Top Banner
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 UMMI HANI TRISANDI KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING AKIBAT INFEKSI CENDAWAN DI BEBERAPA KLINIK HEWAN
25

KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

Mar 02, 2019

Download

Documents

hadieu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

UMMI HANI TRISANDI

KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING

AKIBAT INFEKSI CENDAWAN DI BEBERAPA

KLINIK HEWAN

Page 2: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kejadian Penyakit

Kulit pada Anjing dan Kucing Akibat Infeksi Cendawan di Beberapa Klinik

Hewan adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Ummi Hani Trisandi

NIM B04120063

Page 3: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

iii

ABSTRAK

UMMI HANI TRISANDI. Kejadian Penyakit Kulit pada Anjing dan Kucing

Akibat Infeksi Cendawan di Beberapa Klinik Hewan. Dibimbing oleh EKO

SUGENG PRIBADI.

Anjing dan kucing merupakan dua jenis peliharaan yang yang paling sering

dipelihara. Penampilan hewan peliharan harus selalu diperhatikan karena

seringkali mengalami gangguan dan dapat berdampak pada infeksi yang lebih

luas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keragaman penyakit kulit yang

disebabkan oleh infeksi cendawan dan agen lainnya pada anjing dan kucing.

Penelitian menggunakan data sekunder yang berasal dari rekam medik periode

2010-2014 yang tersimpan di klinik yang diambil dari dua klinik hewan. Data

primer diperoleh dari hasil identifikasi keberadaan kapang pada contoh kerokan

kulit dan rambut pasien anjing dan kucing yang diambil dari 10 klinik hewan di

Kota Bogor. Pemeriksaan makroskopik dilakukan terhadap koloni cendawan yang

tumbuh di media pertumbuhan SDA dan SDA-m. Pemeriksaan mikroskopik

dilakukan terhadap contoh kerokan kulit dan rambut yang ditetesi dengan KOH

10% dan terhadap struktur mikroskopik cendawan yang tumbuh di media

pertumbuhan. Kasus infestasi ektoparasit merupakan kasus yang paling banyak

didiagnosa dari anjing dan kucing yang dating ke klinik hewan dengan angka

sebesar 30,00% pada anjing ras dan 45,58% pada kucing ras. Kasus dermatofitosis

merupakan kasus kedua terbanyak yang dialami pasien, yaitu sebesar 25,71%

pada anjing ras dan 14,28% pada kucing ras. Kapang Dermatofita tidak ditemukan

pada contoh kerokan kulit dan rambut. Sejumlah cendawan saprofit dan

kosmopolitan ditemukan dari contoh yang diperiksa

Kata kunci: penyakit kulit, infestasi ektoparasit, infeksi cendawan, anjing, kucing

Page 4: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

iv

ABSTRACT

UMMI HANI TRISANDI. Dermatomycoses in Dogs and Cats in Animal Clinics.

Supervised by EKO SUGENG PRIBADI.

Dogs and cats are two pets are most popular pet kept by human. Pet animals

performance should be always considered because they are often susceptible to

pathogen infection and could be impacted on the wider infection. The purpose of

this study was to determine various skin disease caused by mycoses and other

agents in dogs and cats. The study used secondary data derived from medical

records that are kept in the period of 2010-2014 were taken from two animal

clinics. Primary data obtained from the fungi identification on skin scrapings and

hair samples of dogs and cats taken from 10 animal clinics in the City of Bogor.

The macroscopic examination performed on colonies of fungi that grown on the

SDA and SDA-m. Microscopic examination carried out on skin scrapings and hair

sample that spilled with 10% KOH and fungi microscopic structure that grown in

the medium. The case of ectoparasites infestation was highest on dogs and cats

that were came to the animal clinic with a rate of 30.00% on a race dog and

45.58% in a race cat. Dermatofitosis case was the second most experienced

patients, with rate of 25.71% on a races dog and 14.28% on a race cat.

Dermatophyte were not found in skin scrapings and hair samples. Some saprofit

and cosmopolitan fungi found from the sample examined

Keywords: skin diseases, infestations of ectoparasites, fungal infections, dogs,

cats

Page 5: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

v

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING

AKIBAT INFEKSI CENDAWAN DI BEBERAPA

KLINIK HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

UMMI HANI TRISANDI

Page 6: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

vi

Page 7: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini adalah

penyakit kulit, dengan judul Kejadian Penyakit Kulit pada Anjing dan Kucing

Akibat Infeksi Cendawan di Beberapa Klinik Hewan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Budianto dan Ibu

Trismawaty sebagai orang tua penulis dan keluarga atas kasih sayangnya, yang

selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis. Selain itu penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Eko Sugeng Pribadi, MS., drh. selaku

Pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para dokter

hewan di Klinik Hewan Jakarta dan Bogor, yang telah membantu selama

pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Herdian

Saputra, teman-teman WISMA NUSANTARA, CCA, dan ASTROCYTE 49 yang

telah menjadi sahabat dan teman yang selalu mendoakan dan memberi dukungan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

Ummi Hani Trisandi

Page 8: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Bahan dan Alat 4

Tahapan Percobaan 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

KESIMPULAN DAN SARAN 11

DAFTAR PUSTAKA 12

Page 9: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

ix

DAFTAR TABEL

1 Data penyakit kulit pada anjing yang dibandingkan terhadapp

ras/bangsa dan jenis kelamin

6

2 Data penyakit kulit pada kucing yang dibandingkan

terhadap ras/bangsa dan jenis kelamin

6

3 Data sekunder penyakit kulit pada anjing pada periode

musim basah dan kering yang diperoleh dari Klinik 4

8

4 Data sekunder penyakit kulit pada kucing pada periode

musim basah dan kering yang diperoleh dari Klinik 4

8

5 Hasil identifikasi terhadap koloni keberadaan cendawan dari

contoh kerokan kulit dan rambut yang diambil dari beberapa

klinik dan di wilayah Kota Bogor

9

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil pengamatan mikroskopik kapang yang

diisolasi dari contoh kerokan kulit dan rambut

10

Page 10: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hewan peliharaan adalah hewan yang dipelihara sebagai teman manusia.

Hewan yang paling sering dipelihara sebagai teman bermain adalah anjing dan

kucing. Banyak hal yang dapat diperoleh jika memelihara hewan di rumah. Selain

sebagai penghilang tekanan dan penat, hewan lucu tersebut dapat diikutsertakan

dalam berbagai lomba penampilan dan kompetisi. Untuk itu, penampilan hewan

peliharan harus selalu diperhatikan, terutama bagian kulit dan rambut karena

anjing dan kucing mudah sekali terserang penyakit kulit. Anjing dan kucing sering

menggaruk-garuk tubuhnya dan kadangkala ini sering dianggap wajar dilakukan

oleh anjing atau kucing. Namun, bisa saja itu merupakan gejala awal adanya

gangguan pada kulit. Kondisi ini akan semakin berlanjut menjadi alopesia,

kemerahan, sampai terjadi perlukaan apabila tidak segera ditangani.

Gangguan kulit memang seringkali menimbulkan polemik karena termasuk

penyakit terpopuler yang paling sering ditemui baik pada anjing maupun

kucing. Meskipun bersifat superfisial, bukan berarti gangguan pada kulit bisa

diabaikan begitu saja. Gangguan pada kulit dapat mengganggu keindahan

penampilan dan bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebar hingga seluruh

tubuh dan berdampak pada infeksi yang lebih meluas. Penyakit kulit pada hewan

paling sering diakibatkan oleh parasit kulit, seperti demodex, skabies,

dan cendawan. Parasit ini umumnya telah dikenal, tetapi tidak mudah dalam

pengendaliannya (Bunawan 2009).

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang dibahas dalam

penelitian ini dinyatakan menggunakan beberapa pertanyaan, diantaranya:

1. jenis penyakit kulit apa yang sering diderita oleh anjing dan kucing?

2. berapa angka kejadian dermatofitosis diantara kasus penyakit kulit pada

hewan kesayangan khususnya anjing dan kucing?

3. apakah bangsa hewan mempengaruhi kejadian penyakit kulit pada anjing dan

kucing?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui angka kejadian dermatofitosis

diantara penyakit kulit pada anjing dan kucing akibat infeksi cendawan

dibandingkan infeksi agen lain pada sejumlah bangsa hewan.

Page 11: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

2

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah adanya informasi tentang angka prevalensi

atau tingkat kejadian penyakit kulit yang diderita oleh hewan kesayangan,

khususnya anjing dan kucing akibat infeksi cendawan dan infeksi agen lain.

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur kulit terdiri dari epidermis, dermis, dan hipodermis. Lapisan kulit

(epidermis) tersusun dari banyak lapis sel. Klasifikasi lapisan epidermis dari yang

paling dalam sampai luar adalah stratum basal, stratum spinosum, stratum

granulosum, stratum lucidum, dan stratum korneum. Secara umum, epidermis dari

anjing dan kucing tipis (dua sampai tiga lapis sel nukleus, tidak termasuk stratum

korneum), pada kulit yang berambut ketebalan atau kedalamannya berkisar 0,1-

0,5 mm (Miller et al. 2013).

Beberapa masyarakat pada saat ini telah menanggap memelihara hewan

peliharaan merupakan salah satu hobi. Kucing merupakan salah satu hewan yang

paling digemari karena memiliki wajah yang lucu, rambut yang halus, serta sifat

yang unik. Kucing persia, anggora, exotic short hair, himalayan, dan maine coon

merupakan jenis kucing yang paling banyak dipelihara (Jamez 2015). Selain

kucing, anjing juga merupakan salah satu jenis hewan peliharaan yang paling

populer. Contoh anjing yang sering dipelihara karena sifatnya yang ramah yakni

golden retriever, labrador retriever, beagel, dachshund, dan yorkshire terrier

(Soeparyono 2014).

Pemilik hewan tentu menginginkan hewan peliharaannya terhindar dari

penyakit, untuk itu perlu adanya kepedulian dan perhatian dalam pemeliharaan

hewan agar infeksi penyakit dapat dicegah. Menurut Rahmiati dan Pribadi (2014),

kepedulian dan perhatian yang tinggi memicu keinginan pemilik untuk lebih

memahami bagaimana cara agar hewan peliharaan mereka sejahtera. Menurut

Indriani et al. (2014), salah satu upaya pencegahan penyakit dalam pemeliharaan

kucing adalah dengan memperhatikan makanan serta perawatannya agar

kesehatan kucing tetap terjaga dan tidak mudah terserang penyakit.

Infeksi Cendawan

Dermatofita yang paling sering menginfeksi kulit hewan adalah

Microsporum dan Tricophyton. Tiga spesies yang menjadi penyebab sebagian

besar kasus dermatofitosis pada anjing dan kucing adalah M. canis, M. gypseum,

dan T. mentagrophytes. Umumnya, M. canis yang paling sering menyebabkan

kasus dermatofitosis pada kucing dan anjing. Dermatofitosis ditularkankan

melalui kontak dengan rambut yang terinfeksi dan cendawan yang ada di kulit

hewan, pada lingkungan, atau melalui benda mati yang berperan sebagai agen

penularan penyakit(Miller et al. 2013).

Page 12: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

3

Ptyriasis versicolor (PV) atau dikenal juga dengan tinea versicolor, adalah

penyakit kulit yang disebabkan oleh genus Malassezia. Penyakit ini merupakan

infeksi kulit di bagian superfisial yang sering terjadi di seluruh dunia, terutama di

wilayah yang beriklim tropis. PV sulit di sembuhkan dan dapat menyebabkan

kambuh atau berulang apabila terjadi infeksi akibat peningkatan jumlah

Malassezia yang merupakan flora normal pada kulit (Gupta dan Foley 2015).

Infeksi Bakteri

Patogen utama yang menyebabkan infeksi kulit pada anjing adalah

Staphylococcus intermedius. Bakteri ini dapat ditemukan pada mukosa, khususnya

nasal, anal, traktus genital, dan tumbuh pada kulit melalui kegiatan mandi atau

aktivitas lainnya. Kasus ini jarang terjadi tanpa adanya faktor pokok. Hampir

semua kondisi kulit dapat terinfeksi oleh bakteri, namun faktor yang paling sering

menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular.

Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi. Infeksi bakteri pada kucing hanya

sebagai infeksi sekunder. Abses subkutaneus sering terjadi pada kucing, biasanya

infeksi terjadi akibat adanya luka gigitan (Paterson 2008).

Infestasi Ektoparasit

Parasit adalah organisme yang hidupnya bergantung pada organisme lain

(beda jenis) sebagai tumpangan, dan sebagai sumber makanan. Berdasarkan

tempat menumpang, parasit dibedakan menjadi endoparasit dan ektoparasit.

Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh inang. Sedangkan

ektoparasit adalah parasit yang hidup di bagian luar dari tempat bergantung atau

pada permukaan tubuh inangnya (Hadi dan Soviana 2012). Dalam memelihara

hewan kesayangan, seringkali timbul masalah yang berkaitan dengan penyakit

hewan. Masalah yang sering muncul adalah gangguan ektoparasit. Ektoparasit

yang sering ditemukan pada anjing adalah caplak, kutu, tungau, dan pinjal

(Priasdhika 2014).

Demodekosis merupakan penyakit pada kulit yang disebabkan tungau

Demodex sp. yang hidup di folikel rambut. Gejala penyakit ini adalah kerontokan

rambut di daerah tertentu, di antaranya di sekitar mata, mulut, leher, dan siku kaki

depan, yang diikuti dengan munculnya tonjolan-tonjolan pada kulit yang berwarna

kemerahan. Selain itu, demodekosis yang menyebabkan gatal-gatal pada kulit

membuat hewan menggaruk kulitnya dan dapat menimbulkan luka yang jika

dibiarkan dapat menyebabkan infeksi. Kebanyakan kasus demodekosis ditemukan

pada anjing. Namun Demodex sp. juga dapat menyerang kuda, sapi, domba,

kambing, babi, dan kucing. Demodekosis pada anjing disebabkan oleh Demodex

sp (Aripin et al. 2013)

Skabies atau kudis merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan

oleh infestasi tungau Sarcoptes scabiei yang bersifat zoonotik. Sarcoptes

scabieivar canis menyerang bagian tubuh anjing yang tidak memiliki rambut,

seperti kepala, dada, abdomen, leher, wajah, telinga, dan siku. Lesio ini menjadi

kemerahan berhubungan dengan proses persisikan, pengerakan, dan pembentukan

Page 13: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

4

keropeng. Gejala ini juga disertai dengan alopesia dan kehilangan bobot badan.

(Bandi dan Saikumar 2013).

Alergi

Dermatitis atopik atau dermatitis kontak alergi adalah reaksi alergi yang

terjadi pada kulit akibat paparan alergen dari bahan-bahan tertentu atau bahan-

bahan penyusun suatu produk. Gejala yang timbul antara lain radang, kemerahan,

bengkak, gatal-gatal, dan biduran. Gejala-gejala reaksi alergi yang parah, atau

disebut reaksi anafilaksis, meliputi sesak napas, biduran kemerah-merahan, ruam

kulit yang gatal, dan bengkak pada muka, tenggorokan, dan mulut. Pada kasus

yang sangat parah, reaksi ini beresiko menyebabkan kematian (ME 2013).

Tumor Kulit

Tumor baik yang berbentuk jinak maupun ganas bisa timbul pada tiap

bagian kulit. Sebagian besar tumor kulit adalah jinak, sehingga sering hanya

merupakan gangguan kosmetik. Namun, menjadi hal yang penting untuk

menentukan dengan cepat dan efektif potensi suatu tumor untuk menjadi ganas

sehingga dapat menentukan diagnosa tingkat awal (Graham-Brown dan Burns

2005).Lapisan kulit paling luar atau kulit ari (epidermis) cepat aus.

Penggantiannya berawal dari lapisan basal atau lapisan terdalam. Di dalam lapisan

inilah terletak penyebab kanker kulit di mana terjadi penggandaan sel-sel basal

yang tidak ada hentinya (de Jong 2005).

METODE

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini menggunakan dua bentuk data. Bentuk data pertama

merupakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medik yang dilaksanakan di

satu klinik hewan yang berlokasi di Jakarta Utara pada bulan Juni 2014, dan satu

klinik hewan yang berlokasi di Kota Bogor pada bulan Februari 2015. Sedangkan

bentuk kedua adalah hasil pemeriksaan laboratorium di laboratorium Divisi

Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor yang

di lakukan pada bulan Januari 2016.

Bahan dan Alat

Untuk pekerjaan laboratorik, bahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah KOH 10%, alkohol 70%, Lactophenol Cotton Blue (LPCB), media

Page 14: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

5

Sabouraud Dextrose Agar CM0041® (OXOID), dan media SDA yang

dimodifikasi (SDM-m). SDA-m merupakan media SDA yang telah diimbuhi

kloramfenikol dan merah fenol. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pinset, kapas, mikroskop, gelas objek, dan kaca penutup.

Tahapan Percobaan

Pengambilan data

Data sekunder yang berasal dari rekam medik periode 2010-2014 yang

diambil dari dua klinik hewan. Data yang dihimpun berupa nama pasien, jenis

pasien, jenis kelamin, tanggal kunjungan, tujuan kunjungan, dan hasil diagnosa

yang ditetapkan oleh dokter pemeriksa. Data dihimpun dalam bentuk tabulasi.

Pengambilan contoh

Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerokan kulit dan

rambut dari pasien anjing dan kucing. Pengambilan contoh dilakukan di 10 klinik

hewan yang ada di Kota Bogor. Klinik hewan tersebut berlokasi di empat tempat

di Kecamatan Bogor Utara, dua tempat di Kecamatan Tanah Sereal, dan satu

tempat masing-masing di Kecamatan Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Barat,

dan Bogor Selatan.

Pemeriksaan Mikroskopik

Contoh kerokan kulit dan rambut diperiksa secara mikroskopis.

Pemeriksaan mikroskopik ini terdiri dari dua tahap, yaitu dengan menggunakan

KOH 10% dan pemeriksaan mikroskopik terhadap koloni cendawan yang tumbuh

setelah pembiakan contoh kerokan kulit dan rambut di atas media SDA dan SDA-

m. Perhatian dari pemeriksaan koloni yang tumbuh adalah untuk mengidentifikasi

cendawan Dermatofita dan non-Dermatofita yang tumbuh pada media yang

ditempati contoh kerokan kulit dan rambut.

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan mengambil sedikit contoh

kerokan kulit dan rambut menggunakan pinset dan diletakkan di atas kaca

preparat yang telah dibersihkan dengan alkohol 70%. Contoh kerokan kulit dan

rambut tersebut ditetesi KOH 10% lalu ditutup dengan kaca penutup. Preparat

diamati terhadap keberadaan struktur kapang seperti hifa, makrokonidia, dan

mikrokonidia melalui pembesaran 10x dan 40x.

Pemeriksaan lanjutan terhadap contoh kulit dan rambut dilakukan dengan

meletakkan contoh kulit dan rambut di atas media SDA dan SDA-m. Media

tersebut diinkubasi pada suhu 25oC dan diamati pada hari ke-5, ke-8, dan ke-12

terhadap pertumbuhan koloni kapang. Pemeriksaan mikroskopik selanjutnya

dilakukan terhadap bagian dari koloni kapang dengan menggunakan larutan

pewarna lactophenol cotton blue (LPCB).

Page 15: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan kejadian penyakit kulit pada anjing dan kucing dilakukan

dengan memanfaatkan data rekam medik. Data diagnosa yang diperoleh

merupakan hasil diagnosa yang dibuat oleh dokter yang melakukan pemeriksaan

terhadap pasien. Gambaran data penyakit terhadap bangsa dan jenis kelamin

pasien dipaparkan dalam Tabel 1 untuk anjing dan Tabel 2 untuk kucing berikut.

Tabel 1 Data sekunder penyakit kulit pada anjing berdasarkan bangsa dan jenis

kelamin pasien yang diperoleh dari dua klinik hewan

No Jenis Penyakit

Bangsa (ekor)

Jenis Kelamin

(ekor)

Ras Lokal Campuran Jantan Betina

1 Dermatofitosis 18 1 2 10 11

2 Ptyriasis versicolor 1 0 0 0 1

3 Infeksi bakteri 7 1 2 7 3

4 Demodekosis 1 0 1 1 1

5 Skabies 4 0 0 1 3

6 Infestasi ektoparasit 21 3 2 15 11

7 Alergi 4 1 0 1 4

8 Tumor 1 0 0 0 1

Total 57 6 7 35 35

70 70

Tabel 2 Data sekunderpenyakit kulit pada kucing berdasarkanbangsa dan jenis

kelamin pasien yang diperoleh dari dua klinik hewan

No Jenis Penyakit

Bangsa

(ekor) Jenis kelamin

(ekor)

Ras Lokal Campuran Jantan Betina

1 Dermatofitosis 21 7 4 19 13

2 Ptyriasis versicolor 0 0 0 0 0

3 Infeksi bakteri 3 3 1 5 2

4 Demodekosis 0 0 0 0 0

5 Skabies 13 3 0 11 5

6 Infestasi ektoparasit 67 16 5 44 44

7 Alergi 4 0 0 2 2

8 Tumor 0 0 0 0 0

Total 108 29 10 81 66

147 147

Total pasien berjumlah 217 ekor terdiri dari 70 ekor anjing dan 147 ekor

kucing. Dari data tersebut, Tabel 1 dan 2 memperlihatkan bahwa anjing dan

kucing ras merupakan kelompok dominan yang menjadi pasien klinik

dibandingkan dua kelompok lainnya, yakni 57 ekor anjing dan 108 ekor kucing.

Hal ini sesuai dengan data populasi anjing dan kucing di wilayah Provinsi DKI

Jakarta dan Kota Bogor. Menurut Wahyudi (2015) Dinas Kelautan, Pertanian dan

Page 16: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

7

Ketahanan Pangan (KPKP) DKI Jakarta tidak memiliki data mengenai jumlah

anjing liar yang berada di Jakarta, namun untuk anjing peliharaan jumlahnya

15.000 ekor. Khusus di Wilayah Jakarta Utara, populasi kucing liar diperkirakan

mencapai 47.000 ekor, tersebar di enam kecamatan (Liauw 2014). Kedua Tabel

menjelaskan juga bahwa kasus infestasi ektoparasit merupakan kasus yang paling

banyak dialami oleh pasien-pasien ras yang memiliki masalah kesehatan kulit

tersebut, yaitu sebesar 30,00% pada anjing ras dan 45,58% pada kucing ras.

Menurut Rahayu (2015) sebanyak 80% kucing kampung liar di Pasar Batu dan

sebanyak 50% kucing kampung peliharaan di Arhanud terinfeksi ektoparasit.

Ektoparasit yang biasanya terdapat pada anjing dan kucing adalah caplak, tungau,

kutu, dan pinjal. Menurut Rahayu (2015) ditemukan Ctenocephalides felis pada

kucing liar, dan pada kucing peliharaan ditemukan Ctenocephalides felis dan kutu

Felicola subrostratus. Puri et al. (2014) menemukan lima jenis ektoparasit pada

anjing peliharaan, yaitu Ctenocephalides canis, Dermacentor sp., Haemaphysalis

sp.,Laelapidae sp., dan Rhipicephalus sanguineus.

Menurut Puri et al. (2014), anjing yang paling banyak mengalami infestasi

ektoparasit adalah anjing dengan rambut panjang dan halus. Anjing dengan

rambut pendek dan kasar kurang disukai oleh ektoparasit karena sulit untuk

menembus lapisan kulit sehingga menyulitkan ektoparasit untuk menghisap darah.

Menurut Sutrisna (2015), anjing ras murni lebih mudah terinfestasi ektoparasit

karena memiliki rambut yang tebal, gimbal, ataupun kulit yang menggulung yang

membuat ektoparasit nyaman untuk bersembunyi.

Kasus dermatofitosis merupakan kasus kedua terbanyak yang dialami

pasien, yaitu sebesar 25,71% pada anjing ras dan 14,28% pada kucing ras.

Menurut Tilley dan Smith (2007), kucing ras dengan rambut panjang paling sering

menderita dermatofitosis. Dermatofitosis merupakan penyakit kulit yang

disebabkan oleh kapang kelompok Dermatofita. Penyakit ini pada hewan lebih

dikenal dengan penyakit ringworm. Hewan yang menderita Dermatofitosis

memiliki lesi yang terdiri dari kombinasi alopesia, eritema, papula, dan kulit

penderita akan terlihat bersisik dan mengeras. Lesi yang nampak pada anjing dan

kucing umumnya memiliki batasan yang jelas dengan radang aktif di pinggiran

lesi yang biasa ditemukan di bagian wajah atau anggota badan (Indrajulianto et al.

2014).

Berdasarkan jenis kelamin pasien yang datang ke klinik, tidak ada

perbedaan yang nyata dari kasus infestasi ektoparasit dan dermatofitosis antara

anjing jantan dan betina. Tetapi, sedikit berlainan dengan data yang diperoleh dari

pasien kucing yang memperlihatkan bahwa kasus penyakit kulit lebih banyak

diderita oleh kucing jantan dibandingkan dengan betina. Hasil ini selaras dengan

pendapat Tilley dan Smith (2007) yang menyatakan bahawa jenis kelamin tidak

mempengaruhi kejadian dermatofitosis.

Faktor lain yang diamati terhadap kejadian penyakit kulit pada anjing dan

kucing adalah musim. Indonesia adalah negara yang terletak di garis khatulistiwa

sehingga mengalami dua musim, yakni musim basah dan kering atau yang sering

disebut musim hujan dan kemarau. Musim kemarau di Indonesia terjadi pada

bulan April sampai Oktober sedangkan musim hujan terjadi pada bulan November

hingga Maret (Balitbang 2014). Gambaran data penyakit kulit pada periode

musim basah dan kering, dipaparkan dalam Tabel 3 untuk anjing dan Tabel 4

untuk kucing berikut.

Page 17: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

8

Page 18: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

9

Tabel 3 Data sekunder penyakit kulit pada anjing pada periode musim basah dan

kering yang diperoleh dari Klinik 4

No Jenis Penyakit Bulan (ekor)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 Dermatofitosis 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0

2 Ptyriasis versicolor 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

3 Infeksi bakteri 1 1 0 1 0 2 0 4 0 0 0 0

4 Demodekosis 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0

5 Skabies 1 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0

6 Infestasi ektoparasit 0 0 0 0 0 3 2 10 3 0 0 0

7 Alergi 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

8 Tumor 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

Tabel 4 Data sekunder penyakit kulit pada kucing pada periode musim basah dan

kering yang diperoleh dari Klinik 4

No Jenis Penyakit Bulan (ekor)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 Dermatofitosis 2 0 0 0 0 1 10 3 1 0 0 0

2 Ptyriasis versicolor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 Infeksi bakteri 2 0 0 0 0 0 1 4 0 0 0 0

4 Demodekosis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 Skabies 1 0 0 0 0 5 5 5 0 0 0 0

6 Infestasi ektoparasit 9 0 0 0 0 16 35 24 0 0 0 0

7 Alergi 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0

8 Tumor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kedua Tabel menjelaskan bahwa kejadian penyakit kulit banyak terjadi

pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Jenis penyakit kulit yang paling banyak terjadi

pada bulan tersebut adalah infestasi ektoparasit. Menurut Sutrisna (2015),

kejadian infestasi ektoparasit dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti musim,

suhu, kelembaban, cara pemeliharaan, dan perlakuan pemilik anjing. Hal tersebut

menjelaskan bahwa kejadian penyakit kulit pada anjing dan kucing, khususnya

infestasi ektoparasit, paling banyak terjadi pada musim kering atau musim

kemarau.

Pemeriksaan laboratorik diawali dengan pemeriksaan preparat natif terhadap

contoh kerokan kulit dan rambut. Kemudian dilanjutkan dengan menempatkan

kedua jenis contoh tersebut ke atas media SDA dan SDA-m sebagai pemeriksaan

baku untuk meneguhkan diagnosa terhadap infeksi oleh Dermatofita. Pemeriksaan

preparat natif terhadap contoh kerokan kulit dan rambut dilakukan menggunakan

KOH 10% pada contoh. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, tidak ditemukan

makrokonidia Dermatofita pada semua contoh yang diperiksa. Sedangkan hasil

identifikasi terhadap koloni yang tumbuh di media SDA dan SDA-m setelah masa

inkubasi dicapai terpapar dalam Tabel 3 di bawah ini.

Page 19: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

10

Tabel 5 Hasil identifikasi terhadap koloni keberadaan cendawan dari contoh

kerokan kulit dan rambut yang diambil dari beberapa klinik hewan di

wilayah Kota Bogor

No

Lokasi

Pengambilan

Contoh

SDA-m SDA

Kerokan

kulit Rambut

Kerokan

kulit Rambut

1 Klinik 1 - - - -

2 Klinik 2 - - - -

3 Klinik 3 - - - Aspergillus sp.

4 Klinik 4 - Penicillium sp.

Aspergillus sp.

Aspergillus

candidus

- Penicilllium

sp.

Chaetomium

globosum

5 Klinik 5 - Penicillium sp. - Penicillium sp.

6 Klinik 6 - Chaetomium

globosum

Fusarium sp.

- -

7 Klinik 7 - - - Aspergillus sp.

8 Klinik 8 - Penicilllium

sp.

Chaetomium

globosum

- Chaetomium

globosum

9 Klinik 9 - - - Chaetomium

globosum

10 Klinik 10 Aspergillus

fumigatus

Aspergillus

fumigatus

Aspergillus

fumigatus

Aspergillus

fumigatus

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa tidak ditemukan cendawan

Dermatofita pada semua contoh yang diperiksa. Sejumlah cendawan lingkungan

(kosmopolitan) telah diisolasi dari contoh, diantaranya Aspergillus sp.,

Penicillium sp., Fusarium sp., dan Chaetomium globosum (Gambar 1). Menurut

Miller et al. (2013), cendawan tersebut merupakan cendawan saprofit yang

normal diisolasi dari rambut dan kulit anjing dan kucing. Cendawan yang paling

banyak diisolasi dari anjing adalah Alternaria, Aspergillus, Aureobasidium,

Chrysosporidium, Mucor, Penicillium, dan Rhizopus. Pada kucing, cendawan

yang paling banyak diisolasi adalah Alternaria, Aspergillus, Aureobasidium,

Chrysosporidium, Mucor, Penicillium, Rhodotorula, dan Scapulariopsis. Menurut

Deskiharto(2016), Aspergillus fumigatus dan Fusarium semitectum merupakan

jenis cendawan yang jumlahnya paling banyak diisolasi yang terdapat di ruang

periksa dan ruang tunggu klinik hewan. Persentase keberadaan cendawan ini lebih

besar dibandingkan Microsporum canis. Kedua jenis cendawan ini bersifat lebih

invasif dan lebih tahan pada suhu ruang dibandingkan dengan kapang

Dermatofita.

Page 20: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

11

Gambar 1 Hasil pengamatan mikroskopik kapang yang diisolasi dari contoh

kerokan kulit dan rambut. (A) Aspergillus sp. (B) Penicillium sp. (C)

Fusarium sp. (D) Chaetomium sp. Pewarna: LBC. Pembesaran: 400x

Aspergillus sp. terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di daerah tropik

dengan kelembaban yang tinggi. Habitat asli Aspergillus adalah di tanah dengan

kondisi habitat yang memiliki kadar air tinggi (setidaknya 7%) dan suhu tinggi

(Samosir 2012). Ciri morfologi koloni berwarna hijau kebiruan dengan area

kuning sulfur pada permukaannya dan miselium berbentuk benang halus. Ciri

mikroskopis Aspergillus sp.terdapat konidiofor, sel kaki dan kepala berkonidium

terdiri dari gelembung, fialid serta kadang-kadang metula dan konidium.Fialid

dapat dibentuk langsung pada gelembung uniseriat atau metula biseriat. Kepala

konidium berbentuk kolumner atau radial. (Susilowati dan Listyawati 2001).

Penicillium sp. tumbuh pada tempat yang bersuhu rendah. Banyak

Penicillium menghasilkan mikotoksin dengan komposisi toksin yang beragam

(Leite Jr. et al. 2012). Penicilium sp. biasanya bersepta, badan buah berbentuk

seperti sapu yang diikuti sterigma dan konidia yang tersusun seperti rantai.

Konidia pada hampir semua species saat masih muda berwarna hijau kemudian

berubah menjadi kecoklatan (Purwantisari dan Hastuti 2009).

Spesies Fusarium umumnya berada di tanah pada berbagai iklim. Faktor

utama yang memengaruhi dinamika populasi dan stuktur kelompok spesies

Fusarium adalah suhu(Seremi dan Burgess 2000). Menurut Sudadi et al.

(2013)Fusarium sp. mempunyai ciri morfologi koloni berwarna putih, miselium

(A) (B)

(C) (D)

Page 21: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

12

teratur dan pertumbuhan koloni rata, tebal. Ciri morfologi sel meliputi miselium

bercabang, mikrokonidia berbentuk ovoid (berbentuk telur dengan satu ujungnya

menyempit).

Chaetomium globosum merupakan spesies cendawan lingkungan dan

bersifat selulolitik yang kuat. Spesies ini telah diisolasi dari kertas, tekstil, tanah,

kompos, serasah, aneka buah-buahan kering, serta dari sarang, bulu, dan kotoran

burung. Chaetomium globosummempunyai lapisan askomata lebat berwarna hijau

redup keabu-abuan atau abu tua. Askomata berwarna coklat tua hingga hitam,

berbentuk bulat atau semibulat, dan memiliki rambut-rambut lateral berwarna

coklat tua kehijauan serta melingkar pada ujungnya (Gandjar et al. 2000).

Pengobatan penyakit kulit pada anjing atau kucing membutuhkan waktu

yang lama dan harus sampai tuntas. Jika pengobatan tidak tuntas, maka akan

menimbulkan permasalahan baru, yaitu adanya ketahanan terhadap antibiotika

ataupun meningkatkan keparahan penyakit. Oleh karena itu, tindakan pencegahan

lebih baik dilakukan dalam menangani penyakit kulit. Pencegahan penyakit kulit

dilakukan dengan memperbaiki sanitasi dan kebersihan hewan serta lingkungan

sekitarnya. Hal ini dilakukan dengan membersihkan kandang secara teratur,

menyemprotkan desinfektan dan fungisidal untuk membasmi cendawan, serta

membersihkan atau memandikan hewan peliharaan secara teratur. Selain itu,

pemilik harus menjauhkan hewan peliharaannya dari hewan lain yang tertular

penyakit kulit, karena beberapa jenis penyakit kulit sangat mudah menular.

Hewan yang menderita penyakit kulit harus segera dibawa ke klinik hewan agar

mendapakan pengobatan dan perawatan yang tepat.

Untuk mengantisipasi kedatangan pasien-pasien penyakit kulit, klinik

hewan harus memiliki fasilitas untuk membantu mendiagnosa jenis penyakit kulit,

pengobatan, dan perawatan pasien. Alat yang digunakan untuk membantu

mendiagnosa penyakit kulit dapat berupa lampu wood atau mikroskop. Setelah

diagnosa penyakit ditentukan, pasien diberikan pengobatan yang sesuai. Agar

persembuhan penyakit dapat lebih cepat, perawatan pasien juga harus

diperhatikan. Perawatan yang diberikan yakni dengan menjaga kebersihan hewan

dengan pemberian shampo terapi untuk membersihkan kulit dan rambut dari

cendawan maupun infestasi ektoparasit. Selain itu pasien diberikan pakan khusus

untuk menunjang dan memperbaiki kualitas kulit.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Infestasi ektoparasit merupakan penyakit kulit pada anjing dan kucing

dengan tingkat kejadian paling tinggi. Kasus dermatofitosis merupakan kasus

kedua terbanyak yang menginfeksi anjing dan kucing. Namun, cendawan

Dermatofita tidak diperoleh dari spesimen-spesimen yang diperiksa.

Page 22: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

13

Saran

Kesehatan hewan terlihat dari kebersihan dan kecerahan kulit dan rambut

hewan. Perlu adanya kesadaran dan kepedulian dari pemilik hewan untuk

memperhatikan kebersihan dan kesehatan hewan peliharaannya agar terhindar dari

penyakit kulit. Selain itu perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap dampak

dari cemaran cendawan non-Dermatofita yang ada di klinik hewan.

DAFTAR PUSTAKA

Aripin DN, Dhani RR, Murtiningrum FS, Yasin MF. 2013. Penggunaan ekstrak

cabai (capsaicin) untuk pengobatan penyakit demodekosis pada anjing [PKM].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bandi KM, Saikumar C. 2013. Sarcoptic mange: a zoonotic ectoparasitic skin

disease. JCDR. 7(1): 156-157.

[Balitbang] Badan Penelitian dan Pengembangan. 2014. Musim pancaroba di

Indonesia [internet]. [Diunduh 15 September 2016] Tersedia pada:

http://www.balitbang.jatimprov.go.id/berita/detail/berita/443

Bunawan A. 2009. Gangguan kulit pada hewan anda. Piet Klinik Hewan

[internet]. [Diunduh 20 Januari 2016] Tersedia pada:

http://pietklinik.com/wmview.php?ArtID=13

de Jong W. 2005. Kanker Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan

Dukungan Keluarga. Heerdjan AS, penerjemah; Juwono L, editor. Jakarta

(ID): Penerbit Arcan. Terjemahan dari: Kanker, Wat Heet?! Medische

Informatie Over de Ziekte(n), de Behandeling en de Prognose.

Deskiharto A. 2016. Keberadaan kapang Dermatofita yang diisolasi dari klinik

dan toko hewan peliharaan di kota Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Gandjar I, Samson RA, Tweel-Vermeulen KVD, Oetari A, Santoso I. 2000.

Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Graham-Brown R, Burns T. 2005. Dermatologi: Catatan Kuliah. Zakariah MA,

penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:

Lecture Notes os Dermatology.

Gupta AK, Foley KA. 2015. Antifungal treatment for pityriasis versicolor. J.

Fungi. 1: 13-29 .doi:10.3390/jof1010013.

Hadi UK, Soviana S. 2012. Ektoparasit: Pengenalan, Identifikasi, dan

Pengendaliannya. Bogor (ID): IPB Press.

Indrajulianto S, Yanuartono, Purnamaningsih H, Wikansari P, Sakan GYI. 2014.

Isolasi dan identifikasi Microsporum canis dari anjing penderita dermatofitosis

di Yogyakarta. J Vet. 15(2): 212-216.

Indriani E, Boy AR, Sushermanto. 2014. Sistem pakar diagnosa penyakit kucing

menggunakan motode Depth First Search (DFS). Progresif. 10(2): 1017-1076.

Page 23: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

14

Jamez. 2015. Inilah 5 jenis ras kucing peliharaan. Ragam Info [internet]. [Diunduh

12 Juni 2016]. Tersedia pada: http://www.duniaq.com/inilah-5-jenis-ras-

kucing-peliharaan/

Leite Jr. DP, Yamamoto ACK, de Souza Amadio JVR, Martins ER, do Santos

FAL, de Almeida Alves Simoes S, Hahn RC. 2012. Trichocomaceaae:

biodiversity of Aspergillus spp and Penicillium spp residing in libraries. J

Infect Dev Ctris. 6(10): 734-743.

Liauw H. 2014 Mei 05. Awas ledakan Kucing. Kompas [internet]. [Diunduh pada

02 Agustus 2016] Tersedia pada:

http://megapolitan.kompas.com/read/2014/05/05/2120338/Awas.Ledakan.Kuci

ng

[ME] Med Express. 2013. Bebas Alergi. Datusanantyo A, Robertus, penerjemah.

Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. Terjemahan dari: Overcoming Allergies.

Miller WH, Craige EG, Karen LC. 2013. Muller & Kirk’s Small Animal

Dermatology 7th

Edition. Missouri (US): Elsevier.

Paterson S. 2008. Manual of Skin Diseases of the Dog and Cat. India (IN):

Blackwell Publishing.

Priasdhika G. 2014. Studi infestasi ektoparasit pada anjing di pondok pengayom

satwa jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Puri KM, Dahelmi, Mairawita. 2014. Jenis-jenis dan prevalensi ektoparasit pada

anjing peliharaan. J. Bio. UA. 3(3): 183-187.

Purwantisari S, Hastuti RB. 2009. Isolasi dan identifikasi jamur indigenous

rhizosfer tanaman kentang dari lahan pertanian kentang organik di desa pakis,

magelang. Bioma. 11(2): 45-53.

Rahayu T. 2015. Identifikasi dan prevalensi ektoparasit pada kucing kampung

(Felis silvestris catus) di Pasar Batu dan Arhanud sebagai sumber belajar

biologi [skripsi]. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang.

Rahmiati DU, Pribadi ES. 2014. Tingkat pendidikan dan status ekonomi pemilik

hewan dalam hal pengetahuan dan penerapan kesejahteraan hewan. J. Vet.

15(3): 386-394.

Samosir A.2012. Hubungan perilaku penjamah pembuatan pliek u pada industri

rumah tangga dengan terdapatnya jamur Aspergillus niger di kecamatan darul

imarah aceh besar tahun 2011 [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera

Utara.

Seremi H, Burgess LW. 2000. Effect of soil temperature on distribution and

population dynamics of Fussarium species. J. Agr. Sci. Tech. 2: 119-125.

Soeparyono A. 2014. 5 anjing paling ramah buat di pelihara. Kawanku [internet].

[Diunduh 12 Juni 2016] Tersedia pada:

http://kawankumagz.com/Feature/Playground/5-Anjing-Paling-Ramah-Buat-

Dipelihara

Sudadi, Ernawati I, Sumarno, Dewi WI, Widijanto. 2013. Potensi isolat mikrobia

asal andisol Dieng, Jawa Tengah sebagai inokulum pupuk hayati pengoksidasi

sulfur. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi. 10(1): 19-26.

Susilowati A, dan Listyawati A. 2001. Keanekaragaman jenis mikroorganisme

sumber kontaminasi kultur in vitro di sub-lab. biologi laboratorium MIPA

pusat UNS. Biodiv. 2(1): 110-114.

Sutrisna C. 2015. Sebaran infestasi ektoparasit pada anjing di Bandung [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 24: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

15

Tilley LP, Smith FWK. 2007. The 5-Minute Veterinary Consult: Canine & Feline

3 th

Edition. Australia(AU): Blackwell Publishing.

Wahyudi E. 2015 . Pemprov tak punya catatan jumlah anjing liar di Jakarta. CNN

Indonesia [internet]. [Diunduh 02 Agustus 2016] Tersedia pada:

http://m.cnnindonesia.com/nasional/20151001110640-20-82049/pemprov-tak-

punya-catatan-jumlah-anjing-liar-di-jakarta/

Page 25: KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING … · menyebabakan infeksi adalah alergi, penyakit keratinisasi dan penyakit folikular. Infeksi bakteri pada kucing jarang terjadi.

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 6 Januari 1995 dari ayah

Budianto dan ibu Trismawaty. Penulis adalah putri pertama dari empat

bersaudara. Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Muara Enim dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)

melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum

Anatomi Veterinar 1 pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga aktif sebagai

kepala Biro Kesekretariatan dan Inventarisasi BEM FKH IPB pada periode

2013/2014 dan 2014/2015. Penulis juga aktif sebagai staf Divisi Pendidikan pada

Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO) Satwa Liar. Pada bulan Agustus 2015

penulis mengikuti program Abdi Nusantara yang dilaksanakan di Provinsi Banten

dalam rangka Pembebasan Provinsi Banten dari Brucelosis.