Top Banner
Page | 0 PERBEDAAN EFEKTIFITAS MODEL BIMBINGAN / PENYULUHAN AGAMA ISLAM PADA ANAK MUALLAF: ANTARA BIMBINGAN KONSELING INDIVIDU DAN BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK (STUDI PADA PAKAM DI PADANG SUMATERA BARAT) Oleh : Rza Fahmi. MA FAKULTAS USHULUDDIN IAIN IMAM BONJOL PADANG
67

Kehidupan Beragama

Mar 05, 2023

Download

Documents

Fajri Fajrii
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Kehidupan Beragama

P a g e | 0

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MODEL BIMBINGAN / PENYULUHANAGAMA ISLAM PADA ANAK MUALLAF: ANTARA BIMBINGAN

KONSELING INDIVIDU DAN BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK

(STUDI PADA PAKAM DI PADANG SUMATERA BARAT)

Oleh : Rza Fahmi. MA

FAKULTAS USHULUDDIN IAIN IMAM BONJOL PADANG

Page 2: Kehidupan Beragama

P a g e | 1

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mentawai merupakan daerah “luar dan termarjinalkan”,

yang nota bene juga merupakan bagian integral dari kawasan

di Barat Sumatera. Disamping itu kawasan tersebut memiliki

persoalan tersendiri sehubungan dengan interaksi sosial-

budaya dan agama masyarakat setempat dengan wilayah lain di

Sumatera Barat. Mengingat Mentawai memiliki mayoritas

penduduk yang non-muslim. Sementara di kawasan lain di

Sumatera Barat umumnya beragama Islam. Pola interaksi

sosial-budaya dan agama yang ada di Mentawai, tidak justru

melahirkan kebencian, penolakan atau bahkan konflik

ditangah-tangah masyarakat. Sungguhpun demikian peningkatan

jumlah anak-anak muallaf dari tahun ke tahun telah menjadi

sebuah fakta baru di masyarakat Mentawai. Malangnya

pembinaan ke-Islaman yang mereka terima masih sangat

terbatas. Sehingga hal ini secara langsung atau tidak

langsung akan mempengaruhi keimanan, aqidah dan akhlak

mereka. Keterbatasan sumber daya manusia (Ulama, Da’i dan

Page 3: Kehidupan Beragama

P a g e | 2

Ustadz) menjadi salah satu kendala yang signifikan dalam

pembinaan keimanan, aqidah dan akhlak bagi anak-anak

muallaf tersebut. Dengan demikian semakin banyak anak-anak

muallaf itu, yang kemudian dibawa berhijrah ke wilayah

lain di Sumatera Barat utamanya kota Padang. Kehijrahan

mereka disebabkan oleh melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi, melindungi mereka dari pemurtadan atau

kembali ke agama asal mereka; animisme, dinamisme, Kristen

atau Katholik. Hal ini terjadi karena sebagian di antara

anak-anak muallaf tersebut, memiliki orang tua yang

berkeyakinan atau agama berbeda dengan keyakinanya.

Kemudian salah satu panti yang mengasuh pembinaan ke-

Islaman anak-anak Mentawai adalah Panti Asuhan Khusus Anak

Mentawai (PAKAM).

Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai merupakan sebuah

panti asuhan yang telah berdiri sejak tahun 1968. Awal

berdirinya panti ini berangkat dari keprihatinan Buya Hamka

dan kawan-kawan terhadap perkembangan umat Islam di daerah

kepulauan Mentawai. Di mana perkembangan jumlah umat Islam

masih sangat terbatas. Sementara di lain pihak kaum

misionaris Kristen telah mengembangkan agama mereka dengan

secara masif. Disamping itu pendidikan bagi anak-anak

Mentawai masih sangat memprihatinkan karena, jarak sekolah

dengan tempat tinggalnya masih berjauhan (kadangkala untuk

mencapai sekolah anak-anak harus menempuh perjalanan sejauh

tiga kolimeter dari tempat tinggal mereka), fasiltas

penunjang pendidikan (labor bahasa dan ilmu pengetahuan

Page 4: Kehidupan Beragama

P a g e | 3

alam) sangat kurang dan dibeberapa tempat tidak

memilikinya, sekolah lanjutan tingkat menengah pertama dan

sekolah lanjutan tingkat atas juga masih sangat sedikit dan

bahkan jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari. Seiring

pembangunan yang dijalankan pemerintah di masa orde baru

hingga sekarang, kondisi tersebut masih lagi berlaku;

keberadaan sekolah lanjutan yang masih terbatas, lokasi

sekolah yang masih berjauhan dengan rumah penduduk menjadi

kendala tersendiri bagi tumbuh dan berkembangnya pendidikan

di pulau Mentawai. Sehingga tidaklah mengherankan apabila

banyak orang tua murid yang menitipkan anak-anak mereka ke

Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai untuk melanjutkan

pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu

anak-anak yang melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah

menengah pertama atau sekolah menengah atas di Panti Asuhan

Khusus Anak Mentawai umumnya berusia lebih tua berbanding

rekan-rekan mereka yang bersekolah di Padang. Hal ini

disebabkan oleh usia masuk sekolah mereka yang lebih lambat

berbanding rekan-rekan seusianya di Padang. Walaupun telah

berdiri kurang lebih empat dasawarsa, namun Panti Asuhan

Khusus Anak Mentawai ini masih tetap berada dalam kondisi

yang sangat memprihatinkan. Mengingat konflik internal

dengan pihak keluarga pendiri panti asuhan, yakni Bapak

Syafri Nusa (alm) hingga kini masih berlangsung. Hal

demikian menyebabkan panti asuhan yang dulunya telah

mendapatkan tanah wakaf dari pendiri panti asuhan tersebut,

kemudian digugat oleh anggota keluarganya tentang status

kepemimilikan tanah tersebut. Mengingat pihak keluarga

Page 5: Kehidupan Beragama

P a g e | 4

masih lagi menuntut hak atas tanah tersebut dan tidak

mengakui keberadaan tanah yang telah diwakafkan untuk Panti

Asuhan Khusus Anak Mentawai tadi. Polemik sedemikian yang

menyebabkan Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai mengalami

perpindahan lokasi, mulai dari Jalan Veteran kemudian

berpindah ke Ulu Gadut dan sekarang masih menumpang di

Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Jalan Purus IV No. 8 Padang

Barat. Sungguhpun demikian, semangat para pengasuh Panti

Asuhan Khusus Anak Mentawai tetap tinggi dalam usaha

meningkatkan kesejahteraan masyarakat tertinggal. Adapun

bukti empiris yang dapat memperjalas tentang keteguhan hati

pengurus panti adalah bahwa, hingga saat ini masih terdapat

empat puluh enam orang anak yang tinggal dan bersekolah

dengan bantuan para pengrus panti asuhan tersebut. Secara

spesifik keberadaan anak di Panti Asuhan Khusus Anak

Mentawai (PAKEM) adalah sebagai berikut:Tabel 1: Jumlah Anak Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Anak Keterangan 1 Sekolah Dasar 8 orang Semua anak adalah

laki-laki2 Sekolah Menengah

Pertama (SMP) /Madrasah Tsanawiyah(MTs)

15 orang Semua anak adalahlaki-laki

3. Sekolah Menengah Atas(SMA) / Madrasah Aliyah(MA)

19 orang 16 orang anak laki-laki dan 3 orang anakperempuan

4. Perguruan Tinggi 4 orang Semua anak adalahlaki-laki

Jumlah Total 46 orang Semua anak adalahlaki-laki

Page 6: Kehidupan Beragama

P a g e | 5

Sumbar: Data Administrasi Panti Asuhan Khusus Anak mentawai Tahun

2014

Berangkat dari data pada Tabel 1 di atas, diperoleh

gambaran bahwa besarnyya jumlah biaya pendidikan yang perlu

ditanggung oleh pihak panti untuk membiayai pendidikan anak

panti tersebut. Mengingat umumnya anak Panti Asuhan Khusus

Anak Mentawai berpendidikan sekolah menengah (baik sekolah

menengah tingkat pertama maupun sekolah menengah tingkat

atas), yakni sebanyak 24 orang atau setara dengan lima

puluh dua koma tujuh belas persen (52,17%). Selanjutnya

anak Panti Asuhan Khusus Anak mentawai yang menempuh

pendidikan di Perguruan tinggi sebanyak 4 orang atau setara

dengan delapan koma tujuh puluh (8,70%). Adapun perguruan

tinggi tempat anak panti asuhan ini menimba ilmu tidak

semuanya merupakan perguruan tinggi negri. Bahkan hanya

satu orang saja yang menempuh pendidikan di perguruan

tinggi negri, yakni di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Imam Bonjol Padang. Sedangkan tiga orang mahasiswa lagi

menempuh pendidikan di perguruan tinggi swasta; Universitas

Bung Hatta (dua orang), Universitas Eka Sakti (UNES)

sebanyak satu orang. Seterusnya anak panti yang masih

bersekolah di tingkat sekolah dasar sebanyak 8 orang atau

setara dengan tujuh belas koma tiga puluh lima persen

(17,39%). Fakta ini menunjukkan bahwa masalah keuangan

merupakan problematik tersendiri dalam pengelolaan Panti

Asuhan Khusus Anak Mentawai. Tentunya hal sedemikian bukan

merupakan persoalan yang sederhana, maka pihak panti asuhan

Page 7: Kehidupan Beragama

P a g e | 6

telah berusaha untuk mendapatkan sumbangan dari berbagai

lembaga pemberi dana (donatur) ataupun perorangan. Walau

bagaimanapun dana yang terhimpun masih belum lagi mencukupi

untuk pembiayaan oprasional dari kehidupan anak-anak di

PAKAM. Sehingga bantuan melalui pengurus panti (Ibu

Mardianis) yang juga merupakan pegawai Kementerian Agama,

yakni pada koperasi Kementerian Agama yang berdekatan

dengan panti asuhan menjadi solusi untuk mengatasi masalah

keuangan yang mereka hadapi. Problematik krusial lain yang

dihadapi oleh Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai adalah

Pembinaan Agama Islam. Hal ini terjadi karena sebagian

besar anak-anak panti tersebut merupakan anak muallaf .

Adapun jumlah anak panti yang tergolong sebagai muallaf

adalah sebanyak tujuh puluh persen (70%) atau setara dengan

tiga puluh dua orang. Kondisi sedemikian dimungkinkan

karena, ketika mereka umumnya di antar oleh orang tua

mereka ke Padang (Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai) untuk

melanjutkan pendidikan, orang tua mereka masih memeluk

kepercayaan leluluhurnya yang bersifat animisme dan sebagain

lagi beragama Kristen. Pembinaan Agama Islam dijalankan

oleh pengrus PAKAM masih sangat terbatas, yakni melalui

kegiatan pengajian pada malam hari saja. Penilaian

masyarakat terhadap keberadaan Panti Asuhan Khusus Anak

mentawai sangat positif, hal ini ditunjukkan melalui

keterlibatan warga masyarakat untuk menjadi donatur

(penyumbang) bagi membantu keuangan panti asuhan. Kemudian

pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang sedang menempuh

pendidikan di Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol

Page 8: Kehidupan Beragama

P a g e | 7

Padang dan Universitas Eka Sakti (UNES). Sehingga

kredibilitas panti asuhan ini memperoleh kepercayaan

masyarakat.

B. Fokus Kajian

Secara garis besar masalah yang dihadapi oleh PAKAM

(Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai) adalah sebagai berikut:

(1) Tempat tinggal tetap. (2) Keuangan bagi penyelenggaran

kehidupan sehari-hari dan juga membiayai pendidikan bagi

anak panti di Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai. (3)

Pembinaan Agama Islam pada anak muallaf. Berdasarkan tiga

persoalan mendasar yang dihadapi oleh Panti Asuhan Khusus

Anak Mentawai maka, peneliti hanya memilih persoalan

pembinaan agama Islam, khususnya; apakah model bimbingan /

penyluhan Agama Islam (Bimbingan Konseling Individu atau

Bimbingan Konseling Kelompok) yang paling sesuai bagi anak

muallaf pada Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai?. Mengingat

sebagaian besar anak PAKAM merupakan muallaf , yang secara

substantif masih lagi sangat minim fondasi aqidah atau

keimanan yang lemah. Sehingga dikhawatirkan aqidah atau

keimanan mereka semakin melemah ketika anasir-anasir negatif

berada di sekeliling mereka, sebagai konsekuensi logis dari

keberadaan mereka di ibu kota propinsi Sumatera Barat.

Misal: ancaman narkoba, pergaulan bebas, fenomena

pemurtadan dan pendangkalan aqidah melalui tontonan yang

tidak mendidik, bahkan menyesatkan dan cenderung mengarah

ke musyrik. Selanjutnya tumbuhnya aliran-aliran dalam nadi

umat Islam tidak hanya berdampak pada gesekan umat tetapi

Page 9: Kehidupan Beragama

P a g e | 8

juga pembinaan terhadap para muallaf. Kondisi itu tentu

bisa membingungkan muallaf dan tidak tertutup kemungkinan

berpotensi membuat mereka kembali ke agama terdahulu.

C. Masalah Penelitian

Lebih jauh masalah penelitian yang ingin diselidiki

dalam penelitian ini adalah : Perbedaan efektifitas model

bimbingan / penyuluhan agama kepada anak mualaf : antara

bimbingan konseling individu dengan bimbingan konseling

kelompok di Panti Asuhan Khusus Anak Mentawai (PAKEM) Kota

Padang?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain: (1)

Memperoleh gambaran tentang pola pembinaan keimanan yang

dijalankan pada anak-anak muallaf di PAKAM, (2) Memperoleh

gambaran tentang pola pembinaan aqidah dikalangan anak

muallaf di PAKAM. (3) Memperoleh gambaran tentang pola

pembinaan akhlak dikalangan anak-anak muallaf di PAKAM. (4)

Mengadakan bimbingan dan konseling : (a) Bimbingan

konseling individual. (b) Bimbingan konseling kelompok. (c)

Membandingkan model bimbingan dan konseling (bimbingan

konseling individual atau bimbingan konseling kelompok)

yang paling sesuai untuk pembinaan Agama Islam dikalangan

anak-anak muallaf di PAKAM.

Page 10: Kehidupan Beragama

P a g e | 9

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagi

pihak pengelola panti asuhan (PAKAM), memberikan masukan

untuk melakukan pembinaan, khususnya bimbingan Agama Islam

kepada anak panti asuhan anak Mentawai. (2) Bagi pihak anak

panti asuhan (anak muallaf), memperkuat dan mempertebal

aqidah dan keimanan mereka, sehingga mereka tidak mudah

terpengaruh untuk kembali ke agama asal mereka atau

berpindah ke agama lain. (3) Kepada pemerintah kota Padang

untuk memberikan perhatian lebih khususnya pada pembinaan

keagamaan bagi para muallaf muda (anak-anak muallaf) yang

berasal dari masyarakat tertinggal dan merupakan bagian

integral dalam pembinaan masyarakat yang perlu dijalankan

oleh pemerintah. (4) Kepada IAIN Imam Bonjol Padang

memberikan bekal pengalaman baru bagi pembinaan Agama Islam

terutama bagi masyarakat marjinal.

Page 11: Kehidupan Beragama

P a g e | 10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno bimbingan adalah proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang

atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,

maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan

kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan

Page 12: Kehidupan Beragama

P a g e | 11

kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku1.

Selanjutnya Prayitno menyatakan bahwa konseling adalah

suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui

wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada

individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang

bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

Manakala Pengertian Bimbingan dan Konseling, berdasarkan

kedua pengertian bimbingan dan konseling diatas dapat

disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan

pertemuan empat mata antara konselor dan klien untuk

membahas masalah atau kesulitan yang di alami oleh klien

sehingga dapat ditemukan jalan keluar dari permasalahan

tersebut. Tujuan Bimbingan dan Konseling dikelompokkan

menjadi dua bagian yaitu: (1) Tujuan Umum, Prayitno

menyatakan tujuan umum Bimbingan dan Konseling adalah sama

dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam UU

No. 2 tentang sistem Pendidikan Nasional, yaitu terwujudnya

manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berbudi pekerti

luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Upaya bimbingan dan konseling yang dimaksudkan diatas

diselenggarakan melalui pengembangan segenap potensi

individu peserta didik secara optimal, dengan memanfaatkan

1 Prayitno dan Herman Amti. 2011. Bimbingan dan Konseling. Malang : Rineka Cipta.

Page 13: Kehidupan Beragama

P a g e | 12

berbagai cara dan sarana, berdasarkan norma-norma yang

berlaku, dan mengikuti kaidah-kaidah profesional2. Selain

itu, Prayitno juga menyatakan bahwa tujuan umum bimbingan

dan konseling yaitu untuk membantu individu mengembangkan

diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan

predisposisi yang dimilikinya (seeperti kemampuan dasar dan

bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti

latar belakang keluarga, pendidikan dan sosial ekonomi),

serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. (2)

Tujuan Khusus, adapun tujuan khusu bimbingan dan konseling

merupakan penjabaran tujuan umum tersebut dikaitkan secara

langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu

yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas

permasalahannya itu. Masalah-masalah individu bermacam

ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-

masing bersifat unik. Oleh karena itu, tujuan khusus

bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu

bersifat unik pula.Tujuan bimbingan dan konseling untuk

seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan

dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu

lainnya3.

Pelayanan bimbingan dan konseling mengembangkan

sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan

kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut

adalah: (1) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan

2 Prayitno dan Herman Amti. 2011. Bimbingan dan Konseling. Malang: Rineka Cipta3 http://bimbingankonseling.com Diakses 10 Juni 2013.

Page 14: Kehidupan Beragama

P a g e | 13

konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu

oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan

pengembangan peserta didik, pemahaman itu meliputi: (a)

Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta

didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru

pembimbing. (b) Pemahaman tentang lingkungan peserta

didik (termasuk didalamnya lingkungan keluarga dan

sekolah), terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua,

guru pada umumnya dan guru pembimbing. (c) Pemahaman

tentang lingkungan “yang lebih luas” (termasuk didalamnya

informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan

informasi sosial dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh

peserta didik.

(2) Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan

konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau

terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang

mungkin timbul, yang akan dapat menganggu, menghambat

ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian

tertentu dalam proses perkembangannya. (3) Fungsi

Pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai

permasalahan yang dialami oleh peserta didik. (4) Fungsi

pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan

konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan

terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif

peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara

mantap dan berkelanjutan.

Page 15: Kehidupan Beragama

P a g e | 14

Prayitno menjelaskan dalam pelayanan bimbingan dan

konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip, yaitu: (1)

Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan: (a)

Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa

memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status

sosial ekonomi. (b) Bimbingan dan konselig berurusan dengan

pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.

(c) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap

dan berbagai aspek perkembangan individu. (d) Bimbingan dan

konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan

individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan. (2)

Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu: (a)

Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang

menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap

penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam

kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan

sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan

fisik individu. (b) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan

kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu

yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan

dan konseling.

(3) Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan:

(a) Bimbingan dan konseling merupakan bagian internal dari

upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu

program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan

dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan

Page 16: Kehidupan Beragama

P a g e | 15

peserta didik. (b) Program bimbingan dan konseling harus

fleksiel, disesuainkan dengan kebutuhan individu,

masyarakat, dan kondisi lembaga. (c) Program bimbingan dan

konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang

pendidikan yang teren dan sampai tertinggi. (d) Terhadap

isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu

diadakan penilaian yang teratur dan terarah. (4) Prinsip-

prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan:

(a) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk

pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri

sendiri dalam menghadapi permasalahannya. (b) Dalam proses

bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan

dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu

sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing

atau pihak lain. (c) Permasalahan individu harus ditangani

oleh tenaga ahli dalam bidang yang relavan dengan

permasalahan yang dihadapi. (d) Kerjasama antara Guru

Pembimbing, guru-guru lain, dan orang tua amat menentukan

hasil pelayanan bimbingan. (e) Pengembangan program

pelayanan bmbingan dan konseling ditempuh melalui

pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan

penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses

pelayanan dan progra bimbingan dan konseling itu sendiri4.

Penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan

konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada

prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi

4 http://bimbingankonseling.com Diakses 10 Juni 2013.

Page 17: Kehidupan Beragama

P a g e | 16

sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan atas asas-asas itu akan

memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan

layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat

menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan serta

mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan

bimbingan dan konseling itu sendiri5. Mengembangkan

5 Lebih jauh asas-asas tersebut ialah sebagai berikut: (1) Asaskerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntutdirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik(klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yangtidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini GuruPembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data danketerangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin. (2) Asaskesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendakiadanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalanilayanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Dalam hal ini GuruPembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan sepertiitu. (3) Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yangmenghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaranlayanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak pura-pura, baik di dalammemberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerimaberbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangandirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkanketerbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait padaterselenggaranya asas krahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diripeserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta didikdapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbukadan tidak pura-pura. (4) Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dankonseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadisasaran layanan berpartisipasi secara aktif didalam penyelenggaraanlayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlumendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatanbimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya. (5) Asaskemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk padatujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu: peserta didik (klien)sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadiindividu-individu yang mandiri dan lingkungannya, mampu mengambilkeputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri sebagaimana telahdiutarakan terdahulu. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkansegenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagiberkembangnya kemandirin peserta didik. (6) Asas kekinian, yaitu asasbimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran layananbimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalamkondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan ataukondisi masa lamppaupun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan

Page 18: Kehidupan Beragama

P a g e | 17

keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta

kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien)

untuk maju. Demikian juga segenap layanan/kegiatan

bimbingan dan konseling yang diselengarakan hendaknya

disertai dan sekaligus dapat membangun suasana pengayoman,

keteladanan, dan dorongan seperti itu. Selain asas-asas

tersebut saling terkait satu sama lain, segenap asas itu

perlu diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu, yang

satu tidak perlu didahulukan atau dikemudiankan dari yang

lain. Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat

kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang. (7) Asaskedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agarisi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknyaselalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang sertaberkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tehap perkembangannya dariwaktu ke waktu. (8) Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dankonseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingandan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihaklain, saling menunjang, harmonis dan keterpaduan. Untuk ini kerja samaantar guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperanan dalampenyelengaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terusdikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan bimbingan dankonseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. (9) Asaskenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agarsegenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan padadan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang ada,yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat-istiadat, ilmupengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatanbimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isidan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu.Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harusdapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami,menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut. (10) Asas keahlian,yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dankegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatanbimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalambidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harusterwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatanbimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dankonseling.

Page 19: Kehidupan Beragama

P a g e | 18

dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas dari

seluruh kehidupan pelayanan bimbingan dan konseling.

Apabila asas-asas itu tidak dijalankan dengan baik

penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling akan

tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

Pelayanan bimbingan dan konseling di SMP, merupakan

kelanjutan dan pengembangan pelayanan bimbingan dan

konseling di SD. Sebagai pelayanan yang terpadu dengan

segenap pelayan yang ada di SMP (terutama dengan pelayanan

pengajaran dan latihan), penyelenggaraan pelayanan

bimbingan dan konseling di SMP sepenuhnya memperhatikan

karakteristik, tujuan pendidikan, kurikulum, dan peserta

didik di SMP. Sebagai pelayanan yang lengkap dan

menyeluruh, pelayanan bimbingan dan konseling di SMP

mencakup bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,

dan bimbingan karier6. Terdapat sembilan jenis layanan dalam

bimbingan dan konseling, yaitu: (a) Layanan Orientasi,

yaitu suatu layanan dalam bimbingan dan konseling yang

berupaya menjembatani kesenjangan antara seseorang dengan6 Adapun yang dimaksud berbagai bidang tersebut adalah : (a) BidangBimbingan Pribadi, bertujuan membantu mengembangka siswa mengenal,menemukan, dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadapTuhan Yang Maha Esa, mandiri, serta sehat jasmani dan rohani. (b)Bidang bimbingan Sosial, bertujuan membantu siswa memahami diri dalamkaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasibudi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial. (c) Bidang Bimbingan Belajar,bertujuan membantu siswa mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri,sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan danketrampilan, sesuai dengan program belajar di SMP dalam rangkamenyiapkannya melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggidan/atau berperan serta dalam kehidupan masyarakat. (d) Layanan BimbinganKarier. Bertujuan untuk mengenal potensi diri sebagai prasyarat dalammempersiapkan masa depan karier masing-masing siswa.

Page 20: Kehidupan Beragama

P a g e | 19

suasana ataupun objek baru. (b) Layanan Informasi,

merupakan suatu layanan dalam bimbingan dan konseling yang

berusaha memenuhi kekurangan individu akan informasi yang

mereka perlukan. Dalam layanan ini, kepada peserta layanan

disampaikan berbagai informasi, informasi itu kemudian

diolah dan digunakan oleh individu untuk kepentingan hidup

dan perkembangannya. (c) Layanan Penempatan dan Penyaluran,

yaitu suatu layanan dalam bimbingan dan konseling yang

bertujuan diperolehnya tempat yang sesuai bagi individu

untuk mengembangkan potensi dirinya. (d) Layanan penguasaan

konten, merupakan layanan bantuan kepada individu (sendiri-

sendiri ataupun dalam kelompok) untuk meguasai kemampuan

atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. (e)

Layanan konseling perorangan, merupakan layanan konseling

yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang

klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien. (f)

Layanan bimbingan kelompok (BKp), yaitu suatu layanan dalam

bimbingan dan konseling yang mengikutkan sejumlah peserta

dalam bentuk kelompok, dengan konselor dan pemimpin

kegiatan kelompok, dengan mengaktifkan dinamika kelompok

untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan,

pribadi dan atau pemecahan masalah individu yang menjadi

peserta kegiatan kelompok.

(g) Layanan konseling kelompok (KKp), pada dasarnya

layanan ini sama dengan layanan bimbingan kelompok, hanya

saja topik-topik yang dibahas lebih menjurus pada

permasalahan pribadi klien. (h) Layanan Konsultasi,

Page 21: Kehidupan Beragama

P a g e | 20

merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor

terhadap seorang pelanggan, disebut konsulti yang

memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman dan

cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani

kondisi dan atau permasalahan pihak ketiga. (i) Layanan

mediasi, merupakan layanan konseling yang dilaksanakan

konselor terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam

keadaan saling tidak menemukan kecocokan7.7 Seterusnya Menurut Prayitno ada enam jenis kegiatan pendukung dalambimbingan dan konseling yaitu: (a) Aplikasi Instrumentasi, bertujuanagar diperolehnya data hasil pengukuran terhadap kondisi tertentupeserta didik (klien). (b) Himpunan Data, ialah menyediakan data dalamkualitas yang baik dan lengkap untuk menunjang penyelenggaraanpelayanan konseling sesuai dengan kebutuhan peserta didik (klien) danindividu-individu lain yang menjadi tanggung jawab konselor. (c)Konferensi Kasus, merupakan forum terbatas yang diupayakan olehkonselor untuk membahas suatu kasus dan arah-arah penanggulangannya.Bertujuan untuk mengumpulkan data yang lebih banyak dan lebih akuratserta menggalang komitmen pihak-phak yang terkait dengan permasalahantertentu dalam rangka penanganan permasalahan. (d) Kunjungan Rumah,merupakan upaya untuk menditeksi kondisi keluarga dalam kaitanya denganpermasalahan anak atau individu yang menjadi tanggungjawab konselordalam pelayanan konseling. Bertujuan untuk diperolehnya data yang lebihlengkap dan akurat berkenaan dengan masalah klien serta digalangkannyakomitmen orangtua dan anggota keluarga lainnya dalam rangkapenanggulangan masalah klien. (e) Tampilan Kepustakaan, yaitu membantupeserta didik (klien) dalam memperkaya dan memperkuat diri berkenaandengan permasalahan yang dialami dan dibahas bersama konselor padakhususnya, dan dalam pengembangan diri pada umumnya. Pemanfaatantampilan kepustakaan dapat diarahkan oleh konselor dalam rangkapelaksanaan pelayanan, dan/atau klien secara mandiri mengunjungiperpustakaan untuk mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-bahan yangada disana sesuai dengan keperluan. Tampilan kepustakaan merupakankondisi yang sangat memungkinkan individu atau klien memperkuatkan ataumemperkaya diri sendiri. Dengan atau tanpa bantuan konselor, terlebih-lebih pada tahap pasca-konseling, individu yang bersangkutan dapatterus menerus mengembangkan diri melalui pemanfaatan tampilankepustakaan. (f) Alih Tangan Kasus, kegiatan alih tangan kasusdiselenggarakan oleh konselor tidak lain bermaksud agar klienmemperoleh pelayanan yang optimal (atas masalah yang dialami) oleh ahlipelayanan profesi yang benar-benar handal. Melalui alih tangan kasusyang tepat klien akan segera memperoleh pelayanan yang tepat itu,sebaliknya apabila alih tangan kasus tidak tepat akan terjadi hal-halyang tidak mengenakkan siswa tersebut. (Proyitno, 2006. Panca Daya.

Page 22: Kehidupan Beragama

P a g e | 21

Format Pelayanan dalam Bimbingan dan Konseling, (a)

Format Individual, format individual ini merupakan format

khusus yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu,

dengan layanan yang secara khusus disesuaikan dengan

kebutuhan pribadi individu yang bersangkutan. (b) Format

Kelompok, format kelompok dilakukan dalam kelompok yang

terdiri atas sejumlah peserta secara terbatas. Dibandingkan

dengan format klasikal, format kelompok memungkinkan

dilakukannya akses yang lebih intensif terhadap objek

layanan. Disamping itu, kegiatan layanan juga dapat

memanfaatkan dinamika kelompok sehingga hasil layanan dapat

lebih optimal. (c) Format Klasikal, format klasikal dapat

diberikan kepada individu-individu di dalam kelas secara

bersama-sama. (d) Format Lapangan, format lapangan ditempuh

apabila peserta layanan melakukan kegiatan ke luar kelas

atau diluar ruangan.

(e) Format “Politik” atau Pendekatan Khusus, dalam

format “politik” atau pendekatan khusus dilakukan dalam

arti konselor berupaya menghubungi dan mengaktifkan pihak-

pihak diluar peserta layanan untuk memberikan dukungan dan

fasilitas yang memudahkan pelaksanaan layanan dan

menguntungkan para pesertanya. Dengan strategi ini

perencanaan dan persiapan layanan dipermudah dan

pelaksanaannya diperlancar, sehingga hasil-hasil layanan

menjadi optimal8.

Padang: Universitas negeri Padang). 8 http://bimbingankonselingbersama.blogspot.com/ Diakses 10 Juni 2013.

Page 23: Kehidupan Beragama

P a g e | 22

B. Teori Pembinaan Agama Islam Bagi Muallaf

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam,

dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama

lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat

beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa9.

Pendidikan yang dijalankan merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam pembinaan ke-Islaman. Sedangkan pembinaan

ke-Islaman juga perlu melibatkan para muallaf10 yang nota

bene baru masuk Islam. Realisasi contoh pembinaan ke-

Islaman yang dilakukan terhadap kaum muallaf salah satunya

telah dilakukan oleh masyarakat Aceh melalui mekanisme

pemberian zakat untuk usaha produktif11.

9 http://kemenag.com Di akses 10 Juni 2013. 10 Dalam buku Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa, muallaf terbagi kepadadua kelompok, yaitu Muslim dan Non Muslim. Untuk golongan Muslimterbagi kepada dua kelompok: Orang yang baru masuk Islam dan Pemimpinserta tokoh masyarakat yang telah memeluk Islam dan mempunyai sahabat-sahabat orang kafir yang sekaligus merupakan saingan dalam memimpinkaumnya. Adapun untuk non Muslim terbagi kepada dua kelompok yaitu 1).kelompok orang kafir yang diharapkan keislamannya atau keislamankelompok dan keluarganya. 2). Kelompok orang yang dikhawatirkan akanberbuat bencana. www.ensiklopoedia_Islam.com. Diakses 10 Juni 2013. 11 Dewan Syariah sebagai lembaga yang berwenang memberikan pertimbangansyar’i kepada Baitul Mal Aceh, dalam surat edarannya, No. 01/SE/2006tentang Pedoman Penetapan Kriteria Asnaf Zakat dan PetunjukOperasional, dijelaskan bahwa kriteria muallaf ialah orang yang barumasuk Islam/mereka yang diharapkan kecendrungan hatinya terhadap Islam,dimana zakatnya diberikan secara selektif yaitu selama tiga tahunpertama memeluk Islam serta berdomisli di daerah setempat. Bantuan yangdiberikan terbagi kepada dua, yaitu konsumtif dan produktif. Darikriteria muallaf yang dikemukakan Dewan Syariah di atas, untuk muallaf

Page 24: Kehidupan Beragama

P a g e | 23

Memang tidak mudah bagi setiap orang yang baru saja

memeluk islam (Muallaf) dalam menjalankan segala bentuk

perintah agama dan ajaran Islam lainnya baik yang wajib

ataupun sunnahnya. Ada sebagian dari mereka hanya tahu

menjalankan ajaran Islam tentang wajibnya saja, begitu pula

sebaliknya12. Perjalanannya dalam meneladani ajaran Islam

tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Segala

sesuatunya membutuhkan keteguhan iman. Oleh karenanya,

sambutan juga perhatian yang baik dari setiap lapisan

masyarakat agar para muallaf merasa menjadi bagian dari

Islam itu sendiri sebagai agama yang telah dianutnya.

C. Kerangka Pikir / Konseptual

ialah dari golongan muslim atau lebih tepatnya lagi orang yang barumasuk Islam. Pindahnya agama seseorang dari suatu agama ke agama lainbisa terjadi karena berbagai faktor, diantaranya kemiskinan,perkawinan, hasil penelahaan terhadap suatu agama dan sebagainya. Daribeberapa faktor tersebut, sebagaimana telah diuraikan pada pendahuluantulisan ini kemiskinan masih menjadi musuh dalam menguji keimananseseorang, hal ini dapat dilihat bagaiamana praktek pemurtadaan yangterjadi di Meulaboh, Bireun, Singkil dan sebagainya, untuk itu dalampenyaluran zakat kepada muallaf kiranya, Baitul Mal Aceh Acehsepertinya lebih mengedepankan praktek produktif daripada konsumtif,hal ini dapat dilihat dari kegiatan penyaluran zakat senif muallaf,yaitu Bantuan Modal Usaha dan Bea Siswa bagi para anak muallaf. 12 http://muallaf-center.com Diakses 11 Juni 2013.

Pembinaan Agama Islam

Bimbingan Konseling Individual :format individual ini merupakan format khusus yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu, dengan layanan yang secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan pribadi individu yang bersangkutan. Bidang Bimbingan yang dilaksanakan adalah bimbingan

Bimbingan Konseling kelompok: format kelompok dilakukan dalam kelompok yang terdiri atas sejumlah peserta secara terbatas. Dibandingkan dengan format klasikal, format kelompok memungkinkan dilakukannya akses yang lebih intensif terhadap objek layanan. Disamping itu, kegiatan layanan juga dapat memanfaatkan dinamika kelompok sehingga hasil

Page 25: Kehidupan Beragama

P a g e | 24

Skema 1 : Pembinaan Agama Islam dilakukan dengan dua model (1) Bimbingankonseling pribadi. (2) Bimbingan konseling kelompok. Dengan kedua modeltersebut maka, diharapkan diperoleh model yang paling sesuai untukpembinaan agama bagi anak-anak muallaf di Panti Asuhan Anak Mentawai.Sehingga mampu meningkatkan: (a) Iman. (b) Aqidah. (c) Akhlak.

Hipotesa Penelitian : “Perbedaan Efektifitas Model Bimbingan /

Penyuluhan Agama Islam Pada Anak Muallaf: Antara

Bimbingan Konseling Individual dan Bimbingan Konseling

Kelompok”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Model Rancangan Penelitian

Peningkatan kualitas : Iman, Aqidah, Akhlak

Page 26: Kehidupan Beragama

P a g e | 25

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Di mana penelitian ini berusaha menggambarkan fakta tentang

model bimbingan / pelayanan pembinaan Agama Islam yang

lebih efektif: antara bimbingan konseling individu atau

bimbingan konseling kelompok bagi para anak-anak muallaf di

PAKEM. Kemudian menentukan pola bimbingan yang paling

sesuai untuk dilaksanakan bagi pembinaan Agama Islam bagi

anak-anak muallaf tersebut.

B. Subjek Kajian

Subjek kajian dalam penelitian ini adalah semua anak-

anak yang tinggal dalam Panti Asuhan Anak Mentawai, adapun

jumlah mereka sebanyak 46 orang. Walau bagaimana pun tidak

semua dilibatkan dalam penelitian, di mana penelitian ini

hanya melibatkan sebanyak .... orang.

C. Teknik Penarikan Sampel

Kemudian untuk menentukan responden maka, dilakukan

pengambilan responden secara non-random sampling (penarikan

sampel secara tidak acak), yaitu melalui teknik penarikan

sampel bertujuan (purposive sampling). Hal ini dilakukan

mengingat penelitian ini tingkat homogenitas sampel yang

rendah dikalangan anak-anak Panti Asuhan Khusus Anak

Mentawai.

Page 27: Kehidupan Beragama

P a g e | 26

D. Teknik Pengumpulan Data

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang utama

dalam penelitian ini. Kemudian sebelum melakukan wawancara

tim peneliti melakukan observasi terlebih dahulu terhadap

subjek kajian. Selanjutnya subjek kajian diminta untuk

menjawab lebih kurang 60 item pernyataan dalam jangka waktu

lebih kurang 20 menit. Data dihimpun pada hari kerja

(senin hingga sabtu). Data yang dikumpulkan pada hari

kerja, waktu pengambilan data adalah antara jam 14.00

sampai dengan jam 20.00. Dengan demikian teknik pengumpulan

data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Page 28: Kehidupan Beragama

P a g e | 27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dimulai

pada tanggal 3-5 November 2014 yang berlokasi di Panti

Asuhan Khusus Anak Mentawai (PAKAM) yang berada di Jalan

Veteran. Penulis mengambil data untuk penelitian memohon

izin terlebih dahulu kepada Kepala Yayasan PAKAM.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Wawancara Konseling Kelompok

Page 29: Kehidupan Beragama

P a g e | 28

Konseling kelompok yang dilakukan terdiri dari tiga

orang. Pembahasan pada konseling kelompok adalah tentang

pembentukan aqidah dan keberagamaan. Inisial subjek yaitu,

RC, FZ, RH. Hasil deskripsi wawancara pada konseling

kelompok yaitu, rutinitas yang dilakukan oleh subjek

seperti keseharian yang biasa dilakukan oleh anak-anak

lainnya. Subjek juga menceritakan keseharian dan

kebergamaan mereka ketika berada di panti. Setiap hari

selepas shalat maghrib subjek membaca al-Quran bersama-

sama. Kadang-kadang Kepala Yayasan juga mendatangkan guru

untuk anak-anak belajar agama, seperti belajar melaksakan

shalat, membaca al-Quran, memberikan ceramah keagamaan.

Subjek juga telah mengamalkan nilai-nilai Islam di dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Deskripsi Wawancara Konseling Individu

a. Subjek I

Subjek yang bernama VN, adalah salah seorang anak

yang tinggal di panti. VN sudah tiga setengah bulan

tinggal di panti, dan juga baru masuk Islam. Wawancara

ini dilakukan pada hari Rabu, 05 November 2014, pukul

15.25-15.45 WIB. Topik konseling adalah tentang

pembinaan aqidah. VN memeluk agama Islam sudah tiga

setengah bulan. Orang tuanya masih memeluk agama

Kristen. VN di ajak masuk Islam oleh saudaranya yang

juga menikah dengan wanita muslim. Orang tua VN

membebaskan kepada anak-anak mereka untuk memeluk

kepercayaannya. VN diislamkan di daerah Pesisir,

Page 30: Kehidupan Beragama

P a g e | 29

kemudia dibawa ke panti. VN menjadi muallaf masih

tergolong baru. Ia sudah bisa shalat, dan membaca

Iqra’. VN juga ikut berpuasa dapa bulan Ramadhan lalu.

Sebelum memeluk agama Islam, VN bener-benar tidak tahu

tentang Islam, dikarenakan mayoritas lingkungan tempat

ia tinggal adalah non muslim. Namun setelah memeluk

agama Islam, sedikit demi sedikit dia mulai belajar

mengenal Islam. VN sudah bisa melaksanakan shalat, dan

mengetahui larangan-larangan agama Islam yang mulai ia

pelajari. VN merasa bahwa setelah masuk Islam, ia

merasa tenang, dan nyaman. Di panti mereka diajarkan

mengaji da ilmu-ilmu agama. VN juga mengatakan bahwa

ia akan tetap mempertahankan agama yang diimaninya

sekarang ini, walaupun keluarganya masih non muslim.

b. Subjek II

Subjek kedua berinisial MR. MR berusia 22 tahun.

Masuk Islam sejak kelas 1 SD, tepatnya tahun 2001.

Sekarang MR mengimani agama Islam sudah 13 tahun.

Alasan MR masuk Islam karena diajak oleh pamannya,

karena usianya masih dini, MR mengikuti ajakan

pamannya. MR lebih banyak memahami agama Islam dari

pada agama yang ia imani sebelumnya. Karena ketika

berada di agama sebelumnya, MR masih sangat kecil, dan

tidak mengikuti semua kegiatan keagamaan. Sedangkan

ketika MR mengimani agama Islam, MR lebih banyak

memahami nilai-nilai tentang Islam. Selama 14

mengimani agama Islam, banyak hak yang telah MR

pelajari, mulai dari cara mengerjakan shalat, puasa,

Page 31: Kehidupan Beragama

P a g e | 30

adzan, serta membaca al-Quran. Selama MR tinggal di

panti banyak pelajaran keagamaan yang MR dapatkan,

karena setiap hari MR dan teman-temannya mengaji

bersama selepas shalat Maghrib. Orang tua MR

membebaskan kepada MR untuk meyakini sebuah

kepercayaan, sedangkan orang tua MR saat ini masih

menganut agama Kristen. Banyak perubahan yang MR

rasakan setelah masuk Islam. MR juga menyatakan bahwa

ia merasa lebih tenang dan nyaman saat memeluk agama

Islam, karena di dalam agama Islam semuanya sudah

diatur di dalam al-Quran. MR tidak mau berpindah-

pindah agama lagi.

c. Subjek III

Subjek ketiga berinisial ER. ER mejadi muallaf

sudah 4 tahun. ER masuk Islam karena keinginannya

sendiri. sama dengan yang lainnya, orang tua ER masih

menganut non muslim. Tanggapan orang tua ketika ER

masuk Islam biasa-biasa saja, artinya mereka tidak

melarang ER untuk menjadi muallaf. ER juga merasa

senang masuk Islam, karena cara beribadah agama

sebelumnya dengan agama Islam sangat berbeda. Jika

pada agama sebelumnya ia hanya beribadah sekali dalam

satu minggu, sedangkan di agama Islam ia melakukan

ibadah shalat wajib lima kali dalam sehari. Sebelumnya

ER memang tidak pernah mengenal Islam walaupun ER

memiliki teman-teman yang beragama Islam, namun tak

banyak yang ia ketahui tentang Islam. Tapi walaupun

demikian, ER belum sepenuhnya memahami ajaran agama

Page 32: Kehidupan Beragama

P a g e | 31

Islam, masih sedikit yang ER pahami tentang Islam.

Tapi ER sudah mulai melaksanakan perintah agama Islam,

seperti shalat, puasa, membaca al-Quran. Setiap lepas

Maghrib ER dan teman-temannya membaca al-Quran

bersama. Setiap hari kamis malam, mereka membaca

yasin.

C. Pembahasan

Dari hasil konseling yang dilakukan dengan dua cara,

diketahu bahwa konseling indivudial lebih efektif

dibandingkan dengan konseling kelompok. Konseling kelompok

kurang efektif dilakukan karena, beberapa faktor, yaitu;

subjek kurang terbuka dalam menyampaikan ide, gagasannya,

salah satu subjek mendominasi dalam konseling, subjek

terlalu lama berpikir karena mereka merasa bahwa apa yang

ingin disampaikannya sudah di sampaikan oleh subjek lain.

Kebanyakan subjek malu untuk menyampikain ide dan

gagasannya karena takut salah untuk menyampaikan. Dalam

konseling kelompok ada subjek yang mendominasi, artinya dia

tidak memberikan kesempatan pada teman-temannya untuk

menyampaikan isi pikirannya. Subjek juga kehabisan kata-

kata ketika apa yang ingin dia sampaikan sudah disampaikan

oleh subjek lain. Pada konseling kelompok sulit untuk

melakukan pengortrolan pada kelompok, dan informasi yang

diperoleh tidak terlalu medalam.

Page 33: Kehidupan Beragama

P a g e | 32

Sedangkan pada konseling individual, lebih efektif

dari pada konseling kelompok. Pada konseling individual,

subjek merasa lebih nyaman untuk menyampaikan isi hati dan

pikirannya tanpa harus takut merasa salah dan malu. Subjek

juga juga menjadi lebih terbuka sehingga subjek lebih

banyak menceritakan pengalamannya, sehingga informasi yang

didapat menjadi lebih mendalam.

KONSELING KELOMPOK

Iter : Assalamu’alaikum wr.wb.Itee : Wa’alaikumsalam wr.wbIter : Perkenalkan sebelumnya, nama saya

Nurul Hidayati. Baiklah, tujuan

saya datang ke sini untuk

mengadakan konseling kelompok.

Nanti, tema kita seputar tentang

keberagamaan. Jadi untuk pertama

kali, saya minta dari adik-adik,

salah satu adik-adik untuk

menceritakan bagaimana selama

tinggal di panti, bagaimana

keberagamaannya, terus apa-apa saja

kegiatan-kegiatan keagamaan yang

adik-adik laksanakan. Silahkan dari

Page 34: Kehidupan Beragama

P a g e | 33

Rico pertama.Rico : Ooo kalau masalah keberagamaan ya

kak yang dilaksanakan, itu biasanya

malam sesudah shalat Maghrib itu

mengaji, setelah mengaji shalat

Isya, terus makan, terus belajar.

Terus bangun jam lima itu shalat,

terus berangkat sekolah, belajar di

sekolah. Siangnya pulang sekolah,

lanjut sholat zuhur, makan siang

kadang setelah itu istirahat.Iter : Ooo, jadi kesehariannya seperti

itu. Misalnya kalau kegiatan-

kegiatan khusus di panti ini,

misalnya ada lomba-lomba ada nggak?Rico : Ooo, kalau masalah lomba, biasanya

antar panti biasanya ada kak.

Misalnya ada cara maulid nabi, itu

lomba antar panti aja kak. Kadang

biasanya satu panti mengadakan

lomba, lalu panti lain diundang.Iter : Baiklah, sama seperti Rico tadi,

saya minta kepada adik-adik untuk

menceritakan bagaimana keberagamaan

adik-adik selama tinggal di panti,

terus kegiatan-kegiatan selama

tinggal di panti. Silahkan Fauzan

diceritakan.

Page 35: Kehidupan Beragama

P a g e | 34

Fauz

an

: Selama tinggal di panti, kalau soal

proses keagamaan. Kalau di waktu

subuh itu kita harus sholat

berjamaah. Setelah selesai sholat

berjamaah, kemudian mandi. Setelah

mandi, pakai baju sekolah. Lalu

pergi sekolah. Setelah pulang

sekolah nanti makan, eh shalat dulu

kak. Siap makan, kalau ada

kegiatan-kegiatan atau mengerjakan

PR dibuat. Kalau nggak ada tidur

biasanya kak. Nanti kalau sorenya

jam empat itu shalat Ashar, selesai

shalat Ashar kalau ada aktivitas

kayak olahraga, bermain. Sesudah

itu kalau sudah menjelang waktu

Maghrib kita itu shalat berjamaah

Maghrib kak, di mushola. Lalu

selesai shalat Maghrib kita semua

mengaji bersama, kalau selain

mengaji ada juga praktek shalat

kak, ada juga mungkin belajar doa-

doa. Itu wajib kak.Iter : Lalu gurunya siapa?Fauz

an

: Gurunya ada juga kak.

Iter : Oh, jadi gurunya ada di datangkan?Fauz : Iya ada kak, kalau nggak ada

Page 36: Kehidupan Beragama

P a g e | 35

an gurunya, abang-abang senior bisa

juga mungkin mengajarkannya kak.

Lalu selesai itu, selesai mengaji,

lalu shalat Isya. Setelah sholat

Isya baru berangkat makan kak. Siap

makan belajar. Kalau sudah siap

belajar baru tidur.Iter :

Ya, selanjutnya Rohib silahkan

diceritakan pengalaman beragama

selama di panti.Rohi

b

: Jadi, kayak gini kak. Selama saya

sekolah SD kalau di kampung saya

pemalas shalat. Jadi semenjak saya

tinggal di asrama ini saya sudah

tahu sedikit perubahan bagaimana

cara untuk mengerjakan ibadah

shalat yang baik. Jadi, selama saya

tinggal di sini, saya melaksakan

shalat dari shalat Subuh, sampai

Zuhur, Ashar, Maghrib, sama Isya

sebagaimana yang ditentukan oleh

waktunya oleh Allah SWT, yaitu lima

waktu sehari semalam. Jadi,

biasanya kalau sore-sore ini kalau

ada aktivitas yang dilakukan

seperti olahraga, mencuci, atau

melipat kain. Itu saja kegaiatan

awak kak.

Page 37: Kehidupan Beragama

P a g e | 36

Iter : Berarti itu kegiatan-kegiatannya.

Mungkin setiap minggu ada nggak

misalnya kegiatan-kegiatan di

asrama yang kalian perlombakan

gitu?Fauz

an

:

Tiap minggu nggak ada perlombaan

kak, kecuali gotong royong.Iter : Kalau pergi lomba-lomba ke tempat

lain? Misalnya kayak lomba bulan

ramadhan, lomba MTQ, ada nggak?Rico : Ada kak, kayak lomba tartil, MTQ,

lomba adzan. Iter : Kalau di sini sekali seminggu kayak

wirid itu ada nggak?Rico : Nggak ada kak.Iter : Kata bapak untuk mengaji itu ada

didatangkan gurunya?Rico : Iya kak, tapi kalau nggak ada, kita

belajarnya sama senior-senior aja

kak. Biasanya tiap hari Kamis malam

kami baca Yasin, tu ada

penceramahnya kak.Iter : Siapa penceramahnya?Rico : Ada kak, biasanya nanti

didatangkan. Itu setiap hari Kamis

malam Kak.Iter Terus selama tinggal di panti, kan

ada yang sudah lama, dan sudah lama

Page 38: Kehidupan Beragama

P a g e | 37

sekali. Ada yang 12 tahun tinggal

di panti. Ada yang baru. Fauzan

berapa lama?Fauz

an

: Tahun 2003 kak

Iter Oh dari tahun 2003, sudah 11 tahun

tinggal di panti. Jadi yang kalian

rasakan selama tinggal di panti itu

apa? Silahkan Rico diceritakan.Rico : Maksudnya kak?Iter : Selaam tinggal di panti, kan sudah

12 tahun. Ada nggak perubahan

ketika tinggal di panti dan ketika

bersama orang tua?Rico : Kalau perubahan sih ada kak, dari

segi tingkat asrama dan dari segi

di rumah kak. Kalau di asrama kita

biasa rame kak, kalau pergi ke

kampung, karena biasa rame, itu

lain pula rasanya kak. Tu

perubahan-perubahan dari segi

keagamaan kak, kalau dulunya nggak

pernah shalat, InsyaAllah sudah

shalat.Iter : Fauzan? Gimana selaam tinggal di

panti 11 tahun. Gimana rasanya?Fauz

an

: Rasanya lumayan senang kak.

Page 39: Kehidupan Beragama

P a g e | 38

Iter :

Lumayan senang? Terus perubahan-

perubahan itu gimana selama di

panti?Fauz

an

: Perubahan maksudnya kak?

Iter : Perubahan dari segi sikap, dari

segi keberagamaan.

Fauz

an

: Dari segi sikap keagamaan kak,

dulunya kurang pandai baca al-Quran

kak. Contohnya mengaji, dulu belum

bisa, sekarang sudah bisa. Ada

praktek sholat juga kak.

Iter : Sholat jenazah udah pernah? Bisa?

Rico :

Bisa kak.

Iter : Kalau Rohib gimana? Pengalaman yang

sudah 3.5 tahun di asrama

bagaimana? Dulu kan miasalnya kalau

di kampung kan mayoritas non

muslim. Setelah sampai di sini

bagaimana perubahannya?

Rohi

b

: Semenjak saya tinggal sama orang

tua saya, saya kurang disiplin.

Jadi semenjak saya tinggal di panti

ini, saya mulai disiplin seperti,

mencuci sendiri. perbedaan di

Page 40: Kehidupan Beragama

P a g e | 39

kampung dan di sini, kalau di

kampung saya sejujurnya kak saya

pemalas shalat. Jadi semenjak saya

tinggal di sinilah Alhamdulillah

sudah mulai sholat.

Iter : Jadi ada perubahan ya selama

tinggal di panti. Dulu, misalnya

kalau di rumah mayoritasnya non

muslim kalau di Mentawai kan? Jadi

kalian ada ngga terpengaruh sama

teman-teman yang non muslim.

Rico : Maksudnya kak?

Iter : Maksudnya begini, misalnya kan

teman kalian itu nggak sholat,

kalian ikut-ikutan nggak shalat

atau gimana?

Rico : Kalau di kampung kak, jadi teman-

teman itu kan sholatnya ke gereja

kak. Kalau di kampung saya sendiri

kak, kebanyakan non muslim.

Sedangkan muslimnya bisa dihitung.

Iter : Jadi terasa sekali perubahan ketika

sampai di panti ya? Kata bapak, ada

guru yang didatangkan untuk

mengajarkan mengaji, shalat ya?

Tapi kalau sebelum ke sini dulu

Page 41: Kehidupan Beragama

P a g e | 40

memang nggak terlalu mendalami

Islam itu sendiri?

Rico : Bisa dibilang begitu kak. Belum

begitu paham dengan Islam kak.

Iter : Ada yang mau disampaikan Fauzan?

Enakan di panti atau di rumah?

Fauz

an

: Enakan di panti lagi kak.

Iter : Kok gitu?Rico : Ya kak, kebiasaan udah ramai kak,

kalau di rumah orang yang di rumah

tu berapa orang cuma kak. Kalau di

sini ramai kak, mandiri dan

didiplin kak.Fauz

an

: Kalau di kampung nyuci baju

biasanya Ibu kak, jadi kalau di

sini bisa disiplin kak.Iter : Ada yang mau disampaikan lagi?Itee : Nggak kak.Iter Oke, sekian diskusi kita pada sore

ini. Terima kasih atas kesediaannya

teman-teman semuanya.

Assalamu’alaikum wr.wb.

SUBJEK II

NAMA : VIANUS

UMUR : 14 TAHUN

Page 42: Kehidupan Beragama

P a g e | 41

PENDIDIKAN : PELAJAR (SMP KELAS 1)

MUALLAF : 3,5 BULAN

Ite

r

: Assalamu’alaikum wr.wb

Ite

e

: Wa’alaikumsalam

Ite

r

: Selamat siang Vianus.

Ite

e

: Selamat siang kak.

Ite

r

: Apa kabar?

Ite

e

: Alhamdulillah baik kak.

Ite

r

: Oh ya, Vianus mualaf ya?

Ite

e

: Iya kak.

Ite

r

: Sudah berapa lama mualaf?

Ite

e

: Sudah tiga setengah kak.

Ite

r

: Tiga setengah bulan?

Ite

e

: Iya kak.

Ite : Terus kenapa masuk Islam?

Page 43: Kehidupan Beragama

P a g e | 42

rIte

e

: Sekolah kak, demi sekolah kak masuk

Islam. Kan di kampung awak sekolah

sekolah Kristen, tu masuk sekolah di

Padang ko masuk Islam kak. Ite

r

: Mmm, masuk Islam demi sekolah?

Berarti sebelumnya Kristen? Orang

tua juga Kristen?Ite

e

: Iya kak.

Ite

r

: Terus, yang ngajak masuk Islam?

Ite

e

: Abang.

Ite

r

: Abangnya muslim juga?

Ite

e

: Enggak di kampung kak, di Mentawai.

Ite

r

: Abangnya muslim?

Ite

e

: Iya kak.

Ite

r

: Oh jadi masuk Islam, karena sekolah

di Padang itu karena keinginan

sendiri atau memang di suruh? Ite

e

: Keinginan kak untuk masuk Islam.

Ite : Oh keinginan masuk Islam. Sebelumnya

Page 44: Kehidupan Beragama

P a g e | 43

r Kristen ya, orang tua juga masih

Kristen? Terus waktu orang tua,

Vianus bilang sama orang tua untuk

masuk Islam apa tanggapan orang tua?Ite

e

: Orang tua, katanya kalau masuk Islam

yang baiklah, nggak usah

permainankan agama. Kalau masuk Isla

ndak boleh masuk lagi Kristen.Ite

r

: Cuma Vianus sendiri yang Islam?

Ite

e

: Iya kak.

Ite

r

: Kata orang tua, berarti orang tua

tidak melarang masuk Islam.Ite

e

: Tidak melarang.

Ite

r

: Terus, ini kan baru tiga setengah

bulan masuk Islam, dulu

diislamkannya di sini? Baca dua

kalimat syahadatnya dimana?Ite

e

: Di Padang Pasir, eh di Pesisir kak.

Ite

r

: Di Pesisir di tempat bapak?

Ite

e

: Iya kak.

Ite

r

: Oh, ke sini bulan apa masuknya?

Page 45: Kehidupan Beragama

P a g e | 44

Ite

e

: Waktu bulan Ramadhan kak, bulan

puasa.Ite

r

: Oh bulan puasa. Sudah ikut puasa

waktu itu?Ite

e

: Sudah.

Ite

r

: Udah tiga setengah bulan ini,

bagaimana pandangan Vianus terhadap

agama Islam itu sendiri?Ite

e

: Baik kak, luar biasa kak.

Ite

r

: Ada nggak perubahan ketika masih di

agama Kristen dulu dan sekarang udah

di agama Islam?Ite

e

: Ada kak.

Ite

r

: Apa?

: Perubahannya, kalau Kristen ndak

terlalu kenal berdoa kak. Ooo, kalau

Kristen pergi hari minggu ibadahnya

kak, kalau di sini setiap hari

ibadahnya kak, berdoa kak.Ite

r

: Sholat sudah bisa?

Ite

e

: Sudah.

Ite : Sudah baca al-Quran?

Page 46: Kehidupan Beragama

P a g e | 45

rIte

e

: Belum bisa kak.

Ite

r

: Berarti sholat udah lima kali

sehari? Kalau di sini ada nggak

kegiatan-kegiatan yang di asrama ini

kan rata-rata banyak yang muallaf,

jadi kegiatan-kegiatan yang bikin

Vianus tambah yakin untuk masuk

Islam itu apa?Ite

e

: Ndak tau kak.

Ite

r

: Sebelum masuk Islam apa sudah

belajar tentang Islam? Apa yang

sebelumnya Vianus ketahui tentang

Islam itu sendiri?Ite

e

: Nggak tau kak.

Ite

r

: Punya teman-teman yang Islam di

kampung?Ite

e

: Nggak kak.

Ite

r

: Jadi memang mayoritasnya Kristen

semua? Nggak ada orang Islam yang

dikenal?Ite

e

: Lai kak, ado yang dikenal, tapi ndak

terlalu tau apa larangannya kak.Ite : Berarti yg Vianus tahu, cuma ooh

Page 47: Kehidupan Beragama

P a g e | 46

r agama Islam.Ite

e

: Iya kak.

Ite

r

: Berapa orang bersaudara?

Ite

e

: Enam kak, enam orang.

Ite

r

: Cuma sendiri yang Islam?

Ite

e

: Iya kak.

Ite

r

: Orang tua masih Kristen dua-duanya?

Ite

e

: Iya kak, kalau orang tua laki-laki

ndak ado lai kak.Ite

r

: Kenapa Vianus masuk ke panti ini?

Ite

e

: Karena ndak sanggup untuk mencari

pitih kak. Tempat tinggal ndak ado

di siko kak. Kalau di kontrakan atau

di kost ndak ado biaya kak.Ite

r

: Kalau tetap tinggal di kampung

berarti nggak bisa sekolah?Ite

e

: Ndak kak.

Ite

r

: Kenapa nggak bisa sekolah?

Ite : Karena ndak sanggup untuk mancari

Page 48: Kehidupan Beragama

P a g e | 47

e pitih untuk sekolah kak.Ite

r

: Apa yang Vianus rasakan setelah

Vianus itu sudah masuk Islam?Ite

e

: Lebih aman dan nyaman kak.

Ite

r

: Lebih nyaman di Kristen dulu atau

Islam sekarang?Ite

e

: Islam kak.

Ite

r

: Waktu masih di Kristen dulu, di

agama sebelumnya ada nggak keinginan

masuk Islam sebelum diajak abang?Ite

e

: Lai kak.

Ite

r

: Kenapa ada keinginan?

Ite

e

: Ingin aja kak, Islam ini agama satu-

satunya yang ada larangaanya. Kalau

di Kristen kan makan babi, kalau di

Islam nggak boleh makan babi.

Soalnyo Islam ko memang baik. Ancak

agamanyo kak. Kan ado di al-Quran

bagi orang Islam ndak boleh makan

babi.Ite

r

: Jadi selama masuk Islam, apa saja

yang baru Vianus ketahui tentang

Islam?Ite : Oh tentang larangan Islam kak.

Page 49: Kehidupan Beragama

P a g e | 48

eIte

r

: Kalau sholat sudah bisa ya? Azan?

Ite

e

: Azan belum lagi kak?

Ite

r

: Kalau di sini ada ngaji sama-sama?

Ite

e

: Ada kak. Ngaji Iqra’ kak, al-Quran

juga kak.Ite

r

: Sudah Iqra’ berapa?

Ite

e

: Iqra’ empat kak.

Ite

r

:

:

Berarti ada ngajinya juga ya, untuk

mengukur keimanan.

Memang terasa ya perbedaan dari

agama Kristen masuk Islam?Ite

e

: Terasa kak.

Ite

r

: Jadi, misalnya balik ke kampung?

Ingin tetap mempertahankan Islam

atau gimana? Ingin tetap

mempertahankan Islam atau gimana?

Atau kembali ke aktivitas yang lama?

Ite

e

: Nggak kak, ingin tetap di Islam kak.

Ite : Ada lagi yang ingin Vianus

Page 50: Kehidupan Beragama

P a g e | 49

r sampaikan?

Ite

e

: Tidak ada kak.

Ite

r

: Terima kasih Vianus atas

kesediaanya. Wassalamu’alaikum.

Ite

e

: Wa’alaikumsalam kak.

SUBJEK II

NAMA : MORIS

UMUR : 22 TAHUN

PENDIDIKAN : MAHASISWA

MUALLAF : 14 TAHUN

Ite

r

: Assalamu’alaikum. Selamat siang.

Ite

e

: Wa’alaikumsalam wr.wb.

Ite

r

:

:

Ya, perkenalkan saya Nurul. Tujuan

saya ke sini untuk mengadakan

diskusi. Oh ya, namanya Moris ya?

Umurnya?

Ite

e

: 22 tahun.

Ite : Moris muallaf?

Page 51: Kehidupan Beragama

P a g e | 50

r

Ite

e

: Muallaf.

Ite

r

: Kapan masuk Islamnya?

Ite

e

: Sejak kelas satu SD.

Ite

r

: Kelas satu SD tahun berapa itu?

Ite

e

: Tahun 2001.

Ite

r

: Berarti sudah 14 tahun masuk Islam?

Ite

r

: Alasan masuk Islamnya kenapa?

Ite

e

: Alasan masuk Islamnya, sebenarnya

waktu kecil itu kan belum mengerti.

Jadi, ngikut-ngikut aja.

Ite

r

: Yang ngajak masuk Islam dulu siapa?

Ite

e

: Oom.

Page 52: Kehidupan Beragama

P a g e | 51

Ite

r

: Oomnya muslim?

Ite

r

: Masuk Islamnya di sini di Padang atau

di Mentawai?

Ite

e

: Di sini.

Ite

r

: Di sini setelah sekolah di sini baru

masuk Islam?

Ite

e

: Aaa, pandangan orang tua waktu itu

masuk Islam apa kata orang tua?

Ite

e

: Katanya bisa-bisa aja.

Ite

r

: Jadi orang tua itu terserah anaknya

mau milih agama?

Ite

e

: Iya, nggak terlalu diaturnya.

Ite

r

: Dan orang tua sekarang masih Kristen?

Ite

e

: Iya.

Ite

r

: Sebelum masuk Islam dulu, pernah

mengenal Islam nggak?

Page 53: Kehidupan Beragama

P a g e | 52

Ite

e

: Pernah. Di kampung kan sudah ada

Islam itu.

Ite

r

: Sebelum masuk Islam dulu, apa yang

diketahui tentang Islam?

Ite

e

: Yang diketahui tentang Islam, adalah

kumandang azan.

Ite

r

: Cuma azan dulu yang pernah Moris

dengarkan dari mesjid.

Ite

r

: Berarti orang shalat dulu juga nggak

tau?

Ite

e

: Nggak, cuma azan aja.

Ite

r

: Berarti masuk Islam itu karena diajak

sama oom ya.

Ite

r

: Terus setelah berislam selama 14

tahun, apa yang dirasakan?

Ite

e

: Yang di rasakan, apa ya, kan yang di

agama Kristem belum kita rasaka, ya

merasa tenang lah.

Ite

r

: Merasa tenang ya. Berarti baca al-

Quran sudah bisa?

Ite

e

: Udah.

Ite : Sholat, semuanya sudah bisa ya. Kalau

Page 54: Kehidupan Beragama

P a g e | 53

r baru-baru waktu masuk Islam dulu,

bapak atau ibu pantinya ada

mengajarkan mengaji?

Ite

e

: Di sini memang setiap selesai shalat

Maghrib diwajikan untuk mengaji. Yang

penting belajar tentang Islam laj.

Ite

r

: Yang ngajarnya siapa?

Ite

e

: Oh, kalau bapaknya nggak ada yang

besar-besar yang mengajar.

Ite

r

: Jadi ada nggak perbedaan setelah

berislam?

Ite

e

: Ada perbedaannya mungkin ada juga

persamaannya. Kalau perbedaannya

secara garis besar mungkin terletak

di al-Qurannya, kalau di kita Kristen

sudah diganti-ganti, baik dari

bahasanya. Kalau di al-Quran tidak

ada, baik dari dulu sampai sekarang.

Ite

r

: Kalau perbedaan yang Moris rasakan

sendiri setelah berislam gimana?

Ite

e

: Soalnya masuk Islam waktu masih

kecil. Jadi ajaran Kristen itu hanya

sebentar, dan nggak ada diikutin.

Ite : Jadi, setelah di Islam, ajaran Islam

Page 55: Kehidupan Beragama

P a g e | 54

r diikuti? Seperti shalat dan lain-

lain?

Ite

e

: Iya. Kadang ada juga yang tinggal

shalat.

Ite

r

: Tapi lebih nyaman di Islam atau

dimana?

Ite

e

: Tentunya di Islam. Kalau di Islam itu

semuanya diatur, dari segi makanan,

dari segi peraturan hidup.

Ite

r

: Misalnya kalau pulang kampung, orang

tua masih agama yang sebelumnya kan?

Ada nggak perbedaan antara anggota

keluarga?

Ite

e

: Nggak ada kak, biasa-biasa aja kak.

Ite

r

: Kalau misalnya, makanan gimana?

Ite

e

: Kalau makanan memang dibedakan kak.

Ite

r

: Jadi setelah Islam ini, apa-apa saja

yang telah Moris ketahui selama 14

tahun ini?

Ite

e

: Banyak lah kak. Dari segi kehidupan

udah tau lah. Seperti larang-larangan

Page 56: Kehidupan Beragama

P a g e | 55

berbuat maksiat. Dari segi makanan

yang halal dan haramnya.

Ite

r

: Nanti kalau seandainya pulang

kampung, orang tua masih Kristen, ada

nggak kenginan untuk balik lagi ke

agama sebelumnya?

Ite

e

: Nggak ada, soalnya udah nggak berani

lagi pindah-pindah agama.

Ite

r

: Dulu diislamkannya dimana?

Ite

e

: Dulu di Islamkan di asrama ini.

Dibacakan dua kalimat syahadat,

diajarkan shalat dan mengaji.

Ite

r

: Berati memang sangat berubah ya dari

agama sebelumnya ke Islam.

Ite

e

: Kalau sekarang kan lebih mengetahui

arti hidup di dunia ini, apa tujuan

hidup kita di dunia ini.

Ite

r

: Kalau ajaran-ajaran mendasar antara

perbedaan Islam dan Kristen itu apa

yang Moris ketahui?

Ite

e

: Sebenarnya kak, agama Islam ini kan

penyempurna. Kalau di ajaran Kristen

itu kan belum sempurna.

Page 57: Kehidupan Beragama

P a g e | 56

Ite

r

: Berarti Moris lebih memahami agama

Islam dari pada agama sebelumnya.

Moris, ada yang ingin disampaikan

lagi?

Ite

r

: Terima kasih atas kesediaannya.

Selamat sore.Wassalamu’alaikum

Ite

e

: Wa’alaikumsalam.

SUBJEK II

NAMA : ERWIN

UMUR : 17 TAHUN

PENDIDIKAN : PELAJAR (SMA KELAS 2)

MUALLAF : 4 TAHUN

Ite

r

: Assalamu’alaikum. Selamat siang.

Ite

e

: Wa’alaikumsalam. Selamat sore kak.

Ite

r

: Oh ya, selamat sore. Perkenalkan nama

saya Nurul. Boleh tahu siapa namanya?Ite

e

: Erwin.

Ite

r

: Erwin, tujuan saya ke sini ada yang

ingin saya tanyakan seputar

keagamaan. Jadi yang ingin saya

Page 58: Kehidupan Beragama

P a g e | 57

tanyakan, Erwin muallaf?Ite

e

: Iya kak.

Ite

r

: Sejak kapan masuk Islam?

Ite

e

: Kelas 1 SMP.

Ite

r

: Kelas 1 SMP tahun berapa kira-kira?

Ite

e

: Tahun 2010.

Ite

r

: 2010. oh, berarti sudah empat tahun

ya sampai sekarang?Ite

e

: Iya.

Ite

r

: Kenapa masuk Islam? Apa alasan masuk

Islam?Ite

e

: Ingin masuk aja kak.

Ite

r

: Atau diajak?

Ite

e

: Enggak.

Ite

e

: Keinginan sendiri kak.

Ite

r

: Awalanya masuk Islam kenapa?

Keinginan sendiri itu?Ite : Nggak tau kak.

Page 59: Kehidupan Beragama

P a g e | 58

eIte

r

: Orang tua agamanya apa sekarang?

Ite

e

: Katholik.

Ite

r

: Masih agama yang sebelumnya ya.

Ite

r

: Apa tanggapan orang tua dulu waktu

Erwin masuk Islam?Ite

e

: Nggak ada tanggapan kak, orang tua

bilang kalau mau masuk Islam, masuk

lah.: Jadi orang tua bebas ya. Di panti ini

sudah berapa lama?Ite

e

: Empat.

Ite

r

: Empat tahun? Oh, berarti masuk panti,

langsung masuk Islam?Ite

e

: Iya kak.

Ite

r

: Yang dirasakan ketika masuk Islam

apa?Ite

e

: Yang dirasakan ketika masuk Islam

senang kak.Ite

r

: Kenapa senang? Kan meninggalkan agama

yang lama.Ite

e

: Kalau yang dulu kan ibadahnya sekali

seminggu, kalau di Islam kan sehari

Page 60: Kehidupan Beragama

P a g e | 59

lima kali kak.Ite

r

: Sebelum masuk islam sudah pernah

mengenal agama Islam?Ite

e

: Belum lagi kak.

Ite

r

: Yang diketahui dulu apa?

Ite

e

: Yang agamanya kak?

Ite

r

: Iya, sebelum masuk Islam.

Ite

e

: Nggak tau kak.

Ite

r

: Nggak pernah tahu tentang agama

Islam? Punya teman-teman yang Islam

dulu?Ite

e

: Punya kak.

Ite

r

: Terus ada nggak perbedaan setelah

empat tahun berislam.Ite

e

: Ada kak, dalam beribadah. Kalau

Kristen seminggu sekali, kalau Islam

sehari lima kali. Itu perbedaannya

kak.Ite

r

: Kalau perbedaan dari diri Erwin

sendiri setelah masuk Islam.Ite

e

: Banyak kak.

Page 61: Kehidupan Beragama

P a g e | 60

Ite

r

: Coba sebutkan salah satunya.

Ite

e

: Nggak tau kak.

Ite

r

: Pendapat Erwin tentang Islam itu

sendiri bagaiamana? Agama Islam itu

agama yang seperti apa?Ite

e

: Saya belum terlalu mengerti tentang

agama Islam. Cuma sedikit-sedikit

kak.Ite

r

: Kalau ibadah yang Erwin lakukan apa

saja?Ite

e

: Kayak shalat kak.

Ite

r

: Puasa ikut?

Ite

e

: Ikut kak.

Ite

r

: Baca al-Quran bisa?

Ite

r

: Pernah nggak ikut lomba MTQ?

Ite

e

: Belum lagi kak.

Ite

r

: Shalat sudah lancar?

Ite

e

: Mudah-mudahan lancar kak.

Page 62: Kehidupan Beragama

P a g e | 61

Ite

r

: Pengaruh Islam dalam kehidupan

sehari-hari itu gimana? Ada nggak

menerapkan nilai-nilai Islam di dalam

kehidupan?Ite

e

: Ada kak, seperti melaksakan ibadah

kak. Banyak kak.Ite

r

: Kalau lebaran pulang kampung?

Ite

e

: Nggak kak, natal biasanya kak.

Ite

r

: Terus kalau orang tua natal, Erwin

ikut juga?Ite

e

: Iya kak, palingan pas salamannya aja

kak.Ite

r

: Senang nggak masuk Islam?

Ite

e

: Senang kak.

Ite

r

: Nyaman nggak masuk Islam?

Ite

e

: Nyaman kak.

Ite

r

: Sudah merasakan Islam seutuhnya atau

masih separuh-separuh?Ite

e

: Masih sedikit-sedikit kak.

Ite

r

: Bagaimana perkembangan selama di

Islam?

Page 63: Kehidupan Beragama

P a g e | 62

Ite

e

: Dulu waktu di Kristen, malas kak.

Kadang-kadan nggak pergi ke gereja

kak. Kalau di Islam agak rajin kak.Ite

r

: Kalau di sini ada ngaji?

Ite

e

: Ada kak, hari Senin, Selasa, Rabu,

Kamis. Kalau Kamis malam yasinan kak.

Terus shalat.Ite

r

: Yang bena-benar meyakinkan Erwin

masuk Islam apa?Ite

e

: Di sekolah diajarkan kak, kalau Islam

agama yang benar kak.Ite

r

: Lebih nyaman di Islam berarti ya?

Ite

e

: Iya kak.

Ite

r

: Ada yang ingin disampaikan lagi

Erwin?Ite

e

: Nggak ada kak.

Ite

r

: Oke, Erwin, terima kasih atas

waktunya. Selamat sore.

Assslamu’alaikum.Ite

e

: Wa’alaikumsalam.

Page 64: Kehidupan Beragama

P a g e | 63

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian efektifitas konseling kelompok

dan konseling individual, di dapatkan kesimpulan bahwa:

a. Pada konseling kelompok, informasi yang di dapatkan

tidak terlalu mendalam.

b. Pada konseling kelompok, ada subjek yang mendominasi

saat proses konseling berlangsun.

c. Pada konseling kelompok, subjek merasa malu dan takut

untuk menyampaikan isi pikirannya, dan subjek

cenderung tertutup.

d. Pada konseling individu, subjek lebih terbuka.

e. Pada konseling individu, informasi yang didapatkan

lebih mendalam.

f. Pada konseling individu, subjek tidak perlu merasa

takut dan malu untuk menyampaikan isi pikirannya.

g. Sehingga, konseling individual lebih efektif

dibandingkan dengan konseling yang dilaksanakan secara

berkemlompok.

Page 65: Kehidupan Beragama

P a g e | 64

LAMPIRAN

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan 7 8 9 10 11 12

1 Pembuatan Proposal X2 Pengumuman Hasil X3 Penelitian X X4 Pembuatan Laporan

Dan Presentasi HasilPenelitian

X X

5 Revisi HasilPenelitian danPeblikasi HasilPenelitian dalamJurnal Ilmiah

X X

Page 66: Kehidupan Beragama

P a g e | 65

Daftar Pustaka

Akhmad Sudrajat. 2010. Landasan Bimbingan Dan Konseling.

http://www.scribd.com/ Diakses pada tanggal 25

Januari 2012.

Bhatnagar, R. P., & Seema, R. (2010). Guidance and

counselling in education and psychology. Meerut:

R.Lal Book Depot.

Chauhan, S. S. (2008). Principles and techniques of

guidance. UP: Vikas Publishing House Pvt Ltd.

Crow, L. D., & Crow, A. (2012). An introduction to

guidance. Delhi: Surjeet Publications.

Jones, A. J. (2011). Principles of guidance.(5 ed). Delhi:

Surjeet Publications.

Page 67: Kehidupan Beragama

P a g e | 66

Meenakshisundaram, A. (2012). Experimental psychology.

Dindigul: Kavyamala Publishers.

Meenakshisundaram, A. (2010). Guidance and counseling.

Dindigul: Kavyamala Publishers.

Nahanis.2010. Layanan bimbingan dan konseling karir SMK.

Tersedia pada http://bkkarirsmk.com/ Diakses pada

tanggal 18 april 2011.