolongan dan kesehatan pada seluruh cabang dan ranting.
4. Periode K.H. Mas Mansyur (1936-1942)
Sering dikatakan bahwa tokoh KH Mas Mansyur adalah salah seorang pemimpin
Muhammadiyah yang ikut membentuk dan mengisi jiwa gerakan Muhammadiyah, sehingga
lebih berisi dan mantap, seperti dengan pengokohan kembali hidup beragama serta penegasan
faham agama dalam Muhammadiyah. Wujudnya berupa pengaktifan Majlis Tarjih, sehingga
mampu merumuskan “Masalah Lima”, yaitu perumusan mengenai: Dunia, agama, Qiyas,
Sabilillah dan ibadah.
Selain itu untuk menggerakkan kembali Muhammadiyah agar lebih dinamis dan berbobot,
disusun pula langkah sepuluh yaitu:
a. Memperdalam masuknya iman.
b. Memperluas faham agama.
c. Memperluas budi pekerti.
d. Menuntun amal intiqad (mawas diri).
e. Menguatkan keadilan.
f. Menegakkan keadilan.
g. Mengakkan persatuan.
h. Menguatkan majelis tanwir.
i. Mengadakan konferensi bagian.
j. Mempermusyarahkan gerakan luar.
Langkah pertama sampai ketujuh disebut langkah ilmiyah karena memerlukan beberapa
keterangan, sedang langkah kedelapan disebut langkah amali, yakni langkah yang ditinggal
dilaksanakan karena sudah jelas dan nyata.
Kondisi sosial politik pada masa itu, mulai tidak stabil karena pengaruh Perang dunia ke
II. Keputusan-keputusan dan langkah penting yang diambil pada masa jabatan beliau adalah:
5
a. Membentuk komisi perjalanan haji yang terdiri dari HM. Suja’ H. Abdul Kahar Muzakir
dan R. Sutomo.
b. Konggres XXVI di Yogyakarta 1937 antara lain memutuskan agar Muhammadiyah aktif
memperbaiki perekonomian bumi putra dengan membentuk bank Muhammadiyah.
c. Menentang ordonansi pencatatan perkawinan oleh pemerintah kolonial Belanda.
d. Konggres XXVII di Malang 1938, menentang ordonansi guru.
e. Konggres XXVIII di Medan 1939, menentang ordonansi sidang, mengganti istilah Hindia
Belanda dengan Indonesia.
f. Tahun 1941 terjadi perang Pasifik (PD II), Indonesia dikuasai Jepang. Pengurus besar
(PB) Muhammadiyah memutuskan:
A.R. Sutan Mansur coordinator Konsul Muhammadiyah untuk wilayah Sumatra.
GM. Hasan Tjorong untuk wilayah Kalimantan.
D. Muntu untuk wilayah Sulawesi.
g. Konggress XXIX di Purwokerto 1941 gagal karena keadaan darurat (SOB).
h. Meskipun dalam masa sulit pada masa itu sempat dikeluarkan “Frenco Amal” dengan
tujuan penghimpunan dana untuk kaum dhu’afa.
i. Pada maja jabatan KH Mas Mansur juga ditetapkan Khittah yang dikenal dengan langkah
dua belas.
5. Periode Ki Bagus Hadikusumo (1942-1953)
Tokoh dan pemimpin Muhammadiyah lain juga banyak mengisi dan membentuk jiwa
gerakan Muhammadiyah adalah Ki Bsgus Hadikusumo; dan dalam periodenya tersusun
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Dalam Muqaddimah tersebut terumuskan secara
singkat dan padat gagasan dan pokok-pokok pikiran KH. Ahmad Dahlan yang akhirnya
melahirkan Muhammadiyah. Dengan tersusunnya Muqaddimah tersebut Muhammadiyah
memiliki dasar berpijak yang kuat dalam melancarkan amal usaha dan perjuangannya.
Kondisi sosial politik pada masa jabatan Ki Bagus Hadikusumo dalam suasana transisi
dari penjajah Belanda, usaha-usaha Pemerintah Koloni Belanda untuk menjajah Indonesia
kembali dan revolusi kemerdekaan. Pada masa ini kehidupan Muhammadiyah cukup berat. Pada
masa itu para pemimpin Muhammadiyah banyak terlibat dalam perjuangan, sementara di tingkat
bawah hampir seluruh angkatan muda Muhammadiyah terjun dalam kancah revolusi dalam
6
berbagai lascar kerakyatan. Meskipun demikian Muhammadiyah masih dapat melaksanakan
berbagai kegiatan keorganisasian antara lain:
a. Tahun 1944 mengadakan muktamar darurat di Yogyakarta.
b. Taun 1946 mengadakan silaturahmi cabang-cabang se Jawa.
c. Tahun 1950 mengadakan siding Tanwir perwakilan, antara lain memutuskan:
(1). Anggota Muhammadiyah boleh masuk partai politik yang tidak berideologi Islam,
asal tidak merugikan perjuangan Islam. Kalau merugikan perjuangan Islam ditarik.
(2). Anggota Muhammadiyah diperbolehkan memasuki DPR atas nama
Muhammadiyah.
d. Tahun 1951, siding Tanwir di Yogyakarta, antara lain memutuskan:
(1). Muhammadiyah tidak akan berubah menjadi partai politik. Sekali Muhammadiyah
tetap Muhammadiyah.
(2). Menetapkan batas-batas otonomi Aisyiyah.
e. Tahun 1952, siding Tanwir di Bandung antara lain memutuskan:
(1). Mempertahankan keangotaan istimewa dalam partai Masyumi.
(2). Perlu ada peremajaan Muhammadiyah.
f. Tahun 1953, siding Tanwir di Solo antara lain memutuskan:
Muhammadiyah hanya boleh memasuki partai yang berdasarkan Islam.
6. Periode A.R. Sutan Mansyur (1952-1959)
Secara kebetulan, bahwa Muhammadiyah memiliki dua pemimpin yang sama-sama hebat
ialah Mansur di timur yaitu Mas Mansur dan Mansur di Barat, tak lain Sutan Mansur. Keduanya
memiliki jiwa tauhid yang kokoh. Oleh karena itu tidak mengherankan bila periode ini “Ruh
tauhid” ditanamkan kembali. Selain itu disusun suatu langkah perjuangan yang dibatasi dalam
waktu tertentu, yaitu 1956-1959. Langkah perjuangan ini kemudian dikenal dengan nama
Khittah Palembang, yang memuat:
a. Menjiwai pribadi anggota dengan iman, ibadah, akhlak dan ilmu pengetahuan.
b. Melaksanakan uswatun khasanah (contoh teladan yang baik).
c. Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi.
d. Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal.
e. Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader.
7
f. Mempererat ukhuwah antara sesame kaum muslimin.
g. Menuntun penghidupan anggota.
KH Mas Mansyur dipilih sebagai ketua pada Muktamar Muhammadiyah ke 32 di
Purwokerto. Sebenarnya beliau tidak termasuk 9 terpilih. Kesembilan orang terpilih adalah HM.