i KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Oleh : FARIDA NOVIANINGSIH H 0405029 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
121
Embed
KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS …/Kegiatan...KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya yang ... Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN
HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN
KOTA SURAKARTA
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertaniandi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh :
FARIDA NOVIANINGSIH
H 0405029
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS
PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN
KOTA SURAKARTA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
FARIDA NOVIANINGSIH
H 0405029
Telah dipertahankan di depan Dewan PengujiPada tanggal : 30 Juli 2010
A. Kesimpulan ................................................................................ 105
B. Saran........................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 107
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Anggota Kelompok Tani di Kota Surakarta ..................... 51Tabel 2. Rincian Sampel Penelitian ............................................................. 52Tabel 3. Sumber Data Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias
Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ..................... 54Tabel 4. Luas dan Tata Guna Lahan di Kecamatan Laweyan...................... 62Tabel 5. Kelompok Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010 ........... 63Tabel 6. Kelompok Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Laweyan pada bulan Januari 2010 ................................................. 65Tabel 7. Kelompok Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Laweyan pada bulan Januari 2010 ................................................. 66Tabel 8. Jumlah Produksi Komoditas Pertanian di Kecamatan Laweyan
pada bulan Maret tahun 2010......................................................... 67Tabel 9. Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Kecamatan Laweyan............ 68Tabel 10. Daftar Penyuluh Pertanian Lapangan di Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta................................................................................ 69Tabel 11. Jumlah Anggota dalam Kelembagaan Petani di Kecamatan
Laweyan ......................................................................................... 81Tabel 12. Bentuk Peran Serta dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan KotaSurakarta ....................................................................................... 83
Tabel 13. Jalinan Kerjasama dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan ...................... 84
Tabel 14. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan ......................................................................................... 87
Tabel 15. Jenis Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan...... 88Tabel 16. Perubahan Pengetahuan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan
di Kecamatan Laweyan.................................................................. 90Tabel 17. Perubahan Sikap yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan
di Kecamatan Laweyan.................................................................... 91Tabel 18. Perubahan Ketrampilan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan
di Kecamatan Laweyan.................................................................... 92Tabel 19. Sarana dan Prasarana Kelopmpok Tani di Kecamatan Laweyan…. 93
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Kegiatan Penyuluhan PertanianTanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ........................................................................................ 48
Gambar 2. Bagan Trianggulasi Data................................................................ 58Gambar 3. Bagan Trianggulasi Metode ........................................................... 58Gambar 4. Model Analisis Interaktif ............................................................... 60Gambar 5. Struktur Kelembagaan di Dinas Pertanian Kota Surakarta ............ 72
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ......... 111
Lampiran 2. Identitas Subjek dan Informan Kegiatan PenyuluhanPertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta ............................................................. 132
Lampiran 3. Hasil Wawancara Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.......... 133
Lampiran 4. Rincian Triangulasi Data............................................................. 170Lampiran 5. Rincian Triangulasi Metode........................................................ 185Lampiran 6. Dokumentasi ............................................................................... 203Lampiran 7. Peta Kecamatan Laweyan Kota Surakarta .................................. 206Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian..................................................................... 207Lampiran 9. Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan PUMK Tanaman Hias
Kota Surakarta Tahun 2008 ........................................................ 208
x
RINGKASAN
FARIDA NOVIANINGSIH, H0405029. ”KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN TANAMAN HIAS PEKARANGAN DI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA”. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto,MS. dan Arip Wijianto, SP, MSi.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji proses penyelenggaraankegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. (2) Mengkaji faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta (3) Mengkaji tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
Metode penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif digunakan sebagai metode dari penelitian ini. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan content analysis. Uji validitas data menggunakan teknik triangulasi data, triangulasi metode dan review informan, sedangkan analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu: (1) reduksi data (2) sajian data (3)penarikan simpulan dan verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komponen yang berperan dalam menunjang kelancaran kegiatan penyuluhan pertanian yaitu kebijakan penyuluhan pertanian, kelembagaan penyuluhan, ketenagaan penyuluhan, pembiayaan penyuluhan, pengawasan dan pengendalian penyuluhan.Proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian mencakup lima aspek yaitu programa penyuluhan, mekanisme kerja, metode penyuluhan, materi penyuluhan,peran serta dan kerjasama. Programa penyuluhan berisi gambaran keadaan wilayah, kebijakan pemerintah, dan rencana penyuluhan selama satu tahun yang akan datang. Mekanisme kerja yang berjalan yaitu mekanisme dari bawah dan atas sedangkan metode penyuluhan yang dominan digunakan yaitu metode perorangan dan kelompok. Materi yang disampaikan yaitu budidaya anggrek, olahan pangan, pembuatan pupuk kompos dan cair, perikanan, peternakan, penyilangan anggrek dan pengembangan tanaman obat. Pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan pertanian yaitu THL; PDP; Lurah; ketua, pengurus dan anggota kelompok tani; Dinas Lingkungan Hidup; Dinas Pertanian Propinsi; Staff Kehutanan Dinas Pertanian dan masyarakat. Kerjasama yang terjalin berkaitan dengan subsidi tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi banding, silaturahmi, penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran tanaman hias, jualan hasil tani atau produk olahan pangan dan pemberian modal usaha. Kegiatan penyuluhan setiap kelompok tani dilaksanakan sebulan sekali. Tidak ada kelembagaan swasta dan swadaya, Tetapi ada kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian. Terdapat faktor pendukung dan penghambat serta tindak lanjut penyuluhan selanjutnya. Dampak kegiatan penyuluhan pertanian yaitu adanya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.
xi
SUMMARY
FARIDA NOVIANINGSIH, H0405029. “AN AGRICULTURE EXTENSION ACTIVITY ON YARD DECORATION PLANTATION IN DISTRICT LAWEYAN OF SURAKARTA CITY.” Under tuitions of Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS. and Arip Wijianto, SP, MSi.
This research aims to: (1) Study the process of agriculture extension implementation activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City, (2) to study the factors supporting and inhibiting the agriculture extension activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City, and (3) to study the follow-up of the agriculture extension activity on yard decoration plantation in District Laweyan of Surakarta City.
The research employed a qualitative and descriptive approach. The sampling technique used was snowball sampling. Techniques of collecting data used were in-depth interview, observation and content analysis. The data validity test employed was data and method triangulations, and informant review, meanwhile the data analysis was done using three main components: (1) data reduction, (2) display, (3) conclusion drawing and verification.
Considering the result of research it can be concluded that the components supporting the agriculture extension activity smoothness include: the agriculture extension policy, extention institution, extention staffing, extension funding, supervision and control. The process of agriculture extension activity encompasses five aspects: extention program, work mechanism, extention method, extention material, participation and cooperation. The extention program contains a description of location condition, governmental policy, and extention plan for the next one year. The work mechanism proceeding is the bottom-up one while the dominant extention methods used were private and group method. The materials delivered include orchid cultivation, food processing, compost and liquid fertilizer development, fishery, animal husbandry, orchid cross-breeding and medicinal plantation development. The parties participating in the agriculture extention activity are THL, PDP, Lurah, chief, administrator, and farmer group member; living environmental service; provincial agricultural service, forestry staff of agricultural service and society. The cooperation established relates to the orchid plant subsidy, pest management, comparative study facility, visit, extention, training, produce marketing, decoration plantation exhibition, agriculture yield or processed-food selling and business capital grant. The extention activity of each farmer group is done once a month. There is no private and self-help, but there is institution supporting the agriculture extention. There is supporting and inhibiting factor as well as the follow-up of extention. The effect of agriculture extention activity includes the change in the farmer’s knowledge, attitude and skill.
xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian merupakan proses yang berkesinambungan
dan memerlukan perhatian semua pihak. Artinya, suatu proses pembangunan
pertanian tidak akan berhasil apabila dalam pelaksanaannya hanya bersifat
parsial. Keberhasilan suatu proses pembangunan pertanian tidak hanya
dipandang dari out put yang dihasilkan tetapi juga perlu aspek lain yang
diperhatikan yaitu bagaimana pembangunan pertanian ini dapat terus
berlanjut.
Pembangunan pertanian di Indonesia bertujuan untuk memanfaatkan
sumber daya pertanian secara optimal, dengan cara mengikutsertakan
masyarakat kota menuju ke pertanian agribisnis yang maju, mandiri dan
sejahtera serta tercapainya perbaikan taraf hidup petani dan masyarakat pada
umumnya. Salah satu caranya adalah dengan adanya penyuluhan pertanian.
Penyuluhan pertanian menurut Mardikanto (2009) adalah proses aktif yang
memerlukan interaksi antara penyuluh dan sasaran, agar terbangun proses
perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) seseorang yang
dapat diamati oleh orang atau pihak lain baik secara langsung (berupa: ucapan,
tindakan dan bahasa tubuh) maupun tidak langsung (melalui kinerja dan atau
hasil kerja).
Pembangunan pertanian ditunjukkan ke semua sektor pertanian, salah
satunya adalah di sektor tanaman pangan dan hortikultura. Hortikultura dibagi
menjadi tiga golongan tanaman yakni buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.
Hortikultura banyak memberikan keuntungan bagi manusia dan lingkungan
hidup. Buah-buahan dan sayuran yang dikonsumsi oleh manusia dapat
bermanfaat bagi tubuh. Pohon buah-buahan, sayuran dan tanaman hias dapat
berfungsi sebagai penyejuk, penyerap air hujan, peneduh dan penyerap CO2
atau pencemar udara lainnya. Limbah tanamannya serta limbah buah atau
sayuran dapat dipergunakan sebagai pupuk organik atau kompos yang dapat
menyuburkan tanah, sedang keindahannya dapat dinikmati dan berpengaruh
xiii
baik bagi kesehatan jiwa manusia. Usaha budidaya tanaman hortikultura, pada
dasarnya tidak memerlukan lahan yang cukup luas. Salah satunya di lahan
pekarangan rumah masing-masing.
Pekarangan merupakan perpaduan pertanian yang melibatkan peran
manusia dengan ekosistemnya. Secara ekologis, pekarangan dengan struktur
tanaman yang tingginya berjenjang dan beraneka jenisnya, mulai dari jenis
tanaman keras sampai tanaman perdu dan sejenis rerumputan, bukan saja akan
mampu mengoptimalkan penggunaan energi matahari, melainkan juga dapat
melindungi tanah dari erosi air hujan. Sehingga, berbagai jenis tanaman dapat
tumbuh berdampingan serta kesuburan tanah dan tata air tetap terjaga. Selain
itu, di pekarangan juga terjadi sistem daur ulang yang sangat baik. Dedaunan
yang jatuh, sampah-sampah organik sisa rumah tangga dan kotoran hewan
ternak merupakan sumber daya yang baik bagi pertumbuhan tanaman
pekarangan. Sebaliknya, dedaunan dan rerumputan segar merupakan sumber
daya yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Kota Surakarta merupakan salah satu daerah perkotaan yang padat
penduduk dengan lahan pertanian yang sempit karena sebagian besar lahannya
digunakan untuk pemukiman dan pabrik. Sehingga kegiatan penyuluhan
pertanian difokuskan pada intensifikasi penggunaan lahan yang ada melalui
pendampingan dan pembinaan masyarakat pada umumnya dan kelompok tani
pada khususnya. Oleh karena itu, kegiatan penyuluhan dilakukan tidak hanya
di bidang pertanian tanaman pangan saja tetapi juga meliputi bidang tanaman
hias yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di Kota Surakarta. Salah
satunya adalah pengembangan tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta. Peneliti memilih Kecamatan Laweyan sebagai
lokasi penelitian karena sebagian besar masyarakat di Kecamatan Laweyan
telah membudidayakan tanaman hias di pekarangan rumah masing-masing.
Tanaman hias yang sudah dibudidayakan di Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta adalah anggrek, melati, adenium, anthurium, rosella dan agloenema.
xiv
B. Perumusan Masalah
Pengembangan pertanian yang sudah dilaksanakan sekarang ini masih
terbatas pada penanganan lahan sawah, sedangkan untuk pekarangan belum
banyak mendapatkan perhatian. Mengenai pekarangan, hampir semua tempat
di Indonesia ini dapat kita jumpai adanya pekarangan. Pekarangan merupakan
agroekosistem yang sangat baik serta mempunyai potensi yang tidak kecil
dalam mencukupi kebutuhan hidup pemiliknya. Bahkan kalau dikembangkan
secara baik akan dapat bermanfaat lebih jauh lagi, seperti kesejahteraan
masyarakat sekitar, pemenuhan kebutuhan pasar bahkan mungkin memenuhi
kebutuhan nasional. Selain digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura
(buah-buahan dan sayuran), pekarangan juga dimanfaatkan untuk budidaya
tanaman hias. Tanaman hias adalah tanaman yang dipergunakan sebagai
dekorasi baik ruangan ataupun luar ruangan. Tanaman hias memiliki berbagai
macam jenis mulai dari tanaman berbunga sampai tanaman yang berbentuk
unik. Bentuk tanaman ini sangat beraneka ragam dan masing-masing tanaman
memiliki daya tarik tersendiri untuk layak dikoleksi.
Sejak disadari oleh masyarakat tentang arti pentingnya tanaman hias
bagi kehidupan mereka, maka orang-orang mulai mengusahakan dan mencari
jenis-jenis tanaman hias yang menarik dan dapat tumbuh di dalam maupun
luar ruangan. Pemeliharaan tanaman hias pun cukup mudah dan di setiap
rumah sudah banyak terdapat tanaman hias yang mampu tumbuh dengan
subur. Tanaman hias dapat berfungsi untuk memperindah lingkungan dan
mengurangi polusi udara sehingga lingkungan menjadi sejuk dan segar. Hal
tersebut dapat menimbulkan keinginan masyarakat kota untuk lebih
meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilannya dengan cara mengikuti
kegiatan penyuluhan pertanian.
Berdasarkan uraian singkat di atas dapat dijabarkan beberapa rumusan
masalah terkait dengan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pakarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, yakni sabagai berikut:
1. Bagaimana proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian
tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta?
xv
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dari
kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta?
3. Bagaimana tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman
hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
2. Mengkaji faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari
kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta.
3. Mengkaji tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang
harus ditempuh untuk mendapatkan banyak pengetahuan mengenai
kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan dan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi masyarakat kota atau petani, dapat dijadikan informasi untuk
melaksanakan kegiatan budidaya tanaman hias di lahan pekarangan rumah
masing-masing.
3. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam
penyusunan penelitian sejenis.
4. Bagi pengambil kebijakan (pemerintah dan instansi terkait), dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan
penyuluhan pertanian yang akan datang guna memperoleh manfaat yang
lebih baik.
xvi
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
a. Pembangunan pertanian
Mosher (1991) memaparkan bahwa pembangunan pertanian
cenderung dipikirkan dan dibicarakan hanya karena pembangunan itu
menyediakan lebih banyak hasil untuk manusia. Dalam kenyataannya
ada terdapat suatu hasil tambahan bahkan barangkali merupakan hasil
yang lebih penting, yaitu: pembangunan pertanian mengubah manusia-
manusia yang bekerja didalamnya. Supaya pembangunan pertanian itu
terlaksana, pengetahuan dan keterampilan para petani haruslah terus
meningkat dan berubah. Karena para petani terus-menerus menerima
metoda baru, cara berpikir mereka pun berubah. Mereka
mengembangkan suatu sikap baru yang berbeda terhadap pertanian,
terhadap alam sekitar mereka dan terhadap diri mereka sendiri.
Menurut Soetriono et all (2006), dalam pembangunan pertanian
masalah penting tentang usahatani adalah mengubah usahatani dalam
arti luas dan pengaturannya agar dapat menggunakan metode berusaha
tani secara baik, benar dan efisien. Bentuk usahatani yang sesuai bagi
pertanian primitif bukanlah bentuk produktif jika metode modern
dipergunakan. Tindakan yang dianggap lebih efisien antar lain:
1) Pemetaan dan registrasi hak pemilikan tanah
2) Pemagaran tanah untuk mencegah pengembalian sewenang-
wenang
3) Konsolidasi yang terpencar-pencar
4) Redistribusi tanah untuk mendapatkan satuan manajemen yang
efisien
5) Mengubah syarat-syarat penyakapan.
xvii
Arifin (2010) mengungkapkan bahwa pembangunan pertanian di
Indonesia sebenarnya telah menunjukkan kontribusi yang sukar
terbantahkan, bahwa peningkatan produktivitas tanaman pangan
melalui varietas unggul, lonjakan produksi peternakan dan perikanan
telah terbukti mampu mengatasi persoalan kelaparan dalam empat
dasawarsa terakhir. Pembangunan perkebunan dan agroindustri juga
telah mampu mengantarkan pada kemajuan ekonomi bangsa,
perbaikan kinerja ekspor, dan penyerapan tenaga kerja.
Pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses
yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian untuk tiap-
tiap konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan
produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan
ketrampilan untuk memperbesar turut campur tangannya manusia di
dalam perkembangan tumbuhan dan hewan (Hadisapoetro, 1973).
Menurut Mardikanto (2007), di dalam proses pembangunan
pertanian, perbaikan kualitas hidup yang dicita-citakan itu diupayakan
melalui kegiatan peningkatan produktivitas usahatani, yakni melalui
semakin besarnya turut campur tangan manusia (petani) selama proses
produksi berlangsung. Dengan kata lain, pembangunan pertanian
menuntut adanya perubahan perilaku petani yang mutlak diperlukan
dalam upaya peningkatan produktivitas usahatani dan peningkatan
pendapatan demi perbaikan kualitas hidupnya sendiri dan
masyarakatnya.
b. Pembangunan pertanian berkelanjutan
Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas
ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari
itu, pertanian atau agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau
livehood) bagi sebagian besar petani di Indonesia. Oleh karena itu,
pembahasan mengenai sektor dan sistem pertanian harus
menempatkan subjek petani, sebagai pelaku sektor pertanian secara
utuh, tidak saja petani sebagai homo economicus, melainkan juga
xviii
sebagai homo socius dan homo religius. Konsekuensi pandangan ini
adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai sosial-budaya lokal, yang
memuat aturan dan pola hubungan sosial, politik, ekonomi dan budaya
ke dalam kerangka paradigma pembangunan sistem pertanian
(Mubyarto et all, 2009).
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah
pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable
resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable
resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak
negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan yang
dimaksud meliputi: penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas
produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang
berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati
yang ramah terhadap lingkungan (Sudirja, 2010).
Pembangunan pertanian berkelanjutan membutuhkan perhatian
serius terutama terhadap kemampuan ekosistem dan kegiatan yang
ekploratif terhadap sumberdaya alam tersebut. Walaupun pertanian
masa depan adalah pertanian yang bersifat sinergis dengan
industrialisasi dan antisipatif terhadap dinamika perdagangan bebas,
tetapi pada misi pembangunan pertanian berbudaya industry tetap
mengemban misi kelestarian lingkungan. Pengelolaan pertanian
berkelanjutan memliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu:
1) Mantap secara ekologis
Sesuai dengan arti penting pengelolaan pertanian berkelanjutan
bahwa pengelolaan pertanian erat kaitannya dengan bidang
ekologi, terutama pendekatan ekosistem. Pengelolaan pertanian
harus dapat mempertahankan kualitas sumberdaya alam yang ada.
Dengan demikian, ekosistem secara keseluruhan tetap dapat
dipertahankan.
xix
2) Berlanjut secara ekonomis
Pertanian yang dikelola oleh petani harus dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri baik pangan, sandang maupun papan tanpa
harus merusak ekosistem yang ada, sekaligus meminimalkan
resiko untuk tidak tercukupi kebutuhan petani. Artinya, dengan
usaha pertanian, petani akan merasa bahwa kebutuhannya terjamin
dan terpenuhi serta resiko kekurangan terhadap kebutuhannya
relatif sangat kecil.
3) Adil
Sumberdaya dan kekuasaan sering kali hanya dikuasai oleh
beberapa orang yang notabene kekayaannya telah melimpah,
sedangkan anggota masyarakat terutama petani secara keseluruhan
tidak mendapatkan sumberdaya dan kekuasaan yang pantas. Untuk
itu, pendistribusian sumberdaya dan kekuasaan secara merata dan
adil harus benar-benar diterapkan sehingga hak-hak mereka
terpenuhi.
4) Manusiawi
Syarat ini menekankan pada persamaan hak, derajat dan martabat
manusia (hak asasi manusia), artinya apa pun bentuk kehidupan di
masyarakat asalkan sesuai dengan aturan, tata nilai dan norma
yang ada harus dihargai secara benar dan tepat.
5) Luwes
Masyarakat pedesaan harus mampu beradaptasi dengan perubahan
kondisi usahatani yang terus berkembang, seperti penggunaan
teknologi dalam pengelolaan lahan pertanian, perubahan inovasi
teknologi dan bentuk penggunaan teknologi di bidang pertanian
lainnya.
(Mangunwidjaja et all, 2005).
xx
c. Pertanian Kota
Peran tanaman dalam keindahan kota dapat dilihat dalam
pertamanan, jalur hijau terutama di kota-kota besar. Mengingat
aktivitas di kota sangat padat dan sarana serta prasarana yang lebih
padat, maka secara langsung dapat berpengaruh terhadap kondisi iklim
setempat. Biasanya kota mempunyai suhu udara lebih panas daripada
luar kota. Untuk menciptakan suasana yang sejuk dan nyaman,
penanaman jenis tanaman yang sesuai merupakan upaya yang baik dan
sekaligus merupakan upaya pelestarian hayati (Ashari, 1995).
Pertanian kota (urban agriculture) didefinisikan sebagai
usahatani, pengolahan, dan ditribusi dari berbagai komoditas pangan,
termasuk sayuran dan peternakan di dalam atau pinggir kota di daerah
perkotaan. Kerawanan pangan di perkotaan umumnya disebabkan
karena permasalahan ketersediaan pangan, ketidakmampuan rumah
tangga miskin di perkotaan untuk mengakses pangan yang aman,
berkualitas dalam jumlah yang cukup. Bakker, et al. (2000)
menunjukkan bahwa pertanian kota adalah salah satu pilihan untuk
mengatasi ketahanan pangan rumah tangga (Hanani, 2009).
Secara sempit dan secara luas penggunaan definisi Pertanian
Kota menurut Mougeot (2000) dalam Redwood (2009): pertanian
kota adalah suatu lokasi industri yang ada di dalam kota atu di
pinggiran kota, sebuh kota kecil atau kota taraf kota dunia, yang mana
pertumbuhan dan pemeliharaan, pengolahan dan penyebaran
perbedaan hasil-hasil makanan dan hasil-hasil bukan makanan,
menggunakan sebagian besar manusia dan sumber-sumber daya yang
ada, hasil-hasil dan berdasarkan pada pelayanan dan sekitar area kota,
dan dalam mengubah persediaan manusia dan sumber daya, hasil dan
sebagian besar pelayanan untuk area kota.
Di Indonesia, tentu saja bahkan belum masuk sebagai suatu
kategori guna lahan perkotaan yang resmi. Pertanian Kota (PK) di
negeri sedang berkembang karena post-poverty syndrom cenderung
xxi
menganggap PK sebagai masalah sebagai sisa-sisa ketertinggalan,
sebagai akibat dari tidak terselesaikannya kawasan pedesaan. Namun,
nyatanya PK tetap ada, bahkan di Kota-Kota negara maju sekalipun.
Makin cepat suatu Kota mengakuinya dan memasukkannya di dalam
perencanaan tata ruangnya, makin cepat mereka merasakan
manfaatnya. Kini PK dihubungkan dengan cara-cara Kota mengurangi
ecological footprint-nya, membantu keluarga miskin menambah
penghasilan dan makanan segar, serta meningkatkan keamanan
makanan di banyak Kota. PK juga menghasilkan tanaman hias serta
mengindahkan lahan-lahan terbengkalai Kota (Kusumawijaya, 2009).
Intensifikasi pertanian di sekitar kota memerlukan berbagai input
seperti pupuk, makhluk hidup, tenaga kerja dan air. Banyak input yang
mahal dalam istilah lain harta langsung dan mungkin pengaruh
lingkungan dari pupuk-pupuk dan pestisida-pestisida. Supaya
lingkungan dapat seimbang maka perlu dicari pilihan-pilihan (mendaur
ulang botol, menggabungkan manajemen hama), meskipun air dapat
menjadi faktor kunci. Kecepatan dan perencanaan pertumbuhan alam
di kota akan menghasilkan air dan dekat berhubungan dengan masalah
kebersihan, banyak kota-kota mempunyai perlengkapan air yang tidak
teratur. Dalam area peri urban, seringkali menganjurkan pada
pengairan yang efisien dan meneruskan cara dengan penggunaan
tanah. Seperti contohnya, dalam memproduksi sayuran, persaingan
dari air dapat menjadi faktor kunci pengaruh kelangsungan hidup dari
pertanian dekat kota (Livingston, 1987 dalam Smith, 1999 ).
2. Penyuluhan Pertanian
a. Penyuluhan pertanian
Menurut Setiana (2005) penyuluhan adalah suatu sistem
pendidikan di luar sekolah untuk anggota masyarakat, terutama yang
berada di pedesaan agar meningkat pengetahuan, keterampilan dan
sikap mentalnya menjadi lebih produktif sehingga mampu
xxii
meningkatkan pendapatan keluarganya, dan pada gilirannya akan
meningkat pula kesejahteraan hidupnya. Karena penyuluhan pertanian
dalam jangka panjang adalah terjadinya peningkatan taraf hidup
masyarakat, maka hal ini hanya dapat dicapai apabila para petani
dalam masyarakat telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha taninya
dengan cara-cara yang lebih baik.
b. Better business, berusaha yang lebih menguntungkan, mau dan
mampu menjauhi para pengijon, lintah darat dan melakukan teknik
pemasaran yang benar.
c. Better living, hidup lebih baik dengan mampu menghemat, tidak
berfoya-foya dan setelah berlangsungnya masa panenan bisa
menabung, bekerja sama memperbaiki hygiene lingkungan dan
mampu mencari alternatif lain dalam usaha.
Penyebaran informasi tentang teknologi baru merupakan hal
yang penting sehingga petani dapat menggunakan perkembangan
pertanian terkini. Tetapi dalam pelaksanaannya, ada jurang pemisah
antara temuan penelitian dan kebutuhan petani. Agar teknologi
tersebut dapat sukses menyebar di kalangan petani maka sebaiknya
teknologi tersebut memberikan tujuan yang berguna bagi pengguna
akhirnya. Institusi yang menjembatani jurang pemisah antara petani
dan para peneliti dalam bidang pertanian adalah layanan penyuluhan
Sumber: Data Monografi Kecamatan Laweyan Bulan Januari 2010
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang
paling banyak ditempuh oleh penduduk di Kecamatan Laweyan adalah
tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitu sebesar 21.458
orang atau sebesar 22,89%. Sedangkan untuk sekolah yang pernah
ditampuh olah masyarakat Kecamatan Laweyan adalah tamat
lxxvii
akademik/PT (10,51%), tamat SLTA (21,01%), tamat SD (16,59%), tidak
tamat SD (7,95%), belum tamat SD (11,22%) dan tidak sekolah (9,83%).
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk di Kecamatan Laweyan bekerja di berbagai bidang, hal
ini menunjukkan bahwa keaktifan penduduk secara ekonomi cukup tinggi.
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Laweyan pada bulan Januari 2010
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)1. Petani sendiri 38 0,042. Buruh tani 39 0,053. Pengusaha 977 1,174. Buruh industry 16.512 19,745. Buruh bangunan 13.105 15,676. Pedagang 5.388 6,447. Pengangkutan 2.164 2,598. Pegawai Negeri Sipil 4.990 5,979. Pensiunan 36.653 43,8210. Lain-lain 3.777 4,52
Jumlah 83.643 100
Sumber: Data Monografi Kecamatan Laweyan Bulan Januari 2010
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk
di Kecamatan Laweyan bekerja sebagai pensiunan (43,82%), buruh
industry (19,74%) dan buruh bangunan (15,67%). Adapun jumlah
penduduk yang bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani sendiri
maupun buruh tani masing-masing 0,04% dan 0,05%. Jumlah penduduk
paling sedikit adalah mereka yang bekerja di sektor pertanian, hal ini
dikarenakan lahan sawah di Kecamatan Laweyan cukup sempit hanya
40,90 Ha. Sehingga penduduk yang bekerja dan berminat untuk bekerja
sebagai petani pun hanya sedikit.
C. Keadaan Pertanian dan Peternakan
Produksi pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta cukup
banyak mulai dari hasil padi, buah-buahan hingga hasil perikanan dan
peternakan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pangan dan gizi penduduk
Kota Surakarta cukup baik. Untuk mengetahui jumlah produksi komoditas
pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
lxxviii
Tabel 8. Jumlah Produksi Komoditas Pertanian di Kecamatn Laweyan pada bulan Maret 2010
Sumber Data: Data Base THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
lxxxi
V. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sajian Data
1. Sistem Penyuluhan Pertanian
a. Kebijakan Penyuluhan Pertanian
Kebijakan pemerintah yang terdapat di Kecamatan Laweyan yaitu
program peningkatan kesejahteraan petani; program peningkatan
penerapan teknologi pertanian, perikanan dan perkebunan; program
peningkatan produksi pertanian, perikanan, perkebunan yang didukung
dengan adanya program-program pemerintah seperti subsidi bibit
tanaman anggrek dan pupuk tanaman anggrek, alat mekanisasi (drayer
dan pompa air), pinjaman per kelompok tani Rp 10 juta1, SLPTT,
budidaya tanaman anggrek, olahan pangan, tanaman sayur, perikanan dan
tanaman obat2.
Wilayah Kecamatan Laweyan, sebagian besar lahan pertaniannya
dimanfaatkan untuk perumahan. Sehingga, sebagian besar masyarakat
Kecamatan Laweyan membudidayakan tanaman hortikultura (tanaman
buah, tanaman sayur dan tanaman hias) di pekarangan rumah masing-
masing. Selain digunakan untuk mengembangkan tanaman hortikultura,
pekarangan rumah mereka juga digunakan untuk membudidayakan ikan
lele dan lobster. Serta untuk bahan olahan pangan, mereka menggunakan
berbagai jenis tanaman yang ada di pekarangan rumah mereka seperti
1
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Heri Iswanti selaku Ketua Kelompok Tani Mawar Merah Kecamatan laweyan Kota Surakaarta:
“Setiap kelompok tani yang ada di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta telah mendapatkan pinjaman uang RP 10 juta. Pinjaman tersebut kami pergunakan untuk mengembangkan usaha” (wawancara 17 Mei 2010).
2Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi selaku PDP Kecamatan Laweyan:
“PDP hanya penyambung lidah dari Dinas ke masyarakat. PDP itu dibantu oleh penyuluh yang berhubungan langsung dengan petani. Kebijakan yang pernah diberikan di Kecamatan Laweyan antara lain bantuan subsidi pupuk, bibit anggrek, alat mekanisisasi (seperti drayer dan pompa air), pinjaman 10 juta tiap kelompok tani, tanaman sayuran, olahan pangan, perikanan, budidaya tanaman anggrek dan tanaman obat” (wawancara 11 Mei2010).
lxxxii
rosella untuk membuat sirup dan jahe untuk membuat minuman jahe
instan.
Terkait dengan kebijakan-kebijakan tersebut, pemerintah daerah
(pemda) juga ikut berperan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan. Peran pemda tersebut berupa pemberian pembinaan
berupa pelatihan-pelatihan, kerjasama dan koordinasi. Karena tanpa peran
pemda tersebut program-program pemerintah tidak akan berjalan lancar.
Selain itu, pemerintah daerah juga memberikan bantuan fasilitas-fasilitas
yang berupa drayer dan pompa air untuk mendukung kelancaran kegiatan
penyuluhan di lapangan.
Pengaruh kebijakan terhadap kinerja penyuluh dan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah
cukup bagus karena penyuluh lebih cepat mendapatkan informasi dari
manasaja baik dari pusat maupun dari sasaran dan permintaan dari bawah
dapat cepat ditanggapi, SLPTT dapat memberikan motivasi kepada
kelompok tani untuk lebih aktif, pinjaman modal Rp 10 juta untuk setiap
kelompok tani dapat digunakan oleh para anggota kelompok tani untuk
mengembangkan usahataninya seperti ternak ayam potong.
b. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan penjelasan para subjek dan informan, bentuk
kelembagaan penyuluhan pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta adalah pemerintah3, karena dana yang didapat untuk
kegiatan penyuluhan dan dana untuk tenaga penyuluh berasal dari
pemerintah4. Tugas kelembagaaan selama kegiatan penyuluhan pertanian
tanaman hias pekarangan adalah memberikan penyuluhan dan pelatihan-
pelatihan seperti pembuatan pupuk cair dan penyilangan tanaman 3
Seperti halnya diungkapkan oleh Bapak Wahyu Utomo selaku Ketua Koordinator THL-TBPP Dinas Pertanian Kota Surakarta
“…. Bentuk kelembagaannya penyuluhan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah pemerintah yang langsung ke Dinas. Tugasnya mengatur kegiatan kelompok tani, kebutuhan pupuk, kebutuhan sarana dan prasarana kelompok tani serta mengkoordinasi kegiatan penyuluhan” (wawancara 22 April 2010).
4Hal tersebut diperjelas dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi selaku PDP Kecamatan Laweyan:
“… Dana yang didapatkan untuk kegiatan penyuluhan dan untuk biaya penyuluh berasal dari pemerintah”(wawancara 11 Mei 2010).
lxxxiii
anggrek, mengatur kegiatan kelompok tani, membina penyuluh pertanian
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, mengkoordinasi kegiatan-kegiatan
penyuluhan serta memberikan bantuan pinjaman. Adapun struktur
kelembagaan di Dinas Pertanian Jagalan Kota Surakarta adalah sebagai
berikut:
= garis komando
= garis koordinasi
Gambar 5. Struktur Kelembagaan di Dinas Pertanian Jagalan Kota Surakarta
Berdasarkan struktur kelembagaan di Dinas Pertanian Jagalan Kota
Surakarta dapat dijelaskan bahwa PDP adalah staff yang ditugasi
menangani secara teknis di wilayah (Kecamatan) dan koordinator dengan
Kabid Produksi. Sedangkan THL adalah koordinasi dengan PDP dalam
pelaksanaan penyuluhan di lapang (wilayah) dan koordinator dengan
Kabid Pertanian. Sehingga PDP dan THL merupakan satu kesatuan unit
kerja yang dapat mendukung keberhasilan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta5.
Kekurangan dari kelembagaan pemerintah yaitu masalah pertanian
yang belum terarah dengan baik, kurangnya koordinasi antara penyuluh
dan lahan pertanian yang sempit. Sedangkan kelebihan dari kelembagaan
pemerintah yaitu tenaga penyuluhnya sudah banyak, sarana dan
prasarananya sudah mencukupi dan bisa mendukung kegiatan kelompok
5
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Luluk selaku THL di Kecamatan Laweyan:“… Di Kecamatan Laweyan, terdapat PDP dan THL. THL dan PDP merupakan satu kesatuan unit kerja yang sangat mendukung kegiatan penyuluhan pertanian ” (wawancara 11 Mei 2010).
Kepala Dinas
Kabid Produksi
Kabid Pertanian
PDP (Petugas Dinas Pertanian)
THL TBPP (Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian)
lxxxiv
tani. Berdasarkan penjelasan dari para informan bahwa di Kecamatan
Laweyan tidak ada kelembagaan penyuluhan swasta6 dan swadaya7.
c. Ketenagaan Penyuluhan Pertanian
Jumlah penyuluh di Kecamatan Laweyan adalah 4 orang penyuluh
pertanian yang terdiri dari 1 PDP dan 3 THL TBPP. Masing-masing
penyuluh memegang wilayah binaan yang terdiri dari 2 Kelurahan.
Koordinator tidak mempunyai wilayah binaan. Tetapi yang sering
menghadiri pertemuan rutin hanya dua orang8. Peran penyuluh
pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan
adalah memberikan penyuluhan, melakukan pendampingan kelompok,
menyampaikan informasi-informasi dari pusat kepada para petani yang
terkait dengan pertanian, melakukan pemasaran, pameran hasil pertanian,
mengikuti ketahanan pangan dan melihat keunggulan yang ada dalam
kelompok tani. Berdasarkan penjelasan dari para subjek dan informan
bahwa di Kecamatan Laweyan tidak ada penyuluh swasta dan swadaya9.
Kekurangan dari tenaga penyuluh pemerintah yaitu intensitas
pendampingan kelompok tani yang kurang, penyuluh yang masih kalah
pengalaman dengan para petani dan penyuluh di Kecamatan Laweyan
sebagian besar masih honorer. Sedangkan kelebihan dari tenaga penyuluh
pemerintah yaitu mempunyai keterampilan untuk membuat inovasi-
inovasi baru, bisa menjembatani kebutuhan kelompok tani, penyuluh
6
Hal tersebut seperti penjelasan yang diberikan Ibu Karbino selaku Ketua Kelompok Tani Srikandhi Kecamatan Laweyan “…. Di Kecamatan Laweyan tidak ada kelembagaan swasta dan swadaya, langsung ke Dinas” (wawancara 24 Mei
2010).
7Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu Utomo selaku Ketua Koordinator THL-TBPP:
“…. Kalau di Kecamatan Laweyan, kelembagaan swasta dan swadaya belum ada, semua kegiatan yang berhubungan dengan pertanian langsung ke Dinas” (wawancara 22 April 2010).
8Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi selaku PDP Dinas Pertanian Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yaitu:
“….Di Kecamatan Laweyan jumlah penyuluhnya 3 orang dan PDPnya 1 orang. Tapi masih THL belum PNS. Dan yang sering menghadiri pertemuan tiap bulan hanya 2 orang saja, karena satu orang penyuluh sedang mendapat tugas ke Ngawi” (wawancara 11 Mei 2010).
9Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu selaku Ketua Koordinator THL-TBPP yaitu:
“…. Penyuluh swasta dan swadaya di Kecamatan Laweyan sampai saat ini belum ada” (wawancara 22 April 2010).
lxxxv
lebih dekat dengan pemerintah dan sering mendapatkan informasi yang
lebih dari pemerintah, tidak pamrih, bisa mengetahui pengalaman-
pengalaman baru serta memberikan penyuluhan dan informasi sesuai
dengan kebutuhan petani.
d. Pembiayaan Penyuluhan Pertanian
Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta, APBD Propinsi, APBN
pusat10 dan swadaya anggota11. Proporsi pembiayaan dari masing-masing
sumber pembiayaan adalah pembiayaan untuk kegiatan penyuluhan
pertanian lebih banyak berasal dari APBD Kota Surakarta yaitu sebesar
50% lebih sedangkan sisanya berasal dari swadaya anggota12.
Prosedur penggunaan pembiayaan penyuluhan adalah dari pusat
dikirimkan ke Dinas Pertanian kemudian dari Dinas membaginya per
kelompok tani dan penggunaannya tergantung kebutuhan per kelompok
tani. Serta untuk para penyuluh PNS termasuk biaya operasional dan
pemeliharaan drayer dan pompa air, dana dari pemkot Surakarta
disalurkan ke Dinas Pertanian untuk disalurkan ke penyuluh PNS,
sedangkan untuk para THL dana langsung ditransfer oleh pemkot
Surakarta ke masing-masing rekening THL. Sedangkan pembiayaan
untuk program-program pemerintah begitu masuk ke Dinas Pertanian,
pembiayaan ditetapkan oleh tim satuan kerja Kecamatan untuk dibuat
perencanaan yang selanjutnya dana tersebut akan didistribusikan kepada
kelompok tani. Penentuan prioritas penggunaan pembiayaan penyuluhan
adalah lebih banyak digunakan untuk konsumsi, studi banding, membeli
media tanam dan praktek. Pembiayaan penyuluhan pertanian oleh 10
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu selaku Ketua Koordinator THL-TBPP yaitu:“….Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta, APBD Propinsi, APBN pusat” (wawancara 22 April 2010).
11Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Thoyyib selaku ketua kelompok tani Putri Mandiri yaitu:
“…. Pembiayaan dari setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok tani berasal dari swadaya anggota, sedangkan dari pusat untuk kelompok kami belum ada” (wawancara 28 April 2010).
12Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:
“….Proporsi terbesar berasal dari APBD kota Surakarta sekitar 50 % lebih tapi untuk lebih jelas itu tugasnya struktural” (wawancara 22 April 2010).
lxxxvi
pemerintah tersebut dirasakan oleh penyuluh dan kelompok tani sudah
cukup untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta.
Kekurangan dari pembiayaan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan yaitu kelompok tani sangat sulit untuk menentukan penggunaan
dana tersebut, kelompok tani tidak bisa merinci penggunaan modal,
banyak anggota kelompok tani yang belum punya kesadaran untuk datang
dalam pertemuan dan anggota kelompok tani yang sulit untuk melunasi
pinjman. Sedangkan kelebihan dari pembiayaan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan yaitu dana yang didapatkan dari pemerintah daerah
bisa langsung dipinjamkan ke masing-masing anggota kelompok tani
untuk kebutuhan hidupnya dan mengembangkan usahataninya serta bisa
untuk menunjang kegiatan kelompok tani (misalnya untuk praktek dan
studi banding).
e. Pengawasan dan Pengendalian Penyuluhan Pertanian
Bentuk pengawasan dan pengendalian kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah membuat
laporan tiga bulan sekali untuk tanaman pangan dan satu bulan sekali
untuk tanaman hias13, melakukan monitoring dan evaluasi (monev) satu
bulan sekali serta mengumpulkan kelompok tani yang tidak sehat selama
tiga bulan untuk dievaluasi kegiatan penyuluhan14. Berdasarkan Buku
Kerja Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian
Tahun 2009 tentang Supervisi, monitoring evaluasi dan pelaporan bahwa:
supervisi, monitoring evaluasi dilakukan oleh pusat dilakukan enam bulan
sekali, oleh Provinsi dilakukan tiga bulan sekali dan oleh Kota dilakukan
sebulan sekali. Dan pelaporan yang dilakukan oleh Tenaga Harian Lepas
(THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian yaitu:
13
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi yaitu:“….Di Kecmatan Laweyan pengawasannya dalam bentuk laporan 3 bulan untuk tanaman pangan dan sebulan sekali untuk tanaman hias. Dan selanjutnya dilaporkan ke pusat” (wawancara 11 Mei 2010).
14Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:
“….Untuk kegiatan penyuluhan tanaman hias pekarangan, pengawasannya dilakukan dengan memantau tiap bulan serta mengumpulkan kelompok tani yang kurang sehat untuk dievaluasi kegiatannya” (wawancara 22 April 2010).
lxxxvii
1) Menyusun laporan yang memuat data monografi wilayah, potensi
agroekosistem, poktan atau gapoktan, usahatani atau produksi
pertanian, kelembagaan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar
dalam penetapan materi penyuluhan pertanian.
2) Menyusun laporan hasil identifikasi masalah-masalah dan upaya
pemecahan masalah yang dihadapi petani dan keluarganya dalam
berusahatani.
3) Menyusun laporan hasil pengamatan dan pengembangan sumberdaya.
4) Menyusun laporan hasil RDKK.
5) Menyampaikan laporan kepada Kepala atau Koordinator Dinas.
6) Laporan disampaikan paling lambat hari pertama Minggu kedua.
Pihak yang melakukan pengawasan dan pengendalian adalah Dinas
Pertanian (PDP dan THL), Pusat (staff khusus kepresidenan), Bappeda,
Lurah, pengurus dan anggota kelompok tani15. Pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Pertanian, terkait dengan kegiatan penyuluhan yang
telah dilakukannya dan melakukan pelaporan ke Pusat. Untuk Lurah
melakukan pengawasan di tiap Kelurahan terkait dengan dana Blockgrant
yang diberikan kepada setiap kelompok tani. Bappeda dan Pusat
melakukan pengawasan kaitannya dengan laporan dari Dinas Pertanian.
Pengurus dan anggota kelompok tani melakukan pengawasan sendiri
terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh kelompoknya kemudian
melaporkannya ke Dinas Pertanian.
Kekurangan dari pengawasan dan pengendalian kegiatan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah dari kelompok
taninya sendiri belum dapat menjalankan dengan baik dari kegiatan yang
ada, masyarakat belum punya kesadaran untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan pertanian dan intensitas pertemuan kelompok tani yang
15
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi yaitu:“….Biasanya pengawasan diakukan oleh PDP dan THL, pernah juga dari Bappeda dan Pusat yang datang untuk meninjau langsung kegiatan penyuluhan. Selain itu dari puhak Kelurahan dan Kelompok tani juga ikut mengawasi setiap kegiatan penyuluhan yang berlangsung setiap bulannya” (wawancara 11 Mei 2010).
lxxxviii
kurang. Sedangkan kelebihan dari pengawasan dan pengendalian kegiatan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah antara penyuluh dan
petani bisa saling mengisi kelebihan dan kelemahannya, permasalahan
kegiatan kelompok tani bisa diawasi secara langsung, terpantau
kegiatannya dan jika dari Dinas Pertanian dan Pusat datang semua,
pengalaman petani bisa bertambah lebih banyak serta bisa saling tukar
menukar pengalaman.
2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian
a. Programa Penyuluhan
Langkah penyusunan programa penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan adalah dilakukan bersama-sama antara penyuluh
dan petani. Untuk mengetahui kebutuhan petani biasanya petani
mengadakan pertemuan dengan Dinas Pertanian. Hal ini dilakukan
supaya kebutuhan yang sangat diperlukan oleh para petani dapat
diprioritaskan terlebih dahulu. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 25/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Penyusunan
Programa Penyuluhan Pertanian menyatakan bahwa ada beberapa
langkah penyusunan programa penyuluhan pertanian di tingkat Kelurahan
yaitu:
1) Penyusunan programa Kelurahan dimulai dengan penggalian data
atau informasi mengenai potensi, monografi, jenis komoditas
unggulan dan tingkat produktivitasnya, keberadaan kelompok tani
(poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan), kelembagaan
agribisnis dan masalah-masalah yang dihadapi oleh pelaku utama.
Penggalian data dan informasi ini dilakukan dengan menggunakan
metode PRA (Participatory Rural Appraisal) atau teknik identifikasi
keadaan wilayah lainnya.
2) Hasil penggalian data informasi tersebut merupakan masukan untuk
menyusun rencana kegiatan poktan atau gapoktan dalam setahun yang
mencerminkan upaya perbaikan produktivitas usaha di tingkat poktan
lxxxix
atau gapoktan (RDK/Rencana Definitif Kelompok) yang dilengkapi
dengan rincian kebutuhan sarana produksi atau usaha yang diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan rencana tersebut (RDKK/ Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok).
3) Selanjutnya hasil rekapitulasi RDK dan RDKK seluruh poktan atau
gapoktan di Kelurahan akan dikaji dengan kegiatan dinas.
4) Pengkajian kegiatan poktan atau gapoktan dilakukan melalui
serangkaian pertemuan-pertemuan yang dimotori oleh para penyuluh,
Lurah dan pengurus poktan atau gapoktan.
5) Programa yang sudah final ditandatangani oleh para penyusun
kemudian ditandatangani oleh Lurah sebagai tanda mengetahui.
6) Selanjutnya akan disampaikan ke Kecamatan dan untuk disampaikan
di dalam forum Musrenbangkel (Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Kelurahan).
Langkah yang ditempuh untuk mengakomodasi kebutuhan petani
dalam programa penyuluhan pertanian adalah dengan mengadakan
percontohan terlebih dahulu, menyamakan kegiatan kelompok dengan
Musren (Musyawarah Rencana) antara kelompok tani dengan Dinas
Pertanian dan mengadakan pertemuan16. Tujuan dibuat programa
penyuluhan pertanian adalah untuk mengetahui dan mengatur kebutuhan
kelompok tani, sebagai acuan untuk melakukan kegiatan penyuluhan
selanjutnya dan supaya kegiatan penyuluhan dapat berjalan dengan baik.
Hal terpenting yang ingin dicapai dengan pembuatan programa
penyuluhan pertanian adalah terciptanya kepuasan petani atas kegiatan
penyuluhan yang diadakan. dengan melakukan pendekatan-pendekatan
kepada para petani untuk dapat mencapai kepuasan mereka. Pendekatan-
16
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“….Dulu pernah ada program penyuluhan tapi tahun ini belum dibuat karena awalnya tidak ada penyuluh PNS, tidak ada motivasi untuk membuat programa dan Kota Solo sendiri bukan sentral pertanian. Programa yang biasanya kita buat hanya berupa buku laporan kegiatan THL-TBPP saja. Buku laporan ini dibuat dengan cara melakukan musyawarah terlebih dahulu antara kelompok tani dengan Dinas Pertanian dan melakukan pertemuan rutin setiap bulannya ” (wawancara 22 April 2010).
xc
pendekatan tersebut dilakukan melalui pendekatan perseorangan,
pendekatan kelompok maupun dengan pendekatan secara massal.
Selama ini sudah ada pembinaan dan pengawasan dari Dinas
Pertanian dan ketua kelompok tani dalam penyusunan dan pelaksanaan
programa penyuluhan pertanian. Bentuk pembinaan dan pengawasan
yaitu berupa rapat pelaksanaan programa dan mengadakan pertemuan dan
pelatihan tiap bulan yang meliputi: pembuatan programa penyuluhan
sudah jadi atau belum, kapan diselesaikan, masalah yang dihadapi dan
upaya pemecahan masalah. Permasalahan yang dihadapi dalam
penyusunan dan pelaksanaan programa penyuluhan pertanian adalah tidak
ada anggaran untuk penyusunan programa, kebutuhan kelompok yang
bermacam-macam dan sebagian besar anggota kelompok tani yang masih
aktif adalah ibu-ibu. Cara mengatasi permasalahan tersebut adalah untuk
anggaran biasanya dilakukan secara gotong royong, untuk kebutuhan
kelompok biasanya dengan rencana kegiatan kelompok setiap enam bulan
sekali dan setiap pertemuan diberi undangan serta para anggota kelompok
tani beralih ke olahan pangan seperti peyek kacang, tahu mangkuk, telur
asin, sirup rosella dan jahe instan. Bahan olahan pangan pada umumnya
berasal dari tanaman yang ditanam di pekarangan rumah anggota
kelompok tani.
Programa penyuluhan pertanian Kecamatan Laweyan merupakan
jabaran dari program tingkat Kotamadya dan usulan dari kelompok tani di
tingkat wilayah binaan. Di dalam programa penyuluhan pertanian termuat
latar belakang dan tujuan penyusunan programa penyuluhan, keadaan
umum wilayah Laweyan kaitannya dengan sektor pertanian, penerapan
teknologi pada tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan, serta
kebijakan pembangunan pertanian. Selain itu juga termuat tujuan dan
sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan, permasalahan
dalam kegiatan penyuluhan pertanian baik dari aspek sosial, ekonomi
maupun teknis dan cara untuk mencapai tujuan yang terangkum dalam
rencana-rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para penyuluh
xci
pertanian di Kecamatan Laweyan untuk masa satu tahun yang akan
datang.
b. Mekanisme Kerja Penyuluhan Pertanian
Mekanisme kerja penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan
Laweyan ada dua jalur, yaitu berasal dari atas dan dari bawah. Jalur yang
berasal dari atas (sentralistik) yaitu berasal dari Dinas Pertanian menuju
ke Kelurahan yang selanjutnya akan diberikan ke RW lalu ke RT.
Terakhir, kegiatan penyuluhan pertanian akan disampaikan kepada para
petani melalui pertemuan kelompok tani. Selain mekanisme sentralistik,
ada juga mekanisme yang berasal dari bawah (partisipatif). Masalah atau
usulan dari para anggota kelompok tani disampaikan kepada penyuluh
pertanian melalui pertemuan kelompok tani. Kemudian dari penyuluh
akan langsung lapor ke Dinas Pertanian dan dari Dinas langsung lapor ke
pusat17.
Pihak yang berperan dalam mekanisme penyuluhan pertanian
adalah THL, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, Kasi Pertanian dan
Perkebunan Dinas Pertanian18, Ketua RW dan Ketua RT19. Ada
pembinaan dan pengawasan dalam mekanisme kerja penyuluhan
pertanian. Bentuk pembinaan dan pengawasan adalah THL ikut
mendampingi kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh berkoordinasi
langsung dengan Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas Pertanian,
perwakilan 2 orang tiap kelompok tani untuk dilatih di Dinas Pertanian
dan studi banding dengan kelompok tani lainnya.
17
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Sodi yaitu:“….Modelnya yaitu permintaan-permintaan dari bawah atau kemauan-kemauan dari masyarakat itu apa kemudian lapor ke atas Dinas terus ke Propinsi. Ada juga yang berasal dari Pusat yang kemudian diberikan kepada para petani misalnya olahan pangan” (wawancara 11 Mei 2010).
18Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:
“….Dalam mekanisme penyuluhan pertanian, pihak yang berperan antara lain THL, kelompok tani,Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Lurah” (wawancara 22 April 2010).
19Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Yus selaku anggota kelompok tani Srikandhi yaitu:
“….Pihak yang berperan dalam mekanisme penyuluhan pertanian, antara lain THL, kelompok tani, Ketua RT, Ketua RW dan Lurah” (wawancara 24 Mei 2010).
xcii
Permasalahan yang ditemukan dalam mekanisme penyuluhan
pertanian adalah jadwal Senin sampai Kamis tidak bisa dijalankan dengan
baik oleh para penyuluh karena penyuluh merangkap secara struktural
(administrasi dan penyuluh lapang) dan sebagian besar anggota kelompok
tani yang masih aktif adalah ibu-ibu rumah tangga. Cara mengatasi
permasalahan tersebut adalah melaksanakan kegiatan administrasi
terlebih dahulu lalu kemudian penyuluh baru ke lapang, mencari jadwal
yang sesuai dengan penyuluh dan anggota kelompok tani dan langsung
mendekati per RW untuk bersosialisasi. Meskipun jumlah tani wanita
lebih sedikit bila dibandingkan dengan tani dewasa, tetapi tani wanita di
Kecamatan Laweyan lebih aktif melakukan kegiatan penyuluhan bila
dibandingkan dengan tani dewasa. Hal ini disebabkan karena sebagian
besar anggota kelompok tani dewasa pada saat pertemuan rutin mereka
masih bekerja. Adapun jumlah anggota dalam kelembagaan petani di
Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 11. Jumlah Anggota dalam Kelembagaan Petani di Kecamatan Laweyan
Nama Kecamatan
Jumlah Kelompok
Tani
Jumlah Kelompok TaniTani Dewasa Tani Wanita Taruna Tani
Jml.Kel.
Jml.Ang.
Jml.Kel.
Jml.Ang.
Jml.Kel.
Jml. Ang.
Laweyan 8 5 83 3 53 - -
Sumber Data: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
Keterangan: Jml.Kel. = Jumlah Kelompok Tani
Jml.Ang. = Jumlah Anggota
c. Metode Penyuluhan Pertanian
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian
adalah pendekatan perorangan dan pendekatan kelompok. Metode yang
dominan digunakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan yaitu pendekatan kelompok. Hal tersebut dikarenakan dana
yang tersedia untuk melaksanakan metode penyuluhan sangat terbatas,
jadi dengan penggunaan metode tersebut materi penyuluhan dapat
tersampaikan kepada para petani dengan dana yang relatif murah. Dasar
pemilihan metode adalah permintaan dari anggota kelompok tani
xciii
kemudian penyuluh menindaklanjuti metode tersebut. Penerimaan metode
oleh sasaran adalah sudah diterima dengan baik dan sudah dipraktekkan
oleh anggota kelompok tani20.
Permasalahan yang ditemukan dalam penggunaan metode
penyuluhan pertanian antara lain teknik komunikasi kurang baik, usia
anggota kelompok tani yang sudah tua, sulit untuk mengumpulkan
anggota kelompok tani dan dana yang tidak ada untuk melakukan
kegiatan yang menggunakan biaya lebih banyak. Cara mengatasi
permasalahan adalah memakai bahasa campuran dalam berkomunikasi,
melihat VCD atau studi banding, dimusyawarahkan bersama antara
penyuluh dan anggota kelompok tani serta mengajukan proposal ke Pusat.
d. Materi Penyuluhan Pertanian
Jenis materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan adalah olahan pangan, pembuatan
pupuk kompos dan cair, perikanan (lele), peternakan (ayam), penyilangan
anggrek serta penggantian media tanam verikultur dan pelatihan
verikultur (tanaman anggrek). Untuk saat ini, materi penyuluhan yang
banyak disampaikan oleh para penyuluh adalah tentang budidaya
tanaman anggrek dan olahan pangan. Hal ini disebabkan oleh sebagian
besar anggota kelompok tani berasal dari kalangan ibu-ibu rumah tangga.
Dasar penentuan materi penyuluhan pertanian adalah permintaan dari
anggota kelompok tani kemudian Dinas Pertanian yang menjembatani
terus melakukan pertemuan dan bulan depan langsung dipraktekkan.
Berdasarkan keterangan para subjek dan informan, materi yang telah
disampaikan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta tersebut sudah sesuai
20
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“…. Metode yang pernah digunakan dalam kegiatan ini antara lain dengan demonstrasi atau praktek langsung, diskusi, ceramah, studi banding dan pendampingan kelompok. Pemilihan metode tergantung kebutuhan petani dan dapat diterima dengan baik oleh sasaran dan sudah dipraktekkan karena biasanya disertai dengan gambar transparan dan dengan langsung praktek” (wawancara 22 April 2010).
xciv
dengan kebutuhan petani. Hal ini disebabkan karena materi tersebut
didasarkan pada permintaan para anggota kelompok tani21.
Permasalahan dalam menetapkan dan menyampaikan materi
penyuluhan pertanian adalah banyak anggota kelompok tani yang berusia
tua sehingga mereka malas untuk mengikuti pertemuan. Cara untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan teori sebentar
kemudian praktek langsung dan dengan melakukan pendekatan setiap
anggota kelompok tani supaya ikut terlibat dalam kegiatan penyuluhan.
e. Peran Serta dan Kerjasama
Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di
Kecamatan Laweyan dapat berjalan karena adanya peran serta dari
berbagai pihak. Pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan
pertanian adalah THL, PDP, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani,
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian Propinsi, Staff Kehutanan
Dinas Pertanian dan masyarakat sekitar. Bentuk dan pihak yang berperan
serta dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Bentuk Peran Serta dalam Kegiatan Penyuluhan PertanianTanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan
No. Pihak yang Berperan Serta Bentuk Peran Serta
1.
2.3.
4.5.
6.
7.
THL dan PDP
LurahKetua, pengurus dan anggota kelompok taniDinas Lingkungan HidupDinas Pertanian Propinsi(PHP: Petugas Hama Penyakit)Staff Kehutanan Dinas Pertanian
Masyarakat sekitar
Penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian dan penyampai informasiPendorong kelompok taniPerencana, penerima dan pelaksana informasiPenyampai informasi pembuatan komposPenanggulangan hama dan penyakit
Pengawasan kegiatan penyuluhan pertanianMembantu kegiatan penyuluhan secara tidak langsung
Sumber: Data Primer
21
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“…. Materi yang pernah kita sampaikan dalam kegiatan penyuluhan antara lain teknik budidaya adenium, anggrek, hortikultura, pembutan kompos dan olahan pangan. Dasar penentuan materi biasanya dari kelompok tani mintanya apa, Dinas Cuma menjembatani saja dan materinya sudah sesuai dengan kebutuhan sasaran karena petani yang minta, kalau kita yang menentukan kebutuhan dari petani biasanya petani kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan” (wawancara 22 April 2010).
xcv
Selain adanya peran serta dari berbagai pihak tersebut, maka
diperlukan juga adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat.
Sikap pemerintah daerah terhadap pihak-pihak yang berperan serta dalam
kegiatan penyuluhan adalah sudah cukup bagus22. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya kunjungan mereka dalam kegiatan penyuluhan dan ikut
serta dalam memecahkan masalah yang ada, pemberian bantuan sarana
dan prasarana kepada kelompok-kelompok tani serta adanya pembinaan
dan pengawasan kepada kelompok tani. Permasalahan yang ditemukan
oleh pihak yang berperan serta adalah kelompok tani sangat susah diatur,
modal, pinjaman yang belum lunas, waktu dan lahan sempit. Cara
mengatasi permasalahan adalah sosialisasi, pendampingan, pertemuan
rutin, mengajukan proposal, melaksanakan pembinaan dan membayar
pinjaman setiap bulan.
Selain adanya peran serta dari berbagai pihak, kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan juga menimbulkan beberapa jalinan
kerjasama antara berbagai pihak sehingga tercipta keadaan yang saling
menguntungkan di antara pihak-pihak yang bekerjasama. Jalinan
kerjasama tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13. Jalinan Kerjasama dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Hias Pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
No. Lingkup Kerjasama Pihak-pihak yang Bekerjasama1.
2.
3.
4.
Kegiatan penyuluhan danpembiayaan penyuluhanSubsidi tanaman anggrek
Pemasaran hasil tani, pameran tanaman hias dan jualan hasil tani
Penanggulangan hama dan penyakit
Lurah, Dinas Pertanian dan kelompok taniPenyedia bibit anggrek dari Salatiga dan Dinas PertanianAspartan (Assosiasi Pasar Tani), pedagang tanaman hias, masyarakat sekitar dan kelompok tani PHP Propinsi, Dinas Pertanian dan kelompok tani
Sumber: Data Primer
22
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“…. Sikap pemerintah daerah jelas cukup bagus karena dipantau langsung dari propinsi dan pemerintah daerah sudah menyerahkan ke Dinas Pertanian. Yang ikut berperan serta biasanya Lurah, Dinas Lingkungan Hidup terkait dengan pembuatan kompos dan Dinas Pertanian propinsi (PHP) terkait dengan hama dan penyakit” (wawancara 22 April 2010).
xcvi
Berdasarkan tabel 13, jalinan kerjasama dalam kegiatan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena
Dinas Pertanian, Lurah dan kelompok tani merupakan satu kesatuan yang
sangat mendukung kegiatan penyuluhan pertanian serta adanya kerjasama
dengan penyedia bibit anggrek dari Salatiga, Aspartan, pedagang tanaman
hias dan dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, Dinas berperan sebagai
sebagai penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh
pertanian sebagai penyampai informasi, Lurah sebagai pendorong
kelompok tani, Aspartan dan pedagang tanaman hias sebagai tempat
pemasaran hasil pertanian dan tanaman hias serta kelompok tani sebagai
perencana, penerima dan pelaksana informasi. Lingkup kerjasama adalah
subsidi tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi
banding, kegiatan penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran
tanaman hias, jualan hasil tani atau produk olahan pangan dan pemberian
modal usaha.
Permasalahan yang ditemukan dalam hubungan kerjasama adalah
penyuluh sudah memberikan informasi tapi dari kelompok tani belum
melaksanakan informasi tersebut dengan baik, pemikiran kelompok tani
yang inginnya selalu dibantu terus, jarak jualannya jauh serta waktunya
setiap hari. Cara mengatasi permasalahan adalah untuk kegiatan pelatihan
atau pemantauan dari kelompok tani diberi undangan supaya bisa datang
semua serta beralih ke olahan pangan.
3. Kinerja Penyuluh
Kinerja penyuluh di Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena
petani sudah mendapatkan tambahan pengetahuan tentang pertanian,
penyuluh sering melakukan pemantauan ke rumah-rumah yang sering
dibantu dan penyuluh mempunyai ide-ide kreatif untuk membuat inovasi-
inovasi baru. Pihak yang berperan dalam kinerja penyuluh adalah ketua dan
xcvii
anggota kelompok tani, THL, PDP dan Struktural Dinas23. Dalam kinerja
penyuluh, ada pembinaan dan pengawasannya. Bentuk pembinaan dan
pengawasan adalah dengan membuat laporan tiga bulan sekali ke pusat oleh
PDP dan laporan bulanan ke PDP oleh THL, sedangkan dari kelompok tani
terdapat laporan sebulan sekali ke Dinas. Permasalahan yang ditemukan
dalam kinerja penyuluh adalah Kota Surakarta bukan merupakan konsentrasi
pertanian dan kelompok tani belum mempunyai inisiatif untuk membuat
inovasi-inovasi baru. Cara mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
memberikan inovasi olahan pangan dan memberikan teknik budidaya
tanaman hortikultura.
4. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan penjelasan dari para subjek dan informan bahwa di
Kecamatan Laweyan hanya terdapat kelembagaan pendukung penyuluhan
pertanian yaitu berupa kios saprotan dan Bank Unit Desa (BPR dan BRI)24.
Kios saprotan adalah kelembagaan yang berfungsi untuk menyediakan
sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida dan media tanam.
Sedangkan Bank Unit Desa (BPR dan BRI) adalah kelembagaan yang
berguna memberikan pinjaman modal kepada para petani untuk
mengembangkan usahanya. Namun selama dua tahun terakhir ini, para
petani lebih senang meminjam uang di kelompok taninya masing-masing.
Hal ini disebabkan karena bunga dari bank lebih besar jika dibandingkan
dengan bunga yang berasal dari kelompok tani25. Adapun kelembagaan
23
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“…. Kinerja penyuluh disini sudah baik, karena penyuluh disini sudah ada pembinaan yang dilakukan oleh struktural Dinas dan pengawasannya berupa laporan bulanan ke pusat” (wawancara 22 April 2010).
24Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:
“….Kecamatan Laweyan hanya mempunyai beberapa kelembagaan pendukung yaitu berupa BRI dan kios saprotan, tetapi untuk kegiatan penyuluhan pertanian langsung ditangani oleh Dinas Pertanian” (wawancara 22 April 2010).
25Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Heri Iswanti selaku Ketua Kelompok Tani Mawar Merah
yaitu:“….Dahulu kelompok tani di Kecamatan Laweyan meminjam modzl untuk kegiatan penyuluhan kepada bank. Namun karena bunganya terlalu besar, maka sekarang ini para anggota lebih senang meminjam uang kepada kelompok tani” (wawancara 17 Mei 2010).
xcviii
pendukung kegiatan penyuluhan pertanian dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 14. Kelembagaan Pendukung Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan
Jumlah BUUD/ KUD
Koperasi Pertanian di luar KUD
Bank Unit Desa (BPR, BRI)
Kios Saprotan
Lembaga Swadaya Desa (LSD)
Lumbung Padi Desa
Buah Ang. Buah Ang.
- - - - ada 2 - -
Sumber: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
Keterangan: Ang. = Anggota
Tugas dari kelembagaan pendukung penyuluhan pertanian adalah
memberikan pinjaman dan menyediakan sarana produksi pertanian seperti
pupuk, pestisida dan media tanam. Adapun kekurangan dari kelembagaan
pendukung penyuluhan pertanian adalah kios saprotan masih sedikit dan
suku bunga banknya besar. Sedangkan untuk kelebihan dari kelembagaan
pendukung penyuluhan pertanian adalah kebutuhan pertanian dapat diatasi,
bisa untuk menunjang kegiatan penyuluhan, bisa untuk dana studi banding
dan bisa untuk pengembangan usahanya.
5. Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Kegiatan penyuluhan pertanian adalah kegiatan terencana dan
berkelanjutan yang harus diorganisasikan dengan baik. Kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan banyak memanfaatkan lahan pekarangan
rumah masing-masing untuk membudidayakan tanaman hias seperti anggrek
dan rosella. Tetapi pada saat sekarang ini harga tanaman hias semakin
menurun sehingga banyak dari anggota kelompok tani yang beralih ke
olahan pangan seperti pembuatan sirup dari tanaman rosella. Selain itu ada
juga beberapa Kelurahan di Kecamatan Laweyan yang membudidayakan
tanaman padi (seperti di Kelurahan Karangasem dan Kelurahan Jajar) serta
beternak ayam potong (seperti di Kelurahan Pajang). Adapun jenis kegiatan
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
xcix
Tabel 15. Jenis Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
Sumber: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
Pihak yang melakukan kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan adalah THL, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, PDP26 dan
semua warga Kelurahan27. Waktu diadakan kegiatan penyuluhan pertanian
di Kecamatan Laweyan adalah sesuai dengan jadwal yang telah disepakati
antara penyuluh pertanian dengan kelompok tani yaitu setiap kelompok tani
mengadakan pertemuan sebulan sekali. Daerah yang masih aktif melakukan
kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah Kelurahan
Sondakan, Kelurahan Kerten dan Kelurahan Karangasem. Jadwal pertemuan
untuk kelompok tani Srikandhi di Kelurahan Kerten yang diketuai oleh Ibu
Karbino setiap tanggal 5 sebulan sekali, kelompok tani Mawar Merah di
Sondakan yang diketuai oleh Ibu heri Iswanti setiap tanggal 7 sebulan sekali
dan kelompok tani Putri Mandiri di Karangasem yang diketuai oleh Ibu
Thoyib setiap tanggal 28 sebulan sekali28.
26
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“…. Pihak yang melakukan kegiatan penyuluhan berasal dari penyuluh, kelompok tani, lurah dan PDP” (wawancara 22 April 2010).
27Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Karbino selaku ketua kelompok tani Srikandhi yaitu:
“…. Selain penyuluh, kelompok tani dan Lurah yang melakukan penyuluhan, ada juga dari masyarakat sekitar yang ikut dalam kegiatan penyuluhan yang kami lakukan setiap bulannnya” (wawancara 24 Mei 2010).
28Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ibu Luluk selaku THL di Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta yaitu:“…. Kegiatan penyuluhannya ada sedikit kendala, tanaman hias kurang diminati lagi oleh msyarakat sehingga kelompok lebih banyak beralih ke olahan pangan. Tetapi pertemuan rutin tiap bulannnya sudah berjalan dengan baik. Untuk kelompok tani Srikandhi di Kerten tiap tanggal 5, kelompok tani Mawar Merah di Sondakan tiap tanggal 7 dan kelompok tani Putri Mandiri di Karangasem tiap tanggal 28. Dan hanya tiga kelompok tani ini saja yang masih aktif, yang lainnya hanya namanya saja dan kegiatannya sudah tidak jalan” (wawancara 22 April 2010).
c
6. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian adalah proses perubahan perilaku
(pengetahuan, sikap dan ketrampilan) di kalangan masyarakat (petani) agar
mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam
usahataninya demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau
keuntungan dan perbaikan kesejahteran keluarga atau masyarakat yang ingin
dicapai melalui pembangunan pertanian (Mardikanto, 2009). Berdasarkan
keterangan dari subjek dan informan bahwa tingkat keberhasilan dari
kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah berhasil
karena ada beberapa tanaman hias misalnya anggrek yang sudah dapat
dipasarkan serta terdapat perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan29.
a. Perubahan Pengetahuan
Salah satu dampak yang terbentuk dari hasil kegiatan penyuluhan
petanian tanaman hias pekarangan yaitu adanya perubahan perilaku
petani ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku tersebut meliputi
perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan pengetahuan
yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani dari yang semula tidak
tahu berubah menjadi tahu. Tahu berarti benar-benar memahami dengan
pikirannya tentang segala ilmu atau teknologi dan informasi yang
disampaikan oleh penyuluh. Perubahan pengetahuan yang terlihat dalam
sasaran yaitu pengetahuan tentang teknik budidaya tanaman anggrek,
dosis penggunaan pupuk, cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair
serta olahan pangan. Adapun perubahan pengetahuan yang dialami oleh
sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
29
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“….Tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan di Kecamatan Laweyan yaitu sudah ada perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan serta ada beberapa tanaman anggrek yang dapat dipasarkan” (wawancara 22 April 2010).
ci
Tabel 16. Perubahan Pengetahuan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan
DimensiJumlah Anggota
Kelompok Tani (orang)Jumlah Anggota yang
Berubah (orang)Prosentase
(%)1. Budidaya tanaman
anggrek2. Dosis Penggunaan
pupuk3. Cara pembuatan
dan penggunaan pupuk cair
4. Olahan pangan
56
56
56
56
43
28
19
51
77
50
34
91
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan pada tabel 16, bahwa kegiatan penyuluhan pertanian
tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan telah berdampak pada
perubahan pengetahuan petani. Perubahan pengetahuan paling banyak
terjadi pada dimensi olahan pangan yaitu dari 56 orang jumlah anggota
tani sebanyak 51 orang telah mengetahui bagaimana cara mengolah hasil
tani mereka atau sebesar 91%. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar
masyarakat di Kecamatan Laweyan adalah ibu-ibu rumah tangga dan
sebagian besar lahan pertaniannya dimanfaatkan untuk perumahan.
b. Perubahan Sikap
Perubahan sikap yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani
dari yang semula tidak mau mejadi mau melaksanakan suatu teknologi.
Perubahan sikap yang terlihat yaitu petani mau mencoba dan
mempraktekkan cara penyilangan anggrek, dosis penggunaan pupuk,
cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta membuat berbagai
macam olahan pangan. Mau disini berarti sukarela dan atas kemauan
sendiri untuk mencari, menerima, memahami, menghayati dan
menerapkan atau melaksanakan segala informasi baru yang diperlukan
untuk peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan
kesejahteraan keluarga atau masyarakatnya. Perubahan sikap yang
dialami sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
cii
Tabel 17. Perubahan Sikap yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan
DimensiJumlah Anggota
Kelompok Tani (orang)Jumlah Anggota yang
Berubah (orang)Prosentase
(%)1. Budidaya tanaman
anggrek2. Dosis penggunaan
pupuk3. Cara pembuatan
dan penggunaan pupuk cair
4. Olahan pangan
56
56
56
56
30
17
16
46
54
30
29
82
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan pada tabel 17, selain berdampak pada perubahan
pengetahuan, kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di
Kecamatan Laweyan juga berdampak pada perubahan sikap. Perubahan
sikap paling banyak juga terjadi pada dimensi olahan pangan yaitu dari
56 orang jumlah anggota kelompok tani sebanyak 46 orang petani telah
mau menerapkan pengetahuan mereka tentang olahan pangan atau
sebesar 82%. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar masyarakat di
Kecamatan Laweyan adalah ibu-ibu rumah tangga dan bahan olahan
pangan mereka berasal dari pekarangan rumah. Sehingga mereka tidak
kesulitan untuk mencari bahan olahan pangan.
c. Perubahan Ketrampilan
Adanya perubahan pengetahuan dan sikap akan membawa
perubahan keterampilan pada petani yang terlihat dengan timbulnya
keterampilan. Perubahan ketrampilan yang terlihat yaitu petani mampu
untuk mengembangkan tanaman anggrek. Mampu baik dalam pengertian
trampil untuk melakukan semua kegiatan maupun dapat mengupayakan
sendiri sumberdaya (input) yang diperlukan demi tercapainya
peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan
kesejahteraan keluarga atau masyarakatnya. Perubahan ketrampilan yang
dialami sasaran penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
ciii
Tabel 18. Perubahan Ketrampilan yang Terjadi pada Sasaran Penyuluhan di Kecamatan Laweyan
DimensiJumlah Anggota
Kelompok Tani (orang)Jumlah Anggota yang
Berubah (orang)Prosentase
(%)
1. Pemilihan bibittanaman anggrek
2. Pemeliharaan tanaman anggek
3. Dosis penggunaan pupuk
4. Cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair
5. Olahan pangan
56
56
56
56
56
34
32
23
16
39
61
57
41
29
70
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan pada tabel 18, adanya perubahan pengetahuan dan
perubahan sikap, kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan juga berdampak pada perubahan
ketrampilan. Perubahan ketrampilan paling banyak juga terjadi pada
dimensi olahan pangan yaitu dari 56 orang jumlah anggota kelompok
tani sebanyak 39 orang telah mampu untuk mengupayakan sendiri bahan
untuk olahan pangan atau sebesar 70%. Hal ini disebabkan oleh sebagian
besar ibu-ibu rumah tangga ingin mengembangkan hasil pertanian
dengan cara mengolah hasil tani yang berasal dari pekarangan.
7. Faktor Pendukung Penyuluhan Pertanian
Penerima manfaat penyuluhan adalah manusia yang memiliki
kebutuhan, keinginan, harapan serta perasaan-perasaan tentang tekanan-
tekanan maupun dorongan-dorongan tertentu yang tidak selalu sama pada
seseorang dengan orang lainnya. Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman
hias pekarangan di Kecamatan Laweyan, terdapat beberapa faktor
pendukung yaitu motivasi dari diri sendiri, sarana dan prasarana yang
dimiliki oleh kelompok tani, swadaya anggota, adanya pertemuan rutin,
adanya simpan pinjam30, penyuluhnya sangat aktif, adanya kerja sama dan
30
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Wahyu yaitu:“….Faktor yang mendukung kegiatan penyuluhan antara lain motivasi masyarakat, pertemuan rutian tiap bulan, modal dri pusat, swadaya anggota dan simpan pinjam” (wawancara 22 April 2010).
civ
studi banding31. Motivasi pribadi ditentukan oleh keadaan yang dirasakan
oleh penerima manfaat untuk melakukan perubahan-perubahan misalnya
adanya kebutuhan keluarga yang berubah selaras dengan semakin
dewasanya anak-anak untuk sekolah. Sarana dan prasarana yang dimiliki
petani antara lain 4 unit hand sprayer, 3 unit traktor dan 2 unit mesin tetas.
Swadaya anggota didapatkan dari iuran anggota tani setiap pertemuan.
Simpan pinjam didapatkan oleh para anggota tani dari modal yang didaptkan
oleh kelompok tani sebesar Rp. 10 juta. Penyuluh di Kecamatan Laweyan
sangat aktif dalam memberikan informasi atau inovasi baru kepada petani.
Informasi ini didapatkan oleh penyuluh dari programa pemerintah maupun
dari internet. Adapun kerjasama yang pernah dilakukan adalah dengan
Aspartan, penyedia bibit anggrek dari Salatiga dan PHP (Petugas Hama
Penyakit) Propinsi serta studi banding yang pernah dilakukan adalah studi
banding ke Semarang (tanaman anggrek) dan ke Sragen (budidaya atau
ternak cacing). Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok
tani dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 19. Sarana dan Prasarana Kelompok Tani di Kecamatan LaweyanKepemilikan
Hand Sprayer Traktor Mesin Tetas
Milik
Petani
Milik
Dinas
Milik
Swasta
Milik
Petani
Milik
Dinas
Milik
Swasta
Milik
Petani
Milik
Dinas
Milik
Swasta
4 - - 3 - - 2 - -
Sumber: Laporan Kegiatan THL TBPP pada bulan Maret tahun 2010
8. Faktor Penghambat Penyuluhan Pertanian
Selain faktor pendukung penyuluhan pertanian, ada juga faktor
penghambat dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan
yaitu lahan pertanian yang sempit, tanaman hias hanya sekedar hobi, nilai
jual tanaman hias yang rendah, dana, pengembalian pinjaman sering macet,
kurang berfungsinya KUD (Koperasi Unit Desa), sulit untuk menambah
31
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Dardji selaku Lurah Sondakan yaitu:“…. Faktor pendukungnya banyak contohnya SDM (penyuluh dan anggota kelompok tani), peralatan, studi banding dan modal dari pusat” (wawancara 25 Mei 2010).
cv
anggota dan organisasi sendiri kurang semangat untuk mengembangkan
usahanya32. Luas lahan yang diusahakan relatif sempit akan menjadi kendala
untuk dapat mengusahakan kegiatan pertanian secara efisien. Petani yang
berlahan sempit seringkali tidak dapat menerapkan usahatani yang sangat
intensif. Bagi masyarakat kota tanaman hias hanya sekedar hobi karena
tanaman hias sekarang ini mempunyai nilai jual yang rendah, sehingga
mereka membudidayakan tanaman hias untuk dirinya sendiri dan tanaman
hias seperti rosella juga dapat digunakan untuk bahan pembuar sirup. Terkait
dengan dana, untuk kegiatan penyuluhan tanaman dana yang diberikan oleh
pemerintah masih kurang. Karena dana RP 10 juta dari pemerintah
digunakan oleh anggota kelompok tani untuk mengembangkan usahataninya
seperti beternak ayam potong. Pengembalian pinjaman dari pemerintah
sering mengalami kemacetan karena ekonomi para anggota tani yang pas-
pasan serta kurang berfungsinya KUD (Koperasi Unit Desa) yang
menyediakan sarana produksi pertanian seperti pupuk, pestisida dan media
tanam dengan harga yang relatif murah.
Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan sudah terdapat tindak lanjutnya yaitu dengan memberikan inovasi-
inovasi baru kepada para anggota kelompok tani seperti olahan pangan dan
penyilangan anggrek, mengadakan studi banding, pinjaman tiap bulan bergilir
terus dan bisa dipakai untuk semua anggota, teori langsung praktek, tiap
bulannnya ada pertemuan rutin (memberikan pinjaman), diikutkan pameran
dan obor blarak (mengaktifkan kembali kelompok tani yang sudah tidak aktif)
untuk ikut dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
32
Hal tersebut sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Bapak Dardji yaitu:“…. Organisasi sendiri kurang semangat untuk mengembangkan usahanya dan sebagai penanggung jawab, saya harus melakukan obor blarak supaya kelompok taninya lebih aktif kembali.” (wawancara 25 Mei 2010).
cvi
B. Temuan Pokok dan Pembahasan
1. Sistem Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan pernyataan Mardikanto (2007) bahwa “Sampai dengan
dasawarsa 1970-an, kelembagaan penyuluhan pertanian hanya dilakukan
oleh instansi pemerintah. Tetapi seiring dengan kebijakan pembangunan
pertanian yang semakin memberikan peluang bagi swasta dan LSM, peran
pemerintah semakin berkurang meskipun dalam praktek masih didominasi
oleh institusi pemerintah. Di masa lalu, kelembagaan penyuluhan
pemerintah di tingkat nasional melekat pada Departemen Pertanian dan di
tingkat propinsi atau kabupaten atau kota melekat pada Dinas terkait
(Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan). Sejak dilaksanakan Proyek Penyuluhan Tanaman Pangan pada
tahun 1976, dikembangkan Balai Penyuluhn Pertanian di tingkat wilayah
Pembantu Bupati. Pada periode 1995-2000, di tingkat Kabupaten pernah
dicoba pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian yang terpisah
dari Dinas yaitu Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP), tetapi
seiring dengan bergulirnya reformasi, BIPP tersebut banyak yang berubah
menjadi beragam bentuk. Sebgai tindak lanjut ditetapkannya kebijakan
Revitalisasi Pertanian pada 11 Juni 2005, pada bulan Desember 2006
diundangkan UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan yang antara lain mengatur kelembagaan
penyuluhan pertanian yaitu di tingkat pusat (Badan Penyuluhan dan Komisi
Penyuluhan Nasional), di tingkat Provinsi (Badan Koordinasi Penyuluhan
Provinsi, dan Komisi Penyuluhan Pertanian Provinsi), di tingkat
Kabupaten/Kota (Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota dan
Komisi Penyuluhan Pertanian Kabupaten/Kota), di tingkat Kecamatan
(Balai Penyuluhan Pertanian)dan di tingkat Desa/Kelurahan (Pos
Penyuluhan Desa/Kelurahan)”. Kelembagaan pertanian yang ada di
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah pemerintah yang bentuknya
Dinas Pertanian. Karena di Kecamatan Laweyan belum ada Balai
Penyuluhan Pertanian (BPP), sehingga ruang kerja untuk PDP dan THL
cvii
berada di Dinas Pertanian. Meskipun di Kecamatan Laweyan belum ada
BPP dan belum adanya kelembagaan swasta dan swadaya, namun kegiatan
penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan sudah berjalan sesuai
dengan kebijakan pemerintah dan jadwal pertemuan masing-masing
kelompok tani di Kecamatan Laweyan. Tugas kelembagaaan selama
kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan adalah
memberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan seperti pembuatan pupuk
cair dan penyilangan tanaman anggrek, mengatur kegiatan kelompok tani,
membina penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas-tugasnya,
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan penyuluhan serta memberikan bantuan
pinjaman (Hal ini sesuai dengan keretangan yang diberikan oleh Bapak
Wahyu Utomo).
Menurut Mosher dalam Mardikanto (2009) mengungkapkan bahwa
“Ketenagaan penyuluhan pertanian terdiri atas tiga macam penyuluh
pertanian, yaitu penyuluh pertanian pemerintah yang terdiri dari penyuluh
PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya. Penyuluh Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yaitu pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh swasta yaitu penyuluh
yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai
kompetensi dalam bidang penyuluhan. Sedangkan penyuluh swadaya yaitu
pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya
yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh”.
Ketenagaan penyuluh yang ada di Kecamatan Laweyan adalah penyuluh
pemerintah yaitu satu orang penyuluh yang sudah PNS yang bertugas
sebagai PDP dan tiga orang THL TBPP. Sedangkan untuk penyuluh swasta
dan swadaya, di Kecamatan Laweyan belum terdapat penyuluh swasta dan
swadaya. Masing-masing THL TBPP memegang wilayah binaan yang
terdiri dari 2 Kelurahan dan PDP tidak mempunyai wilayah binaan. Peran
penyuluh pemerintah dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan adalah memberikan penyuluhan, melakukan pendampingan
cviii
kelompok, menyampaikan informasi-informasi dari pusat kepada para
petani yang terkait dengan pertanian, melakukan pemasaran, pameran hasil
pertanian, mengikuti ketahanan pangan dan melihat keunggulan yang ada
dalam kelompok tani.
Sumber pembiayan dan prosedur penggunaan biaya dalam kegiatan
penyuluhan pertanian sudah sesuai dengan pernyataan Departemen
Pertanian (2006) yang menyebutkan bahwa “Sumber pembiayaan untuk
penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik provinsi maupun
kabupaten atau kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral, maupun
sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat”. Sedangkan menurut
Mardikanto (2009), unsur pembiayaan di dalam kegiatan penyuluhan
pertanian diperlukan untuk biaya personil (gaji, upah, tunjangan, intensif
dan lain-lain), pengadaan perlengkapan (alat bantu dan alat peraga
penyuluhan), biaya operasional (pembuatan atau perbanyakan atau
penyebarluasan materi penyuluhan, biaya perjalanan dan lain-lain), biaya
manajemen (kantor, perlengkapan, sarana transportasi, pos dan
telekomunikasi, alat tulis atau kantor dan lain-lain), dan biaya operasional
dan pemeliharaan (sarana kantor, sarana transportasi, perlengkapan
penyuluhan dan lain-lain)”. Sumber pembiayaan kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan berasal dari APBD Kota Surakarta,
APBD Propinsi, APBN pusat dan swadaya anggota. Prosedur penggunaan
pembiayaan penyuluhan adalah dari pusat dikirimkan ke Dinas Pertanian
kemudian dari Dinas membaginya per kelompok tani dan penggunaannya
tergantung kebutuhan per kelompok tani. Serta untuk para penyuluh PNS
termasuk biaya operasional dan pemeliharaan drayer dan pompa air, dana
dari pemkot Surakarta disalurkan ke Dinas Pertanian untuk disalurkan ke
penyuluh PNS, sedangkan untuk para THL dana langsung ditransfer oleh
pemkot Surakarta ke masing-masing rekening THL. Sedangkan
pembiayaan untuk program-program pemerintah begitu masuk ke Dinas
Pertanian, pembiayaan ditetapkan oleh tim satuan kerja Kecamatan untuk
dibuat perencanaan yang selanjutnya dana tersebut akan didistribusikan
cix
kepada kelompok tani. Penentuan prioritas penggunaan pembiayaan
penyuluhan adalah lebih banyak digunakan untuk konsumsi, studi banding,
membeli media tanam dan praktek.
Sejalan dengan pernyataan Suhardiyono (1992) bahwa “Pengawasan
diartikan sebagai pengamatan dari dekat (secara langsung) dan atau dari
jauh (secara tidak langsung) yang dilakukan secara menyeluruh dengan
jalan membandingkan antara pekerjaan yang dilakukan dengan yang
seharusnya dilakukan. Pada pelaksanaan penyuluhan, pengawasan
dilakukan terhadap penerapan sistem kerja latihan dan kunjungan yang
dilaksanakan pada suatu organisasi. Sebagai suatu proses, pengawasan ini
mempunyai tiga komponen utama yaitu rencana kerja yang tepat,
pengamatan pelaksanaan kegiatan baik dari dekat maupun dari jauh dan
tindakan koreksi. Tindakan koreksi dilakukan dengan maksud untuk
mengarahkan kembali semua kegiatan agar dapat mencapai sasaran yang
ingin dicapai. Tindakan koreksi hanya dilakukan jika telah terjadi
penyimpangan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Penyimpangan ini dapat diketahui dari laporan yang diterima melalui
monitoring maupun dari kegiatan supervisi lapangan”. Bentuk pengawasan
dan pengendalian kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan
adalah secara langsung yaitu dengan melakukan monitoring dan evaluasi
(monev) satu bulan sekali terhadap para anggota kelompok tani yang telah
dibantu dan secara tidak langsung yaitu dengan membuat laporan satu
bulan sekali untuk tanaman hias serta mengumpulkan kelompok tani yang
tidak sehat selama tiga bulan untuk dievaluasi kegiatan penyuluhan.
2. Proses Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian
Berdasarkan pernyataan Departemen Pertanian (2006), definisi
programa penyuluhan pertanian adalah rencana tertulis yang disusun secara
sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan. Programa penyuluhan terdiri atas programa
penyuluhan desa atau kelurahan atau unit kerja lapangan, programa
cx
penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan kabupaten atau kota,
programa penyuluhan provinsi dan programa penyuluhan nasional”.
Langkah penyusunan programa penyuluhan pertanian di Kecamatan
Laweyan adalah dilakukan bersama-sama antara penyuluh dan petani
dengan mengadakan pertemuan. Hal ini dilakukan supaya kebutuhan yang
sangat diperlukan oleh para petani dapat diprioritaskan terlebih dahulu.
Programa penyuluhan pertanian Kecamatan Laweyan merupakan jabaran
dari program tingkat Kotamadya dan usulan dari kelompok tani di tingkat
wilayah binaan. Di dalam programa penyuluhan pertanian termuat latar
belakang dan tujuan penyusunan programa penyuluhan, keadaan umum
wilayah Laweyan kaitannya dengan sektor pertanian, penerapan teknologi
pada tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan, serta kebijakan
pembangunan pertanian. Selain itu juga termuat tujuan dan sasaran
penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan, permasalahan dalam
kegiatan penyuluhan pertanian baik dari aspek sosial, ekonomi maupun
teknis dan cara untuk mencapai tujuan yang terangkum dalam rencana-
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para penyuluh pertanian di
Kecamatan Laweyan untuk masa satu tahun yang akan datang.
Mekanisme kerja dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan sudah sesuai dengan pernyataan
Supanggyo (2007) bahwa “Sebelum pelaksanaan otonomi daerah,
penyelenggaraan penyuluhan pertanian dilakukan dalam satu kesatuan jalur
vertikal dari tingkat pusat sampai kepada kelompok tani dan nelayan
beserta keluarganya melalui Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten dan Balai
Penyuluhan Pertanian. Pada era reformasi, pelaksanaan penyuluhan
pertanian menggunakan mekanisme kerja yang didasarkan pada pendekatan
partisipatif yang memungkinkan petani ikut merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi serta menarik manfaat dari kegiatan penyuluhan
pertanian”. Mekanisme kerja penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan
Laweyan ada dua jalur, yaitu berasal dari atas dan dari bawah. Jalur yang
berasal dari atas (sentralistik) yaitu berasal dari Dinas Pertanian menuju ke
cxi
Kelurahan yang selanjutnya akan diberikan ke RW lalu ke RT. Terakhir,
kegiatan penyuluhan pertanian akan disampaikan kepada para petani
melalui pertemuan kelompok tani. Selain mekanisme sentralistik, ada juga
mekanisme yang berasal dari bawah (partisipatif). Masalah atau usulan dari
para anggota kelompok tani disampaikan kepada penyuluh pertanian
melalui pertemuan kelompok tani. Kemudian dari penyuluh akan langsung
lapor ke Dinas Pertanian dan dari Dinas langsung lapor ke pusat. Pihak
yang berperan dalam mekanisme penyuluhan pertanian adalah THL, Lurah,
ketua dan anggota kelompok tani, Kasi Pertanian dan Perkebunan Dinas
Pertanian, Ketua RW dan Ketua RT.
Sejalan dengan pernyataan Mardikanto, (1993) bahwa “Metode
penyuluhan menurut keadaan psiko sosial sasarannya dibedakan menjadi
tiga hal, yaitu: (1) Pendekatan perorangan, artinya penyuluh berkomunikasi
secara pribadi orang seorang dengan setiap sasarannya, misalnya melalui
kunjungan ke rumah dan kunjungan ke tempat kegiatan sasarannya, (2)
Pendekatan kelompok, manakala penyuluh berkomunikasi dengan
sekelompok sasaran pada waktu yang sama, seperti pada pertemuan di
lapangan dan penyelenggaraan latihan, serta (3) Pendekatan massal, jika
penyuluh berkomunikasi secara tidak langsung atau langsung dengan
sejumlah sasaran yang sangat banyak bahkan mungkin tersebar tempat
tinggalnya, misalnya penyuluhan lewat TV dan penyebaran selebaran”.
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah
pendekatan perorangan dan kelompok. Metode yang belum dapat
dilaksanakan adalah pendekatan massal. Pendekatan massal yang belum
dapat dilaksanakan ini berdampak pada perubahan sikap petani dalam
merespon setiap materi yang disampaikan oleh penyuluh. Hal tersebut
dikarenakan informasi yang diterima petani sebelum adanya kegiatan
penyuluhan masih sedikit.
Metode perorangan digunakan oleh para penyuluh untuk melakukan
peninjauan terhadap anggota kelompok tani yang telah dibantu. Merode ini
dilakukan oleh para penyuluh dengan cara masuk ke rumah-rumah. Hal ini
cxii
bertujuan supaya permasalahan petani dapat diatasi secara langsung. Selain
metode perorangan, dalam kegiatan ini digunakan pula metode kelompok.
Metode ini dirasakan oleh penyuluh sudah sesuai dengan tuntutan petani.
Di sini tidak hanya penyuluh yang merasa sudah sesuai, tetapi juga petani
juga merasa sudah sesuai karena pemilihan metode ini berdasarkan
permintaan dari anggota kelompok tani kemudian penyuluh
menindaklanjuti metode tersebut. Adanya metode perorangan dan
kelompok ini menjadikan suatu penilaian yang baik terhadap kegiatan
penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan. Penggunaan metode ini
sesuai dengan pernyataan Mardikanto (1993).
Berdasarkan pernyataan Kartasapoetra (1991) bahwa “Materi
penyuluhan harus sesuai dengan kebutuhan sasaran dengan demikian maka
mereka akan tertarik perhatiannya dan terangsang untuk mempraktekkanya.
Materi yang menarik perhatian para petani tentunya adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan usaha perbaikan produksi, pendapatan dan tingkat
hidupnya”. Di samping metode penyuluhan yang sesuai, materi penyuluhan
pertanian juga sudah sesuai dengan kebutuhan petani. Disini terlihat materi
yang disampaikan oleh penyuluh sudah jelas karena didukung dengan
adanya kedekatan penyuluh dengan petani. Jenis materi yang disampaikan
dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan adalah
budidaya anggrek, olahan pangan, pembuatan pupuk kompos dan cair,
perikanan (lele), peternakan (ayam), penyilangan anggrek dan penggantian
media tanam verikultur dan pelatihan verikultur (tanaman anggrek). Dasar
penentuan materi penyuluhan pertanian adalah permintaan dari anggota
kelompok tani kemudian Dinas Pertanian yang menjembatani terus
melakukan pertemuan dan bulan depan langsung dipraktekkan. Materi
penyuluhan yang dirasakan secara pokok sudah sesuai dengan dengan
pernyataan Kartasapoetra (1991).
Sejalan dengan pernyataan Supanggyo (2007) bahwa “Kerjasama
penyuluhan pertanian dapat dilakukan antara sesama lembaga penyuluh
pertanian, maupun antara kelembagaan penyuluhan pertanian dengan
cxiii
lembaga pelayanan lain, petani dan pelaku usaha serta masyarakat lainnya”.
Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di Kecamatan
Laweyan dapat berjalan karena adanya peran serta dari berbagai pihak.
Pihak yang berperan serta dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah
THL, PDP, Lurah, ketua dan anggota kelompok tani, Dinas Lingkungan
Hidup, Dinas Pertanian Propinsi, Staff Kehutanan Dinas Pertanian dan
masyarakat sekitar. Selain adanya peran serta dari berbagai pihak tersebut,
maka diperlukan juga adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat.
Sikap pemerintah daerah terhadap pihak-pihak yang berperan serta dalam
kegiatan penyuluhan adalah sudah cukup bagus. Hal tersebut dibuktikan
dengan adanya kunjungan mereka dalam kegiatan penyuluhan dan ikut
serta dalam memecahkan masalah yang ada, pemberian bantuan sarana dan
prasarana kepada kelompok-kelompok tani serta adanya pembinaan dan
pengawasan kepada kelompok tani.
Kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan Laweyan juga
menimbulkan beberapa jalinan kerjasama antara berbagai pihak sehingga
tercipta keadaan yang saling menguntungkan di antara pihak-pihak yang
bekerjasama. Jalinan kerjasama dalam kegiatan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan adalah sudah baik karena Dinas Pertanian, Lurah dan
kelompok tani merupakan satu kesatuan yang sangat mendukung kegiatan
penyuluhan pertanian serta adanya kerjasama dengan penyedia bibit
anggrek dari Salatiga, Aspartan, pedagang tanaman hias dan dari
masyarakat sekitar. Dalam hal ini, Dinas berperan sebagai sebagai
penanggung jawab kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh pertanian
sebagai penyampai informasi, Lurah sebagai pendorong kelompok tani,
Aspartan dan pedagang tanaman hias sebagai tempat pemasaran hasil
pertanian dan tanaman hias serta kelompok tani sebagai perencana,
penerima dan pelaksana informasi. Lingkup kerjasama adalah subsidi
tanaman anggrek, penanggulangan hama penyakit, fasilitas studi banding,
kegiatan penyuluhan, pelatihan, pemasaran hasil tani, pameran tanaman
cxiv
hias, jualan hasil tani atau produk olahan pangan dan pemberian modal
usaha.
3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Penyuluhan Pertanian
Sejalan dengan pernyataan Mardikanto (2009), “Tentang beberapa
faktor atau kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan yang
diupayakan melalui penyuluhan pertanian, dapat terjadi karena: keadaan
pribadi penerima manfaat, keadaan lingkungan fisik, lingkungan sosial dan
budaya masyarakat dan macam dan aktivitas kelembagaan yang tersedia
untuk menunjang kegiatan penyuluhan. Sedangkan faktor penghambat
dapat terjadi karena: ketakutan atau trauma masa lampau, kekurangsiapan
untuk melakukan perubahan, ketakutan terhadap berkurangnya kepuasan
yang selama ini telah dirasakan, adanya sebagian kegiatan yang tidak
diterima masyarakat dan adanya ancaman-ancaman dari pihak luar”.
Penerima manfaat penyuluhan adalah manusia yang memiliki kebutuhan,
keinginan, harapan serta perasaan-perasaan tentang tekanan-tekanan
maupun dorongan-dorongan tertentu yang tidak selalu sama pada seseorang
dengan orang lainnya.
Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di
Kecamatan Laweyan, terdapat beberapa faktor pendukung yaitu motivasi
dari diri sendiri, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kelompok tani,
swadaya anggota, adanya pertemuan rutin, adanya simpan pinjam,
penyuluhnya sangat aktif, adanya kerja sama dan studi banding. Selain
faktor pendukung penyuluhan pertanian, ada juga faktor penghambat dalam
kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan yaitu lahan
pertanian yang sempit, tanaman hias hanya sekedar hobi, nilai jual tanaman
hias yang rendah, dana, pengembalian pinjaman sering macet, sulit untuk
menambah anggota dan organisasi sendiri kurang semangat untuk
mengembangkan usahanya.
cxv
4. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian
Kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan di
Kecamatan Laweyan dirasakan sudah sesuai dengan pernyataan
Mardikanto (2009) bahwa “Efektivitas atau keberhasilan suatu kegiatan
penyuluhan dapat diukur dari seberapa jauh telah terjadi perubahan perilaku
(petani) penerima manfaatnya, baik yang menyangkut pengetahuan, sikap
dan ketrampilannya”. Tingkat keberhasilan dari kegiatan penyuluhan
pertanian di Kecamatan Laweyan adalah sudah terdapat perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan pengetahuan yaitu
perubahan yang terjadi dalam diri petani dari yang semula tidak tahu
berubah menjadi tahu. Perubahan pengetahuan yang terlihat dalam sasaran
yaitu pengetahuan tentang teknik budidaya tanaman anggrek, dosis
penggunaan pupuk, cara pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta
olahan pangan.
Perubahan sikap yaitu perubahan yang terjadi dalam diri petani dari
yang semula tidak mau mejadi mau melaksanakan suatu teknologi.
Perubahan sikap yang terlihat yaitu petani mau mencoba dan
mempraktekkan cara penyilangan anggrek, dosis penggunaan pupuk, cara
pembuatan dan penggunaan pupuk cair serta membuat berbagai macam
olahan pangan. Adanya perubahan pengetahuan dan sikap akan membawa
perubahan keterampilan pada petani yang terlihat dengan timbulnya
keterampilan. Perubahan ketrampilan yang terlihat yaitu petani mampu
untuk mengembangkan tanaman anggrek. Selain adanya perubahan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan, kegiatan penyuluhan pertanian di
Kecamatan Laweyan juga terdapat tindak lanjutnya yaitu dengan
memberikan inovasi baru kepada kelompok tani seperti olahan pangan dan
penyilangan anggrek, mengadakan studi banding, pinjaman tiap bulan
bergilir terus dan bisa dipakai untuk semua anggota, teori langsung praktek,
tiap bulannnya ada pertemuan rutin (memberikan pinjaman), diikutkan
pameran dan obor blarak.
cxvi
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah
a. Penyusunan programa penyuluhan dilakukan dengan menyesuaikan
kegiatan kelompok dengan Musren antara kelompok tani dengan Dinas
Pertanian dan mengadakan pertemuan.
b. Mekanisme kerja penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan Laweyan
ada dua jalur yaitu sentralistik dan partisipatif.
c. Metode penyuluhan yang digunakan meliputi metode perorangan dan
metode kelompok.
d. Materi yang disampaikan yaitu budidaya anggrek, olahan pangan,
pembuatan pupuk kompos dan cair, perikanan, peternakan, penyilangan
anggrek, penggantian media tanam verikultur dan pelatihan verikultur
(tanaman anggrek).
2. Faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan penyuluhan pertanian
tanaman hias pekarangan di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah
a. Faktor pendukung yaitu motivasi dari diri sendiri, sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh kelompok tani, swadaya anggota, adanya pertemuan
rutin, adanya simpan pinjam, penyuluhnya sangat aktif, adanya kerja
sama dan studi banding.
b. Faktor penghambat dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias
pekarangan yaitu lahan pertanian yang sempit, tanaman hias hanya
sekedar hobi, nilai jual tanaman hias yang rendah, dana, pengembalian
pinjaman sering macet, sulit untuk menambah anggota dan organisasi
sendiri kurang semangat untuk mengembangkan usahanya.
cxvii
3. Tindak lanjut dari kegiatan penyuluhan pertanian tanaman hias pekarangan
di Kecamatan Laweyan adalah memberikan inovasi-inovasi baru kepada
para anggota kelompok tani seperti olahan pangan dan penyilangan
anggrek, mengadakan studi banding, pinjaman tiap bulan bergilir terus dan
bisa dipakai untuk semua anggota, teori langsung praktek, tiap bulannnya
ada pertemuan rutin (memberikan pinjaman), diikutkan pameran dan obor
blarak.
B. Saran
1. Penyuluh diharapkan dapat mengupayakan cara pendekatan lain yang dapat
membantu petani dalam merespon dan memahami inovasi atau materi baru
yang disampaikan oleh penyuluh misalnya dengan menambah frekuensi
pelaksanaan diskusi mengenai tanaman hias pekarangan.
2. Kerjasama antara penyuluh, aparat pemerintah, kelompok tani dan
pedagang tanaman hias dalam bentuk bantuan dan pemasaran tanaman hias
Arifin, Bustanul. 2010. Strategi Baru Pembangunan Pertanian. http://tkpkri.org/berita/berita/strategi-baru-pembangunan-pertanian.html. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Arifin, Hadi Susilo. 2007. Tanaman Hias Tampil Prima Cetakan Kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Bell, Judith. 1993. Doing Your Research Project. Open University Press. Philadhelphia.
Brainy Media. 2010. Definition of Mechanism. http:/www.brainyquote.com /words/me/mechanism188680.html. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Daniel, M., Darmawati dan Nieldalina. 2006. PRA (Participatory Rural Appraisal): Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam Upaya Percepatan Pembanguna Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2004. Ringkasan Eksekutif Pengkajian 2004. http://www.deptan.go.id/bpsdm/puskaji/hasil-kajian/ringkasan-kajian2004.htm. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan. http://www.12laws.com/indeks.php?view=article&catid=45:indonesia-actundang-undang&id=984:undang-undang-nomor-16-tahun-2006-undang-undang-tentang-sistem-penyuluhan-pertanian-perikanan-dan-kehutanan-&tmpl=component&print=18page. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Djoen. 2009. Pekarangan, Lumbung Pangan Kita. http://www.penulislepas.com/pekarangan-lumbung-pangan-kita.htm. Diakses pada tanggal 3 Maret 2009.
Edmond, J. B., Senn, T. L., Andrews, F. S. and Halfacre, R. G. 1977. Fundamentals of Horticulture. Tata McGraw-Hill Publishing Company LTD. New Delhi.
Hadisapoetra, Soedarsono. 1973. Pembangunan Pertanian. Departemen Ekonoi Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
cxix
Hanani, Nuhfil. 2009. Pertanian Kota dan Ketahanan Pangan. http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/category/pertanian-kota-dan-ketahanan-pangan/. Diakses pada tanggal 10 November 2009.
Hawkins, H.S., Dunn, A.M., dan Cary, J.W. 1982. Agricultural and Livestock Extension Volume 2. Australian University International Development Program. Canberra.
Irwan, Z. D. 2009. Lingkungan Hidup: Eksplorasi Pemanfaatan Pekarangan Secara Konseptual. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=eksplorasi-pemanfaatan-pekarangan-secara-konseptual&dn=2008 1124075 715. Diakses pada tanggal 3 Maret 2009.
Janick, Jules. 1972. Horticultural Science Second Edition. W. H. Freeman and Company. San Francisco.
Kartasapoetra, AG. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Radar Jaya Offset. Jakarta.
Kelsey, LD and Cannon CH. 1955. Cooperative Extension Work. Comstock Publishing Associates. New York.
Kusumawijaya, Marco. 2009. Pertanian Kota. http://petahijau.wordpress.com/2006/08/27/pertanian-kota/. Diakses pada tanggal 3 November 2009.
Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Depok.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum Edisi Kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Mardikanto, Totok dan Sutarni, Sri. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian: Dalam Teori dan Teori. Hapsara. Surakarta.
. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
. 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian Cetakan Pertama. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
dan Arip Wijianto. 2005. Modul Kuliah Metoda dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Proyek SP4 UNS. Surakarta.
. 2006. Prosedur Penelitian: untuk Kegiatan Penyuluhan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Prima Theresia Pressindo. Surakarta.
. 2007. Pengantar Ilmu Pertanian Cetakan Pertama. Pusat Pengembangan Agrobisnis dan Kehutanan Sosial (PUSPA). Surakarta.
cxx
. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press). Surakarta.
Miles, M. B dan Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mosher, AT. 1966. Getting Agriculture Moving: Essentials for Development and Modernization. Pyramid Books. New York.
. 1978. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi Cetakan Keenam. CV Yasaguna Diterbitkan dengan Kerjasama Franklin Book Programs, Inc. New York. Jakarta.
. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian: Syarat-syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi Cetakan Ketigabelas. CV Yasaguna Diterbitkan dengan Kerjasama Franklin Book Programs, Inc. New York. Jakarta.
Mubyarto dan Santosa, Awan. 2009. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan (Kritik Terhadap Paradigma Agribisnis). http://www.ekonomirakyat.org.Diakses pada tanggal 3 November 2009.
Mukherjee. 1969. Role of Rural Institutions in Asian Agriculture Development. University of Tokyo Press. Tokyo.
Naibaho, Yuni. 2010. Tanaman Hias. http://duniatanaman.com/category/tanaman-hias. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
National Portal Content Management Team. 2010. Agricultural Extension Programmes. http://india.gov.in/citizen/agriculture/extprogram.php.Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Nawawi, Hadari dan Martini, Mimi. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Partowisastro, H.K. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah Jilid I.Erlangga. Jakarta Pusat.
Pearson, S., Gotsch, C. dan Bahri, S. 2004. Application of The Policy Analysis Matrix in Indonesian Agriculture. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Redaksi PS. 2008. Sukses Memulai Bisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Depok.
Redwood, Mark. 2000. Agriculture in Urban Planning. Earthscan and the International Development Research Centre (IDRC). USA.
cxxi
Samsudin. 1982. Dasar-Dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian Cetakan Kedua. Angkasa Offset. Bandung.
Saptaji, Luki. 2010. Reposisi Peranan Penyuluhan di Era Otonomi Daerah. http://distanak.banten.go.id/reposisi-peranan-penyuluhan-di-era-otonomi-daerah. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Sastraatmadja, Entang. 1993. Penyuluhan Pertanian. Alumni. Bandung.
Setiana, Lucie. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia. Bogor.
Smith, Olanrewaju B. 1999. Urban Agriculture In West Africa: Contributing to Food Security and Urban Sanitation. Earthscan and the International Development Research Centre (IDRC). USA.
Soekirno. 2009. Peran Pelaku Perlindungan Tanaman dalam Pasar Internasional Produk-Produk Hortikultura Indonesia. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/peran-pelaku-perlindungan-tanaman-dalam-pasar-internasional-produk-produk-hortikultura-indonesia. Diakses pada tanggal 3 Maret 2009.
Soeryowinoto, Sutarni M. 1997. Merawat Anggrek. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
dan Soeryowinoto, Maeso. 2000. Perbanyakan Vegetatif Pada Anggrek Cetakan Ketujuhbelas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Soetriono, Suwandari, Anik dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian Cetakan Kedua. Bayumedia Publishing. Malang.
Subejo. 2010. Demokratisasi Pembangunan Pertanian di Era Otonomi Daerah: Tinjauan dari aspek Penyuluhan Pertanian. http://subejo.staff.ugm.ac.id /wp-content/cultivar-juni-2007.pdf. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Sudirja, Rija. 2010. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Organik. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pembangunan_pertanian_berkelanjutan_berbasis_sistem_pertanian_organik/. Diakses pada tanggal 25 Juni 2010.
Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga. Jakarta.
Supanggyo. 2007. Buku Penunjang Kuliah Administrasi Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sutopo, H. B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Kedua. UNS Press. Surakarta.