BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1. Menghitung gerak benda dalam fluida 2. Menghitung kekentalan zat cair 1.2 Dasar Teori Viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak, atau benda yang padat yang bergerak di dalam fluida. Besarnya gesekan ini biasanya juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak di dalam zat tersebut. Viskositas zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antara partikel zat cair. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan tidak memiliki viskositas yang tinggi. Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya tahan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah, misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibading dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Menghitung gerak benda dalam fluida
2. Menghitung kekentalan zat cair
1.2 Dasar Teori
Viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang
bergerak, atau benda yang padat yang bergerak di dalam fluida. Besarnya gesekan ini
biasanya juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas
zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak di dalam zat tersebut. Viskositas zat
cair, yang berperan adalah gaya kohesi antara partikel zat cair.
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan
yang sulit mengalir dikatakan tidak memiliki viskositas yang tinggi. Viskositas suatu
fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya tahan dalam fluida terhadap
gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah, misalnya air mempunyai tahanan
dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibading dengan fluida yang mempunyai
viskositas yang lebih besar.
Gejala ini dapat dianalisis dengan mengontrodusir suatu besaran yang disebut
kekentalan atau viskositas. Oleh karena itu, viskositas berkaitan dengan gerak relatif
antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat
kesulitan aliran fluida tersebut, makin besar kekentalan suatu fluida maka makin sulit
fluida itu untuk mengalir.
Adanya zat terlarut makromolekul akan menaikkan viskositas larutan. Bahkan padan
konsentrasi rendahpun, efeknya besar karena molekul besar mempengaruhi aliran fluida
pada jarak yang jauh. Viskositas intrisik merupakan analog dari koefisien visial (dan
mempunyai dimensi/konsentrasi).
Aliran dapat dikelompokkan menjadi dua tipe. Tipe yang pertama adalah aliran
laminer, aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental alirannya tidak
terlalu cepat, yang secara umum menggambarkan laju air kecil melalui pipa dengan gari
tengah kecil. Aliran yang lain adalah aliran turbulen yang menggambarkan laju alirn
yang besar melalui pipa dengan diameter yang besar.
Dengan adanya kekentalan zat cair yang ada dalam pipa, maka besarnya kecepatan
gerak partikel yang terjadi pada penampang melintang tidak sama besar. Keadaan
tersebut terjadi karena adanya gesekan antar molekul pada cairan kental tersebut dan
pada titik pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain:1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suuhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun dan begitupun sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
2. Konsentrasi LarutanViskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat molekul SoluteViskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan sehingga manaikkan viskositas.
4. TekananSemakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
5. Ikatan HidrogenCairan dengan ikatan hidrogen yang kuat mempunyai viskositas lebih tinggi karena peningkatan ukuran dan massa molekul. Sebagai contoh, gliserol dan asam sulfat mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada air karena adanya ikatan hidrogen yang lebih kuat.
Viskometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur besar viskositas suatu larutan untuk cairan dengan viskositas yang berbeda dengan kondisi aliran. Prinsip kerja viscometer yaitu semakin kental suatu cairan maka semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Adapun macam-macam viskometer antara lain; viscometer torsi, viscometer kapiler/Ostwald, viscometer cup dan bob, viskometer cone dan plate dan viskometer hoppler. Penentuan viskositas dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode Ostwald dan metode bola jatuh.1. Metode Ostwald
Metode ini ditentukan berdasarkan Hukum Poiseuille menggunakan alat viskometer Ostwald. Penetapannya dilakukan dengan cara mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari a ke b. Sejumlah cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan kedalam viskometer. Cairan kemudian diisap dengan pompa sampai dibatas a. Cairan di biarkan mengalir ke bawah dan waktu diperlukan dari a ke b dicatat menggunakan stopwatch. Viskositas dihitung menggunakan persamaan Poiseuille:
Gambar Viskometer Ostwald
η=π r 4 t8VI
t adalah waktu yang diperlukan cairan bervolume V yang mengalir melalui pipa kapiler dengan panjang l dan jari-jari r. Tekanan P merupakan perbedaan tekanan aliran kedua ujung pipa viskometer. Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama diperoleh hubungan:
Karena tekanan berbanding lurus dengan kerapatan cairan (d), maka berlaku:
2. Metode Bola JatuhPenentuan ini berdasarkan hukum Stokes. Bola dengan rapatan
ρ dan jari-jari r dijatuhkan kedalam tabung berisi cairan yang akan ditentukan viskositasnya. Waktu yang diperlukan bola untuk jatuh melalui cairan dengan tinggi tertentu kemudian dicatat dengan stopwatch. Gaya berat yang menyebabkan bola turun kebawah sebesar:
Dimana ρb dan ρf masing-masing kerapatan bola dan cairan sedangkan g adalah percepatan gravitasi. Selain itu bekerja gaya gesek yang arahnya keatas sebesar:
Pada keadaan setimbang, Fw=Fg sehingga
η1
η2=
π P1r 4 t8VI
x 8VIπ P2r 4 t
=P1t 1
P2t 2
η1
η2=
d1 t 1
d2 t 2
Fw=43
π r3 ( ρb−ρ f ) g
F g=−6 π ηr v
η=2 r2 g (ρb−ρf )
9 V
Gambar Viskositas Bola Jatuh
Apabila digunakan metode perbandingan dua cairan berlaku:
A.Hukum StokesJika sebuah bola kecil bergerak dalam fluida yang viskositasnya nol, maka garis-garis arusnya akan membentuk pola simetris. Tekanan disembarang titik pada permukaan bola yang searah dengan gerak bola sama dengan tekanan disembarang titik berlawanan arah dengan gerak bola sehingga resultan gaya pada bola itu nol.Pada fluida kental jika bola kecil dijatuhkan , akan timbul hambatan berupa gaya gesek (f) pada bola. Besar gaya gesek itu mempengaruhi jari-jari bola r, kecepatan relatif pada fluida v, dan koefisien viskositas fluida η sesuai persamaan:
Dengan k = A/L yang menyatakan bentuk geometri benda. Untuk bola nilai k = 6πr. Dengan demikian, persamaan diatas menjadi:
η1
η2=
(d1−dc1)t 1
(d2−dc2)t 2
f = -6π η r v
f = η AvL
=k η v
Persamaan ini pertama kali dikemukakan oleh Sir George Stoke tahun 1945 dan dikenal dengn Hukum Stokes. Tanda minus menunjukkan arah gaya
F yang berlawanan dengan kecepatan (V). pemakaian hukum stokes memerlukan
beberapa syarat, yaitu :
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya cukup luas dibandingkan dengan
ukuran benda)
2. Tidak ada turbulensi didalam fluida
3. Kecepatan V tidak besar, sehingga aliran masih laminar
Jika sebuah bola dengan rapat massa dan dilepaskan dari permukaan zat cair tanpa
kecepatan awal, maka bola tersebut mula-mula akan bergerak di percepat. Dengan
bertambahnya kecepatan bola, maka bertambah besar pula gaya gesekan pada bola
tersebut. Pada akhirnya bola bergerak dengan kecepatan tetap, yaitu setelah terjadi
keseimbangan antara gaya berat, gaya apung (Archimides) dan gayastokes. Pada
persamaan ini berlaku persamaan :
V =2 π ²9ὴ (ρ−ρo¿
Keterangan :
ρ=¿rapat massa bola
ρo = rapat massa fluida
V =2 π ²9ὴ (ρ−ρo¿ dapat di turunkan : T =
9ὴ d2gr ²( ρ−ρo)
Keterangan :
T = waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak d
d = jarak yang ditempuh
Jika saat kecepatan terminal telah tercapai maka berlaku prinsip Newton tentang GLB
(gerak lurus beraturan):
FA + FS = W
Jika ρb menyatakan rapat massa bola, ρf menyatakan volume bola, serta g gravitasi bumi,
maka berlaku Persamaan:
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat Praktikum
1. Areometer
2. Dua karet gelang yang melingkar
3. Jangka sorong
4. Mikrometer skrup
5. Mistar
6. Sendok saringan untuk mengambil bola-bola dari dasar tabung
7. Stopwatch
8. Tabung berisi zat cair
9. Thermometer
10. Timbangan torsi dengan batu timbagannya
2.2 Bahan Praktikum
W= ρb.Vb.g
1. Bola besar
2. Bola kecil
3. Oli
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Metode Percobaan
1. Diukur diameter tiap-tiap bola dipakai micrometer skrup. Dilakukan beberapa kali
pengukuran untuk tiap-tiap bola
2. Ditimbang tiap-tiap bola dengan neraca torsi
3. Dicatat suhu zat cair sebelum dan sesudah tiap percobaan
4. Diukur rapat massa zat cair sebelum dan sesudah tiap percobaan dengan
menggunakan aerometer
5. Ditempatkan karet gelang sehingga yang satu kira-kira 5cm di bawah permukaan zat
cair dan yang lain kira-kira diatas dasar tabung
6. Diukur jarak jatuh d (jarak kedua karet gelang)
7. Dimasukkan sendok saringan sampai dasar tabung dan ditunggu beberapa saat
sampai zat cair diam
8. Diukur waktu jatuh T untuk tiap-tiap bola beberapa kali
9. Diubah letak karet gelang sehingga didapatkan d yang lain
10. Diulangi langkah 6,7 dan 8.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Data Pengamatan
Nama Percobaan : Koefiseien Kekentalan Zat Cair
Tanggal Percobaan : 1 November 2016
Nama Asisten : 1. Sara Azzhra
: 2. Ilham Rinaldi
: 3. M. Iqbal L
: 4. Isep R
Nama Mahasiswa: 1. Nena septiani Nrp. : 0661 16 079
2. Nadira Nrp. : 0661 16 092
3. Widya Fitriyari Nrp. : 0661 16 095
4. Oktaviani W.L Nrp : 0661 16 105
Keadaan ruangan P (cm)Hg T (oC) C (%)
Sebelum percobaan 75,5 (cm)Hg 27 (oC) 70 %
Sesudah percobaan 75,5 (cm)Hg 27 (oC) 68 %
Sebelum Percobaan Sesudah Percobaan
ρ fluida – 0,874 gr/cm³ ρ fluida – 0,874 gr/cm³
T = 29oC T = 29oC
1. Tabel Data Bola
No Bola Massa d (cm) r (cm) v (cm³) ρ (gr/cm³)
1 Besar 0,7 gr1,06 cm 0,53 cm 0,623 cm³ 1,123 gr/cm³
1,08 cm 0,53 cm 0,659 cm³ 1,063 gr/cm³
χ 1,07cm 0,535 cm 0,641 cm³ 1,093 gr/cm³
2 Kecil 0,3 gr0,82 cm 0,41 cm 0,289 cm³ 1,038 gr/cm³