Top Banner
1 “Keistimewaan Yogyakarta” (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY) Oleh : Wahyu Kustiningsih
14

"Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

Jan 24, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

1

“Keistimewaan Yogyakarta” (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

Oleh :

Wahyu Kustiningsih

Page 2: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

2

“Keistimewaan Yogyakarta”

(Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

Oleh : Wahyu Kustiningsih

I. Latar Belakang

Belum usai penanganan pasca bencana erupsi Merapi, sudah muncul wacana baru

yang digulirkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku presiden Republik

Indonesia ke berbagai media nasional. Rencana Undang-undang Keistimewaan

Yogyakarta. Memang wacana ini bukanlah merupakan wacana baru. Hanya saja

digulirkannya wacana ini ketika DIY mengalami bencana erupsi merapi itulah yang

menimbukan reaksi tajam terutama dari masyarakat Yogyakarta.

Banyak pihak yang pro dan kontra mengenai hal ini. Berbagai lembaga survei pun

banyak yang melakukan jajak pendapat terkait hal ini. Ini menimbulkan polemik di

masyarakat itu sendiri terutama di Yogyakarta. Respon masyarakat pun beragam.

Berbagai alasan pula yang dikemukakan atas respon mereka tersebut. Antara

Penetapan atau pemilihan.

Secara historis, keraton Ngayogyakarto mempunyai peranan penting dan pengaruh

yang besar bagi masyarakat Jawa. Itulah mengapa ketika dicuatkannya wacana tentang

RUUK ini langsung saja menyedot perhatian publik. Media massa mempunyai andil

yang cukup besar terutama pada pembahasan wacana ini. Hampir setiap hari, majalah

nasional maupun lokal memwacanakan tentang keistimewaan Yogyakarta.

II. Rumusan Masalah

Ramainya wacana tentang keistimewaan DIY cukup menyita perhatian banyak pihak.

Di media massa, wacana ini sangat hangat diperbincangkan. Permasalahannya,

bagaimana dengan masyarakat biasa? Kali ini, akan dicoba untuk digali respon

masyarakat dengan mengambil sampel penelitian di Dusun Mangir. Bagaimana

respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan Yogyakarta?

III. Tujuan dan Manfaat

Tujuan :

Untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan

DIY.

Untuk kelengkapan tugas akhir semester mata kuliah Metoe Penelitian I di Pasca

Sarjana Sosiologi UGM

Manfaat :

Dapat digunakan sebagai rujukan penelitian berikutnya.

IV. Metode Penelitian

1. Metode koleksi data

Ada dua cara yang digunakan untuk mengkoleksi data pada penelitian kali ini,

antara lain observasi dan interview. Observasi yang dilakukan hanya sekilas karena

faktor keterbatasan waktu di lapangan. Kemudian, interview juga hanya dilakukan

pada satu informan, karena faktor waktu yang terbatas.

Page 3: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

3

2. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di dusun Mangir. Populasinya yaitu masyarakat dusun

Mangir. Sampel penelitian kebetulan sudah ditentukan. Dan di sini saya mendapat

informan dari Mangir Kidul.

3. Jenis Data

Jenis data meliputi data primer yang diperoleh dari hasil interview, dan data

sekunder yang diperoleh dari kepustakaan.

4. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

V. Hasil Penelitian

a) Sekilas tentang Mangir

Mangir merupakan daerah yang terletak di Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan,

Kabupaten Bantul, Provinsi D.I.Y. Luas Mangir +100 ha. Secara administratif,

Mangir terdiri dari 3 dusun, yaitu Mangir Lor, Mangir Tengah dan Mangir Kidul.

Total keseluruhan Rumah Tangga (RT) ada 12 RT. Mangir berbatasan langsung

dengan sungai Progo. Secara geografis, Mangir berada di wilayah dataran rendah.

Kawasan Mangir cukup sejuk dengan pepohonan besar yang masih banyak

dijumpai. Pohon-pohon besar yang produktif banyak dijumpai di pekarangan

warganya dan dimanfaatkan oleh warga untuk pemenuhan kebutuhan mereka.

Di Mangir, terdapat situs bersejarah peninggalan Ki Ageng Mangir Wonoboyo.

Peninggalan yang ada berupa Lingga Yoni, Batu, Kuburan, Patung Kebo, serta batu

bata bekas kerajaan yang dipercaya oleh warga masih memiliki kekuatan magis.

Secara demografis, jumlah penduduk Mangir sebanyak 1648 jiwa. Jumlah tersebut

terbagi sebagai berikut:

Tabel . Jumlah penduduk Mangir Dusun Perempuan Laki-laki Jumlah (jiwa)

Mangir Lor 276 216 492

Mangir Tengah 350 250 600

Mangir Kidul 289 267 556

Total

Mayoritas dari penduduk Mangir bermata pencaharian sebagai buruh dan tani.

Apabila diklasifikasikan secara ekonomi, kebanyakan penduduk Mangir masuk

dalam kategori kelas ekonomi menengah ke bawah. Masyarakat Mangir termasuk

tipe masyarakat yang masih menjaga tradisi. Tradisi yang masih terjaga itu lah yang

menjadi alasan utama untuk menjadikan Mangir sebagai salah satu desa wisata di

Bantul. Beberapa ritual tradisional yang masih terjaga di wilayah Mangir antara lain

tradisi suran (suro), obong-obong atau sesajen pada tempat-tempat atau benda

tertentu yang dianggap keramat, dan lain sebagainya. Mangir sebagai desa wisata

juga tidak mau ketinggalan untuk memanfaatkan internet sebagai media promosi.

Hal tersebut dapat dilihat di alamat web www.mangir.web.id.

b) Temuan-temuan

Page 4: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

4

Yang menjadi informan untuk penelitian kali ini adalah seorang veteran atau

mantan tentara sejak jaman penjajahan, mulai dari Belanda hingga Jepang. Beliau

bernama bapak Sukardi. Bapak Sukardi ini tinggal di dusun Mangir Kidul. Selain

itu, bapak Sukardi dari lahir tinggal di Mangir. Berbincang dengan bapak Sukardi,

seakan dibawa ke jaman penjajahan sekitar tahun 1930-an. Baginya, cerita yang

mayoritas berasal dari pengalaman hidupnya tersebut merupakan suatu hal yang

patut untuk dibanggakan. Disetiap penjelasan yang diberikan, bapak Sukardi selalu

menunjukkan bukti-buktinya melalui koleksi buku yang dia miliki. Tidak segan,

selama proses interview berlangsung, bapak Sukardi nampak bolak-balik menuju

bagian dalam rumah dan keluar lagi dengan membawa buku di tangannya.

Berkaitan dengan wacana keistimewaan Yogyakarta, penjelasan tentang bagaimana

responnya tidak lepas dari konteks sejarah di masa lalu. Sosok HB IX merupakan

sosok yang paling sering beliau sebut ketika menjelaskan tentang keistimewaan

Yogyakarta. Seakan bapak Sukardi ini bangga sekali dengan sosok HB IX. Terkait

dengan keistimewaan itu sendiri, bapak Sukardi beranggapan bahwa Yogyakarta

memang harus penetapan. Hal tersebut berkait dengan beberapa alasan, antara lain:

1. Alasan sejarah

Bahwa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Yogyakarta

mempunyai peranan dan pengorbanan yang besar, sehingga keistimewaan yang

dimiliki oleh Yogyakarta itu sebanding dengan apa yang telah dilakukan. Ada

penghargaan tersendiri, misalnya di sini yang dirasakan oleh bapak Sukardi

yang seorang veteran atau pejuan di mana beliau juga turut andil dalam

pergerakan perjuangan pada masa itu.

2. Kepemimpinan

Ibarat dalam sebuah keluarga, kita terbiasa dipimpin oleh kepala keluarga. Lalu

ada orang lain yang datang dan mempimpin kita. Bukankan akan terasa aneh?

Dan apakah orang tersebut mampu memimpin kita? Anggapan-anggapan

seperti inilah yang ada dalam benak bapak Sukardi. Permasalahannya nanti

pada siapa dan bagaimana yang memimpin dan yang dipimpin. Takutnya malah

pemerintahan menjadi kacau dan berimbas negatif papa kehidupan rakyatnya.

3. Stabilitas sosial

Ini yang paling utama. Membayangkan nantinya akan ada perebutan kekuasaan

untuk dapat duduk menjadi Gubernur DIY. Bisa saja nantinya akan ada konflik

atau kerusuhan sosial. Sehingga, menurut bapak Sukardi, Yogyakarta memang

harus penetapan.

Untuk masyarakat Mangir secara keseluruhan, dari penjelasan bapak Sukardi, tidak

ada reaksi khusus menanggapi wacana keistimewaan Yogyakarta ini. Mereka

merupakan masyarakat desa yang mayoritas masih memiliki ciri-ciri khas

kebanyakan masyarakat desa di Jawa, yaitu 'manut' atau mengikuti saja apa yang

dikatakan oleh orang yang lebih tinggi. Sikap ini lah sebenarnya yang tidak

digambarkan oleh media massa kemarin. Pencitraaan dari media massa dibangun

atas dasar kepentingan pihak tertentu.

Page 5: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

5

VI. Kesimpulan

Wacana tentang RUUK yang sempat hangat di berbagai media massa dan juga

menjadi isu nasional ini, juga mempengaruhi pemikiran masyarakat Yogyakarta

secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai warga asli Yogyakarta dan sebagai

seorang mantan pejuang, bpak Sukardi dengan tegas menyatakan harus penetapan.

Pernyataan beliau tidak dapat diganggu-gugat. Banyak hal yang menjadi landasan dia

berargumen semacam itu, antara lain alasan sejarah, kepemimpinan dan stabilitas

sosial. Apabila dihubungkan dengan konteks daerah Mangir, pernyataan bapak

Sukardi mungkin akan mewakili masyarakat di sana. Sifat 'manut' mayoritas

masyarakat di Mangir terhadap orang yang dianggap memiliki kedudukan yang lebih

tinggi atau memiliki pemikiran yang lebih maju dan pintar, cukup menjelaskan hal ini.

Page 6: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

6

VII. Lampiran :

1. Laporan perjalanan 2

Tepat pukul 13.00 wib atau setelah jam istirahat siang, kami melanjutkan perjalanan

dari rumah bapak Suharman (samping kantor kabupaten Bantul) menuju Mangir

(Pajangan, Bantul). Ada beberapa kendala teknis kecil yang terjadi saat rombongan

melanjutkan perjalanan, misal beberapa motor yang terpisah dari rombongan. Akan

tetapi, secara umum, perjalanan berjalan lancar.

Jalan menuju Mangir termasuk bagus dan aspalnya mulus. Kondisi jalan juga tidak

terlalu ramai siang itu. Kebetulan saat kami melakukan penelitian lapangan ini,

memang sedang musim hujan dan angin kencang. Sehingga saat dijalanan langit

mendung disertai angin yang cukup kencang. Terlebih mayoritas jalan yang

rombongan kami melewati sawah, sehingga angin sangat terasa.

Jalan yang kami lalui cukup berliku. Hingga akhirnya kami sampai di jalan utama

memasuki dusun Mangir. Jalan utama itu tepatnya di dusun Mangir Lor yang

terhubung langsung dengan jalan kabupaten. Di dusun Mangir Lor ini, nampak jarak

rumah yang satu dengan yang lain cukup dekat. Berbeda halnya dengan Mangir

Tengah dan Mangir Kidul. Intinya, semakin masuk ke dalam, semakin jauh jarah antar

rumah. Pola pembangunan perumahannya mengikuti jalan utama.

Di jalan utama memasuki dusun Mangir, dapat dijumpai spanduk selamat datang yang

sangat jelas tertera dalam spanduk tersebut menyebutkan situs sejarah atau petilasan

Ki Ageng Mangir. Awalnya, di perjalanan kami hanya menjumpai ibu-ibu rumah

tangga yang beraktivitas di sekitar rumah mereka masing-masing. Namun, ketika ada

sebuah warung kelontong kecil, ternyata disitu ada segerombolan anak muda yang

duduk melingkar dilantai beralaskan tikar. Setelah diperhatikan dengan seksama,

ternyata mereka sedang bermain kartu remi. Hal yang nampak janggal adalah bahwa di

situ juga ada anak balita yang juga sedang bermain.

Suasana sekitar sangat rindah. Di Mangir, masih banyak pohon-pohon besar.

Mayoritas warna menanam beberapa pohon produktif seperti rambutan, durian, kelapa

dan lain sebagainya di pekarangan rumah mereka. Jalanan yang kami lalui termasuk

tidak rata, banyak lubang di sana-sini.

Rumah penduduk yang ada nampak masih sederhana. Mayoritas berpagar bambu atau

berpagar tanaman. Suasananya pun nampak tenang tanpa terdengar hiruk pikuk.

Rumah Endah menjadi basecamp kami untuk di Mangir. Kedatangan kami saat itu

disambut dengan angin besar. Sedikit menakutkan karena lingkungan sekitar banyak

sekali pohon-pohon besar.

Kami diskusi sebentar sebelum terjun ke lapangan. Sama seperti sebelumnya,

informan di Mangir pun sudah ditentukan terlebih dahulu. Ini untuk mempermudah

dan mempercepat penelitian lapangan ini. Kali ini 1 orang mewawancarai 1 informan.

Kebetulan karena saya berkendara sepeda motor, maka saya mendapat jatah di Mangir

Kidul, dimana jauh dari basecamp. Saya mendapat informan bernama bapak Sukardi.

Page 7: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

7

Beliau adalah veteran. Ketika saya sampai ke rumah bapak Sukardi, rumahnya sepi.

Akhirnya ada tetangganya yang membantu saya untuk mencari bapak Sukardi.

Namun, di dalam rumah ternyata hanya ada istri bapak Sukardi. Saat itu ibu Sukardi

baru saja selesai sholat dzuhur. Beliau masih mengenakan mukena. Saya disambut

hangat oleh ibu Sukardi. Sambil menunggu bapak Sukardi yang ternyata sedang ke

kebun menengok pohon duriannya, saya mengobrol dengan ibu Sukardi terutama

seputar kehidupan masyarakat di Mangir. Tidak banyak informasi yangbisa saya

dapatkan dari ibu Sukardi. Beliau hanya menjawab beberapa pertanyaan secara umum

saja. Ketika saya mencoba bertanya lebih detail, ternyata beliau tidak mampu

menjawab. Akhirnya saya hanya mengobrol seputar kegiatan ibu-ibu dan tentang

keluarga bapak Sukardi. Setidaknya saya mendapatkan gambaran tentang bapak

Sukardi.

Cukup lama saya menunggu. 30 menit lebih. Akan tetapi bapak Sukardi tidak kunjung

pulang. Saya hampir saja memutuskan untuk beranjak dan mencari informan lainnya.

Ketika saya akan berpamitan dengan ibu Sukardi, ternyata bapak Sukardi pulang.

Kesan pertama adalah bahwa bapak Sukardi merupakan seseorang yang tegas. Itu

nampak dari raut mukanya. Tidak ada senyum ketika saya berjumpa pertama dengan

beliau.

Bapak Sukardi berganti baju terlebih dahulu. Saya mengobrol lagi dengan ibu. Tidak

selang lama, bapak pun keluar dengan memakai sarung dan baju batik. Kali ini ada

senyum ramah di wajah bapak. Saya menjelaskan maksud kedatangan saya. Kemudian

ibu Sukardi undur diri ke belakang dan tidak selang lama keluar lagi membawakan

minuman teh hangat berserta camilannya.

Obrolan saya dengan bapak Sukardi mengalir lancar. Ada beberapa kendala yang saya

alami, misalnya bapak Sukardi merupakan tipe orang yang tidak dapat dihentikan

pembicaraannya, sehingga saya harus mencari celah untuk mengalihkan bahan

pembicaraannya. Selain itu, berhubung bapak Sukardi adalah seorang tentara pada

masa penjajahan, maka beliau semanagt sekali menceritakan tentang keistimewaan

Yogyakarta dalam konteks sejarah. Beberapa kali jug abapak Sukardi masuk ke dalam

untuk mengambil berbagai buku tentang sejarah untuk diperlihatkan ke saya. Beliau

ingin menunjukkan ke saya bahwa apa yang dikatakan oleh beliau adalah benar dan

tidak berbohong. Untungnya saya masih mengingat beberapa cerita sejarah Indonesia,

sehingga saya cukup mengerti apa yang diceritakan oleh bapak Sukardi.

Keterbatasan waktu lah yang mengharuskan saya untuk mengakhiri obrolan dengan

bapak Sukardi. Kebetulan saya sudah mendapat telpon dan sms untuk segera kembali

ke basecamp karena sudah ditunggu oleh semua kawan-kawan. Susah sekali saya

pamit. Bapak Sukardi masih ingin berbicara dan bercerita banyak hal kepada saya.

Beliau meminta kontak saya. Beliau berharap saya bis adatang lagi ke rumahnya.

Ketika saya pamit, beliau menyuruh saya menunggu sebentar karena beliau akan

mengambilkan durian buat saya di kebunnya. Namun, saya takut merepotkan dan saya

juga sudah tidak enak dengan teman-teman yang menunggu saya. Akhirnya saya

benar-benar pamit dan pulang ke basecamp. Satu hal yang saya sangat salut kepada

bapak Sukardi ialah bagaimana beliau mendokunetasikan riwayat hidupnya dalam

sebuah buku jilidan biasa yang berisi fotocopy KTP, Surat Keterangan Jabatan, rincian

profil anak-anaknya dan lain-lain, yang sengaja dia bagikan ke anak cucunya. Sebuah

kebanggaan akan profesinya, sebagai pejuang.

Page 8: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

8

2. Transkrip hasil wawancara dengan narasumber

Lokasi : Dusun Mangir Pajangan Bantul Yogyakarta

Narasumber : Bapak Sukardi

Waktu : 13.30 – 15.30 wib

Bapak Sukardi (S) : Nyunsewu, njenengan madosi kulo wonten menopo?

Pewawancara (P) : Mekaten pak. Kulo mahasiswa S2 UGM. Ajeng penelitian.

Kulo niku rencange Endah, putranipun bapak Mardiyono ingkan

nggriyanipun wonten Mangir Lor.

(S) :Nggih.

(P) :Nah, maksud kulo mriki niku, kulo ajeng tangklet-tangklet kadospundi respon

masyarakat Mangir mriki kaitannipun kaliyan RUU Keistimewaan Yogyakarta.

Lha wingi bab niki niku ran dho ramai tho pak teng pundi-pundi. Eneten seng

pro-penetapan, wonten seng pro demokrasi.

(S) :Nek masalah iku ki ora kabeh uwong ngerti. Hanya orang-orang tertentu yang

tahu. Wong-wong mriki niku nek ditakoni mbok jawab e rak mboten ngertos.

Kecuali dia itu tahu kemerdekaan republik ini dari awal sampai akhir. Kalau

saya itu menceritakan. Omongan kulo niku koyo seng ono neng sejarah.

Njenengan lahir tahun pinten?

(P) :Sinten? Kulo pak? Kulo kelahiran tahun 1985 pak.

(S) :Isih bujang opo?

(P) :Kulo tasih kuliah bapak.

(S) :Yo le penting cita-cita buat menimba ilmu yo.

(P) :Bapak e ngasto neng opo?

(S) :Bapak kulo pak? Wau ne wonten dinas Perhubungan Gunungkidul, namun

sakniki wonten Perikanan dan Kelautan Gunungkidul.

(P) : Nyun sewu pak. Menawi bapak pribadi pripun niku tanggapan nipun tentang

RUUK?

(S) :Kalau saya ini berdasarklan sejarah. Wong kulo niku sak umpomo dibalekke

sejarah e.. lha nek koyo njenengan niku kan ngertine mung seng koyo sak niki

tho. Tapi bagaimana kemerdekaan waktu itu kan tidak tahu. Sebenarnya setelah

kemerdekaan di Indonesia terutama setelah kelanjutannya dari penjajahan. Kita

dijajah kalau tidak salah oleh Belanda itu 350 tahun. Kemudian dijajah Jepang

ini hampir 3,5 tahun. Ini saya sebagai pelaku. Jaman Jepang itu saya sudah

memanggul senjata. Ini semacam permodalah hidup tho. Modal iku yo numpuk

apik, elek, becik lan sakpiturute. Nah pada waktu itu Jepang dikalahkan oleh

Inggri dan Amerika, karena pada waktu itu Jepang mempunyai kekuatan yang

luat biasa. Tapi kalau Jepang itu ya seperti 'kodhok arep nguntal cagak'. Tapi ya

pada waktu itu musushnya kan orang baik-baik. Lha Inggris dan Amrika kan

termasuk negara besar di dunia dan kemudian dia dianjurkan kira-kira tahun

1945, ketika itu Nagasaki dan Hiroshima dibom atom. Kemudian rakayatnya

tidak bisa apa-apa dan Jepang menyerah tekuk lutu tanpo kalah. Itu ceritanya.

Nah Indonesia pada masa Jepang itu kan katanya akan diberi kemerdekaan.

Nyatanya setelah Jepang kalah, Jepang tidak mau melakukannya. Karena kita

sudah terlalu lama dijajah, kemudian membentuk yang namanya pada waktu itu

KNIP. Ini dari beberapa kumpulan. Dan kemudian anak muda membentuk

BKR dan TKR. Kita waktu itu belum berani mnyebutkan kata tentara karena

belum ada kekuatan. Kemudian, beberapa tahun kemudian, ternyata penjajah

Page 9: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

9

masih ada minat untuk menjajah Indonesia. Nah setelah Jepang kalah, Inggris

dan Amerika kan akan melucuti. Nah ini Belanda membonceng. Nah Indonesia

kan tidak menerima kalau di jajah lagi. Pokoknya kita pertahankan. Dulu itu

misalnya perlawanannya di Jakarta, Semarang, Surabaya. Dulu ada yang

namanya laskar rakyat, laskar APS dan lainnya. Initnya kita membendung

jangan sampai di jajah lagi.

(P) : Berati bapak dinasnya di Jogja terus ya pak?

(S) : Kebetulan saya kan dilahirkan di Yogyakarta. Nah Yogyakarta kan sejak dulu

kedudukannya sebagai kerajaan. Sultan HB IX pada waktu itu disekolahkan ke

negeri Belanda. Nah di sana dia kan mengambil fakultas pemerintahan. Nah dia

itu menguasai dan tahu betul bagaimana memerintah rakyat dan memi,pin

negara. Pada tahun 1940, Sultan HB kan masih muda, tapi dia sudah

menggantikan ayahnya. Waktu dia disekolahkan ke Benlad akan ayahnya sakit,

nah pas pulang, dia langsung menggantikan ayahnya. Kemudian menjadi ratu.

Nah kalau ratu itu kan identik dengan selir yang banyak. Nah cerita Ki Ageng

Mangir mirip yaitu mempunyai anak yang jumlahnya 117. Tapi ya pada waktu

itu belum banyak manusia seperti sekarang. Tapi pemerintahan Soeharto atau

orde baru pada tahun 1965 sampai 1998, kalau tidak salah...lho njenengan

partai ne nopo?

(P) : Kulo pak? Ah nek kulo mah mboten tumut pundi-pundi.

(S) : Kemudian itu kan pas orde lama yang kemudian dipindah oleh presiden

Soekarno. Kemudian orde lama yang kemudian diterima oleh Soeharto. Lha

wong niki sejarah tho.

(Istri pak Sukardi keluar dengan membawa minuman teh hangat dan beberapa snack)

Ini saya crita tidak apa-apa tho?

(P) : Mboten menopo pak. Monggo kemawon.

(S) : He he he.. nek perlu tak jikuk bukune.

(P) : Woh lengkap nggih pak?

(S) : Saya senang. Saya pernah kedatangan dari mana itu. Saya ini orang bodoh

tapi saya pandai karena pengalaman bergaul. Pada tahun 1935, saya sekolah di

sekolah angka lima (setaraf SD). O iyo mau durung nepung ke...sampeyan

asmane siapa?

(P) : Oh kulo Wahyu bapak.

(S) :Wah apik kui nek Wahyu. Dulu itu banyak dari mahasiswa datang ke sini. Pada

dasarnya saya seneng mengobrol. Tapi ya ngobrolnya secara realita lho.

(P) : Lha tahun 1935 niku pripun?

(S) : Saya sekolah di SD lulus tahun 1940. Kemudian pada jaman itu tho yo, orang

itu di desa makannya sulit sekali. Dari pagi yo makannya cuma sekali. Yo

jeneng e wong ndeso. Neng kebon golek opo-po, ono telo lan sak piturute. Saat

itu, beras harganya hanya setengah rupiah. Lha duit jaman Belanda itu namany

Ndel, Sen, Benjol, limang Sen, Seketip, setali, serupiah, seringgit. Dulu yang

paling tinggi itu seringgit. Tapi kita beli makan 1 sen aja sudah kenyang. Tuku

sak Ndil dadi rong wungkus. Sak Ndil iku separo ne sak sen.

(P) : Nyun sewu pak. Wau critane HB IX niku pripun?

(S) : HX IX kan tahun 1940 diangkat menggantikan ayahnya menjadi raja. Waktu

itu kan pemerintahannya dua. Pemerintahan Hindia dan pemetintahan

Kasultanan.

Dulu pas jaman Belanda, Belanda tidak mau ngutik-ngutik. Sebab Sultan HBIX

di Yogyakarta diakui hingga ke luar negeri. Nah ini kan nanti sambung dnegan

adanya RUUK. Sebab RUUK ini kan yang membuat orang-orang DPR, nah

Page 10: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

10

biasanya.. kalau sekarang saya ngomongnya bukan nyepelekke. Memang

orang-orang pandai di sekolahkan. Setelah dia disekolahkan trus wis gedhe lan

iso dadi wakil e rakyat, sebenarnya dia yang disimak itu hanya kalau ibarat

makanan itu hanya disentuh permukaannya saja.

Nah ketika itu kan Kerajaan Mataram Ngayogyakarto bergabung dengan

negara RI. Itu diakui oleh bung Karno. Maka kalau saya melihat debat di

televis, mbuh endi sing bener. Lha sik mbiyen yo mbiyen, saiki yo saiki. Nah

sekarang yang SBY ini kan dipilih oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat.

Tapi meskipun dia sekolah tinggi-tinggi bahkan dia itu kan ABRI, saya

sebenarnya bangga. Dia kalau pidato sering pakai bahasa Inggris. 14.46

Saya dilahirkan tahun 1928. Saya dari tahun 1935 sekolah di SD sampai tahun

1940. Ini ada ijazahnya ini. Sejak tahun 1943, Jepang menjajah di Indonesia.

Hiroshima dan Nagasaki dibom yang kemudian membuat Jepang kalah. Pada

umur 14 tahun, saya masuk ke dalam balatentara Jepangbernama Heiho. Dulu

kalau Jepang itu namanya Heiho Tai, tapi kalau orang Jawa menyebutnya

Hotai. Sejak 1942, Jepang menjajah tidak karuan. Termasuk seluruh orang se-

Indonesia dimana-mana itu hidup susah. Jadi kalau miturut sejarah lho, ini

Indonesia akan dijadikan Jepang yang kedua. Pemuda dna pemudianya

dijadikan keobodan dan seinendan. Saya termasuk di seinendan. Seinendan itu

kalau seperti saya yang jurusannya ABRI. Tapi kalau keibodan itu jurusannya

lebih kepada Polisi. Kemudian yang muda-muda atau ibu-ibu itu dijadikan

yang namanya hmm lupa saya. Dulu saya bahasa Jepang fasih, namun karena

tidak digunakan jadi banyak yang lupa.

Pada tahun 1943, waktu itu saya baru setahun di Seinendan, terjadi peperangan.

Misalnya dengan bambu diruncingkan sebagai senjata. Setiap pagi cuma

dikasih makanan dari tiwul yang dari ketela. Sering yang tidak pakai nasi.

Banyak orang-orang di Indonesia yang dipekerjakan paksa dalam Romusha.

Banyak pemuda yang terpaksa ke situ. Jadi banyak pemuda yang kabur.

Sampai-sampai selama 3,5 tahun itu, orangnya rusak, makanannya rekoso.

Hingga pakaian itu hanya goni. Lha adanya itu. Sampai bantal itu dijebol buat

bikin celana. Itu benar-benar lho. Saya ngomong ini secara nyata.

(P) : Bapak tadi berkata bahwa HB IX sangat tahu cara memerintah. Nah HB IX

pas itu tahu tidak atau bagaimana dia memperhatikan rakyatnya. Kan itu jaman

susah tho pak?

(S) : Mereka itu nggak berani masuk lho. Tahu kalau ini juga kerajaan yang diakui

oleh dunia.

(P) : Tapi kehidupan ekonomi jaman itu bagaimana pak?

(S) : Dulu kan pemerintahan ada dua, yang namanya itu Pangreh Projo. Dari raja

sampai Adipati, Bupati sampai Camat. Dulu bupati disebut Ndoro Nggung. Jadi

perbedaan orang atas dan bawah itu ketara sekali. Berbeda sekali dengan

sekarang. Perbedaannya itu hanya situ gubernur dan saya rakyat.

(P) : Ada tidak pak, hal-hal yang dilakukan oleh HB IX jaman itu untuk melindungi

rakyatnya dari penjajahan Belanda dan untuk kesejahteraan rakyat.

(S) : Lha pas itu kan pemerintahannya kembar. Antara kerajaan dan pemerintahan

Belanda. Tapi kalau begitu kan Belanda sepertinya memang merangkul.

(P) : Pas Jepang juga begitu kah pak?

(S) : Artinya juga sama-sama dijajah.

(P) : Lha pak, jaman Jepang kan trus Indonesia merdeka niko tho pak. Lha terus

Page 11: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

11

Belanda datang lagi membonceng tentara KNIL. Nah, pas jaman Jepang itu apa

saja yang dilakukan leh HB IX?

(S) : Sebetulnya kalau sejarah Belanda itu kan masuk karena alasan untuk

berdagang. VOC. Tapi juga diikuti oleh pasukan bersenjata. Kalau di jajah,

kemampuan orang Indonesia itu apa? Saknajan nduwe tombak, keris. Yo keris

ki nduwe daya seng luwih, neng kalah karo meriam, bedil lan bom.

Sebelum Belanda masuk sini kan sudah ada mata-mata yang masuk sini. Orang

Indonesia yang termasuk koleganya raja kan pandai-pandai. Kebatinannya.

Wong biyen ki, minimal seminggu puasa ngebleng tidak makan apa-apa kok

betah. Sampai 40 hari ngebleng kok yo kuat.

Menurut cerita dari bapak saya juga, jaman dulu koyo tho tombak dan peluru

itu dibikin sendiri.

(P) : Nek pendapat bapak tentang HB IX niku pripun?

(S) : HB IX itu orangnya merakyat. Saya ada juga lho buku sejarahnya.

(P) : Kalau pendapat bapak tentang HB X?

(S) :HB X itu kan putranya HB IX. Tur nek iki yo sekolahan e yo mung lulusan

UGM. Lha kan mboten patek pinter. Tapi yang namanya raja ya sudah diaji-aji.

Tapi kalau HB IX itu orang yang wicaksono dan merakyat. HB IX itu orangnya

tidak banyak bicara. 30.48

(P) : Nyun sewu bapak. Kalau bapak sendiri pendapatnya tentang keistimewaan

Yogyakarta itu bagaimana? Penetapan atau pripun?

(S) : Yo kudu penetapan.

(P) : Pirpun niku pak? Kok harus penetapan?

(S) : Karena naluriahnya ada. Sejarahnya ada. Niki ngeten nggih, kulo potong.

Pada agresi militer ke 2 pada tanggal 19 tahun 1948 jam 6 pagi, tentara Belanda

menganggap wilayah Indonesia yang hanya kecil dan tentaranya yang tidak

seberapa. Kan pas itu politik negara Belanda itu negara Indonesia diosak-asik

dibikin negara Pasundan dan lain-lain. Ini kan kalau bukan takdir Tuhan yang

memberikan wahyu pada Indonesia ini, maka tidak mungkin. Tentaranya itu

sudah pakaiannya compang camping dan makanannya hanya meminta ke

rakyat. Makanya ada ABRI masuk desa itu benar-benar balas jasa pada

masyarakat. Ini saya mengalami lho. Awan ngoten niku turu neng omah e

dhewe niku mboten nopo-nopo. Tapi ntar kalau Belanda lewat kanhanya berani

mengintip. Nek sampeyan ijen opo yo sampeyan berani? Di Mangir itu pernah

disasak sama tentara Belanda.

(P) : Berarti untuk alasan sejarah, menurut bapak, Jogja harus penetapan?

(S) : Orang Jogja yang tahu harusnya begitu. Neng wong Jogja ora kabeh tahu lho.

(P) : Nek masyarakat wonten mriki?

(S) : Lha kan sekarang ini masyarakat kan banyak. Ono seng dadi guru, pegawai,

ABRI. Minimal orang-orang yang sudah punya modal engertian kenegaraan

atau struktur negara itu tahu. Tapi nek wong seng neng kali gaweane golek

wedhi, seng wong gaweane mung macul, yo nek dikandani yo ora reti. Nek

ditekoni rak mung jawabanne 'kulo rak mung nderek njenengan pak'.

(P) : Bagaimana dengan kemarin yang ada di DPRD DIY. Kan banyak tuh pak

masyarakat yang datang ke sana?

(S) : Lha yo kuwi. Kalau orang awam kan hanya datang ke sana tanpa tahu RUUK

itu apa. Lha kalau Jogja itu paling istimewa jika panjenengan nyenggol

kepribadiannya.

Tanggal 19 Desember 1948 kan Belanja datang ke Jogja. Dari kapal Lamuna itu

kan didrop beribu-ribu tentara Belanda. Ada juga turun tentara payung.

Page 12: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

12

Kemudian terus mengarah ke gedung negara. Pada waktu itu, panglima Jendral

Sudirman masih berumur 30 tahun. Waktu itu di gedung negara ada rapat

kabinet presiden. Kemudian ada laporan bahwa Belanda akan masuk istana.

Waktu itu bung Karno menyuruh Jend. Sudirman untuk tidak kemana-mana

karena baru sakit. Tapi Jend. Sudirman memaksa. Dia dan pengawalnya lalu

melakukan gerilya. Setelah itu kan, bung Karno dan bung Hatta kan ditangkap

dan diasingkan. Nah, masyarakat kan kalau waktu itu disuruh melawan kan

tidak mungkin. Sudah dikepung. Belanda berpikir kalau Jogja sudah

ditakhlukkan kan berarti Indonesia kalah. Padahal tidak. Para prajurit itu

melalukan gerilya. Intinya dapat mengintip musuh dan membunuhnya. Dulu

saya pelaku gerilya. Kemudian pada waktu pak Harto yang saat itu masij

menjadi Letnan, membuat beberapa sub di berbagai arah yang mengatur di

pinggiran Jogja. Pokoknya Jogja dikosongkan. Jebakan yang ditanam di dalam

juga banyak. Jaman dulu itu, kalau sore begini itu masih pada tidur. Nanti jam

6 itu pada kumpul. Pada malam itu kita bergeraknya dengan yang namanya

sandi. Lalu dibagi menjadi beberapa kelompok yang ditugasi ke wilayah

tertentu. Ini baru lokal aja. Padahal sejak Belanda masuk lagi ke Indonesia,

berbagai tempat vital dikuasai oleh Belanda. Termasuk Bantar.

(P) : Pak, menawi menurut bapak, arti keistimewaan Jogjakarta niku nopo?

(S) : Banyak sekali. Pada waktu itu tahun 1950 eh 1949, Jogja kan pendidikan

masih minim dan sebagainya. Lha niku Sri Sultan IX mempersilahkan siti

hinggil dipakai untuk tempat belajar para mahasiswa. Ha sekarang niku kan

tokokh-tokoh UGM dho muncul. Ya nggak? Lho kok pak Kardi tahu? Lha saya

kan membaca KR, lihat TVRI. Sampai kalau tidak salah pada hari Minggu,

sudah ada 33 provinsi yang menghendaki penetapan. Betul tidak? Trus ini,

UGM itu dari Bulaksumur atau Sekip, itu tanah milik siapa? Pengorbanan

semacam ini tidak dapat dinilai dengan harta. Ini kebaikan HB IX dan saya

tahu sendiri.

Kalau menurut saya, memang harus RUUK. Sebab kedaulatan rakyat itu,

sakniki ngaten ngoten niki akan menghilangkan jejak. Nama Sultan bisa hilang.

Ndilalahe misal pilihan. Jogja nggo pilihan ki ora mungkin. Le milih opo le

maju mengko ra dudu wong Jogja tho? Nah nek le nyekel ki dudu uong sing

kulono nyekel ki opo iso mlaku? Nah tinggal pertanyaannya, mau pilih

penetapan atau pemilihan. Nek kulo gandeng sampun tahu sejarah riilnya, itu

ya harus penetapan.

(P) : Maaf ya pak, kalau BH X kan tidak punya keturunan lelaki. Bagaimana nanti

kalau penetapan?

(S) : Nek kuwi ki rasah mikir. Wong undang-undang keraton ki ono.

(P) : Berati masyarakat pasrah lan manut kalih keraton nggih pak?

(S) : Lha iya.

(P) : Menawi menurut bapak, SBY niku pripun?

(S) : Nek SBY ki wong e kurang mendalami masalah sejarah. Mbuh reti po ora,

tapi dfatnya kan hanya SBY dan mendagri. Pas tanggal 28 ramai-ramai di

DPRD itu ikut tidak?

(P) : Saya tidak pak. Pas Kuliah.

(S) : Saya saja yang orang desa ikut kok. Saya minta dianter anak saya.

(P) : Lho tiyang mriki nggih kathah le mriko pak?

(S) : Lha itu, sebetulnya saya kan veteran pejuang dimana waktu itu kan yang ikut

menahan musuh-musuh yang akan menjajah kita. Jadi pas itu saya ke sana

bersama rombongan veteran. Saya suruh anak saya antar karena sudah

Page 13: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

13

ketinggalan. Nah fraksi-fraksi yang ada di sana, hanya satu yang tidak

mengucapkan tentang RUUK yaitu Demokrat.

(P) : Dengan SBY mengeluarkan wacana tentang RUUK ini, pendapat bapak apa?

(S) : Dia belum mendalami masalah sejarah. Tapi yang namanya kebenaran. Benar

itu kan cuma satu. Tidak ada dua. Nanti kalau demokrasi, yang rekoso yo

rakyat Jogja sendiri. Nek liyan eki ra mung mbonceng to yo?

(P) : Bapak kan ke sana atas nama veteran, nah kalau untuk disini ada tidak pak

anak mudanya misalnya, yang jg adatang ke sidang paripurna kemarin?

(S) : Kalau yang di desa itu tenang-tenang saja. Biasnaya kan yang aktif yang

dikota, atau kabupaten. Nek neng ndeso ki yo mung wong-wong ane le tertentu.

(P) : Anak mudanya pak?

(S) : Tidak ada. Ora nyandak utawa ora tekan.

(P) : Maaf bapak, kalau tidak salah ya, saya pernah mendnegar cerita kalau antara

Mangir dengan keraton pernah ada semacam gap. Itu bagaimana bapak?

(S) : Nah ini sebenarnya ya, (sambil memperlihatkan buku) Babad Ki Ageng

Manger. Semuanya intinya meng sak sedulur.

(P) : Nggih sampun bapak. Gandneg niki samoundientosi rencang-rencang, kulo

nywun pamit. Nyuwun pangapunten mbok bilih kulo ngrepoti kalian ganggu

bapaka sekeluarga.

(S) : Wo ora. Yo podo-podo. Kowe wis tak anggep ananku. Dolan mrene meneh o.

Page 14: "Keistimewaan Yogyakarta" (Studi tentang respon masyarakat Mangir terhadap keistimewaan DIY)

14

Daftar Pustaka

Raharjo. 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Usman, Sunyoto. 2003. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar.

Www.bantul.co.id