Tugas Akuntansi Manajemen & Biaya Maya Grace Basaria,
NPM:1406659625
Capital Budgeting: NPV and Capital Investment Decisions
The Net Present Value MethodDi pertemuan sebelumnya kita telah
mempelajari bahwa $1 yang kita terima di masa depan bernilai lebih
kecil dibanding $1 yang kita terima sekarang. Dengan alasan uang
yang kita terima sekarang dapat di-reinvestasi-kan dan menghasilkan
nilai yang lebih besar.
Contoh Net Present Value
Alpha Corporation mempertimbangkan untuk berinvestasi $100 pada
riskless project. Proyek tersebut menerima $107 dan tidak ada
cashflow yang lain. Tingkat suku bunga tanpa risiko adalah 6%. Maka
perhitungan NPV nya adalah:
Dari perhitungan ini proyek tersebut sebaiknya diterima karena
hasil NPV positif. Namun jika tingkat suku bunga nya diatas 7%,
maka hasil NPV akan negatif, dan proyek tersebut sebaiknya
ditolak.
NPV Rule:- terima suatu proyek dengan hasil NPV lebih dari nol
(positif)
- tolak suatu proyek dengan hasil NPV kurang dari nol
(negatif)
Kenapa NPV rule dapat menyarankan keputusan yang baik?
Mempertimbangkan dua keputusan yang ada untuk suatu perusahaan:
1. Gunakan $100 dollar untuk berinvestasi pada suatu proyek. Dan
bagikan $107 sebagai dividen dalam 1 tahun.
2. Abaikan proyek dan langsung bagikan $100 sebagai dividen.
Jika strategi nomor 2 dijalankan, stakeholder mungkin akan
mendepositokan dividen yang dibagikan dalam 1 tahun dengan suku
bunga 6% dan akan mendapat $106 pada akhir tahun. Para stakeholder
akan memilih strategi 1 karena akan menghasilkan $107 pada akhir
tahun.
Poinnya: Menerima proyek dengan NPV positif akan menguntungkan
stakeholders.
Bagaimana kita menginterpretasikan hasil NPV $0.94? nilai
tersebut adalah kenaikan nilai suatu perusahaan dari sebuah proyek.
Bayangkan nilai suatu perusahaan sekarang adalah
$V + $100
Jika perusahaan menerima proyek tersebut maka perusahaan akan
mendapat $107 tapi tidak mempunyai cash sekarang, maka nilai
perusahaan tersebut sekarang akan menjadi
Perbedaannya adalah kenaikan sebesar $0.94 yang merupakan hasil
NPV proyek tersebut.Nilai sebuah perusahaan sebenarnya adalah
jumlah dari proyek, divisi, dan entitas yang berbeda didalamnya.
Kontribusi mereka terhadap bertambahnya nilai sebuah perusahaan
adalah NPV dari sebuah proyek.
NPV rule harus menggunakan tingkat suku bunga yang benar.
Dalam perhitungan sebelumnya kita berasumsi proyek yang akan
dijalankan memiliki risiko kecil atau tidak ada sama sekali
(riskless), yang sebenarnya sangat sulit dipercaya. Cashflow hanya
bisa diestimasi tanpa bisa diketahui kepastiannya, perusahaan
berharap menerima $107 tahun depan, namun kenyataannya dapat lebih
besar atau lebih kecil. Jika resiko tersebut seperti risiko pasar,
dan tingkat pengembalian yang diharapkan pasar adalah 10% maka suku
bunga tersebut yang dipakai dalam NPV, sehingga hasil NPV nya
menjadi negatif.
Karena NPV negatif maka sebaiknya perusahan menolak proyek
tersebut. Karena jika perusahaan membagikan $100 sebagai dividen,
stakeholder dapat merenvestasikan uang tersebut di pasar modal
dengan tingkat risiko yang sama dengan tingkat pengembalian 10%
daripada hanya 7%.
3 Atribut kunci NPV:
1. NPV menggunakan cash flows. Cashflow dari suatu proyek dapat
digunakan oleh perusahaan untuk berbagai hal (membagikan dividen,
capital budgeting, proyek lain, bunga pinjaman, dll). Sedangkan
pendatapan meskipun sangat penting dalam perhitungan akuntansi
tidak dapat menggambarkan cash.
2. NPV menggunakan semua cashflow yang ada dari suatu
proyek.
3. NPV discounts the cash flows properly.The Payback Period
Method
Sebuah perusahaan mempertimbangkan untuk menjalankan sebuah
proyek dengan Investasi awal sebesar $50.000, dan akan menerima
cash flow dalam 3 tahun pertama adalah $30.000, $20.000, dan
$10.000. diilustrasikan dengan (-50.000, 30.000, 20.000, 10.000)
dengan arti minus (-) didepan adalah cash out pertama, diikuti cash
in yang akan masuk tiap tahunnya.
Perusahaan menerima cash flow $30.000 dan $20.000 pada 2 tahun
pertama yang berjumlah $50.000. Artinya perusahaan telah
mendapatkan kembali uang sejumlah investasi awal mereka dalam dua
tahun. Dalam kasus ini berarti payback periodnya adalah 2
tahun.
Payback period rule sangat sederhana. Ketika cut off-nya sudah
ditentukan misal 2 tahun. Maka semua proyek investasi yang memiliki
payback period 2 tahun atau kurang akan diterima, sebaliknya jika
payback periodnya diatas 2 tahun akan ditolak.
Tiga Permasalahan pada Payback Period Method
Tabel 1. Cash Flow untuk Proyek A sampai C ($)
YearABC
0-$100-$100-$100
1205050
2303030
3502020
4606060.000
Payback Period (Years)333
Masalah 1: Timing of Cash Flows within the Payback Period
Bandingkan proyek A dan B, memiliki payback period yang sama
yaitu 3 tahun, dengan cash flow proyek A meningkat dari $20 ke $50
sedangkan proyek B menurun dari $50 ke $20. Karena cash yang besar
datang lebih dulu pada proyek B, NPV-nya pasti lebih besar. Namun,
pada kasus payback period kedua proyek tersebut dianggap sama,
karena masalahnya metode payback period tidak memperhitungkan waktu
diterimanya cash selama masa payback period. Berbeda dengan NPV
yang mendiskon cash flow dengan benar.
Masalah 2: Payments after the Payback PeriodSekarang bandingkan
proyek B dan C yang memiliki penerimaan cash flow yang sama, namun
proyek c menghasilkan cash flow $60.000 pada tahun keempat. Masalah
pada metode payback period adalah tidak memperhitungkan cash flow
selain yang terjadi pada masa payback period. Karena orientasi
jangka pendek dari metode payback period, beberapa proyek berharga
jangka panjang mungkin ditolak. Berbeda dengan NPV yang menghitung
semua cash flow dari suatu proyek.
Masalah 3: Arbitrary Standard for Payback Period
Pasar modal membantu kita menetapkan discount rate yang
digunakan dalam perhitungan NPV. Sedangkan tidak ada panduan
perbandingan untuk menetapkan suatu cut-off date, sehingga
pemilihannya agak sewenang-wenang.Managerial Perspective
Dari sudut pandang manajerial, penggunaan payback period method
biasanya berada di tingkat bawah, atau hanya digunakan untuk
pengambilan keputusan sederhana yang tidak material. Sebagai
contoh, seorang manajer dapat berpikir untuk melakukan tune-up
dengan biaya $200, yang diperkirakan akan menghemat biaya bahan
bakar sebesar $120 per tahun, dan dapat membayar kembali biaya
tune-up dengan penghematan yang dihasilkan dalam kurang dari 2
tahun. Hal tersebut biasa dilakukan karena metode perhitungan
payback period yang sederhana efektif untuk pengambilan keputusan
yang bersifat kecil namun banyak atau berulang kali. NPV
membutuhkan waktu yang lama untuk membuktikan bahwa keputusan yang
diambil manajer terebut adalah tepat.
Banyak praktisi yang memprotes bahwa contoh yang diberikan dalam
tabel 1. terlalu berlebihan dan tidak mencerminkan proyek pada
kenyataan, dimana tabel tersebut terlalu ekstrim untuk mencari
kesalahan metode payback period. Namun pada kenyataannya jika ada
kasus seperti proyek C pada tabel 1. maka praktisi memilih untuk
memberikan ad hoc adjustment pada payback period rule sehingga
proye tersebut dapat diterima.
Kesimpulannya, metode payback period adalah salah secara konsep,
dengan penentuan cut-off date yang sewenang-wenang, ketidakpedulian
pada cashflow diluar masa payback period, dan dapat menyarankan
keputusan yang salah jika digunakan terlalu secara harfiah. Namun
karena kesederhanaannya, perusahaan biasanya tetap menggunakan
metode ini untuk pengambilan keputusan ringan yang terjadi
berkali-kali.The Discounted Payback Period Method
Pada metode ini, pertama kita diskon cash flows, lalu kita
tanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan cash yang sudah didiskon
untuk menyamain investasi awal.
Contoh: (-$100, $50, $50, $20) disini dapat terlihat payback
periodnya 2 tahun.
Untuk menghitung discounted payback period, pertama kita diskon
semua cash flow dengan tingkat suku bunga 10%:
[-$100, $50/1.1, $50/(1.1)2, $20/(1.1)3] = (-$100, $45.45,
$41.32, $15.03)
Discounted payback periode untuk proyek ini adalah hampir 3
tahun, karena setelah 3 hasil cash flow yang sudah didiskon adalah
$101.80. selama discount rate dan cash flows positif, discounted
payback period tidak akan pernah lebih kecil daripada payback
period. Walaupun metode ini terlihat lebih menarik dengan adanya
diskon cashflow, tetap saja penentuan cut-off nya tidak jelas,
sehingga sebaiknya sekalian saja menggunakan NPV.
The Internal Rate of Return
IRR adalah metode yang paling mendekati NPV, namun bukan NPV.
Dasar pemikiran di balik metode IRR adalah bahwa ia menyediakan
satu angka meringkas manfaat proyek. Angka tersebut tidak mengikuti
tingkat suku bunga umum di pasar modal. Angka tersebut internal
atau instrinsik pada proyek dan bergantung sepenuhnya pada cash
flow, itulah kenapa disebut internal rate of return.
Contoh: sebuah proyek (-$100, $110)
R = discount rate, berapakah seharunya R agar NPV = 0?
Jika R = 8% maka NPV=$1.85 karena positif, kita coba R lebih
besar yaitu 12%, ternyata hasilnya NPV= -$1.79, kita coba turunkan
di 10% ternyata NPV= 0. Secara umum IRR adalah tingkat bunga yang
menyebabkan NPV = 0. Implikasinya sangat sederhana, apakah
perusahaan mau menerima proyek dengan discount rate 10%?
Perusahaan sebaiknya menerima sebuah proyek jika IRR lebih besar
dari discount rate, begitupun sebaliknya.
Pada contoh tersebut memang mudah untuk menemukan IRR, namun
untuk proyek dengan cash flow yang lebih panjang akan sulit jika
harus dengan trial and error, maka sebaiknya menggunakan alat untuk
mengukurnya. Rumus NPV dan IRR dapat ditemukan di excel.
Hal ini juga menjelaskan bahwa NPV positif untuk discount rate
di bawah IRR dan negatif untuk discount rate di atas IRR. Jika kita
menerima proyek seperti ini ketika discount rate kurang dari IRR,
kita akan menerima proyek dengan NPV positif. Dengan demikian,
aturan IRR bertepatan persis dengan aturan NPV.Problems with The
IRR Approach
Definisi independent dan mutually exclusive projects
Independent projects adalah suatu penerimaan/penolakan yang
tidak mempengaruhi penerimaan/penolakan proyek lainnya. Contoh:
Mcdonalds memutuskan membuat outlet di sebuahpulau.
Penerimaan/penolakan unit outlet tersebut tidak ada hubungannya
dengan penerimaan/penolakan outlet-outlet lain dalam sistemnya.
Mutually exclusive investment, keputusan ekstrim. Apa artinya
dalam dua proyek? Yaitu ketika anda dapat menerima A/menerima
B/menolak keduanya, tapi tidak bisa menerima keduanya. Contoh: A
adalah keputusan untuk membangun sebuah rumah apartemen di lot
pojok (sudut) dan B adalah keputusan untuk membangun gedung bioskop
di lot yang sama.
Kami akan menyajikan dua masalah umum dalam pendekatan IRR
(Internal Rate of Return) yang mempengaruhi keduanya, independent
dan mutually exclusive projects. Kemudian diakhiri dengan dua
masalah yang hanya mempengaruhi exclusive projects.Dua masalah umum
yang mempengaruhi keduanya, independent dan mutually exclusive
projects
Mulai pembahasan dengan Proyek A, yang mempunyai cashflows
(-$100, $130) IRR untuk proyek A adalah 30%
Tabel 5.2
Tabel 5.5
Tabel 5.2 menyediakan informasi relevan mengenai proyek.
Hubungan antara NPV dan tingkat diskon dapat dilihat dari tabel
5.5, dimana NPV menurun seiring naiknya tingkat diskon.
Problem 1: Investing atau Financing?
Proyek B dengan cashflows ($100, -$130)
Cashflow ini berkebalikan dengan proyek A, terlebih dahulu lalu
membayar/mengeluarkan dana. Sebagai contoh, putuskan sebuah
korporasi mengadakan seminar dimana partisipan harus membayar.
Karena besarnya beban yang sering terjadi di tanggal seminar, cash
inflows terjadi sebelum cash outflows.
Metode Trial and Error untuk menghitung IRR
Proyek A dengan IRR 30%. Bahwa NPV adalah negative ketika
tingkat diskon di bawah 30%. NPV positif ketika tingkat diskon di
atas 30%. Aturan keputusan menjadi berlawanan dengan hasil
sebelumnya. Untuk tipe proyek ini, aturan yang diterapkan: Terima
proyek ketika IRR kurang dari tingkat diskon. Tolak proyek ketika
IRR lebih besar dari tingkat diskon.
Aturan keputusan yang tidak biasa tersebut mengikuti grafik
proyek B tabel 5.5. Slope kurva naik, mengimplikasi bahwa NPV
secara positif berhubungan dengan tingkat diskon.
Perusahaan ingin mendapatkan $100 segera.
(1) Terima proyek B, atau
(2) Pinjam $100 dari Bank
Lalu proyek benar-benar menjadi pengganti (subtitusi) pinjaman.
Faktanya karena IRR 30%, mengambil proyek B ekuivalen dengan
meminjam pada bunga 30%. Jika perusahaan dapat meminjam bunga pada
25% proyek seharusnya ditolak. Jika perusahaan meminjam bunga pada
35% proyek seharusnya diterima. Lalu proyek B akan diterima jika
dan hanya jika tingkat diskon di atas IRR.
Akan kontras dengan proyek A. jika perusahaan mempunyai uang
tunai $100 untuk diinvestasikan,
(1) Terima proyek A, atau
(2) Pinjam $100 dari Bank
Lalu proyek benar-benar menjadi pengganti (subtitusi) pinjaman.
Faktanya karena IRR 30%, mengambil proyek A adalah ekuivalen dengan
meminjam pada bunga 30%. Perusahaan seharusnya menerima proyek A
jika bunga pinjaman dibawah 30%. Perusahaan seharusnya menolak
proyek A jika tingkat pinjaman diatas 30%.
Karena di awal perusahaan mengeluarkan uang di proyek A dan
menerima uang lebih dulu di proyek B, kami akan lebih memilih
proyek A sebagai proyek tipe investasi (investing) dan proyek B
sebagai proyek tipe pembiayaan (financing)
Problem 2: Multiple Rates of Return
Misal cashflow dari sebuah proyek adalah (-$100, $230,
-$132)
Karena proyek ini mempunyai negative cashflow, positive
cashflow, negative cashflow. Kita sebut proyek ini dengan
flip-flops. Proyek ini tidak mempunyai satu IRR tapi dua IRR, 10%
dan 20%.
Dalam kasus seperti ini, IRR tidak masuk akal. Mana IRR yang
akan digunakan 10% atau 20%? Karena tidak ada alasan bagus untuk
memilih salah satu.
Mengapa beberapa proyek hanya mempunyai satu IRR sedang
proyek-proyek lain mempunyai IRR lebih dari satu? Jawaban
tergantung pada apakah proyek mempunyai
konvensional/non-konvensional cashflows.
Konvensional terdiri dari cashoutflow diikuti oleh beberapa
rangkaian cashinflows - + + + + +.
Non-konvensional cashflow terdiri dari cashoutflow diikuti oleh
cashflow yang tidak semuanya positif, contohnya - + + + - atau - +
+ - + + + - +.
Di contoh yang pertama, ada dua tanda perubahan dalam cashflows,
tanda pertama perubahan terjadi ketika cash outflows pertama
diikuti oleh cash inflows. Tanda kedua, perubahan terjadi di akhir
rangkaian ketika cash inflows diikuti oleh cash outflows. Dimana
ada dua IRR yang memungkinkan. Untuk contoh kedua, ada lima tanda
perubahan dalam cashflows, yang menghasilkan lima IRR yang
memungkinkan. Dalam teori cashflow ada perubahan K sebagai tanda
yang dapat mencapai K sensible IRR (IRR diatas -100%). Kemudian
proyek C mempunyai dua tanda perubahan, itu mempunyai dua IRR.
Sebagaimana kita temukan, dimana perubahan cashflow dapat berulang
di dunia nyata.
NPV Rule
Tak perlu khawatir dengan pengalian IRR. Kita selalu dapat
kembali kepada aturan NPV. Figure tabel 5.5 plot NPV proyek C
(-$100, $230, -$132) sebagai fungsi tingkat diskon. NPV zero pada
10% dan 20% dan negative diluar range. Kemudian aturan NPV utnuk
menerima jika tingkat diskon antara 10% dan 20%. Proyek seharusnya
ditolak jika tingkat diskon diluar area range.
Modified IRR
Sebagai alternative untuk NPV. Modified IRR (MIRR) metode yang
menangani permasalahan pengalian IRR dengan mengkombinasi cashflow
sampai ada satu berubah dalam tanda. Untuk melihat proyek C, dengan
diskon rate 14%, nilai cashflow terakhir -$132 adalah -$132/1.14 =
-$115,79
pada tanggal 1 karena $230 telah diterima waktu itu, maka
cashflow adjusted pada tanggal 1 adalah $114,21 (=$230 115,79).
Lalu pendekatan MIRR menghasilkan dua cashflow untuk proyek (-$100,
$114,21). Bahwa diskon dan mengkombinasi cashflow memberikan satu
tanda perubahan itu dapatkan. Aturan IRR sekarang dapat
diaplikasikan. IRR dari dua cashflow tsb adalah 14,21%.
Proyek C relative sederhana dimulai dengan mempunyai tiga
cashflow dan dua perubahan tanda. Bagaimanapun prosedur ysng sama
dapat dengan mudah diaplikasikan ke proyek-proyek yang lebih
kompleks, hanya itu tetap discounting dan mengkombinasi cashflow
selanjutnya sampai hanya tinggal satu perubahan tanda.
The Guarantee against Multiple IRR
Jika cashflow pertama negative dan jika semua flows sisanya
positive maka proyek mempunyai konvensional cashflow, akan ada
satu, IRR unik, tidak dipersoalkan berapa banyakproyek
tersisa.mudah dipahami dengan menggunakan konsep time value of
money. Contoh, ini sederhana untuk memverifikasi proyek A dalam
tabel 5.2 mempunyai IRR 30% karena menggunakan tingkat diskon 30%
memberikan
NPV = - $100 + $130/(1,3) = $0
Bagaimana kita tahu hanya ada satu IRR? Kita bermaksud mengubah
discount rate dari 30%. Dalam menkomputerisai NPV, merubah diskon
rate tidak berarti mengubah initial cashflow pada -$100 karena
cashflow tidak didiskon. Meningkatkan discount rate tanya akan
memperburuk PV pada unique FV cashflow. Dengan kata lain, karena
NPV zero pada 30% kenaikan apapun akan mendorong NPV ke range
negative. Secara similar jika kita turunkan diskon rate kurang dari
30%, keseluruhan NPV akan positif.
General Rules
Perlu diingat bahwa criteria NPV adalah sama dengan
masing-masing dari tiga kasus. Dengan kata lain, analisis NPV harus
dilakukan dengan baik. IRR dapat digunakan hanya untuk kasus
pasti.
Masalah khusus mutually exclusive projects
Sebagaimana disebut akhir-akhir ini, dua atau lebih proyek
secara mutual exclusive jika perusahaan hanya dapat menerima satu.
Kita sekatang menyajikan dua masalah dengan aplikasi pendekatan IRR
ke mutual exclusive projects. Dua masalah ini benar-benar mirip,
melalui logika yang berbeda.
The Scale Problem
Aturan dasar IRR mengindikasi pemilihan kesempatan 1 karena IRR
50%. IRR kesempatan 2 hanya 10%. Dimana IRR salah? Masalah dengan
IRR adalah itu mengabaikan persoalan skala. Walaupun kesempatan 1
mempunyai IRR lebih besar, investasinya jauh lebih kecil. Dengan
kata lain, tingginya persentase pengembalian pada kesempatan 1
lebih daripada offset oleh kemampuan memperoleh sedikitnya decent
return pada investasi yang jauh lebih besar di kesempatan 2.
Menangani contoh ini (atau pada setiap mutual exclusive) dalam 3
cara:
1. Bandingkan NPV dari 2 pilihan. NPV dari large-budget picture
lebih besar daripada NPV small-budget picture
2. Hitung incremental NPV dari pembuatan large-budget picture
disamping small-budget picture.
3. Bandingkan incremental IRR kepada tingkat diskon
The Timing Problem
Proyek A mempunyai NPV $2000 pada tingkat diskon zero. Ini
dihitung dengan cara menambah cashflow tanpa mengurangi. Proyek B
mempunyai NPV $4000 pada zero rate. Bagaimanapun NPV proyek B
menurun lebih cepat sebagaimana discount rate meningkat daripada
NPV proyek A. Ini terjadi karena cashflows B terjadi kemudian.
Keduanya mempunyai NPV sama pada discount rate 10,55%.
Kita dapat memilih proyek yang lebih baik dengan tiga metode
yang berbeda:
1. Bandingkan NPV kedua proyek.
Jika diskon rate dibawah 10,55% kita seharusnya memilih proyek B
karena proyek B mempunyai NPV lebih tinggi. Jika diskon rate diatas
10,55% kita seharusnya memilih proyek A karena proyek A mempunyai
NPV lebih tinggi.
2. Bandingkan incremental ke tingkat diskon
3. Hitung NPV pada incremental cashflowsDalam rangkumannya,
keputusan yang sama dicapai apakah kita (1) membandingkan NPV pada
dua proyek (2) membandingkan incremental IRR ke tingkat diskon
relevan, atau (3) tentukan NPV dari incremental cashflows.
Bagaimanapun kita tidak seharusnya membandingkan IRR proyek A dan
IRR proyek B.
Kita menyarankan bahwa seharusnya mengurangkan cashflows proyek
yang lebih kecil dari cashflows proyek yang lebih besar. Apa yang
harus kita lakukan ketika dua proyek mempunyai nilai investasi awal
yang sama? Saran kami dalam kasus ini adalah menampilkan
pengurangan bahwa yang pertama nonzero cashflow adalah
negative.
Redeeming Qualities of IRR
IRR tetap hidup karena itu memenuhi kebutuhan ketika NPV tidak
bisa memenuhi. Orang-orang tampak ingin aturan yang merangkum
informasi mengenai proyek dalam single rate of return. Single rate
ini memberikan orang cara mudah mendiskusikan sebuah proyek.
Contoh, satu manajer dalam perusahaan berkata ke yang lainnya,
ganti ulang model sayap utara mempunyai 20% IRR.
Untuk kredit mereka, bagaimanapun, perusahaan yang menggunakan
pendekatan IRR tampaknya mengerti kekurangannya. Sebagai contoh,
perusahaan seringkali melarang proyek manajerial cashflows untuk
negative di awal dan melarang positif selanjutnya. Mungkin, lalu.
Lalu kemampuan keduanya pendekatan IRR untuk menangkap proyek
investasi kompleks dalam angka single, dan meringankan
pengkomunikasian bahwa angka menjelaskan kelangsungan hidup
IRR.
A Test
Untuk menguji pengetahuan, putuskan melalui dua pernyataan:
1. Anda harus tau discount rate untuk menghitung NPV proyek,
tapi anda menghitung IRR tanpa menyerahkan kepada discount
rate.
2. Oleh sebab itu, aturan IRRlebih mudah diaplikasikan daripada
aturan NPV karena anda tidak menggunakan discount rate ketika
mengaplikasikan IRR.Pernyataan pertama adalah benar, discount rate
dibutuhkan untuk menghitung NPV. IRR dihitung dengan cara
memecahkan rate dimana NPV zero. Tidak disebutkan dibuat discount
rate dalam hitungan belaka. Bagaimanapun, pernyataan kedua salah.
Untuk mengaplikasikan IRR anda harus membandingkan IRR dengan
discount rate. Kemudian discount rate dibutuhkan untuk membuat
keputusan dibawah baik pendekatan NPV atau IRR.
The Profitability Index
Metode lain untuk mengevaluasi proyek adalah dengan menggunakan
Profitability Index. Ini adalah ratio present value pada future
expected cashflows setelah investasi awal dibagi jumlah investasi
awal.
Perhitungan profitability index
Present value dari cashflows setelah investasi awal
Profitability index diperoleh dari membagi hasil tsb dengan
investasi awal $20
Aplikasi profitability index, bagaimana kita menggunakan
profitability index? Putuskan tiga situasi:1. Independent
projectsMengikuti aturan NPV kedua proyek seharusnya diterima
karena NPV positif dalam setiap kasus. PI lebih besar daripada 1
kapan saja NPV positive. Kemudian aturan keputusan PI adalah:a.
Terima proyek independent jika PI > 1
b. Tolak jika PI < 1
2. Mutually exclusive projectsAsumsi hanya dapat menerima satu
dari 2 proyek. Analisis NPV mengatakan terima proyek 1 karena
proyek ini mempunyai NPV yang lebih besar. Karena proyek 2
mempunyai PI yang lebih besar, PI menuntun ke pemilihan yang
salah.
Untuk mutually exclusive projects, profitability index
bermasalah dengan problem scale seperti halnya IRR. Proyek 2 lebih
kecil dari proyek 2. Karena PI adalah rasio, itu mengabaikan
investasi yang lebih besar dari proyek 1. Kemudian seperti IRR, PI
mengabaikan perbedaan skala untuk mutually exclusive projects.
Karena PI pada incremental cashflows lenih besar dari 1,
seharusnya dipilih proyek yang lebih besar yaitu proyek 1.
Keputusan yang sama jika menggunakan pendekatan NPV.
3. Capital rationing
Asumsi ketika perusahaan tidak mempunyai cukup modal untuk
membiayain semua proyek NPV positif. Misal perusahaan mempunyai
proyek ketiga, sebaik yang pertama dan kedua. Proyek 3 mempunyai
cashflow sebagai berikut:
Misalkan bahwa (1) proyek-proyeknya independen, tapi (2)
perusahaan hanya mempunyai $20 million untuk invest. Karena proyek
1 mempunyai invest awal $20 million, perusahaan tidak dapat memilih
kedua proyek ini dan satu lainnya. Karena proyek 2 dan 3 mempunyai
invest awal $10 masing-masingnya, maka kedua proyek ini dapat
dipilih. Dengan kata lain, cash constraint memaksa perusahaan
memilih proyek 1 atau proyek 2&3.Apa yang seharusnya perusahaan
lakukan? Proyek 2&3 mempunyai NPV yang lebih rendah daripada
proyek 1. Ketika NPV proyek 2&3 ditambahkan bersama, jumlahnya
lebih besar dari NPV proyek 1. Kemudian, proyek 2&3 seharusnya
diterima.
The Practice of Capital Budgeting
Metode Capital Budgeting apakah yang digunakan oleh
perusahaan?
Percentage of American and Canadian CFOs Who Always or Almost
Always Use a Given Technique
% Always or
Almost Always
Internal Rate of Return (IRR)75.6%
Net Present Value (NPV)74.9%
Payback Method56.7%
Discounted Payback29.5%
Profitability Index11.9%
Dari table diatas tampak bahwa dua pertiga perusahaan di Amerika
Serikat dan Kanada mengunakan metodeIRR dan NPV, hal ini tidaklah
mengejutkan dikarenakan keunggulan secara teoritis dari pendekatan
ini. Sementara setengah dari perusahaan yang ada juga menggunakan
metode Payback, hal yang mengejutkan dikarenakan adanya masalah
konseptual dengan pendekatan ini. Walaupun Discounted Payback
mewakili perubahan secara teoritis dari regular payback,
penggunaannya disini lebih sedikit.
Apakah praktek Capital Budgeting dari Negara di luar Amerika
Utara, khususnya negara berkembang mirip seperti yang ada di
Amerika Serikat dan Kanada?
Praktek Capital Budgeting dari Perusahaan yang Terdaftar di
Indonesia (Survei dari 392 CFO)
% Always or
Almost Always
Payback Period86.4%
Internal Rate of Return (IRR)63.6%
Net Present Value (NPV)63.6%
Profitability Index (PI)42.1%
Accounting rate of return40.9%
Metode NPV dan IRR digunakan oleh dua pertiga dari keseluruhan
perusahaan , sementara metode PI lebih jarang digunakan. Hal yang
mencengangkan adalah metode Payback Period digunakan oleh 86%
perusahaan. Di negara-negara yang terdapat ketidak pastian dalam
lingkungan politik dan ekonominya, eksekutif perusahaan lebih
memilih untuk menggunakan metode NPV dan IRR yang lebih
mutakhir.
Apakah metode Capital Budgeting yang digunakan oleh perusahaan
besar lebih mutakhir dibandingkan dengan perusahaan kecil?
Dikarenakan perusahaan besar memiliki sumber daya finansial
untuk memperkerjakan tenaga kerja dengan skills yang lebih
mutakhir, seseorang dapat saja beranggapan bahwa metode capital
budgeting yang digunakan oleh perusahaan besar lebih mutakhir
dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Frekuensi Penggunaan dari Berbagai Metode Capital Budgeting
dalam Skala 0 (tidak pernah) sampai 4 (selalu).
Large FirmsSmall Firms
Internal Rate of Return (IRR)3.412.87
Net Present Value (NPV)3.422.83
Payback Method2.252.72
Discounted Payback1.551.58
Profitability Index0.750.78
Baik metode IRR dan NPV digunakan lebih sering dan metode
Payback digunakan lebih jarang di perusahaan besar dibandingkan
perusahaan kecil. Sebaliknya baik perusahaan besar maupun
perusahaan kecil menggunakan tiga metode terakhir secara berimbang
(payback method, discounted payback, dan profitability index).
Penggunaan teknik kuantitatif dalam capital budgeting bervariasi
dalam industry. Perusahaan yang dapat mengestimasi cash flownya
dengan lebih baik cenderung mengunakan NPV. Sebagai contoh,
estimasi cashflow dalam aspek-aspek tertentu di bisnis minyak lebih
feasible, oleh karena itu perusahaan terkait dengan bisnis energy
merupakan salah satu dari yang pertama mengunakaan analisa NPV.
Sebaliknya cash flow dari bisnis perfilman sangat sulit untuk
diproyeksikan. Keuntungan dari film laris seperti Spiderman, Harry
Potter, dan Star Wars jauh lebih besar dari apa yang dapat
diimajinasikan. Sementara kegagalan besar seperti film Alamo dan
Waterworld juga tidak dapat disangka.
Incremental Cash Flows: The Key to Capital Budgeting
Perbedaan besar antara pelajaran Corporate Finance dan Financial
Accounting adalah teknik yang digunakan. Corporate Finance umumnya
menggunakan cashflow, sementara Financial Accounting umumnya
menekankan pada pendapatan atau earning numbers. Teknik Net present
value yang kita gunakan mendiskon cash flow dan bukan earnings.
Ketika kita mempertimbangan satu proyek, kita mendiskon cash flow
yang diterima perusahaan dari proyek tersebut. Ketika menilai
perusahaan secara keseluruhan, kita mendiskon dividens, bukan
earning dikarenakan dividens merupakan cash flows yang diterima
investor.
Saat melakukan perhitungan Capital Budgeting, selaku lakukan
discount pada cash flow dan bukan pada earning. Earnings tidak
mempresentasikan uang yang sebenarnya. Perusahaan tidak dapat
membayar pengeluaran berdasarkan earnings dan membayar dividens
dari earnings. Aktivitas ini hanya dapat dilakukan dari cash
flow.
Sebagai tambahan, hanya cash flow yang merupakan incremental
dari proyek yang seharusnya digunakan. Cash flow ini merupakan
perubahan dari cash flow perusahaan yang muncul sebagai konsekuensi
langsung dari diterimanya proyek. Penggunaan incremental cash flow
kedengarannya mudah, namun ternyata penuh dengan kesukaran.
Kesulitan dalam menentukan incremental cash flow.Sunk Cost
Sunk cost merupakan biaya yang telah terjadi. Dikarenakan sunk
cost ada di masa lalu, mereka tidak dapat diubah dengan keputusan
untuk menerima atau menolak proyek. Seperti yang sering kita dengar
yang lalu biarlah berlalu, seharusnya kita mengabaikan cost seperti
ini. Sunk cost bukanlah incremental cash outflow.
Opportunity Cost
Sebuah perusahaan dapat memiliki asset yang dapat
dipertimbangkan untuk dijual, disewakan/leasing, atau dikaryakan
dimana saja dalam bisnis. Jika asset tersebut digunakan dalam
proyek baru, potential revenue dari alternative penggunaan yang ada
hilang/lost. Lost revenue tersebut dapat dilihat sebagai costs dan
disebut sebagai opportunity cost karena dengan melakukan proyek,
perusahaan melepas peluang dalam menggunakan asset tersebut.
Side Effects
Kesulitan yang lain dalam memutuskan incremental cash flow
berasal dari side effect dari proyek yang diusulkan oleh bagian
lain dari perusahaan. Side effect diklasifikasikan sebagai erosion
atau synergy. Erosion terjadi ketida produk baru menurunkan
penjualan, dan oleh karena itu turun pula cash flow dari produk
yang ada. Sebagai contoh, yang menjadi perhatian perusahaan Walt
Disney ketika membangun Euro Disney adalah taman bermain yang baru
dapat menurunkan jumlah pengunjung dari Florida park, tujuan
populer dari wisatawan eropa. Synergy terjadi ketika proyek baru
meningkatkan cash flow dari proyek yang telah ada. Sebagai contoh,
ketika sebuah perusahaan manufaktur computer kelihatan kehilangan
uang dari produk printer barunya, peningkatan penjualan dari produk
computer yang ada sebagai hasil dari disertakannya printer sebagai
bagian dari penjualan membuat proyek printer sebuah kemenangan
secara keseluruhan bagi perusahaan.
Allocated Cost
Seringkali pengeluaran tertentu menguntungkan untuk sejumlah
proyek. Akuntan mengalokasikan biaya ini terhadap proyek-proyek
yang berbeda ketika menentukan pendapatan. Walaupun begitu, untuk
tujuan Capital Budgeting, allocated cost ini seharusnya dilihat
sebagai suatu cash out flow dari satu proyek saja jika merupakan
incremental cost dari proyek.
Relevant Cash Flow Perusahaan Nyanyian Kode baru saja membayar
Rp 1 Miliar dalam bentuk tunai untuk sebuah gedung sebagai bagian
dari proyek capital budgeting. Keseluruhan Rp 1 Miliar adalah
immediate cash outflow. Walaupun demikian, dengan mengasumsikan
depresiasi straight line selama 20 tahun, hanya Rp 50 Juta (Rp 1
Miliar/20) yang diperhitungkan sebagai accounting expense di tahun
berjalan. Oleh karena itu current earnings setelahnya hanya
berkurang Rp 50 Juta. Rp 950 Juta yang tersisa dibebankan selama 19
tahun kedepan. Untuk tujuan capital budgeting, relevant cash flow
pada tanggal 0 adalah Rp 1 Miliar, bukan pengurangan pada earnings
sebesar Rp 50 Juta.
Sunk Cost Perusahaan Yang Baju Merah (YBM) sedang mengevaluasi
NPV dari mendirikan lini produksi baju merah. Sebagai bagian dari
evaluasi, perusahaan membayar perusahaan jasa konsultasi sebesar Rp
100 Juta tahun lalu untuk sebuah tes analisa marketing. Apakah cost
ini relevant untuk keputusan capital budgeting yang dihadapi
manajemen YBM?
Jawabannya tidak. Rp 100 Juta tidak dapat kembali, sehingga
pengeluaran Rp 100 juta adalah sunk cost. Dikarenakan Rp 100 Juta
sudah dikeluarkan, penerimaan proyek tidak mempengaruhi cash flow.
Oleh karena itu cash flow seharusnya diabaikan untuk kepentingan
capital budgeting.
Tentunya keputusan untuk mengeluarkan Rp 100 Juta untuk analisa
marketing merupakan keputusan dari capital budgeting itu senditi
dan sangat relevant sebelum dikeluarkan dan menjadi sunk cost.
Point utamanya adalah ketika perusahaan melakukan pengeluaran,
biaya tersebut menjadi tidak relevant untuk keputusan di masa yang
akan datang.
Opportunity Cost Perusahaan Jangan Sampai Lolos memiliki gudang
yang kosong di Kalimalang yang dapat digunakan untuk menyimpan lini
baru dari mesin dingdong. Perusahaan berharap untuk menjual
mesin-mesin tersebut kepada customer MAKSI UI Salemba yang kaya
raya. Apakah gudang dianggap sebagai suatu cost dalam keputusan
untuk menjual mesin dingdong?
Jawabannya adalah Ya. Perusahaan dapat saja menjual gudang
apabila perusahaan memutuskan untuk tidak menjual mesin dingdong.
Oleh karena itu, harga jual dari gudang merupakan opportunity cost
dalam keputusan penjualan mesin dingdong.
Erosion Misal WarkopDKI Motors Corporation (WMC) menentukan NPV
dari produk mobil sport barunya. Beberapa dari calon pembeli
merupakan pemilik dari produk mobil sedan WMC. Apakah seluruh
penjualan dan laba dari mobil sport baru tersebut incremental?
Jawabannya tidak karena sejumlah bagian dari cash flow mewakili
transfer dari element lini produk WMC. Erosi yang terjadi harus
dicantumkan dalam perhitungan NPV. Tanpa memperhitungkan erosi pada
perhitungan, WMC dapat saja keliru menghitung NPV dari mobil sport,
contohnya Rp 100 Miliar. Jika sebagian dari customer merupakan
perpindahan dari mobil sedan dan lost dari penjualan sedan memiliki
NPV Rp 150 Miliar, maka NPV sebenarnya adalah Rp 50 Miliar (Rp 100
Miliar Rp 150 Miliar)
Synergy WMC juga bermaksud untuk membentuk formasi team balap.
Team tersebut diperkirakan menghabiskan uang di masa depan, dengan
proyeksi terbaik menunjukkan NPV Rp 35 Miliar untuk operasionalnya.
Walaupun begitu, Manajer WMC menyadari team balap akan meciptakan
publisitas yang besar bagi produk WMC. Konsultan mengestimasi
peningkatan cash flow di seluruh perusahaan memiliki Present Value
Rp 65 Miliar. Diasumsikan estimasi konsultan terhadap synergy
akurat, NPV dari team balap adalah Rp 30Miliar (RP 65 Miliar Rp 35
Miliar). Maka manajer sebaiknya membentuk team balap.
Allocated Cost Andeca Andeci Corp. menyediakan satu sayap
kantornya sebagai perpustakaan yang membutuhkan cash out flow
sebesar Rp 100 Juta per tahun untuk biaya pemeliharaan. Proyek
capital budgeting yang diusulkan diharapkan menciptakan revenue
setara dengan 5% dari keseluruhan penjualan perusahaan. Eksekutif
perusahaan Suketi berargumen bahwa Rp 5 Juta (5% x Rp 100 Juta)
seharusnya dilihat sebagai bagian proyek yang diusulkan dari biaya
perpustakaan. Apakah hal ini tepat dalam capital budgeting?
Jawabannya Tidak. Perusahaan akan mengeluarkan biaya Rp 100 Juta
dalam pemeliharaan perpustakaan terlepas proyek yang diusulkan
diterima atau tidak. Karena diterimanya proyek tidak mempengaruhi
cash flow, maka cash flow sebaiknya diabaikan dalam menghitung NPV
proyek.
Page 20 of 25