BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekentalan adalah sifat dari suatu zar cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (visikositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair. Suatu zat cair memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukan kedalammya mendapat gaya tahanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola kecil tersebut pada saat tertentu akan mengalami sejumlah perlambatan hingga mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki zat cair sehingga kecepatan bola berubah. mula-mula akan mengalami percepatan yang dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat kekentalan cairan maka besar percepatannya akan semakin berkurang dan akhirnya nol. Kecepatan bola tetap pada saat itu dan disebut kecepatan terminal. Hambatan-hambatan dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastis terhadap kecepatan batu. Beberapa cairan dapat mengalir lebih mudah dari yang lain. Sifat tersebut merupakan karakteristik bagi cairan untuk melawan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekentalan adalah sifat dari suatu zar cair (fluida)
disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan
gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah yang
menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair
(visikositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan
kekentalan suatu zat cair. Suatu zat cair memiliki kemampuan
tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukan kedalammya
mendapat gaya tahanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara
permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh,
apabila kita memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair,
terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian
melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Bola kecil
tersebut pada saat tertentu akan mengalami sejumlah perlambatan
hingga mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil
menjelaskan bahwa adanya suatu kemampuan yang dimiliki zat cair
sehingga kecepatan bola berubah. mula-mula akan mengalami
percepatan yang dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat
kekentalan cairan maka besar percepatannya akan semakin berkurang
dan akhirnya nol. Kecepatan bola tetap pada saat itu dan disebut
kecepatan terminal. Hambatan-hambatan dinamakan sebagai
kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat cair itulah yang
menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastis terhadap
kecepatan batu.
Beberapa cairan dapat mengalir lebih mudah dari yang lain.
Sifat tersebut merupakan karakteristik bagi cairan untuk melawan
aliran yang dinamakan viskositas. Cairan mempunyai gaya gesek
yang lebih besar untuk mengalir daripada gas. Viskositas gas
bertambah dengan naiknya temperatur, sedangkan viskositas cairan
turun dengan naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada
tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi
untuk cairan naik dengan naiknya tekanan.
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Mengamati angka kekentalan relatif suatu zat cair
dengan cara menggunakan air sebagai pembanding
1.2.2 Menentukan tenaga pengaktifan zat cair
1.2.3 Membanding angka kental zat cair dengan kedua metode
1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1 MSDS
a. Aseton
Aseton atau propanon (dimetil keton/metal keton/beta-
ketopropana) yang memiliki rumus struktur CH3COCH3 merupakan
senyawa keton paling sederhana dan larut dalam berbagai
perbandingan dengan air. Senyawa ini berupa liquid tidak berwarna
dan baunya manis dan rasanya pahit. Aseton merupakan pelarut
penting untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa
kimia lain. Aseton dapat ditemukan alami pada tubuh manusia dalam
kandungan kecil. Aseton memiliki berat molekul 58 g/mol. Titik
didih aseton adalah 82,5oC (180,5oF) dan titik lelehnya adalah -
88,5oC (-127,3oF). Aseton memiliki suhu kritis pada 235oC (445oF).
Tekanan uap pada aseton adalah 4,4 kPa (@20oC). Massa jenis uap
aseton 2,07 dan pH 1% dalam air. Aseton mudah larut dalam air
dingin, air panas, metanol, oktanol, aseton, larut dalam garam,
larut dalam benzena. Bentuk molekul dari aseton adalah trigonal
planar pada C=O, momen dipolnya sebesar 2,9 Db. Dianjurkan
menggunakan masker dan sarubg tangan dalam pemakaiannya karena
baunya yang menyengit dapat mengganggu pernapasan (Anonim, 2014).
b. Alkohol
Alkohol atau dikenal dengan etanol adalah senyawa liquid
yang tidak berwarna, berbau seperti campuran aseton dan etanol,
mudah menguap pada suhu rendah serta mudah terbakar pada suhu
tinggi. Alkohol memiliki rumus C2H5OH. Kerapatan alkahol adalah
0,79 g/cm3 pH 1% dalam air . Titik didih alkohol yaitu pada suhu
78oC (351 K). Alkohol dapat bercampur dengan air dan pelarut
organik. Alkohol mudah larut dalam air, metanol, dietil eter, n-
oktanol, aseton, larutan garam, dan benzena. . Dalam kimia,
alkohol adalah istilah yang umum utntuk senyawa organic apapun
yang memiliki gugus hidroksil ( -OH ) yang terikat pada atom
karbon, dan gugus itu sendiri terikat pada atom hydrogen / karbon
yang lain (Anonim, 2014).
c. Air
Air (Dihidrogen monoksida/ Oksidan/ Asam Hidroksilik/ Hidrogen
hidroksida) merupakan jenis senyawa liquid yang tidak berwarna,
tidak berasa, dan tidak berbau pada keadaan standard. Air
memiliki rumus molekul H2O dan bentuk molekulnya heksagonal.
Massa molar senyawa ini adalah 18 g/mol. Densitas air adalah 1
g/mL. Titik leleh air adalah 0oC (273 K) dan titik didihnya yaitu
100oC (373 K) (Anonim, 2014).
1.3.2 Dasar Teori
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat
dengan hambatan untuk mengalir, dimana makin tinggi kekentalan
maka makin besar hambatannya. Kekentalan didefenisikan sebagai
gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan
suatu permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi
mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi
dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Viskositas
suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan alir
cairan (Bird, 1993).
Koefisien kekentalan zat cair adalah sifat daya tahan zat cair
terhadap aliran cairan. Koefisien kekentalan zat cair dihitung
dengan membandingkan waktu yang digunakan zat cair tersebut untuk
mengalir dan massa jenis (kerapatan) zat cair tersebut dengan
nilai koefisien kekentalan zat cair lain yang telah diketahui.
Viskositas pada zat cair maupun gas, dan pada intinya merupakan
gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang berisikan fluida pada
waktu lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati yang
lainnya. Pada zat , viskositas terutama disebabkan oleh gaya
kohesi antara molekul. Pada viskositas muncul dari tumbukan oleh
molekul (Sukardjo, 2004).
Hukum hess merupakan dasar viskometer bola jatuh. Viskometer
ini terdiri dari gelas silinder dengan cairan yang akan diteliti
dan dimasukan dalam termosfat. Faktor- faktor yang mempengaruhi
viskositas antara lain :
1. Ukuran molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju
aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan
kekentalannya tinggi seta laju aliran lambat sehingga viskositas
juga tinggi. Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin
banyak.
2. Gaya tarik intra molekul
Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen, viskositas
CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang
sama.
3. Suhu
Semakin tinngi suhu maka semakin rendah nilai viskositasnya.
Hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan
akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur
pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat
cair tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi suhu maka cairan
semakin encer, karena kerapatan komponen penyusun zat cair
semakin renggang. Suatu viskositas akan menjadi lebih tinggi jika
suhu mengalami penurunan karena pada saat suhu dinaikkan maka
partikel-partikel penyusun zat tersebut bergerak secara acak
sehingga kekentalan akan mengalami penurunan, dan jika suhu
mengalami penurunan akan terjadi kenaikan viskositas karena
partikel-partikel penyusun senyawa tersebut tidak mengalami
gerakan sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin besar.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu
cairan. Salah satu faktor kekentalan (viskositas) suatu cairan
adalah suhu. Menurut ‘teori lubang’, terdapat kekosongan dalam
suatu cairan, dan molekul bergerak secara continue kedalam
kekosongan ini. Sehingga kekosongan akan bergerak keliling.
Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena
ada energi yang harus dimiliki suatu molekul agar dapat bergerak
kedalam kekosongan itu. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat
pada suhu yang tinggi, dan dengan demikian cairan lebih mudah
mengalir pada suhu yang tinggi. Selain itu kerapatan zat cair
semakin renggang dengan bertambahnya suhu, sehingga tingkat
kekentalannya berkurang.
5. Waktu
Semakin besar nilai kekentalan suatu zat cair waktu yang
dipakai untuk mengalir semakin lama artinya semakin rendah suhu
suatu zat cair maka waktu yang dibutuhkan untuk mengalir semakin
lama, begitu pula sebaliknya.
(Atkins, 2006).
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan
yang melalui tabung berbentuk silinder, cara ini dapat digunakan
untuk cairan maupun gas. Harga kekentalan mutlak sukar untuk
ditentukan, dalam prakteknya yang dicari adalah kekentalan
relatifnya yaitu perbandinganantara kekentalan zat itu dengan
kekentalan zat cair lainnya (biasanya sebagai pembanding
digunakan air) (Sukardjo, 2004).
Penetapan η ini dapat dilakukan dengan viskosimeter oswald.
Sejumlah zat cair dimasukan dalam viskometer yang dilakukan dalam
termostat. Cairan ini dihisap dengan pompa kedalam bola B, hingga
permukaan cairan dibawah a. Cairan dibiarkan mengalir kebawah dan
waktu yang diperlukan untuk mengalir dari a ke b dicatat dengan
stopwatch. Percobaan diulangi dengan cairan pembanding setelah
dibersihkan. Dengan ini dapat ditentukan t1 dan t2. Pada Ostwald
yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan
tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri, jadi waktu yang
dibutuhkan oleh cairan untuk melalui batas “a” dan “b” dapat
diukur menggunakan stopwatch (Respati,1981).
Viskositas dapat juga ditentukan dengan cara hoppler,
berdasarkan hukum stokes. Hukum Stokes berdasarkan jatuhnya benda
melalui medium zat cair. Benda bulat (bola) dengan jari-jari (r)
dan massa jenis (i) yang jatuh karena gaya grafitasi melalui
fluida dengan massa jenis () fluida akan mempunyai gaya
grafitasi sebesar:
6ηrv = (3/4) r3 (-i)g
(Bird, 1993).
Benda yang jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin
besar. Tetapi dalam medium ada gaya gesek yang makin besar bila
kecepatan benda bertambah besar. Sistem yang mencapai
kesetimbangan (Vmaks), besarnya kecepatan benda jatuh tetap.
Persamaan Navier-Stokes adalah serangkaian persamaan yang
menjelaskan pergerakan dari suatu fluida seperti cairan dan gas.
Persamaan-persamaan ini menyatakan bahwa perubahan dalam momentum
(percepatan) partikel-partikel fluida bergantung hanya kepada
gaya viskos internal (mirip dengan gaya friksi) dan gaya viskos
tekanan eksternal yang bekerja pada fluida. Oleh karena itu,
persamaan Navier-Stokes menjelaskan kesetimbangan gaya-gaya yang
bekerja pada fluida (Sukardjo, 2004).
Sebagai sifat sistem, pengaruh temperatur terhadap viskositas
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
ln η = ln a + E/RT
dengan E adalah tenaga pengaktifan aliran yang harganya dapat
ditentukan dengan membuat grafik ln η terhadap 1/T. Viskositas
ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola
logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena
adanya gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas
(seperti cairan misalnya) dengan kecepatan yang semakin besar
sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan
tercapai bila gravitasi sama dengan frictional resistance medium
(Atkins, 2006).
Pengaruh dari kekentalan terhadap energi pengaktifan suatu
aliran adalah semakin tinggi tingkat kekentalan suatu zat cair
maka energi pengaktifan akan semakin kecil sehingga akan
memperlambat aliran dari zat tersebut, tetapi jika semakin rendah
kekentalan suatu zat cair maka energi pengaktifannya semakin
besar dan akan mempercepat aliran (Sukardjo, 2004).
- ditentukan kerapatannya dengan piknometer
- diisi kedalam piknometer dengan volume lebih
tinggi dari tanda paling atas (saat itu stopwatch
dihidupkan), demikian pula setelah tanda paling bawah
(stopwatch dimatikan) sehingga waktu alir dapat
BAB 2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
- Viskometer Ostwald
- Piknometer bertermometer 1
- Ball pipet
- Pipet tetes
- Neraca analitik
- Beaker glass
- Pembakar spirtus
- Corong Gelas
- Stopwatch
2.1.2 Bahan
- Air
- Aseton
- Alkohol
- Zat X
- Korek Api
2.2 Skema Kerja
2.2.1 Cara Ostwald
Air
Hasil
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
a. Piknometer
Alat Massa 1(g)
Massa 2(g)
Massa 3(g)
MassaRata-rata
(g)Piknometer + tutup +
termometer26,3 26,3 26,3 26,3
Bahan Suhu(oC)
Massa1 (g)
Massa 2(g)
Massa 3(g)
Massa Rata-rata (g)
Air + Piknometer30,0
535,4 35,4 35,4 35,4
Alkohol +
Piknometer
27 33,4 33,4 33,4 33,4
33 33,4 33,4 33,4 33,438 33,3 33,3 33,3 33,3
Aseton +
Piknometer
27 34,0 34,0 34,0 34,0
33 33,9 33,9 33,9 33,938 33,4 33,4 33,4 33,4
Zat X +
Piknometer
27 35,2 35,2 35,2 35,2
33 35,2 35,2 35,2 35,238 35,2 35,2 35,2 35,2
b. Viskometer
Bahan Suhu(oC)
Waktu 1(s)
Waktu 2(s)
Waktu Rata-rata (s)
Air 30,05 25,1 25,3 25,2
Alkohol
27 34,2 34,2 34,2
33 41,5 41,3 41,438 40,4 40,6 40,5
Aseton
27 14,3 14,1 14,2
33 14,4 14,7 14,538 14,0 13,8 13,9
Zat X
27 32,1 32,7 32,4
33 31,7 31,6 31,638 30,0 29,9 29,9
Bahan
Suhu
(T)
(oC)
Massa Jenis
() (g/mL)
Harga
Kekentalan
(η)
Energi
Pengaktifan Zat
Cair (E) (kJ/mol
K)
Alkoh
ol
27 0,71 0,9011,833 0,71 1,09
38 0,70 1,05
Aseto
n
27 0,77 0,407,1333 0,76 0,41
38 0,71 0,38
Zat X
27 0,89 1,065,3433 0,89 1,04
38 0,89 0,99
3.2 Pembahasan
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat
dengan hambatan untuk mengalir, dimana makin tinggi kekentalan
maka makin besar hambatannya. Kekentalan didefenisikan sebagai
gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan
suatu permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi
mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi
dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya.
Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan pengukuran massa
jenismasing-masing zat yaitu aquades, alkohol, aseton dan zat X
dengan suhu 27oC, 33oC, dan 60oC. Percobaan ini dilakukan dengan
menimbang massa piknometer kosong. Selanjutnya pengisian bahan
percobaan kedalam piknometer. Saat pengisian ke dalam piknometer
tidak boleh terdapat gelembung karena akan mempengaruhi hasil
penimbangan. Piknometer diisi hingga batas kemudian ditimbang
massanya sebanyak 3 kali pada masing-masing suhu yang telah
ditentukan. Massa yang diperoleh digunakan untuk mencari massa
jenis zat cair pada masing-masing suhu. Dari hasil diketahui
bahwa suhu berbanding terbalik dengan massa jenis zat. Semakin
tinggi suhu maka semakin kecil massa jenis zat-nya. Hal ini
disebabkan karena ketika suhu mengingkat, molekul pada zat cair
akan bergerak cepat diakibatkan oleh tumbukan antar molekul,
akibatnya molekul dalam zat cair akan meregang dan massa jenis
akan semakin kecil. Namun dilihat pada kasuszat X dan pada bahan
alkohol pada suhu 27 dan 33oC, massa jenisnya memperoleh hasil
yang sama. Hal ini dikarenakan adanya Humas error pada saat
penimbangan. Zat ditimbang dalam keadaan suhunya turun bahkan
dapat pula ditimbang pada suhu yang sama sehingga massa yang
diperoleh juga sama. Volume yang digunakan untuk pengukuran massa
jenis adalh volume total piknometer yaitu 10 mL.
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan
yang melalui tabung berbentuk silinder, cara ini dapat digunakan
untuk cairan maupun gas. Harga kekentalan mutlak sukar untuk
ditentukan, dalam prakteknya yang dicari adalah kekentalan
relatifnya yaitu perbanding antara kekentalan zat itu dengan
kekentalan zat cair lainnya (biasanya sebagai pembanding
digunakan air).
Salah satu cara untuk menentukan harga kekentalan ialah
menggunakan metode Ostwald dimana prinsip kerjanya berdasarkan
waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu untuk
mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh
berat cairan itu sendiri. Alat yang digunakan untuk mengukur
viskositas disebut viskometer. Pada metode Ostwald ini jika air
dipakai sebagai pembanding, mula-mula air dimasukkan melaui
tabung A kemudian dihisap agar masuk ke tabung B tepat sampai
batas a kemudian dilepaskan dan siapkan stopwatch sebagai
pengukur waktu.
Percobaan selanjutnya penentuan harga kekentalan zat cair
dengan menggunakan viskometer. Percobaan viskositas cairan ini
bertujuan untuk mengetahui kekentalan zat cair dengan metode
ostwalt dan untuk menyelidiki pengaruh suhu terhadap kekentalan
zat cair. Prinsipnya adalah membandingkan viskositas fluida
dengan cairan pembanding, disini yang bertindak sebagai cairan
pembanding adalah akuades. Alasan digunakan akuades karena
viskositas akuades sudah ada standar satuannya.
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan bahan ke dalam
viskometer dengan mengusahakan agar tidak ada gelembung dalam
viskometer kemudian diukur waktu yang digunakan untuk turunnya
permukaan air setelah ball pipet dilepas. Hal ini bertujuan agar
aliran laminar tidak terganggu oleh adanya gelembung yang akan
mengakibatkan waktu yang diperoleh tidak sesuai dengan waktu yang
seharusnya.
Gaya yang menyebabkan zat alir tersebut mengalir adalah adanya
gaya gesek antar lapisan material, sehingga viskositas
menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir.
semakin kental suatu cairan, maka semakin besar kekuatan yang
diperlukan supaya cairan tersebut dapat mengalir dengan laju
tertentu. Gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan
mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada
zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat cair
tersebut. Sehingga ketika pada suhu tinggi zat alir tersebut
mengalir lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah.
Koefisien kekentalan zat cair adalah sifat daya tahan zat cair
terhadap aliran cairan. Koefisien kekentalan zat cair dihitung
dengan membandingkan waktu yang digunakan zat cair tersebut untuk
mengalir dan massa jenis (kerapatan) zat cair tersebut dengan
nilai koefisien kekentalan zat cair lain yang telah diketahui.
Harga kekentalan juga berbanding terbalik dengan suhu. Semakin
tinggi suhunya maka semakin kecil nilai kekentalannya sehingga
gaya gesek antar materialnya semakin kecil, semakin kecil gaya
material maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan suatu zat alir
untuk mengalir. Namun karena adanya Human error, beberapa data
yang diperoleh salah karena justru nilainya sebanding dengan
suhu.
Adapula fakor-faktor yang mempengaruhi harga viskositas suatu
zat cair yaitu sebagai berikut:
1. Suhu
Semakin tinggi suhu maka semakin rendah nilai viskositasnya.
Hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan
akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur
pada zat cair yang menyebabkan berturunnya viskositas dari zat
cair tersebut. Oleh karena itu semakin tinggi suhu maka cairan
semakin encer, karena kerapatan komponen penyusun zat cair
semakin renggang. Suatu viskositas akan menjadi lebih tinggi jika
suhu mengalami penurunan karena pada saat suhu di naikkan maka
partikel-partikel penyusun zat tersebut bergerak secara acak
sehingga kekentalan akan mengalami penurunan, dan jika suhu
mengalami penurunan akan terjadi kenaikan viskositas karena
partikel-partikel penyusun senyawa tersebut tidak mengalami
gerakan sehingga gaya gesek yang bekerja juga semakin besar.
2. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu
cairan. Salah satu faktor kekentalan (viskositas) suatu cairan
adalah suhu. Menurut ‘teori lubang’, terdapat kekosongan dalam
suatu cairan, dan molekul bergerak secara continue kedalam
kekosongan ini. Sehingga kekosongan akan bergerak keliling.
Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena
ada energi yang harus dimilikii suatu molekul agar dapat bergerak
kedalam kekosongan itu. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat
pada suhu yang tinggi, dan dengan demikian cairan lebih mudah
mengalir pada suhu yang tinggi. Selain itu kerapatan zat cair
semakin renggang dengan bertambahnya suhu, sehingga tingkat
kekentalannya berkurang.
Energi pengaktifan merupakan sebuah istilah yang diperkenalkan
oleh Svante Arrhenius, yang didefinisikan sebagai energi yang
harus dilampaui agar reaksi kimia dapat terjadi. Energi aktivasi
bisa juga diartikan sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar
reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Energi aktivasi sebuah
reaksi biasanya dilambangkan sebagai Ea, dengan satuan kilo joule
per mol.
Pengaruh dari kekentalan terhadap energi pengaktifan
suatu aliran adalah semakin tinggi tingkat kekentalan suatu zat
cair maka energi pengaktifan akan semakin kecil sehingga akan
memperlambat aliran dari zat tersebut, tetapi jika semakin rendah
kekentalan suatu zat cair maka energi pengaktifannya semakin
besar dan akan mempercepat aliran. Dari persamaan garis yang
diperoleh dari grafik dapat diketahui energi pengaktifan untuk
ketiga zat adalah 11,7 kJ/mol (alkohol) ; 3,01 kJ/mol (aseton) ;
4,69 kJ/mol (zat X). Hal ini menunjukkan alkohol yang mempunyai
energi pengaktifan lebih besar dibanding kedua zat lainnya. Namun
didapatkan hasil energi pengaktifan pada alkohol yang berbeda
jauh dari zat alir lainnya. Hal itu disebabkan oleh kesalahan
pada praktikan ketika melakukan pengamatan ataupun
perhitungannya. Sehingga didapatkan hasil yang kurang sesuai.
0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
-0.12-0.1-0.08-0.06-0.04-0.02
00.020.040.060.08
f(x) = − 1412.84403669725 x + 4.61862385321102R² = 0.745130074148552
Tenaga Pengaktifan Alkohol
Series1Linear (Series1)
1/T (K)
ln η
0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
-0.98
-0.96
-0.94
-0.92
-0.9
-0.88
-0.86
-0.84
f(x) = 362.385321100916 x − 2.11045871559632R² = 0.292126942520122
Tenaga Pengaktifan Aseton
Series1Linear (Series1)
1/T (K)
ln η
0.0032 0.00325 0.0033 0.00335
-0.02
-0.01
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
f(x) = 564.220183486238 x − 1.81311926605505R² = 0.889731827805221
Tenaga Pengaktifan Zat X
Series1Linear (Series1)
ln η
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kekentalan adalah sifat dari suatu zar cair (fluida)
disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan
gaya kohesi pada zat cair tersebut. Koefisien kekentalan zat cair
dihitung dengan membandingkan waktu yang digunakan zat cair
tersebut untuk mengalir dan massa jenis (kerapatan) zat cair
tersebut dengan nilai koefisien kekentalan zat cair lain yang
telah diketahui. Massa jenis yang diperoleh dari hasil percobaan
adalah untuk air adalah 0,91 g/mL; untuk alkohol pada suhu 27 dan
33oC adalah 0,71 g/mL, pada suhu 38oC adalah 0,70 g/mL; untuk
aseton pada suhu 27oC adalah 0,77 g/mL, pada suhu 33oC adalah 0,76
g/mL, pada suhu 38oC adalah 0,71 g/mL; untuk zat X pada suhu 27,
33, dan 38oC nilainya sama yaitu 0,89 g/mL. Harga kekentalan zat
cair untuk alkohol pada suhu 27oC adalah 1,06, pada suhu 33oC
adalah 1,28, pada suhu 38oC adalah 1,24; untuk aseton pada suhu
27 dan 33oC adalah 0,48, pada suhu 38oC adalah 0,43; untuk zat X
pada suhu 27oC adalah 1,26, pada suhu 33oC adalah 1,23, pada suhu
38oC adalah 1,16. Energi pengaktifan zat cair untuk alkohol
adalah 11,7 kJ/mol K, untuk aseton adalah 3,01 kJ/mol K, untuk
zat X adalah 4,69 kJ/mol K.
4.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya agar praktikan lebih
cermat dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi penyimpangan
data yang terlalu jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Acetone. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927321 [diakses pada tanggal 05 April 2014].
Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Alcohol. https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923955 [diakses pada tanggal 05 April 2014].
Anonim. 2014. Material Safety Data Sheet Water. http://www.sciencestuff.com/msds/C1498.html [diakses pada tanggal 05 April 2014].
Atkins, P.W. 2006. Physical Chemistry. Oxford : Oxford University Press.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sukardjo, Prof. 2004. Kimia Fisika. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Respati. H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.