REAKTIVITAS UNSUR PERIODE III Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur matakuliah Kimia Unsur Oleh: Kelompok 5 Dhesy Galuh R. (0810920002) Masfuvah Fanzuri (0810920006) Kartika Chandra R.A. (0810920044) Vonny Siranda (0810923082)
REAKTIVITAS UNSUR PERIODE III
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur matakuliah Kimia Unsur
Oleh:
Kelompok 5
Dhesy Galuh R. (0810920002)
Masfuvah Fanzuri (0810920006)
Kartika Chandra R.A. (0810920044)
Vonny Siranda (0810923082)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
PENDAHULUAN
1. Deskripsi Unsur Periode III
Beberapa hal penting dari unusur-unsur ini dibandingkan dengan deret pertama adalah
sebagi berikut (Cotton, 1989):
1. Jari-jari
Jari- jari logam dan ion yang lebih besar daripada jari-jari pada deret pertama. Karena
pengerutan lantanida, jari- jari deret ketiga sangat kecil bedanya dari jari-jari deret kedua,
walaupun terdapat kenaikan nomor atom dan jumlah total elektron.
2. Tingkat Oksidasi
(a)Tingkat oksidasi yang lebih tinggi jauh lebih stabil daripada tingkat deret pertama.
Anion okso MO4n- dari Mo, W, Tc, Re, Ru, dan Os kurang mudah direduksi daripada
anion okso dari Cr, Mn, dan Fe. Beberapa persenyawaan seperti WCl6, ReF7, RuO4, dan
PtF6 tidak memiliki analog dalam deret pertama. Unsur dalam golongan IVA dan VIA
lebih menyukai tingkat oksidasi yang lebih tinggi.
(b)Tingkat oksidasi II relatif penting kecuali bagi Ru. Bagi molibden, ini penting namun
keadaannya sangat berbeda (Mo24+) dari (Cr2+), Pd, Pt. Demikian juga tingkat oksidasi
III relatif tidak penting kecuali Rh, Ir, Ru, dan Re.
3. Ikatan logam-logam
Bagi unsur-unsur baris pertama, ikatan M-M terjadi hanya dalam sedikit kompleks
binuklir, terutama karboksilat divalensi, misalnya Cr(Co2Me)4(H2O)2. Unsur-unsur yang
lebih berat cenderung kepada ikatan logam-logam.
(a)Terdapat spesies binuklir seperti M2(CO2Me)4, M = Mo, Rh dan Ru mirip dengan Cr.
Meskipun demikian, juga terdapat halida binuklir dari MO, Te, dan Re, misalnya
ReCl82-, yang memiliki ikatan ganda M-M yang kuat..
(b)Terdapat halida lebih rendah dari Nb, Ta, Mo, W, dan Re yang merupakan senyawaan
cluster, misalnya Ta6Cl122+, dan Re3Cl12
3-. Beberapa cluster Au113+ juga diketahui.
4. Sifat Kemagnetan
Unsur lebih berat cenderung menghasilkan senyawaan spin rendah. Ion-ion dengan jumlah
elektron genap seringkali diamagnetik. Bahkan manakala terdapat jumlah elektron d yang
ganjil, sering kali hanya terdapat satu electron tidak berpasangan. Penafsiran sederhana
memngenai momen magnet yang biasanya mungkin untuk spesies paramagnetik baris
pertama, jarang dapat ditafsirkan karena komplikasi sehubungan dengan kopling spin orbit.
Perpasangan spin dapat melengkapi perluasan ruang yang lebih besar dari orbital-orbital 4d
dan 5d. Pengisisan ganda suatu orbital menghasilkan tolakan antar elektron yang kurang
daripada dalam orbital 3d yang lebih kecil. Spektra serapan elektron juga lebih sulit untuk
diartikan secara umum. Suatu set ligan tertentu menghasilkan pemecahan dalam urutan
5d>4d>3d.
5. Stereokimia
Pada baris kedua dan ketiga khususnya, bilangan koordinasi yang lebih tinggi yaitu 7 dan 8
lebih umum daripada dalam unsur baris pertama. Meskipun demikian, bagi logam-logam
golongan platina, bilangan koordinasi maksimum, dengan dua perkecualian adalah 6.
2. Unsur Platina
Platinum terdapat di alam, dengan sejumlah kecil iridium, osmium, palladium,
ruthenium dan rhodium, yang merupakan grup logam yang sama. Semuanya ditemukan pada
tanah alluvial di pegunungan Ural Kolumbia, dan di negara bagian Amerika sebelah barat.
Sperrilit, merupakan mineral platinum dengan kandungan nikel yang terdapat di Sudbury,
Ontario, yang merupakan sumber latina dengan jumlah yang cukup. Produksi nikel besar-
besaran telah menunjukkan fakta bahwa hanya satu bagian logam platinum dalam dua juta
bagian bijih mineral (Redaksi chem-is-try.org, 2008).
Platinum adalah logam dengan putih keperak-perakan yang indah. Mudah ditempa
delam keadaan murni. Platinum memiliki koefisien muai yang hampir sama dengan kaca
silika-natroium karbonat, dan karenanya digunakan untuk membuat elektroda bersegel dalam
sistem kaca. Logam ini tidak teroksidasi di udara pada suhu berapapun, tapi termakan oleh
halogen, sianida, sulfur dan basa kaustik. Platinum tidak dapat larut dalam asam klorida dan
asam nitrat, tapi melarut dengan aqua regia membentuk asam kloroplatinum (Redaksi chem-
is-try.org, 2008).
Berikut ini adalah sifat – sifat fisika unsur Platinum (Redaksi chem-is-try.org, 2008):
Simbol : Pt
Radius Atom : 1,39 Å
Volume Atom : 9,1 cm3/mol
Massa Atom : 195,08
Titik Didih : 4100 K
Radius Kovalensi : 1,3 Å
Struktur Kristal : fcc
Massa Jenis : 21,45 g/cm3
Konduktivitas Listrik : 9,4 x 106 ohm-1cm-1
Elektronegativitas : 2,28
Konfigurasi Elektron : [Xe]4f14 5d9 6s2
Formasi Entalpi : 19,66 kJ/mol
Konduktivitas Panas : 71,6 Wm-1K-1
Potensial Ionisasi : 9 V
Titik Lebur : 2024,1 K
Bilangan Oksidasi : 2,4
Kapasitas Panas : 0,13 Jg-1K-1
Entalpi Penguapan : 510,45 kJ/mol
Isotop platinum dapat digunakan dalam berbagai bidang, Pt-196 digunakan dalam
percobaan menguji model nuklir. Pt 194 dan Pt-196 telah digunakan dalam penelitian menjadi
kekuatan dipol dan model. Pt-195 digunakan untuk produksi radioisotop-195m Pt yang
digunakan untuk diagnosis dan terapi kanker. Pt-198 digunakan untuk produksi radioisotop
untuk Au-199 yang digunakan dalam terapi kanker. Pt-194 juga digunakan untuk produksi
radioisotop medis Hg-195m (Winter1, 2010).
Tabel 1. Isotop platinum dan kelimpahannya di alam (Winter1, 2010)
Isotop Massa atom (ma/u)Kelimpahan di alam
(atom %)
Spin inti
(I)
Momen magnet
(μ/μN)
190Pt 189.959917 (7) 0.014 (1) 0
192Pt 191.961019 (5) 0.782 (7) 0
194Pt 193.962655 (4) 32.967 (99) 0
195Pt 194.964766 (4) 33.832 (10) 1/2 0.60950
196Pt 195.964926 (4) 25.242 (41) 0
198Pt 197.967869 (6) 7.163 (55) 0
Tabel 2. Radioisotop dari Platinum (Winter1, 2010)
Isotop Massa Waktu Paruh Hasil Peluruhan Spin intiMomen magnet
inti
191Pt 190.961684 2.96 d EC to 191Ir 3/2 0.50
193Pt 192.962984 60 y EC to 193Ir 1/2
197Pt 196.967323 18.3 h β- to 197Au 1/2 0.51
Berikut ini adalah beberapa persenyawaan yang dapat dibentuk oleh unsur platinum
(Winter2, 2010):
1. Fluorida
Platinum heksafluorida : PTF6
Platinum tetrafluorida : PTF4
Platinum pentafluoride tetramer : [PTF5]4
2. Klorida
Platinum triklorida : PtCl3
Platinum tetraklorida : PtCl4
Platinum diklorida : Pt6Cl12
3. Bromida
Platinum tribromid a : PtBr3
Platinum tetrabromid a : PtBr4
4. Iodida
Platinum diiodida : PtI2
Platinum triiodida : PtI3
Platinum tetraiodida : PtI4
5. Oksida
Platinum oksida : PtO
Platinum dioksida : PtO2
Platinum trioksida : PtO3
Platinum dioksida hidrat : PtO2. H2O
6. Sulfida
Platinum sulfida : PtS
Platinum disulfida : PtS2
7. Selenida
Platinum diselenida : PtSe2
8. Telluridas
Platinum tellurida : PtTe
Platinum ditellurida : PtTe2
9. Nitrida
tidak terdaftar
10. Karbonil
Platinum tetrakarbonil : Pt(CO)4
11. Kompleks
Cis-diamindikloroplatinat : [PtCl2 (NH3) 2]
Trans-diamindikloroplatinat : [PtCl2(NH3) 2]
Dipotassium hexaklorooplatinat : K2[PtCl6]
Dipotassium tetrakloroplatinat : K2[PtCl4]
Dipotassium tetrasianoplatinat : K2[Pt(CN)4]
Platinum tetraklorida pentahidrat : PtCl4.5H2O
Kalium trikloro (amin) platinat : K[PtCl3(NH3)]
Dinatrium hexbromoplatinat : Na2[PtBr6].6H2O
Tetrasianoplatinat barium : Ba[Pt(CN)4].4H2O
Dinatrium hexakloroplatinat hexahidrat : Na2[PtCl6].6H2O
Diamonium hexabromoplatinat : (NH4) 2[PtBr6]
Dipotassium hexaiodoplatinat : K2[PtI6]
Diamonium hexakloroplatinat : (NH4)2[PtCl6]
Dipotassium hexasianoplatinat : K2[Pt(CN)6]
Diamonium tetrakloroplatinat : (NH4)2[PtCl4]
Dipotassium tetranitroplatinat : K2[Pt(NO2) 4]
Kalium trikloro (etena) platinat : K[PtCl3(C2H4)].H2O
Kompleks berbilangan koordinasi empat
Bila empat ligan berkoordinasi pada logam, koordinasi tetrahedral (Td) adalah geometri
yang paling longgar, walaupun sejumlah kompleks bujur sangkar (D4h) juga dikenal
(Saito,2009). Pada Pt0 dengan strukrur tetrahedral yaitu Pt(CO)(PPh3)3, sedangkan Pt2+ dengan
struktur planar contohnya PtCl4- dan [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5). [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5)
merupakan kompleks ligan campuran (Saito, 2009).
Isomer geometrik cis dan trans mungkin diamati pada senyawa kompleks dengan dua
jenis ligan, dan pertama kali dicatat oleh A. Werner ketika mensintesis senyawa berkoordinat
4 [PtCl2(NH3)2]. Karena kompleks tetrahedral tidak akan menghasilkan isometri geometri,
Werner menyimpulkan bahwa senyawa kompleksnya adalah bujur sangkar. Baru-baru ini cis-
[PtCl2(NH3)2] (cisplatin) telah digunakan untuk terapi tumor dan dan patut dicatat bahwa yang
aktif hanyalah isomer cis (Saito, 2009).
Gambar 1. struktur tetrahedral dan planar
Kompleks berbilangan koordinasi lima
Contoh kompleks berbilangan koordinasi lima adalah trigonal bipiramidal (D3h).
Dulunya, kompleks berbilangan koordinasi lima jarang namun jumlahnya kini meningkat.
Perbedaan energi antara dua modus koordinasi (bipiramida dan piramida bujursangkar) ini
tidak terlalu besar dan transformasi struktural mudah terjadi misalnya [Pt(SnCl3)5]3-(Saito,
2009).
Gambar 2. Struktur trigonal bipiramidal
Kompleks koordinasi enam
Bila enam ligan berkoordinasi dengan atom pusat, koordinasi oktahedral (Oh) yang
paling stabil dan mayoritas kompleks memiliki struktur octahedral (Saito,2009). Contoh
kompleks berbilangan koordinasi enam dengan yaitu [Pt(NO)Cl5]2-, [Pt(NH3)6]4+,[PtF5]4, PtF6
-,
dan PtF6.
Platina (IV) membentuk banyak kompleks octahedral yang inert secra termal dan
kinetik yang berasal dari kationik seperti [Pt(NH3)6]Cl4 samapi anionik seperti K2[Pt(NH3)6].
Yang terpenting adalah natrium atau kalium heksakloroplatinat, yang merupakan bahan awal
bagi sintesis senyawaan lain. Asam kloroplatinat adalah suatu garam oksonium, (H3O)2PtCl6
yang berbentuk kristal jingga bilamana larutan Pt dalam air raja atau dalam HCl jenuh dengan
klor diuapkan (Cotton, 1989).
Gambar 3. Stuktur oktahedral
3. Unsur Merkuri
Merkuri atau raksa (Hg) adalah unsur logam yang sangat penting dalam teknologi di
abad modern saat ini. Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA=80) serta
mempunyai massa molekul relative (Mr = 200,59). Merkuri diberikan symbol kimia Hg yang
merupakan singkatan yang berasal bahasa Yunani Hydrargyricum, yang berarti cairan perak.
Bentuk fisi dan kimianya sangat menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang
berbentuk cair dalam temperatur kamar (25oC), titik bekunya paling rendah (-39oC),
mempunyai kecenderungan menguap lebih besar, mudah bercampur dengan logam-logam lain
menjadi logam campuran (Amalgam/ Alloy), juga dapat mengalirkan arus listrik sebagai
konduktor baik tegangan arus listrik tinggi maupun teganganarus listrik rendah (Alfian,
2006).
Merkuri (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam
dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa
anorganik dan organik. Umumnya kadar dalam tanah, air dan udara relatif rendah. Berbagai
jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar ini, misalnya aktivitas penambangan yang
dapat menghasilkan merkuri sebanyak 10.000 ton/tahun. Pekerja yang mengalami pemaparan
terus menerus terhadap kadar 0,05 Hg mg/m3 udara menunjukkan gejala nonspesifik berupa
neurastenia, sedangkan pada kadar 0,1 – 0,2 mg/m3 menyebabkan tremor. Dosis fatal garam
merkuri adalah 1 gr (Anonim1, 2011).
Merkuri merupakan salah satu unsur yang terdistribusi pada lapisan kerakbumi dengan
kelimpahan rata-rata ≤ 500μg /kg. Merkuri sangat sedikit ditemukan dalam bentuk logam
murni, mineral-mineral merkuri paling banyak ditemukan sebagai sulfida merkuri (Cinnabar),
dan sebagian kecil pada mineral korderoid (Hg3S2Cl), livingstonit (HgSb4S7), montroyidit
(HgO), tertringualit (Hg2OCl), kalomel (HgCl) (Ayubi, 2007).
Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan berwarna abu-
abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam
hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide. Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik
panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah
terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine (Anonim1, 2011).
Sebagai unsur, merkuri (Hg) berbentuk cair keperakan pada suhu kamar, dan
mempunyai rapatan 13,534 g/mL pada 25oC. merkuri tidak dipengaruhi asam klorida atau
asam sulfat encer, tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat. Reaksi merkuri dengan asam
nitrat pekat panas yang berlebihan akan terbentuk ion merkurium (II); 3Hg + 8HNO33Hg2+
+ 2NO + 6NO3- + 4H2O. Merkuri pada pH antara 6-7 mengendap sebagai HgO yag memiliki
kelarutan 0,052 g/L dalam pelarut H2O 20oC (Ayubi, 2007).
Merkuri (Hg) tidak dapat ditarik oleh magnet (diamagnetik) sebab semua elektronnya
telah berpasangan. Unsur Hg kurang reaktif dibandingkan zink dan kadmium, dan tidak dapat
menggantikan hidrogen dari asamnya, namun merkuri mampu mengkorosi alumunium
dengan cepat, sehingga pengangkutan dengan pesawat dibatasi. Densitas raksa yang tinggi
menyebabkan benda-benda seperti bola billiar menjadi terapung jika diletakkan di dalam
cairan raksa hanya dengan 20% volumenya terendam (Hermawan, 2011).
Reaktivitas merkuri adalah (Hermawan, 2011):
1. Reaksi dengan udara
Merkuri dibakar hingga suhu 350ºC untuk membentuk merkuri (II) oksida.
2Hg(s) + O2(g) → 2HgO(s)
2. Reaksi dengan halogen
Logam merkuri bereaksi dengan fluorin, klorin, bromine dan iodine untuk membentuk
merkuri (II) dihalida.
Hg(s) + F2(g) → HgF2(s)
Hg(s) + Cl2(g) → HgCl2(s)
Hg(s) + Br2(g) → HgBr2(s)
Hg(s) + I2(g) → HgI2(s)
3. Reaksi dengan asam
Merkuri tidak bereaksi dengan asam non oksidasi, tetapi bereaksi dengan asam nitrit
terkonsentrasi atau asam sulfur terkonsentrasi untuk membentuk komposisi merkuri (II)
dengan nitrogen atau sulfur oksida.
Oksida dibentuk dengan kombinasi langsung dari unsur atau dengan memanaskan nitrat.
HgO tidak dilakukan sublimasi sebagai dekomposisinya pada pemanasan. HgO berada dalam
bentuk merah dan kuning. Bentuk kuning dari HgO mempunyai bentuk kristal yang sama
dengan bentuk merah dimana dibentuk dengan memanaskan unsur atau Hg(NO3)2. Perbedaan
warna dikarenakan adanya ukuran partikel yang berbeda (Lee, 1991) :
2HgO 2Hg + O2
HgF2 adalah padatan berwarna putih dan bersifat sangat ionik dan mempunyai titik leleh
yang lebih tinggi dari pada halida yang lainnya. Tidak sangat larut dalam air. Sebagian ini
disebabkan karena energi kisinya yang sangat tinggi, dan sebagian karena mereka tidak
membentuk kompleks halogen dalam larutan. Berlawanan dengan HgCl2, HgBr2 dan HgI2
adalah kovalen dengan titik leleh yang rendah. Padatan HgCl2 mengandung molekul linier Cl-
Hg-Cl dengan panjang ikatan Hg-Cl 2,25 Å. Interaksi kecil antara atom Hg dan Cl selain dari
antara Hg dan dua atom Cl berikatan dekat dengan (jarak antaratom 3,34 Å). HgBr2 dan HgI2
berbentuk lapisan kisi (Lee, 1991).
Sebagian besar kompleks Hg (II) adalah oktahedral. Berikut adalah cukup besar
terdistorsi dengan dua ikatan pendek dan empat ikatan panjang. Hasil hal ini sangat terdistorsi
hanya dalam dua ikatan. Contohnya adalah senyawa Hg(CN)2 dan Hg(SCN)2 dan kompleks
[Hg(NH3)2]Cl2. Yang terakhir mengandung ion linier [H3N-Hg-NH3]+. Hg(II) juga membentuk
beberapa kompleks tetrahedral (seperti [Hg(SCN)4]2- dan kompleks halida seperti K2[HgI4]).
Yang terakhir digunakan sebagai reagen Nessler untuk mendeteksi dan penentuan kuantitatif
dari ammonia dalam larutan. Reagen Nessler memberikan warna kuning atau endapan coklat
dengan konsentrasi yang rendah 1 bagian per sejuta dari NH3. Uji ini digunakan pada air
minum. Keberadaan dari ion NH4+ dalam air pada konsentrasi ini adalah tidak berbahaya,
tetapi mungkin mengindikasikan kontaminasi air sebagai limbah. Merkuri(II) klorida dalam
larutan sebagian besar HgCl2, tetapi [HgCl4]2- dapat dibentuk jika Cl- berlebih. Dalam
kompleks Hg, dua ligan berikatan lebih kuat dari pada yang lainnya, dan beberapa kompleks
amina kehilangan ammonia dari padatan (Lee, 1991).
[Hg(NH3)4](NO3)2 [Hg(NH3)2](NO3)2 + 2NH3
Koordinasi tiga adalah jarang ditemukan tetapi ada suatu contoh yaitu [HgI3]- (Lee, 1991).
4. Unsur Emas
Emas merupakan logam lembut, berkilat, berwarna kuning, padat, mudah ditempa,
mudah ditarik, logam peralihan (trivalen dan univalen) dan stabil. Emas tidak bereaksi dengan
kebanyakan bahan kimia. Walau bagaimanapun emas dapat bereaksi dengan klorin, fluorin
dan akua regia. Logam ini selalu berada dalam bentuk bongkahan dan butiran batuan dan
pendaman alluvial (Basuki, 2008).
Tingginya nilai potensial reduksi emas mengakibatkan logam ini selaku terdapat di alam
dalam keadaan bebas. Untuk keperluan ektraksi dari bijihnya, proses dengan melibatkan
senyawa sianida dapat diterapkan seperti halnya pada ekstraksi logam perak. Emas
membentuk berbagai senyawa kompleks, tetapi hanya sedikit senyawa anorganik sederhana.
Emas(I) oksida, Au2O, adalah salah satu senyawa yang stabil dengan tingkat oksidasi +1,
seperti halnya tembaga, tingkat oksidasi +1 ini hanya stabil dalam senyawa padatan, karena
semua larutan garam emas(I) mengalami disproporsionasi menjadi logam emas dan ion
emas(III) menurut persamaan reaksi (Basuki, 2008).:
3Au+(aq) → 2Au(s) + Au3+
(aq)
Tabel 3. Sifat-sifat fisika emas (Oxtoby, 1998)
Sifat Fisika Au (Aurum)
Nomor atom 79
Massa atom 196,96654
Titik cair (oC) 1064,43
Titik didih (oC) 2807
Kerapatan pada 25oC (g cm-3) 19,32
Warna Kuning
Konfigurasi elektron pada keadaan
dasar
[Xe] 4f14 5d10 6s1
Energi ionisasi* 890,1
Afinitas elektron* 222,749
Elektronegativitas 2,54
Jari-jari ion (Å) 0,85 (+2)
1,37 (+1)
Jari-jari atom (Å) 1,44
Entalpi pembentukan* 12,36
Entalpi penguapan* 365
Potensial reduksi standar (volt) 1,42 (Au3+ /Au0
*: dalam kilojoule per mol (Oxtoby, 1998).
Berikut ini adalah reaktivitas logam emas (Basuki, 2008):
1. Reaksi emas dengan udara
Logam emas stabil di udara di bawah kondisi normal. Namun emas terurai dalam larutan
sianida dalam tekanan udara.
2. Reaksi emas dengan air
Emas tidak bereaksi dengan air.
3. Reaksi emas dengan halogen
Logam emas bereaksi dengan klorin, Cl2, atau bromin, Br2, untuk membentuk trihalida
emas (III) klorida, AuCl3, atau emas (III) bromida, AuBr3:
2Au(s) + 3Cl2(g) → 2AuCl3(s)
2Au(s) + 3Br2(g) → 2AuBr3(s)
AuCl3 dapat larut dalam asam hidroksida pekat menghasilkan ion tetrakloroaurat (III),
[AuCl4]-, suatu ion yang merupakan salah satu komponen dalam “emas cair”, yaitu suatu
campuran spesies emas dalam larutan yang akan mengendapkan suatu film logam emas
jika dipanaskan. Di lain pihak, logam emas bereaksi dengan iodin, I2, untuk membentuk
monohalida, emas (I) iodida, AuI.
2Au(s) + I2(g) → 2AuI(s)
4. Reaksi emas dengan asam
Logam emas terurai dalam akua regia, campuran asam klorida, HCl, dan asam nitrat pekat,
HNO3, dengan perbandingan 3:1. Nama akua regia diciptakan oleh alkemis karena
kemampuannya untuk menguraikan “raja logam”.
5. Reaksi emas dengan basa
Emas tidak bereaksi dengan larutan basa.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Bagaimana peran senyawaan platinum dalam pengobatan kanker (terapi kanker)?
Jawaban:
Senyawaan platinum yang dapat digunakan untuk terapi kanker adalah cisplatin.
Struktur kimia cisplatin adalah cis-PtCl2(NH3)2. Senyawa ini pertama kali ditemukan oleh M.
Peyrone (1845) yang berasal dari garam Peyrone dan strukturnya ditentukan kemudian oleh
Alfred Werner (1893). Senyawa cisplatin ini disintesis dengan memanfaatkan efek trans
antara potassium tetrachloroplatinate(II), K2PtCl4 dengan ligan amina (NH3). Struktur kimia
yang terbentuk ini sesuai dengan syarat struktur klasik untuk menjadikan logam platinum
memiliki aktivitas anti kanker, yaitu (1) Bilangan oksidasi Pt +2 atau +4, (2) Ligan amina
harus dalam posisi cis, (3) Muatan total senyawa kompleks platinum harus netral, (4) Ligan
amina (NH3) harus memiliki sedikitnya satu gugus N-H yang tersisa, dan terakhir (5) Gugus
pergi harus anion yang kekuatan ikatannya medium seperti klorida atau turunan karboksilat.
Cisplatin bekerja sebagai anti kanker dengan cara menempelkan diri pada DNA
(deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya (Putra, 2008).
Gambar 4. Bentuk-bentuk ikatan antara Visplatin dengan DNA (Putra, 2008)
Pada dasarnya cisplatin secara umum bukanlah merupakan senyawa yang relatif reaktif
dan mudah bereaksi secara langsung dengan semua jenis molekul aktif pada sistem biologi
termasuk didalamnya basa dari DNA. Tetapi bila senyawa ini terlarut dalam air, ligan kloro
pada cisplatin diganti satu persatu oleh ligan air (aqua) melalui reaksi hidrolisis. Selanjutnya
ikatan Pt-OH2 yang terdapat dalam senyawa kompleks monoaquaplatina dan diaquaplatina
yang terbentuk akan jauh lebih reaktif, sehingga kompleks tersebut akan lebih mudah bereaksi
dengan ligan donor beratom nitrogen pada basa DNA (Putra, 2008).
Cisplatin dan Pengobatan Kanker
Dewasa ini cisplatin secara luas digunakan untuk mengobati berbagai kanker terutama
sangat efektif untuk kanker testikular dan bila dikombinasi dengan obat lain akan bekerja
sangat efektif dalam mengobati kanker ovarian, kanker kandung kemih, kanker paru, kanker
kepala dan leher. Kombinasi cisplatin tersebut dapat meliputi kombinasi dengan radioterapi
atau dengan obat tertentu seperti pacliataxel, aphidicolin dan hydroxyurea atau 5-fluorourasil
(Putra, 2008).
Kombinasi antara cisplatin, vinblastine dan bleomycin akan dapat menyembuhkan 90%
kanker testicular. Sedangkan kombinasi dengan cyclohosphoramide, dioxorubicin dan
hexamethylmelamine akan mampu meningkatkan daya hidup pasien yang terkena kanker
ovarian yang sudah parah. Untuk kanker paru ataupun kanker paru non-sel kecil (NSCLC),
dapat mengunakan empat kombinasi platinum yaitu cisplatin/paclitaxel, gemcitabine/cisplatin,
cisplatin/docetaxel dan carboplatin/paclitaxel. Selain itu penambahan avastin pada kombinasi
antara cisplatin/gemcitabine akan sangat efektif dalam memperpanjang keberlangsungan
hidup penderita NSCLC hinga 20-30%. Untuk jenis kanker lain, juga menunjukkan
kesensitifan terhadap cisplatin pada beberapa tingkat seperti yang terdapat pada tabel 2 (Putra,
2008).
Tabel 4. Aktivitas Biologi Cisplatin Terhadap Berbagai Jenis Kanker (Putra, 2008)
Jenis Kanker Sensitifitas
Testicular Curable
Ovarian Sensitif
Kepala dan leher Responsif
Kandung Kemih Responsif
Tengkuk, prostat, esophagel Resistan
NSCL (Paru Non Sel Kecil) Menunjukkan aktivitas
Osterogenik Menunjukkan aktivitas
Hodgkins Lymphoma Menunjukkan aktivitas
Melanoma Aktivitas terbatas
Dada/ Payudara Aktivitas terbatas
Efek Samping dan Penghantar Obat Cisplatin
Cisplatin sebagaimana obat-obat umum lain yang digunakan untuk kemoterapi, juga
mempunyai efek samping yang parah. Termasuk didalamnya Neprotoksisitas yang sangat
kronis dan berbahaya, tetapi neprotoksisitas ini dapat diminimalisasi dengan cara hidrasi sang
pasien dan menggunakan manitol untuk diuretic. Selain itu efek samping yang lain adalah
neurotoksisitas, mual, muntah, keracunan sumsum tulang, kerontokan rambut (alopecia), dan
penurunan kekebalan tubuh. Namun untungnya untuk kerontokan rambut dan penurunan
kekebalan tubuh umumnya akan kembali normal setelah pengobatan (Putra, 2008).
Dewasa ini untuk mengurangi efek samping dari penggunaan kemoterapi cisplatin,
solusinya adalah dengan menggunakan drug delivery (penghantar obat). Salah satunya adalah
dengan menggunakan nanohorn. Nanohorn yaitu sejenis nanotube yang salah satu ujung
silindernya meruncing dan tertutup seperti tanduk. Nanohorn ini berukuran 100 nanometer
yang didalamnya telah terdapat cisplatin yang berukuran 1-2 nanometer. Nanohorn ini bersifat
aman bagi tubuh karena berasal dari unsur karbon (Putra, 2008).
Gambar 5. Foto Mikroskop Elektron dari : (a) Sekelompok nanohorn yang mengandung
cisplatin (bintik-bintik hitam) di dalam rongganya dan (b) Satu butiran cisplatin yang berada
dalam suatu rongga nanohorn (Putra, 2008)
Nanohorn ini merupakan penghantar obat yang efektif karena setelah disuntikan ke
dalam tubuh pasien, nanohorn langsung terserap oleh sel kanker, hal ini karena sifat sel
kanker yang lebih mudah menyerap benda-benda berukuran 100 nanometer dibandingkan sel
tubuh lainnya. Sehingga, efek samping kemoterapi yang dapat merusak sel-sel tubuh lainnya,
dapat dihindarkan.Setelah nanohorn terakumulasi (terkumpul) di dalam sel kanker, perlahan-
lahan cisplatin terlepas dan mematikan sel kanker (Putra, 2008).
2. Bagaimana proses katalis dengan menggunakan platinum dan cara pembuatannya?
Jawaban :
Katalis menggunakan platinum dioksida disebut juga sebagai katalis adam. Katalis
adam ini dibuat dari asam kloroplatinik H2PtCl6 atau ammonium kloroplatinat (NH4)2PtCl6,
dengan peleburan sodium nitrat.Kemudian platinum nitrat dipanaskan untuk mengeluarkan
nitrogen oksida (Adams,1928).
H2PtCl6 + 6 NaNO3 → Pt(NO3)4 + 6 NaCl (aq) + 2 HNO3
Pt(NO3)4 → PtO2 + 4 NO2 + O2
Menghasilkan kerak berwarna coklat yang kemudian dicuci dengan menggunakan air
untuk menghilangkan nitrat. Katalis yang dapat digunakan dapat dikeringkan dan dapat
disimpan dalam desikator untuk digunakan kemudian. Platinum dapat digunakan sebagai
katalis dengan mengkonversi ammonium kloroplatinat dengan menggunakan aqua regia oleh
ammonia (Adams,1928).
Katalis adam dapat digunakan untuk berbagai aplikasi yaitu proses hidrogenasi,
hidrogenolisis, dehidrogenasi, dan reaksi oksidasi. Selam reaksi berlangsung, platina hitam
dibentuk sebagai katalisator aktif. Hidrogenasi terjadi dengan stereokimia jika digunakan
pada alkuna akan menghasilkan cis alkena. Beberapa transformasi paling penting termasuk
hidrogenasi senyawa nitro untuk amina dan keton untuk alkohol. Meskipun, pengurangan
alkena sebelum pembentukan dengan katalis adam. Ketika mengurangi senyawa nitrogen
untuk amina, katalis platinum untuk meminimalkan hidrogenolisis (Adams, 1928).
PtO2 + 4 H2 → Pt + 2 H2O
Pengunaan katalis platinum pada hidrogenasi alkena. Ikatan dalam produk lebih kuat
daripada ikatan reaktan, dua ikatan σ C-H dari alkana dibentuk dari pemutusan ikatan σ H-H
dan bagian ikatan π dari ikatan rangkap alkena. Dengan demikian secara keseluruhan reaksi
tersebut merupakan reaksi eksotermik (Marhusari, 2009).
Hidrogenasi aldehida dan keton menggunakan katalis platinum. Katalis yang digunakan
dalam mereduksi ikatan rangkap karbon-karbon dan ikatan rangkap tiga yang juga berguna
dalam reaksi adisi hidrogen terhadap gugus karbonil. Reaksi yang menggunakan katalis
platinum(Marhusari, 2009):
Tanpa katalis, penambahan hidrogen terhadap senyawa yang akan direduksi sangat
lambat. Kecepatan hidrogenasi meningkat dengan adanya serbuk katalis logam.Platinum
adalah katalis hidrogenasi yang paling sering digunakan. Penambahan hidrogen yang
dikatalisis dengan logam pada umunnya meningkat pada suhu kamar dan senyawa alkana
yang dihasilkan yieldnya tinggi biasanya sebagai produk tunggal (Marhusari, 2009).
3. Bagaimanakah cara ekstraksi emas dalam skala industri?
Jawaban:
Dalam skala industri, proses ekstraksi emas dapat dilakukan dalam tiga metode yaitu
(Anonim2, 2011):
1. Liquation Separation atau pencairan
Pemisahan pencairan (liquation separation) adalah proses pemisahan yang dilakukan
dengan cara memanaskan mineral di atas titik leleh logam, sehingga cairan logam akan
terpisahkan dari pengotor, dimana yang menjadi dasar untuk proses pemisahan dengan
metode ini, yaitu :
Densitas (massa jenis)
Titik leleh
Contohnya adalah dalam pemisahan campuran emas dan perak
Titik leleh emas adalah pada suhu 1064,18 oC, sedangkan titik leleh perak pada suhu
961,78 oC. Hal ini berarti bahwa perak akan mencair lebih dulu daripada emas. Namun untuk
benar-benar terpisah, maka perak harus menunggu emas mencair 100%.
Kemudian bila dilihat dari berat jenisnya, maka berat jenis emas cair sebesar 17,31
gram/cm3 sedangkan berat jenis perak sebesar 9,32 gram/cm3. Hal ini berarti berat jenis emas
lebih besar dari pada berat jenis perak. Jika ditinjau dari hukum alam fisika, maka bila ada
dua jenis zat cair yang berbeda dan memiliki berat jenis yang berbeda pula, maka zat cair
yang memiliki berat jenis lebih kecil dari zat satunya akan mengapung. Dengan demikian,
cairan perak akan terapung di atas lapisan cairan emas, seperti halnya cairan minyak
mengambang diatas lapisan air, maka perak akan dapat dipisahkan dari emas, sampai tidak
ada lagi perak yang terapung. Pada metode ini akan dihasilkan Au bullion dan Ag bullion.
2. Amalgamasi
Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur bijih emas
dengan merkuri (Hg). Produk yang terbentuk adalah ikatan antara emas dan merkuri yang
dikenal sebagai amalgam (Au – Hg). Merkuri akan membentuk amalgam dengan semua
logam kecuali besi dan platina.
Penggunaan raksa alloy atau amalgam pertama kali pada 1828, meskipun penggunaan
secara luas teknik baru ini dicegah karena sifat air raksa yang beracun. Sekitar 1895
eksperimen yang dilakukan oleh GV Black menunjukkan bahwa amalgam aman digunakan,
meskipun 100 tahun kemudian ilmuwan masih memperdebatkannya.
Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah,
namun demikian amalgamasi akan efektif pada emas yang terliberasi sepenuhnya maupun
sebagian pada ukuran partikel yang lebih besar dari 200 mesh (0,074 mm) dan dalam
membentuk emas murni yang bebas (free native gold). Tiga bentuk utama dari amalgam
adalah AuHg2, Au2Hg and Au3Hg.
Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan,
maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat
terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat
diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag tetap tertinggal di
dalam retort sebagai logam.
Tahapan amalgamasi secara sederhana sebagai berikut :
1. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan konsentrasi
gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.
2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri (amalgamasi) dilakukan
selama + 1 jam
3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah (pasta) dan tailing. Amalgam basah
kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan
merkuri dengan amalgam
4. Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan
kegiatan pemerasan (squeezing) dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan
merkuri dari amalgam (filtrasi). Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses
amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan tergantung pada
seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan
mengandung 60 – 70 % emas dan amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat
mengandung emas sampai lebih dari 80 %.
5. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang
tertinggal berupa alloy emas.
Ekstraksi amalgamasi yang baik :
1. Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan penambangan.
2. Dilakukan pada lokasi khusus baik untuk amalgamasi untuk meminimalkan penyebab
pencemar bahan berbahaya akibat peresapan kedalam tanah, terbawa aliran air permukaan
maupun gas yang terbawa oleh angin.
3. Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk mengolah seluruh
tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas.
4. Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak berada pada daerah
banjir.
5. Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.
3. Sianidasi
Leaching Sianida adalah proses pelarutan selektif oleh sianida dimana hanya logam-
logam tertentu yang dapat larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co dan lain-lain.
Ekstraksi emas dengan menggunakan leaching sianida ditemukan pertama kali oleh J.
S. Mac Arthur di Glasgow, Scotland tahun 1887, dan sekarang telah dipakai sebagian besar
produksi emas dunia. Walau sesungguhnya banyak lixiviants ( leaching agen ) lainnya yang
dapat digunakan, antara lain :
Bromida (Asam dan basa)
Klorida
Thiourrea/ Thiokarbamida (CH4N2S)
Thiosulfat (Na2S2O3)
Iodium-Iodida
Proses sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan/ pelindian
(leaching) dan proses pemisahan emas (recovery) dari larutan kaya. Pelarut yang biasa
digunakan dalam proses sianidasi adalah Sodium Sianida (NaCN), Potassium Sianida
(KCN), Kalsium Sianida [Ca(CN)2] atau Ammonium Sianida (NH4CN). Pelarut yang
paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut
lainnya.
Ada banyak teori tentang pelarutan emas mulai dari Teori Oksigen Elsner, Teori
Hidrogen Janin, Teori Hidrogen Peroksida Bodlanders, Teori korosi Boonstra, sampai Teori
Pembuktian Kinetika dari Habashi. Teori yang paling banyak dipakai adalah Teori Oksigen
Elsner dan Pembuktian Kinetika Habashi.
Teori Oksigen Elsner, reaksi pelarutan Au dan Ag dengan sianida adalah sebagai
berikut :
4Au + 8CN- + O2 + 2 H2O → 4Au(CN)2- + 4NaOH-
4Ag + 8CN- + O2 + 2 H2O → 4Ag(CN)2- + 4NaOH-
Teori Pembuktian Kinetika (Habashi. 1970), reaksi pelarutan Au dan Ag adalah sebagai
berikut :
2Au + 4CN- + O2 + 2 H2O → 2Au(CN)2- + 2OH- + H2O2
2Ag + 4CN- + O2 + 2 H2O → 2Ag(CN)2- + 2OH- + H2O2
Mekanisme reaksi ini adalah mekanisme elektrokimia.
Walaupun penggunaan metode ini sama halnya dengan metode ekstraksi yang lain yang
masih memiliki potensi dampak berupa efek beracunnya bagi pekerja dan lingkungan,
ekstraksi emas dengan menggunakan metode leaching sianida saat ini telah menjadi proses
utama ekstraksi emas dalam skala industri, karena metode ini menawarkan tehnologi yang
lebih efektif dan efisien, antara lain adalah :
a. Heap leaching (pelindian tumpukan)
Pelindian emas dengan cara menyiramkan larutan sianida pada tumpukan bijih emas
(diameter bijih < 10 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air lindian yang
mengalir di dasar tumpukkan yang kedap kemudian di kumpulkan untuk kemudian
dilakukan proses berikutnya. Efektifitas ekstraksi emas berkisar 35 – 65 %
b. VAT leaching (pelindian rendaman)
Pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam bijih emas (diameter bijih < 5
cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan sianida pada bak kedap. Air
lindianyang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk dilakukan proses berikutnya. Proses
pelindian berlangsung antara 3 – 7 hari dan setelah itu tangki dikosongkan untuk
pengolahan bijih yang baru. Efektifitas ekstraksi emas berkisar 40 – 70 %
c. Agitated tank leaching (pelindian adukan)
Pelindian emas yang dilakukan dengan cara mengaduk bijih emas yang sudah
dicampur dengan batu kapur dengan larutan sianida pada suatu tangki dan diaerasi
dengan gelembung udara. Lamanya pengadukan biasanya selama 24 jam untuk
menghasilkan pelindian yang optimal. Air lindian yang dihasilkan kemudian dikumpulkan
untuk kemudian dilakukan proses berikutnya. Efektifitas ekstraksi emas dapat mencapai
lebih dari 90 %.
Tank leaching (tong pengolahan emas) dapat menggunakan beberapa model, selain
model tangki silinder dilengkapi propeler sebagai agitator (pengaduk), dapat pula
menggunakan tong kerucut dengan menggunakan tenaga angin dari kompresor sebagai
aerator sekaligus agitator. Tong pengolahan emas model kerucut dapat terbuat dari plat
besi dengan rangka besi sebagai penyangga sehingga posisi tong menjulang tinggi atau
membuat sumur yang dengan konstruksi bata daan semen atau dilapisi terpal plastik agar
kedap air.
4. Mengapa merkuri memiliki titik leleh yang jauh lebih rendah yaitu -39oC
dibandingkan dengan emas yang memiliki titik leleh yang jauh lebih tinggi yaitu
1064oC?
Jawaban:
Logam emas memiliki konfigurasi elektron [Xe] 4f14 5d10 6s1
Au = [Xe]
4f 5d 6s
Logam merkuri memiliki konfigurasi elektron [Xe] 4f14 5d10 6s2
Hg = [Xe]
4f 5d 6s
Berdasarkan kofigurasi elektron dari emas dan merkuri di atas dapat dilihat bahwa emas
memiliki elektron yang tidak berpasangan pada subkulit 6s sehingga memungkinkan untuk
adanya elektron yang masuk, sedangkan pada merkuri orbital 6s-nya telah terisi penuh. Oleh
karena konfigurasi atom emas pada orbital 6s yang belum penuh menyebabkan orbital
tersebut dapat digunakan untuk membentuk ikatan dengan atom emas yang lain. Pada
kenyataannya, ikatan logam – logam dalam molekul Au2 sangatlah kuat yaitu 221 kJ/mol,
dimana nilai ini sangat mendekati nilai energi ikatan dari molekul Cl2 yaitu 239 kJ/mol dan
lebih besar daripada energi ikatan I2 yaitu 149 kJ/mol. Selain itu, emas memiliki afinitas
elektron yang besar yaitu 220 kJ/mol yang lebih tinggi daripada oksigen dan sulfur.
Disamping itu, emas juga membentuk senyawa dengan sesium (CsAu) yang memiliki struktur
mirip dengan struktur kristal CsCl, dimana atom emas menggantikan tempat ion Cl. Jadi,
atom emas memiliki kecenderungan yang besar mirip dengan atom halogen. Di sisi lain, Hg
memiliki kemiripan dengan atom He, dimana pasangan elektron 6s dengan energi rendah pada
merkuri menyebabkannnya memiliki kemiripan dengan atom gas mulia sehingga
menyebabkan merkuri tidak dapat berikatan dengan atom merkuri lainnya. Hal ini lah yang
menjelaskan mengapa merkuri merupakan logam yang unik dibandingkan logam yang lain.
Oleh karena, merkuri tidak dapat membentuk ikatan dengan atom merkuri lannya, sehingga
menyebabkannya menjadi kurang stabil akibatnya merkuri memiliki titik leleh yang jauh lebih
rendah dibandingkan dengan atom emas yang dapat membentuk ikatan yang sangat kuat
dengan atom emas yang lain (Norrby, 1991).
5. Apa yang menyebabkan HgO mempunyai dua warna yaitu kuning dan merah?
Jawaban:
HgO berada dalam bentuk merah dan kuning. Bentuk kuning dari HgO mempunyai
bentuk kristal yang sama dengan bentuk merah dimana dibentuk dengan memanaskan unsur
atau Hg(NO3)2. Perbedaan warna dikarenakan adanya ukuran partikel yang berbeda (Lee,
1991).
Bentuk merah dari HgO dapat dibuat dengan memanaskan Hg pada oksigen pada suhu
kira-kira 350oC atau dengan pirolisis dari Hg(NO3)2. Bentuk kuning dapat diperoleh dengan
pengendapan cairan Hg2+ dengan alkali. Perbedaan warna ini disebabkan ukuran partikel,
kedua bentuk (merah dan kuning) mempunyai struktur yang sama terdiri dari unit linier yang
berdekatan unit O-Hg-O dihubungkan didalam ratai zigzag dengan sudut O-Hg-O sebesar
108o. Berikut ini adalah struktur merkuri (II) oksida :
Gambar 6. Struktur merkuri(II) oksida
Pada suhu dan tekanan standar, HgO atau raksa(II) oksida berwujud padat dengan
bentuk serbuk. Bentuk serbuk in dipengaruhi struktur HgO dimana sudut ikatan O-Hg-O 180o,
sehingga ikatan antar molekul HgO lemah.
Gambar 7. Struktur ruang HgO
DAFTAR PUSTAKA
Adams, R. ,V. Voorhees, and R.L. Shriner, ORGANIC SYNTHESES, Coll. Vol. 8, p.92
(1928)
Alfian, Z., 2006, MERKURI: ANTARA MANFAAT DAN EFEK PENGGUNAANNYA
BAGI KESEHATAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN, USU e-Repository, Medan
Anonim1, 2011, MERKURI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA,
www.pom.go.id, diakses pada tanggal 19 Mei 2011
Anonim2, 2011, EXTRACTION/ EKSTRAKSI, http://mineraltambang.com/agitated-
leaching.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2011
Ayubi, M.C., 2007, STUDI KESEIMBANGAN ADSORPSI MERKURI(II) PADA
BIOMASSA DAUN ENCENG GONDOK (Eichhornia crassipes), Skripsi,
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG, Malang
Basuki, B., 2008, KIMIA ANORGANIK - UNSUR AU,
http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kimia-anorganik-unsur-au.html, diakses
pada tanggal 20 Mei 2011
Cotton, A.F., and Wilkinson, G., 1989, KIMIA ANORGANIK DASAR, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta
Hermawan, W., 2011, (WH) SIFAT–SIFAT UNSUR KIMIA GOLONGAN 2B,
www.wawanhermawan74.blogspot.com, diakses pada tanggal 20 Mei 2011
Lee, J.D., 1991, CONCISE INORGANIC CHEMISTRY FOURTH EDITION, Chapman and
Hall, London
Marhusari, R., 2009, BENTONIT TERPILAR TIO2 SEBAGAI KATALIS PEMBUATAN
HYDROGEN DALAM PELARUT AIR PADA HYDROGENASI GLUKOSA
MENJADI SORBITOL DENGAN KATALIS NIKEL, Departemen Kimia, Medan
Norrby, L.J., 1991, “WHY IS MERCURY LIQUID?”, J. Chem. Ed., 68 (1991): 110
Oxtoby, D.W., H.P. Gillis., and N.H. Nachtrieb, 1998, KIMIA MODERN, Erlangga, Jakarta
Putra, S. E., 2008, MENGENAL CISPLATIN, OBAT KANKER YANG BERBASIS
LOGAM PLATINUM, http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_anorganik/
mengenal-cisplatin-obat-kanker-yang-berbasis-logam-platinum/, diakses pada tanggal
20 Mei 2011
Redaksi chem-is-try.org, 2008, PLATINUM, http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/
platinum/, diakses pada tanggal 20 Mei 2011
Saito, T., 2009, BILANGAN KOORDINASI DAN STRUKTUR, http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/kimia-logam-transisi/bilangan-
koordinasi-dan-struktur/, diakses pada tanggal 20 Mei 2011
Winter1, M., 2010, ISOTOPES OF PLATINUM, http://www.webelements.com/
platinum/isotopes.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2011
Winter2, M., 2010, PLATINUM COMPOUNDS, http://www.webelements.com/
platinum/compounds.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2011